Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TEKNIK PANTAI II

“Permasalahan Pengikisan (Erosi) Daerah Pesisir Pantai Nunsui”

OLEH

EFOD SIWAN LOPO


NIM : 1623715026
VI TPIPP – B

PRODI TEKNIK PERANCANGAN IRIGASI DAN PENANGANAN PANTAI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2019
KATA PENGANTAR

Pujidan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya penyusun dapat menulis makalah ini dengan baik. Adapun judul
makalah ini tentang “Permasalahan Pengikisan (Erosi) Daerah Pesisir Pantai
Nunsui”.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan,
baik dari segi isi maupun penyusunannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini kejenjang yang lebih baik dan
sempurna.
Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih dan semoga bermanfaat.

Kupang, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................. 2

1.5 Batasan Masalah ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pantai dan Batasan Pantai .................................................................. 4
2.2 Pengertian Erosi ................................................................................. 5
2.3 Erosi Pantai (Abrasi) ......................................................................... 6
2.4 Penyebab Terjadinya Erosi Pantai (Abrasi) ....................................... 7
2.5 Dampak Terjadinya Erosi Pantai ....................................................... 8

2.6 Upaya Penanggulangan Kerusakan Pantai Akibat Erosi Pantai ........ 11

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 15
3.2 Lokasi atau Tempat Penelitian ........................................................... 15
3.3 Sumber Data ...................................................................................... 16
3.4 Fokus Penelitian ................................................................................ 16
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 16

3.6 Teknik Analisis Data .......................................................................... 17

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Situasi ............................................................................... 18
4.2 Identifikasi Kondisi Lapangan ........................................................... 19
4.3 Analisis .............................................................................................. 20
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 24
5.2 Saran .................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pesisir pantai merupakan daerah peralihan laut dan daratan.


Kondisi tersebut menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan dari
berbagai aktivitas dan fenomena yang terjadi di darat maupun di laut. Fenomena-
fenomena yang terjadi di lautan seperti pasang surut air laut, gelombang badai dan
sebagainya. Selain fenomena yang terjadi di lautan, fenomena alami dari darat
yang ikut memberikan pengaruh terjadinya perubahan garis pantai, antara lain
erosi dan sedimentasi akibat arus pasang akibat banjir serta perubahan arus aliran
sungai.
Erosi Pantai yang disebut juga abrasi akhir-akhir ini cenderung meningkat
di berbagai daerah. Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan
(pantai) akibat aktivitas gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini
pemadatan daratan mengakibatkan permukaan tanah turun sehingga garis pantai
berubah. Pantai dikatakan mengalami erosi (abrasi) bila angkutan sedimen yang
terjadi ke suatu titik lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah sedimen yang
terangkut ke luar dari titik tersebut (Suwedi, 2006).
Wilayah Kota Kupang merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah
pantai yang cukup banyak, diantaranya pantai Manikin, pantai Lasiana, pantai
Nunsui, pantai Oesapa, pantai Pasir Panjang dan masih banyak pantai lainnya.
Pantai-pantai di wilayah Kota Kupang ini sering dipergunakan sebagai aktivitas
masyarakan yang bermata pencaharian sebagai nelayan, selain itu juga ada yang
dipergunakan sebagai obyek wisata. Namun akhir-akhir ini erosi pantai (abrasi)
yang terjadi di daerah ini cenderung meningkat. Salah satunya daerah yang
mengalami peningkatan erosi pantai (abrasi) cukup parah adalah pantai Nunsui.
Di daerah tersebut permasalahan yang terjadi cukup berat khususnya menyangkut
penurunan fungsi lahan dikarenakan erosi pantai (abrasi).
Pantai Nunsui mengalami dampak abrasi yang mengakibatkan banyak
permasalahan seperti hilangnya lahan pemukiman, lahan pertambakan dan mata
pencaharian yang berdampak langsung pada penurunan kualitas hidup
masyarakat. Masyarakat yang hidup di wilayah pesisir seperti nelayan, petani dan

1
petambak, kehidupannya tergantung pada sumberdaya alam. Kondisi lingkungan
dan sumberdaya alam pesisir yang rentan tersebut berdampak pada aspek sosial-
ekonomi dan sosial-budaya penduduk. Kegiatan-kegiatan tersebut misalnya
industri (berpotensi menimbulkan pencemaran, abrasi dan akresi), reklamasi
(perubahan pola arus yang menyebabkan terjadinya abrasi dan akresi), serta
perumahan (limbah padat). Berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan ini
mengancam kelestarian usaha dan atau mata pencaharian penduduk serta
hilangnya kelestarian alam pantai.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, pada makalah ini akan
membahas sedikit tentang pengikisan atau erosi (abrasi) daerah pesisir yang
terjadi di pantai Nunsui dan dampak yang ditimbulkan serta upaya dalam
penanggulangannya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa yang menyebabkan terjadinya pengikisan atau erosi (abrasi) di daerah
pesisir pantai Nunsui?
2. Apa saja yang bisa dilakukan dalam upaya penanggulangan terjadinya
pengikisan atau erosi (abrasi) di daerah pesisir pantai Nunsui?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui :
1. Penyebab terjadinya pengikisan atau erosi (abrasi) di daerah pesisir pantai
Nunsui.
2. Upaya penanggulangan terjadinya pengikisan atau erosi (abrasi) di daerah
pesisir pantai Nunsui.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang ingin mengetahui tentang
penyebab terjadinya pengikisan atau erosi (abrasi) di daerah pesisir pantai
Nunsui.
2. Sebagai bahan referensi bagi penulis selanjutnya, yang akan menulis tentang
pengikisan atau erosi (abrasi) daerah pesisir yang terjadi di pantai Nunsui
dan dampak yang ditimbulkan.
3. Sebagai sumbangan pemikiran untuk mempertahankan dan melestarikan
daerah pantai bagi pihak masyarakat maupun pemerintah setempat.

2
1.5 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, penulisan makalah ini dibatasi pada
pengikisan atau erosi (abrasi) daerah pesisir yang terjadi di pantai Nunsui dan
dampak yang ditimbulkan serta upaya dalam pencegahannya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pantai dan Batasan Pantai


Pantai merupakan suatu zona yang dinamik karena merupakan zona
persinggungan dan interaksi antara udara, daratan dan lautan. Zona pantai
senantiasa mengalami proses penyesuaian yang terus menerus menuju ke suatu
keseimbangan alami terhadap dampak dari pengaruh eksternal dan internal baik
yang bersifat alami maupun campur tangan manusia.
Faktor alami diantaranya adalah gelombang, arus, pasang surut, aksi angin,
iklim, dan aktivitas tektonik maupun vulkanik. sedangkan kegiatan campur tangan
manusia adalah pemanfaatan kawasan pantai seperti industri, perikanan,
pelabuhan, pertambangan dan pemukiman.
Pantai merupakan batas antara wilayah daratan dengan wilayah lautan.
Dimana daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah
permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Sedangkan daerah
lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah dan di bawah permukaan
laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan
bagian bumi di bawahnya. (Triatmodjo, 1999)
Beberapa istilah kepantaian yang perlu diketahui diantaranya:
 Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut
seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.
 Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang
tertinggi dan air surut terendah.
 Daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan
daratan yang dimulai dari garis pasang tertinggi.
 Daerah lautan adalah daerah yang di atas dan di bawah permukaan laut
dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah termasuk dasar laut dan
bagian bumi di bawahnya.
 Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut,
dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang
surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.
 Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
pantai. kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang

4
lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m dari
titik pasang tertinggi ke arah daratan.
Selain beberapa definisi yang telah disebutkan diatas, ada beberapa istilah
yang digunakan untuk kepenting rekayasa atau teknik pantai.
 Surf zone adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam dari
gelombang pecah sampai batas naik turunnya gelombang di pantai.
 Beaker zone adalah daerah dimana dimana terjadi gelombang pecah.
 Swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya
gelombang dan batas terendah turunnya gelombang di pantai.
 Offshore adalah daerah dari gelombang (mulai) pecah sampai ke laut lepas.
 Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat surut
terendah sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tertinggi.
 Inshore adalah daerah antara offshore dan foreshore
 Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai yang
terbentuk pada saat terjadi gelombang badai bersama dengan muka air
tertinggi.
 Coast adalah daratan pantai yang masih terpengaruh laut secara langsung,
misalnya pengaruh pasang surut, angin laut, dan ekosistem pantai (hutan
bakau, sand dunes).
 Costal area adalah daratan pantai dan perairan pantai sampai kedalaman 100
atau 150 m (Sibayama, 1992).

2.2 Pengertian Erosi


Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-
bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa
erosi, tanah atau bagian bagian tanah terkikis dan terangkut, kemudian diendapkan
di tempat lain (Arsyad, 2010). Pengikisan, pengangkutan dan pemindahan tanah
tersebut dilakukan oleh media alami yaitu air dan angin.
Proses erosi terjadi melalui penghancuran, pengangkutan, danpengendapan
(Meyer et al. 1991; Utomo 1987; dan Foth (1978, dalam Banuwa,2008). Di alam
terdapat dua penyebab utama yang aktif dalam proses ini yakni angin dan air.
Pada daerah iklim tropik basah seperti Indonesia, air merupakan penyebab utama
terjadinya erosi, sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh berarti (Arsyad
2010). Beasley (1972, dalam Banuwa, 2008) dan Hudson (1976, dalam Banuwa,
2008) berpendapat, bahwa erosi adalah proses kerja fisik yang keseluruhan

5
prosesnya menggunakan energi. Energi ini digunakan untuk menghancurkan
agregat tanah (detachment), memercikkan partikel tanah (splash), menyebabkan
gejolak (turbulence) pada limpasan permukaan, serta menghanyutkan partikel
tanah.

2.3 Erosi Pantai (Abrasi)


Erosi Pantai adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut
dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai.
Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan
alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami,
namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara
untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Ada pula yang berpendapat bahwa, abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-
alur pantai akibat gerusan air laut. Gerusan ini terjadi karena permukaan air laut
mengalami peningkatan. Naiknya permukaan air laut ini disebabkan mencairnya
es di daerah kutub akibat pemanasan global.
Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air
laut. Gerusan ini terjadi karena permukaan air laut mengalami peningkatan.
Naiknya permukaan air laut ini disebabkan mencairnya es di daerah kutub akibat
pemanasan global. Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh
dunia karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es
ini merupakan dampak dari pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Seperti
yang kita ketahui, pemanasan global terjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari
asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya
gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas
tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu
di permukaan bumi meningkat. Suhu di kutub juga akan meningkat dan membuat
es di kutub mencair, air lelehan es itu mengakibatkan permukaan air di seluruh
dunia akan mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah yang
permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat
kaitannya dengan pencemaran lingkungan.

2.4 Proses Terjadinya Erosi Pantai

6
Erosi pantai atau sering juga disebut abrasi adalah proses pengikisan pantai
oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah
pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun
manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk
mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrov.
Abrasi dapat terjadi karena dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor
manusia. Proses terjadinya abrasi karena faktor alam disebabkan oleh angin yang
bertiup di atas lautan yang menimbulkan gelombang dan arus laut sehingga
mempunyai kekuatan untuk mengikis daerah pantai. Gelombang yang tiba di
pantai dapat menggetarkan tanah atau batuan yang lama kelamaan akan terlepas
dari daratan. Selain faktor alam, abrasi juga disebabkan oleh faktor manusia,
misalnya penambangan pasir. Penambangan pasir sangat berperan banyak
terhadap abrasi pantai, baik di daerah tempat penambangan pasir maupun di
daerah sekitarnya karena terkurasnya pasir laut akan sangat berpengaruh terhadap
kecepatan dan arah arus laut yang menghantam pantai.
Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya erosi pantai, diantaranya
adalah :
1. Faktor alam.
Fenomena alam yang menyebabkan erosi pantai yakni pasang surut air
laut dan juga tiupan angin laut yang menghasilkan gelombang serta arus laut
yang kuat.

2. Penurunan permukaan tanah.


Pengambilan air tanah yang berlebihan mengakibatkan turunnya
permukaan tanah sehingga daratan menjadi lebih rendah dari lautan. Hal ini
tentu meningkatkan resiko terjadinya banjir rob akibat meluapnya air laut ke
daratan.

3. Kerusakan hutan mangrove.


Masyarakat pesisir pantai menebang hutan mangrove untuk dijadikan
pertambakan. Selain itu, kayu- kayu dari pohon mangrove juga dijual dan
dijadikan pondasi bangunan. Kegiatan tersebut sangat mengganggu regenerasi

7
dan menghambat proses suksesi hutan mangrove. Hal ini juga menyebabkan
terjadi abrasi, dan hilangnya beberapa ekosistem pulau.

4. Kerusakan akibat kegiatan manusia.


Aktivitas manusia yang menjadi penyebab erosi pantai yaitu dalam
bentuk penambangan pasir, pencemaran sampah anorganik dan penambangan
terumbu karang.

5. Perubahan iklim global


Perubahan iklim global atau yang sering disebut dengan pemanasan
global. Meningkatnya suhu bumi menyebabkan mencairnya es di kutub. Ketika
es di kutub mencair secara signifikan maka akan menyebabkan naiknya
permukaan air laut sehingga akan menggerus daratan yang rendah seperti
pantai.
Dalam skala waktu besar, jangka panjang, erosi pantai berlangsung terus
menerus sampai kondisi keseimbangan konfigurasi garis pantai tercapai atau
keseimbangan berubah karena perubahan kondisi lingkungan dari faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Dalam jangka pendek, temporer, erosi pantai terjadi pada
saat musim angin tertentu berlaku, dan berhenti ketika musim berganti.

2.5 Dampak Terjadinya Erosi Pantai

Erosi pantai dengan tingkat kerusakan yang cukup tinggi mempunyai


dampak bagi pelestarian lingkungan, kehidupan sosial ekonomi, dan kesehatan
masyarakat pesisir pantai.

a. Dampak Terhadap Lingkungan


 Penyusutan area pantai.

Menyempitnya daerah pantai adalah dampak dari erosi pantai yang


paling jelas terlihat. Ombak laut yang tidak bisa diredam dan begitu keras
menghantam daerah pantai membuat bebatuan dan tanah terpisah dari
daratan sehingga memunculkan genangan air. Arus laut yang biasa
digunakan nelayan untuk berangkat dan pulang melaut terlihat sangat
membahayakan. Gelombang ombak pantai yang biasanya memberi
pemandangan dan suasana indah di pinggir pantai kemudian menjadi

8
mengerikan. Hal tersebut tentu merugikan sektor pariwisata dan juga secara
langsung membahayakan keberlangsungan hidup penduduk di sekitar pantai
yang memilik rumah atau ruang usaha.

 Rusaknya hutan mangrove.

Penanaman hutan mangrove yang sebenarnya ditujukan untuk


menangkal dan mengurangi resiko erosi pantai juga berpotensi gagal total
jika abrasi pantai sudah tidak bisa ditanggulangi. Pada umumnya hal ini
terjadi saat ‘musim’ badai tiba, yakni saat keseimbangan ekosistem pantai
sudah benar-benar rusak ataupun saat laut sudah kehilangan sebagian besar
dari persediaan pasirnya. Jika hal tersebut terjadi, maka diperlukan
penanganan yang lebih intensif karena keberadaan hutan mangrove masih
cukup efektif untuk mengurangi resiko erosi pantai.

 Hilangnya tempat berkumpul ikan perairan pantai.

Terkikisnya daerah pantai yang diawali gelombang dan arus laut


yang destruktif serta kegiatan penambangan terumbu karang menyebabkan
ikan perairan pantai kehilangan habitatnya. Ketika kehilangan tempat
hidupnya, ikan-ikan pantai akan kebingungan mencari tempat berkumpul
sebab mereka tidak bisa mendiami perairan laut dalam karena adanya
ancaman predator ataupun suhu yang tidak sesuai dan gelombang air laut
yang terlalu besar. Akibat terburuknya dari semua hal tersebut adalah
matinya ikan-ikan pantai sehingga merugikan nelayan yang mendiami
daerah pantai tersebut.

b. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat


Erosi pantai berdampak pada perubahan sosial ekonomi masyarakat
pesisir pantai. Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani mulai
beralih ke mata pencaharian lain. Air laut yang naik ke darat membuat air tanah
menjadi asin dan tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam. Selain itu,
lahan pertanian yang tergenang oleh air laut tidak dapat digunakan untuk
bertani lagi sehingga banyak petani yang beralih profesi menjadi nelayan. Tak
sedikit pula petani yang beralih ke bidang pertambakan. Semakin luasnya

9
daerah yang terkena abrasi mengakibatkan tambak tidak dapat dipertahankan.
Tambak milik penduduk seringkali gagal panen karena terjangan gelombang
ombak yang besar. Kepala keluarga yang menghidupi keluarganya lewat
tambak ikan kemudian beralih menjadi buruh pabrik atau buruh bangunan.
Bahkan banyak pula yang akhirnya menganggur dan menggantungkan
kehidupan ekonominya pada anggota keluarga yang lain.
Tingginya kebutuhan hidup memunculkan mata pencaharian baru di
sektor perdagangan dan pengelolaan hutan mangrove. Perdagangan dapat
menunjang pariwisata bahari di daerah pesisir. Masyarakat membuka warung-
warung yang menjual makanan untuk wisatawan yang berlibur di pantai. Ada
pula yang menawarkan jasa penyewaan perahu yang dapat digunakan
wisatawan untuk berkeliling di sekitar hutan mangrove.
Selain kehilangan lahan pertanian dan pertambakan yang berujung pada
kehilangan mata pencaharian, abrasi juga membuat masyarakat kehilangan
tempat tinggal. Daratan yang terus tergerus air laut memaksa penduduk untuk
pindah ke tempat yang lebih tinggi. Ada juga yang masih bertahan tetap tinggal
di tepi pantai dengan cara meninggikan pondasi rumah atau membuat rumah
panggung di atas rumah utama mereka. Hal tersebut dilakukan karena hanya
itulah satu- satunya lahan dan tempat tinggal yang mereka miliki. Selain itu,
mereka yang berprofesi sebagai nelayan enggan untuk direlokasi jauh dari
pantai. Mereka tetap bertahan tinggal di tepian pantai meski sebenanya kurang
sesuai untuk pemukiman. Pada akhirnya tak sedikit penduduk yang masih
memiliki surat tanah, akan tetapi lahan yang dulu mereka tempati sudah
menjadi laut.

c. Dampak Terhadap Kesehatan Masyarakat

Menurut Muhammad Arsyad (2012) menyatakan: “abrasi tentu sangat


berdampak terhadap kehidupan. Pada umumnya abrasi lebih banyak memiliki
dampak negatif dibandingkan dampak positif. Dampak negatif yang dihasilkan
dari abrasi juga sangat merugikan lingkungan khususnya manusia. Berikut ini
akan dipaparkan bukti-bukti kerugian yang diakibatkan abrasi.
Erosi pantai menyebabkan air laut masuk ke sumber-sumber air
masyarakat pesisir pantai. Hal tersebut mempengaruhi salinitas atau tingkat

10
kadar garam yang terlarut dalam sumber-sumber air tanah. Dampak
pencemaran air tersebut yakni turunnya kualitas kesehatan masyarakat.
Penurunan kualitas kesehatan tersebut dapat dilihat dari timbulnya berbagai
macam penyakit yang diderita oleh masyarakat pesisir, diantaranya adalah :
 Penyakit kulit.
Air laut yang tercampur ke sumber- sumber air penduduk pesisir
pantai sering kali tercemari oleh limbah. Padahal sumber- sumber air
tersebut digunakan oleh masyarakat pesisir pantai untuk keperluan sehari-
hari seperti mandi dan mencuci. Hal tersebut tentu dapat menyebabkan
penyakit kulit bagi masyarakat pesisir.
 Penyakit saluran pencernaan.
Air tanah yang sudah tidak sehat, apabila dikonsumsi akan
menimbulkan penyakit pencernaan seperti sakit perut, disenteri, diare dan
lain sebagainya. Hal tersebut dapat diperparah dengan buruknya sanitasi
masyarakat.
 Gangguan fungsi ginjal.

Indikasi gangguan fungsi ginjal pada masyarakat pesisir perlu


diwaspadai mengingat sumber- sumber air yang sudah tercemari limbah.

2.6 Upaya Penanggulangan Kerusakan Pantai

Keadaan pantai yang berada di kepulauan Indonesia, sebagian besar telah


mengalami kerusakan pantai. Penyebab kerusakan pantai lebih banyak karena
ulah manusia seperti perusakan karang pantai, penebangan mangrove,
penambangan pasir serta bangunan yang melewati garis pantai. Selain penggalian
karang menyebabkan pertambahan kedalaman peraiaran dangkal yang semula
berfungsi meredam gelomang, akibatnya gelomang sampai ke pantai dengan
energy yang cukup besar.
Kegiatan pembangunan, industry dan aktivitas manusia serta pengaruh
faktor alam pada umumnya telah memberikan pengaruh negative pada kestabilan
kawasan pantai. Faktor alam yang berpengaruh terhadap kondisi pantai antara lain
timbulnya gelombang dan arus, terjadinya pasang surut, terjadinya sedimentasi
dan abrasi yang berpengaruh pada berubahnya garis pantai serta kondisi sungai
yang bermuara di perairan tersebut. Tingkat kerusakan akan relative rendah
apabila perlindungan alam/pantai tetap terjaga. Banyaknya kawasan pantai yang

11
dihuni maka apabila terjadi kerusakan akan memberikan kerugian yang cukup
besar.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah erosi
(abrasi) pantai ini menurut Islahudin (2012), yaitu:

1) Pemulihan hutan mangrove di sekitar pantai. Hutan bakau (mangrove


forest), merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh
beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah
pasang surut pantai berlumpur. Fungsi dari hutan bakau selain sebagai
tempat wisata dan penghasil kayu adalah sebagai peredam gelombang dan
angin badai, pelindung erosi, penahan lumpur dan penangkap sedimen.
Sebenarnya telah banyak orang yang mengetahui fungsi dan kegunaan hutan
bakau bagi lingkungan. Namun, dalam prakteknya di lapangan masih
banyak pula yang belum memanfaatkan hutan bakau sebagai sarana untuk
mencegah atau mengatasi abrasi. Padahal, mangrove yang ditanam di
pinggiran pantai, akar-akarnya mampu menahan ombak sehingga
menghambat terjadinya pengikisan pantai.
2) Pelestarian terumbu karang, yaitu melalui rehabilitasi lingkungan pesisir
yang hutan bakaunya sudah punah, baik akibat dari abrasi itu sendiri
maupun dari pembukaan lahan tambak. Terumbu karang juga dapat
berfungsi mengurangi kekuatan gelombang yang sampai ke pantai. Oleh
karena itu, perlu pelestarian terumbu karang dengan membuat peraturan
untuk melindungi habitatnya.
3) Usaha membangun pengaman pantai. Pengaman pantai bertujuan untuk
mencegah erosi pantai dan penggenangan daerah pantai akibat hempasan
gelombang (overtopping).
 Revetment (pelindung tebing pantai), stuktur pelindung pantai yang
dibuat sejajar pantai dan biasanya memiliki permukaan miring.
Strukturnya biasa terdiri dari beton, timbunan batu, karung pasir, dan
beronjong (gabion). Karena permukaannya terdiri dari timbunan batu
atau blok beton dengan rongga-rongga diantaranya, maka revetment lebih
efektif untuk meredam energi gelombang. Bangunannya dibuat untuk
menjaga stabilitas tebing atau lereng yang disebabkan oleh arus atau
gelombang. Ada beberapa tipe dari revetment, seperti: Rip-rap (batuan

12
yang dicetak dan berbentuk seragam), Unit armour (beton), dan batu
alam(blok beton).
 Seawall (dinding), hampir serupa dengan revetment, yaitu dibuat sejajar
pantai tapi seawall memiliki dinding relatif tegak atau lengkung. Seawall
pada umumnya dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap baja atau
kayu, pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam
energi gelombang, tetapi gelombang yang memukul permukaan seawall
akan dipantulkan kembali dan menyebabkan gerusan pada bagian
tumitnya.
 Groin (groyne), struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok
relatif tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya
kayu, baja, beton (pipa beton), dan batu.
 Pemecah Gelombang Sejajar Pantai, dibuat terpisah ke arah lepas pantai,
tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Bagian sisi
luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam
energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat
dikurangi. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya
endapan sedimen. Pencegahan abrasi dengan membangun pemecah
gelombang buatan di sekitar pantai dengan maksud untuk mengurangi
abrasi yang terjadi tanpa dibarengi dengan usaha konservasi ekosistem
pantai (seperti penanaman bakau dan/atau konservasi terumbu karang).
Departemen Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jendral Sumber
Daya Air juga melaksanakan pembuatan bangunan pantai yang terutama di
tunjukan untuk pengamanan atau perlindungan garis pantai dari kerusakan yang
disebabkan oleh gelombang dan arus laut. Bangunan-bangunan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Krib, adalah bangunan pengaman pantai yang mempunyai fungsi untuk
mengendalikan pergerakan material-material seperti pasir pantai yang
bergerak secara alami yang disebabkan oleh arus yang sejajar pantai
(Litoral Drift). Bentuk krib biasanya dibangun lurus, namun ada pula yang
berbentuk zig-zag atau berbentuk Y, T, atau L.
2. Tembok pantai atau tanggul pantai, dibangun untuk melindungi daratan
terhadap erosi, gelombang laut, dan bahaya banjir yang disebabkan oleh
hempasan gelombang. Tembok pantai ada yang bersifat meredam energi

13
gelombang dan ada yang tidak. Adapun bahan yang digunakan ada yang
dari beton atau pasangan batu kosong (rublemounts).
3. Pemecah gelombang yang putus-putus (Detached Break Water), dibuat
sejajar pantai dengan jarak tertentu dari pantai. Bangunan ini berfungsi
untuk mengubah kapasitas transport sendimen yang sejajar ataupun tegak
lurus dengan pantai dan akan mengakibatkan terjadinya endapan (akresi) di
belakang bangunan yang biasa disebut dengan tombolo.
4. Konservasi pantai, kegiatan yang tidak hanya sekedar pengaman tepi pantai
dari ancaman arus atau gelombang laut namun, memiliki kepentingan yang
lebih jauh misalnya untuk rekreasi, tempat berlabuh kapal-kapal pesiar dan
sebagainya. Salah satu yang dikerjakan ialah dengan membuat tanjung-
tanjung buatan (artificial headland), di mana di antara tanjung-tanjung
buatan tersebut dapat digunakan kapal pesiar untuk berenang, tempat
tersebut diisi dengan pasir yang berkualitas baik yang biasanya diambil dari
laut agar tidak merusak lingkungan.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang
menekankan pada perolehan data asli atau natural conditional (Suharsimi
Arikunto, 2006:16). Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode
observasi, dan penelaahan dokumentasi.
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh
seperti hasil pengamatan, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan,
disusun peneliti dan hasil penyusunan tidak dituangkan dalam bentuk angka.
Peneliti melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari
hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak
ditransformasikan dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan
mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam uraian naratif. (Imam
Gunawan, 2013:87)
3.2 Lokasi atau Temat Penelitian
Penelitian dilakukan di daerah pesisir pantai Nunsui Kelurahan Oesapa
Kecamatan Kelapa Lima.

Gambar 1.1. Lokasi Penelitian

3.3 Sumber Data


Sumber data menyatakan dari mana data penelitian itu diperoleh. Dalam
penelitian kualitatif sumber data yang diperoleh berasal dari kata-kata atau

15
tindakan dan selebihnya merupakan data. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Data primer adalah data utama yang diperlukan dalam penelitian ini.
Sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan
(wawancara atau pengamatan), catatan tertulis melalui video/audi tapes, foto,
data statistik (Lexy J. Moleong, 2012). Data yang diperoleh dari hasil
penelitian ini yaitu hasil pengamatan dan dokumentasi (foto) daerah pesisir
pantai Nunsui.
b. Data Sekunder

Data ini merupakan data penunjang bagi penyusun makalah ini. Data ini
diperoleh dari bahan kepustakaan atau data yang sudah ada seperti penelitian
tentang erosi panta (abrasi), teori-teori lingkungan dan data lain yang berkaitan
dengan penelitian ini (Lexy J. Moleong, 2012:160-162). Data yang diperoleh
yaitu artikel-artikel tentang erosi pantai (abrasi) dan kerusakan pantai serta
referensi yang menunjang penelitian ini.

3.4 Fokus Penelitian


Sesuai dengan obyek kajian makalah ini, maka fokus penelitian ini adalah
penelitian lapangan atau field research, yakni penelitian yang dilakukan di medan
terjadinya gejala-gejala yang diselidiki. (Sutrisno Hadi, 2003:10). Dalam hal ini
peneletian difokuskan pada permasalaha pengikisan (abrasi) daera pesisir pantai
Nunsui Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Dokumentasi
Metode ini dipergunakan untuk menginventarisasi subyek fisik yang ada
dilapangan dan menunjang penelitian karena dipakai dalam berbagai
keperluan. Dokumentasimenghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan
sering digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif dan hasilnya sering
dianalisis secara induktif. (Lexy J. Moleong, 2012:160). Dokumentasi yang
dilakukan memperoleh foto dan gambaran tentang kerusakan yang diakibatkan
oleh erosi pantai (abrasi).

16
b. Observasi
Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat
indera. (Suharsimi Arikunto, 1998:146). Menurut Guba dan Lincoln, Pertama:
teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua:
pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan proporsisional maupun pengetahuan yang
langsung dari data. Ketiga: sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-
jangan pada data yang dijaringnya ada yang keliru atau bias.Pedoman
observasi lebih dikhususkan untuk mengamati mitigasi dampak erosi (abrasi)
di daerah penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Setelah verifikasi data terkumpul, baik melalui observasi maupun
dokumentasi, maka selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar. (Lexy, J. Moloeng, 2001:103).
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, dengan
mereduksi data-data untuk mengungkapkan dan memahami kebenaran yang
diperolah dari sejumlah pengamatan dan pemotretan. Interpretasi data yang
diperoleh penulis menggunakan analisis non statistik, yaitu menggunakan analisis
deskriptif kualitatif.
Analisis data mencakup kegiatan dengan data, mengorganisasikannya,
memilih, mengaturnya kedalam unit-unit, mengsintesiskannya, mencari pola-pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
akan dipaparkan dalam makalah ini. (Imam Gunawan, 2013:210)

17
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Situasi

Gambar 1.2. Situasi Pantai Nunsui


Pantai Nunsui berlokasi di Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima,
Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pantai Nunsui berdekatan dengan obyek
wisata lainnya, yaitu pantai Lasian dan Pantai Warna Oesapa yang berada di Kota
Kupang. Pantai Nunsui memiliki batasan-batasan lokasi dan aksesbilitas lokas
sebagai berikut :
a. Batasan-batasan Lokasi
 Selatan : Pemukiman Warga Oesapa
 Utara : Perairan Laut Oesapa
 Timur : Teluk Batunona dan Pantai Lasiana
 Barat : Pantai Warna Oesapa
b. Aksesbilitas Lokasi
 Akses Jarak :
Jarak tempuh lokasi antara ± 10 Km dari pusat kota. Dengan jarak dari
ruas jalan utama ± 500 m.
 Pencapaiaan :
Lokasi ini dapat dicapai melalui jalan Timor Raya di Kelurahan
Oesapa sebagai akses utama. Waktu perjalanan menuju lokasi pantai nunsui
± 20 menit perjalanan dari pusat kota.
4.2 Identifikasi Kondisi Lapangan
Hasil identifikasi kondisi lapangan, terjadinya erosi (abrasi) disebabkan
oleh tingginya curah hujan dan angin kencang yang terjadi bulan januari yaitu
berkisar antara tanggal 23-30 yang mengakibatkan terjadinya gelombang tinggi
dan naiknya muka air.

18
a. Erosi (Abrasi)
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan
arus laut yang bersifat merusak. Abrasi di pantai nunsui mengakibatkan
mundurnya garis pantai, hal ini mempengaruhi vegetasi yang tumbuh di
sepanjang pesisir pantai Nunsui dan berakibat pada jarak pantai yang semakin
dekat dengan pemukiman seperti pada lampiran di bawah ini.

Gambar 1.3. Erosi (abrasi) Pantai Nunsui yang mempengaruhi vegetasi


daratan.
b. Gelombang pasang
Gelombang pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas
normal dan dapat menimbulkan bahaya di laut maupun di darat, terutama
daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya
angin kencang / puting beliung, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena
adanya pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang
pasang adalah sekitar 10-100km/jam. Gelombang pasang di laut akan
menyebabkan tersapunya daerah pinggir pantai yang disebut dengan Abrasi.
Seperti yang terjadi pada pantai Nunsui, angin yang bertiup di atas
lautan yang menimbulkan gelombang dan arus laut sehingga mempunyai
kekuatan untuk mengikis daerah pantai. Gelombang yang tiba di pantai dapat
menggetarkan tanah atau batuan yang lama akan terlepas dari daratan sehingga
terjadinya erosi (abrasi) seperti terlampir di bawah ini.

19
Gambar 1.4. Erosi (abrasi) Pantai Nunsui akibat terpaan gelombang

Dengan demikian dari uraian singkat diatas, penulis menilai bahwa


wilayah pantai tersebut terancam akan mengalami kerusakan besar dan
berakibat pada perpindahan penduduk seiring waktu yang terus berjalan jika
tidak ada tindakan serius dari pemerintah untuk menangani kerusakan tersebut.

4.3 Analisis
Dari hasil pengamatan di lapangan tepatnya di pantai nunsui, ada beberapa
titik yang di amati kurang lebih sepanjang 100 m mengalami masalah yang cukup
serius akibat erosi (abrasi) yang terjadi, maka dari itu perlu dilakukan tindakan
penanganan dari masyarakat sekitar maupun dari pemerintah untuk menangani
kerusakan tersebut. Seperti melaksanakan pembuatan bangunan pantai yang
terutama di tunjukan untuk pengamanan atau perlindungan garis pantai dari
kerusakan yang disebabkan oleh erosi (abrasi), gelombang dan arus laut.
Bangunan-bangunan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dinding Pantai dan Revetmen merupakan bangunan yang memisahkan
daratan dan perairan pantai, yang terutama berfungsi sebagai pelindung
pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat.
Daerah yang dilindungi adalah daratan tepat di belakang bangunan.

20
Gambar 1.5. Revtmen (dinding pantai) sebagai pelindung ersi pantai.

Revetment merupakan jenis konstruksi yang tidak masif. Bahan konstruksi


yang lazim dipergunakan antara lain susunan batu kosong, blok-blok beton,
plat beton, pasangan batu dan beton. Susunan batu kosong atau blok-blok
beton dengan kemiringan tertentu disebut konstruksi tipe rubble mound
lapisan pelindung luar disebuat armor. Nama lain untuk pelindung tebing
dari susunan armor dari batu batu kosong campuran adalah rip-rap. Antara
pantai yang dilindungi dan revetmen harus ada lapisan filter yang berfungsi
mencegah hanyutnya material pantai.

Gambar 1.6. Potongan melintang revetment (dinding pantai).

Fungsi Dan Kegunaan


 Fungsi revetmen serupa dengan tembok laut yaitu melindungi pantai
bagian darat langsung di belakang konstruksi terhadap pengaruh
gelombang dan arus.
 Revetmen tidak berfungsi sebagai penahan tanah di belakang
konstruksi.

21
 Revetmen dipergunakan untuk kondisi gelombang yang Moderat
(dengan tinggi gelombang maks 1,5 m)

2. Tembok pantai atau tanggul pantai, dibangun untuk melindungi daratan


terhadap erosi, gelombang laut, dan bahaya banjir yang disebabkan oleh
hempasan gelombang. Tembok pantai ada yang bersifat meredam energi
gelombang. Jenis konstruksi pengaman pantai yang ditempatkan sejajar atau
kira-kira sejajar dengan garis pantai, membatasi secara langsung bidang
daratan dengan air laut; dapat dipergunakan untuk pengamanan pada pantai
berlumpur atau berpasir. Tembok pantai atau tanggul pantai merupakan
konstruksi yang masif, direncanakan untuk dapat menahan gaya gelombang
yang relatif tinggi secara keseluruhan.

Gambar 1.7. Tembok pantai atau tanggul panta (seawall).

Bahan konstruksi yang lazim dipergunakan antara lain pasangan batu dan
beton. Dalam pelaksanaan tembok laut memerlukan persyaratan-persyaratan
khusus yang umumnya sangat sulit realisasinya, khususnya untuk
pelaksanaan tembok laut yang dilakukan secara swasembada oleh
masyarakat. Kerusakan tembok laut antara lain akibat pondasi yang kurang
dalam, dan aliran dibelakang tembok.

22
Gambar 1.8. Potongan melintang Tanggul laut (seawall).

Fungsi Dan Kegunaan


 Fungsi utama jenis konstruksi pengaman pantai tersebut antara lain:
melindungi pantai bagian darat langsung di belakang konstruksi
terhadap erosi akibat gelombang dan arus dan sebagai penahan tanah di
belakang konstruksi.
 Untuk mempertahankan garis pantai dan utilitas / daratan di atasnya.
 Tanggul laut (sea wall) adalah bangunan maritim yang dipergunakan
untuk melindungi fasilitas yang terdapat dibelakang bangunan tersebut
dari ancaman gelombang laut atau kenaikan muka air laut, terutama
dari ancaman luapan air laut.
 Tembok laut untuk melindungai kawasan reklamasi sistem polder.

23
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpilan

 Terjadinya erosi (abrasi) di pantai Nunsui disebabkan oleh tingginya


curah hujan dan angin kencang yang terjadi bulan januari yaitu berkisar
antara tanggal 23-30 yang mengakibatkan terjadinya gelombang tinggi
dan naiknya muka air.
 Abrasi di pantai Nunsui mengakibatkan mundurnya garis pantai, hal ini
mempengaruhi vegetasi yang tumbuh di sepanjang pesisir pantai Nunsui
dan berakibat pada jarak pantai yang semakin dekat dengan pemukiman.
 Di pantai Nunsui, angin yang bertiup di atas lautan yang menimbulkan
gelombang dan arus laut sehingga mempunyai kekuatan untuk mengikis
daerah pantai. Gelombang yang tiba di pantai dapat menggetarkan tanah
atau batuan yang lama akan terlepas dari daratan sehingga terjadinya
erosi (abrasi).
 Wilayah pantai Nunsui terancam akan mengalami kerusakan besar dan
berakibat pada perpindahan penduduk seiring waktu yang terus berjalan
jika tidak ada tindakan serius dari pemerintah untuk menangani
kerusakan tersebut.

5.2 Saran

Perlu dilakukan tindakan penanganan dari masyarakat sekitar maupun dari


pemerintah untuk menangani kerusakan tersebut. Seperti melaksanakan
pembuatan bangunan pantai yang terutama di tunjukan untuk pengamanan
atau perlindungan garis pantai dari kerusakan yang disebabkan oleh erosi
(abrasi), gelombang dan arus laut.

24

Anda mungkin juga menyukai