Teknik Pantai 2 3 PDF Free
Teknik Pantai 2 3 PDF Free
TEKNIK PANTAI II
OLEH
Pujidan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya penyusun dapat menulis makalah ini dengan baik. Adapun judul
makalah ini tentang “Permasalahan Pengikisan (Erosi) Daerah Pesisir Pantai
Nunsui”.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan,
baik dari segi isi maupun penyusunannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini kejenjang yang lebih baik dan
sempurna.
Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih dan semoga bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................. 2
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Situasi ............................................................................... 18
4.2 Identifikasi Kondisi Lapangan ........................................................... 19
4.3 Analisis .............................................................................................. 20
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 24
5.2 Saran .................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
petambak, kehidupannya tergantung pada sumberdaya alam. Kondisi lingkungan
dan sumberdaya alam pesisir yang rentan tersebut berdampak pada aspek sosial-
ekonomi dan sosial-budaya penduduk. Kegiatan-kegiatan tersebut misalnya
industri (berpotensi menimbulkan pencemaran, abrasi dan akresi), reklamasi
(perubahan pola arus yang menyebabkan terjadinya abrasi dan akresi), serta
perumahan (limbah padat). Berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan ini
mengancam kelestarian usaha dan atau mata pencaharian penduduk serta
hilangnya kelestarian alam pantai.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, pada makalah ini akan
membahas sedikit tentang pengikisan atau erosi (abrasi) daerah pesisir yang
terjadi di pantai Nunsui dan dampak yang ditimbulkan serta upaya dalam
penanggulangannya.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui :
1. Penyebab terjadinya pengikisan atau erosi (abrasi) di daerah pesisir pantai
Nunsui.
2. Upaya penanggulangan terjadinya pengikisan atau erosi (abrasi) di daerah
pesisir pantai Nunsui.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang ingin mengetahui tentang
penyebab terjadinya pengikisan atau erosi (abrasi) di daerah pesisir pantai
Nunsui.
2. Sebagai bahan referensi bagi penulis selanjutnya, yang akan menulis tentang
pengikisan atau erosi (abrasi) daerah pesisir yang terjadi di pantai Nunsui
dan dampak yang ditimbulkan.
3. Sebagai sumbangan pemikiran untuk mempertahankan dan melestarikan
daerah pantai bagi pihak masyarakat maupun pemerintah setempat.
2
1.5 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, penulisan makalah ini dibatasi pada
pengikisan atau erosi (abrasi) daerah pesisir yang terjadi di pantai Nunsui dan
dampak yang ditimbulkan serta upaya dalam pencegahannya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m dari
titik pasang tertinggi ke arah daratan.
Selain beberapa definisi yang telah disebutkan diatas, ada beberapa istilah
yang digunakan untuk kepenting rekayasa atau teknik pantai.
Surf zone adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam dari
gelombang pecah sampai batas naik turunnya gelombang di pantai.
Beaker zone adalah daerah dimana dimana terjadi gelombang pecah.
Swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya
gelombang dan batas terendah turunnya gelombang di pantai.
Offshore adalah daerah dari gelombang (mulai) pecah sampai ke laut lepas.
Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat surut
terendah sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tertinggi.
Inshore adalah daerah antara offshore dan foreshore
Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore dan garis pantai yang
terbentuk pada saat terjadi gelombang badai bersama dengan muka air
tertinggi.
Coast adalah daratan pantai yang masih terpengaruh laut secara langsung,
misalnya pengaruh pasang surut, angin laut, dan ekosistem pantai (hutan
bakau, sand dunes).
Costal area adalah daratan pantai dan perairan pantai sampai kedalaman 100
atau 150 m (Sibayama, 1992).
5
prosesnya menggunakan energi. Energi ini digunakan untuk menghancurkan
agregat tanah (detachment), memercikkan partikel tanah (splash), menyebabkan
gejolak (turbulence) pada limpasan permukaan, serta menghanyutkan partikel
tanah.
6
Erosi pantai atau sering juga disebut abrasi adalah proses pengikisan pantai
oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah
pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun
manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk
mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrov.
Abrasi dapat terjadi karena dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor
manusia. Proses terjadinya abrasi karena faktor alam disebabkan oleh angin yang
bertiup di atas lautan yang menimbulkan gelombang dan arus laut sehingga
mempunyai kekuatan untuk mengikis daerah pantai. Gelombang yang tiba di
pantai dapat menggetarkan tanah atau batuan yang lama kelamaan akan terlepas
dari daratan. Selain faktor alam, abrasi juga disebabkan oleh faktor manusia,
misalnya penambangan pasir. Penambangan pasir sangat berperan banyak
terhadap abrasi pantai, baik di daerah tempat penambangan pasir maupun di
daerah sekitarnya karena terkurasnya pasir laut akan sangat berpengaruh terhadap
kecepatan dan arah arus laut yang menghantam pantai.
Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya erosi pantai, diantaranya
adalah :
1. Faktor alam.
Fenomena alam yang menyebabkan erosi pantai yakni pasang surut air
laut dan juga tiupan angin laut yang menghasilkan gelombang serta arus laut
yang kuat.
7
dan menghambat proses suksesi hutan mangrove. Hal ini juga menyebabkan
terjadi abrasi, dan hilangnya beberapa ekosistem pulau.
8
mengerikan. Hal tersebut tentu merugikan sektor pariwisata dan juga secara
langsung membahayakan keberlangsungan hidup penduduk di sekitar pantai
yang memilik rumah atau ruang usaha.
9
daerah yang terkena abrasi mengakibatkan tambak tidak dapat dipertahankan.
Tambak milik penduduk seringkali gagal panen karena terjangan gelombang
ombak yang besar. Kepala keluarga yang menghidupi keluarganya lewat
tambak ikan kemudian beralih menjadi buruh pabrik atau buruh bangunan.
Bahkan banyak pula yang akhirnya menganggur dan menggantungkan
kehidupan ekonominya pada anggota keluarga yang lain.
Tingginya kebutuhan hidup memunculkan mata pencaharian baru di
sektor perdagangan dan pengelolaan hutan mangrove. Perdagangan dapat
menunjang pariwisata bahari di daerah pesisir. Masyarakat membuka warung-
warung yang menjual makanan untuk wisatawan yang berlibur di pantai. Ada
pula yang menawarkan jasa penyewaan perahu yang dapat digunakan
wisatawan untuk berkeliling di sekitar hutan mangrove.
Selain kehilangan lahan pertanian dan pertambakan yang berujung pada
kehilangan mata pencaharian, abrasi juga membuat masyarakat kehilangan
tempat tinggal. Daratan yang terus tergerus air laut memaksa penduduk untuk
pindah ke tempat yang lebih tinggi. Ada juga yang masih bertahan tetap tinggal
di tepi pantai dengan cara meninggikan pondasi rumah atau membuat rumah
panggung di atas rumah utama mereka. Hal tersebut dilakukan karena hanya
itulah satu- satunya lahan dan tempat tinggal yang mereka miliki. Selain itu,
mereka yang berprofesi sebagai nelayan enggan untuk direlokasi jauh dari
pantai. Mereka tetap bertahan tinggal di tepian pantai meski sebenanya kurang
sesuai untuk pemukiman. Pada akhirnya tak sedikit penduduk yang masih
memiliki surat tanah, akan tetapi lahan yang dulu mereka tempati sudah
menjadi laut.
10
kadar garam yang terlarut dalam sumber-sumber air tanah. Dampak
pencemaran air tersebut yakni turunnya kualitas kesehatan masyarakat.
Penurunan kualitas kesehatan tersebut dapat dilihat dari timbulnya berbagai
macam penyakit yang diderita oleh masyarakat pesisir, diantaranya adalah :
Penyakit kulit.
Air laut yang tercampur ke sumber- sumber air penduduk pesisir
pantai sering kali tercemari oleh limbah. Padahal sumber- sumber air
tersebut digunakan oleh masyarakat pesisir pantai untuk keperluan sehari-
hari seperti mandi dan mencuci. Hal tersebut tentu dapat menyebabkan
penyakit kulit bagi masyarakat pesisir.
Penyakit saluran pencernaan.
Air tanah yang sudah tidak sehat, apabila dikonsumsi akan
menimbulkan penyakit pencernaan seperti sakit perut, disenteri, diare dan
lain sebagainya. Hal tersebut dapat diperparah dengan buruknya sanitasi
masyarakat.
Gangguan fungsi ginjal.
11
dihuni maka apabila terjadi kerusakan akan memberikan kerugian yang cukup
besar.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah erosi
(abrasi) pantai ini menurut Islahudin (2012), yaitu:
12
yang dicetak dan berbentuk seragam), Unit armour (beton), dan batu
alam(blok beton).
Seawall (dinding), hampir serupa dengan revetment, yaitu dibuat sejajar
pantai tapi seawall memiliki dinding relatif tegak atau lengkung. Seawall
pada umumnya dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap baja atau
kayu, pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam
energi gelombang, tetapi gelombang yang memukul permukaan seawall
akan dipantulkan kembali dan menyebabkan gerusan pada bagian
tumitnya.
Groin (groyne), struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok
relatif tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya
kayu, baja, beton (pipa beton), dan batu.
Pemecah Gelombang Sejajar Pantai, dibuat terpisah ke arah lepas pantai,
tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Bagian sisi
luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam
energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat
dikurangi. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya
endapan sedimen. Pencegahan abrasi dengan membangun pemecah
gelombang buatan di sekitar pantai dengan maksud untuk mengurangi
abrasi yang terjadi tanpa dibarengi dengan usaha konservasi ekosistem
pantai (seperti penanaman bakau dan/atau konservasi terumbu karang).
Departemen Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jendral Sumber
Daya Air juga melaksanakan pembuatan bangunan pantai yang terutama di
tunjukan untuk pengamanan atau perlindungan garis pantai dari kerusakan yang
disebabkan oleh gelombang dan arus laut. Bangunan-bangunan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Krib, adalah bangunan pengaman pantai yang mempunyai fungsi untuk
mengendalikan pergerakan material-material seperti pasir pantai yang
bergerak secara alami yang disebabkan oleh arus yang sejajar pantai
(Litoral Drift). Bentuk krib biasanya dibangun lurus, namun ada pula yang
berbentuk zig-zag atau berbentuk Y, T, atau L.
2. Tembok pantai atau tanggul pantai, dibangun untuk melindungi daratan
terhadap erosi, gelombang laut, dan bahaya banjir yang disebabkan oleh
hempasan gelombang. Tembok pantai ada yang bersifat meredam energi
13
gelombang dan ada yang tidak. Adapun bahan yang digunakan ada yang
dari beton atau pasangan batu kosong (rublemounts).
3. Pemecah gelombang yang putus-putus (Detached Break Water), dibuat
sejajar pantai dengan jarak tertentu dari pantai. Bangunan ini berfungsi
untuk mengubah kapasitas transport sendimen yang sejajar ataupun tegak
lurus dengan pantai dan akan mengakibatkan terjadinya endapan (akresi) di
belakang bangunan yang biasa disebut dengan tombolo.
4. Konservasi pantai, kegiatan yang tidak hanya sekedar pengaman tepi pantai
dari ancaman arus atau gelombang laut namun, memiliki kepentingan yang
lebih jauh misalnya untuk rekreasi, tempat berlabuh kapal-kapal pesiar dan
sebagainya. Salah satu yang dikerjakan ialah dengan membuat tanjung-
tanjung buatan (artificial headland), di mana di antara tanjung-tanjung
buatan tersebut dapat digunakan kapal pesiar untuk berenang, tempat
tersebut diisi dengan pasir yang berkualitas baik yang biasanya diambil dari
laut agar tidak merusak lingkungan.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
15
tindakan dan selebihnya merupakan data. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Data primer adalah data utama yang diperlukan dalam penelitian ini.
Sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan
(wawancara atau pengamatan), catatan tertulis melalui video/audi tapes, foto,
data statistik (Lexy J. Moleong, 2012). Data yang diperoleh dari hasil
penelitian ini yaitu hasil pengamatan dan dokumentasi (foto) daerah pesisir
pantai Nunsui.
b. Data Sekunder
Data ini merupakan data penunjang bagi penyusun makalah ini. Data ini
diperoleh dari bahan kepustakaan atau data yang sudah ada seperti penelitian
tentang erosi panta (abrasi), teori-teori lingkungan dan data lain yang berkaitan
dengan penelitian ini (Lexy J. Moleong, 2012:160-162). Data yang diperoleh
yaitu artikel-artikel tentang erosi pantai (abrasi) dan kerusakan pantai serta
referensi yang menunjang penelitian ini.
16
b. Observasi
Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat
indera. (Suharsimi Arikunto, 1998:146). Menurut Guba dan Lincoln, Pertama:
teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua:
pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan proporsisional maupun pengetahuan yang
langsung dari data. Ketiga: sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-
jangan pada data yang dijaringnya ada yang keliru atau bias.Pedoman
observasi lebih dikhususkan untuk mengamati mitigasi dampak erosi (abrasi)
di daerah penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Setelah verifikasi data terkumpul, baik melalui observasi maupun
dokumentasi, maka selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar. (Lexy, J. Moloeng, 2001:103).
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, dengan
mereduksi data-data untuk mengungkapkan dan memahami kebenaran yang
diperolah dari sejumlah pengamatan dan pemotretan. Interpretasi data yang
diperoleh penulis menggunakan analisis non statistik, yaitu menggunakan analisis
deskriptif kualitatif.
Analisis data mencakup kegiatan dengan data, mengorganisasikannya,
memilih, mengaturnya kedalam unit-unit, mengsintesiskannya, mencari pola-pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
akan dipaparkan dalam makalah ini. (Imam Gunawan, 2013:210)
17
BAB IV
PEMBAHASAN
18
a. Erosi (Abrasi)
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan
arus laut yang bersifat merusak. Abrasi di pantai nunsui mengakibatkan
mundurnya garis pantai, hal ini mempengaruhi vegetasi yang tumbuh di
sepanjang pesisir pantai Nunsui dan berakibat pada jarak pantai yang semakin
dekat dengan pemukiman seperti pada lampiran di bawah ini.
19
Gambar 1.4. Erosi (abrasi) Pantai Nunsui akibat terpaan gelombang
4.3 Analisis
Dari hasil pengamatan di lapangan tepatnya di pantai nunsui, ada beberapa
titik yang di amati kurang lebih sepanjang 100 m mengalami masalah yang cukup
serius akibat erosi (abrasi) yang terjadi, maka dari itu perlu dilakukan tindakan
penanganan dari masyarakat sekitar maupun dari pemerintah untuk menangani
kerusakan tersebut. Seperti melaksanakan pembuatan bangunan pantai yang
terutama di tunjukan untuk pengamanan atau perlindungan garis pantai dari
kerusakan yang disebabkan oleh erosi (abrasi), gelombang dan arus laut.
Bangunan-bangunan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dinding Pantai dan Revetmen merupakan bangunan yang memisahkan
daratan dan perairan pantai, yang terutama berfungsi sebagai pelindung
pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat.
Daerah yang dilindungi adalah daratan tepat di belakang bangunan.
20
Gambar 1.5. Revtmen (dinding pantai) sebagai pelindung ersi pantai.
21
Revetmen dipergunakan untuk kondisi gelombang yang Moderat
(dengan tinggi gelombang maks 1,5 m)
Bahan konstruksi yang lazim dipergunakan antara lain pasangan batu dan
beton. Dalam pelaksanaan tembok laut memerlukan persyaratan-persyaratan
khusus yang umumnya sangat sulit realisasinya, khususnya untuk
pelaksanaan tembok laut yang dilakukan secara swasembada oleh
masyarakat. Kerusakan tembok laut antara lain akibat pondasi yang kurang
dalam, dan aliran dibelakang tembok.
22
Gambar 1.8. Potongan melintang Tanggul laut (seawall).
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpilan
5.2 Saran
24