Anda di halaman 1dari 2

Pentingnya transparansi dalam system demokrasi.

Dalam era demokrasi kata transparansi menjadi salah satu istilah yang hangat dan paling banyak
dibicarakan. Ini disebabkan karena istilah transparansi menjadi salah unsur yang sangat penting
dalam suatu pemerintahan yang baik atau biasa disebut dengan Good Governance. Artinya
bahwa suatu pemerintahan dapat dikatakan baik kalau seluruh sistem yang dijadikan sebagai
tolok ukur kepemimpinannya memasukkan unsur transparansi dalam setiap kebijakannya. Sesuai
dengan UU No. 14 tentang Kebebasan Informasi Publik oleh pemerintah, hal ini memberikan
kepastian hukum tentang pentingnya transparansi pada setiap pengambilan kebijakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.

Studi kasus transparansi

Seperti yang sedang ramai diperbincangkan saat ini mengenai isu penundaan pelaksanaan pemilu
2024. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar
Pandjaitan yang beberapa waktu lalu ikut menggulirkan isu seputar penundaan Pemilu 2024 dan
wacana perpanjangan masa jabatan presiden. Menteri Luhut mengaku memiliki data aspirasi
rakyat Indonesia yang ingin Pemilu 2024 ditunda. Lewat sebuah podcast di Youtube pada 11
Maret lalu, beliau mengeklaim bahwa terdapat big data yang berisi percakapan 110 juta orang di
media sosial mendukung penundaan Pemilu 2024. Padahal, hasil survei beberapa lembaga yang
jelas metodologinya menunjukkan hasil yang bertolak belakang dengan big data dari Menteri
Luhut. Misalnya, hasil Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang pada 3 Maret lalu menunjukkan
70% responden menolak penundaan pemilu, Lembaga Survei Nasional (LSN) yang menyebut
68.1% responden menolak usulan penundaan pemilu maupun perpanjangan masa jabatan
presiden, dan Lembaga Y-Publica yang merilis data bahwa 81.5% responden menginginkan
Pemilu 2024 berjalan sesuai jadwal. Kesimpulan dari hasil survei diatas bahwa sebagian besar
responden menolak adanya penundaan pemilu 2024. Dalam hal ini, publik mendesak Menteri
Luhut untuk membuka big data yang beliau klaim berisi tentang 110 juta warganet yang
menyuarakan penundaan Pemilu 2024. Banyak petisi yang digencarkan oleh masyarakat untuk
mendesak Menteri Luhut agar membuka big data penundaan pemilu tersebut. Sesuai dengan UU
No. 14 tentang Kebebasan Informasi Publik oleh pemerintah, maka dari itu transparansi big data
110 juta masyarakat mendukung penundaan pemilu, harus segera dilakukan. Pembukaan big data
ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui kebenaran dari big data 110 juta masyarakat
mendukung penundaan pemilu 2024.

Pembukaan big data ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui apakah big data 110
juta masyarakat mendukung penundaan pemilu 2024 tersebut benar atau hanya sekedar
manipulasi opini publik yang jelas berbahaya dan menjadi ancaman serius bagi demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai