Anda di halaman 1dari 24

FORMULIR ASUHAN GIZI

BIDANG GIZI KLINIK


Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

Kelompok/Kelas : 5/B
Nama Mahasiswa : Rani Yuhanida (204102038)
Fitriani Sholehah (204102043)
Risky (204102044)
Giyar Awaliah (204102046)
Nurul Fitri Mubarokah (204102051)

BAB I
ASUHAN GIZI

I. Skrining Gizi
Formulir yang digunakan adalah Screening Tool For Risk of Impaired Nutritional Status
and Growth (STRONG Kids). Formulir STRONG Kids dalam pemakaiannya mampu
menunjukkan hubungan yang baik antara status gizi sekarang dan lama rawat inap di populasi
anak-anak. Metode skrining ini meliputi 4 parameter, yaitu (1) Subjektif Global Assesment
(SGA), (2) Penyakit dengan risiko tinggi, (3) Asupan gizi dan kehilangannya,(4) Kehilangan
berat badan atau peningkatan berat badan yang kurang. Alat ini terdiri dari 4 penilaian dengan
skor 1-2 untuk setiap item dan maksimal skor adalah 5. Metode ini membagi anak dalam 3
kategori kelompok risiko yaitu riwayat penurunan berat badan, kesan klinis dan status gizi.

JAWABAN
PERTANYAAN
YA TIDAK

Dijawab oleh tenaga kesehatan

Apakah ada penyakit yang mendasari dengan risiko malnutrisi atau


1. ✓
apakah ada pembedahan besar ? Ya = 2 poin

Apakah pasien dalam kondisi status gizi buruk berdasarkan


2. ✓
pemeriksaan klinis secara subjektif ? Ya = 1 poin

Total Poin 3

Dijawab oleh pengasuh anak

Apakah hal-hal di bawah ini ditemukan pada anak? Ya = 1 poin

1. Diare yang berlebihan >5 x/hari dan/atau muntah >3x/hari ✓

2. Penurunan asupan makan selama beberapa hari terakhir ✓

3. Intervensi gizi yang sudah ada sebelumnya ✓


FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

4. Ketidakcukupan asupan gizi karena sakit ✓

Total Poin 1

Apakah ada penurunan berat badan atau tidak adanya penambahan badan

(bayi <1 tahun) selama beberapa minggu/bulan terakhir? Ya = 1 poin

Total Poin 0

Risiko tinggi 4-5 poin


Risiko sedang 1-3 poin
Risiko rendah 0 poin

Total poin keseluruhan 4

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil skrining, balita R mengalami risiko tingggi dikarenakan total poin hasil
skrining berada dalam kategori 4-5 poin. Oleh karena itu, balita R akan memasuki tahap
assesmen untuk kemudian dilakukan diagnosis agar dapat dilakukan intervensi sehingga
hasil monitoring dan evaluasinya dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

II. DATA PERSONAL (CH)

Kode
Jenis Data Data Personal
IDNT
CH.1.1 Inisial R
CH.1.1.1 Umur 2,8 tahun (32 bulan)
CH.1.1.2 Jenis Kelamin Laki-laki
CH.1.1.3 Suku/etnik Jawa
Gizi buruk, demam tifoid, diare dengan riwayat dehidrasi ec. E.
Diagnosis Medis
histolitica

III. RIWAYAT PENYAKIT (CH)

Kode
Jenis Data Keterangan
IDNT
CH.2.1 Keluhan Utama panas tinggi naik turun, dan diare cair berkali kali dalam sehari
Riwayat Penyakit RPD: Op hematom
RPS : : Pasien datang dengan demam sejak senin 26 November
Keluarga,
2012 naik turun, sudah minum obat turun panas belum membaik
Sekarang, dan HMRS BAB cair 8x, lendir (-), darah (-)
RPK : -
Dahulu
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

IV. RIWAYAT KLIEN YANG LAIN

Kode
Jenis Data Keterangan
IDNT
CH.2.1 Gastrointestinal Nyeri ulu hati (ya/tidak), Mual (ya/tidak), Muntah (ya/tidak),
Diare (ya/tidak), Konstipasi (ya/tidak), Anoreksia (ya/tidak),
Perubahan pengecapan/penciuman (ya/tidak)

V. RIWAYAT MAKAN (FH )

Kode
Jenis Data Keterang
IDNT an
FH.1.2 Riwayat Pola - Makanan pokok 3x/hari dan selingan 3x/hari
Pagi : Nasi 2-3 sdm (7/7)
Makan
Telur goreng ½ butir (6/7)
Sayur bening (kuahnya) 5 sdm (6/7)
Siang : Nasi 3-4 sdm (7/7)
Sayur 5 sdm (7/7)
Tempe bacem 2 ptg @25 g (4/7) / tahu bacem 1 ptg
@50 g (3/7) Sore : Nasi 3 sdm (7/7)
Sayur 5 sdm (7/7)
Kentucky ikan 35 g
- Sayur yang sering dimakan : sop, soto, sayur bening isi kubis
dan jagung pipil, sayur bening isi wortel, daun bawang,
bayam, dan kocokan telur
- Sangat suka makan sayur dengan olahan bening, tidak suka
sayur bersantan
- Jenis lauk yang sangat digemari : ikan laut (goreng tepung
krispi), telur puyuh, telur, tahu, tempe
- Jenis camilan yang sering dikonsumsi : kue stik bawang,
rempeyek, slondok, rambak.
Tidak suka camilan seperti : roti basah, biskuit marie -
Konsumsi susu 2-3x/ hari @ ½ gelas belimbing
FH.2.1.1 Pemesanan Diet

Kesimpulan:
Berdasarkan riwayat makannya, asupan makanan pasien kurang mencukupi kebutuhan pasien
serta komposisi bahan makanannya kurang beragam. Pasien juga sering mengkonsumsi sayur
akan tetapi tidak ada asupan buah-buahan yang dikonsumsinya. Selain itu, pasien terlalu banyak
mengkonsumsi makanan yang berlemak.
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

VI. Recall 24 jam (FH.1.2.2)

Energi Protein Lemak KH


Asupan Oral 750 25 30 120
Kebutuhan*) 1259,54 47,23 34,98 188,93
% Asupan 59,54% 52,93% 85% 63,51%
*)
standar pembanding
Penggolongan tingkat kecukupan energi dan protein berdasarkan Depkes (2003) :
● defisit berat (<70% kebutuhan);
● defisit tingkat sedang (70-79% kebutuhan);
● defisit tingkat ringan (80-89% kebutuhan);
● normal (90-119% kebutuhan);
● lebih (≥120% kebutuhan).

Kecukupan lemak dikelompokkan menjadi :


● kurang (<20% kebutuhan energi);
● normal (20-30% kebutuhan energi);
● lebih (>30% kebutuhan energi)

Kategori kecukupan karbohidrat :


● kurang (<50% kebutuhan energi);
● normal (50-65% kebutuhan energi);
● lebih (>65 % kebutuhan energi).

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil food recall 24 jam, rata-rata asupan makanan dan kebutuhan pasien tidak
seimbang dan kurang memenuhi kebutuhan. Hal ini dilihat dari persentase asupan energi dan
protein yang tergolong defisit berat yaitu <70% kebutuhan, persentase asupan lemak yang
tergolong lebih yaitu >30% kebutuhan energi, dan persentase asupan karbohidrat yang
tergolong normal dikarenakan memenuhi 50-65% kebutuhan energi.

VII. ANTROPOMETRI (AD.1.1)

Kode IDNT Jenis Data Keteranga


n
AD.1.1.1 TB 90 cm
AD.1.1.2 Berat Badan 10 kg
AD. 1.1.4 Perubahan Berat Badan Berkurang secara tidak disengaja selama 3 bulan
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

Kesimpulan Status Gizi:


Kondisi status gizi anak laki-laki usia 0-60 bulan dapat diketahui melalui perhitungan BB/U,
TB/U, BB/TB, dan IMT/U dengan standar pembanding yang digunakan adalah Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri
Anak.

1. Indeks BB/U
10−13,7 − 3,7
BB/U = = = - 2,31
13,7−12,1 1,6

Kesimpulan :
Berdasarkan indeks BB/U, balita R mengalami status gizi berat badan kurang (underweight)
dikarenakan hasil perhitungan z-scorenya berada dalam kategori -3SD sd <-2SD.

2. Indeks TB/U
90−93,4 − 3,4
TB/U = = = - 0,97
93,4−89,9 3,5

Kesimpulan :
Berdasarkan indeks TB/U, balita R mengalami status gizi normal dikarenakan hasil
perhitungan z-scorenya berada dalam kategori -2SD sd +3SD.

3. Indeks BB/TB
10−12,9 − 2,9
BB/TB = = = - 2,9
12,9−11,9 1

Kesimpulan :
Berdasarkan indeks BB/TB, balita R mengalami status gizi wasted/ gizi kurang dikarenakan
hasil perhitungan z-scorenya berada dalam kategori -3SD sd <-2SD.

4. Indeks IMT/U
10−15,7 − 5,7
IMT/U = = = - 5,18
15,7−14,6 1,1

Kesimpulan :
Berdasarkan indeks IMT/U, balita R mengalami status gizi severely wasted/ gizi buruk
dikarenakan hasil perhitungan z-scorenya berada dalam kategori < -3SD.
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

VIII. PEMERIKSAAN FISIK/KLINIS (PD.1.1)

Kode IDNT Data Biokimia Hasil


PD.1.1.1 Penampilan Compos Mentis
Keseluruhan
PD.1.1.9 Vital sign, Nadi, Suhu, TD : -
HR : 87x/ menit
dan Respirasi
RR : 29x/ menit
T : 37,2°C

Kesimpulan:
Balita R mengalami compos mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dan
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Kemudian, pada HR (detak
jantung) pasien yaitu 87x/menit termasuk kedalam normal. Lalu untuk RR (pernapasan) pasien
kurang normal dikarenakan RR nya mengalami kenaikan yaitu 29x/menit dan untuk T (suhu
tubuh) pasien mengalami suhu tubuh yang cukup tinggi mencapai 37,2°C.

IX. BIOKIMIA (BD)

Data Biokimia Hasil Nilai Ket


Kode IDNT
Rujukan
BD-1.4 Profil gastrointestinal
BD-1.4.12 Lemak tinja/feses (+)Sisa lemak Negatif Positif
Makroskopis
Konsistensi cair Negatif Cair
(+) Darah Negatif Positif
(+) Lendir Negatif Positif
Warna kuning Negatif Kuning
Mikroskopis
(+) Amoeba Negatif Positif
Histolitica
(+)Sisa tumbuhan Negatif Positif
(+)Eritrosit (2-3) Negatif Positif
(+)Leukosit (5-6) Negatif Positif
BD-1.4.19 Tes kultur tinja
(+)Bakteri Negatif Positif
(-) Kista Negatif Negatif
(-) Cacing Negatif Negatif
(-) Telur cacing Negatif Negatif
(Ascharis,
Trichuris,
Oxyuris,
Anchilas)
(-) Sisa tepung Negatif Negatif
(-) Sisa daging Negatif Negatif
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

BD-1.10 Profil anemia gizi


BD-1.10.1 Hemoglobin 11,7 13,00 - 18,00 Rendah
BD-1.10.2 Hematokrit 34,2 40 - 54 Rendah
7,7 L : 4,50 – Normal
Leukosit 11,00
Segmen netrofil 50,1 40-75 Normal
Limfosit 30,9 25-40 Normal
Monosit 19,0 2-14 Tinggi
Eosinofil 0 0-5 Normal
Basofil 0 0-1 Normal
4,50 L : 4,50 – Normal
Eritrosit
6,20
Trombosit 155 150-400 Normal
BD-1.12 Profil urin
Kuning
BD-1.12.1 Warna urin Jernih Normal
Jernih
(-) Glukosa Negatif Normal
(-) Bilirubin Negatif Normal
(-) Keton Negatif Normal
Berat Jenis 1,015 1,003-1,030 Normal
+2 Darah Negatif Tidak sesuai rujukan
pH 8,5 4,6-8,5 Normal
(-) Protein Negatif Normal
Urobilirubin 3,2 32 umol/L Tidak sesuai rujukan
BD-1.12.4 Tes urin (-) Nitrit Negatif Normal
(-) Leukosit Negatif Normal
Sedimen Normal
Leukosit Normal
+ 3-5 Eritrosit L: < 5/Lp 1-3 Normal
+ 2-3Epitel Lp Normal
(-) Silinder Normal
(-) Kristal 0-1 Lp Normal
(-) Bakteri 0-1 Lp Normal
Pemeriksaan serologi widal
S.typhi O + 1/320 Negatif Tidak sesuai rujukan
S.paratyphi A-O + 1/80 Negatif Tidak sesuai rujukan
S.paratyphi B-O + 1/80 Negatif Tidak sesuai rujukan
S.paratyphi C-O + 1/80 Negatif Tidak sesuai rujukan
S.typhi H + 1/320 Negatif Tidak sesuai rujukan
S.parathyphi A-H R/ habis Negatif Tidak sesuai rujukan
S.parathyphi B-H Negatif Negatif Normal
S.parathyphi C-H Negatif Negatif Normal
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

Kesimpulan :
Balita R mengalami profil gastrointernal yang bermasalah dan hasilnya menunjukan bahwa ia
mengalami infeksi dari amoeba dan bakteri. Terdapat adanya sisa lemak dan sisa tumbuhan pada
feses menandakan bahwa balita R mengalami masalah pada pencernaannya. Selain itu, terjadi
anemia kepada balita R dikarenakan hemoglobin dan hematokritnya kurang dari batas normal
dan juga terdapat darah yang terbuang melalui feses dan urin.
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

X. TERAPI MEDIS DAN FUNGSI

Kode Jenis Terapi Interaksi dengan Makanan


Fungsi
IDNT Medis dan Saluran Cerna
ND 3.1 Pediagrow Multivitamin untuk menjaga daya
tahan tubuh dan nafsu makan
Oralit Air gula garam untuk mencegah dan - Anuria, kondisi
mengatasi dehidrasi akibat diare dimana ginjal tidak
mampu memproduksi
urin secara normal.
- Malabsorbsi Glukosa,
kondisi ketika feses
yang keluar
mengandung banyak
glukosa.
- Dehidrasi Akut,
kondisi ketika
dehidrasi bahkan
sudah tidak bisa
ditangani dengan
rehidrasi oral dan
memerlukan
penanganan rehidrasi
parerental.
Metronidazole Antibiotik untuk mengatasi infeksi Di beberapa orang efeknya
bakteri atau parasit mengiritasi lambung menjadi
mual-mual.

Kesimpulan:
Pasien R bisa diberikan pediagrow agar menjaga daya tahan tubuh dan menambah nafsu makan.
Bisa juga diberikan oralit untuk mengatasi dehidrasi akibat diare, dan untuk metronidazole agar
mengurangi efek mual bisa diberikan setelah makan, untuk anak diare juga bisa ditambah dengan
asupan zinc.
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

DIAGNOSIS GIZI

I. DOMAIN INTAKE (NI)

(NI-3.1) Inadequate Fluid Intake

Asupan cairan yang tidak memadai berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan cairan yang
ditandai dengan adanya diagnosis medis demam tifoid dan diare dengan riwayat dehidrasi.

(NI-5.2) Inadequate Protein-Energy Intake

Asupan energi dan protein yang tidak memadai berkaitan dengan kurangnya asupan makanan
yang mengandung energi dan protein ditandai dengan rata-rata persentase recall 24 jam yang
berada dalam kategori defisit tingkat berat.

(NI-5.5.2) Excessive Fat Intake


Asupan lemak yang berlebih berkaitan dengan tingginya konsumsi lemak ditandai dengan
persentase asupan lemak pada recall 24 jam yang tergolong lebih ( >30% kebutuhan energi).

II. DOMAIN KLINIS (NC)


(NC-1.4) Altered Gastrointestinal (GI) Function
Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan adanya infeksi bakteri dan amoeba E.
histolitica pada sistem pencernaan ditandai dengan terjadinya diare cair 8 kali sehari.

(NC-3.1) Underweight
Underweight berkaitan dengan ketidakseimbangan asupan dan kebutuhan zat gizi pada pasien
yang ditandai dengan nilai z-score indeks status gizi BB/U balita R berada dalam kategori -3SD
sd < -2SD.

III. DOMAIN BEHAVIOR (NB)

Catatan: Diagnosis gizi tidak harus berasal dari semua domain


FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

INTERVENSI GIZI

I. ND (1.1) Diet rendah sisa, rendah lemak, tinggi energi, protein, dan cairan. Preskripsi Diet:
a. Tujuan :
1) Menambah berat badan untuk mencapai status gizi normal.
2) Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memperberat kerja saluran cerna akibat adanya
infeksi.
3) Memberikan asupan energi dan protein yang ditingkatkan sesuai kebutuhan untuk
mencapai status gizi normal.
4) Mengurangi konsumsi lemak yang berlebih.
5) Mencukupi kebutuhan cairan untuk mengurangi risiko dehidrasi akibat diare dan demam
tifoid.
b. Prinsip/syarat Diet :
1) Inisiasi diet rendah sisa, yaitu makanan secara lengkap dicerna, diabsorpsi dengan baik
dan makanan yang tidak meningkatkan sekresi saluran cerna.
2) Makanan diberikan dengan tekstur lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas
atau dingin agar mudah dicerna, serta tidak merangsang dan memperberat kerja saluran
cerna
3) Energi ditingkatkan sesuai kebutuhan mencapai 1259,54 kkal/ hari.
4) Protein ditingkatkan sesuai kebutuhan mencapai 47,23 gr/hari.
5) Mengonsumsi asupan lemak menjadi sesuai kebutuhan yaitu 34,98 gr/hari untuk
mengurangi asupan lemak yang berlebih.
6) Cairan yang ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan mencapai 1000 ml/hari.
c. Modifikasi Diet :
Jenis diet : Diet rendah sisa, rendah lemak, tinggi energi, protein, dan cairan.
Bentuk makanan : Makanan lunak
d. Rute: Pemberian makanan diberikan melalui oral tetapi bertekstur lunak
e. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi Energi =
Menggunakan rumus Schofield
BMR = (0, 167 x 10) + (15, 174 x 90) – 617,6
= ( 1, 67 ) + ( 1.365,66) - 617,6
= 749, 73
TEE = BMR x Faktor aktivitas fisik x Faktor stress
= 749,73 x 1,2 x 1,4
= 1259,54 kkal
Protein = 15% x 1259,54 kkal = 188,93 kkal : 4 kkal
= 47,23 gr
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

Lemak = 25% x 1259,54 kkal = 314,885 kkal : 9 kkal


= 34,98 gr

Karbohidrat = 60% x 1259,54 kkal = 755,72 kkal : 4 kkal


= 188,93 gr

Perhitungan cairan menggunakan rumus holliday segar untuk BB 10-20 kg


Cairan = 1000 + (BB-10) x 50
= 1000 + 0 x 50
= 1000 ml
= 1 liter

II. Implementasi Diet Rumah Sakit (standar diet)

Energi Protein Lemak Karbohidrat


Standar Diet RS 1441 40 58 188
Enteral
Parenteral
Kebutuhan/Planning 1259,54 62,98 27,99 188,93
%standar/kebutuhan 114,4% 84,69% 165,8% 99,5%

Kesimpulan :
Klasifikasi tingkat konsumsi menurut Gibson, 2005 yaitu :

≥80% = Baik

51-80% = Cukup, masih perlu ditingkatkan

≤51%= Buruk/kurang

Berdasarkan data di atas, standar diet RS yang dibandingkan dengan kebutuhan/planning yang
direncanakan sudah tergolong dalam kategori baik dikarenakan rata-rata hasil persentase
asupan energi, protein, karbohidrat, dan lemaknya berada dalam rentang ≥80%.
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

III. Rekomendasi Diet


Penyesuaian Kebutuhan Balita R Berdasarkan Tabel DBMP

Porsi Satuan penukar x daftar tabel


Golongan Sumber (satuan Energi KH Protein Lemak
penukar) (Kkal) (gr) (gr) (gr)
Golongan
Karbohidrat 3 525 120 12 -
I
Protein Rendah
1 50 - 7 2
Golongan Lemak
II Protein Lemak
1,5 112,5 - 10,5 7,5
Sedang
Golongan
Protein Nabati 2 150 14 10 6
III
Golongan Sayuran A 1 - - - -
IV Sayuran B 4 100 20 4 -
Golongan
Buah dan Gula 2 100 24 - -
V
Golongan Susu Rendah
1 125 10 7 6
VI Lemak
Golongan Minyak lemak
3 150 - - 15
VII jenuh
Golongan Makanan tanpa
6 - - - -
VIII kalori
Total 1312,5 188 50,5 36,5
Kebutuhan 1259,54 188,593 47,23 34,98
Persentase 104,24% 99,68% 106,92% 104,34%
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

Rekomendasi menu berdasarkan DBMP yang telah dibuat :

Waktu Jenis Penukar Menu Bahan Makanan Berat URT


(gr)

Bagun Makanan Tanpa


1p Air putih 170 1 gls
Tidur Kalori

Makanan pokok 1p Nasi tim Nasi 200 1 gls

Lauk hewani 5 bj
½p Bakso 85
(lemak sedang) sdg

1p Sayur sop Wortel 100 1 gls


Sayuran B bening
1p Kembang Kol 100 1 gls

Pagi Sayuran A 1p Tomat 100 1 gls

2 ptg
Protein nabati 1p Tempe 50
Tempe sdg

Minyak lemak goreng


1p Minyak kelapa 5 1 sdt
jenuh

Makanan Tanpa
1p Air putih 170 1 gls
kalori

Buah 1 ptg
Buah 1p Semangka segar 180
Selingan semangka bsr
pagi Makanan Tanpa
1p Air putih 170 1 gls
Kalori

Makanan pokok 1p Nasi tim Nasi 200 1 gls

Lauk hewani 1 ptg


1p Ikan nila 40
(rendah lemak) sdg
Ikan goreng
Minyak lemak 1½
1½p Minyak kelapa 7,5
jenuh sdt

1 bj
Siang Lauk nabati 1p Tahu 110
bsr
Tumis tahu
Sayuran B 1p Caisim 100 1 gls
caisim
Minyak lemak
½p Minyak kelapa 2,5 ½ sdt
jenuh

Makanan Tanpa
1p Air putih 170 1 gls
kalori
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

Buah 1 bh
Buah 1p Pisang segar 40
Selingan pisang sdg
sore Makanan Tanpa
1p Air putih 170 1 gls
kalori

Makanan pokok 1p Nasi tim Nasi 200 1 gls

Sayuran B 1p Sayur Bayam 100 1 gls

Lauk hewani bayam


Malam 1p Telur puyuh 65 5 btr
(lemak sedang) bening

Makanan Tanpa
1p Air putih 170 1 gls
kalori

Sebelum
Susu rendah lemak 1p Susu ultra Susu sapi 200 1 gls
tidur
Rekomendasi Kebutuhan % Pemenuhan
Energi 1312,5 1259,54 104,24%
Karbohidrat 188 188,593 99,68%
Protein 50,5 47,23 106,92%
Lemak 36,5 34,98 104,34%
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115

IV. EDUKASI GIZI (E.1)


(E 1.1) Tujuan Edukasi
1. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan terkait makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pasien dan mencapai status gizi normal
tanpa memperberat kerja saluran cerna, mencegah serta mengurangi demam dan resiko
dehidrasi.
2. Sasaran : Keluarga pasien
3. Media : Poster/brosur
4. Metode : Diskusi tanya jawab

(E 1.2) Prioritas Modifikasi

● Modifikasi jenis diet: Diet rendah sisa, rendah lemak, tinggi energi, protein, dan cairan.
● Modifikasi tekstur makanan : lunak

V. KOLABORASI (RC) :
● Berkolaborasi dengan dokter untuk mengetahui kondisi perkembangan fisik/klinis pasien
secara medis agar dapat memberikan intervensi gizi yang sesuai dengan kondisi pasien.
● Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya seperti perawat untuk membantu
mengawasi kondisi kesehatan pasien.
● Berkolaborasi dengan pihak keluarga pasien terkait penyediaan asupan makanan yang
dikonsumsi oleh pasien.

VI. RENCANA MONITORING

Waktu
Hal yang Diukur Target
Pengukuran
Mencapai status gizi
Antropometri BB dan perubahan BB 1 x seminggu
normal
Tes kultur tinja
Makroskopis =
(Konsistensi, darah, lendir,
warna)
Mikroskopis =
(Amuba Histolitica, Sisa
tumbuhan, Sisa lemak,
Sesuai jadwal
Biokimia Eritrosit,Leukosit, Bakteri) Sesuai dengan rujukan
pemeriksaan
normal
dokter
Tes serologi widal
S.typhi O,
S.paratyphi A-O,
S.paratyphi B-O,
S.paratyphi C-O,
S.typhi H,
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
S.parathyphi A-H

Mempertahankan suhu
Suhu tubuh dan resfirasi/
Klinis/Fisik Setiap hari tubuh dan respirasi agar
pernafasan
tetap normal
Asupan energi Asupan energi, protein,
Asupan Zat Asupan protein lemak, dan cairan sesuai
Setiap hari
Gizi Asupan lemak dengan kebutuhan pasien
Asupan cairan per hari.
FORMULIR ASUHAN
GIZI BIDANG GIZI
KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec.
Tawang, Tasikmalaya,
Jawa Barat 46115

XIV. MONITORING, EVALUASI, DAN TINDAK LANJUT

Hari/Tanggal Monitoring Evaluasi dan Tindak


FH AD BD PD Lanjut

Kesimpulan :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

● PATOFISIOLOGI PENYAKIT
1. Patofisiologi Gizi Buruk
Gizi buruk secara patofisiologi pada anak balita (12-59 bulan) adalah mengalami
kekurangan energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) dan
kurang vitamin A. Kekurangan sumber dari empat di atas pada anak balita dapat menghambat
pertumbuhan, mengurangi daya tahan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit infeksi,
mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan, penurunan kemampuan fisik, gangguan
pertumbuhan jasmani dan mental, stunting, kebutaan serta kematian pada anak balita.
Gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 tahun. Gizi buruk adalah
bentuk terparah dari proses 2 terjadinya kekurangan gizi menahun. Anak balita usia 12-59
bulan merupakan kelompok umur yang rawan terhadap gangguan kesehatan dan gizi. Pada
usia ini kebutuhan mereka meningkat, sedangkan mereka tidak bisa meminta dan mencari
makan sendiri dan seringkali pada usia ini tidak lagi diperhatikan dan pengurusannya
diserahkan kepada orang lain sehingga risiko gizi buruk akan semakin besar. Anak yang gizi
buruk akan mengalami penurunan daya tahan sehingga anak rentan terhadap penyakit 3
infeksi.
2. Patofisiologi Demam Tifoid
Demam tifoid atau Typhoid fever merupakan suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella Typhi. Salmonella Typhi merupakan bakteri dari subspesies
Salmonella enterica yang menjadi penyebab demam tifoid dengan manifestasi demam yang
berlangsung lama. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang, tumbuh
pada suasana aerob dan fakultatif aerob serta masuk dalam keluarga Enterobacteriaceae.
Bakteri ini tidak berspora, bergerak dengan flagella serta memiliki 3 jenis antigen yaitu
antigen O, H, dan VI di dalam serum penderita demam tifoid. Seseorang yang serumnya
mengalami infeksi akan mendapatkan perlindungan dari aksi bakterisida karena peran dari
antigen Vi. Demam tifoid dapat ditularkan melalui berbagai cara, biasa dikenal dengan 5F
yaitu Food (makanan), Finger (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan Feses.
Penularan bakteri Salmonella Typhi penyebab demam tifoid dapat melalui feses dan
muntahan dari penderita tifoid. Makanan dan minuman yang terkontaminasi serta lalat yang
hinggap di makanan yang akan kurang diperhatikan maka bakteri tersebut dapat mudah masuk
dan menyebabkan infeksi. Demam tifoid disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella
Typhi yang bentuknya batang, mempunyai flagella, aerob atau anaerob fakultatif. Bakteri
Salmonella Typhi masuk ke dalam usus halus dengan diperantarai oleh makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Jumlah kuman yang dapat menginfeksi tubuh manusia
bervariasi yakni antara 1000 hingga 1.000.000 kuman. Kuman dapat bertahan terhadap asam
lambung dan kemudian masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis
dan berkembang biak.
3. Patofisiologi Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbul diare adalah akibat gangguan osmotik dan
gangguan sekresi. Gangguan osmotik terjadi akibat tidak terserapnya makanan atau zat yang
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Sedangkan gangguan sekresi diakibatkan rangsangan
tertentu pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena peningkatan isi rongga usus. Meningkatnya
motillitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan
absorbsi, ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. Cairan, potassium, sodium dan
karbonat berpindah dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan
dehidrasi, kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari :
○ Transpor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elekrolit ke dalam usus halus.
Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan
elektrolit. Mikro organisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal menurunkan
area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit
○ Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi
○ Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal

● PEMBAHASAN PRINSIP GIZI TERKAIT PENYAKIT


1. Prinsip Dasar Gizi pada Anak Gizi Buruk :

o Pemberian cairan dan makanan dilakukan secara teratur (selama 24 jam).


o Bertahap mulai dari bentuk cair, lunak dan padat (mudah diserap) dengan porsi kecil,
sering dan rendah natrium.
o Melalui fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi.
o Kenaikan berat badan baru dinilai setelah pemberian F 100.
o Selalu dipantau dan dievaluasi.

2. Prinsip Dasar Gizi pada Kasus Demam Tifoid


Prinsip tata laksana demam tifoid menganut trilogi penatalaksanaan yang meliputi:
istirahat dan perawatan, diet dan terapi penunjang (simptomatik maupun suportif), serta
pemberian antimikroba. Tatalaksana komplikasi demam tifoid juga perlu dilakukan guna
mengindari terjadinya berbagai hal yang tidak diinginkan pada kondisi pasien.
o Terapi Farmakologis Berbagai tatalaksana yang diberikan untuk mencegah berbagai
gejala klinis yang muncul pada pasien demam tifoid adalah pemberian terapi cairan
elektrolit, antiemetik, analgesik, antipiretik serta antasida. Tujuannya untuk memperbaiki
keadaan umum pasien. Cairan elektrolit yang diberikan pada pasien tifoid sebagai nutrisi
sehingga pasien tidak mengalami lemas. Pemberian antipiretik diberikan untuk
menurunkan panas serta pemberian antiemetik pada penderita tifoid untuk mengurangi
jumlah cairan yang keluar akibat gangguan pada lambung.
o Terapi Non Farmakologis Terapi non farmakologis untuk demam tifoid terdiri dari tirah
baring, nutrisi berupa cairan, diet, serta kontrol dan monitor dalam perawatan.

3. Prinsip Dasar Gizi pada Kasus Diare


Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah untuk membantu memperbaiki kondisi usus
serta mempercepat penyembuhan/ menghentikan diare dan menjadi cara untuk mengobati
diare. Penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/ menanggulangi dehidrasi serta
gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi,
mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta
mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien
dan efektif harus dilakukan secara rasional. Prinsip tatalaksana diare di Indonesia telah
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare)
yaitu:
o Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah
o Pemberian Zinc selama 10 hari berturut turut
o Teruskan pemberian ASI dan makanan, antibiotik selektif, nasihat kepada
orangtua/pengasuh (KEMENKES RI, 2011).
● KERANGKA TEORI:

1. Kerangka Teori Terjadinya Gizi Buruk

2. Kerangka Teori Terjadinya Demam Tifoid


3. Kerangka Teori Terjadinya Diare
BAB III
PENUTUP

● Kesimpulan (Berdasarkan ADIME)


Untuk hasil assesmen, berdasarkan riwayat makannya, asupan makanan pasien kurang
mencukupi. Pasien juga sering mengonsumsi sayur akan tetapi tidak ada asupan buah-buahan,
selain itu terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak. Berdasarkan hasil food recall
24 jam, rata-rata asupan makanan dan kebutuhan pasien tidak seimbang dan kurang memenuhi
kebutuhan. Untuk status gizinya termasuk ke dalam berat badan kurang. Pasien mengalami
profil gastrointernal yang bermasalah dan hasilnya menunjukan bahwa ia mengalami infeksi
dari amoeba dan bakteri. Pasien R bisa diberikan pediagrow, oralit, dan juga bisa ditambah
dengan asupan zinc.
Diagnosis gizi yang diberikan yaitu (NI-3.1) Inadequate Fluid Intake, (NI-5.2) Inadequate
Protein-Energy Intake, (NI-5.5.2) Excessive Fat Intake, 2(NC-1.4) Altered Gastrointestinal (GI)
Function, (NC-3.1) Underweight.
Intervensi yang akan dilakukan kepada pasien R dimulai dari menentukan preskripsi diet
yang terdiri dari diet rendah sisa, rendah lemak, tinggi energi, protein, dan cairan, yang
bertujuan untuk menambah berat badan untuk mencapai status gizi normal, memenuhi
kebutuhan zat gizi, memberikan asupan energi dan protein untuk mencapai status gizi normal,
mengurangi konsumsi lemak yang berlebih, dan mencukupi kebutuhan cairan untuk
mengurangi risiko dehidrasi akibat diare dan demam tifoid. Pada tahap intervensi ini, pasien R
telah diberikan rekomendasi menu yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan zat gizi dan
preskripsi dietnya. Lalu, pada tahap ini juga, dilakukan edukasi gizi yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan terkait makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi pasien dan mencapai status gizi normal. Pelaksanaan intervensi
ini dilakukan dengan adanya kolaborasi bersama dokter, tenaga kesehatan lainnya seperti
perawat dan pihak keluarga pasien.
Terkait monitoring dan evaluasi, rencana monitoring yang akan dilakukan yaitu terdiri
dari antropometri, biokimia, klinis/fisik, dan asupan zat gizi yang nantinya akan dilaksanakan
sesuai waktu pengukuran. Monitoring yang direncanakan ini akan dilakukan untuk
mengevaluasi dan menindak lanjuti terkait perkembangan kondisi masalah gizi pada pasien.
Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Terbaru Cetakan Kedua. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Dedi Alamsyah*, M. M. (2017). Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang dan Gizi Buruk
pada Balita 12-59 Bulan . Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas.
Determinan Stunting pada Anak Usia 12-36 Bulan . (n.d.). Retrieved from 123dok:
https://123dok.com/document/ydv9gm6y-determinan-stunting-anak-bulan-kecamatan-
simpang-subulussalam-tahun.html
Ii, Diare., & Pustaka, T. (2011). Jurnal Del 7. 6–31.
Jannah, Siti Raudlatul. 2016. “Studi Penggunaan Antibiotik Golongan Sefalosporin Pada
Pasien Demam Tifoid Di Rsud Sidoarjo,” 5–28.
Nuraini., Iskari. N., Yenny. M. 2017. Dietetika Penyakit Infeksi. Jakarta: Badan Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
PENATALAKSAAN GIZI PADA PASIEN GIZI BURUK. (2020). Retrieved from
rsupsoeradji: https://rsupsoeradji.id/penatalaksaan-gizi-pada-pasien-gizi-
buruk/#:~:text=Prinsip%20Dasar%20Terapi%20Gizi%20pada,fase%20stabilisasi%2C%2
0transisi%20dan%20rehabilitasi
S, Lailatul Fitri K, A B Tjandrarini, and Tan Amelia. 2015. “Rancang Bangun Aplikasi
Penentuan Bahan Makanan Berdasarkan Status Gizi Pada Pasien Rawat Jalan.” Jsika 4
(1): 24–30.

Anda mungkin juga menyukai