Kelompok/Kelas : 5/B
Nama Mahasiswa : Rani Yuhanida (204102038)
Fitriani Sholehah (204102043)
Risky (204102044)
Giyar Awaliah (204102046)
Nurul Fitri Mubarokah (204102051)
BAB I
ASUHAN GIZI
I. Skrining Gizi
Formulir yang digunakan adalah Screening Tool For Risk of Impaired Nutritional Status
and Growth (STRONG Kids). Formulir STRONG Kids dalam pemakaiannya mampu
menunjukkan hubungan yang baik antara status gizi sekarang dan lama rawat inap di populasi
anak-anak. Metode skrining ini meliputi 4 parameter, yaitu (1) Subjektif Global Assesment
(SGA), (2) Penyakit dengan risiko tinggi, (3) Asupan gizi dan kehilangannya,(4) Kehilangan
berat badan atau peningkatan berat badan yang kurang. Alat ini terdiri dari 4 penilaian dengan
skor 1-2 untuk setiap item dan maksimal skor adalah 5. Metode ini membagi anak dalam 3
kategori kelompok risiko yaitu riwayat penurunan berat badan, kesan klinis dan status gizi.
JAWABAN
PERTANYAAN
YA TIDAK
Total Poin 3
Total Poin 1
Apakah ada penurunan berat badan atau tidak adanya penambahan badan
✓
(bayi <1 tahun) selama beberapa minggu/bulan terakhir? Ya = 1 poin
Total Poin 0
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil skrining, balita R mengalami risiko tingggi dikarenakan total poin hasil
skrining berada dalam kategori 4-5 poin. Oleh karena itu, balita R akan memasuki tahap
assesmen untuk kemudian dilakukan diagnosis agar dapat dilakukan intervensi sehingga
hasil monitoring dan evaluasinya dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Kode
Jenis Data Data Personal
IDNT
CH.1.1 Inisial R
CH.1.1.1 Umur 2,8 tahun (32 bulan)
CH.1.1.2 Jenis Kelamin Laki-laki
CH.1.1.3 Suku/etnik Jawa
Gizi buruk, demam tifoid, diare dengan riwayat dehidrasi ec. E.
Diagnosis Medis
histolitica
Kode
Jenis Data Keterangan
IDNT
CH.2.1 Keluhan Utama panas tinggi naik turun, dan diare cair berkali kali dalam sehari
Riwayat Penyakit RPD: Op hematom
RPS : : Pasien datang dengan demam sejak senin 26 November
Keluarga,
2012 naik turun, sudah minum obat turun panas belum membaik
Sekarang, dan HMRS BAB cair 8x, lendir (-), darah (-)
RPK : -
Dahulu
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
Kode
Jenis Data Keterangan
IDNT
CH.2.1 Gastrointestinal Nyeri ulu hati (ya/tidak), Mual (ya/tidak), Muntah (ya/tidak),
Diare (ya/tidak), Konstipasi (ya/tidak), Anoreksia (ya/tidak),
Perubahan pengecapan/penciuman (ya/tidak)
Kode
Jenis Data Keterang
IDNT an
FH.1.2 Riwayat Pola - Makanan pokok 3x/hari dan selingan 3x/hari
Pagi : Nasi 2-3 sdm (7/7)
Makan
Telur goreng ½ butir (6/7)
Sayur bening (kuahnya) 5 sdm (6/7)
Siang : Nasi 3-4 sdm (7/7)
Sayur 5 sdm (7/7)
Tempe bacem 2 ptg @25 g (4/7) / tahu bacem 1 ptg
@50 g (3/7) Sore : Nasi 3 sdm (7/7)
Sayur 5 sdm (7/7)
Kentucky ikan 35 g
- Sayur yang sering dimakan : sop, soto, sayur bening isi kubis
dan jagung pipil, sayur bening isi wortel, daun bawang,
bayam, dan kocokan telur
- Sangat suka makan sayur dengan olahan bening, tidak suka
sayur bersantan
- Jenis lauk yang sangat digemari : ikan laut (goreng tepung
krispi), telur puyuh, telur, tahu, tempe
- Jenis camilan yang sering dikonsumsi : kue stik bawang,
rempeyek, slondok, rambak.
Tidak suka camilan seperti : roti basah, biskuit marie -
Konsumsi susu 2-3x/ hari @ ½ gelas belimbing
FH.2.1.1 Pemesanan Diet
Kesimpulan:
Berdasarkan riwayat makannya, asupan makanan pasien kurang mencukupi kebutuhan pasien
serta komposisi bahan makanannya kurang beragam. Pasien juga sering mengkonsumsi sayur
akan tetapi tidak ada asupan buah-buahan yang dikonsumsinya. Selain itu, pasien terlalu banyak
mengkonsumsi makanan yang berlemak.
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil food recall 24 jam, rata-rata asupan makanan dan kebutuhan pasien tidak
seimbang dan kurang memenuhi kebutuhan. Hal ini dilihat dari persentase asupan energi dan
protein yang tergolong defisit berat yaitu <70% kebutuhan, persentase asupan lemak yang
tergolong lebih yaitu >30% kebutuhan energi, dan persentase asupan karbohidrat yang
tergolong normal dikarenakan memenuhi 50-65% kebutuhan energi.
1. Indeks BB/U
10−13,7 − 3,7
BB/U = = = - 2,31
13,7−12,1 1,6
Kesimpulan :
Berdasarkan indeks BB/U, balita R mengalami status gizi berat badan kurang (underweight)
dikarenakan hasil perhitungan z-scorenya berada dalam kategori -3SD sd <-2SD.
2. Indeks TB/U
90−93,4 − 3,4
TB/U = = = - 0,97
93,4−89,9 3,5
Kesimpulan :
Berdasarkan indeks TB/U, balita R mengalami status gizi normal dikarenakan hasil
perhitungan z-scorenya berada dalam kategori -2SD sd +3SD.
3. Indeks BB/TB
10−12,9 − 2,9
BB/TB = = = - 2,9
12,9−11,9 1
Kesimpulan :
Berdasarkan indeks BB/TB, balita R mengalami status gizi wasted/ gizi kurang dikarenakan
hasil perhitungan z-scorenya berada dalam kategori -3SD sd <-2SD.
4. Indeks IMT/U
10−15,7 − 5,7
IMT/U = = = - 5,18
15,7−14,6 1,1
Kesimpulan :
Berdasarkan indeks IMT/U, balita R mengalami status gizi severely wasted/ gizi buruk
dikarenakan hasil perhitungan z-scorenya berada dalam kategori < -3SD.
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
Kesimpulan:
Balita R mengalami compos mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dan
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Kemudian, pada HR (detak
jantung) pasien yaitu 87x/menit termasuk kedalam normal. Lalu untuk RR (pernapasan) pasien
kurang normal dikarenakan RR nya mengalami kenaikan yaitu 29x/menit dan untuk T (suhu
tubuh) pasien mengalami suhu tubuh yang cukup tinggi mencapai 37,2°C.
Kesimpulan :
Balita R mengalami profil gastrointernal yang bermasalah dan hasilnya menunjukan bahwa ia
mengalami infeksi dari amoeba dan bakteri. Terdapat adanya sisa lemak dan sisa tumbuhan pada
feses menandakan bahwa balita R mengalami masalah pada pencernaannya. Selain itu, terjadi
anemia kepada balita R dikarenakan hemoglobin dan hematokritnya kurang dari batas normal
dan juga terdapat darah yang terbuang melalui feses dan urin.
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
Kesimpulan:
Pasien R bisa diberikan pediagrow agar menjaga daya tahan tubuh dan menambah nafsu makan.
Bisa juga diberikan oralit untuk mengatasi dehidrasi akibat diare, dan untuk metronidazole agar
mengurangi efek mual bisa diberikan setelah makan, untuk anak diare juga bisa ditambah dengan
asupan zinc.
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
DIAGNOSIS GIZI
Asupan cairan yang tidak memadai berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan cairan yang
ditandai dengan adanya diagnosis medis demam tifoid dan diare dengan riwayat dehidrasi.
Asupan energi dan protein yang tidak memadai berkaitan dengan kurangnya asupan makanan
yang mengandung energi dan protein ditandai dengan rata-rata persentase recall 24 jam yang
berada dalam kategori defisit tingkat berat.
(NC-3.1) Underweight
Underweight berkaitan dengan ketidakseimbangan asupan dan kebutuhan zat gizi pada pasien
yang ditandai dengan nilai z-score indeks status gizi BB/U balita R berada dalam kategori -3SD
sd < -2SD.
INTERVENSI GIZI
I. ND (1.1) Diet rendah sisa, rendah lemak, tinggi energi, protein, dan cairan. Preskripsi Diet:
a. Tujuan :
1) Menambah berat badan untuk mencapai status gizi normal.
2) Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memperberat kerja saluran cerna akibat adanya
infeksi.
3) Memberikan asupan energi dan protein yang ditingkatkan sesuai kebutuhan untuk
mencapai status gizi normal.
4) Mengurangi konsumsi lemak yang berlebih.
5) Mencukupi kebutuhan cairan untuk mengurangi risiko dehidrasi akibat diare dan demam
tifoid.
b. Prinsip/syarat Diet :
1) Inisiasi diet rendah sisa, yaitu makanan secara lengkap dicerna, diabsorpsi dengan baik
dan makanan yang tidak meningkatkan sekresi saluran cerna.
2) Makanan diberikan dengan tekstur lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas
atau dingin agar mudah dicerna, serta tidak merangsang dan memperberat kerja saluran
cerna
3) Energi ditingkatkan sesuai kebutuhan mencapai 1259,54 kkal/ hari.
4) Protein ditingkatkan sesuai kebutuhan mencapai 47,23 gr/hari.
5) Mengonsumsi asupan lemak menjadi sesuai kebutuhan yaitu 34,98 gr/hari untuk
mengurangi asupan lemak yang berlebih.
6) Cairan yang ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan mencapai 1000 ml/hari.
c. Modifikasi Diet :
Jenis diet : Diet rendah sisa, rendah lemak, tinggi energi, protein, dan cairan.
Bentuk makanan : Makanan lunak
d. Rute: Pemberian makanan diberikan melalui oral tetapi bertekstur lunak
e. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi Energi =
Menggunakan rumus Schofield
BMR = (0, 167 x 10) + (15, 174 x 90) – 617,6
= ( 1, 67 ) + ( 1.365,66) - 617,6
= 749, 73
TEE = BMR x Faktor aktivitas fisik x Faktor stress
= 749,73 x 1,2 x 1,4
= 1259,54 kkal
Protein = 15% x 1259,54 kkal = 188,93 kkal : 4 kkal
= 47,23 gr
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
Kesimpulan :
Klasifikasi tingkat konsumsi menurut Gibson, 2005 yaitu :
≥80% = Baik
≤51%= Buruk/kurang
Berdasarkan data di atas, standar diet RS yang dibandingkan dengan kebutuhan/planning yang
direncanakan sudah tergolong dalam kategori baik dikarenakan rata-rata hasil persentase
asupan energi, protein, karbohidrat, dan lemaknya berada dalam rentang ≥80%.
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
Lauk hewani 5 bj
½p Bakso 85
(lemak sedang) sdg
2 ptg
Protein nabati 1p Tempe 50
Tempe sdg
Makanan Tanpa
1p Air putih 170 1 gls
kalori
Buah 1 ptg
Buah 1p Semangka segar 180
Selingan semangka bsr
pagi Makanan Tanpa
1p Air putih 170 1 gls
Kalori
1 bj
Siang Lauk nabati 1p Tahu 110
bsr
Tumis tahu
Sayuran B 1p Caisim 100 1 gls
caisim
Minyak lemak
½p Minyak kelapa 2,5 ½ sdt
jenuh
Makanan Tanpa
1p Air putih 170 1 gls
kalori
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
Buah 1 bh
Buah 1p Pisang segar 40
Selingan pisang sdg
sore Makanan Tanpa
1p Air putih 170 1 gls
kalori
Makanan Tanpa
1p Air putih 170 1 gls
kalori
Sebelum
Susu rendah lemak 1p Susu ultra Susu sapi 200 1 gls
tidur
Rekomendasi Kebutuhan % Pemenuhan
Energi 1312,5 1259,54 104,24%
Karbohidrat 188 188,593 99,68%
Protein 50,5 47,23 106,92%
Lemak 36,5 34,98 104,34%
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
● Modifikasi jenis diet: Diet rendah sisa, rendah lemak, tinggi energi, protein, dan cairan.
● Modifikasi tekstur makanan : lunak
V. KOLABORASI (RC) :
● Berkolaborasi dengan dokter untuk mengetahui kondisi perkembangan fisik/klinis pasien
secara medis agar dapat memberikan intervensi gizi yang sesuai dengan kondisi pasien.
● Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya seperti perawat untuk membantu
mengawasi kondisi kesehatan pasien.
● Berkolaborasi dengan pihak keluarga pasien terkait penyediaan asupan makanan yang
dikonsumsi oleh pasien.
Waktu
Hal yang Diukur Target
Pengukuran
Mencapai status gizi
Antropometri BB dan perubahan BB 1 x seminggu
normal
Tes kultur tinja
Makroskopis =
(Konsistensi, darah, lendir,
warna)
Mikroskopis =
(Amuba Histolitica, Sisa
tumbuhan, Sisa lemak,
Sesuai jadwal
Biokimia Eritrosit,Leukosit, Bakteri) Sesuai dengan rujukan
pemeriksaan
normal
dokter
Tes serologi widal
S.typhi O,
S.paratyphi A-O,
S.paratyphi B-O,
S.paratyphi C-O,
S.typhi H,
FORMULIR ASUHAN GIZI
BIDANG GIZI KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec. Tawang,
Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
S.parathyphi A-H
Mempertahankan suhu
Suhu tubuh dan resfirasi/
Klinis/Fisik Setiap hari tubuh dan respirasi agar
pernafasan
tetap normal
Asupan energi Asupan energi, protein,
Asupan Zat Asupan protein lemak, dan cairan sesuai
Setiap hari
Gizi Asupan lemak dengan kebutuhan pasien
Asupan cairan per hari.
FORMULIR ASUHAN
GIZI BIDANG GIZI
KLINIK
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Kota Jl. Siliwangi No.24,
Kahuripan, Kec.
Tawang, Tasikmalaya,
Jawa Barat 46115
Kesimpulan :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
● PATOFISIOLOGI PENYAKIT
1. Patofisiologi Gizi Buruk
Gizi buruk secara patofisiologi pada anak balita (12-59 bulan) adalah mengalami
kekurangan energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) dan
kurang vitamin A. Kekurangan sumber dari empat di atas pada anak balita dapat menghambat
pertumbuhan, mengurangi daya tahan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit infeksi,
mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan, penurunan kemampuan fisik, gangguan
pertumbuhan jasmani dan mental, stunting, kebutaan serta kematian pada anak balita.
Gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 tahun. Gizi buruk adalah
bentuk terparah dari proses 2 terjadinya kekurangan gizi menahun. Anak balita usia 12-59
bulan merupakan kelompok umur yang rawan terhadap gangguan kesehatan dan gizi. Pada
usia ini kebutuhan mereka meningkat, sedangkan mereka tidak bisa meminta dan mencari
makan sendiri dan seringkali pada usia ini tidak lagi diperhatikan dan pengurusannya
diserahkan kepada orang lain sehingga risiko gizi buruk akan semakin besar. Anak yang gizi
buruk akan mengalami penurunan daya tahan sehingga anak rentan terhadap penyakit 3
infeksi.
2. Patofisiologi Demam Tifoid
Demam tifoid atau Typhoid fever merupakan suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella Typhi. Salmonella Typhi merupakan bakteri dari subspesies
Salmonella enterica yang menjadi penyebab demam tifoid dengan manifestasi demam yang
berlangsung lama. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang, tumbuh
pada suasana aerob dan fakultatif aerob serta masuk dalam keluarga Enterobacteriaceae.
Bakteri ini tidak berspora, bergerak dengan flagella serta memiliki 3 jenis antigen yaitu
antigen O, H, dan VI di dalam serum penderita demam tifoid. Seseorang yang serumnya
mengalami infeksi akan mendapatkan perlindungan dari aksi bakterisida karena peran dari
antigen Vi. Demam tifoid dapat ditularkan melalui berbagai cara, biasa dikenal dengan 5F
yaitu Food (makanan), Finger (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan Feses.
Penularan bakteri Salmonella Typhi penyebab demam tifoid dapat melalui feses dan
muntahan dari penderita tifoid. Makanan dan minuman yang terkontaminasi serta lalat yang
hinggap di makanan yang akan kurang diperhatikan maka bakteri tersebut dapat mudah masuk
dan menyebabkan infeksi. Demam tifoid disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella
Typhi yang bentuknya batang, mempunyai flagella, aerob atau anaerob fakultatif. Bakteri
Salmonella Typhi masuk ke dalam usus halus dengan diperantarai oleh makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Jumlah kuman yang dapat menginfeksi tubuh manusia
bervariasi yakni antara 1000 hingga 1.000.000 kuman. Kuman dapat bertahan terhadap asam
lambung dan kemudian masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis
dan berkembang biak.
3. Patofisiologi Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbul diare adalah akibat gangguan osmotik dan
gangguan sekresi. Gangguan osmotik terjadi akibat tidak terserapnya makanan atau zat yang
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Sedangkan gangguan sekresi diakibatkan rangsangan
tertentu pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena peningkatan isi rongga usus. Meningkatnya
motillitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan
absorbsi, ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. Cairan, potassium, sodium dan
karbonat berpindah dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan
dehidrasi, kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari :
○ Transpor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elekrolit ke dalam usus halus.
Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan
elektrolit. Mikro organisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal menurunkan
area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit
○ Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi
○ Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal
Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Terbaru Cetakan Kedua. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Dedi Alamsyah*, M. M. (2017). Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang dan Gizi Buruk
pada Balita 12-59 Bulan . Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas.
Determinan Stunting pada Anak Usia 12-36 Bulan . (n.d.). Retrieved from 123dok:
https://123dok.com/document/ydv9gm6y-determinan-stunting-anak-bulan-kecamatan-
simpang-subulussalam-tahun.html
Ii, Diare., & Pustaka, T. (2011). Jurnal Del 7. 6–31.
Jannah, Siti Raudlatul. 2016. “Studi Penggunaan Antibiotik Golongan Sefalosporin Pada
Pasien Demam Tifoid Di Rsud Sidoarjo,” 5–28.
Nuraini., Iskari. N., Yenny. M. 2017. Dietetika Penyakit Infeksi. Jakarta: Badan Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
PENATALAKSAAN GIZI PADA PASIEN GIZI BURUK. (2020). Retrieved from
rsupsoeradji: https://rsupsoeradji.id/penatalaksaan-gizi-pada-pasien-gizi-
buruk/#:~:text=Prinsip%20Dasar%20Terapi%20Gizi%20pada,fase%20stabilisasi%2C%2
0transisi%20dan%20rehabilitasi
S, Lailatul Fitri K, A B Tjandrarini, and Tan Amelia. 2015. “Rancang Bangun Aplikasi
Penentuan Bahan Makanan Berdasarkan Status Gizi Pada Pasien Rawat Jalan.” Jsika 4
(1): 24–30.