Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PRAKTIKUM

UJI KUAT GESER

FEGI DERMAWAN
09320180124

LABORATORIUM GEOMEKANIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020
JURNAL PRAKTIKUM UJI KUAT GESER
Fegi dermawan¹, Putri Safhira.², Andi Baso Lovan Al Tamar, S.T.³

Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Muslim Indonesia


Makassar, Jl. Urip Sumoharjo KM 05, Telp/Fax(+62) 411 455666/ (+62) 411 455695
Email: fegidermawan5@gmail.com

ABSTRAK
Kuat geser batuan adalah perlawanan internal batuan terhadap tegangan yang bekerja sepanjang bidang geser dalam batuan
tersebut yang dipengaruhi oleh karakteristik, intrinstik dan faktor internal.Kuat geser batuan juga kemampuan batuan melawan
tegangan geser yang terjadi pada saat terbebani.Kuat geser batuan adalah perlawanan internal batuan terhadap tegangan yang
bekerja sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut yang dipengaruhi oleh karakteristik intrinstik dan faktor eksternal. Kuat
geser batuan dibagi dengan dua jenis, yaitu Kuat geser puncak (peak) dan Kuat geser Residu (sisa). Kuat geser tanah atau
batuan adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang terjadi pada saat terbebani.keruntuhan geser atau shear failure
tanah atau batuan terjadi bukan disebabkan karena hancurnya butir butir tanah tersebut tapi karena adanya gerak relatif antara
butir butir tanah tersebut. Pada sampel G1 diperoleh luas permukaan batu A = 0,0000454 m2, gaya geser(peak) Fg1 = 0,14217
N, Fg2 = 0,12186, Fg3 =0,10155. (residual) Fg1 = 0.08124, Fg2 = 0,06093, Fg3=0,04062. tegangan normal 𝜎𝑛1= 4,405 MPa,
𝜎𝑛2=8,810, 𝜎𝑛3 = 13215 tegangan geser (peak) 𝜏1=3,1314, 𝜏2 =2,6841, 𝜏3 =2,2367 dan (residual) =
𝜏1 =1,7894MPa,𝜏2 =1,3420 𝜏3 = 0,8947 sudut geser dalam (peak)Φ1=350, Φ2=160, Φ3=90 dan (residual) Φ1= 220,Φ2=80,
Φ3=30 dan kohesi (peak)C1= 0,0471 MPa, C2 = 2,4519, C3 = 0,1448, (residual) C1= 0,0098 MPa, C2 = 0,1042, C3 = 0,2023.
Setelah melakukan praktikum mekanika batuan dilaboratorium geomekanika dengan mata acara uji kuat geser maka dapat
disimpulkan uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan sampel batuan yang berbentuk silinder
dari satu arah (uniaxial). Penyebaran tegangan di dalam sampel batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya yang
dikenakan pada sampel tersebut.

Kata kunci :Gaya, tegangan, regangan, kohesi, coulomb

PENDAHULUAN runtuh). Pengujian ini mengukur kekuatan geser langsung


Kuat geser batuan adalah perlawanan internal batuan puncak dan residual sebagai fungsi dari tegangan normat
terhadap tegangan yang bekerja sepanjang bidang geser terhadap bidang gesernya, Hasil pengujian ini digunakan
dalam batuan tersebut yang dipengaruhi oleh dalam analisis kesetimbangan batas pada masalah
karakteristik, intrinstik dan faktor internal.Kuat geser kestabilan lereng atau untuk analisis stabilitas pondasi
batuan juga kemampuan batuan melawan tegangan geser bendungan.Data uji geser diperlukan untuk mengetahui
yang terjadi pada saat terbebani. Keruntuhan geser atau nilai tegangan geser, tegangan normal, hubungan antara
shear failurebatuan terjadi bukan disebabkan karena tegangan normal dan tegangan geser, kohesi dan sudut
hancurnya butir-butir batuan tersebut tetapi karena geser dalam menggunakan persamaan Mohr-Coulomb.[1]
adannya gerak relatif antara butir-butir batuan tersebut. Adapun maksud dari praktikum Uji kuat geser ini
Pada peristiwa kelongsoran suatu lereng berarti telah adalah untuk mengetahui kuat geser suatu batuan terhadap
terjadi pergeseran dalam butir-butir batuan tekanan yang diberikan pada bidang geser.Adapun Tujuan
tersebut.Kekuatan geser yang dimiliki oleh suatu batuan dari praktikum uji kuat geser ini adalah sebagai berikut:
dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu pada batuan berbutir menentukan nilai kohesi (C) dan sudut geser dalam (°)
halus (kohesif) misalnya kekuatan geser yang dimiliki menggunakan alat Direct shear, mengidentifikasi
batuan disebabkan karena adanya kohesi atau lekatan parameter-parameter akan mempengaruhi kelakuan/sifat
antara butir-butir batuan yang disebut kohesi (C).Pada geser batuan.Berikut adalah alat dan bahan yang
batuan dengan butir kasar (non kohesif), kekuatan geser digunakan dalam praktikum uji kuat geser adalah: Alat
disebabkan karena adannya gesekan antara butir-butir tulis menulis, peralatan Direct Shear Test, jangka Sorong,
batuan sehingga sering disebut sudut gesek dalam. Pada beban, alat pelindung diri, ember, lap kain, tali kecil,
kondisi alamiah dilapangan kondisi material batuan selalu sampel batuan, problem set, tabel Kalibrasi.[1]
bercampur sehingga kekuatan geser disebabkan karena Kuat geser batuan adalah perlawanan internal
adannya lekatan (karena kohesif) dan gesekan karena batuan terhadap tegangan yang bekerja sepanjang bidang
adannya sudut geser dalam pada butir-butir batuan, [1] geser dalam batuan tersebut yang dipengaruhi oleh
Kuat geser batuan dibagi menjadi dua jenis yaitu karakteristik intrinstik dan faktor eksternal.Kuat geser
kuat geser puncak (peak) dan kuat geser residu (sisa).Kuat batuan dibagi dengan dua jenis, yaitu Kuat geser puncak
geser puncak ialah kuat geser yang terjadi ketika tegangan (peak) dan Kuat geser Residu (sisa). Kuat geser puncak
geser mencapai titik maksimalnya (puncak) disitu pula ialah kuat geser yang terjadi ketika tegangan geser
batuan mengalami deformasi plastic yang kemudian mencapai titik maksimalnya (puncak).Untuk kuat tarik
runtuh. Setelah itu tegangan geser akan menurun hingga batuan diperoleh dari uji kuat tarik tak langsung
menunjukan angka yang konstan untuk menggeser batuan (Brazillian test). Sama dengan uji kuat tekan uniaksial, uji
tersebut atau disebut kuat geser residu (setelah batuan kuat tarik tak langsung menggunakan lima conto batuan
untuk memperoleh kuat tarik rata-rata. Sedangkan sepanjang
selubung kekuatan batuan, kuat geser, dan kohesi dan
sudut geser dalam dari pengujian triaksial[1]
TINJAUAN PUSTAKA diameter atau dengan uji langsung yang meliputi
1. Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan tarikan sebenarnya atau bengkokan dari prisma batuan.
Batuan merupakan zat padat yang terbentuk Kekuatan batuan dapat di ukur secara insitu (di
dari kumpulan mineral yang berbeda dan mempunyai lapangan)sebaik mungkinpengukuran di laboratorium.
komposisi kimia yang tetap dan merupakan penyusun Regangan (deformasi) diukur di area tambang kemudian
kerak bumi. Batuan terbentuk melalui proses geologi di hubungkan terhadap tegangan dengan berpedoman
yang panjang dan selama proses geologi seperti aktivitas pada konstanta elastik dari laboratorium.
magmatisme dan proses sedimentasi sangat berpengaruh Tegangan sebelum penambangan merupakan
terhadap sifat fisik batuan tersebut sedangkan pengaruh kondisi tegangan asli, sulit dihitung, tetapi merupakan
struktur geologi akan berpengaruh terhadap sifat mekanis parameter desain tambang yang penting. Kondisi
dari batuan tersebut. Oleh sebab itulah batuan memiliki tegangan yang berkembang selama penambangan
sifat fisiki maupun sifat mekanis [1] merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam
a. Sifat Fisik operasi tambang sebaik dalam perancangan tambang.
Sifat fisik batuan merupakan sifat yang dimiliki Regangan yang dihasilkan dari pola tegangan baru di
oleh batuan tersebut bersamaan saat batuan tersebut ukur dari waktu ke waktu atau dimonitor secara
terbentuk. Sifat fisik batuan tersebut misalnya porositas, menerus selama penambangan berlangsung. Kekuatan
berat jenis, permaebilitas, absorpsidan derajat batuan dapat diukur secara insitu (di lapangan)
kejenuhan. sebaik pengukuran dilaboratorium. Regangan (deformasi)
b. Sifat Mekanik Batuan diukur di area tambang kemudian di hubungkan terhadap
Sifat mekanik batuan adalah sifat yang dimiliki tegangan dengan berpedoman pada konstanta elastik
batuan karena adanya pengaruh gaya-gaya dari luar yang dari laboratorium. Tegangan sebelum penambangan
bekerja pada batuan tersebut. Pengujian Sifat Mekanis merupakan kondisi tegangan asli, sulit di hitung, tetapi
Batuan [1] merupakan parameter desain tambang yang penting.
1. Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Tegangan tersebut umumnya diperkirakan dan diberi
Strength Test) beberapa kuantifikasi dengan memasang sekelompok
Uji ini menggunakanmesin tekan(compression pengukur tegangan elektrik dalam rosette pada
machine) untuk menekan sampel batuan yang berbentuk permukaan batuan, memindahkan batuan-batuan yang
silinder dari satu arah (uniaxial). Penyebaran tegangan berdekatan, dan mengukur respons tegangan sebenarnya
di dalam sampel batuan secara teoritis adalah searah yang di lepaskan. Kondisi tegangan yang berkembang
dengan gaya yang dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi selama penambangan merupakan hal penting yang
dalam kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan harus diperhatikan dalam operasi tambang sebaik dalam
gaya yang dikenakan pada sampel tersebut karena ada perancangan [1]
pengaruh dari plat penekan mesin tekan yang 7. Hammer test
menghimpit sampel, sehingga bentuk pecahan tidak Hammer Test adalah suatu metode pemeriksaan
terbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya mutu batuan tanpa merusak batuan. Disamping itu
melainkan berbentuk kerucut cone. Perbandingan antara dengan menggunakan metode ini akan diperoleh cukup
tinggi dan diameter sampel (l/d) mempengaruhi nilai kuat banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan
tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu biaya yang murah. Metode pengujian ini dilakukan
2 < l/d < 2,5. Semakin besar [1]. dengan memberikan beban impact(tumbukan) pada
2. Uji Kuat Tarik Tak Langsung permukaan batuan dengan menggunakan suatu massa
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang
tarik (tensile strength) dari perconto batu berbentuk besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari
silinder secara tidak langsung. Alat yang digunakan massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan
adalah mesin tekan seperti pada pengujian kuat tekan. permukaan batuan dapat memberikan indikasi
3. Uji PointLoad kekerasan juga setelah dikalibrasi, dapat memberikan
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari pengujian ini adalah jenis hammer. Alat ini sangat
sampel batuan secara tak langsung di lapangan.Sampel berguna untuk mengetahui keseragaman batuan pada
batuan dapat berbentuk silinder atau tidak beraturan. struktur. Karenakesederhanaannya, pengujiandengan
4. Uji Triaksial menggunakan alat ini sangat cepat, sehingga dapat
Salah Pengujian ini adalahsalah satu pengujian mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang
yang terpenting dalam mekanika batuan untuk singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada
menentukan kekuatan batuan di bawah tekanan triaksial. pada permukaan batuan, misalnya keberadaan partikel
Percontoh yang digunakan berbentuk silinder dengan batu pada bagian-bagian tertentu dekat permukaan.
syarat-syarat sama pada pengujian kuat tekan. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan beberapa
5. Kuat Tekan (Uniaxial) kalipengukuran disekitar setiap lokasi pengukuran,
Kuat tekan (uniaxial) yang diuji dengan suatu yang hasilnya kemudian dirata-ratakan. British
silinder atau prisma terhadap titik pecahnya. Penekanan Standards (BS) mengisyaratkan pengambilan antara 9
uniaksial terhadap contoh batuan silinder merupakan uji sampai 25 kali pengukuran untuk setiap daerah pengujian
sifat mekanik yang paling umum digunakan.Uji kuat seluas maksimum 300 mm [2]
tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan 8. Uji Sifat Fisik
batuan. Batuan Dengan Gelombang Ultrasonik Uji sifat
6. Kuat Tarik (Tensile Strength) fisik batuan dengan gelombang ultrasonik ini yaitu
Kuat tarik (tensile strength) ditentukan dengan uji menggunakan alat sonic viewer sx 5251. Alat ini mampu
Brazilian dimana suatu piringan di tekan memancarkan gelombang ultrasonik yang memiliki
4) Setelah diplot tarik garis singgung menyinggung
lingkaran kuat tekan dan kuat tarik.
frekuensi 20 KHz. Gelombang ultrasonik 5) Nilai kohesi didapatkan dari perpotongan antara
digunakan untuk mendeteksi objek jauh lebih detail garis singgung dan sumbu tegak.
terutama pada benda–benda yang padat, gelombang 6) Sudut geser dalam diperoleh dari besarnya sudut
ultrasonik tersebut dipantulkan melalui permukaan benda yang dibentuk garis singgung tersebut [2]
yang akan diamati [2] Persamaan yang akan digunakan sebagai berikut:
Gelombang ultrasonik tersebutmerambat karena
merupakan rambatan energi dan momentum
mekanikasehingga merambat sebagai interaksi dengan
molekul dan inersia medium yang dilaluinya. Perambatan
gelombang tersebut menyebabkan getaran partikel
dengan medium amplitudo sejajar dengan arah rambat
secara longitudinal sehingga menyebabkan partikel
maedium membentuk rapatan dan tegangan. Periode
rapatan dan rengangan benda tersebutlah yang akan
diamati untuk mengetahui sejauh mana sifat elastisitas
batuan, density, dan rigiditas suatu batuan, melalui
korelasi dari data nilai kecepatan dari rambat gelombang
yaittu S dan P, modulus geser dan possionratio [2]

2. Hubungan Tegangan dan Rengangan


a. Tegangan
Tegangan adalah suatu reaksi akibat adanya beban
atau gaya. Ada 3 macam tegangan sebelum massa batuan
mengalami gangguan, antara lain : 3. Uji Kuat Geser Batuan
1) Tegangan gravitasi, yaitu tegangan yang terjadi Kuat geser tanah atau batuan adalah kemampuan
karena berat dari batuan yang berada di atas tanah melawan tegangan geser yang terjadi pada saat
massa batuan. terbebani.keruntuhan geser atau shear failure tanah atau
2) Tegangan tektonik, yaitu tegangan yang terjadi batuan terjadi bukan disebabkan karena hancurnya butir
akibat aktivitas tektonik pada kulit bumi. butir tanah tersebut tapi karena adanya gerak relatif antara
3) Tegangan sisa, yaitu tegangan yang masih tersisa butir butir tanah tersebut. Pada peristiwa kelongsoran
walaupun penyebab terjadinya tegangan tersebut suatu lereng berarti telah terjadi pergeseran dalam butir
sudah hilang. butir tanah tersebut.Kekuatan geser yang dimiliki oleh
b. Regangan suatu tanah atau batuan dipengaruhi oleh faktor faktor
Regangan adalah perubahan bentuk atau volume dibawah ini. Pada tanah berbutir halus (kohesif ) misalnya
akibat adanya tegangan. Pada saat sampel batuan yang lempung kekuatan geser yang dimiliki tanah disebabkan
di uji menerima beban yang meningkat secara teratur, karena adanya kohesi atau lekatan antara butir butir tanah
maka kondisi sampel batuan cenderung mengalami atau biasa disebut dengan kohesi (C).Pada tanah atau
perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini akan terjadi batuan dengan butir kasar (non kohesif), kekuatan geser
dalam arah lateral . disebabkan karena adanya gesekan antara butir butir tanah
c. Hubungan Tegangan-Regangan atau batuan sehingga sering disebut sudut gesek
Bila ada sebuah batang yang mengalami gaya dalam.Pada kondisi alamiah dilapangan kondisi material
tekan maka batang tersebut akan mengalamai tanah maupun batuan selalu bercampur sehinga kekuatan
perpendekan dan regangan yang terjadi disebut regangan geser disebabkan karena adanya lekatan (karena kohesi)
tekan. Dari teori kekuatan bahan tegangan tarik dapat dan gesekan karena adanya sudut geser dalam pada butir
ditentukan dengan membagi beban dengan luas butir batuan dan tanah.[2]
penampang.Hubungan tegangan (σ) dan regangan (∈) Tegangan tersebut umumnya diperkirakan dan
yang berbanding lurus diberi beberapa kuantifikasi dengan memasang
d. Mohr Coulomb sekelompok pengukur tegangan elektrik dalam rosette
Pemecahan geometri untuk tegangan-tegangan pada permukaan batuan, memindahkan batuan-batuan
dengan menggunakan arah yang berbeda-beda yang berdekatan, dan mengukur respons tegangan
didapatkan dengan menggunakan persamaan yaitu dari sebenarnya yang di lepaskan. Kondisi tegangan yang
mohr coulomb. Adapun angkah-langkah dalam berkembang selama penambangan merupakan hal
pembuatan mohr coulomb dan cara mendapatkan nilai penting.Berikut ilustrasi sederhana dari alat direct shear
kohesi dan sudut geser dalam adalah contohnya sebagai strength [2]
berikut : Gambar 3.1 Alat ShearStrength(Bieniawski, 1984)
1) Buat sumbu vertikal untuk tegangan geser dan
sumbu horisontal untuk kuat tekan dan kuat tarik
dengan skala yang sama.
2) Nilai dari kuat tekan berada disebelah kanan
sumbu vertikal sedangkan nilai kuat tarik berada
disebelah kiri sumbu vertikal.
3) Plotkan nilai kuat tekan dan nilai kuat tarik
dari data yang telah diketahui membentuk
setengah lingkaran.
Secara sederhana sampel tanah atau batuan
dimasukkan kedalam alat seperti tabung yang kemudian terjadi pembentukan rekahan awal ketika beban normal
diberi beban normal yang besarnya tetap. Sampel tersebut diberikan. Oleh karena itu diusahakan agar deformasi
kemudian digeser dengan gaya yang besarnya secara maupun runtuhan yang terjadi hanya disebabkan oleh
berkala dinaikkan sampai sampel tanah atau batuan tegangan geser dan bukan oleh tegangan normal.
tersebut pecah. Dan sleuruh angka tersebut dicatat b) Mineralogi dan Ukuran Butiran
kemudian diplot kedalam grafik.Saat ini alat untuk Butiran yang kecil biasanya monocrystalline dan
mengukur direct shear strength sudah otomatis dengan ikatannya ataupun nilai kohesinya relatif lebih tinggi
komputer dalam menghitung displacement dari sampel dibandingkan butiran besar. Pada batuan yang ukuran
tersebut karena dibutuhkan ketelitian yang sangat tinggi butirnya lebih besar, permukaan gesernya cenderung
dan harus sangat cepat untuk mencatat tiap perubahan.ada membentuk gelombang gelombang kasar ketika
tiga gauge yang harus dicatat per tiap perubahan gaya mengalami pergeseran. Hal ini menyebabkan sudut gesek
yang diberikan seperti horizontal displacementgauge, dalam batuan yang diperoleh dari uji laboratorium lebih
vertical displacement gauge dan shear load gauge. Untuk besar dari aslinya.
memulai bisanya ditentukan beberapa nilai beban atau c) Kekasaran Permukaan Geser
tekanan normal (psi) yang akan diberikan pada tiap Semakin kasar permukaan geser, semakin besar
sampel yang berbeda [2] kekuatan geser batuan. Tetapi kekasaran geser ini akan
Bieniawski (1984), kekuatan suatu batuan secara berpengaruh hanya pada tegangan normal yang rendah,
utuh dapat diperoleh dari Point Load Strength Index atau karena pada tegangan normal yang cukup tinggi
Uniaxial Compressive Strengh. Beliau menggunakan permukaan geser akan hancur sehingga pada perilaku
klasifikasi Uniaxial Compressive Strength (UCS) yang kekuatan geser batuan akan lebih dipengaruhi oleh
telah diusulkan oleh Deere & Miller, 1968 (Bieniawski, kekuatan batuan utuh (intact rock) dari pada kekasaran
1984) dan juga UCS yang telah ditentukan dengan permukaan geser
menggunakan Hammer Test. Kekuatan batuan utuh d) Banyaknya Bidang Diskontinu
adalah kekuatan suatu batuan untuk bertahan menahan Dengan keberadaan bidang-bidang diskontinu
suatu gaya hingga pecah. Kekuatan batuan dapat dibentuk perambatan rekahan pada batuan dapat dengan mudah
oleh suatu ikatan adhesi antarbutir mineral atau tingkat terjadi ketika mendapat gaya dari luar. Hal ini
sementasi pada batuan tersebut, serta kekerasan mineral menyebabkan kekuatan batuan menurun.
yang membentuknya. Hal ini akan sangat berhubungan e) Tingkat Kerusakan Contoh
dengan genesa, komposisi, tekstur, dan struktur batuan [3] Proses pengambilan serta pengangkutan
Kondisi massa batuan dievaluasi untuk setiap bongkahan batu ke laboratorium dapat mengakibatkan
setiap bidang diskontinu yang ada. Dengan conto batuan terganggu. Semakin besar gangguan ataupun
menjumlahkan semua rating dari lima parameter akan kerusakan yang dialami batuan sebelum diuji, semakin
maka diperoleh nilai RMR pada dasar yang belum batuan tersebut tidak mempresentasikan kondisi masa
memperhitungkan pada orientasi bidang diskontinu. batuan.[3]
Adjusment terhadap orientasi bidang diskontinu ini
dipisahkan dalam perhitungan nilai RMR karena 5. Mohr Coulomb
pengaruh dari bidang diskontinu tersebut tergantung pada Pemecahan geometri untuk tegangan-tegangan
aplikasi engineering-nya, seperti terowongan, chamber, dengan menggunakan arah yang berbeda-beda
lereng atau fondasi.[3] didapatkan dengan menggunakan persamaan yaitu dari
Arah umum dari bidang diskontinu berupa strike mohr coulomb. Adapun angkah-langkah dalam
dan dip, akan mempengaruhi kestabilan lubang bukaan. pembuatan mohr coulomb dan cara mendapatkan nilai
Hal ini ditentukan oleh sumbu dari lubang bukaan kohesi dan sudut geser dalam adalah contohnya sebagai
tersebut, apakah tegak lurus strike atau sejajar strike, berikut :
penggalian lubang bukaan tersebut, apakah searah dip 1) Buat sumbu vertikal untuk tegangan geser dan
atau berlawanan arah dengan dip dari bidang diskontinu. sumbu horisontal untuk kuat tekan dan kuat tarik
RMR dapat digunakan sebagai panduan memilih dengan skala yang sama.
penyangga terowongan.Panduan ini tergantung pada 2) Nilai dari kuat tekan berada disebelah kanan
beberapa faktor seperti kedalaman lubang bukaan dari sumbu vertikal sedangkan nilai kuat tarik berada
permukaan, ukuran dan bentuk terowongan serta metode disebelah kiri sumbu vertikal.
penggalian yang dipakai.Sedangkan untuk menentukan 3) Plotkan nilai kuat tekan dan nilai kuat tarik
kestabilan lubang bukaan dapat ditentukan melalui dari data yang telah diketahui membentuk
stand-up time dari nilai RMR menggunakan grafik span setengah lingkaran.
terhadap stand-up time. Keakuratan dari stand-up time ini 4) Setelah diplot tarik garis singgung menyinggung
menjadi diragukan karena nilai stand-up time sangat lingkaran kuat tekan dan kuat tarik.
dipengaruhi oleh metode penggalian, ketahanan terhadap 5) Nilai kohesi didapatkan dari perpotongan antara
pelapukan (durability) dan kondisi tegangan in situ yang garis singgung dan sumbu tegak.
merupakan parameter-parameter penting yang tidak 6) Sudut geser dalam diperoleh dari besarnya sudut
tercakup dalam metode klasifikasi RMR.Oleh karena itu, yang dibentuk garis singgung tersebut[4]
sebaiknya grafik ini digunakan hanya untuk tujuan Kuat geser tanah atau batuan adalah kemampuan
perbandingan semata. [3] tanah melawan tegangan geser yang terjadi pada saat
terbebani. Keruntuhan geser atau shear failure tanah atau
4. Faktor yang Mempengaruhi batuan terjadi bukan disebabkan karena hancurnya butir
a) Tegangan Normal butir tanah tersebut tapi karena adanya gerak relatif antara
Tegangan normal yang diberikan tidak melebihi butir butir tanah tersebut. Pada peristiwa kelongsoran
suatu lereng berarti telah terjadi pergeseran dalam butir
batas elastisitas batuan. Dalam hal ini yang butir tanah tersebut.[4]
dimaksud batas elastisitas adalah batas dimana belum
Kekuatan geser yang dimiliki oleh suatu tanah atau dalam batuan, dinyatakan dalam satuan berat per satuan
batuan dipengaruhi oleh factor-faktor dibawah ini. Pada luas. Kohesi batuan akan semakin besar jika kekuatan
tanah berbutir halus (kohesif ) misalnya lempung gesernya makin besar. Nilai kohesi (c) diperoleh dari
kekuatan geser yang dimiliki tanah disebabkan karena pengujian laboratorium yaitu pengujian kuat geser
adanya kohesi atau lekatan antara butir butir tanah atau langsung (direct shear strength test) dan pengujian
biasa disebut dengan kohesi (C). Pada tanah atau batuan triaxial (triaxial test).Kohesi adalah gaya tarik-menarik
dengan butir kasar (non kohesif), kekuatan geser antar molekul yang sama. Salah satu aspek yang
disebabkan karena adanya gesekan antara butir butir tanah memengaruhi nilai kohesi adalah kerapatan dan jarak
atau batuan sehingga sering disebut sudut gesek antar molekul dalam suatu benda. Kohesi berbanding
dalam.Pada kondisi alamiah dilapangan kondisi material lurus dengan kerapatan suatu benda, sehingga bila
tanah maupun batuan selalu bercampur sehinga kekuatan kerapatan semakin besar maka kohesi yg akan didapatkan
geser disebabkan karena adanya lekatan (karena kohesi) semakin besar. Dalam hal ini, benda berbentuk padat
dan gesekan karena adanya sudut geser dalam pada butir memiliki kohesi yang paling besar dan sebaliknya pada
butir batuan dan tanah.[4] cairan. Sedangkan sudut geser dalam batuan secara
Kondisi massa batuan dievaluasi untuk setiap sederhana dapat kita lihat saat kita ambil sejumlah pasir
setiap bidang diskontinu yang ada. Dengan dan kita tuang diatas permukaan, pasir tersebut akan
menjumlahkan semua rating dari lima parameter akan membentuk sudut tertentu dengan permukaan. Inilah
maka diperoleh nilai RMR pada dasar yang belum makna fisik dari sudut geser tanah pada kondisi tanpa
memperhitungkan pada orientasi bidang tegangan pengekang.Pada kondisi alamiah dilapangan
diskontinu.umum dari bidang diskontinu berupa strike kondisi material tanah maupun batuan selalu bercampur
dan dip, akan mempengaruhi kestabilan lubang bukaan. sehinga kekuatan geser disebabkan karena adanya lekatan
Hal ini ditentukan oleh sumbu dari lubang bukaan (karena kohesi) dan gesekan karena adanya sudut geser
tersebut, apakah tegak lurus strike atau sejajar strike, dalam pada butir butir batuan dan tanah.[4]
penggalian lubang bukaan tersebut, apakah searah dip
atau berlawanan arah dengan dip dari bidang diskontinu. PROSEDUR PERCOBAAN
RMR dapat digunakan sebagai panduan memilih Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.Gunakan
penyangga terowongan.Panduan ini tergantung pada safety glasses dan safety shoes. Siapkan tabel pengamatan
beberapa faktor seperti kedalaman lubang bukaan dari untuk mencatat nilai deformasi. Sampel uji harus
permukaan, ukuran dan bentuk terowongan serta metode memenuhi syarat L/D = 2. Lakukan persiapan alat direct
penggalian yang dipakai. Sedangkan untuk menentukan shear, letakkan sampel batuan pada shear box. Pasang dial
kestabilan lubang bukaan dapat ditentukan melalui gauge untuk mengukur perpindahan pada arah pergeseran
stand-up time dari nilai RMR menggunakan grafik span Diatur pada posisi nol. Kemudian diberikan gaya normal
terhadap stand-up time. Keakuratan dari stand-up time ini menggunakan bandul dengan berat tertentu. Kemudian
menjadi diragukan karena nilai stand-up time sangat diberikan gaya geser dengan besar tertentu menggunakan
dipengaruhi oleh metode penggalian, ketahanan terhadap mesin direct shear otomatis Selanjutnya praktikan
pelapukan (durability) dan kondisi tegangan in situ yang membaca pertambahan gaya setiap interval deformasi
merupakan parameter-parameter penting yang tidak sebesar 0,5 mm.
tercakup dalam metode klasifikasi RMR. Oleh karena itu, Praktikan kemudian memberikan tegangan geser
sebaiknya grafik ini digunakan hanya untuk tujuan dengan memutar berlawanan arah jarum jam pada
perbandingan semata.[4] pengerak shear box sehingga mencapai puncak. Setelah
Secara sederhana sampel tanah atau batuan sampel patah, praktikan memberikan gaya yang
dimasukkan kedalam alat seperti tabung yang kemudian berlawanan arah dengan gaya yang sebelumnya
diberi beban normal yang besarnya tetap. Sampel tersebut sampaitegangan gesernya mencapai puncak. Kekuatan
kemudian digeser dengan gaya yang besarnya secara geser yang dimiliki oleh suatu tanah atau batuan
berkala dinaikkan sampai sampel tanah atau batuan dipengaruhi oleh factor-faktor dibawah ini. Pada tanah
tersebut pecah. Dan sleuruh angka tersebut dicatat berbutir halus (kohesif ) misalnya lempung kekuatan
kemudian diplot kedalam grafik.Saat ini alat untuk geser yang dimiliki tanah disebabkan karena adanya
mengukur direct shear strength sudah otomatis dengan kohesi atau lekatan antara butir butir tanah atau biasa
komputer dalam menghitung displacement dari sampel disebut dengan kohesi (C). Pada tanah atau batuan dengan
tersebut karena dibutuhkan ketelitian yang sangat tinggi butir kasar (non kohesif),
dan harus sangat cepat untuk mencatat tiap perubahan.ada
tiga gauge yang harus dicatat per tiap perubahan gaya HASIL
yang diberikan seperti horizontal displacementgauge,
Tabel 3.1Data uji kuat geser(sampel G1)
vertical displacement gauge dan shear load gauge. Untuk
memulai bisanya ditentukan beberapa nilai beban atau P Gaya
tekanan normal (psi) yang akan diberikan pada tiap P L T ea Residual manual
sampel yang berbeda.[4] k ( KN )
6,09 3,001 32,989 7 4 0,2
6. Parameter Uji kuat Geser cm cm cm
Ada dua parameter dalam uji kuat geser yaitu 6 3 0.4
kohesi dan sudut geser dalam. Dimana kohesi dan sudut
geser dalam adalah suatu parameter mekanika tanah dan 5 2 0,6
batuan yang sangat sering dijadikan acuan dalam suatu
design, pengujian serta analisis suatu rancangan.

Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel Tabel 3.2Data uji kuat geser(sampel G2)
Gaya e) Sudut Geser Dalam
P L T Peak Residual manual δτ
ϕ = arctan=
( KN ) 𝛿𝜎
Peak :
3,19 3,15 10 2 0,2 3,1314
6,21cm
cm cm Φ1 = tan
4,405
9 3 0,4 = tan-10,7108
= 350
8 4 0,6 12,6841
Φ2 = tan
8,810
Tabel 3.3Data uji kuat geser(sampel G3) = tan-10,3046
Gaya = 160
2,2367
P L T Peak Residual manual Φ3 = tan
( KN ) 13,215
= tan-10,1692
6,27 2,99 3,29 10 8 0,2 = 90
cm cm cm Residual :
9 7 0,4 1,7894
Φ1 = tan
4,405
8 6 0,6 = tan-10,4062
= 220
1,3420
Sampel G1 Φ2 = tan
8,810
a) Luas permukaan batu = tan-10,1523
2( 𝑃𝑥𝐿+𝑃𝑥𝑇+𝐿𝑥𝑇 )
A. = = 80
100
2( 6,09𝑥3,001 )+(6,09𝑥2,989)+(3,001𝑥2,989) 0,8947
= Φ3 = tan
100 13,215
2( 8,276)+(18,203)+(8,969) = tan-10,0677
=
100
45,448 = 30
=
100
= 0,455 f) Kohesi
0,455
= C = τ − σn tan ϕ
10.000
Peak :
= 0,0000454m2
C1 = 3,1314– 4,405 × tan 35°
= 3,1314- 4,405 x 0,7002
b) Gaya Geser
= 3,1314– 3,0843
Peak Fg = 0,02031 x deformasi
(0,2) Fg1= 0,02031 x 7 mm = 0,14217 = 0,0471MPa
(0,4) Fg2= 0,02031 x 6 mm = 0,12186 C2 =2,6841– 8,810 × tan 16°
(0,6) Fg3= 0,02031 x 5 mm = 0,10155 = 2,6841 _8,810 x 0,2867
= 2,6841 – 0,2322
Residual = 2,4519MPa
(0,2) Fg1= 0,02031 x 4 mm = 0,08124 C3 =2,2367–13,215 × tan 9°
(0,4) Fg2= 0,02031 x 3 mm = 0,06093 = 2,2367- 13,215x 0,1583
(0,6) Fg3= 0,02031 x 2 mm = 0,04062 = 1,1038– 2,0919
= 0,1448MPa
c) Tegangan Normal Residual :
𝐹𝑛 C1= 1,7894– 4,405 × tan 22°
𝜎𝑛 = ÷ 1000 = 1,7894 - 4,405 x 0,4040
𝐴
0,2
𝜎𝑛1 = : 1000= 4,405Mpa = 1,7894– 1,7796
0,0000454
0,4 = 0,0098MPa
𝜎𝑛2 = : 1000= 8,810Mpa
0,0000454 C2 =1,3420– 8,810 × tan 8°
0,6
𝜎𝑛3 = : 1000= 13,215 Mpa = 1,3420_8,810x 0,1405
0,0000454
= 1,3420– 1,2378
d) Tegangan Geser = 0,1042MPa
𝐹𝑔 C3 = 0,8947–13,215 × tan 3°
𝜏= ÷ 1000 = 0,8947- 13,215x 0,0524
𝐴
Peak : = 1,3420– 1,2378
𝜏1 =
0,14217
: 1000= 3,1314Mpa = 0,1042MPa
0,0000454
0,12186
𝜏2 = : 1000= 2,6841Mpa Sampel G2
0,0000454
0,10155 a) Luas permukaan batu
𝜏3 = : 1000= 2,2367Mpa 2( 𝑃𝑥𝐿+𝑃𝑥𝑇+𝐿𝑥𝑇 )
0,0000454 A. =
Residual: 100
0,08124 2( 6,21𝑥3,19+6,21𝑥3,15+3,19𝑥3,15)
𝜏1 = : 1000= 1,7894Mpa =
0,0000454 100
2( 19,4199 + 19,5615 + 10,0485 )
0,06093 =
𝜏2 = : 1000= 1,3420Mpa 100
0,0000454 2( 49,4199)
0,04062 =
𝜏3 = : 1000= 0,8947Mpa 100
0,0000454 0,4941
=
10.000
= 0,0000494m2 Peak :
C1 = 4,1113– 4,0485 × tan 45°
b) Gaya Geser = 4,1113 -4,0485 x 1
Peak Fg = 0,02031 x deformasi = 4,1113 – 4,0485
(0,2 kN) Fg1= 0,02031 x 10 mm= 0,2031 = 0,0628MPa
(0,4 kN) Fg2= 0,02031 x 9 mm= 0,1827 C2 =3,6983 – 8,0971 × tan 24°
(0,6 kN) Fg3= 0,02031 x 8mm= 0,1624 = 3,6983_8,0971x 0,4452
=3,6983 – 3,6048
Residual = 0,0935MPa
(0,2 kN) Fg1 = 0,02031 x 2 mm= 0,0406 C3 = 3,2874–12,1457 × tan 15°
(0,4 kN) Fg2 = 0,02031 x 3 mm= 0,0609 = 3,2874- 12,1457 x 0,2679
(0,6 kN) Fg3 = 0,02031 x 4 mm= 0,0812 = 3,2874– 3,2538
= 0,0336MPa
c) Tegangan Normal Residual :
𝐹
𝜎𝑛 = ÷ 1000
𝐴
C1 = 0,8218 – 4,0485 × tan 11°
𝜎𝑛1 =
0,2
: 1000= 4,0485 Mpa = 0,8218 – 4,0485 x 0,1943
0,0000494 =0,8218– 0,7866
0,4
𝜎𝑛2 = : 1000= 8,0971Mpa = 0,0352MPa
0,0000494
𝜎𝑛3 =
0,6
: 1000= 12,1457Mpa C2 =1,2327 – 8,0971 × tan 8°
0,0000494 =1,2327 _8,0971x 0,1405
= 1,2327 – 1,1376
d) Tegangan Geser = 0,0951MPa
𝐹𝑔 C3 = 1,6437 –12,1457 × tan 7°
𝜏= : 1000
𝐴 = 1,6437 – 12,1457 x 0,1227
Peak : = 1,6437 – 1,4902
0,2031
𝜏1 = : 1000 = 4,1113 Mpa = 0,1535MPa
0,0000494
0,1827
𝜏2 = : 1000 = 3,6983Mpa
0,0000494 Sampel G3
0,1624
𝜏3 = : 1000 = 3,2874Mpa a) Luas permukaan batu
0,0000494
2( 𝑃𝑥𝐿+𝑃𝑥𝑇+𝐿𝑥𝑇 )
A. =
100
Residual: 2( 6,27𝑥2,99+6,27𝑥3,29+2,99𝑥3,29)
0,0406 =
𝜏1 = : 1000 = 0,8218Mpa 100
0,0000494 2( 18,7473+20,6283+9,8371)
0,0609 =
𝜏2 = : 1000 = 1,2327Mpa 100
0,0000494 2( 49,2127)
0,0812 =
𝜏3 = : 1000 = 0,6437 Mpa 100
0,0000494 −0,492127
=
10.000
e) Sudut Geser Dalam = 0,0000492m2
δτ
ϕ = tan= b) Gaya Geser
𝛿𝜎
Peak : Peak : Fg = 0,02031 x deformasi
4,1113
Φ1 = tan (0,2 kN) Fg1 = 0,02031 x 10 mm= 0,2031
4,0485 (0,4 kN) Fg2 = 0,02031 x 9 mm=0, 1827
= tan-11,0155 (0,6 kN) Fg3 = 0,02031 x 8 mm= 0,1624
= 450
3,6983
Φ2 = tan Residual
8,0971
-1
= tan 0,4567 (0,2 kN) Fg1 = 0,02031 x 7 mm= 0,1421
= 240 (0,4 kN) Fg2 = 0,02031 x 6 mm= 0,1218
3,2874 (0,6 kN) Fg3 = 0,02031 x 5 mm= 0,1015
Φ3 = tan
12,1457
= tan-10,2706 c) Tegangan Normal
= 150 𝐹𝑛
𝜎𝑛 = ÷ 1000
𝐴
Residual : 0,2
0,8218 𝜎𝑛1 = : 1000= 4,0650 MPa
Φ1 = tan 0,0000492
0,4
4,0485
𝜎𝑛2 = : 1000= 8,1300 MPa
= tan-10,2029 0,0000492
0,6
= 110 𝜎𝑛3 = : 1000= 12,1951 MPa
1,2327 0,0000492
Φ2 = tan
8,0971
= tan-10,1522 d) Tegangan Geser
= 80 𝐹𝑔
𝜏= 𝑥1000
Φ3 = tan
1,6437 𝐴
12,1457
= tan-10,1353 Peak :
= 70 0,2031
𝜏1 = : 1000 = 4,1280 Mpa
0,0000492
f) Kohesi 0,1827
C = τ − σn tan ϕ 𝜏2 = : 1000 = 3,7134 Mpa
0,0000492
0,1624
𝜏3 = : 1000 = 3,3008 Mpa PEMBAHASAN
0,0000492
Pada sampel G1 diperoleh luas permukaan batu A =
0,0000454 m2, gaya geser(peak) Fg1 = 0,14217 N, Fg2 =
Residual:
0,1421 0,12186, Fg3 =0,10155. (residual) Fg1 = 0.08124 N, Fg2 =
𝜏1 = : 1000 = 2,8882 Mpa 0,06093, Fg3=0,08124.tegangan normal 𝜎𝑛1= 4,405
0,0000492
0,1218 MPa, 𝜎𝑛2=8,810, 𝜎𝑛3 = 13,215tegangan geser (peak)
𝜏2 = : 1000 = 2,4756 Mpa
0,0000492
0,1015 𝜏1=3,1314, 𝜏2 =2,6841, 𝜏3 =2,2367 dan (residual) =
𝜏3 = : 1000 =2,0630 Mpa 𝜏1 =1,7894MPa,𝜏2 =1,3420 𝜏3 = 0,8947 sudut geser
0,0000492
dalam (peak)Φ1=350, Φ2=160, Φ3=90dan (residual) Φ1=
e) Sudut Geser Dalam 220,Φ2=80, Φ3=30 dan kohesi (peak)C1= 0,0471 MPa, C2
δτ = 2,4519, C3 = 0,1448, (residual) C1= 0,0098MPa, C2 =
ϕ = tan=
𝛿𝜎 0,1042, C3 = 0,2923.
Peak : Pada sampel G2 diperoleh luas permukaan batu A =
,4,1280
Φ1 = tan 0,0000494 m2, gaya geser(peak) Fg1 = 0,2031N, Fg2 =
4,0650
0,1827 Fg3 =0,1624(residual) Fg1 = 0,0406 N, Fg2 =
= tan-10,0154
0,0609, Fg3=0,0812. tegangan normal 𝜎𝑛1= 4,0485
= 450
3,7134 MPa,𝜎𝑛2 =8,0971 𝜎𝑛3 = 12,1457tegangan geser (peak)
Φ2 = tan 𝜏1=4,1113, 𝜏2 =3,6983, 𝜏3 =3,2874dan (residual) =
8,1300
= tan-10,4567 𝜏1 =0,8218 MPa,𝜏2 =1,2327, 𝜏3 = 1,6437 sudut geser
= 240 dalam (peak)Φ1=450, Φ2=240, Φ3=150 dan (residual) Φ1=
Φ3 = tan
3,3008 110,Φ2=80, Φ3=70 dan kohesi (peak)C1= 0,0628 MPa, C2
12,1951 = 0,0935, C3 = 0,0336, (residual) C1= 0,0352 MPa, C2
= tan-10,2706 = 0,0951, C3 = 0,1535.
= 150 Pada sampel G3 diperoleh luas permukaan batu A =
Residual : 0,0000492 m2, gaya geser(peak) Fg1 = 0,2031 N, Fg2 =
2,8882
Φ1 = tan 0.1827, Fg3 =0,1624. (residual) Fg1 = 0,1421 N, Fg2 =
4,0650
= tan-10,7105 0,1218 Fg3=0,1015.tegangan normal 𝜎𝑛1= 4,0650MPa,
= 350 𝜎𝑛2=8,1300 𝜎𝑛3 = 12,1951tegangan geser (peak)
2,4756 𝜏1=4,1280 𝜏2 =3,7134, 𝜏3 =3,3008 dan (residual) =
Φ2 = tan 𝜏1 =2,8882MPa, 𝜏2 =2,4756, 𝜏3 = 2,0630 sudut geser
8,1300
= tan-10,3045 dalam (peak)Φ1=450, Φ2=240, Φ3=150 dan (residual) Φ1=
= 160 350,Φ2=160, Φ3=90 dan kohesi (peak)C1= 0,063 MPa, C2
2,0630 = 0,094, C3 = 0,0338, (residual) C1= 0,0419MPa, C2 =
Φ3 = tan
12,1951 0,1448MPa, C3 = 0,1326 MPa.
= tan-10,1691 PENUTUP
= 90 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum mekanika batuan
f) Kohesi dilaboratorium geomekanika dengan mata acara uji kuat
C = τ − σn tan ϕ geser maka dapat disimpulkan uji ini menggunakan mesin
Peak : tekan (compression machine) untuk menekan sampel
C1 = 4,1280– 4,0650 × tan 45° batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial).
= 4,1280-4,0650x 1 Penyebaran tegangan di dalam sampel batuan secara
= 4,1280– 4,0650 teoritis adalah searah dengan gaya yang dikenakan pada
= 0,063 MPa sampel tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah
C2 =3,7134– 8,1300 × tan 24° tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada
= 3,7134_8,1300x 0,4452 sampel tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan
=3,7134– 3,6194 mesin tekan yang menghimpit sampel, sehingga bentuk
= 0,094MPa pecahan tidak terbentuk bidang pecah yang searah
C3 = 3,3008–12,1951 × tan 15° dengan gaya melainkan berbentuk kerucut cone.
= 3,3008- 12,1951x 0,2679 Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel (l/d)
= 3,3008– 3,2670 mempengaruhi nilai kuat tekan batuan. Untuk melakukan
= 0,0338MPa pengujianpada kuat tekan maka dari itu kita dapat
Residual : digunakan yaitu 2 < l/d < 2,5.
C1 = 2,8882– 4,0650 × tan 35° DAFTAR PUSTAKA
= 2,8882- 4,0650 x 0,7002
[1] Arsyad M, 2017, Analisis sifat fisis dan mekanik
=2,8882– 2,8463
batuan karst Maros. Universitas Negeri
= 0,0419MPa
Makassar.Makassar
C2 =2,4756– 8,1300 × tan 16°
[2] Rahman A, 2018, Uji laboratorium mekanika
= 2,4756_8,1300 x 0,2867
batuan menggunakan metode unconfined
= 2,4756– 2,3308
compressive strength pada batuan inti (core)
= 0,1448MPa
batupasir. Akademi Minyak dan Gas Balongan
C3 = 2,0630–12,1951 × 𝑡𝑎𝑛9°
Indramayu.Bandung.
= 2,0630- 12,1951x 0,1583
[3] Rai, 1998. Perencanaan dan Pelatihan Teknik
= 2,0630– 1,9304
Terowongan. Laboratorium Geoteknik Pusat
= 0,1326MPa
Antar Universitas Ilmu Rekayasa Institut
Teknologi Bandung.Bandung.
[4] Rai, 1998. Mekanika Batuan Laboratorium
Geoteknik Pusat antar Universitas Ilmu
Rekayasa Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai