Salah satu ilmuwan besar yang dikenal hingga sekarang, Albert Einstein
pernah mengungkapkan bahwa Ilmu tanpa agama adalah buta dan agama
tanpa ilmu adalah lumpuh. Ungkapan ini memiliki makna yang cukup dalam
jika direnungkan dan dipahami. Ilmu yang tanpa dilandasi dengan agama dan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat digunakan oleh manusia untuk
berbagai macam kepentingan yang dapat bersifat merusak ataupun digunakan
untuk membangun serta meningkatkan kesejahteraan kehidupan.
Etika, atau sering disebut sebagai filsafat moral, yang berasal dari bahasa
Yunani, yaitu ethos yang berarti sifat, watak, dan kebiasaan. Begitu juga
dengan ethikos yang berarti keadaban, kelakuan, dan perbuatan yang baik.
Kemudian moral yang berasal dari bahasa Latin mores yang berarti kebiasaan
atau adat istiadat, watak, kelakuakn, tabiat, dan cara hidup. Sedangkan
estetika, yang merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan keindahan.
Berasal dari bahasa Yunani, aesthetika adalah hal-hal yang dapat dicerap
dengan indera. Pemahaman mengenai etika dan estetika erat kaitannya dengan
nilai-nilai. Pada etika berkaitan dengan baik – jahat dan nilai moral,
sedangkan estetika berkaitan dengan keindahan dan kejelekan dan nilai non –
moral.
Nilai-nilai seperti ini diperlukan, terlebih sebagai landasan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan yang berarti pelaku ilmu pengetahuan itu
sendiri perlu untuk memilikinya dan menerapkannya dalam aktivitas
ilmiahnya, karena ilmu itu sendiri bersifat netral, tidak mengenal sifat baik
dan buruk. Ilmuan dan manusia sebagai pemiliki ilmu pengetahuanlah yang
wajib memiliki sikap. Akan digunakan untuk apa sebenarnya ilmu
pengetahuan.