Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.

J
DENGAN KASUS SELULITIS FASIAL
DI RUANGAN TERATAI BEDAH
RSUD MOKOPIDO TOLITOLI

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ASTY PUTRI PRATIWI
NIM : PO7247319049
KELOMPOK : VI/ ENAM

MENGETAHUI

CI AKADEMIK CI RUANGAN

Ns. Azwar, S.Kep., M.Kes. Ns. Niluh Putu Rinto Andari Dewi, S.Kep.

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN TOLITOLI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
BAB I
KONSEP MEDIS PENYAKIT

A. Definis
According to WHO, cellulitis is a skin disease caused by streptococcal or
staphylococcal infection in subcutaneous tissue, which is usually caused by
contaminated minor wounds. Berdasarkan WHO, cellulitis adalah penyakit kulit
yang disebabkan oleh infeksi streptococcal ataupun staphylococcal pada jaringan
subkutan, yang biasanya disebabkan oleh luka minor yang terkontaminasi. (Putranta,
2016)
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflmasi yang
umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus atau streptococcus.
(Muttaqin dalam Handriani Rini, 2019).
Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan yang
disebabkan oleh bakteri Stapilokokus aureus, streptokokus grup A dan streptokokus
piogenes. (Wulandari. H.D, 2021)
Berdasarkan pengertian di atas, jadi selulitis merupakan inflamasi atau
peradangan yang terjadi pada jaringan subkutan yang pada umumnya disebabkan
oleh bakteri Streptococcus atau Staphylococcus yang di termukan pada luka minor
yang terkontaminasi.

B. Etiologi
Infeksi odontogenic pada umumnya merupakan infeksi campuran dari
berbagai macam bakteri, baik bakteri aerob atau anaerob mempunyai fungsi yang
sinergis. (Peterson dalam Risko I, 2019)
Infeksi primer selulitis dapat berupa; perluasan infeksi/ abses periapical,
osteomyielitis dan pericoronitis yang dihubungkan dengan erupsi gigi molar tiga
rahang bawah, ekstraksi gigi yang mengalami infeksi periapical/ perikoronal,
penyuntikan dengan menggunakan jarum yang tidak steril, infeksi kelenjar ludah
(sialodenitis), fraktur compound maksila/ mandibula, laserasi mukosa lunak mulut
serta infeksi sekunder dari oral malignancy. (Risko I, 2019)
C. Klasifikasi
1. Selulitis sirkumskripta serous akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia
fasial, yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous,
konsistensinya sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang
anatomi atau spasia yang terlibat.
2. Selulitis sirkumskripta supuratif akut
Prosesnya hamper sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut,
hanya infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulent.
Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang
purulent, mengindikasikan tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan
mekanisme resistensi local tubuh dalam mengontrol infeksi.
3. Selulitis difus akut
Dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu :
a. Ludwig’s angina
b. Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
c. Selulitis senator”s difus peripharingeal
d. Selulitis fasialis difus
e. Fasciitis necrotizing dan gambaran atypical
f. Selulitis kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat
karena terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari focus gigi. Biasanya
terjadi pada pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan
perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.
g. Selulitis difus yang sering dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah phlegmone/ angina
ludwig’s. angina ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai
spasia sublingual submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang
sampai mengenasi spasia pharyngeal selulitis dimulai dari dasar mulut.
Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut
pseudophlegmon. (Handriani Rini, 2019)
D. Manifestasi klinis
Gejala local antara lain pembengkakan mengenai jaringan lunak/ ikat longgar,
nyeri, panas dan kemerahan pada daerah pembengkakan, pembengkakan disebabkan
oedem, infiltrasi seluler dan kadang karena adanya pus, pembengkakan difus,
konsistensi kenyal-keras seperti papan, kadang-kadang disertai trismus dan kadang-
kadang dasar mulut atau lidah terangkat.
Gejala sistemik seperti temperature tinggi, nadi cepat dan tidak teratur,
malaise, lymphadenitis, peningkatan jumlah leukosit, ernafasan cepat, muka
kemerah-merahan, lidah kering, delirium terutama malam hari, disfagia dan dispone,
serta stridor. (Handriani Rini, 2019).

E. Patofisiologi
Pada 88,4% kasus selulitis fasialis disebabkan infeksi odontogenic yang
berasal dari pulpa dan periodontal. Periodontitis apikalis akut atau kelanjutan dari
infeksi/ abses perapikal, menyebar kesegala arah waktu mencari jalan keluar. Ketika
itu biasanya periosteum rupture dan infeksi menyebar ke sekitar jaringan lunak intra
atau extra oral, menyebabkan selulitis. Penyebab utama selulitis adalah proses
penyebaran infeksi melalui ruang subkutaneus selular/ jaringan ikat longgar yang
biasanya disebabkan dari infeksi odontogenic. Penyebaran ini dipengaruhi oleh
struktur anatomi local yang bertindak sebagai barrier pencegah penyebaran, hal
tersebut dapat dijadikan acuan penyebaran infeksi pada proses septik. Barrier
tersebut dibentuk oleh tulang rahang dan otot-otot yang berinsersi pada tulang
tersebut. (Risko I, 2019)
F. Pathway
Bakteri, Jamur, Luka

Infeksi Jaringan Subkutan

Selulitis

Mekanisme Radang

Kalor Dolor Rubor Tumor Fungsiolesa

Proses Akselerasi/ Hipertermi Hyperplasia Intoleran


Fagositosis Deselerasi Jaringan Ikat Jaringan/
Jaringan Saraf Organ Distal

Hipertermi Nyeri Otot Eritema Local Oedema Jaringan Intoleransi


Ikat Aktivitas
Lesi
DS :
 Klien mengatakan nyeri
pada wajah
DS :
P : Saat bergerak/
 Klien mengatakan luka dibawah
beraktivitas
mata kiri disertai nanah
Q : Seperti ditusuk-tusuk
DO :
R : Daerah wajah
 KU. Sedang
S : Skala nyeri 4 (sedang)
 Tampak adanya pengeluaran
T : Hilang timbul ± 5 menit
pus dari dalam rongga hidung
DO :
 Edema pada bagian bawah
 KU. Sedang
mata kiri dan kanan
 Wajah klien tampak
 Terdapat lesi pada bagian
meringis
bawah mata kiri yang
 Nampak pembengkakan
disertai pus
pada hidung
 TTV : TD : 140/90 mmHg
 Teraba nyeri tekan pada
ND : 86 x/m
hidung
SB : 36,1OC
 TTV : TD : 140/90 mmHg
RR : 20 x/m
ND : 86 x/m
SB : 36,1OC
Kerusakan Resiko
RR : 20 x/m
Integritas Jaringan Infeksi

Nyeri Akut Penekanan Jaringan Saraf

(1,Weli, 2021)
G. Komplikasi
1. Bacteremia
2. Nanah atau local abscess
3. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
4. Lymphangitis
5. Thrombophlebitis
6. Ellulitis pada muka atau facial cellulitis pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%
7. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
(Handriani Rini, 2019)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. CBC (Complete Bood Count), menunjukan jumlah kenaikan leukosit dan
rata-rata sedimentasi eritrosit sehingga mengindikasikan adanya infeksi
bakteri.
b. BUN Level, Kreatinin Level
c. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
d. Mengkultur dan membuat asupan gram, dilakukan secara terbatas pada
daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau
terdapat bula
2. Pemeriksaan imaging
a. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap
b. CT (Computed Tomography)
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging). (Handriani Rini, 2019)

I. Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya. Diberikan Penicilin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin). Jika
infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya sebelum diberikan
sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotic jika :
1. Penderita berusia lanjut
2. Selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
3. Demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi
terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
(Wulandari. H.D, 2021).

J. Pencegahan
1. Jika memiliki luka :
a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
b. Oleskan antibiotic
c. Tutupi luka dengan perban
d. Sering-sering mengganti perban tersebut
e. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
2. Jika kulit masih normal :
a. Lembabkan kulit secara teratur
b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
c. Lindungi tangan dan kaki
d. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial. (Wulandari. H.D,
2021)
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut 1,Weli (2021), pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan
Selulitis adalah sebagai berikut.
1. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam,
menggigil dan malaise
b. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sbelumnya mengidap
penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimilikidan riwayat pemakaian obat.
c. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna
merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan
mengilap.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau
penyakit kulit lainnya.
2. Keadaan emosi psikologi
3. Keadaan social ekonomi
Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
TD : menurun (<120/80 mmHg)
Nadi : turun (<90)
Suhu : meningkat (>37,5)
RR : normal
b. Kepala : dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
c. Mata : tidak anemis, tidak icterus, reflex cahaya (+)
d. Hidung : tidak ada pernafasan cuping
e. Mulut : kebersihan, tidak pucat
f. Telinga : tidak ada serumen
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
h. Jantung : denyut jantung meningkat
i. Ekstremitas : adakah luka pada ekstremitas
j. Integument : gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa
disuatu daerah yang kecil dikulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan
bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d’orange).
Pada kulit yang terinfeksi bias ditemukan lepuhan kecil berisi cairan
(vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula) yang bias pecah.

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut 1,Weli (2021), diagnose prioritas yang muncul pada pasien dengan
Selulitis antara lain :
1. Nyeri akut b/d respons inflamasi local saraf perifer kulit
2. Hipertermi b/d respon inflamasi kulit
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi b/d adanya luka pada kulit

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d respons inflamasi local saraf perifer kulit
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien tidak
mengalami nyeri, dengan kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
c. Tanda vital dalam rentang normal
NIC :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Observasi reaksi ketidaknyamanan
c. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
d. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
e. Ajarkan Teknik relaksasi/ distraksi
f. Monitor vital sign
2. Hipertermi b/d respon inflamasi kulit
NOC: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien
menunjukan suhu tubuh dalam rentang normal, dengan kriteria hasil :
a. Suhu 26-37
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna pada kulit
d. Klien merasa nyaman
NIC:
a. Monitor TTV
b. Monitor penurunan tingkat kesadaran
c. Kompres hangat pasien pada lipatan paha dan aksila
d. Tingkatkan sirkulasi udara
e. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
f. Monitor adanya hidrasi
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi b/d adanya luka pada kulit
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien tidak
mengalami infeksi, dengan kriteria hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Jumlah leukosit dalam batas normal
c. Menunjukan perilaku hidup sehat
NIC :
a. Pertahankan Teknik aseptic
b. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
c. Monitor tanda dan gejala infeksi
d. Inspeksi kulit dan membrane
e. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung
f. Berikan terapi antibiotic

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah di susun pada tahap perencanaan. Implementasi merupakan tahap proses
keperawatan dimana perawat memberikan intervensi keperawatan langsung dan
tidak langsung kepada pasien.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
1, W. (2021, 11 18). LP Seluliis. Retrieved from SCRIBD:
https://id.scribd.com/document/541605900/LP-SELULIIS
H.D., W. (2021, 03 10). LP Selulitis. Retrieved from SCRIBD:
https://id.scribd.com/document/498167100/LP-SELULITIS
Igo, R. (2019, 08 30). Selulitis Fasialis. Retrieved from SCRIBD:
https://id.scribd.com/document/423846087/SELULITIS-FASIALIS-docx
Putranta, R. A. (2016). Selulitis. Retrieved from ALOMEDIKA:
https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/selulitis
Rini, H. (2019, 09 09). LP Selulitis. Retrieved from SCRIBD:
https://id.scribd.com/document/425130207/LP-Selulitis

Anda mungkin juga menyukai