Anda di halaman 1dari 21

Tugas Resume

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA


“TABLET”

OLEH

KELOMPOK : I (SATU) & II (DUA)


KELAS : B S-1 FARMASI 2020
DOSEN : MULTIANI S, LATIF, M. Farm., Apt.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022

1
RESUME MATERI TABLET
1. Pengertian Tablet
Tablet adalah suatu bentuk sediaan padat yang kompak, berbentuk pipih atau
sirkula, permukaan rata atau cembung, mengandung satu atau lebih bahan obat
dengan atau tanpa bahan tambahan dan dibuat dengan cara dicetak atau dikempa.
2. Keuntungan dan Kerugiaan
a. Keuntungan tablet
1. Volumenya kecil sehingga mudah dikemas, disimpan atau dibawa kemana-
mana
2. Mengandung zat aktif yang berseragam
3. Mengandung zat aktif besar tetapi volumenya kecil sehingga mudah
diberikan kepada anak-anak
4. Stabilitas kimia, mekanik, dan mikrobiologinya tinggi dibandingkan dengan
sediaan lainnya
5. Rasa dan bau yang tidak enak akan berkurang karena langsung ditelan
sehingga kontak dengan selaput lender (mulut) tidak lama
6. Tablet dapat disalut dengan tujuan untuk melindungi zat aktif, menutupi
rasa dan bau yang tidak enak
7. Pelepasan zat aktif dapat diatur
8. Dapat dibuat secara besar-besaran sehingga dapat menurunkan harga
9. Cara pemakaiannya mudah
10. Tersedia dalam berbagai dosis dan konsentrasi
b. Kerugian Tablet
1. Bahan aktif dengan dosis yang besar dan tidak kompresibel sulit dibuat
tablet karena tablet yang dihasilkan akan besar sehingga tidak acceptable
2. Terdapat kendala dalam memformulasikan zat aktif yang sulit terbasahi dan
tidak larut, serta disolusinya rendah
3. Onsetnya lebih lambat dibandingkan sediaan parenteral, larutan oral, dan
kapsul
4. Jumlah zat aktif dalam bentuk cairan yang dapat dijerat/trap ke dalam tablet
sangat kecil

2
5. Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah, dan pasien lanjut usia
6. Pasien yang menjalani radioterapi tidak dapat menelan tablet
3. Persyaratan Tablet
Suatu sediaan tablet yang baik harus memenuhi syarat-syarat diantara lain
sebagai berikut (Chaerunnisa, 2009):
1. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.
2. Memiliki waktu hancur dan laju disolusi yang memenuhi persyaratan.
3. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
4. Bebas dari kerusakan fisik yaitu tidak retak, brkeping dan tidak
terkontaminasi dengan zat laiin
5. Stabilitas kimiawi dan fisik selama penyimpanan.
6. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.
7. Harus memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
4. Cara Memformulasi Tablet
1. Formulator harus benar-benar mengetahui sifat fisika dan kimia zat aktif
yang akan dibuat tablet
2. Menentukan dosis zat aktif yang disesuaikan dengan terapi dan
teknologinya
3. Formulator harus tahu benar sifat absorpsinya di lambung atau di usus
4. Harus mempertimbangkan zat tambahan (eksipien) yang akan dicampur
atau digunakan
Tablet biasanya diproduksi dengan metode granulasi basah , granulasi
kering atau kompresi langsung.Metode ini terdiri dari serangkaian langkah (proses
unit) – penimbangan, penggilingan, pencampuran, granulasi, pengeringan,
pemadatan, (sering) pelapisan dan pengemasan. Terlepas dari metode yang
digunakan, proses unit – penimbangan, penggilingan, dan pencampuran, adalah
sama, langkah selanjutnya berbeda.
Metode granulasi basah adalah teknik pembuatan tablet yang paling banyak
digunakan. Granulasi basah dimulai dari pencampuran, penambahan bahan
pengikat, pengayakan, pengeringan, penambahan bahan ekstragranular, dan yang
terakhir adalah pencetakan tablet. Sedangkan metode granulasi kering dilakukan

3
dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet
besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga
diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan.
5. Komponen Tablet
Komponen tablet yaitu zat-zat yang membentuk tablet tersebut, dimana
komponen tablet terdiri dari:
1. Bahan aktif
Bahan aktif adalah bahan obat yang secara otomatis pemilihannya luas,
meskipun demikian seni farmasi harus digunakan dalam pemilihan obat seperti
ukuran partikel, struktur kimia da derajat keasaman dan ketka obat
dikombinasikan kemungkinan memerlukan teknik khusus untuk mencegah
ketidakcampuran sifat kimia dann fisika obat.
2. Zat Non Aktif (Eksipien)
Zat non aktif yang ditambahkan dalam massa suatu tablet yaitu zat tambahan
untuk tujuan tertentu yang berdasarkan pada teknologi pembuatan tablet dan
biofarmasi. Dasar pemilihan eksipien untuk sediaan adalah kompatibilitas yaitu
zat aktif dan zat tambahan harus dapat tercampurkan baik secara fisik dan secara
kimia
Macam-macam eksipien dalam pembuatan tablet yaitu bahan pengisi, bahan
penghancur, bahan pengikat dan bahan pelicin.
a. Bahan pengisi Bahan pengisi berfungsi untuk memperbesar volume massa
agar mudah dicetak. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit
atau sulit dikempa. Contoh: laktosa, pati, kalsium fosfat, selulosa
mikrokristal (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
b. Bahan pengikat
Berfungsi memberikan gaya adhesi pada massa serbuk sewaktu
digranulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi. Bahan
pengikat menentukan keseragaman ukuran, kekerasan dan mudah
tidaknya granul yang dihasilkan untuk dikempa menjadi tablet Zat yang
umumnya digunakan yaitu povidon atau PVP, gelatin, sukrosa,
metilselulosa.

4
c. Bahan penghancur
Bahan penghancur merupakan zat yang akan mengembang dengan adanya
air setelah tablet ditelan. Tekanan pengembangan sangat berperan dalam
kehancuran tablet, dalam hal ini adalah ikatan yang mengompakkan hasil
cetakan. Ada enam kategori penghancur yang sering digunakan yaitu:
pati, clays, selulosa, algin, gum, dan campuran lainnya.
d. Bahan pelicin
Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet keluar dari cetakan dengan
permukaan sisi tablet. Berguna mencegah massa tablet melekat dan
mengurangi gesekan selama proses pengempaan. Contohnya talk, pati
jagung, Cab-O-sil, syloid dan aerosol. Glidan dapat mengurangi
kecenderungan garnul untuk pecah atau memisah karena disebabkan
getaran yang berlebih.
e. Pewarna
Pewarna dapat digunakan sebagai identifikasi dari suatu produk dengan
produk yang lain yang dibuat dalam satu pabrik atau suatu produk yang
juga diproduksi oleh pabrik lain.
f. Pengaroma Dan Pemanis
Pengaroma atau pemanis umumnya digunakan untuk memperbaiki rasa
dari tablet kunyah. Pengaroma biasanya diperoleh dari bahan alam
ataupun secara sintetik. Pengaroma jika berupa padatan ditambahkan
dalam bentuk butiran spray atau minyak pada saat lubrikasi karena sifat
sensitive bahan ini terhadap kelembaban dan kecenderungannya menguap
saat ada peningkatan suhu. Pemanis ditambahkan utamanya pada tablet
kunyah contohnya manitol, laktosa, sukrosa, dan dekstrosa tetapi kurang
menutupi rasa, sehingga biasanya ditambahkan lagi dengan sacharin dan
aspartame.
6. Metode Pembuatan Tablet
Metode pembuatan tablet dapat dibuat dengan 3 metode yaitu granulasi
basah, granulasi kering dan kempa langsung. Bahan aktif harus mengalami
praperlakuan dengan menambahkan zat tambahan untuk membentuk granul agar

5
dapat dikempa langsung. Proses ini disebut sebagai granulasi (Siregar, 2010).
Granulasi serbuk memberikan aliran bebas, meningkatkan densitas dan
memperbaiki kompresi serbuk selama pembentukan tablet (Ansel, 2010).
a. Metode granulasi basah Metode granulasi basah lebih banyak digunakan
dalam memproduksi tablet kompresi. Granulasi basah dipilih apabila bahan aktif
tahan terhadap air/pelarut dan panas. Granul dibentuk dengan cara mengikat
serbuk dengan suatu bahan pengikat misalnya bahan pengikat dalam bentuk
larutan atau suspensi dan bahan pengikat dalam bentuk kering (Lachman et al.,
1989). Langkah-langkah dalam pembuatan tablet dengan metode ini yaitu
menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah,
pengayakan granul basah, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan
pelicin, dan pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).
Pengadukan yang terjadi pada campuran serbuk dan larutan bahan pengikat
akan mengakibatkan bahan pengikat terdistribusi secara merata. Dengan adanya
pengeringan, material bahan pengikat akan memadat karena pelarutnya menguap.
Apabila menggunakan bahan pengikat dalam bentuk kering, setelah ditambahkan
pelarut akan larut dan mengembang. Bahan pengikat yang mengembang, akan
melingkupi partikel dan akhirnya dengan adanya pemanasan akan terbentuk
material bahan pengikat padat (Sulaiman, 2007). Keuntungan metode granulasi
basah yaitu meningkatkan kemampuan mengalir dan kompresibilitas bahan serta
meningkatkan homogenitas bentuk sediaan, sedangkan kerugiannya hanya untuk
bahan aktif yang tahan panas dan kelembaban rendah serta membutuhkan lebih
banyak tenaga kerja dan waktu (Saikh, 2013).
b. Metode granulasi kering Pembuatan tablet dengan metode granulasi kering
yaitu membentuk granul dengan cara menambahkan bahan pengikat kering tanpa
pelarut ke dalam campuran serbuk obat, kemudian memadatkan massa yang
jumlahnya besar dari campuran serbuk. Setelah itu memecahkannya dan
menjadikan pecahan-pecahan kedalam granul yang lebih kecil, kemudian
ditambahkan bahan penghancur dan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet.
Bahan aktif dan pengisi harus memiliki sifat kohesif agar terbentuk massa yang
jumlahnya besar (Ansel, 1989). Granulasi kering dilakukan apabila bahan aktif

6
tidak tahan terhadap panas dan kelembaban dari pelarut. Kelebihan granulasi
kering yaitu peralatan dan ruang yang dibutuhkan lebih sedikit sedangkan
kekurangannya yaitu dibutuhkan mesin tablet bertekanan tinggi (Sulaiman, 2007).

c. Metode kempa langsung Metode kempa langsung digunakan untuk


pengempaan senyawa kristalin tunggal (biasanya garam anorganik dengan
struktur kristal kubik, seperti natrium 8 klorida, natrium bromide atau kalium
bromide) menjadi suatu padatan tanpa penambahan zat-zat lain. Tablet dapat
dikempa langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai dan
akan mengalir dengan seragam kedalam lubang kempa untuk membentuk padatan
yang kokoh. Tidak diperlukan praperlakuan granulasi basah dan granulasi kering
dalam metode kempa langsung. Persyaratan untuk melakukan proses kempa
langsung yaitu pembawa tablet harus memiliki sifat mudah mengalir dan
kompresibilitas yang baik. Kelebihan metode ini yaitu tidak melibatkan tahap
pengeringan, proses cepat, efisien energi dan paling ekonomis untuk
memproduksi tablet. Sedangkan kekurangan metode ini yaitu tidak dapat
memproduksi tablet dengan dosis kecil, sifat alir buruk dan harga bahan mentah
yang lebih tinggi (Siregar, 2010).

7. Jenis-Jenis Tablet
1. Tablet salut gula atau tablet salut cokelat adalah tablet yang disalut untuk
mendapat bentuk tablet yang lebih menarik, mengkilap serta mudah untuk
menelannya.

2. Tablet bersalut lapisan tipis adalah tablet yang disalut dengan lapisan tipis
atau salut film yang larut dalam air dan biasanya lapisan ini berwarna.

7
3. Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk dikunyah dimulut
sebelum ditelan bukan untuk ditelan utuh. Biasanya memiliki rasa yang
manis dan enak.

4. Tablet bukal dan sublingual adalah tablet yang disisipkan dipipi atau
dibawah lidah biasanya berbentuk datar, tablet oral yang dimaksudkan
untuk larut dalam kantung pipi atau dibawah lidah untuk diabsorpsi melalui
mukosa oral.

5. Troches dan lozenges (tablet hisap) adalah tablet yang dimaksudkan utuk di
hisap dan memberikan efek local pada mulut dan tenggorokan.

6. Kerucut gigi (Dental cones) adalah suatu bentuk tablet yang cukup kecil,
dirancang untuk ditempatkan didalam akar gigi. Tujuannya untuk mencegah
perkembangbiakan bakteri ditempat yang kosong tadi dengan menggunakan
antibakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan.

8
7. Tablet implantasi adalah tablet depo yang dimaksudkan untuk ditanam
dibawah kulit manusia atau hewan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
efek obat dalam jangka waktu yang lama, berkisar dari satu bulan hingga
satu tahun.

8. Tablet vagina adalah tablet yang disisipkan kedalam vagina dan


dimaksudkan untuk dapat larut secara perlaha-lahan dan melepaskan obat
kedalam rongga vagina.

9. Tablet effervescent dimaksudkan untuk menghasilkan larutan secara cepat


dengan menghasilkan gas CO2 secara serentak.

10. Tablet dispensing (DT) dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air


dengan volune tertentu.

9
11. Tablet Hipodermik (HT) adalah tablet yang terdiri dari satu obat atau lebih
dengan bahan-bahan lain yang dapat segera dilarutkan dalam air, dan
dimaksudkan untuk ditambahkan kedalam air yang steril atau air untuk
injeksi.

12. Tablet triturasi (TT) adalah tablet yang biasanya kecil dan silindris dibuat
dengan menuang atau dengan mengempa dan biasanya mengandung
sejumlah kecil obat keras.

8. Masalah Pada Tablet dan Solusinya

Masalah dalam proses pembuatan tablet secara umum dapat disebabkan


karena masalah dalam formulasi atau karena masalah dalam pengaturan peralatan
dan atau keduanya. Dengan demikian masalah umum dalam proses pembuatan
tablet dapat diklasifikasi sebagai berikut:
A. Kecacatan tablet terkait dengan proses pengempaan tablet:
1. Capping : pemisahan sebagian atau seluruh mahkota atas atau bawah tablet
dari badan utama tablet karena adanya udara yang terjebak dalam massa
cetak.
a. Granul terlalu besar.

10
Solusi : Perkecil ukuran granul dengan pengayakan menggunakan mesh
100 - 200
b. Kelembapan granul terlalu rendah
Solusi : Tingkatkan kelembapan granul dengan penambahan zat
pembasah. Contoh: sorbitol, PEG 4000, metil selulosa
c. Kurangnya jumlah pengikat atau penggunaan pengikat yang tidak tepat.
Solusi : Menambahkan atau mengganti jenis pengikat yang digunakan
d. Kurangnya jumlah lubrikan atau penggunaan lubrikan yang tidak tepat
Solusi : Menambahkan atau mengganti jenis lubrikan yang digunakan
e. Terdapat udara yang terjebak dalam massa cetak.
Solusi : Hilangkan udara sebelum pengempaan tablet
d. Suhu dan kelembapan area cetak tablet tidak terkontrol
Solusi : Atur dan kontrol suhu dan kelembapan ruang cetak tablet yang
sesuai.

2. Lamination : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih, lapisan


terpisah secara horizontal karena adanya udara yang terjebak dalam
massa cetak.
a. Terdapat bahan berminyak atau lilin (wax) dalam granul
Soluisi : menambahkan adsorben atau zat penyerap
b. Terlalu banyak lubrikan hidrofobik
Solusi : Mengurangi atau mengganti jenis lubrikan yang digunakan.

11
3. Cracking : Retak kecil dan halus yang diamati pada permukaan tengah
atas dan bawah tablet, atau sangat jarang pada dinding samping tablet
a. Granul terlalu besar
Solusi : Perkecil ukuran granul
b. Granul yang terlalu kering
Solusi : Penambahan zat pembasah dan jumlah zat pengikat dengan tepat
c. Tablet mengembang
Solusi : Menambahkan pengikat
d. Suhu ruang granulasi terlalu dingin
Solusi : Atur dan kendalikan suhu ruang granulasi

B. Kecacatan tablet yang dipengaruhi oleh eksipien:


1. Chipping : rusaknya bagian tepi tablet, karena butiran tepi yang sangat
kering.
a. Sticking pada permukaan punch
Solusi : Keringkan granul dan tambahkan lubrikan
b. Granul terlalu kering
Solusi : Kurangi waktu proses pengeringan atau tambahkan zat pembasah
c. Terlalu banyak pengikat Optimasi pengikat atau gunakan pengikat yang
kering.

12
2. Sticking : bahan massa cetak tablet menempel pada dinding cetakan die.
Karena massa cetak lengket dan sebagian besar disebabkan oleh
kelembapan berlebih pada tahap granulasi.
a. Pengeringan granul kurang maksimal
Solusi : Lakukan pengeringan granul dengan tepat seperti yang
semestinya
b. Penggunaan lubrikan yang tidak tepat atau terlalu sedikit
Solusi : Ganti atau tambahkan jumlah pengikat
c. Terlalu banyak pengikat
Solusi : Kurangi atau ganti jenis pengikat
d. Adanya bahan yang berminyak
Solusi : Modifikasi proses pencampuran dan tambahkan zat adsorben
e. Tekanan terlalu rendah
Solusi : Tingkatkan tekanan pengempaan
f. Proses pengempaan terlalu cepat
Solusi : Kurangi kecepatan pengempaan

3. Picking : perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada


permukaan punch.
a. Kelembapan granul terlalu tinggi
Solusi : Lakukan pengeringan dengan optimal
b. Lubrikan terlalu sedikit atau tidak tepat
Solusi : Menambah jumlah lubrikan, dan zat adsorben seperti silika
koloid
c. Terdapat zat yang memiliki titik leleh rendah, namun jumlah yang cukup
banyak dalam formula tablet

13
Solusi : Penambahan zat yang memiliki titik leleh tinggi dan gunakan
lubrikan yang memiliki titik leleh tinggi
d. Suhu ruang terlalu tinggi
Solusi : Atur dan kendalikan suhu ruang

4. Binding : massa cetak yang akan dikempa melekat pada dinding ruang
cetak pada saat proses ejection karena massa cetak yang tidak kering atau
kurangnya pemberian lubrikan.
a. Granul terlalu lembap atau basah
Solusi : Keringkan granul dengan optimal
b. Lubrikan terlalu sedikit atau tidak tepat
Solusi : Tambahkan lubrikan atau ganti jenis lubrikan yang lebiih efektif
c. Granul terlalu kasar
Solusi : Perkecil ukuran granul
d. Area punch dan die kotor
Solusi : Perhatikan kebersihan punch dan die.

14
C. Kecacatan tablet yang dipergaruhi oleh lebih dari satu faktor :
1. Mottling : keadaan dimana distribusi warna yang tidak merata pada tablet,
dengan terdapatnya bagian bintik-bintik terang atau gelap menonjol pada
permukaan yang seragam.
a. Zat aktif berwarna sedangkan eksipien berwarna putih
Solusi : Gunakan pewarna yang cocok dan sesuai
b. Pewarna bermigrasi ke permukaan granul pada saat pengeringan
Solusi : Ubah sistem pelarut, ganti bahan pengikat atau kurangi suhu
pengeringan dan memperkecil ukuran granul
c. Proses pencampuran tidak homogen
Solusi : Lakukan pencampuran dengan tepat hingga homogen dan kecilkan
ukuran granul agar tidak terjadi segregasi

D. Kecacatan tablet terkait dengan pengaruh mesin :


1. Double Impression : merupakan suatu kesan ganda pada permukaan tablet
yang dibuat dengan punch yang berlogo, hal ini terjadi karena adanya
gerakan punch yang tidak terkontrol setelah pengempaan.
a. Adanya free rotation salah satu top punch atau bottom punch selama
proses ejection
Solusi : Gunakan alat pengatur anti turning untuk mencegah free rotation.

15
9. Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet memiliki tujuan untuk melihat kualitas tablet sebelum
dipasarkan. Pengujian ini meliputi beberapa macam diantaranya:
1. Uji keseragaman bobot.
 Tujuan : Uji keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui
keragaman sediaaan dan memastikan bahwa setiap tablet
mengandung sejumlah obat atau bahan aktif dengan
takaran yang tepat dan merata.
 Alat : Pengujian keseragaman bobot dapat dilakukan dengan
menggunakan neraca analitik
 Cara pengujian : Bobot Ditimbang 20 tablet dari masing-masing formula
dan dihitung bobot rata-ratanya. Hitung penyimpangan
tablet

 Persyaratan : Jika ditimbang satu per satu tidak boleh lebih dari dua
tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari
bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak
satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-rata yang ditetapkan kolom B sesuai syarat yang
tercantum pada Farmakope Indonesia III.

2. Uji keseragaman ukuran


 Tujuan : Keseragaman ukuran dilakukan untuk memastikan
bahwa tablet mempunyai ketebalan dan diameter yang
seragam. Ukuran dan bentuk tablet dapat dievaluasi dan
dikontrol dengan mengukur dimensi dari tablet. Dimensi

16
yang berpengaruh pada proses adalah ketebalan (Syukri,
2018).
 Alat : jangka sorong

 Syarat : Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang
dari 1 1/3 tebal tablet
3. Uji kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet.
 Tujuan :
untuk menentukan tingkat kekerasan dan ketahanan tablet terhadap
tekanan yang diterima selama perjalanan distribusi.
 Alat yang digunakan : hardness tester

 Cara pengujian :
Diambil 10 tablet secara acak, letakkan tablet pada diantara pengapit tetap
dengan plat datar yang diam, tablet dijepit dengan memutar alat penekan.
Angka yang di tunjukkan oleh jarum pada skala dinyatakan sebagai titik
nol kemudian alat penekan diputar kembali sampai tablet retak atau pecah.

17
Catat skala yang terukur, kekerasan tablet adalah selisih skala terukur saat
tablet pecah dengan skala yang dianggap sebagai titik nol
 Persyaratan :
Ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2, maksimal 10 kg/ cm2.
 Syarat dari tablet hisap mempunyai kekerasan 7-14 kg (Cooper and
Gunn's,1975).
 persyaratan kekerasan tablet kunyah yaitu 4-7 kPa.
 Syarat tablet salut : 10-20 kg/cm2
4. Waktu Hancur
 Tujuan: Evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi waktu yang dibutuhkan
oleh tablet agar dapat hancur dalam cairan tubuh atau dengan kata lain untuk
dapat mengetahui waktu kecepatan obat melarut dalam cairan tubuh.
 Alat untuk menguji waktu hancur adalah Desintegration Tester.

 Cara pengujian :
Masukkan masing-masing 1 tablet ke dalam tabung dari alat uji waktu
hancur, masukkan 1 cakram pada tiap tabung dan jalankan alat. Gunakan air
sebagai media dengan suhu 37 ± 2 0 C. Semua tablet harus hancur sempurna.
Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12
tablet. Tidak kurang 16
 Syarat waktu hancur
Untuk tablet tidak bersalut , yakni memiliki waktu hancur kurang dari 15
menit. Sedangkan, untuk tablet salut gula dan salut non enterik kurang dari
30 menit. Dan untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60

18
menit dalam keadaan asam. tablet sublingual adalah dapat memberikan
disintegrasi (waktu hancur) yang cepat yaitu < 15 menit dan obat terlarut
dari tablet sublingual harus melebihi 80% (Kellaway et al , 2003; Klancke)
5. Uji Disolusi
 Tujuan :
Uji disolusi bertujuan untuk meneliti pelepasan obat dan sebagai dasar
memperkirakan bioavaibilitas. 
 Alat : Dissolution tester

 Cara :
6 tablet dimasukkan dalam chamber yang telah berisi medium yang sesuai
dengan monografi zat aktif, medium disesuaikan suhunya pada 37°C±0,5
( karena menyesuaikan suhu tubuh kita. Masukkan tablet kedalam tabung,
pengaduk diputar sesuai penetapan monografi. Pada waktu-waktu tertentu
sampel dari wadah diambil dan analasis secara kimia untuk mengatahui
jumlah obat yang terlarut
 Syarat : Sesuai monografi disolusi
6. Evaluasi Penetapan Kadar
 TUJUAN:
Penetapan kadar bahan aktif dalam tablet dimaksudkan untuk mengetahui
jumlah kandungan obat yang terdapat dalam setiap tablet dan memastikan
ketepatan kadarnya sesuai dengan persyaratan.
 Alat Yang Digunakan :
penetapan kadar dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri UV.
Metode spektrofotometri UV digunakan untuk menganalisis senyawa
tunggal. 

19
 Cara Pengujian
Penetapan kadar bahan aktif dilakukan dengan mengambil 20 tablet
kemudian digerus dan ditimbang setara 100 mg kaptopril. Tablet yang telah
digerus dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan ditambahkan HCL 0,1 N
hingga 100 mL. Tablet yang telah dilarutkan kemudian diambil 0,8 ml lalu
diencerkan dengan larutan HCL 0,1 N hingga 10 ml, hasil pengenceran dibaca
pada spektrofometer UV pada panjang gelombang maksimum kaptopril 205 nm
7. Evaluasi Keregasan Tablet
Uji keregasan tablet (Friabilitas)
Uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialami selama
pengemasan, pengiriman dan penyimpanan. Keregasan dapat dievaluasi dengan
menggunakan alat uji kerapuhan (friability tester).
 Alat yang digunakan
Alat friability tester adalah alat yang digunakan untuk menguji keregasan
pada obat tablet. 

 Cara pengujian
Tablet diambil sebanyak 20 tablet lalu dibersihkan, kemudian ditimbang
(W1 gram),lalu dimasukkan ke dalam alat friability tester untuk diuji.Alat diset
dengan kecepatan putaran25 rpm selama 4 menit.Tablet dikeluarkan,
lalubersihkan dan ditimbang kembali (W2 gram).Dihitung % kerapuhan tablet.
w 1−w 2
% kerapuhan tablet = x 100%
w1

20
21

Anda mungkin juga menyukai