Anda di halaman 1dari 23

BIOTEKNOLOGI DAN DUNIA INDUSTRI

(Tugas II Aplikasi Bioteknologi)

Oleh 1. Grafellia Sudarman 2. Lisanti Emelda 3. Rangga Radika Prihandana 4. Suhardini Martiana Putri (0715041043) (0715041049) (0715041062) (0715041069)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010 Dahulu manusia hanya mengambil sesuatu dari lingkungannya yang langsung dapat dimanfaatkan untuk kehidupannya, misalnya buah-buahan langsung dipetik untuk dimakan, sementara bagian lain dari tumbuhan itu dibiarkan atau dibuang begitu saja. Begitu pula pemanfaatan manusia terhadap hewan, hanya diambil daging atau telurnya saja. Namun setelah berkembangnya Biologi, khususnya pada cabang bioteknologi, manusia telah berhasil menemukan berbagai bagian tubuh tumbuhan atau hewan yang dapat diolah menjadi bahan baku industri. Bioteknologi merupakan sesuatu ilmu yang mengaplikasikan seluruh tubuh organisme atau bagian tubuh dari suatu organisme dalam teknologi untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Dengan kata lain, bioteknologi merupakan pemanfaatan organisme dan agen-agen biologis untuk menghasilkan barang dan jasa demi kepentingan manusia. Hal itu berhubungan dengan pemanfaatan organisme atau komponen selulernya secara terarah dan terkontrol yang melibatkan berbagai multidisiplin ilmu serta merupakan aplikasi terpadu antara mikrobiologi, biokimia, biologi sel, fisiologi, genetika molekuler, rekayasa genetika, dan teknik kimia. Dengan berkembangnya mikrobiologi, telah diketahui berbagai struktur dan sifat-sifat dari berbagai jenis mikroba/jasad industri renik, baik yang menguntungkan maupun yang bersifat patogen (menyebabkan penyakit), maka berkembanglah industri makanan/minuman, farmasi, industri pertambangan dan industri plastik.

INDUSTRI MAKANAN

Pengolahan produk susu Susu dapat diolah menjadi bentuk-bentuk baru, seperti yoghurt, keju, dan mentega. Yoghurt

Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu, selanjutnya sebagian besar lemak dibuang. mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan yoghurt, yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. kedua bakteri tersebut ditambahkan pada susu dengan jumlah yang seimbang, selanjutnya disimpan kurang lebih 5 jam pada temperatur 45 C. selama penyimpanan tersebut pH akan turun menjadi 4,0 sebagai akibat dari kegiatan bakteri asam laktat. selanjutnya susu didinginkan dan dapat diberi cita rasa. Dalam Keju pembuatan dan keju digunakan bakteri Bakteri asam laktat, yaitu

Lactobacillus

Streptococcus.

tersebut

berfungsi

mempermentesikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Proses pembuatan keju diawali dengan pemanasan susu dengan suhu 90C atau dipasteurisasi, kemudian didinginkan sampai 30C. Selanjutnya bakteri asam laktat dicampurkan. akibat dari kegiatan bakteri tersebuh pH menurun dan susu terpisah menjadi whey dan dadih padat, kemudian ditambahkan enzim renin dari lambung sapi muda untuk mengumpulkan dadih. enzim renin dewasa ini telah digantikan dengan enzim buatan, yaitu klimosin.Dadih yang terbentuk selanjutnya dipanaskan pada temperatur 32C-420C dan ditambah garam, kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan agar matang. adapun whey yang terbentuk diperas lalu digunakan untuk makanan sapi. Mentega

Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan Lectonostoceremoris. bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman. selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan. kemudian lemak mentega diaduk untuk menghasilkan mentega yang siap dimakan. Produk makanan nonsusu Kecap

Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspregillus oryzae dibiakan pada kulit gandum terlebih dahulu. jamur Aspregillus oryzae bersama-sama dengan bakteri asam laktat yang tumbuh pada kedelai yang telah dimasak menghancurkan kecap. Tempe campuran gandum. setelah proses permantasi karbohidrat berlangsung cukup lama akhirnya akan dihasilkan produk

Tempe kadang-kadang dianggap sebagai bahan makanan masyarakat golongan menengah kebawah sehingga masyarakat merasa gengsi memasukan tempe sebagai salah satu menu makanannya. akan tetapi, setelah diketahui manfaatnya bagi kesehatan, tempe mulai banyak dicari dan digemari masyarakat dalam maupaun luar negri. jenis tempe sebenarnya sangat beragam, tergantung pada bahan dasarnya, namun yang paling luas penyebarannya adalah tempe kedelai. Untuk membuat tempe, selain diperlukan bahan dasar kedelai juga diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpuan spora mikroorganisme, dalam hal ini kapang. dalam proses pembuatan tempe paling sedikit diperlukan 4 jenis kapang dari genus Rhyzopus,yaitu Rhyzopus oligosporus, Rhyzopus sotolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan Rhyzopus oryzae. Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-keping baji kedelai

mempermentasikan menjadi produk tempe. proses permentasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai sembilan kali lipat. Tape

Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan menggunakan sel-sel ragi. ragi menghasilkan enzim yang dapat mengubah zat tepung menjadi produk yang berupa gula dan alkohol. masyarakat kita membuat tape tersebut berdasarkan pengalaman.

INDUSTRI FARMASI

Pembuatan Hormon Pada tahun 1949, penderita arthritis berhasil disembuhkan dengan hormone steroid kortison. Sejak saat itu, jenis steroid ini digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti rheumatic, leukemia, anemia, hemafotik, dan beberapa penyakit lain. Pada tahun 1952, ditemukan kapang Rhizopus arrhizus yang dapat mengubah steroid yang berasal dari sel hewan ataupun tumbuhan menjadi kortison. Jenis-jenis Aspergillus ternyata juga dapat mengubah progesterone (steroid yang berasal dari hewan) menjadi senyawa kortison. Hormon lain yang sangat dibutuhkan bagi penderita kencing manis (diabetes) adalah hormone insulin. Melalui bioteknologi insulin dapat diproduksi melalui E. coli. Gen manusia yang mengendalikan

pembentukan hormone insulin disisipkan ke dalam E. coli. Dengan demikian bakteri ini akan menghasilkan insulin sebanyak yang anda kehendaki.

Pembuatan Antibiotik Pada tahun 1928, Alexander Flemming menemukan bahwa Penicillium notatum menghasilkan zat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Zat tersebut dinamakan penisilin, yang merupakan antibiotic yaitu suatu zat yang dapat mencegah pembentukan dinding bakteri. Penemuan Flemming ini mendorong penelitian lebih lanjut hingga didapatkan jenis P. chrysogenum yang mampu memproduksi penisilin dengan konsentrasi lebih tinggi daripada P. notatum. Antibiotik berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari Anti (lawan),Bios (hidup). Antibiotik adalah Suatu zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri ataupun jamur yang berkhasiat obat apabila digunakan dalam dosis tertentu dan berkhasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman dan toksisitasnya tidak berbahaya bagi manusia. Sampai saat ini sudah didapatkan kurang lebih sekitar seratus juta antibiotic. Contoh antibiotik yaitu sebagai berikut : 1. Penisilin : Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. 2. Sefalosporin : Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. 3. Aminoglikosida : micromonospora. 4. Tetrasiklin : Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens dan Dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan

Streptomyces rimosus

5.

Sulfonamida : Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri.

Contoh penggunaan antibiotik: Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol Infeksi mata : sulfasetamid Radang usus : sulfasalazin Malaria tropikana : fansidar Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazin Tifus : kotrimoksazol Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol

Pembuatan Vitamin dan Asam Amin Dua jenis senyawa ini dibutuhkan normal. oleh tubuh untuk manusia

melangsungkan

metabolisme

secara

Biasanya

mendapatkannya dari bahan makanan yang masuk kedalam tubuh. Beberapa jenis mikroba dapat menghasilkan vitamin dan asam amino tertentu. Dengan mengultur dan memelihara jenis mikroba tertentu kemudian mengekstraknya, maka dapat diperoleh asam amino yang dimaksud. Berikut jenis mikroba yang dapat menghasilkan Vitamin atau Asam Amino : 1. Glucanobacteria suboxydans : Sorbose 2. Streptomyces oliveus : Kobalamin 3. Propionobacterium freudenreichii : Kobalamin

4. Ashbya gossipi : Riboflavin 5. Pseudomonas sp : Vitamin B-12 6. Propionobacterium spp : Vitamin B-12 7. Brevibacterium spp : Glutamate 8. Micrococcus glutamicus : Lisin 9. Corybacterium glutamicum : Lisin

INDUSTRI PERTAMBANGAN

Pada tahun 1957, diketahui bahwa bakteri Thiobacillus feroxidans yang sangat banyak terdapat di pertambangan batubara di Virginia Selatan, Amerika Serikat. Bakteri ini digunakan untuk mengekstrak tembaga dari bijihnya. Penemuan ini telah meningkatkan mutu logam yang selama ini bermutu rendah akibat diekstrak dengan cara leaching (pelepasan secara manual). Proses pemisahan tembaga dari bijihnya dengan menggunakan bakteri Thioobacillus Feroxidans adalah sebagai berikut. Bakteri ini akan mengoksidasi senyawa besi sulfide di sekitarnya. Proses ini akan melepaskan energi asam sulfat (H2SO4) dan besi sulfide (FeS). Kedua senyawa ini akan menghancurkan bebatuan disekitarnya dan melepaskan tembaga dari bijihnya. Dengan kata lain, bakteri ini akan mengubah sulfide yang tidak larut dalam air. Dengan demikian, apabila air dialirkan di bebatuan yersebut, maka tembaga sulfat akan terbawa dan terkumpul di dalam kolam yang sudah disediakan. Larutan dalam kolam bewarna biru cemerlang. Larutan biru cemerlang kemudian dialirkan melalui pipa-pipa. Besi akan mengikat sulfat dan tembaga akan dilepas. Sehingga, akan didapat tembaga murni dengan konsentrasi sekitar 99%.

Penggunaan bakteri Thiobacillus feroxidans tidak hanya digunakan untuk pencucian tembaga, tetapi juga untuk uranium, nikel, emas, dan timah. Penggunaan bakteri dalam proses pencucian logam ini, selain dapat meningkatkan kemurnian logam juga dapat memperkecil resiko pencemaran terhadap lingkungan.

INDUSTRI PLASTIK

Plastik adalah materi yang sangat sulit untuk diuraikan secara alamiah. Sedangkan jika dibakar akan berbahaya bagi paru-paru. Saat ini ada produk plastic dari politen dan polyester poliurethan yang bermassa molekul rendah yang dikembangkan. Plastic dari bahan tersebut dapat didegradasi oleh mikroba jamur Cladosporium resinae. Pada umumnya, plastic yang lebih lentur dapat didegradasi, misalnya plastic untuk kemasan. Ada penelitisn yang berhasil menemukan bentuk baru plastic yang biodegradable untuk industri pengemasan. Produksi plastic ini didasarkan pada bahan kimia polihidroksibutirat yang dihasilkan beberapa mikroba. Plastic ini bukan hanya bisa didegradasi tetapi juga bisa dibuat mikroba, contohnya oleh Alxaligenes eutrophus. Plastic biodegradable lain adalah pollulan yang diproduksi secara komersial dari polisakarida yang dihasilkan oleh Aureobasidium pollulans.

INDUSTRI PERTANIAN Dalam bidang pertanian, mikroba penambat nitrogen telah dimanfaatkan sejak abad ke 19. Mikroba pelarut fosfat telah dimanfaatkan untuk pertanian di negara-negara Eropa Timur sejak tahun 1950-an. Mikroba juga telah dimanfaatkan secara intensif untuk mendekomposisi limbah dan kotoran. Mikroba telah mengambil andil besar dalam menggalakkan pertanian organic. Juga tak kalah pentingnya teknologi kultur jaringan yang merupakan kemajuan besar dalam bidang pertanian. Kultur jaringan tanaman merupakan teknik in vitro (dalam gelas) yang merupakan cara untuk memperbanyak tanaamn dengan pengambilan bagian tanaman yang mempunyai titik tumbuhnya. Keuntungannya: -Dapat menghasilkan banyak tanaman baru dalam waktu singkat -Dapat menghasilkan tanaman baru yang sifatnya sama dengan induknya -Dapat menghasilkan tanaman baru yang bebas virus

Contoh sederhana pada pisang, bila di ambil cambium atau ujun-ujung akarnya, lalau di perlakukan dalam gelas dalam laboratorium, kemudian bagian itu akan membelah sendiri dan setiap belahanya akan menghsilkan tanaman baru. Intinya asalakan pada tanaman itu ada titik tumbuh atau yang disebut jaringan meristematik, tanaman tersebut bias diperbanyak. Belum lagi teknik DNA rekombinan. Dengan salah satu contohnya yaitu kapas yang memiliki gen Bt. Sebuah bakteri yang bernama Bacillus thuringiensis, merupakan bakteri yang tahan terhadap serangan hama. Dan tanaman kapas temasuk tanaman yang paling peka terhadap serangan hama. DNA dari bakteri ini disisipkan ke dalam DNA tanaman kapas kemudian ditumbuhkan dan menghasilkan tanaman kapas yang tahan terhadapa hama. Selain itu, ada contoh yang lain seperti:

Teknologi Kompos Bioaktif Salah satu masalah yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian

organik adalah kandungan bahan organik dan status hara tanah yang rendah. Petani organik mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang. Kedua jenis pupuk itu adalah limbah organik yang telah mengalami penghacuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Limbah organik seperti sisa-sisa tanaman dan kotoran binatang ternak tidak bisa langsung diberikan ke tanaman. Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Proses pengkomposan alami memakan waktu yang sangat lama, berkisar antara enam bulan hingga setahun sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer) yang berkemampuan tinggi. Penggunaan mikroba dapat mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Di pasaran saat ini banyak tersedia produk-produk biodekomposer untuk mempercepat proses pengomposan, misalnya: SuperDec, OrgaDec, EM4, EM Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain. Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman. Mikroba biodekomposer unggul yang digunakan adalah Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan organisme patogen penyebab penyakit tanaman. Biofertilizer Petani organik sangat menghindari pemakaian pupuk kimia. Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, petani organik mengandalkan kompos

sebagai sumber utama nutrisi tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos matang kandungan haranya kurang lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain 100 kg kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya 200 kg Urea/ha, 75 kg SP 36/ha dan 37.5 kg KCl/ha, maka membutuhkan sebanyak 22 ton kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar ini memerlukan banyak tenaga kerja dan berimplikasi pada naiknya biaya produksi. Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba. Hara N tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman. N harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N nonsimbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian kita umumnya memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K. Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza yang bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis

mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah Glomus sp dan Gigaspora sp. Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp. Mikroba-mikroba bermanfaat tersebut diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer. Hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman. Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, OST dan Simbionriza. Agen Biokontrol Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya pertanian organik. Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida kimia, umumnya sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit ketika dibudidayakan dengan sistim organik. Alam sebenarnya telah menyediakan mekanisme perlindungan alami. Di alam terdapat mikroba yang dapat mengendalikan organisme patogen tersebut. Organisme patogen akan merugikan tanaman ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen dengan mikroba pengendalinya, di mana jumlah organisme patogen lebih banyak daripada jumlah mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan penyakit tanaman dapat dihindari. Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria bassiana, Paecilomyces fumosoroseus, dan

Metharizium anisopliae . Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp yang mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora sp. Beberapa biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain: Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma, Marfu-P dan Hamago.

INDUSTRI PETERNAKAN Bioteknologi pada bidang peternakan, khususnya bioteknologi reproduksi adalah inseminasi buatan (IB), transfer embrio (TE), pemisahan jenis kelamin, peisahan spermatozoa X dan Y, In Vitro Fertilization (IVF) atau lebih dikenal dengan bayi tabung, kloning dan sebagainya. Di Bidang peternakan khususnya sapi, bioteknologi reproduksi mulai berkembang pesat pada tahun1970-an. Teknologi Inseminasi Buatan berperan penting dalam rangka peningkatan mutu geneti dari segi pejantan. Sperma beku dapat diproduksi dan digunakan dalam jumlah banyak cukup dengan memelihara pejantan berkualitas baik dipusat IB. Teknologi transfer embrio yang diterapkan secara bersama dengan teknologi IB dapat mengoptimalkan sekaligus potensi dari sapi jantan dan betina berkualitas unggul. Kemajuan di Bidang manipulasi mikro, khususnya pembelian embrio sebelum ditransfer pada resipien sangat bermanfaat bila ditinjau dari segi eknomi. Sapi jantan lebih menguntungkan untuk usaha produksi daging., sedangkan sapi betina lebih menguntungkan untuk usaha produksi susu. Untuk tujuan penentuan jenis kelamin embrio, biopsi dapat dilakukan pada tahap embrional dan selanjutnya embrio dapat langsung di transfer pada resipien tau disimpan dengan teknik pembekuan.

Dalam rangka meneruskan keturunan suatu individu, secara alamiah diperlukan suatu proses perkawinan dimana jantan dan betina mutlai diperlukan. Jantan akan menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan betina akan menghasilkan sel kelamin betina (sel telur). Pada hewan menyusui proses pembuahan dan perkembangan selanjutnya terjadi di dalam tubuh induk sampai proses kelahiran. Program peningkatan produksi dan kualitas pada hewan ternak (dalam hal ini sapi) berjalan lambat bila proses reproduksi dilakukan secara alamiah. Dengan rekayasa bioteknologi reproduksi, proses reproduksi dapat dimaksimalkan antara lain dengan teknologi Inseminasi Butana (IB). Transfer Embrio (TE), pembekuan embrio dan manipulasi embrio. Tujuan utama dari teknik IB adalah memaksimalkan potensi pejantan berkualitas unggul. Sperma dari sutau pejantan berkualitas unggul dapat digunakan untuk beberapa ratus bahkan ribuan betina, meksipun seprma tersebut dikirim kesuatu tempat yang jauh. Perkembangngan selanjutnya adalah teknologi TE dimana bukan hanya potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas unggul juga dapat dimanfatkan secara optimal. Pada betina untuk bunting hanya sekali dalam setahun (9 bulan bunting dan persiapan bunting selanjutnya) dan hanya mampu menghasilkan satu atau dua anak bila terjadi kembar. Dengan teknik TE betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan embrio yang untuk selanjutnya bias ditransfer (dititipkan) pada induk titipan (resipien) dengan kualitas yang tidak perlu bagus tetapi mempunyai kemampuan untuk mengandung. Kematian bukan lagi merupakan berakhirnya proses untuk meneruskan keturunan. Dengan teknik bayi tabung (IVF), sel telur yang berada dalam ovarium betina berkualitas unggul sesaat setelah mati dapat diproses diluar tubuh sampai tahap embrional. Selanjutnya embrio tersebut ditransfer pada resipien sampai dihasilkan anak. Produksi embrio dalam jumlah banyak (baik dengan teknik TE maupun bayi tabung) ternyata juga dapat menghasilkan masalah karena keterbatasan resipien yang siap menerima embrio. Untuk mengatasi masalah tersebut dikembangkan metode pembekuan embrio.

INDUSTRI PERIKANAN

Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus pada bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas, mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan. Pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu mempertahankan kualitas media budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan. Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang dihasilkan melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan yang tumbuh cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan sebagainya. Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Secara garis besarnya Bioteknologi pengolahan hasil perikanan (BPHP) adalah salah satu teknologi untuk mengolah hasil perikanan menggunakan jasa mahluk hidup, yaitu mikroba. Salah satu sifat mikroba yang menjadi dasar penggunaan BPHP adalah kemampuannya merombak senyawa kompleks menjadi senyawa lebih sederhana, sehingga dihasilkan pangan berbentuk padat, semi padat dan cair. Mikroba memiliki kemampuan merombak senyawa kompleks (protein, lemak dan karbohidrat) menjadi senyawa lebih sederhana (asam amino, asam lemak dan glukosa). Perombakan demikian telah merombak hasil perikanan menjadi pangan yang aman dikonsumsi manusia. Apabila tidak segera dihentikan, mikroba akan merombak senyawa sederhana tersebut menjadi ammonia, hidrogen sulfida, keton dan alkohol. Perubahan tersebut menjadikan pangan tersebut tidak layak lagi dikonsumsi.

Kita semua memanfaatkan sebagai sumber kehidupan. Namun tidak disadari bahwa dari air yang mengalir tersebut jutaan mikroorganisme potensial, salah satunya yaitu Chlorellasp., tumbuh dengan baik menghuni ekosistem Sungai Brantas. Tapi apalah daya, biota yang bernilai tinggi tersebut akhirnya tidak disadari kehadirannya. Sementara itu, Jepang dengan ipteknya hadir memanfaatkan biota ini, dibudidayakan, diolah, dikemas, dipromosikan dan dijual dalam bentuk tablet sun chlorella yang sangat terkenal itu. Mikroorganisme ini telah lama diteliti oleh peneliti Jepang yang memberi kesimpulan bahwa Chlorellasp., asal Indonesia memiliki kualitas yang sangat baik sebagai sumber food supplement dan sumber bahan baku industri farmasi lainnya.Untuk memanfaatkan hasil riset dan sekaligus menjawab permintaan pasar yang terus meningkat, Jepang telah memanfaatkan lokasi di Kabupaten Pasuruan sebagai lokasi kultur Chlorella. Kondisi ini menunjukkan betapa kita sangat jauh tertinggal dalam bidang bioteknologi, padahal seandainya kita memiliki kemampuan dalam mengelolanya bukan tidak mungkin produk tersebut sebagian besar akan memberikan kontribusi terhadap pendapatan wilayah tersebut. Ribuan bahkan mungkin jutaan jenis mikroalgae yang hidup di air tawar dan laut, sampai sekarang menjadi perhatian beberapa negara untuk dimanfaatkan. Pemanfaatan sumberdaya hayati perairan ini melalui riset bioteknologi molekuler bukan hanya memberikan konstribusi pada pemenuhan kebutuhan bahan pangan karena kandungan nutrisinya yang lengkap seperti kandungan asam amino, vitamin, mikronutrien lainnya, asam-asam lemak, DHA dan EPA yang sangat berguna, tetapi lebih jauh dapat mencakup area kegunaan yang sangat luas. Kemampuan sumberdaya ini untuk diperbaharui merupakan modal dasar yang sangat berarti asal terjaga kontinuitas keberadaannya. Di samping itu mikrolagae ternyata dapat berperan seperti layaknya mesin-mesin mikroskopis yang mampu menyerap karbondioksida (CO2), di mana hampir 90% dari jumlah karbon organik di laut yang diperkirakan sekitar 4,2 x 1011 ton ada dalam bentuk terlarut yang dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk proses pertumbuhan dalam suatu microbial loop (Jannasch, H.W and Wirsen, C.O., 1995)

Kemampuan mikroalgae dalam menyerap karbon organik ini menjadi landasan bagi ahli Jepang untuk mempelajari kemanfaatan mikroalgae bagi kegiatan lainnya. Melalui Japan Times, kantor berita Kyodo, Jepang, menginformasikan hasil temuan riset di sekitar Juni tahun 1997, yang menyatakan bahwa kelompok peneliti Jepang dan dari pusat penelitian perusahaan Idemitsu Kosan yang bekerjasama dengan perusahaan penyulingan minyak Okinawa telah berhasil sukses dalam mengekstrak minyak dari jenis mikroalgae air tawar yang dikenal sebagai Botryococcus bravnii. Rekayasa genetik telah mampu meningkatkan kemampuan produktivitas mikroalgae ini dari awal penanaman sejumlah 2 gram dihasilkan 10 gram dalam tempo waktu 10 hari di mana 50% dari berat tersebut (5 gram) merupakan berat minyak yang dapat dihasilkan. Riset juga melaporkan bahwa kualitas minyak yang dihasilkan memiliki kapasitas panas yang ekuivalen dengan grade C dari heavy fuel oil yang biasa digunakan oleh kapal motor (boat). Hasil temuan ini memberikan optimisme bahwa jika mikroalgae ini dibudi-dayakan pada area seluas 60% Pulau Hokaido, maka akan mampu menyerap seluruh karbondioksida (CO2) yang ada sebagai bahan polutan di seluruh Jepang yang diserap oleh mikroalgae ini sebagai sumber karbon dalam proses fotosintesisnya dan sekaligus memberikan harapan bagi kemungkinan produksi minyak, yang berarti akan mereduksi ketergantungan Jepang terhadap minyak sebagai sumber energi strategis bagi sebagian besar kegiatan industri dan kehidupan di Jepang. Sebagai negara yang kaya akan sumberdaya hayati, maka temuan ini sekaligus memberikan harapan, bahwa di Indonesia juga memiliki peluang untuk dikembangkan, namun kemampuan sumberdaya manusia dalam menguasai ilmu dan teknologi menjadi hal yang mutlak harus dipenuhi sehingga kita tidak terus harus terjebak pada ketidak-berdayaan sebagaimana gambaran kami terhadap pemanfaatan Chlorella sebagai sumber bahan pangan, pakan dan obat-obatan yang potensial yang ternyata belum mampu kita manfaatkan. Di samping potensi mikroalgae, makroalgae juga berperan penting dalam banyak industri. Keberhasilan dalam rekayasa genetika dapat menghasilkan rumput laut dengan kecepatan tumbuh yang tinggi. Kekayaan biodiversitas

rumput laut ini belum banyak mendapat sentuhan teknologi. Budidaya rumput laut dengan potensi wilayah pesisir yang ada belum dimanfaatkan secara optimal. Jika pun telah dilakukan budidaya, penyediaan benih yang bermutu belum menjadi perhatian, dan terkadang pengolahan pascapanen menjadi permasalahan sehingga menyebabkan rumput laut tidak terserap dalam proses pengolahan. Kemampuan di tingkat petani sampai saat ini baru pada tingkat pengeringan dan pembuatan chips rumput laut. Keterbatasan jumlah industri pengolah rumput laut, menjadi kendala ketika panen raya terjadi. Karagenan dan agar merupakan salah satu hasil dari ekstraksi polisakarida yang ada dalam rumput laut. Karagenan menjadi bahan penting yang banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan industri pangan, pakan dan obat-obatan serta kegiatan-kegiatan ekperimental laboratorium. Kegunaan praktis karagenan dapat dimanfaatkan dalam produk selai, sirup, saus, makanan bayi, produk susu, produk-produk olahan daging dan ikan, bumbu-bumbu dan sebagainya. Senyawa ini juga banyak digunakan sebagai bahan pengental dalam industri farmasi seperti odol, produk-produk kosmetika, sampo dan produk-produk kecantikan lainnya serta diaplikasikan sebagai pengental pada industri cat dan tekstil. Di samping itu, rumput laut dan sisa olahan udang dan rajungan/kepiting merupakan sumber penghasil alginate, laminaran, chitin dan chitosan. Penggunaan bahan biopolimer ini dipergunakan secara luas dalam proses industri. Bahan bahan buangan ikan seperti bagian dalam/pencernaan dan usus-usus ikan melalui pendekatan bioteknologi telah mampu dikonversi menjadi produk pakan yang berguna, digunakan sebagai attractant, penghasil pepton, pembangkit aroma dan enzim (pepsin, alkaline phosphatase dan lysozyme) (Strom and Raa, 1993). Sifat spesifik dari wilayah perairan dengan tekanannya serta sifat kimia dari kehadiran komponen garam pada air laut dan kestabilan temperatur, khususnya pada wilayah laut dalam, turut memberikan kontribusi terhadap organisme yang hidup di dalamnya dalam menghasilkan enzim-enzim spesifik yang sangat berperan dalam industri. Kondisi demikian menumbuhkan organisme

yang secara metabolis dan fisiologis berbeda dengan organisme yang hidup di darat. Enzim yang dihasilkan dari bakteri laut merupakan bahan penting dalam bioteknologi karena sifatnya yang sangat spesifik dan jarang ditemukan pada daerah darat. Beberapa merupakan organisme yang resisten terhadap garam yang merupakan hal yang sangat spesifik diperlukan dalam proses industri. Sebagai contoh enzim protease ekstraseluler yang merupakan bahan penting dan dapat digunakan dalam industri deterjen dan industri bahan pembersih seperti pada pencucian membran reverse-osmosis. Jenis bakteri Vibrio spp., yang dikenal sebagai salah satu penyebab penyakit pada ikan dan udang ternyata menghasilkan berbagai macam enzim protease ekstraseluler. Vibrio alginolyticus, menghasilkan 6 jenis protease, termasuk di dalamnya enzim yang tidak umum yaitu enzim yang tahan terhadap deterjen dan enzim alkaline serine exoprotease. Bakteri ini juga menghasilkan collagenase, yaitu suatu jenis enzim yang dapat diaplikasikan dalam berbagai industri dan penerapan komersial, termasuk di dalamnya kemampuan dalam mendispersi sel-sel dalam kultur jaringan. Alteromonasspp, yang diisolasi dari laut juga dilaporkan beberapa jenis di antaranya mampu menghasilkan enzim protease yang memiliki kemampuan dalam proses penghambatan pertumbuhan beberapa jenis bakteri lainnya. Bahan inhibitor yang diidentifikasi ternyata mengandung dua bahan penting yaitu marinostatin yang dibangun dari 12 sampai 14 asam-asam amino, sedangkan bahan lainnya dikenal sebagai monostatin yang dibangun dari glycoprotein (Imada, 2000). Enzim alkaline serine protease yang termasuk dalam famili subtilisin juga ditemukan di beberapa jenis bakteri laut, antara lain pada bakteri laut psychrophilic yang hidup di laut dengan suhu rendah/dingin (Alfredsson, et al., 1995). Di samping bakteri, beberapa jenis mikroalgae juga mampu menghasilkan enzim penting, seperti enzim haloperoksidase yang mampu berperan dalam penggabungan halogen kedalam bahan-bahan metabolit. Enzim ini dapat berperan penting dalam industri kesehatan, kecantikan dan pangan.

Kondisi sifat fisik laut yang sangat beragam dan ekstrim telah menghasilkan beberapa enzim yang sangat berperan dalam bidang bio-molekuler dan bioteknologi molekuler. Enzim yang tahan panas tinggi lebih dari 100C dapat diisolasi dari kelompok bakteri Archae (Thermus aquaticus) yang diisolasi dari sumber air panas dari Yellowstone National Park, memberikan konstribusi yang sangat berarti dalam pengembangan Polymerase Chain Reaction (PCR) yang merupakan teknik yang sangat penting untuk mempelajari material genetik dan rekayasa genetika.

DAFTAR PUSTAKA

http://erdiansyah.blog.friendster.com/2007/03/bioteknologi-pertanian/. 20 Februari 2010. http://ennotech.blogspot.com/2009/. 20 Februari 2010. http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/20/peran-bioteknologi-molekulerdalam-pembangunan-bidang-perikanan-dan-kelautan-indonesia/. 20 Februari 2010. http://ilmuternak.wordpress.com/reproduksi-ternak/mengenal-teknologireproduksi/ . 20 Februari 2010.

http://prasetya.brawija.ac.id/sukoso.htm. 20 Februari 2010. http://raruro.blogspot.com/2009/01/bioteknologi.html. 17 Februari 2010. http://www.ipard.com/art_perkebun/feb21-05_isr-I.asp. 17 Februari 2010.

Anda mungkin juga menyukai