Tugas ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mata kuliah SIA-302
Perancangan Struktur Gedung
Dosen:
Asisten:
Disusun oleh :
1
3.3.5 Kesimpulan perancangan dimensi kolom ................................................. 31
BAB IV PEMODELAN............................................................................................. 32
2
6.1.2 Balok Anak ............................................................................................... 78
6.2 Kolom............................................................................................................... 87
3
DAFTAR GAMBAR
4
Gambar 21 Frame section property data balok induk 5,8 m ..................................... 37
5
Gambar 42 Load combinations .................................................................................. 49
6
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa (SNI
1726:2019) ................................................................................................................. 12
Tabel 4 KDs Berdasarkan parameter respons percepatan pada perode pendek ......... 15
7
Tabel 21 Beban mati dan beban hidup ....................................................................... 49
Tabel 41 Momen tumpuan dan lapangan pada blok induk 3,8 m (arsiran biru) ........ 67
8
Tabel 42 Perhitungan tulangan balok induk 5,8 m .................................................... 70
9
BAB I DESKRIPSI STUDI KASUS
1.1 Deskripsi Bangunan
Struktur bangunan yang akan direncanakan adalah struktur bangunan gedung 4 lantai
beton bertulang pemikul momen khusus yang berfungsi sebagai Rumah Sakit yang
berlokasi di kota Tanggerang dengan data struktur dan denah sebagai berikut:
10
Gambar 2 Denah tipikal bangunan Lt.Atap
Data Struktur
f’c = 32 – 1 = 31 MPa
fy = 420 MPa
11
fys = 280 MP a
Tabel 1 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa (SNI 1726:2019)
12
Gambar 3 Peta Gempa Maksimum Untuk Ss
13
Tabel 3 Koefisien Situs Fa
Gambar 5 Nilai Fa
14
Gambar 6 Nilai Fv
2 2
𝑆𝐷1 = × 𝑆𝑀1 = × 0,5016 = 0,3344
3 3
15
j. Faktor redundansi, 𝜌, Untuk struktur desain seismik D yang memiliki torsi tida
beraturan maka nilai faktor redudansi berdasarkan SNI 1726-2019: Pasal
7.3.4.2 adalah sebesar 1,3.
16
BAB II PEMBEBANAN
2.1 Pembebanan
Pembebanan yang diterima pada struktur gedung yaitu beban gravitasi dan beban
gempa, ketentuan pembebanan gedung mengikuti ketentuan SNI 1726-2019.
Beban gravitasi pada struktur gedung terdiri dari beban mati dan beban hidup, beban
tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Beban mati
Beban mati pada struktur berupa balok, pelat dan kolom memiliki nilai sebesar
24 kN/m3.
b. Beban mati tambahan
Beban mati tambahan pada struktur gedung ini diuraikan perlantai sebagai
berikut:
1. Beban mati tambahan pada pelat Lt.dasar
a. Plesteran keramik = 21 kg/m2
b. Berat lantai keramik = 24 kg/m2
c. Berat plafond dan rangka = 12 kg/m2
d. Mechanical dan Electrical and Plumbing = 20 kg/m2
e. Berat dinding bata merah = 250 kg/m2
2. Beban mati tambahan pada pelat Lt.1-Lt.3
a. Plesteran keramik = 21 kg/m2
b. Berat lantai keramik = 24 kg/m2
c. Berat plafond dan rangka = 18 kg/m2
d. Mechanical and Electrical and Plumbing = 20 kg/m2
e. Berat dinding bata merah = 250 kg/m2
3. Beban mati tambahan pada pelat Lt. 4
a. Berat plafond dan rangka = 18 kg/m2
b. Mechanical and electrical and plumbing = 20 kg/m2
c. Beban hidup
Berdasarkan SNI 1727-2020 : Pasal 4.3.1 beban hidup Rumah Sakit adalah
sebesar 3.83 kN/m2 untuk lantai 1 sampai lantai 3 untuk lantai 5 yang berfungsi
sebagai atap adalah 0,96 kN/m2 .
17
Gambar 7 Beban hidup terdistribusi merata minimum L0
18
2.1.2 Beban Gempa
19
2.2 Kombinasi Beban
Kombinasi BEBAN
1 1,4 D
2 1,2 D + 1,6 L + 0,5 Lr
3 1,2 D + 1,6 Lr + 1,0 L
4 1,2 D + 1,6 Lr + 0,5 W
5 1,2 D + 1,0 W + 1,0 L + 0,5 Lr
6 0,9 D + 1,0 W
7 1,2 D + 1,0 L + 1(r EQX + 0,2 Sds D) + 0,3 (r EQY + 0,2 Sds D)
8 1,2 D + 1,0 L + 1(r EQX + 0,2 Sds D) - 0,3 (r EQY + 0,2 Sds D)
9 1,2 D + 1,0 L - 1(r EQX + 0,2 Sds D) + 0,3 (r EQY + 0,2 Sds D)
10 1,2 D + 1,0 L - 1(r EQX + 0,2 Sds D) - 0,3 (r EQY + 0,2 Sds D)
11 1,2 D + 1,0 L + 0,3(r EQX + 0,2 Sds D) + 1,0 (r EQY + 0,2 Sds D)
12 1,2 D + 1,0 L + 0,3(r EQX + 0,2 Sds D) - 1,0 (r EQY + 0,2 Sds D)
13 1,2 D + 1,0 L - 0,3(r EQX + 0,2 Sds D) + 1,0 (r EQY + 0,2 Sds D)
14 1,2 D + 1,0 L - 0,3(r EQX + 0,2 Sds D) - 1,0 (r EQY + 0,2 Sds D)
15 0,9 D + 1,0 (r EQX + 0,2 Sds D) + 0,3 (r EQY + 0,2 Sds D)
16 0,9 D + 1,0 (r EQX + 0,2 Sds D) - 0,3 (r EQY + 0,2 Sds D)
17 0,9 D - 1,0 (r EQX + 0,2 Sds D) + 0,3 (r EQY + 0,2 Sds D)
18 0,9 D - 1,0 (r EQX + 0,2 Sds D) - 0,3 (r EQY + 0,2 Sds D)
19 0,9 D + 0,3 (r EQX + 0,2 Sds D) + 1,0 (r EQY + 0,2 Sds D)
20 0,9 D + 0,3 (r EQX + 0,2 Sds D) - 1,0 (r EQY + 0,2 Sds D)
21 0,9 D - 0,3 (r EQX + 0,2 Sds D) + 1,0 (r EQY + 0,2 Sds D)
22 0,9 D - 0,3 (r EQX + 0,2 Sds D) - 1,0 (r EQY + 0,2 Sds D)
BEBAN
Kombinasi
DL SDL LL Lr W EQX EQY
1 1,4 1,4
2 1,2 1,2 1,6 0,5
3 1,2 1,2 1 1,6
- 1,2 1,2 1 1,6 0,5
4 1,2 1,2 1 0,5
5 0,9 0,9 1,0
6 1,375 1,375 1 1,3 0,39
7 1,294 1,294 1 1,3 -0,39
8 1,106 1,106 1 -1,3 0,39
9 1,025 1,025 1 -1,3 -0,39
10 1,375 1,375 1 0,39 1,3
11 1,106 1,106 1 0,39 -1,3
12 1,294 1,294 1 -0,39 1,3
13 1,025 1,025 1 -0,39 -1,3
14 1,075 1,075 1,3 0,39
15 0,994 0,994 1,3 -0,39
16 0,806 0,806 -1,3 0,39
17 0,725 0,725 -1,3 -0,39
18 1,075 1,075 0,39 1,3
19 0,806 0,806 0,39 -1,3
20 0,994 0,994 -0,39 1,3
21 0,725 0,725 -0,39 -1,3
20
BAB III PRELIMINARY DESIGN
3.1 Dimensi Balok
Keteuntuan SNI (2847 : 2013) pasal 9.5.2.2 diman hmin = L/16 dengan L adalah
panjang bentang balok, dengan fy = 420 Mpa maka tidak perl dikalikan (0,4 + fy/700).
Dengan data material yang digunakan sebagai berikut:
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung tinggi minimum dan lebar dimensi
balok sebagai berikut:
𝐿
Balok Induk ℎ𝑚𝑖𝑛 =
16
𝐿
Balok Anak ℎ𝑚𝑖𝑛 =
21
2
Lebar balok 𝑏 = ℎ
3
Balok Induk
a) L = 5800 mm
hmin = L/16 = 5800/16 = 362,5 mm ; diambil 400 mm
b = 2/3 h = 2/3 x 400 = 266,67 ; diambil 300 mm
b) L = 5000 mm
hmin = L/16 = 5000/16 = 312,5 mm ; diambil 350 mm
b = 2/3 h = 2/3 x 350 = 233,3 mm ; diambil 250 mm
c) L = 3800 mm
hmin = L/16 = 3800/16 = 237,5 mm ; diambil 250 mm
b = 2/3 h = 2/3 x 250 = 166,67 mm ; diambil 200 mm
d) L = 3000 mm
hmin = L/16 = 3000/16 = 187,5 mm ; diambil 200 mm
b = 2/3 h = 2/3 x 200 = 133,3 mm ; diambil 250 mm
Balok Anak
a) L = 5800 mm
hmin = L/21 = 5800/21 = 276,190 mm ; diambil 300 mm
21
b = 2/3 h = 2/3 x 300 = 200 ; diambil 200 mm
b) L = 5000 mm
hmin = L/21 = 5000/21 = 238,095 mm ; diambil 250 mm
b = 2/3 h = 2/3 x 250 = 166,67 mm ; diambil 200 mm
c) L = 3800 mm
hmin = L/21 = 3800/21 = 180,925 mm ; diambil 200 mm
b = 2/3 h = 2/3 x 200 = 133,33 mm ; diambil 150 mm
d) L = 3000 mm
hmin = L/21 = 3000/21 = 142,857 mm ; diambil 150 mm
b = 2/3 h = 2/3 x 150 = 100 mm ; diambil 100 mm
3.1.2 Kesimpulan
Tabel 8 Kesimpulan preliminary desain balok
SNI 2847: 2013 mensyaratkan tebal pelat minimum untuik mengontrol defleksi
memiliki 3 persamaan emiris antar lain:
1. Untuk 0,2 ≤ αm ≤ 2
𝑓𝑦
𝑙 𝑛 (0,8 + 1400)
ℎ= ; ℎ > 125 𝑚𝑚
36 + 5 𝛽 (𝛼𝑚 − 0,2)
2. Untuk 2 < αm
𝑓𝑦
𝑙𝑛 (0,8 + 1400)
ℎ= ; ℎ > 90 𝑚𝑚
36 + 9𝛽
3. αm < 0,2
22
Tabel 9 Persamaan empiris untuk tebal plat
Tebal pelat yang dihitunga menggunakan tebal tepalt yang terbesar yakni 5,8 x 5,8
m2 dimana pelat yang lainya akan menggunakan perhitungan ini.
180 mm
A1
A2 220 mm
23
3. Hitung titik berat balok
A1 = 740 x180 = 133200 mm2
A2 = 300 x 220= 66000 mm2
y1 = 180 / 2 + 220 = 90+220 = 310 mm
y2 = 220 / 2 = 110 mm
𝐴1.𝑦1+𝐴2.𝑦2
ȳ̄ = = 243,7349398 mm
𝐴1+𝐴2
𝐼𝑏
α1 = = 2,185
𝐼𝑠 2
𝐼𝑏
α1 = = 2,682
𝐼𝑠3
𝐼𝑏
α1 = = 2,682
𝐼𝑠 4
Σ𝛼
αm= = 2,502 ; αm > 2
4
24
3.2.2 Kesimpulan perancangan tebal pelat
Pelat dengan tebal 180 mm dapat digunakan karena telah memnuhi syarat tebal
plat minimum yakni 133,222 mm.
25
3.3 Perancangan dimensi kolom
Perancangan dimensio kolom awal dilakukan dengan meninjau salah satu kolom
dengan luas tributary maksimum. Perhitungan berat kolo, dengan mengasumsikan
Luas kolom = 1,2 x Luas balok induk, maka dimensi kolom awal dapat ditentukan
dengan b = h = √𝐴𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
Gambar 11 Tributary
Perhitungan dimensi kolom awal dihitung berdasarkan dimensi balok induk terbesar
yaitu 400 × 300 mm2, berikut perhitungan dimensi kolom :
𝐴𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 1,2 × 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 = 1,2 × 400 × 300 = 144000 𝑚𝑚2
maka diperoleh nilai b dan h kolom yakni sebesar 400 × 400 mm2
Beban aksial kolo mdihitung berdasarkan luas tributary lanti, yaitu lantai dasar dan
lantai 1 hingga lantai 4. Berikut perhitungan beban aksialnya :
26
Tabel 10 Beban aksial klom lantai dasar
Beban Mati (D) = (DL + SDL) x Tingkat 793,771 kN Pu = 1,2D + 1,6 L 1587,876 kN
Beban Hidup (L) = LL x Tingkat 397,094 kN P = D+L 1190,865 kN
Beban Mati (D) = (DL + SDL) x Tingkat 497,995 kN Pu = 1,2D + 1,6 L 1074,107 kN
Beban Hidup (L) = LL x Tingkat 297,821 kN P = D+L 795,816 kN
27
Tabel 12 Beban aksial kolom lantai atap
Beban Mati (D) = (DL + SDL) x Tingkat 146,163 kN Pu = 1,2D + 1,6 L 215,208 kN
Beban Hidup (L) = LL x Tingkat 24,883 kN P = D+L 171,046 kN
𝑃𝑢
𝐴𝑔 ≥
∅[0,85 𝑓𝑐 +ρg (𝑓𝑦 −0,85𝑓𝑐 )]
𝑢 𝑃
𝐴𝑔 = [0,25ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎0,35𝑓 ] 𝑐
Dimana :
28
Tabel 13 Pendekatan desain kapasitas kolom lantai dasar
29
mengabaikan pengaruh kelangsingn untuk struktrun tanpa bracing ditulis sebagia
berikut:
𝑘×𝑙𝑢
𝜆= ≤ 22
𝑟
𝑟 = 0,3 × 𝑐
Dimana :
𝑙𝑢 = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚(𝑚)
𝑟 = 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑢𝑠 𝑔𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖
30
Tabel 18 Kontrol kelangaingan lantai atap
Jika kontrol kelangsingan tidak memenuhi syarat maka dimensi kolom sebuah lantai
diperbesar atau mengikuti dimensi kolom sebelumnya.
Karena lantai atap tidak memenuhi syarat kelangsingan maka dimensi kolom lantai
atap diperbesar mengikuti dimensi kolom lantai sebelumnya.
31
BAB IV PEMODELAN
4.1 Inisiasi pemodelan
Data gedung berupa lebar dan panjang balok serta tinggi dasar dan tinggi tipikal yang
direncanakan dimodelkan dengan membuat grid arah x dan arah y, dengan memasukan
data spasi antar kolom dan tinggi antar lantai nya.
32
Gambar 13 Grid System Data
33
4.2 Material dan elemen banguan
4.2.1 Material
Material untuk elemen didefinisikan sebagai material beton fc’ = 31 MPa kemudian
dilakukan desain. Material baja berupa baja tulangan transversal fy = 420 MPa dan
tulangan longitudinal fys = 280 MPa.
34
Gambar 16 Material property design Beton fc’ 31 MPa
35
Gambar 18 Material property design tulangan transversal
36
Gambar 20 Material property design tulangan longitudinal
a) Elemen balok
37
Gambar 22 Frame section property data balok induk 5 m
38
Gambar 24 Frame section property data balok induk 3 m
39
Gambar 26 Frame section property data balok anak 5 m
40
Gambar 28 Frame section property data balok anak 3 m
b) Elemen pelat
41
Gambar 30 Slab property data
c) Elmen kolom
42
Gambar 32 Frame section property reinforcement data kolom
Diafragma sebagai sitem struktur horisontal untuk menahan gaya gravitasi dan
mentediakan tahanan lateral untuk elemen-elemen vertikal pada struktur, diafragma
yang ditentukan bersifat kaku.
43
Gambar 34 Penerapan diafragma
Penerapan beban yang dilakukan berupa beban gempa, dan penerapan beban mati
tambahan dan beban hidup pada pelat. Beban yang diterapkan merupakan beban yan
telah ditetukan pada bab 2 terkait pembebanan pada strutur yang mengacu pada
persyaratan SNI 1726:2019 untuk pembebanan gempa dan SNI 1727:2020 untuk
penentuan beban hidup.
44
4.4.1 Beban Gempa (respons spektrum)
Penentuan beban gempa berupa penentuan respon spektra gempa, pola beban respon
spektra, kasus beban respon spektra, massa untuk menghitung gaya gempa. beban mati
tembahan dan beban hidup.
45
Gambar 37 Seismic loading
46
Gambar 39 Load case data
𝑔×𝐼𝑒 9,81×1,5
𝑓= = = 1,8387
𝑅 8
Dimana:
47
𝑚2
𝑔 = 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑢𝑚𝑖 (9,81 )
𝑠
Penentuan beban mati tambahan dan beban hidup yang digunakan sesuai dengan
persyaratan SNI 1727:2020 berdasarkan fungsi bangunan.
48
c) Penentuan kombinasi beban
Kombinasi beban yang digunakan mengikuti persyaratan SNI 1726:2019
dengan memperhitungkan beban gempa seperti yang telah diuraikan pada bab
pembebanan dengan mengabaikan beban angin (W)
49
Gambar 43 Slab information lantai atap
50
Gambar 45 Hasil pemodelan
Pemeriksaan struktru yang dilakukan berdasarkan kapasitas balok dan kolom pada
struktur, elemen balok atau kolom dengan menerima beban yang melebihi kapasitas
ditanda dengan warna merah, sedangkan elemen dengan kapasitas yang cukup akan
ditandai dengan warna ungu dan warna hitam.
51
Gambar 46 Pemeriksaan elemen struktur
Hasil pemeriksaan struktur menunjukan adanya kegagalan pada elemen balok induk
dan balok anak sedangkan elemen kolom sudah mampu menopang beban seluruhnya
maka terdapat perubahan dimensi balok yang ditunjukan pada tabel dibawah.
52
Setelah dilakukan perbesaran dimensi maka dilakukan pemeriksaan elemen struktur
kembali seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah.
Hasil perubahan dimensi elemen struktur telah memperkuat elemen struktur tersebut.
53
BAB V ANALISA STRUTUR
5.1 Partisipasi massa
Analisa struktur meliputi analisa jumlah ragam pada pemodelan yang dilakukan. SNI
1726:2019 mengungkapkan bahwa:
“Analisis harus dilakukan untuk menentukan ragam getas alami untuk struktur.
Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi
massa yang terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa aktual dalam
masing-masing arah horizontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model”
Pemeriksaan skala gaya dengan membandingkan gaya geser ragam pada struktur yang
dimodelkan dengan gaya geser dasar yang dihitung menggunakan prosedur gaya
lateral ekivalen.
𝑇𝑎 = 𝐶𝑡 × ℎ𝑛𝑥
Dimana Ct dan x adalah nilai parameter perioda pendekatan berdasarkatn tipe struktur
yang dimodelkan dan hn adalah tinggi total struktur gedung atau dapat ditulis sebagai
berikut:
54
Tabel 24 Nilai parameter Ct dengan x
𝑇𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝑇𝑎 × 𝐶𝑢
Dimana nilai Cu adalah koefisien untuk batas atas perioda yang dihitung berdasarkan
nilai SD1. Nilai koefisien untuk batas atas peroda Cu ditujukan pada tabel dibawah ini.
𝑆𝑑𝑠
𝐶𝑠 =
𝑅/𝐼𝑒
𝑆𝑑1
𝐶𝑠 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝑅
𝑇(𝐼 )
𝑒
Denngan nilai Cs digunakan adalah Cs max < Cs use< Cs min, Perhitungan gaya geser dasar
yakni:
𝑉 = 𝑊 × 𝐶𝑠 𝑢𝑠𝑒
55
Dimana nilai W merupakan berat total lantai.
Perioda Pendekatan
ℎ𝑛 = 4 + (3,6 × (4 − 1))
ℎ𝑛 = 14,8 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑇𝑎 = 𝐶𝑡 × ℎ𝑛𝑥
𝑇𝑎 = 0,0466 × 14,80,9
𝑇𝑎 = 0,527 𝑠
𝑇𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝑇𝑎 × 𝐶𝑢
𝑇𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 = 0,7378
𝑆𝑑𝑠
𝐶𝑠 =
𝑅/𝐼𝑒
0,674773
𝐶𝑠 = 8 = 0,1265
1,5
56
𝑆𝑑1
𝐶𝑠 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝑅
𝑇(𝐼 )
𝑒
0,640257
𝐶𝑠 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 (𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑥) = 8 = 0,1715
0,7( )
1,5
0,640257
𝐶𝑠 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 (𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑦) = 8 = 0,1725
0,696(1,5)
𝑉 = 𝑊 × 𝐶𝑠 𝑢𝑠𝑒
𝑉𝑒𝑡𝑎𝑏𝑠
Syarat : > 1 jika tidak maka faktor skala dihitung ulang menggunakan rumus:
𝑉
𝑉𝑒𝑡𝑎𝑏𝑠
𝑓=
𝑣
1613,43
𝑓= = 1,116
1445,835
57
Perhitungan gaya geser lantai 1 hingga lantai atap
𝑘 = 0,5 × 𝑇 + 0,75
𝐹𝑥 = 𝐶𝑣𝑥 × 𝑉
𝑤𝑥 ×ℎ𝑥𝑘
𝐶𝑣𝑥 =
Σ(𝑤𝑥 ×ℎ𝑥 )
Dimana:
Simpangan antar lantai diperiksa dengan cara membandingkan simpangan antar lantai
yang terjadi pada pemodelan ETABS dengan simpangan antar lantai yang diikinkan
sesuai persyaratan SNI 1726:2019. Simpangan antar lantai ijin menyesuaikan dengan
jenis struktur gedung seperti pada tabel dibawah ini.
58
Tabel 30 Simpangan antar lantai ijin (
Dimana hsx adalah nilai tingkat dibawah tingkat x (dibawah lantai x). Simpangan antar
lantai maximum akibat beban bempa arah x dan arah y pada pemodelan ditunjukan
pada tabel dibawah ini.
𝐶𝑑
𝛿 = 𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 ×
𝐼𝑒
59
Tabel 32 Nilai Cd, R, Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa
5.4 P-Delta
𝑃𝑥 ×Δ𝑥 ×𝐼𝑒
𝜃=
𝑉𝑥 ×ℎ𝑠𝑥 ×𝐶𝑑
60
0,5
𝜃𝑚𝑎𝑥 =
𝛽×𝐶𝑑
dimana:
Gaya lateral dinamik pada struktur yang dimodelkan terdapat pada tabel dibawah.
Perhitungan P-Δ
61
Tabel 37 Perhitungan P-Δ arah X
62
Tabel 39 Ketidak beraturan horizontal pada struktur
63
Tabel 41 Ketidak beraturan torsi arah Y
Ketidak beraturan torsi dapat dilihat pada program Etabs pada tabel story max over
average drifts seperti yang ditunjukan diatas. Berdasrkan SNI mengenai ketidak
beraturan torsi yang tercantum pada poin 1.a dimana nilai rasio tidak lebih besar dari
1,2 dan ketidakberatruan torsi berlebihan pada poin 1.b dimana nilai rasio tidak lebih
besar dari 1,4 maka dapat disimpulkan bahwa torsi masih aman.
64
5.6 Gaya Dalam
65
Gambar 50 Momen 3-3
66
BAB VI PENULANGAN
6.1 Penulangan pada Balok
Tabel 42 Momen tumpuan dan lapangan pada blok induk 3,8 m (arsiran biru)
terdapat 12 tahap yang dilakukan dalam perhitungan penulangan balok induk ini
dimana setiap perhitungan mengacu pada SNI 2847-2019 mengenai Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan. tahapan tersbut antra lain:
67
𝜙𝑀𝑛 > 𝑀𝑢
dimana:
𝑀𝑢 = 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑖𝑡
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × 𝑧
𝑎
𝑧=𝑑−
2
𝐴𝑠 ×𝑓𝑦
𝑎=
0,85×𝑓𝑐′ ×𝑏
𝐴𝑠 = 𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 × 𝑛
digunakan luas minimum yang terbesar antara As min1 dengan As min2 untuk
dibandingkan dengan As pakai.
𝜌𝑚𝑖𝑛 = 1,4 × 𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75 × 𝜌𝑏
0,85×𝑓𝑐′ 600
𝜌𝑏 = 𝛽1 × ×( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
𝑓′ −28
𝛽1 = 0,85 − 0,05 × ( 𝑐 ) jika f’c lebih kecil dari 28 MPa
7
68
𝑎
𝑐=
𝛽1
69
Tabel 43 Perhitungan tulangan balok induk 5,8 m
70
Tabel 44 Perhitungan tulangan balok induk 5,8 m lanjutan
71
Tabel 45 Perhitungan tulangan balok induk 5 m
72
Tabel 46 Perhitungan balok induk 5 m lanjutan
73
Tabel 47 Perhitugan tulangan balok induk 3,8 m
74
Tabel 48 Perhitungan tulangan balok induk 3,8 m lanjutan
75
Tabel 49 Perhitungan penulangan balok induk 3 m
76
Tabel 50 Perhitungan tulangan balok induk 3 m lanjutan
77
6.1.2 Balok Anak
Tabel 51 Penulangan balok anak 5,8 m
78
9 Cek rasio tulangan
b1 0,829 0,829
r As/(b.d) 0,006 0,006
rb 0,031 0,031
r min 1,4/Fy 105 105
r max 0,75 r b 0,023 0,023
Tidak boleh lebih dari 0,023 0,023
Kontrol r < r max OK OK
10 Cek penampang kontrol tarik
dt (mm) 427,5 427,5
c a/b 1 47,215 47,215
ecu 0,003 0,003
ey fy/Es 0,002 0,002
etcl 0,005 0,005
es 0,024 0,024
Kontrol penampang TARIK TARIK
11 Cek spasi tulangan
D long (mm) 25 25
n (btg) 2 2
n lapis terluar (btg) 2 2
snh (mm) 250 250
Kontrol spasi OK OK
12 Syarat sengkang SRPMK
Sengkang hoop pada jarak 2h dari sisi muka kolom
2h (mm) 1000 1000
Sengkang hoop pertama pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat
dipasanga dengan jarak terkecil antara :
d/4 (mm) 106,875 106,875
6D long (mm) 150 150
150 mm (mm) 150 150
Spasi max (mm) 106,875 106,875
Spasi pakai (mm) 100 100
Spasi maksimal sengkang hoop diluar sendi plastis
dipasanga dengan jarak terkecil antara :
d/2 (mm) 213,75 213,75
350 mm (mm) 350 350
Spasi max (mm) 213,75 213,75
Spasi pakai (mm) 200 200
79
Tabel 52 Penulangan balok anak 5 m
80
Tabel 53 Penulangan balok anak 5 m lanjutan
81
Tabel 54 Penulangan balok anak 3,8 m
82
Tabel 55 Penulangan balok anak 3.8 m lanjutan
83
Tabel 56 Penulangan balok anak 3 m
84
Tabel 57 Penulangan balok anak 3 m lanjutan
85
6.1.3 Resume penulangan balok anak dan balok induk
Berikut merupakan resume perhitungan penulangan balok anak dan balok induk
86
6.2 Kolom
Tabel 59 Penulangan kolom (tulangan longitudinal)
A Tulangan Longitudinal
1 Data
b 500 (mm)
h 500 (mm)
t selimut 50 (mm)
fc' 31 (Mpa)
fy 420 (Mpa)
Ln 4 (m)
Gaya dalam
Pu 2705,229 (kN)
Mu 377,0644 (kNm)
2 Eksentrisitas
e Mu/Pu 0,139 (m)
e/Ln 0,035 < 0,1 (Kosentris)
3 Luas Tulangan
Syarat rasio tulangan 1% < r < 6%
r 2%
Ag 250000
Ast Ag x r 5000
4 Jumlah tulangan
D 32 (mm)
2
A-long 804,248 (mm )
n 6,217 (btg)
n pakai 8 (btg)
5 Kuat desain kolom
Ast ada 6433,982 (mm2)
r 0,0257
Po 9120236,92 (N)
Pn 0,8 x Po 7296189,53 (N)
q 0,65
q Pn 4742523,2 (N)
4742,523 (kN)
Kontrol > Pu OK
87
Tabel 60 Penulangan kolom (tulangan transversal)
B Syarat Sengkang
1 Syarat xi maks = 350 mm
D trans 13 (mm)
cek
xi b 487 < 350 mm
xi h 487 < 350 mm
Perlu cross tie arah b maupun h
xi b 243,5 < 350 mm
xi h 243,5 < 350 mm
2 Kebutuhan sengkang tumpuan kolom SRMPK
1/4 Bmin 125 (mm)
6D long 192 (mm)
100 ≤ So≤ 150 100 + (350 - xi min) /3 135,500 (mm)
So 140 (mm)
s tum 125 (mm)
3 Syarat rasio sengkang tumpuan
Ach Bc x Hc 160000 (mm2)
Tinjauan arah sisi lebar = sisi tinggi (B = H)
2
Ash (B) 1 778,460 (mm )
2
Ash (B) 2 415,179 (mm )
Ash
ns 6 kaki
2
At 796,394 (mm )
Kontrol > Ash OK
4 Syarat sengkang lapangan
16D long 512 (mm)
48D Trans 624 (mm)
Maks 150 (mm)
S lap 150 (mm)
88
Gambar 51 frame section property data and reinforcement (kolom)
89
6.3 Pelat lantai
Arah X
⸫ Tulangan lapangan
− 𝑀𝑥 5,048×106
𝑀𝑛𝑥 = = = 6310000 𝑁𝑚𝑚
𝝓 0,8
31−28
𝛽1 = 0,85 − 0,05 × ( ) = 0,829
7
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = 0,0033
420
0,85×𝑓𝑐′ ×0,829
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75 × = 0,039
420
−
𝑀𝑛𝑥 𝜌×𝑓𝑦
= 𝜌 × 𝑓𝑦 × (1 − 0,59 × )
𝑏×𝑑 2 31
6310000 𝜌×420
= 𝜌 × 420 × (1 − 0,59 × )
5000×1302 31
𝜌1 = 1,1249 ; 𝜌2 = 0,000178
digunakan 𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0033
90
1
×𝜋×𝐷2 ×𝑏
𝑠=4
𝐴𝑠
1
4
×𝜋×102 ×5000
𝑠= = 186,076495 ≈ 180 𝑚𝑚
2145
► digunakan D10-180 mm
⸫ Tulangan tumpuan
− 𝑀𝑥 9,126×106
𝑀𝑛𝑥 = = = 11407500 𝑁𝑚𝑚
𝝓 0,8
31−28
𝛽1 = 0,85 − 0,05 × ( ) = 0,829
7
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = 0,0033
420
0,85×𝑓𝑐′ ×0,829
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75 × = 0,039
420
−
𝑀𝑛𝑥 𝜌×𝑓𝑦
= 𝜌 × 𝑓𝑦 × (1 − 0,59 × )
𝑏×𝑑 2 31
11407500 𝜌×420
= 𝜌 × 420 × (1 − 0,59 × )
5000×1302 31
𝜌1 = 1,1248 ; 𝜌2 = 0,000322
digunakan 𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0033
► digunakan D10-180 mm
91
Arah Y
⸫ Tulangan lapangan
− 𝑀𝑥 5,361×106
𝑀𝑛𝑥 = = = 6701250 𝑁𝑚𝑚
𝝓 0,8
31−28
𝛽1 = 0,85 − 0,05 × ( ) = 0,829
7
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = 0,0033
420
0,85×𝑓𝑐′ ×0,829
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75 × = 0,039
420
−
𝑀𝑛𝑥 𝜌×𝑓𝑦
= 𝜌 × 𝑓𝑦 × (1 − 0,59 × )
𝑏×𝑑 2 31
6701250 𝜌×420
= 𝜌 × 420 × (1 − 0,59 × )
5000×1302 31
𝜌1 = 1,1249 ; 𝜌2 = 0,000178
digunakan 𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0033
► digunakan D10-180 mm
⸫ Tulangan tumpuan
− 𝑀𝑥 8,936×106
𝑀𝑛𝑥 = = = 11170000 𝑁𝑚𝑚
𝝓 0,8
31−28
𝛽1 = 0,85 − 0,05 × ( ) = 0,829
7
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = 0,0033
420
92
0,85×𝑓𝑐′ ×0,829
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75 × = 0,039
420
−
𝑀𝑛𝑥 𝜌×𝑓𝑦
= 𝜌 × 𝑓𝑦 × (1 − 0,59 × )
𝑏×𝑑 2 31
11170000 𝜌×420
= 𝜌 × 420 × (1 − 0,59 × )
5000×1302 31
𝜌1 = 1,1248 ; 𝜌2 = 0,000322
digunakan 𝜌𝑚𝑖𝑛 = 0,0033
► digunakan D10-180 mm
93