HIV/AIDS
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-
Sahara.[4] Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah
menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia.[5] Pada Januari 2006,
UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui
pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah
satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah
menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005
saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.[5]
Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara,
sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan
sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat
mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses
terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.[6]
Pneumonia
pneumocystis (PCP)[10]
jarang dijumpai pada
orang sehat yang
memiliki kekebalan
tubuh yang baik, tetapi
umumnya dijumpai pada
orang yang terinfeksi
HIV.
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat
terjadi karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan
parasit yang umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria,
Kampilobakter, dan Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang
tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis,
Mycobacterium avium complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan
penyebab kolitis).
Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari obat-
obatan yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari
infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat
juga merupakan efek samping dari antibiotik yang digunakan untuk
menangani bakteri diare (misalnya pada Clostridium difficile). Pada
stadium akhir infeksi HIV, diare diperkirakan merupakan petunjuk
terjadinya perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi, serta
mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang
berhubungan dengan HIV.[14]
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko yang lebih
tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh
virus DNA penyebab mutasi genetik; yaitu terutama virus Epstein-Barr
(EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia
(HPV).[21][22]
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang
terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual
tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini
disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus
herpes manusia-8 yang juga disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV).
Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan,
tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan,
dan paru-paru.
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama
AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia.
Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya, seperti
limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (rectum), dan kanker anus.
Namun, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker
usus besar (colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien
terinfeksi HIV. Di tempat-tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang
sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker
yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada saat yang sama kanker
kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien yang
terinfeksi HIV.[23]
Penyebab
Untuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat HIV.
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan
manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel
dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung,
padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat
berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya
menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka
kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang
disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten
klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang
diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta
adanya infeksi tertentu.
1.Penularan seksual
Jalur
penularan ini
terutama
berhubungan
dengan pengguna
obat suntik,
penderita
hemofilia, dan
resipien
transfusi darah
dan produk
darah. Berbagi
dan menggunakan
kembali jarum suntik (syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi
oleh organisme biologis penyebab penyakit (patogen), tidak hanya
merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan
hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab
sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di
Amerika Utara, Republik Rakyat Tiongkok, dan Eropa Timur. Resiko
terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan
orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure
prophylaxis dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko itu.
[40]
Pekerja fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter,
dan lain-lain) juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan
ini dapat juga terjadi pada orang yang memberi dan menerima rajah dan
tindik tubuh. Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik di
Afrika Sub Sahara maupun Asia karena sedikitnya sumber daya dan
pelatihan yang tidak mencukupi. WHO memperkirakan 2,5% dari semua
infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada
fasilitas kesehatan yang tidak aman.[41] Oleh sebab itu, Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung oleh opini medis umum dalam masalah
ini, mendorong negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan universal
untuk mencegah penularan HIV melalui fasilitas kesehatan.[42]
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in
utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan
saat persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke
anak selama kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25%. Namun, jika
sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan
dengan cara bedah caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1%.[44]
Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko infeksi, terutama beban virus
pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi
risikonya). Menyusui meningkatkan risiko penularan sebesar 4%.[45]
Diagnosis
Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk
pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World
Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun, kedua sistem
tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk
penentuan tahapan klinis pasien, karena definisi yang digunakan tidak
sensitif ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang, sistem World
Health Organization untuk infeksi HIV digunakan dengan memakai data
klinis dan laboratorium; sementara di negara-negara maju digunakan
sistem klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.
Grafik
hubungan
antara
jumlah HIV
dan jumlah
CD4+ pada
rata-rata
infeksi HIV
yang tidak
ditangani.
Keadaan penyakit dapat bervariasi tiap orang. jumlah
+
limfosit T CD4 (sel/mm³) jumlah RNA HIV per mL plasma
Tes HIV
Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western
blot, dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan
mulut, darah kering, atau urin pasien. Namun, periode antara infeksi dan
berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang dapat dideteksi (window
period) bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa
dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil
positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen
HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi
infeksi HIV meskipun perkembangan antibodinya belum dapat terdeteksi.
Meskipun metode-metode tersebut tidak disetujui secara khusus untuk
diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan secara rutin di negara-
negara maju.
Pencegahan
Perkiraan risiko masuknya HIV per aksi,
menurut rute paparan[52]
Perkiraan infeksi
per 10.000 paparan
Rute paparan
dengan sumber yang
terinfeksi
Transfusi darah 9.000[53]
Persalinan 2.500[44]
Penggunaan jarum suntik bersama-sama 67[54]
Hubungan seks anal reseptif* 50[55][56]
Jarum pada kulit 30[57]
Hubungan seksual reseptif* 10[55][56][58]
Hubungan seks anal insertif* 6,5[55][56]
Hubungan seksual insertif* 5[55][56]
Seks oral reseptif* 1[56]§
Seks oral insertif* 0,5[56]§
tanpa penggunaan kondom
*
§
sumber merujuk kepada seks oral
yang dilakukan kepada laki-laki
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah
melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau
jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama
periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat
ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun
tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut,
dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapat diabaikan.[59]
Hubungan seksual
Pada bulan Desember tahun 2006, penelitian yang menggunakan uji acak
terkendali mengkonfirmasi bahwa sunat laki-laki menurunkan risiko
infeksi HIV pada pria heteroseksual Afrika sampai sekitar 50%.
Diharapkan pendekatan ini akan digalakkan di banyak negara yang
terinfeksi HIV paling parah, walaupun penerapannya akan berhadapan
dengan sejumlah isu sehubungan masalah kepraktisan, budaya, dan perilaku
masyarakat. Beberapa ahli mengkhawatirkan bahwa persepsi kurangnya
kerentanan HIV pada laki-laki bersunat, dapat meningkatkan perilaku
seksual berisiko sehingga mengurangi dampak dari usaha pencegahan ini.
[66]
Wabah AIDS
di Afrika
Sub-Sahara
tahun 1985-
2003.
Pekerja
kedokteran
yang
mengikuti
kewaspadaan
universal, seperti mengenakan sarung tangan lateks ketika menyuntik dan
selalu mencuci tangan, dapat membantu mencegah infeksi HIV.
Penanganan
Lihat pula HIV dan Obat antiretrovirus.
Terapi antivirus
Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuai untuk menahan
epidemik global (pandemik) karena biaya vaksin lebih murah dari biaya
pengobatan lainnya, sehingga negara-negara berkembang mampu
mengadakannya dan pasien tidak membutuhkan perawatan harian.[89] Namun
setelah lebih dari 20 tahun penelitian, HIV-1 tetap merupakan target
yang sulit bagi vaksin.[89]
Susu sapi adalah salah satu produk tepat yang bisa mencegah penularan
penyakit yang belum ada obatnya ini. Awalnya ilmuwan melihat bahwa sapi
ternyata tidak dapat terinfeksi HIV. Setelah melewati proses penelitian
yang cukup lama, ternyata para peneliti tersebut menemukan fakta kalau
sapi bisa menghasilkan antibodi yang bisa mencegah penularan HIV. Para
peneliti tersebut kemudian menyuntikkan sapi betina dengan protein HIV.
Setelah sapi melahirkan, para ilmuwan tersebut mengumpulkan kolostrum
(susu pertama yang dihasilkan setelah melahirkan). Dan ternyata
kolostrum tersebut mengandung antibodi HIV.[91]
Pengobatan alternatif
Epidemiologi
Meratanya HIV
diantara orang
dewasa per negara
pada akhir tahun
2005.
15–50% 0.5–1.0% <0.1%
1–5%
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25
juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai
salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru
saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di
dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan
3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000)
merupakan anak-anak.[5] Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini
hidup dengan HIV.[5] Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang
terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal
dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.[5]
Sejarah
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika
Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat
adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai
PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada lima
laki-laki homoseksual di Los Angeles.[103]
Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan
HIV-2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1
adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit
dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat.[104] Baik HIV-1 dan HIV-2
berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes
troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan.[105] HIV-2 berasal dari
Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan
Kamerun.
Dampak ekonomi
Perubahan angka
harapan hidup di
beberapa negara
di Afrika.
Botswana
Zimbabwe
Kenya
Afrika Selatan
Uganda
GEJALA-GEJALA AIDS
Sejak pertama seseorang terinfeksi virus HIV, maka virus tersebut akan
hidup dalam tubuhnya, tetapi orang tersebut tidak menunjukkan gejala
penyakit namun terlihat betapa sehat, aktif, produktif seperti biasa.
Karena gejala-gejala AIDS tampak setelah + 3 bulan. Adapun gejala-gejala
AIDS itu sendiri adalah :
Semua itu adalah gejala-gejala yang dapat kita lihat pada penderita
AIDS, yang lama-kelamaan akan berakhir dengan kematian.
PENULARAN AIDS
Sebelumnya virus AIDS tidak mudah menular virus influensa. Kita tidak
usak terlalu mengucilkan atau menjauhi penderita AIDS, karena AIDS tidak
akan menular dengan cara – cara seperti di bawah ini :
Hidup serumah dengan penderita AIDS ( asal tidak mengadakan
hubungan seksual ).
Bersenggolan atau berjabat tangan dengan penderita.
Bersentuhan dengan pakaian dan lain-lain barang bekas penderita
AIDS.
Makan dan minum.
Gigitan nyamuk dan serangga lain.
Sama-sama berenang di kolam renang
Pendemi HIV/AIDS regonal asia tenggara pada tahun 1994 secara komulatif
ditemukan 3745 AIDS, sedangkan sudah diperkirakan lebih dari 2 jura dari
11 negara termasuk Indonesia, dan jumlah tersebut akan menjadi 3,5 juta
ditahun 1995.
SYNDROMA GUNUNG ES
Saat ini infeksi AIDS pada wanita meningkat dengan cepat, karena wanita
merupakan kelompok yang rendah dan mudah terinfeksi tanpa disadari.
Sedangkan anak yang lahir dari ibu yang mengidap HIV, setelah usia 2
tahun sudah mulai menunjukkan HIV terbesar 30-40%.
Dari 108 AIDS yang terbesar di 10 propinsi dan yang meninggal 66 orang,
DKI Jakarta terbanyak dengan 57 AIDS dan 35 sudah meninggal.
Tuhan YME. Mempunyai kekuasaan dalam mengatur segala sesuatu yang ada
dimuka bumi ini, Dialah yang menciptakan alam semesta dengan segala
isinya. Begitupun dengan segala peristiwa yang terjadi dimuka bumi ini
misalnya : kebahagiaan, kesedihan bencana alam, kelahiran, kematian, dan
sebaginya. Muncullah virus HIV/AIDS merupakan salah satu peristiwa besar
dalam sejarah kehidupan manusia.
HIV adalah suatu virus yang hidup dalam tubuh manusia, dan dan dapat
menyebabkan timbulnya AIDS, yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia,
sehingga tubuh mudah terserang penyakit dan lam kelamaan akan meninggal,
sudah menjadi sifat manusia yang selalu ingin merasakan kenikmanatan
tanpa mempedulikan akibatnya, misalnya : melakukan perzinahan,
penggunaan narkotika suntikan, dan sebagainya. Kits umat manusia sudah
mengetahui bahwa perbuatan-perbuatan tersebut sangat dilarang,baik
menurut ajaran agama masing-masing maupun aturan hukum yang berlaku.
Tetapi dari sebagian kita tetap saja melakukan hal-hal tersebut,
misalnya : WTS, Homoseks,Biseks, Mucikari, dan orang-orang yang sering
berganti-ganti pasangan dan melakukan hubungan seksual diluar nikah. Dan
berbahaya, dan sampai saat ini belum ditemukan obatnya.
Oleh karena itu, kita harus menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat
menyebabkan AIDS, yaitu melalui pencegahan misalnya :tidak melakukan
hubungan seksual secara bebas, menghidarkan penggunaan narkotika
suntikan, dan sebagainya.
AIDS merupakan cobaan atau bahkan hukuman daru Tuhan,yang tidak pernah
di duga oleh umat manusia.
Tapi bagaimanapun beratnya cobaan yang diberikan, Tuhan YME. Akan selalu
membukakan jalan bagi umatnya. Misalnya : sekarang dicanada telah ada
obat anti HIV yang efektif untuk pengobatan kombinasi. Masalah AIDS ini
tidak tentu akan menyebar luas, apabila dilakukan pencegahan secara
dini, apalagi jika ada partisipasi dari semua pihak.
SARAN
Hendaknya kita selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan berusaha menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa menyebabkan
AIDS.
Jangan melakukan hubungan seksual diluar nikah (berzinah), dan
jangan berganti-ganti pasangan seksual.
Apabila berobat dengan menggunakan alat suntik, maka pastikan
dulu apakah alat suntik itu steril atau tidak.
Apabila melakukan tranfusi darah, terlebih dahulu perikasakan
apakah tranfusi darah itu bebas dari virus HIV.
Bagi para generasi muda, jauhilah obat-obatan terlarang terutama
narkotika melalui alat suntik, alat-alat tato, anting tindik, dan
semacamnya yang bisa saja menularkan AIDS, karena alat-alat aeperti
itu tidak ada gunanya.dan hindarkan diri dari pergaulan bebas yang
bersifat negatif.
Apabila ada seminar-seminar, penyuluhan-penyuluhan, iklan ataupun
brosur-brosur, yang mengimpormasikan tentang AIDS, sebaiknya kita
memperhatikan denganbaik, agar segala sesuatu tentang AIDS dapat
diketahui, sehingga kita bisa menghindarkan diri sejak dini dari
AIDS.
Orang yang mengetahui dirinya telah terinfeksi virus AIDS
hendaknya menggunakan kondom apabila melakukan hubungan seksual, agar
virus AIDS tidak menular pada pasangan seksualnya.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
http://penyakithivaids.com/