Anda di halaman 1dari 27

1

DAFTAR ISI

Pengantar Investigasi Wabah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


Tujuah Investigasi Wabah ............................................

Pendahuluan ............................................
Cara Mengungkapkan Wabah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alasan Menyelidiki Kemungkinan Wabah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Langkah-langkah Investigasi Wabah


Langkah 1: Persiapan Investigasi Lapangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Langkah 2: Memastikan adanya wabah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Langkah 3: Memastikan DIagnosis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Langkah 4a: Membuat Definisi kasus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Langkah 4b: menem,ukan dan menghitung kasus . . . . . . . . . . . . . . . .
Langkah 5: Epidemiologi Deskriptif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Langkah 6: membuat Hipotesis
Langkah 7: Menilai Hipotesis
Langkah 8: Memperbaiki Hipotesis dan mengadakan . . . . . . . . . . . .
penelitian Tambahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Langkah 9: Melaksanakan pengendalian dan Pencegahan
Langkah 10: menyampaikan Hasil Penyelidikan
Referensi
Appendix (lampiran)
2

INVESTIGASI WABAH

Salah satu kegiatan yang menarik dan menantang yang dilakukan oleh seorang
ahli epidemiologi yang bekerja di Bidang Kesehatan Masyarakat adalah
investigasi wabah. Seringkali penyebab dan sumber wabah tidak diketahui,
seringkali masyarakat sangat peduli terhadap masalah ini, karena mereka takut
banyak orang termasuk diri mereka sendiri tidak lepas dari penyebab ini. mereka
akan mengkarantina orang, produk, atau perusahaan yang terkena wabah tersebut.
Pada kejadian itu maka didatangkanlah ahli epidemiologi bisa dari departemen
kesehatan lokal atau dari luar negeri. Dalam pelaksanaan kegiatan investigasi,
seorang Ahli epidemiologi harus tenang, profesional, ilmiah dengan merujuk
pada ilmu pengetahuan, melakukan pendekatan yang sitematik dan berorientasi
pada populasi serta melakukan pencegahan dan penanggulangan yang dibutuhkan.

Tujuan

Setelah mempelajari materi ini dan menjawab soal yang telah dikerjakan pada
latihan, anda diharapkan mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Menyusun alasan mengapa perlu melakukan investigasi wabah.


2. Menyusun langkah dalam investigasi wabah
3. Mendefinisikan tentang klaster, wabah, epidemik
4. Memberikan informasi penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya wabah
dan menjelaskan bagaimana epidemik itu terjadi.
5. Menjelaskan apa yang dimaksud denga n "line listing" dan menyebutkan
fungsinya.
6. Memberikan informasi tentang kejadian wabah dan membuat langkah-langkah
investigasi serta mengembangkan hipotesis
7. Menggambar kurva epidemik
8. Membuat perhitungan yang sesuai untuk ukuran asosiasi dan uji kai-kuadrat,
berdasarkan data tabel 2 x 2 yang diberikan
3

PENDAHULUAN

Cara mengungkapkan wabah


Suatu wabah dapat dideteksi dari analisis data surveilens rutin yang
dilakukan secara tepat waktu yang menunjukkan adanya kenaikan jumlah
kasus atau terjadi kasus yang mengelompok diluar kebiasaan. Di Dinas
Kesehan, kenaikan jumlah kasus maupun pola kejadian yang menyimpang
dari kebiasaan dapat kita deteksi dari tabulasi data mingguan berdasarkan
waktu dan tempat, atau informasi tentang pemaparan yang didapat dari formulir
laporan. Contohnya, Staf Dep-kes dapat mendeteksi adanya wabah hepatitis
yang ditularkan oleh dokter gigi oleh karena mereka senantiasa
menginterview dan membandingkan gigi yang dilaporkan terpapar oleh virus
hepatitis B. Begitu pu1a halnya ketika di RS dilakukan analisis mingguan
dari mikrobiologi pasien akan meningkatkan angka kasus infeksi nosokomial
di RS tersebut.

Wabah juga dapat diketahui karena adanva laporan petugas, pamong ataupun
warga yang perduli melapor ke Dinas Kesehatan. Mereka yang terserang
dalam wabah itu merupakan sumber lain yang penting dari kejadian
penyakit menular maupun tak menular yang mengelompok. Misalnya
seseorang melaporkan bahwa dirinya dan beberapa rekan sekerjanya menderita diare
setelah makan siang di perusahaan beberapa hari sebelumnya. Dinas kesehatan
mempunyai prosedur rutin untuk menangani penduduk tentang kemungkinan
terjadinya suatu wabah.

Alasan Menyelidiki Kemungkinan Wabah


Ada beberapa alasan yang menyebabkan dinas kesehatan melakukan
penyelidikan tentang kemungkinan terjadinya wabah. Alasan tersebut
meliputi keperluan untuk :
1. Mengadakan penanggulangan dan pencegahan
2. Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
3. pertimbangan program
4. Kepentingan umum, politik dan hukum

Penanggulangan dan pencegahan


Alasan utama untuk menyelidiki suatu wabah adalah menanggulangi dan
mencegah penyakit. Namun strategi penaggulangan hanya dapat ditentukan
setelah diketahui proses alamiah yang dicapai wabah tersebut: Apakah kasus
terus bertambah atau wabah sudah mulai menyurut ? Tujuan tindakan akan
berbeda tergantung dari kondisi yang ada. Bila kasus terus bertambah, tindakan
yang tepat adalah mencegah bertambahnya kasus. Oleh sebab itu penyelidikan
harus ditujukan untuk menentukan perjalanan dan besar wabah serta menentukan
4

populasi yang terancam sehingga dapat dirancang penanggulangan yang tepat.


Sebaliknya, bila wabah tampak mulai surut, penyelidikan ditujukan
untuk mencegah terjadinya wabah serupa di masa datang. Penyelidikan harus
dipusatkan pada penemuan faktor yang mcnyebabkan terjadinya wabah
sehingga dapat dirancang upaya pencegahan terjadinya wabah serupa di masa
datang.

Pertimbangan antara penanggulangan dan penyelidikan tergantung pada apa


yang diketahui tentang agen penyebab, sumber, dan cara penularannya ( tabel 1)

Tabel 1

Skala prioritas dalam melakukan investigasi dan penanggulangan (control)


wabah. Berdasarkan sumber, cara penularan, dan agen penyebab

Sumber Penularan
diketahui Tidak diketahui
Agen Diketahui Investigasi + Investigasi + + +
Penyebab Control + + + Control
Tidak Diketahui Investigasi + + + Investigasi + + +
Control + + + Control +

Bila sangat sedikit yang diketahui. harus diadakan penyelidikan dahulu sebelum
dapat menentukan cara penaggulangan yang tepat sebaliknya bila banyak yang
sudah diketahui upaya penanggulangan dan pencegahan dapat dilaksanakan
segera. Keputusan tentang pelaksanaan suatu penyelidikan dan
luas/dalamnya pelaksanaan tersebut, bergantung pada kondisi wabah itu
sendiri, antara lain tingkat keganasan penyakit sumber dan cara penularannya
serta ketersediaan cara penanggulangan dan pencegahan. Penyelidikan wabah
penyakit yang ganas (yang perlu perawatan RS, menimbulkan komplikasi atau
kematian) penting sekali dilaksanakan. Dmikian pula penyakit yang mudah
menular bila tidak segera dicegah, misalnya pen yakit rabies, pest, kolera,
harus segera diselidiki untuk menemukan dan membasmi su mbernya.

Kesempatan Mengadakan Penelitian


Tujuan lain penyelidikan wabah yang tidak kalah penting adalah u ntuk
menambah pengetahuan. Untuk penyakit yang baru ditemukan,
penyelidikan lapangan memberi kesempatan untuk menentukan riwayat
alamiahnya termasuk agen penyakit, cara penularan, dan masa inkubasi dan
gambaran klinis penyakit. Penyelidik juga berusaha mengetahui ciri populasi
yang beresiko tertular dan menentukan faktor meningkatkan resikonya.
Informasi tersut penting dalam pcnyelidikan penyakit baru ditemukan,
misalnya penyakit AIDS pada tahun 1981 dan penyakit sapi gila
5

Tahun 1994 bahkan untuk penyakit yang telah dikenal pun timbulnya wabah
memberikan kesempatan untuk mendapatkan tambahan pengetahuan misalnya
dampak upaya penanggulangan dan kegunaan teknik baru di bidang
epidemiologi atau laboratorium.

Pelatihan
Penyelidikan suatu wabah membutukkan kombinasi dari kemampuan
diplomasi, pemikiran logis, kemampuan memecahkan masalah, keterampilan
analisis kuantitatif pengetahuan epidemiologi dan pertimbangan.
Kemampuan tersebut akan bertambah dengan bertambahnya praktek dan
pengalaman. Oleh karena itu tim penyelidik wabah umumnya merupakan
gabungan dari ahli epidemiologi yang berpengalaman dengan ahli yang
sedang magang. Pemagang akan mendapatkan pelatihan di tempat dan
bimbingan, sementara mereka terlibat membantu penyelidikan tersebut.

Kepentingan Umum, Politik dan Hukum


Kepentingan Politik, umum, dan hukum seringkali mengalahkah as pek
ilmiah dalam keputusan untuk melaksanakan penyelidikan. Minat masyarakat
terhadap penyakit yang menggerombol dan potensi dampak lingkungan semakin
meningkat dan mendorong dinas kesehatan untuk menyelidiki. Penyelidikan
yang demikian ini hampir tidak pernah menghasilkan bukti tentang hubungan
antara penyakit dengan pemaparan yang dicurigai. Walaupun begitu, dinas
kesehatan menyadari pentingnya tindakan responsif terhadap tuntutan umum,
walaupun keinginan tersebut mempunyai dasar ilmiah yang lemah. Beberapa
penyelidikan dilalakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pertimbangan Program
Dinas kesehatan mempunyai beberapa jenis program penanggulan dan
pencegahan penyakit, seperti diare atau penyakit yang dapat dicegah dengan
immunisasi. Kejadian suatu wabah umumnya menggambarkan kelemahan
pelaksanaan program kegiatan penyelidikannya mungkin dapat
mengungkapkan populasi yang selama ini tidak terjangkau program, Kegagalan
strategy yang dipilih, perubahan agen penyakit atau kejadian yang diluar
lingkup program tersebut. Informasi yang didapat akan membantu
memperbaiki arah dan strategi program dimasa mendatang.
6

Langkah-langkah Investigasi Wabah


Untuk mempercepat penyelidikan dan mendapatkan hasil yang benar, ahli
epidemiologi memandang perlu untuk mengikuti suatu pendekatan sitematik seperti
yang disajikan pada tabel 2. Pendekatan ini mengharuskan penyelidikan dilakukan
tanpa ada langkah penting yang terlewatkan.

Tabel 2
Langkah-langkah dalam penyelidikan wabah

1. Persiapan investigasi di lapangan


2. Memastikan adanya wabah
3. Memastikan diagnosis
4. a. Membuat definisi kasus
5. b. Menemukan dan menghitung kasus
6. Melakukan Analisis Epidemiologi Deskriptif
7. Membuat Hipotesis
8. Menilai hipotesis 1
9. Jika dibutuhkan memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan
10. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan
11. Menyampaikan basil penyelidikan

Tabel 2 menyajikan langkah-langkah tersebut dalam urutan yang konseptual. Dalam


prakteknya, beberapa langkah dapat dilaksanakan secara bersamaan atau urutannya
diubah sesuai dengan kondidi yang ditemukan.

Langkah 1 : Persiapan Investigasi Lapangan

Siapapun yang akan mengadakan penyelidikan suatu wabah harus mempersiapkan


diri dengan baik sebelum turun ke lapangan. Persiapan investigasi wabah
dikelompokkan dalam tiga kategori: Investigasi, administrasi dan konsultasi.

(a) Investigasi

Dalam melakukan investigasi dibutuhkan pengetahuan ilmiah yang sesuai,


perlengkapan, dan alat-alat dibutuhkan dalam penyelidikan. Untuk ini perlu
diadakan pembahasan situasi yang dihadapi dengan pihak yang paham tentang
penyakit, penyelidikan lapangan, dan telaah kepustakaan. Perlu dikumpulkan
kepustakaan yang berguna dan contoh kuesioner. Perlu diadakan konsultasi
dengan staf laboratorium untuk memastikan bahan yang tepat untuk dibawa,
serta cara pengumpulan, penyimpanan dan teknik pengiriman yang sesuai
dengan prosedur. Bila dibutuhkan komputer portable, mesin dikte, kamera serta
peralatan lain harus dibawa :
7

b. Administrasi

Dalam melakukan investigasi perlu diperhatikan prosedur administrasinya. di


Dinas kesehatan di perlukan rencana dan pross untuk mendapatkan izin dan
pengaturan perjalanan. Urusan pribadi harus diselesaikan sebelum berangkat ke
lapangan.

c. Konsultasi

Harus diketahui peran masing-masing petugas yang turun ke lapangan. Siapakah


yang diharapkan untuk memimpin penyelidian ini, menjadi konsultasi staf lokal,
ataukah hanya membantu dalam penyelidikan. Peran tersebut harus disepakati
sebelum turun ke lapangan, harus diketahui pula siapa mitra kerja kelompok
penyelidik ini dilapangan. kapan, dimana kelompok akan bertemu dengan staf
lokal dan kontak mitra kerja lapangan.

Langkah 2 : Memastikan adanya wabah

Suatu wabah atau epidemik adalah suatu keadaan yang


memperlihatkan peningkatan kasus penyakit atau masalah Kesehatan yang
melebihi keadaan yang diharapkan terjadi di suatu wilayah, selama periode waktu
tertentu. Untuk menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui
jumlah yang di harapkan, biasanya dilakukan dengan membandingkan jumlah
yang ada_saat itu dengan jumlahnya beberapa minggu atau bulan sebelumnya,
atau dengan jumlah yang ada pada periode waktu yang sama ditahun-tahun
se_belumnya. Sumber informasi yang dapat digunakan bervariasi bergantung
pada situ_asinva.

Untuk penyakit-penyakit yang wajib dilaporkan, dapat digunakan


catatan hasil kegiatan surveillens. Untuk kondisi yang lain umumnya ada
data setempat yang tersedia catatan keluar dari rumah sakit, statistik
kematian, register, dll. Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari
wilayah didekatnya atau data nasional. Kadang-kadang perlu dilakukan survei di
dalam nrasvarakat untuk menentukan kondisi penyakit yang biasanya ada.

Langkah 3 : Memastikan Diagnosis

Pemastian diagnosis berkaitan erat dengan pemastian terjadinya wabah. Tujuan


dalam pemastian diagnosis adalah (1) untuk memastikan bahwa masalah
tersebut telah didiagnosis secara layak, (2) untuk menyingkirkan kemungkinan
kesalahan laboratorium yang dapat menyebabkan peningkatan kasus yang
dilaporkan. Dalam pemastian diagnosis harus ditelaah temuan klinis dan hasil
laboratorium. Bila ada kesangsian dalam hasil Iaboratorium, diperlukan seorang
ahli laboratorium untuk memeriksa teknik yang digunakan. Bila penyelidikan
membutuhkan pemer-iksaan laboratorium khusus, harus dilakukan
pengambilan sediaan secepat mungkin dari sejumlah besar penderita.
8

Semua temuan klinis harus di sajikan dalam distribusi frekuensi. Yang penting
untuk menggambarkan spektrum penyakit, menentukan diagnosis, dan
mengembangkan definisi kasus.
Akhirnya, harus diadakan kunjungan terhadap satu atau dua penderita untuk
menentukan diagnosis dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
penyakit dan penderitanya. Kunjungan tersebut dapat menghasilkan informasi
yang penting dari para penderita : apa yang terpapar dengan mereka sebelum
jatuh sakit ? menurut mereka.

Langkah 4a : Membuat Definisi kasus

Tugas selanjutnya adalah membuat definisi kasus yang merupakan seperangkat


kriteria untuk menentukan apakah seseorang harus diklasifikasikan sakit atau tidak.
Definisi kasus meliputi kriteria klinis dan di dalam penyelidikan wabah umumnya di
batasi oleh waktu, tempat dan orang.

Kriteria klinis yang dipilih adalah tanda yang sederhana dan obyektif seperti panas
> 38 C, atau buang air lembek > 3 kali sehari, muntah, batuk, pilek, bercak di kulit
dan lain sebagainya. Dalam definisi kasus hendaknya dibatasi oleh waktu, tempat
dan orang. Apapun kriteria yang dibuat, harus digunakan secara konsisten tanpa
kecuali pada semua orang yang diteliti.

Idealnya, definisi kasus tersebut harus mencakup seluruh atau sebagian orang
Penderita, dan hanya sedikit kasus false-positif (orang yang sesungguhnya tidak sakit
tetapi memenuhi definisi kasus). Penyidik sering membagi kasus menjadi kasus pasti
(definite), kasus mungkin (probable) dan kasus meragukan (possible). Kasus pasti
harus disertai dengan pemeriksaan laboratorium yang hasilnya positif Kasus yang
mungkin harus memenuhi semua kriteria klinis penyakit, tapi tanpa pemastian
laboratorium. yang meragukan biasanya hanya memenuhi sebagian gejala klinis;saja.

Pada awal penyelidikan, penyelidik sering menggunakan definisi kasus "longgar"


yang meliputi kasus pasti, kasus mungkin dan kasus meragukan. Ini memudahkan
penyelidik dengan cepat menentukan besarnya masalah dan populasi yang diserang.

Hipotesis penting bisa saja didapat dari proses ini. selanjutnya bila hipotesis ini
sudah semakin tajam, definisi kasus dapat diperketat dengan menyingkirkan kasus
yang meragukan. Pengikutsertaan kasus false-positif pada pengujian hipotesis dapat
menyebabkan hasil yang bias, sehingga pada tahap ini harus digunakan definisi Yang
lebih ketat.

Langkah 4b : Menemukan dan menghitung Kasus

Seperti telah dinyatakan semula, banyak wabah yang diketahui dinas kesehatan
melalui petugas kesehatan atau penduduk tetapi kasus yang dilaporkan hanya
sebagian kecil dan tidak mewakili kasus yang sesungguhnya ada. Petugas kesehatan
masyaraht harus menjaring semua kasus yang ada untuk menentukan wilayah dan
populasi yang terjangkit. Penyelidik harus menggunakan sebanyak mungkin sumber
9

yang ada untuk menemukan tambahan kasus. Mereka harus kreatif, agresif dan rajin
mencari sumber tersebut.
Metoda untuk menemukan kasus harus sesuai dengan penyakit dan kejadian yang
diteliti. Kadang-kadang kasus harus dicari pada fasilitas kesehatan yang mampu
menegakkan diagnosis: Praktek dokter, klinik, rumah sakit dan laboratorium.
Penyelidik dapat mengirimkan surat yang menggambarkan situasi yang terjadi dan
meminta laporan atau menelepon atau mengunjungi tempat tersebut untuk
mengumpulkan informasi.

Adakalanya petugas kesehatan masyarakat memutuskan untuk langsung memberi


tahu masyarakat melalui mdeia lokal, misalnya dalam wabah salmonellosis akibat
susu yang tercemar. pemberitahuan melalui media masa memperingakan masyarakat
untuk menghindari produk yang dicurigai dan pergi ke dokter bila menderita gejala
yang cocok dengan penyakit yang diberitakan.

Bila wabah hanya menyerang populasi terbatas, misalnya penumpang kapal pesiar,
sekolah, tempat kerja, dan sebagian besar diperkirakan tidak terdiagnosis, dapat
diadakan survei pada seluruh populasi . Ini dapat dilakukan dengan membagikan
kuesioner untuk memastikan adanya gejala klinis atau mengumpulkan sediaan
laboratorium untuk menentukan jumlah kasus yang tidak menampakkan gejala

Akhirnya dapat ditanyakan pada penderita apakah mereka tahu orang lain menderita
gejala yang sama. Seringkali seseorang, yang sakit atau mendengar tentang penderita
lainnya.

Untuk setiap penyakit yang diselidiki, informasi berikut ini harus dikumpulkan dari
setiap kasus.
1. Data Identitas : nama, alamat, nomor telepon, yang memungkinkan untuk
menghubung penderita guna mendapatkan informasi tambahan, dan
memberitahukan hasil pemeriksaan laboratorium atau hasil penyelidikan. Alamat
penderita juga digunakan untuk memetakan wilayah yang terserang.
2. Data demografi: umur, jenis kelamin, ras dan pekerjaan yang memberikan ciri
orang dari populasi yang beresiko
3. Data Klinis: memungkinkan penilaian terhadap kesesuaian kasus dengan definisi
kasus yang ditetapkan. Waktu timbulnya gejala pertama memungkinkan pola
kejadian infomasi klinis tambahan yang membantu menggambarkan spektrum
penyakit.
4. Informasi faktor resiko: harus dibuat khusus untuk setiap penyakit. Misalnya
dalam penyelidikan Hepatitis A, harus dipastikan sumber air dan makanan yang
dikonsumsi penderita.
5. Informasi Pelapor: memungkinkan untuk mencari informasi tambahan atau
memberikan umpan balik tentang, hasil penyelidikan.

Biasanya Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan formulir pelaporan


kusioner atau formulir abstraksi data. kemudian dicuplik beberapa data penting yang
sudah dipilih dan dipindahkan ke formulir yang disebut line listing. Contoh dari Line
listing dapat dilihat pada Gambar 1
10

Gambar 1
Contoh "Line Listing" Pada kejadian Luar Biasa Penyakit Hepatitis A

Dalam line listing, setiap kolom berisi satu variabel, misalnya nama atau nomor
pengenal, umur, jenis kelamin, klasifikasi kasus dll. Sedangkan setiap baris berisi
satu kasus. Data dari setiap kasus yang ditemukan segera ditambahkan ke dalam
daftar ini: Jadi sebuah line listing merupakan kumpulan informasi pokok dari seluruh
kasus yang dapat diperiksa dan bila perlu diperbaharui. Bahkan di jaman komputer
ini, ada ahli epidemiologi yang line listingnya masih ditulis tangan dan baru
menggunakan komputer untuk perhitungan yang lebih rumit dan tabulasi silang
11

Langkah 5 : Epidemiologt Deskriptif

Setelah data terkumpul, wabah dapat digambarkan berdasarkan valiabel


waktu, tempat, dan orang. Penggambaran suatu wabah berdasarkan ketiga
variabel tersebut disebut Epidemiologi Deskriptif. Sebaiknya epidemiologi
deskriptif ini dilakukan sedini mungkin dalam penyelidikan dan
memperbaharuinya setiap kali ada tambahan data. Untuk mempercepat
pelaksanaan penyelidikan, kesalahan dan petunjuk harus ditemukan sedini
mungkin.

Gambar Perjalanan Wabah Berdasarkan Waktu

Biasanya perjalanan suatu wabah digambarka n dengan histogram dari


jumlah kasus berdasarkan waktu timbulnya gejala pertama. Grafik ini
disebut kurva epidemi memberikan visualisasi sederhana tentang besarnya
wabah dan pola kejadian wabah.
Suatu kurva epidemi akan memberikan banyak informasi. Pertam a, Anda
akan dapat mengatakan sampai dimana proses wabah tersebut dan
bagaimana kemungkinan kelanjutannya. Kedua, Bila anda telah mengetahui
penyakitnya, dan tahu masa inkubasinya anda dapat memperkirakan kapan
pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan anda pada periode
tersebut. Ketiga, Anda dapat menarik kesimpulan tentang pola kejadiannya,
apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang atau campuran
ke duanya

Cara membuat Kurva Epidemi

Untuk membuat kurve epidemi anda membutuhkan informasi tentang waktu


timbulnya gejala pertama untuk masing-masing kasus. Untuk sebagian besar
penyakit, cukup diketahui tanggal timbulnya gejala pertama. Untuk penyakit
yang masa inkubasinya sangat pendek, lebih cocok digunakan jam t imbulnya
gejaia pertama
Kemudian dipilih skala untuk aksis - X. Biasanya pemilihan unit skala
ini di dasarkan pada masa inkubasi penyakit dan lamanya wabah
berlangsung. Untuk mudahnya dipilih unit yang kurang lebih
seperempat masa inkubasi. Jadi unt uk wabah keracunan makanan
akibat Clostridium perfringens (masa inkubasi 10-12 jam dengan lama
wabah beberapa hari; digunakan skala 2-3 jam untuk aksis-X. Bila penyakit
masa inkubasinya diketahui, dibuat beberapa kurve epidemik dengan skala
yang berbeda pada aksis-X dan dipilih kurve yang tampaknya paling bagus
menggambarkan data yang ada. Contohnya, Gambar 3 dan gambar 2,
dihasilkan dari data yang sama. Pada gambar 2 aksis-X menggunakan skala 3
hari dan pada gambar 3 menggunakan skala 6 hari. Gambar manakah yang
terbaik untuk mendapatkan informasi mengenai cara penularan wabah?
12

Gambar 2
Kurva epidemi Kasus Hepatitis A berdasarkan tanggal timbulnya gejala pertama
di Fayetteville, Arkansas Bulan November - Desember 1978
13

Gambar 3
Kurva epidemi dengan perbedaan unit pada axis x
Kasus Hepatitis A berdasarkan tanggal timbulnya gejala pertama
di Fayetteville, Arkansas Bulan November - Desember 1978
14

Cara Menginterpretasikan Kurve Epidemi

Langkah pertama dalain mengartikan kurve epidemi adalah rnempertimbangkan


bentuknya. Bentuk tersebut ditentukan oleh pola epidemiologi (bersumber tunggal
common source atau ditularkan dan orang ke orang = `propagated'), periode
paparan pada orang yang peka, dan masa inkubasi (masa inkubasi terpendek, rata-rata
dan terpanjang) dan penyakit yang menyerang.

Kurve epidemik dengan kaki depan yang menanjak tajam dan kaki belakang turun
lebih pelan mengisyaratkan point source epidemic, yaitu wabah yang terjadi tempat
pemaparan dalam waktu yang singkat dengan sumber penularan tunggal. Pada
kenyataannya setuiap kenaikan jumlah kasus yang tiba-tiba menandakan adanya
pemaparan sumber tuggal yang terjadi seca tiba-tiba. Pada point s o u r c e
epidemic, seluruh kasus terjadi l masa inkubasi. Bila periode pamaparan memanjang,
wabahnya tersebut continous common source epidemic, yang kurve epidemiknya
berpuncak datar.

Intermittent common source epidemic menghasilkan kurve yang bergerigi tak


beraturan yang mencerminkan bentuk dan lamanya pemaparan serta jumlah orang
terpapar. Penularan dari orang ke orang disebut juga progpagated epidemic
memiliki puncak-puncak tinggi yang satu sama lain berjarak 1 masa
inkubasi. Namun pada prakteknya jarang yang menemukan pola klasik ini.

Dengan mengamati kurve epidemi, dapar ditentukan kondisi wabah pada saat itu. Jika
jumlah "kasus terus bertambah, wabah sedang rnemuncak dan pasti ditemukan kasus-
kasus baru. sebaliknya bila puncak kurve telah dilalui, wabah akan segera berakhir
urpun pada beberapa penyakit akan ditemukan beberapa kasus sekunder. (Gambar 4.
atikar point A dan B)
15

Gambar 4
Kurve epidemi dengan point A, grafiknya sedang memuncak dan
poin B, grafiknya sedang menurun

Bentuk kurve yang memperlihatkan kasus yang terjadi Jauh dari kasus yang lain
(outlier) juga merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Kasus yang
sangat dini mungkin merupakan (1) latar belakang, yaitu kasus yang tidak
ada hubungannya dengan wabah, atau (2) merupakan sumber wabah, atau (3)
orang yang terpapar paling dulu (tukang masak ya ng mencicipi sebelum
membawa masakan ini ke piknik besar. Demikian juga untuk kasus yang
paling , lambat. mungkin (l) merupakan kasus yang tidak berhubungan dengan
wabah atau (2) kasus yang masa inkubasinya paling panjang atau (3) kasus
sekunder, atau (4) orang vang terpapar paling akhir.

Di pihak lain kasus yang yang berdiri sendiri juga mungkin terjadi
akibat kesalahan koding atau pengnunpulan data. Kasus yang berdiri sendiri
ini perlu dicermati. Jika mereka merupakan bagian dari wabah.
keterpaparan yang khusus itu dapat menunjuk langsung pada sumbernya.
Pada point source epidemi dari suatu penyakit yang diketahui dan diketahui
pula masa inkubasinya. kurve apidemi dapat digunakan untuk menanyakan
sumber wabah. Selanjutnya periode pemaparan dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu :
1. Cari masa inkubasi terpanjang, terpendek dan rata-rata
2. Tentukan puncak wabah atau kasus mediannya dan hitung mundur rata -rata
satu masa inkubasi. catat hasilnya.
3. Dari kasus yang terjadi paling awal pada kejadian wabah, hitung mundur
masa inkubasi terpendek. catat hasilnya.
16

Idealnya kedua angka tersebut sama menunjukkan waktu kemungkinan terjadinya


pemaparan. Namun teknik ini tidak tepat, sehingga harus diperluas rentangnya
dengan 10-20% pada kedua ujungnya- Tanyakan pemaparan yang terjadi selama
periode tersebut di dalam upaya menemukan sumber penyebab wabah.

Misalnya kurve epidemi yang digambarkan pada gambar 5. Masa inkubasi heapatitis
A 15-50 hari, dengan rata-rata masa inkubasi 28-30 hari. pertama, apakah kurve
epidemi tersebut point source ? Kalau ya, apakah 48 kasus tersebut herada dalam
satu masa inkubasi?

Gambar 5
Kasus Hepatitis A di Kota Colbert, Alabama
bulan Oktober - November 1972
17

Gambaran kejadian Wabah Berdasarkan Tempat Kejadian

Penentuan tempat wabah tidak hanva memberikan informasi tentang


luasnya wilayah yang terserang, namun dapat menggambarkan
pengelompokkan atau pola lain yang memberikan petunjuk tentang
penyebab. Spot map adalah peta sederhana yang berguna untuk
menggambarkan tempat para penderita ataupun bekerja, atau
kemungkinan terpapar. Dalam spot map pola pen yebaran kasus
mungkin mencerminkan sumber air, aliran angin; atau jaraknya dari
rumah makan atau toko bahan makanan. Pada gambar 6 contohnya,
rumah penderita penyak it legioner (legionnaires) berkaitan dengan
menara pendingin (cooling tower) pada
Bangunan A (Plan A)

Gambar 6
Tempta tinggal penderita penyakit legioner
di Sheboygan, Winconsin Tahun 1986
18

Pengelompokkan kasus di rumah sakit, rumah jompo, atau tempat perawatan serupa,
merupakan gambaran dari sumber terpusat atau penyebaran dari orang ke orang,
sedangkan kasus yang menyebar diseluruh fasilitas tersebut menugambarkan sumber
yang tersebar luas ataupun sumber yang digunakan bersama oleh seluruh penghuni
tanpa mengindahkan penempatannya.

Walaupun spot map Umumnya merupakan peta tempat tinggal penderita, peta yang
menggambarkan tempat kerja ataupun tempat rekreasi penderita ada kalanya lebih
mengungkapkan. Yang pasti, tempat kerja sangat penting untuk menilai "sick
building syndrome" dan penyakit lain yang berhubungan dengan pola aliran udara di
sebuah bangunan. Dalam wabah yang terjadi di rumah sakit dapat dibuat peta tempat
pasien berdasarkan ruang operasi, ruang pemulihan dan ruang perawatan. Kita dapat
menggunakan peta untuk mem-plot beberapa peristiwa. Misalnya, pada gambar 7
menunjukkan orang yang terkena shigella diaambarkan dengan mereka yang
berenang di sungai Missisipi.
19

Gambar 7
Bagian peta sungai missisipi, dimana didapati 22 kasus positip
dari mereka yang berenang di sungai tersebut

Bila populasi yang beresiko ada dalam wilayah dalam spot map berbeda besarnya
yang menggambarkan jumlah penderita akan menyesatkan. Kelemahan ini dapat
diatasi dengan mengganti keterangan jumlah penderita dengan menccntumkan angka
serangan spesific berdasarkan area (area-spesific attack rates) dengan menggunakan
area map. Pada gambar 8, area map menunjukkan angka serangan spesifik
berdasarkan daerah yang terkena thyrotoxicosis pada 15 kota yang berbatasan dengan
Minnesota, South Dakota, dan Iowa. Apabila kita menggunakan spot map untuk
menggambarkan jumlah kasus bukan rate, akan terjadi kesalahan dalam
menginterpretasikan risiko pada penduduk Minnehaha.
20

Gambar 8
Rate per 10.000 penduduk penyakit thyrotoxicosis berdasarkan kota Minnesota,
South Dakota, dan Iowa, Bulan Februari 1984 - Agustus 1985

Gambaran Kejadian wabah berdasarkan ciri orang yang terserang

Menggambarkan Wabah berdasarkan ciri orang yang terserang merupakan cara


untuk mengetahui ciri populasi yang beresiko. Definisi populasi yang beresiko
tersebut umumnya berdasarkan karakteristik penjamu (umur, jenis kelamin, ras/suku,
status kesehatan) atau berdasarkan pemaparan (Pekerjaan, rekreasi, penggunaan
obat-obatan). kedua kelompok ciri tersebut mempengaruhi kepekaan dan risiko
pemaparan. Risk (risiko) digunakan untuk mengidentifikasi kelompok yang berisiko
tinggi. untuk menghitung risk dibutuhkan pembilang (jumlah Kasus) dan penyebut
jumlah populasi yang berisiko),

Risk berdasarkan umur dan jenis kelamin biasanya diperiksa terlebih dahulu, karena
keduanya merupakan faktor yang paling, kuat hubungannya dengan pemaparan dan
risiko terserang penyakit. kategori umur yang digunakan harus sesuai dengan
penyakitnya dan harus sesuai dengan data penyebut yang ada.
21

Umumnya pekerjaan merupakan ciri yang tak kalah pentingnya, tapi mungkin tidak
mudah mendapatkan data penyebut berdasarkan pekerjaan. Meskipun demikian
distribusi kasus berdasarkan pekeljaan sudah memungkinkan untuk pengembangan
hipotesis yang patut diteliti. Ciri-ciri lain lebih khusus kaitannya dengan jenis peyakit
yang diselidiki dan kejadian wabahnya.

Langkah 6 : Membuat Hipotesis

Langkah konseptual berikutnya adalah memformulasikan hipotesis. yang tersebut


harus mencakup sumber agen penyakit, cara penularan (dan alat penularan atau
vektor) dan pemaparan yang mengakibatkan sakit. Hipotesis dapat dikembangkan
dengan berbagai cara :
(1) Mempertimbangkan berbagai pemberitahuan tentang penyakit yang diamati:
Apa reservoir utama agen penyakitnya? Bagaimaina cara penularanmya? Bahan
apa yang biasa jadi alat penularan? Apa saja faktor yang meningkatkan resiko
tertular ?
(2) Wawancara dengan beberapa penderita. Pembicaraan menyangkut kemungkinan
pemaparan hendaknya terbuka dan meluas, jangan hanya terbatas pada sumber
dari penularan yang sudah diketahui saja.
(3) Dalam penyelidikan yang sulit yang tidak banyak menghasilkan petunjuk,
penyelidik: mengumpulkan beberapa penderita untuk mencari kesamaan
pemaparan.
(4) Penyelidik kadangkala mengunjungi rumah penderita untuk menemukan
petunjuk
(5) Wawancara dengan petugas kesehatan setempat. Petugas tahu tentang kondisi
masyarakat disini serta kebiasaannya dan sering punya hipotesa berdasarkan
pengetahuannya tersebut.
(6) Epidemiologi Deskriptif seringkali menghasilkan hipotesa. Bila kurve epidemi
menunjukkan periode pemaparan yang sempit, kejadian apa yang berlangsung
saat itu? Mengapa penduduk yang tinggal di wilayah tertentu, menunjukkan
angka serangan yang paling tinggi? Mengapa penduduk dengan ciri tertentu
beresiko lebih tinggi dibandingkan penduduk yang berciri lain? Pertanyaan-
pertanyaan tersebut dapat menuntun keuxalli hipotesis yang dapat diuji dengan
teknik analisis yang sesuai.

Langkah 7 : Menilai Hipotesis

Da1am penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari ;dua
metode berikut: (1) Membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau (2)
Analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran
kebetulan. Cara pertama boleh digunakan bila bukti klinis, laboratoris, pemaparan
dan/ atau epidemiologi jelas menunjang hipotesis tadi. sehingga tidak perlu lagi di uji
secdara formal. Misalnya dalam wabah hipervitaminosis D ditemukan bahwa semua
penderita minum susu dari peternakan lokal. Penydik mengembangkan hipotesis
bahwa peternakan itu merupakan sumber wabah dan susu adalah alat penyebabnya.
Jika penyidik menemukan bahwa pekerja peternakan itu menambahkan vitamin D ke
dalam susu melebihi dosis yang dianjurkan, maka tidak dibutuhkan lagi analisis
epidemiologi untuk membuktikan hipotesis.
22

Dalam beberapa keadaan, kejadiannya tidak sedemikian jelasnya sehingga


dibutuhkan analisis epidemiolgi analitik untuk menguji hipotesis. Kunci dari
epidemiologi analitik adalah adanya kelompok- pembanding. dengan adanya
akelompok pembanding dapat diukur besarnya hubungan antara pemaparan dan
penyakit, dan di uji hipotesis tentang hubungan sebab-akibat. Analisis cermat
terhadap sekelompok kasus saja tidak cukup untuk uji hubungan sebab-akibat ini,
kelompok pembanding merupakan suatu keharusan kelompok pembanding
dibutuhkan dalam penelitian kohort dan penelitian kasus-kontrol.

Penelitian Kohort

Penelitian kohort merupakan teknik uji terbaik dalam wabah pada populasl yang
kecil dan jelas batasnya. Misalnya penyelidikan wabah gastroenteritis dikalangan
tamu sebuah pesta pernikahan. ada daftar lengkap tamu yang hadir. dalam kondisi
demikian ini setiap tamu dihubungi dan ditanya. Harus dipastikan apakah setiap tamu
tersebut sakit(dan memenuhi definisi kasus yang telah dibuat) tetapi juga keterangan
tentang makanan atau minuman yang dimakan dalam pesta dan banyaknya. Setelah
mengumpulkan informasi tersebut dari seluruh hadirin, dihitung angka serangan
(yaitu proporsi yang sakit) dari mereka yang makan makanan tersentu dan angka
serangan dari mereka yang tidak makan makanan tersebut. dalam memeriksa
informasiini, anda sebaiknya mencari tiga ciri ini :
1. Angka serangan tinggi pada mereka yang terpapar
2. Angka serangan rendah pada mereka yang tidak terpapar
3. Sebagian besar penderita terpapar, sehingga pemaparan dapat menerangkan
sebagian besar dari kejadian.

Selain itu dihitung pula rasio antara kedua angka serangan (attack rate) itu dan
bentangan 95% confidens intervalnya. Ratio tersebut disebut resiko relatif (relative
risk : RR ) Resiko relatif ini merupakan ukuran asosiasi antara pemaparan dan
penyakit. Resiko relatif dapat dihitung dari attack rate mereka yang mgnkonsumsi
eskrim vanila pada tabel 3 berikut.

Tabel. 3
Attack rate, mereka yang mengkonsumsi es krim vanila
di oswego, New York, bulan April Tahun 1940

Sakit Sehat Total Attack Rate (%)


Makan es krim Ya 43 11 54 79.6
vanila Tidak 3 18 21 14.3
Total 46 29 75 61.3

Relatif Risk = 79.6 / 14.3


= 5.6
Risiko relatif mengidentifikasikan bahwa orang yang memakan es krim vanilla 5,6
kali berisiko untuk menjadi sakit dibandingkan dengan yang tidak makan es krim
vanilla.
23

Penelitian Kasus Kontrol

Pada kebanyakan wabah yang terjadi, populasi tidak jelas batasannya. Oleh karena
itu penelitian kohort tidak mungkin dilaksanakan, namun oleh karena kasusnya
sudah ditemukan pada langkah-langkah sebelumnya, penelitian kasus kontrol
sangat ideal untuk dilaksanakan. Ketimbang penelitian kohort, penelitian kasus
kontrol lebih sering dilakukan dalam penyelidikan wabah.

Dalam penelitian kasus kontrol baik penderita maupun kelompok


pembandingnya yang terdiri atas kelompok yang tidak sakit (kontrol) ditanya
tentang keterpaparannya. Bila akan digunakan uji kasus-kontrol; yang pertama
dan yang paling penting ditentukan adalah pemilihan kontrol. Kontrol ini tidak
boleh menderita penyakit yang diteliti, tetapi harus mewakili dari mana kasus
berasal. Dengan kata lain. mereka harus sama dengan kasus kecuali bahwa
mereka tidak sakit. Jika tidak ada hubungan antara pemaparan dengan
penvakit, kelompok kontrol akan mempunyai tingkat pemaparan yang
sama dengan kasus. Bila pemaparan yang jauh lebih tinggi pada kasus
dibandingkan pada kontrol, ini mengisyartkan adanya hubungan antara
pemaparan dengan penyakit.

Dalam praktek tidak mudah menemukan kontrol. Tepatnya dari mana populasi
asal kasus ? Selain itu kita harus mengingat hal-hal praktis, misalnya
bagaimana cara menghubungi kontrol dan mengaiak kerjasama, memastikan
bahwa mereka tidak sakit dan mendapatkan data pemaparan dari mereka.
Dalam wabah di masyarakat sampel random dari penduduk yang tidak sakit
secara teoritis merupakan kontrol terbaik. Prakteknya, sampel random
penduduk mungkin sulit untuk dihubungi dan diteliti. Kelompok kontrol
yang sering digunakan meliputi kelompok dibawah ini yang tidak menderita
penyakit yang diteliti :
 teman-teman penderita
 tetangga penderita
 pasien dari dokter yang mengobati penderita atau dari rumah sakit yang
sama

Meskipun kontrol dari kelompok ini lebih mudah untuk diajak


berpartisipasi dalam penyelidikan dibandingkan dengan kontrol dari populasi
namun mereka lebih sedikit kemiripannya dengan populasi. Ini akin
menyebabkan bias yang akan menyebabkan distorsi data, menutupi hubungan
yang ada antara pemaparan dengan penyakit, atau menunjukkan hubungan yang
sesungguhnya tidak ada. Dalam merancang penelitian kasus-kontrol Anda harus
mempertimbangkan isu-isu lain mengenai kontrol misalnya jumlah kontrol yang
dibutuhkan. Formula besar sampel dapat mernbantu menentukan ini. Secara
umum semakin banyak subyek yang diteliti (jumlah kasus dan kontrol), semakin
mudah membuktikan adanya hubungan. Dalam wabah besar ( > 50 kasus) satu
kontrol per kasus akan mencukupi. Dalam wabah kecil anda mungkin
membutuhkan 2, 3, atau 4 kontrol per kasus. Lebih dari 4 kontrol per kasus
jarang yang menguntungkan.
24

Oleh karena itu hanya sebagian populasi yang diteliti jumlah sebenarnya
terpapar dan jumlah yang tidak terpapar tidak diketahui secara pasti. Akibatnya
angka serangan tidak dapat dihitung. Oleh karena itu RR juga tidak dapat
dihitung. Ukuran asosiasi yang didapat dari penelitian kasus kontrol adalah
odds ratio (OR). Odds Ratio adalah rasio dari odds pemaparan pada kasus
terhadap odds pemaparan pada kontrol.

Contoh perhitungan odds rasio dapat dilihat pada kejadian luar biasa penyakit
legioner di lousiana tahun 1990 pada tabel 4 berikut ini.

Tabel. 4
Paparan Toko penjual Bahan makanan A diantara kasus dan Kontrol
pada kejadian luar biasa penyakit legioner di louisiana tahun 1990

Belanja di Toko Kasus Kontrol Total


Penjual bahan Ya 25 28 53
Makanan A Tidak 2 26 28
Total 27 54 81

OR = ad / bc
(25 x 26) / (28 x 2)
= 11,6 (Orang yang terpapar dengan Toko Penjual
bahan makanan A 11,6 kali berisiko untuk
menderita penyakit legioner dibandingkan yang
tidak terpapar dengan toko tersebut

Pada Kasus Kontrol kita tidak dapat menghitung attack rate selama tidak diketahui
jumlah penduduk yang berbelanja atau tidak di toko penjual bahan makanan A. Jika
attack rate tidak dapat dihitung maka risiko relatif pun tidak dapat dihitung. Pada
penyakit yang jarang ditemukan seperti penyakit legioneer (yang meliputi
kebanyakan penyakit yang kadang kala menyebabkan wabah), odds rasio sama
besarnya dengan risiko relatif. Oleh karena itu penelitian kohort dapat ditegakkan.

Uji Kemaknaan Statistik

Uji kemaknaan statistik digunakan untuk menentukan seberapa


kemungkinannya hasil yang kita dapat terjadi secara kebetulan saja. Bila
pemaparan sebenarnya tidak berhubungan dengan penyakit. Langkah
pertama dalam uji kemaknaan adalah mengasumsikan bahwa pemaparan
tidak berhubungan dengan penyakit . Asumsi ini dikenal sebagai hipotesis
nol (hipotesis alternatif mengasumsikan adanya hubungan akan dipilih bila
hipotesis nol ditolak); berikutnyaa dihitung ukuran asosiasi misalnya relatif
atau odd ratio. Kemudiaui dilakukan uji chi-kuadrat atau uji statistik lainnya. ini
akan menunjukkan kemungkinan menemukan hubungan seerat atau lebih erat
dari ditemukan bila hipotesis nol sesungguhnya benar. Probabilitas ini disebut
nilai-p. nilai p lebih kecil dari nilai yang sudah ditentukan sebelumnya, misalnya
5%, maka hipotesis nol ditolak dan dipilih hipotesis alternatif. bentuk baku tabel 2
x dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini :
25

Tabel. 5
Notasi baku tabel 2 x 2

Status Keterpaparan Sakit Tidak Sakit Jumlah


Terpapar a b H1
Tidak Terpapar c d H2
Jumlah V1 V2 T

Statistik yang paling sering digunakan dalm penyelidikan wabah adalah chi-kuadrat
Untuk tabel tabel 2 x 2, rumus chi-kuadrat adalah sbb :

T {(ad - bc) - (T/2)}


chi-kuadrat =
V1 x V2 x H1 x H2

Setelah nilai Chi-kuadrat di dapat, nilai p-nya dapat di cari dari tabel Chi-kuadrat
yang terdapat dibelakang buku-buku statistik. Nilai Chi-kuadrat yang lebih besar
dari 3,84 sesuai dengan nilai p lebih kecil dari o,05. Bila telah direncanakan untuk
menolak hipotesis nol jika nilai p lebih kecil dari 0.05, maka hipotesis nol ditolak,
bila nilai Chi-kuadrat besar dari 3,84. Uji Chi-kuadrat cukup baik bila yang di uji
berjumlah 30 atau lebih. Pada wabah kecil, uji fisher's exac lebih sesuai.
Keterangan yang lebih lengkap tentang uji ini ada di buku-buku statistik.

Langkah 8 : Memperbaiki hipotesis dan Mengadakan penelitian


Tambahan

Sayangnya penelitian analitis ini seringkali tidak berhasil mengungkapkan


penyebab kejadian. Hal ini terjadi apabila hipotesis yang dikembangkan dari
Semula tidak mempunyai dasar yang kuat. Dalil epidemiologi lapangan adalah bila
hipotesis yang baik tak bisa dikembangkan dari wawancara khusus dan staf loka1
dan dari hasil epidemiologi descriptif, dan tetap diteruskannya ke epidemiologi
analitik. Hal ini hanya akan buang waktu saja. Bila epidemiologi analitik tidak
mengungkapkan apapun, maka hipotesis yang telah disusun harus
dipertimbangkan kembali. Inilah waktu yang tepat untuk mengumpulkan beberapa
penderita untuk menemukan kesamaan dan mengunjungi mereka untuk
mencari petunjuk di rumah mereka.

Kadangkala dibutuhkan kelompok kontrol khusus untuk menguji hipotesis yang


lebih rinci. Misalnya pada wabah di rumah sakit, penyidik menggunakan penelitian
pendahuluan untuk mempersempit fokus penelitian. Mereka kemudian mengadakan
penelitian kedua dengan menggunakan kontrol yang lebih setara untuk menemukan
pemaparan yang lebih khusus.

Akhirnya, ingat bahwa salah satu alasan dari mengadakan penyelidikan adalah
penelitian.Wabah memberikan "percobaan ilmiah" Yang tidak etis jika dilakukan
sedara sengaja. Dalam wabah kelebihan vitamin D di Massachusetts, penyelidik
melacak sumber wabah sampai ke peternakan yang menambahkan terlalu banyak
26

vitamin D ke dalam Susu. Setelah mengadakan penanggulangan yang tepat,


penyidik menggunakan kesempatan itu untuk mendapatkan gambaran akibat
kelebihan vitamin D terhadap kesehatan. Bila terjadi wabah, ingatlah apa
saja yang belum diketahui tentang masalah itu dan jenis penelitian apa yarg
dibutuhkan untuk menjawabnya. Kondisi ini memberikan kesempatan untuk
menambah pengetahuan tentang penyakit tersebut, cara penularannya, ciri agen
penyakitnya, ataupun faktor dari penjamunya.

Penelitian Laboratorium dan Lingkungan

Penelitian epidemiologi dapat membuktikan penyebaran penyakit dan memandu


pada level yang sesuai, sementara bukti pemeriksaan laboratorium memastikan
hasilnya. Contohnya isolasi Salmonella dengan serotipe khusus dari penderita
dan dari pengolah makanan dapat membantu menemukan sumber wabah.

Penelitian lingkungan tidak kalah pentingnya. Penelitian ini sering mambantu


menerangkan kejadian wabah. Misalnya dalam wabah Shigellosis pada perenang
di Mississipi, pemeriksaan tempat buangan tinja setempat menemukan
sumber wabah. Dalam penyelidikan wabah thyrotoxicosis akibat hamburger
di minnesota, perlelaahan prosedur yang digunakan di rumah jagal
menemukan praktek yang menyebabkan potongan kelenjar thyroid sapi
tercampur dengan daging.

Langkah 9 : Melaksanakan Pengendalian dan Pencegahan

Hampir semua penyelidikan suatu wabah, tujuan utamanya adalah pengendalian dan
pencegahan, walaupun pengendalian ini dibahas sebagai langkah ke 9 pengendalian
seharusnya dilaksanakan secepat mungkin. namun upaya penanggulangan biasanya
hanya dapat di terapkan setelah sumber wabah diketahui. Pada umumnya upaya
pengendalian diarahkan pada mata rantai terlemah dalam penularan penyakit.

Upaya pengendalian dapat diarahkan pada agen penyakit, sumbernya atau


reservoirnya. Misalnya suatu wabah dapat diatasi dengan membuang makanan yang
tercemar, mensterilkan air yang tercemar, atau menghilangkan tempat perindukan
nyamuk, atau meliburkan tukang masak yang terinfeksi dan mengobatinya. Dalam
situasi lain, mungkin upaya diarahkan pada pemutusan rantai penularan dan
pemaparan, misalnya menempatkan penghuni rumah jompo yang terserang penyakit
untuk ditempatkan dibagian terpisah agar menghindarkan penularan, atau
mmenyarankan mereka yang ingin memperkecil resiko terserang lymedisease untuk
menghindari daerah berhutan atau memakai insect repellent atau menggunakan
pakaian pelindung.

Akhirnya pada beberapa wabah, upaya pengendalian diarahkan pada meningkatkan


ketahanan penjamu. contohnya adalah imunisasi terhadap rubella dan penggunaan
kemopropilaksis terhadap malaria.
27

Langkah 10 : menyampaikan hasil penyelidikan

Tugas terakhir suatu penyelidikan adalah menyampaikan hasil penyelidikan


yang dapat dilakukan dengan dua Cara (1) laporan lisan pada pejabat
Setempat, dan (2) laporan tertulis. Laporan lisan seharusnya dilakukan
dihadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan pengendalian
dan pencegahan. Umumnya mereka ini awam dalam hal epidemiologi, jadi laporan
tersebut harus jelas dan meyakinkan diseertai dengan rekomendasi yang tepat dan
beralasan. Laporan ini merupakan kesempatan untuk menyampaikan apa yang
sudah dikerjakan, hasil yang ditemukan, dan pendapat tentang apa yang seharusnya
dikerjakan. Penyampaian hasil penyelidikan harus dilakukan secara ilmiah dan
kesimpulan serta saran yang dianjurkan harus dapat dipertahankan secara ilmiah.

Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis yang bentuknya sesuai dengan
tulisan ilmiah, yaitu dimulai dengan pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil,
diskusi, dan saran. Penyampaian laporan secara formal dapat menjadikan cetak biru
untuk mengambil tindakan. Laporan ini juga merupakan catatan dari pekerjaan,
dokumen dari isu legal dan merupakan bahan rujukan untuk menghadapi hal yang
serupa dimasa dataang. Akhirnya bila laporan ini masuk dalam kepustakaan
kesehatan msayarakat, tercapailah perannya dalam memberikan sumbangan
pengetahuan dasar epidemiologi dan kesehatan masyarakat.

1. CDC. 2005, Principles of Epidemiology Second Edition, An Introduction to


Applied Epidemiology and Biostatistics U.S. DEPARTMENT OF HEALTH
AND HUMAN SERVICES Public Health Service Centers for Disease Control
and Prevention (CDC)Epidemiology Program Office Public Health Practice
Program Office Atlanta, Georgia 30333 SELF-STUDY Course 3030-G

2. Nuning M K Masjkuri, 1997, Investigasi Wabah, Bahan Kuliah Investigasi


wabah, Fakultas Kesehatan Masarakat Universitas Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai