DAFTAR ISI
Pendahuluan ............................................
Cara Mengungkapkan Wabah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alasan Menyelidiki Kemungkinan Wabah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
INVESTIGASI WABAH
Salah satu kegiatan yang menarik dan menantang yang dilakukan oleh seorang
ahli epidemiologi yang bekerja di Bidang Kesehatan Masyarakat adalah
investigasi wabah. Seringkali penyebab dan sumber wabah tidak diketahui,
seringkali masyarakat sangat peduli terhadap masalah ini, karena mereka takut
banyak orang termasuk diri mereka sendiri tidak lepas dari penyebab ini. mereka
akan mengkarantina orang, produk, atau perusahaan yang terkena wabah tersebut.
Pada kejadian itu maka didatangkanlah ahli epidemiologi bisa dari departemen
kesehatan lokal atau dari luar negeri. Dalam pelaksanaan kegiatan investigasi,
seorang Ahli epidemiologi harus tenang, profesional, ilmiah dengan merujuk
pada ilmu pengetahuan, melakukan pendekatan yang sitematik dan berorientasi
pada populasi serta melakukan pencegahan dan penanggulangan yang dibutuhkan.
Tujuan
Setelah mempelajari materi ini dan menjawab soal yang telah dikerjakan pada
latihan, anda diharapkan mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :
PENDAHULUAN
Wabah juga dapat diketahui karena adanva laporan petugas, pamong ataupun
warga yang perduli melapor ke Dinas Kesehatan. Mereka yang terserang
dalam wabah itu merupakan sumber lain yang penting dari kejadian
penyakit menular maupun tak menular yang mengelompok. Misalnya
seseorang melaporkan bahwa dirinya dan beberapa rekan sekerjanya menderita diare
setelah makan siang di perusahaan beberapa hari sebelumnya. Dinas kesehatan
mempunyai prosedur rutin untuk menangani penduduk tentang kemungkinan
terjadinya suatu wabah.
Tabel 1
Sumber Penularan
diketahui Tidak diketahui
Agen Diketahui Investigasi + Investigasi + + +
Penyebab Control + + + Control
Tidak Diketahui Investigasi + + + Investigasi + + +
Control + + + Control +
Bila sangat sedikit yang diketahui. harus diadakan penyelidikan dahulu sebelum
dapat menentukan cara penaggulangan yang tepat sebaliknya bila banyak yang
sudah diketahui upaya penanggulangan dan pencegahan dapat dilaksanakan
segera. Keputusan tentang pelaksanaan suatu penyelidikan dan
luas/dalamnya pelaksanaan tersebut, bergantung pada kondisi wabah itu
sendiri, antara lain tingkat keganasan penyakit sumber dan cara penularannya
serta ketersediaan cara penanggulangan dan pencegahan. Penyelidikan wabah
penyakit yang ganas (yang perlu perawatan RS, menimbulkan komplikasi atau
kematian) penting sekali dilaksanakan. Dmikian pula penyakit yang mudah
menular bila tidak segera dicegah, misalnya pen yakit rabies, pest, kolera,
harus segera diselidiki untuk menemukan dan membasmi su mbernya.
Tahun 1994 bahkan untuk penyakit yang telah dikenal pun timbulnya wabah
memberikan kesempatan untuk mendapatkan tambahan pengetahuan misalnya
dampak upaya penanggulangan dan kegunaan teknik baru di bidang
epidemiologi atau laboratorium.
Pelatihan
Penyelidikan suatu wabah membutukkan kombinasi dari kemampuan
diplomasi, pemikiran logis, kemampuan memecahkan masalah, keterampilan
analisis kuantitatif pengetahuan epidemiologi dan pertimbangan.
Kemampuan tersebut akan bertambah dengan bertambahnya praktek dan
pengalaman. Oleh karena itu tim penyelidik wabah umumnya merupakan
gabungan dari ahli epidemiologi yang berpengalaman dengan ahli yang
sedang magang. Pemagang akan mendapatkan pelatihan di tempat dan
bimbingan, sementara mereka terlibat membantu penyelidikan tersebut.
Pertimbangan Program
Dinas kesehatan mempunyai beberapa jenis program penanggulan dan
pencegahan penyakit, seperti diare atau penyakit yang dapat dicegah dengan
immunisasi. Kejadian suatu wabah umumnya menggambarkan kelemahan
pelaksanaan program kegiatan penyelidikannya mungkin dapat
mengungkapkan populasi yang selama ini tidak terjangkau program, Kegagalan
strategy yang dipilih, perubahan agen penyakit atau kejadian yang diluar
lingkup program tersebut. Informasi yang didapat akan membantu
memperbaiki arah dan strategi program dimasa mendatang.
6
Tabel 2
Langkah-langkah dalam penyelidikan wabah
(a) Investigasi
b. Administrasi
c. Konsultasi
Semua temuan klinis harus di sajikan dalam distribusi frekuensi. Yang penting
untuk menggambarkan spektrum penyakit, menentukan diagnosis, dan
mengembangkan definisi kasus.
Akhirnya, harus diadakan kunjungan terhadap satu atau dua penderita untuk
menentukan diagnosis dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
penyakit dan penderitanya. Kunjungan tersebut dapat menghasilkan informasi
yang penting dari para penderita : apa yang terpapar dengan mereka sebelum
jatuh sakit ? menurut mereka.
Kriteria klinis yang dipilih adalah tanda yang sederhana dan obyektif seperti panas
> 38 C, atau buang air lembek > 3 kali sehari, muntah, batuk, pilek, bercak di kulit
dan lain sebagainya. Dalam definisi kasus hendaknya dibatasi oleh waktu, tempat
dan orang. Apapun kriteria yang dibuat, harus digunakan secara konsisten tanpa
kecuali pada semua orang yang diteliti.
Idealnya, definisi kasus tersebut harus mencakup seluruh atau sebagian orang
Penderita, dan hanya sedikit kasus false-positif (orang yang sesungguhnya tidak sakit
tetapi memenuhi definisi kasus). Penyidik sering membagi kasus menjadi kasus pasti
(definite), kasus mungkin (probable) dan kasus meragukan (possible). Kasus pasti
harus disertai dengan pemeriksaan laboratorium yang hasilnya positif Kasus yang
mungkin harus memenuhi semua kriteria klinis penyakit, tapi tanpa pemastian
laboratorium. yang meragukan biasanya hanya memenuhi sebagian gejala klinis;saja.
Hipotesis penting bisa saja didapat dari proses ini. selanjutnya bila hipotesis ini
sudah semakin tajam, definisi kasus dapat diperketat dengan menyingkirkan kasus
yang meragukan. Pengikutsertaan kasus false-positif pada pengujian hipotesis dapat
menyebabkan hasil yang bias, sehingga pada tahap ini harus digunakan definisi Yang
lebih ketat.
Seperti telah dinyatakan semula, banyak wabah yang diketahui dinas kesehatan
melalui petugas kesehatan atau penduduk tetapi kasus yang dilaporkan hanya
sebagian kecil dan tidak mewakili kasus yang sesungguhnya ada. Petugas kesehatan
masyaraht harus menjaring semua kasus yang ada untuk menentukan wilayah dan
populasi yang terjangkit. Penyelidik harus menggunakan sebanyak mungkin sumber
9
yang ada untuk menemukan tambahan kasus. Mereka harus kreatif, agresif dan rajin
mencari sumber tersebut.
Metoda untuk menemukan kasus harus sesuai dengan penyakit dan kejadian yang
diteliti. Kadang-kadang kasus harus dicari pada fasilitas kesehatan yang mampu
menegakkan diagnosis: Praktek dokter, klinik, rumah sakit dan laboratorium.
Penyelidik dapat mengirimkan surat yang menggambarkan situasi yang terjadi dan
meminta laporan atau menelepon atau mengunjungi tempat tersebut untuk
mengumpulkan informasi.
Bila wabah hanya menyerang populasi terbatas, misalnya penumpang kapal pesiar,
sekolah, tempat kerja, dan sebagian besar diperkirakan tidak terdiagnosis, dapat
diadakan survei pada seluruh populasi . Ini dapat dilakukan dengan membagikan
kuesioner untuk memastikan adanya gejala klinis atau mengumpulkan sediaan
laboratorium untuk menentukan jumlah kasus yang tidak menampakkan gejala
Akhirnya dapat ditanyakan pada penderita apakah mereka tahu orang lain menderita
gejala yang sama. Seringkali seseorang, yang sakit atau mendengar tentang penderita
lainnya.
Untuk setiap penyakit yang diselidiki, informasi berikut ini harus dikumpulkan dari
setiap kasus.
1. Data Identitas : nama, alamat, nomor telepon, yang memungkinkan untuk
menghubung penderita guna mendapatkan informasi tambahan, dan
memberitahukan hasil pemeriksaan laboratorium atau hasil penyelidikan. Alamat
penderita juga digunakan untuk memetakan wilayah yang terserang.
2. Data demografi: umur, jenis kelamin, ras dan pekerjaan yang memberikan ciri
orang dari populasi yang beresiko
3. Data Klinis: memungkinkan penilaian terhadap kesesuaian kasus dengan definisi
kasus yang ditetapkan. Waktu timbulnya gejala pertama memungkinkan pola
kejadian infomasi klinis tambahan yang membantu menggambarkan spektrum
penyakit.
4. Informasi faktor resiko: harus dibuat khusus untuk setiap penyakit. Misalnya
dalam penyelidikan Hepatitis A, harus dipastikan sumber air dan makanan yang
dikonsumsi penderita.
5. Informasi Pelapor: memungkinkan untuk mencari informasi tambahan atau
memberikan umpan balik tentang, hasil penyelidikan.
Gambar 1
Contoh "Line Listing" Pada kejadian Luar Biasa Penyakit Hepatitis A
Dalam line listing, setiap kolom berisi satu variabel, misalnya nama atau nomor
pengenal, umur, jenis kelamin, klasifikasi kasus dll. Sedangkan setiap baris berisi
satu kasus. Data dari setiap kasus yang ditemukan segera ditambahkan ke dalam
daftar ini: Jadi sebuah line listing merupakan kumpulan informasi pokok dari seluruh
kasus yang dapat diperiksa dan bila perlu diperbaharui. Bahkan di jaman komputer
ini, ada ahli epidemiologi yang line listingnya masih ditulis tangan dan baru
menggunakan komputer untuk perhitungan yang lebih rumit dan tabulasi silang
11
Gambar 2
Kurva epidemi Kasus Hepatitis A berdasarkan tanggal timbulnya gejala pertama
di Fayetteville, Arkansas Bulan November - Desember 1978
13
Gambar 3
Kurva epidemi dengan perbedaan unit pada axis x
Kasus Hepatitis A berdasarkan tanggal timbulnya gejala pertama
di Fayetteville, Arkansas Bulan November - Desember 1978
14
Kurve epidemik dengan kaki depan yang menanjak tajam dan kaki belakang turun
lebih pelan mengisyaratkan point source epidemic, yaitu wabah yang terjadi tempat
pemaparan dalam waktu yang singkat dengan sumber penularan tunggal. Pada
kenyataannya setuiap kenaikan jumlah kasus yang tiba-tiba menandakan adanya
pemaparan sumber tuggal yang terjadi seca tiba-tiba. Pada point s o u r c e
epidemic, seluruh kasus terjadi l masa inkubasi. Bila periode pamaparan memanjang,
wabahnya tersebut continous common source epidemic, yang kurve epidemiknya
berpuncak datar.
Dengan mengamati kurve epidemi, dapar ditentukan kondisi wabah pada saat itu. Jika
jumlah "kasus terus bertambah, wabah sedang rnemuncak dan pasti ditemukan kasus-
kasus baru. sebaliknya bila puncak kurve telah dilalui, wabah akan segera berakhir
urpun pada beberapa penyakit akan ditemukan beberapa kasus sekunder. (Gambar 4.
atikar point A dan B)
15
Gambar 4
Kurve epidemi dengan point A, grafiknya sedang memuncak dan
poin B, grafiknya sedang menurun
Bentuk kurve yang memperlihatkan kasus yang terjadi Jauh dari kasus yang lain
(outlier) juga merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Kasus yang
sangat dini mungkin merupakan (1) latar belakang, yaitu kasus yang tidak
ada hubungannya dengan wabah, atau (2) merupakan sumber wabah, atau (3)
orang yang terpapar paling dulu (tukang masak ya ng mencicipi sebelum
membawa masakan ini ke piknik besar. Demikian juga untuk kasus yang
paling , lambat. mungkin (l) merupakan kasus yang tidak berhubungan dengan
wabah atau (2) kasus yang masa inkubasinya paling panjang atau (3) kasus
sekunder, atau (4) orang vang terpapar paling akhir.
Di pihak lain kasus yang yang berdiri sendiri juga mungkin terjadi
akibat kesalahan koding atau pengnunpulan data. Kasus yang berdiri sendiri
ini perlu dicermati. Jika mereka merupakan bagian dari wabah.
keterpaparan yang khusus itu dapat menunjuk langsung pada sumbernya.
Pada point source epidemi dari suatu penyakit yang diketahui dan diketahui
pula masa inkubasinya. kurve apidemi dapat digunakan untuk menanyakan
sumber wabah. Selanjutnya periode pemaparan dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu :
1. Cari masa inkubasi terpanjang, terpendek dan rata-rata
2. Tentukan puncak wabah atau kasus mediannya dan hitung mundur rata -rata
satu masa inkubasi. catat hasilnya.
3. Dari kasus yang terjadi paling awal pada kejadian wabah, hitung mundur
masa inkubasi terpendek. catat hasilnya.
16
Misalnya kurve epidemi yang digambarkan pada gambar 5. Masa inkubasi heapatitis
A 15-50 hari, dengan rata-rata masa inkubasi 28-30 hari. pertama, apakah kurve
epidemi tersebut point source ? Kalau ya, apakah 48 kasus tersebut herada dalam
satu masa inkubasi?
Gambar 5
Kasus Hepatitis A di Kota Colbert, Alabama
bulan Oktober - November 1972
17
Gambar 6
Tempta tinggal penderita penyakit legioner
di Sheboygan, Winconsin Tahun 1986
18
Pengelompokkan kasus di rumah sakit, rumah jompo, atau tempat perawatan serupa,
merupakan gambaran dari sumber terpusat atau penyebaran dari orang ke orang,
sedangkan kasus yang menyebar diseluruh fasilitas tersebut menugambarkan sumber
yang tersebar luas ataupun sumber yang digunakan bersama oleh seluruh penghuni
tanpa mengindahkan penempatannya.
Walaupun spot map Umumnya merupakan peta tempat tinggal penderita, peta yang
menggambarkan tempat kerja ataupun tempat rekreasi penderita ada kalanya lebih
mengungkapkan. Yang pasti, tempat kerja sangat penting untuk menilai "sick
building syndrome" dan penyakit lain yang berhubungan dengan pola aliran udara di
sebuah bangunan. Dalam wabah yang terjadi di rumah sakit dapat dibuat peta tempat
pasien berdasarkan ruang operasi, ruang pemulihan dan ruang perawatan. Kita dapat
menggunakan peta untuk mem-plot beberapa peristiwa. Misalnya, pada gambar 7
menunjukkan orang yang terkena shigella diaambarkan dengan mereka yang
berenang di sungai Missisipi.
19
Gambar 7
Bagian peta sungai missisipi, dimana didapati 22 kasus positip
dari mereka yang berenang di sungai tersebut
Bila populasi yang beresiko ada dalam wilayah dalam spot map berbeda besarnya
yang menggambarkan jumlah penderita akan menyesatkan. Kelemahan ini dapat
diatasi dengan mengganti keterangan jumlah penderita dengan menccntumkan angka
serangan spesific berdasarkan area (area-spesific attack rates) dengan menggunakan
area map. Pada gambar 8, area map menunjukkan angka serangan spesifik
berdasarkan daerah yang terkena thyrotoxicosis pada 15 kota yang berbatasan dengan
Minnesota, South Dakota, dan Iowa. Apabila kita menggunakan spot map untuk
menggambarkan jumlah kasus bukan rate, akan terjadi kesalahan dalam
menginterpretasikan risiko pada penduduk Minnehaha.
20
Gambar 8
Rate per 10.000 penduduk penyakit thyrotoxicosis berdasarkan kota Minnesota,
South Dakota, dan Iowa, Bulan Februari 1984 - Agustus 1985
Risk berdasarkan umur dan jenis kelamin biasanya diperiksa terlebih dahulu, karena
keduanya merupakan faktor yang paling, kuat hubungannya dengan pemaparan dan
risiko terserang penyakit. kategori umur yang digunakan harus sesuai dengan
penyakitnya dan harus sesuai dengan data penyebut yang ada.
21
Umumnya pekerjaan merupakan ciri yang tak kalah pentingnya, tapi mungkin tidak
mudah mendapatkan data penyebut berdasarkan pekerjaan. Meskipun demikian
distribusi kasus berdasarkan pekeljaan sudah memungkinkan untuk pengembangan
hipotesis yang patut diteliti. Ciri-ciri lain lebih khusus kaitannya dengan jenis peyakit
yang diselidiki dan kejadian wabahnya.
Da1am penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari ;dua
metode berikut: (1) Membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau (2)
Analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran
kebetulan. Cara pertama boleh digunakan bila bukti klinis, laboratoris, pemaparan
dan/ atau epidemiologi jelas menunjang hipotesis tadi. sehingga tidak perlu lagi di uji
secdara formal. Misalnya dalam wabah hipervitaminosis D ditemukan bahwa semua
penderita minum susu dari peternakan lokal. Penydik mengembangkan hipotesis
bahwa peternakan itu merupakan sumber wabah dan susu adalah alat penyebabnya.
Jika penyidik menemukan bahwa pekerja peternakan itu menambahkan vitamin D ke
dalam susu melebihi dosis yang dianjurkan, maka tidak dibutuhkan lagi analisis
epidemiologi untuk membuktikan hipotesis.
22
Penelitian Kohort
Penelitian kohort merupakan teknik uji terbaik dalam wabah pada populasl yang
kecil dan jelas batasnya. Misalnya penyelidikan wabah gastroenteritis dikalangan
tamu sebuah pesta pernikahan. ada daftar lengkap tamu yang hadir. dalam kondisi
demikian ini setiap tamu dihubungi dan ditanya. Harus dipastikan apakah setiap tamu
tersebut sakit(dan memenuhi definisi kasus yang telah dibuat) tetapi juga keterangan
tentang makanan atau minuman yang dimakan dalam pesta dan banyaknya. Setelah
mengumpulkan informasi tersebut dari seluruh hadirin, dihitung angka serangan
(yaitu proporsi yang sakit) dari mereka yang makan makanan tersentu dan angka
serangan dari mereka yang tidak makan makanan tersebut. dalam memeriksa
informasiini, anda sebaiknya mencari tiga ciri ini :
1. Angka serangan tinggi pada mereka yang terpapar
2. Angka serangan rendah pada mereka yang tidak terpapar
3. Sebagian besar penderita terpapar, sehingga pemaparan dapat menerangkan
sebagian besar dari kejadian.
Selain itu dihitung pula rasio antara kedua angka serangan (attack rate) itu dan
bentangan 95% confidens intervalnya. Ratio tersebut disebut resiko relatif (relative
risk : RR ) Resiko relatif ini merupakan ukuran asosiasi antara pemaparan dan
penyakit. Resiko relatif dapat dihitung dari attack rate mereka yang mgnkonsumsi
eskrim vanila pada tabel 3 berikut.
Tabel. 3
Attack rate, mereka yang mengkonsumsi es krim vanila
di oswego, New York, bulan April Tahun 1940
Pada kebanyakan wabah yang terjadi, populasi tidak jelas batasannya. Oleh karena
itu penelitian kohort tidak mungkin dilaksanakan, namun oleh karena kasusnya
sudah ditemukan pada langkah-langkah sebelumnya, penelitian kasus kontrol
sangat ideal untuk dilaksanakan. Ketimbang penelitian kohort, penelitian kasus
kontrol lebih sering dilakukan dalam penyelidikan wabah.
Dalam praktek tidak mudah menemukan kontrol. Tepatnya dari mana populasi
asal kasus ? Selain itu kita harus mengingat hal-hal praktis, misalnya
bagaimana cara menghubungi kontrol dan mengaiak kerjasama, memastikan
bahwa mereka tidak sakit dan mendapatkan data pemaparan dari mereka.
Dalam wabah di masyarakat sampel random dari penduduk yang tidak sakit
secara teoritis merupakan kontrol terbaik. Prakteknya, sampel random
penduduk mungkin sulit untuk dihubungi dan diteliti. Kelompok kontrol
yang sering digunakan meliputi kelompok dibawah ini yang tidak menderita
penyakit yang diteliti :
teman-teman penderita
tetangga penderita
pasien dari dokter yang mengobati penderita atau dari rumah sakit yang
sama
Oleh karena itu hanya sebagian populasi yang diteliti jumlah sebenarnya
terpapar dan jumlah yang tidak terpapar tidak diketahui secara pasti. Akibatnya
angka serangan tidak dapat dihitung. Oleh karena itu RR juga tidak dapat
dihitung. Ukuran asosiasi yang didapat dari penelitian kasus kontrol adalah
odds ratio (OR). Odds Ratio adalah rasio dari odds pemaparan pada kasus
terhadap odds pemaparan pada kontrol.
Contoh perhitungan odds rasio dapat dilihat pada kejadian luar biasa penyakit
legioner di lousiana tahun 1990 pada tabel 4 berikut ini.
Tabel. 4
Paparan Toko penjual Bahan makanan A diantara kasus dan Kontrol
pada kejadian luar biasa penyakit legioner di louisiana tahun 1990
OR = ad / bc
(25 x 26) / (28 x 2)
= 11,6 (Orang yang terpapar dengan Toko Penjual
bahan makanan A 11,6 kali berisiko untuk
menderita penyakit legioner dibandingkan yang
tidak terpapar dengan toko tersebut
Pada Kasus Kontrol kita tidak dapat menghitung attack rate selama tidak diketahui
jumlah penduduk yang berbelanja atau tidak di toko penjual bahan makanan A. Jika
attack rate tidak dapat dihitung maka risiko relatif pun tidak dapat dihitung. Pada
penyakit yang jarang ditemukan seperti penyakit legioneer (yang meliputi
kebanyakan penyakit yang kadang kala menyebabkan wabah), odds rasio sama
besarnya dengan risiko relatif. Oleh karena itu penelitian kohort dapat ditegakkan.
Tabel. 5
Notasi baku tabel 2 x 2
Statistik yang paling sering digunakan dalm penyelidikan wabah adalah chi-kuadrat
Untuk tabel tabel 2 x 2, rumus chi-kuadrat adalah sbb :
Setelah nilai Chi-kuadrat di dapat, nilai p-nya dapat di cari dari tabel Chi-kuadrat
yang terdapat dibelakang buku-buku statistik. Nilai Chi-kuadrat yang lebih besar
dari 3,84 sesuai dengan nilai p lebih kecil dari o,05. Bila telah direncanakan untuk
menolak hipotesis nol jika nilai p lebih kecil dari 0.05, maka hipotesis nol ditolak,
bila nilai Chi-kuadrat besar dari 3,84. Uji Chi-kuadrat cukup baik bila yang di uji
berjumlah 30 atau lebih. Pada wabah kecil, uji fisher's exac lebih sesuai.
Keterangan yang lebih lengkap tentang uji ini ada di buku-buku statistik.
Akhirnya, ingat bahwa salah satu alasan dari mengadakan penyelidikan adalah
penelitian.Wabah memberikan "percobaan ilmiah" Yang tidak etis jika dilakukan
sedara sengaja. Dalam wabah kelebihan vitamin D di Massachusetts, penyelidik
melacak sumber wabah sampai ke peternakan yang menambahkan terlalu banyak
26
Hampir semua penyelidikan suatu wabah, tujuan utamanya adalah pengendalian dan
pencegahan, walaupun pengendalian ini dibahas sebagai langkah ke 9 pengendalian
seharusnya dilaksanakan secepat mungkin. namun upaya penanggulangan biasanya
hanya dapat di terapkan setelah sumber wabah diketahui. Pada umumnya upaya
pengendalian diarahkan pada mata rantai terlemah dalam penularan penyakit.
Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis yang bentuknya sesuai dengan
tulisan ilmiah, yaitu dimulai dengan pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil,
diskusi, dan saran. Penyampaian laporan secara formal dapat menjadikan cetak biru
untuk mengambil tindakan. Laporan ini juga merupakan catatan dari pekerjaan,
dokumen dari isu legal dan merupakan bahan rujukan untuk menghadapi hal yang
serupa dimasa dataang. Akhirnya bila laporan ini masuk dalam kepustakaan
kesehatan msayarakat, tercapailah perannya dalam memberikan sumbangan
pengetahuan dasar epidemiologi dan kesehatan masyarakat.