Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum

KI2241 Energetika
Percobaan E-3
Diagram Terner

Nama : Hafizh Ibnu Riyanto

NIM : 10518038

Hari : Rabu

Tanggal Praktikum : 2 Februari 2022

Tanggal Laporan : 12 Februari 2022

Asisten :

LABORATORIUM KIMIA FISIK

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2022
Percobaan E-3
Sistem Zat Cair Tiga Komponen

I. Tujuan Percobaan
- Membuat kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam campuran dua cairan
tertentu.
- Menentukan massa jenis zat yang digunakan dalam percobaan.
- Menentukan kelarutan dan kurva kelarutan suatu cairan yang ditambahkan ke dalam
suatu campuran biner dan menggambarkan dalam suatu diagram.

II. Prinsip Percobaan


Salah satu cara untuk memperlihatkan variasi kesetimbangan fase dengan sistem
komposisi digunakan diagram fase segitiga, diagram ini berupa satu segitiga sama sisi
yang disebut “Diagram Terner”, dengan tiap sudut segitiga tersebu tmenggambarkan
suatu komponen murni, jika dalam system hanya terdapat satu fase maka V=2, berarti
untuk menyatakan suatu system dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua
komponennya, sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fase kesetimbangan maka
V=1, berarti hanya satu komponen yang harus ditentukan konsentrasinya dan
konsentrasi komponen lain sudah tertentu berdasarkan diagram fase untuk system
tersebut. Prinsip kerja diagram terner yaitu pemisahan suatu campuran yang terdiri dari
dua komponen yang saling melarut sempurna,. Campuran akan berubah menjadi keruh
apabila zat telah terpisah dan membentuk dua lapisan.

Aturan fase gibbs memberikan suatu hubungan antar derajat kebebasan dalam suatu
sistem dengan komponen (C) dan fase (P). Hubungan komponen dan fase tersebut dapat
dinyatakan kedalam sebuah rumus yaitu :

V=C–P+2
Dengan:
V = jumlah derajat kebebasan
C = jumlah komponen
P = jumlah fasa

Persamaan diatas disebut juga Hukum Fasa Gibbs, yaitu jumlah terkecil
perubahan bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat
pada kesetimbangan. Kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan komposisi
sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan
tetap dapat dinyatakan sebagai:
𝑉=3−𝑃
Konsentrasi dapat dinyatakan dengan istilah persen berat atau fraksi mol. Fraksi
mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan 𝑋𝐴 + 𝑋𝐵 + 𝑋𝐶 = 1. Tiap
sudut segitiga tersebut menggambarkan suatu komponen murni. Komposisi dapat
dinyatakan dalam fraksi massa (untuk cairan) atau fraksi mol (untuk gas). Diagram tiga
sudut atau diagram segitiga berbentuk segitiga sama sisi dimana setiap sudutnya
ditempati komponen zat. Sisi-sisinya itu terbagi dalam ukuran yang menyatakan bagian
100% zat yang berada pada setiap sudutnya.

III. Alat dan Bahan - Alat


1. Erlenmeyer 250 ml 13 buah
2. Buret 50 ml 1 buah
3. Klem Buret 1 buah
4. Pipet volum 25 ml 1 buah
5. Pipet volum 50 ml 1 buah
6. Pipet ukur 25 ml 1 buah
7. Botol semprot 500 ml 1 buah
8. Piknometer 25 ml 1 buah

- Bahan

1. 100 ml Aseton
2. Air (aqua DM)
3. 100 ml Toluol
4. 100 ml Kloroform
5. 100 ml Etanol
6. 100 ml Asam asetat glasial

IV. Cara Kerja


Dalam labu Erlenmeyer yang bersih, kering, dan bertutup, dibuat 9 campuran cairan A dan B
yang saling larut dengan komposisi sebagai berikut:

Labu 1 2 3 4 5 6 7 8 9
ml A 2 4 6 8 10 12 14 16 18

ml B 18 16 14 12 10 8 6 4 2

Kemudian, ditiitrasi tiap campuran dalam labu 1 s.d. 9 dengan zat C sampai tepat timbul
keruh, dan dicatat jumlah volume zat C yang digunakan. Titrasi dilakukan secara
perlahanlahan. Setelah itu, ditentukan rapat massa masing-masing cairan murni A,B, dan C.
Dicatat suhu kamar sebelum dan sesudah percobaan.

V. Data Pengamatan
Suhu kamar sebelum percobaan = 26°C
𝜌𝑎𝑖𝑟 (26℃) = 0,996783 gr/mL
Tabel 5.1 Massa Piknometer dan zat

Sampel Massa (g)


Piknometer kosong 20.76
Air 46.62
Kloroform 59.28
Aseton 41.39
Toluena 42.6
Etanol 41.78

Tabel 5.2 Titrasi sistem air-aseton dengan kloroform

Labu Volume (ml)

Aseton Klorofom Air


1 2 18 0.2
2 4 16 0.25
3 6 14 0.3
4 8 12 0.3
5 10 10 1.2
6 12 8 1.9
7 14 6 4.1
8 16 4 10.7
9 18 2 13.7

VI. Perhitungan dan Pengolahan Data A. Penentuan Volume Piknometer


(𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑖𝑟) − 𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 =
𝜌 𝑎𝑖𝑟 (26°𝐶)
(46.62 – 20.76) 𝑔𝑟
= = 25.937 𝑚𝐿
0.997 𝑔/𝑚𝐿
B. Penentuan Massa Jenis Zat
(𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑧𝑎𝑡) − 𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑧𝑎𝑡 =
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
- Massa jenis kloroform
59.28 𝑔𝑟 – 20.76 𝑔𝑟
𝜌 𝑧𝑎𝑡 = = 1.4851 𝑔/𝑚𝐿
25.937 𝑚𝑙

- Massa jenis aseton


41.39 𝑔𝑟 − 20.76𝑔𝑟
𝜌 𝑧𝑎𝑡 = = 0.7954 𝑔/𝑚𝐿
25.937 𝑚𝑙

- Massa jenis toluena


42.60 𝑔𝑟 − 20.76𝑔𝑟
𝜌 𝑧𝑎𝑡 = = 0.8420 𝑔/𝑚𝐿
25.937 𝑚𝑙
- Massa jenis etanol
41.78 𝑔𝑟 − 20.76𝑔𝑟
𝜌 𝑧𝑎𝑡 = = 0.8104 𝑔/𝑚𝐿
25.937 𝑚𝑙

C. Penentuan Mol Zat


ρ aseton × V aseton
mol aseton=
M r Aseton
g
0.7954 ×2 mL
mL
mol aseton=
g
58.08
mol
mol aseton=0.0274 mol
Dengan cara yang sama, diperoleh data pada table berikut :
Tabel 6.1 mol zat pada sistem kloroform-aseton-air
Labu Aseton Klorofom Air
1 0.0274 0.2239
0.011078
2 0.05477 0.1990
0.013847
3 0.0822 0.1742
0.016617
4 0.1096 0.1493
0.016617
5 0.1369 0.1244
0.066467
6 0.1643 0.0995
0.105239
7 0.1917 0.0746
0.227094
8 0.2192 0.0498
0.592661
9 0.2465 0.02488
0.758828

D. Penentuan Fraksi Mol Zat


mol aseton
X aseton=
mol campuran
Dengan cara yang sama, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 6.2 mol zat pada sistem kloroform-aseton-air
Labu Fraksi mol Fraksi mol Fraksi mol
Aseton Klorofom Air

1
0,104429576 0,85335 0,042221
2
0,20465798 0,743599 0,051743
3
0,30108052 0,638056 0,060863
4
0,397798076 0,541891 0,060311
5
0,417675175 0,379538 0,202787
6
0,445210532 0,269619 0,28517
7
0,388532952 0,151197 0,46027
8
0,254392356 0,057795 0,687812
9
0,239272121 0,02415 0,736577
E. Diagram Terner

Gambar 6.1. Diagram Terner Sistem Aseton – Kloroform – Air


VII. Pembahasan
Diagram fasa adalah suatu grafik yang merupakan representasi tentang fasa-fasa yang ada dalam
suatu zat pada variasi temperature, tekanan, dan komposisi. Diagram fasa pada umumnya
dibangun pada keadaan kesetimbangan. Pada suatu sistem dapat digambarkan suatu diagram
fasa. Diagram fasa merupakan suatu diagram dapat menggambarkan sifat fisik suatu zat dalam
suhu dan tekanan tertentu.

Pada sistem 3 komponen, diagram fasanya digambarkan pada suatu diagram terner. Pada
praktikum kali ini, dilakukan percobaan untuk membuat diagram terner yang berfungsi untuk
menunjukkan kelarutan suatu cairan yang terdapat di dalam campuran dua cairan tertentu.
Diagram Terner merupakan suatu diagram fasa berbentuk segitiga sama sisi dalam satu bidang
datar yang dapat menggambarkan sistem tiga komponen zat dalam berbagai fasa. Dimana saat
tiga titik dalam segitiga terbentuk menandakan telah terjadinya kesetimbangan pada tiga
komponen yang dipakai dalam diagram terner. Dalam diagram terner, terdapat suatu garis yaitu
tie-line, tie-line merupakan garis yang menandakan telah terbentuknya dua fasa pada larutan.

Tititk-titik yang berada pada tie-line menunjukan kesetimbangan antara 2 zat dalam
sistem, antara fasa yang satu dengan fasa yang lainnya memiliki kemiringan tie-line yang
berbeda yang diperoleh berdasarkan hasil eksperimen. Berdasarkan aturan fasa Gibbs, ketika
sistem berada pada dua fasa kesetimbangan, maka derajat kebebasan adalah 1. Derajat
kebebasan adalah derajat indenpendasi yang diperlukan untuk menyatakan posisi suatu
sistem, untuk memperoleh nilai tersebut digunakan persamaan F = C – P + 2, dengan C
merupakan jumlah komponen, dan P adalah jumlah fasa dalam sistem.
Percobaan ini menggunakan prinsip like dissolve like yang artinya senyawa dapat
larut sempurna ketika berada pada pelarut yang memiliki sifat kepolaran yang sama dengan
zat terlarut. Pemisahan yang dilakukan pada ketiga zat dalam suatu campuran menggunakan
pelarut yang tidak larut sempurna terhadap campuran, tetapi pelarut tersebut dapat
melarutkan salah satu komponen zat dalam suatu campuran dengan menggunakan metode
titrasi. Pada percobaan ini, dilakukan percobaan pada dua sistem, sistem pertama adalah
campuran dari toluene – aseton – air, dan sistem kedua adalah campuran toluene – kloroform
– air. Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan massa jenis larutan yang akan diuji
menggunakan piknomoter. Piknometer adalah sebuah alat yang dirancang khusus untuk
menentukan massa jenis dari suatu zat. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh massa jenis
untuk kloroform, aseton, toluen dan etanol berturut-turut adalah 1.4851 𝑔/𝑚𝐿, 0.7954 𝑔/𝑚𝐿,
0.8420 𝑔/𝑚𝐿 dan 0.8104 𝑔/𝑚𝐿.
Pada sistem campuran aseton, klorofom dan air, ketiga cairan memiliki sifat
kepolaran yang berbeda beda. klorof bersifat non polar, aseton bersifat semipolar, dan air
adalah senyawa yang bersifat polar. Pertama, klorofom dicampurkan dengan aseton dengan
keadaan volume yang berbeda beda, setelah itu campuran tersebut ditirasi dengan air hingga
mencapai kesetimbangan. Penambahan air ini menyebabkan terputuskan ikatan antara
klorofom dan aseton, hal ini terjadi karena klorofm tidak dapat saling larut dengan air karena
memiliki sifat kepolaran yang jauh berbeda, sementara aseton akan berikatan dengan air. Hal
ini ditandai dengan terbentuknya larutan yang keruh menendakan telah terjadinya
pembentukan dua larutan terner terkonjugasi.

Jumlah fasa dalam suatu sistem zat cair tiga komponen bergantung kepada daya
saling larut antar zat cair di dalam sistem tersebut. Ketika suatu larutan yang mengandung
dua komponen yang saling larut sempurna, maka akan terbentuk daerah fase tunggal,
sedangkan untuk komponen yang tidak saling larut sempurna atau hanya larut sebagian,
maka akan terbentuk daerah dua fasa.

Berdasarkan hasil percobaan, dapat diperoleh mol masing-masing komponen dalam


campuran, sehingga dapat ditentukan fraksi mol zat tersebut. Fraksi mol zat yang diperoleh
ini merupakan variable bebas yang dibuat bervariasi dengan tujuan untuk memperoleh
diagram terner. Setelah diperoleh fraksi, diagram terner pada kedua sistem ditentukan.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh massa jenis untuk kloroform, aseton, toluena dan
etanol berturut-turut adalah 1.4851 𝑔/𝑚𝐿, 0.7954 𝑔/𝑚𝐿, 0.8420 𝑔/𝑚𝐿 dan 0.8104 𝑔/𝑚𝐿.
Diperoleh diagram terner untuk kedua sistem yang berada pada gambar 6.1.
IX. Daftar Pustaka
Atkins, P. W. 2006. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga Halaman 110
Oktaviana, Dian. 2012. Campuran Tiga Komponen (Diagram Biner). Jakarta : FMIPA- UI .
Halaman 1-3.

Selvaduray, Guna, San Jose University, One Washington Square, San Jose. USA.
Lide, David R., 2004. CRC Handbook of Chemistry and Physics. Stanford: Stanford
University

Dogra. 2009. Kimia Fisik Dan Soal – Soal. Bandung: Erlangga


Levine, Adam. 2011. Diagram Terner Sistem Zat Cair Tiga Komponen . London :
Chapmann and Hall

-
-

Anda mungkin juga menyukai