Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH REKAYASA SUNGAI DAN MUARA

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN MUATAN SEDIMEN

AKIBAT EROSI PADA SUNGAI MAROS KABUPATEN MAROS

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. Stefanus Barlian Soeryamassoeka, S.T., M.T.

NIP. 197212262000031001

DISUSUN OLEH :

ELSY IVANA CLARA D1011181092

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpah rahmat dan Karunia- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Rekayasa Sungai dan Muara dengan baik dan tepat pada
waktunya. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
menyelesaikan makalah.

Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang mendasar pada laporan ini. Oleh karena itu kami mengundang para pembaca
untuk memberikan saran serta kritik yang membangun kami, agar kedepannya saya
dapat mengerjakan tugas makalah dengan baik dan benar.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang disusun dapat berguna bagi saya sendiri maupun yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan.

Pontianak, 29 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. LATAR BELAKANG ............................................................... 1

1.2. PERUMUSAN MASALAH ...................................................... 2

1.3. TUJUAN .................................................................................... 2

1.4. MANFAAT ................................................................................ 2

1.5. LUARAN ................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4

2.1. TEORI UMUM .......................................................................... 4

2.1.1. Pengertian Sedimen dan Sedimentasi ........................................ 4

2.1.2. Proses Sedimen .......................................................................... 4

2.1.3. Angkutan Sedimen..................................................................... 4

2.1.4. Mekanisme Pergerakan Sedimen ............................................... 7

2.1.5. Laju Sedimentasi........................................................................ 9

2.2. HIDROLOGI ........................................................................... 10

2.2.1. Hidrologi Sungai ...................................................................... 10

2.2.2. Luas Penampang Basah ........................................................... 10

2.2.3. Kecepatan Aliran ..................................................................... 11

2.2.4. Debit Aliran ............................................................................. 11

ii
2.3.1. KARAKTERISTIK SEDIMEN ............................................... 12

2.3.2. Gradasi ..................................................................................... 12

2.3.3. Ukuran Butir Sedimen ............................................................. 12

2.3.4. Bentuk Butir Sedimen.............................................................. 13

2.3.5. Volume dan Berat Jenis Sedimen ............................................ 14

2.3.6. Kecepatan Jatuh ....................................................................... 14

BAB III METODOLOGI ............................................................................ 15

3.1. KERANGKA TEORITIS ........................................................ 15

3.2. LOKASI YANG DIKAJI ........................................................ 16

3.3. METODE PENELITIAN ........................................................ 16

3.3.1. Prosedur ................................................................................... 16

3.3.2. Data yang Digunakan............................................................... 18

3.3.3. Metode Analisis ....................................................................... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 20

4.1. DATA YANG DIGUNAKAN ................................................ 20

4.2. ANALISA PERHITUNGAN .................................................. 20

4.2.1. Perhitungan Diameter Sedimen Dasar ..................................... 20

4.2.2. Perhitungan Besarnya Sedimen Dasar ..................................... 21

4.3. PEMBAHASAN ...................................................................... 23

BAB V KESIMPULAN .............................................................................. 24

5.1. KESIMPULAN ........................................................................ 24

5.2. SARAN .................................................................................... 24

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Proses sedimentasi dasar ...............................................................6

Tabel 4.1. Hasil pengujian sedimen dasar analisa saringan Sungai Maros ..20

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Penampang memanjang saluran dasar granuler .........................5

Gambar 2.2. Transport sedimen pada penampang memanjang dasar granuler


...................................................................................................6

Gambar 2.3.Rumus luas penampang basah pada bentuk-bentuk umum saluran


.................................................................................................11

Gambar 3.1. Bagan alir .................................................................................15

Gambar 3.2. Lokasi yang dikaji....................................................................16

Gambar 3.3. Bagan alir prosedur ..................................................................18

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Luapan sungai merupakan salah satu faktor penyebab banjir, Sulawesi


Selatan termasuk Kabupaten Maros. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasi
banjir, salah satunya dengan mengurangi penebangan hutan. Hutan di pegunungan
merupakan daerah tangkapan hujan. Dari daerah tangkapan hujan, air mengalir di
anak-anak sungai ke daerah yang lebih rendah dan laut.

Secara alami, sungai mengalir sambil melakukan aktivitas yang saling


berhubungan satu sama lain. Kegiatan tersebut meliputi erosi (erosi) transpor
(transportasi), dan pengendapan (sedimentasi) kegiatan ini bergantung pada
kemiringan DAS, volume air sungai, kecepatan aliran.Upaya dalam pemulihan hal
tersebut dalam bidang keteknikan adalah dilakukannya stabilisasi tanah. Stabilisasi
tanah pada dasarnya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu dari tanah yang
memiliki daya dukung rendah, atau dapat juga meningkatkan mutu dari tanah yang
memiliki daya dukung tergolong baik.

Erosi tanah juga merupakan faktor utama yang menyebabkan terhentinya


kegiatan di daerah hilir yang mengakibatkan penurunan pertanian dan secara
intensif tanpa adanya upaya konservasi di daerah hulu, terutama untuk peningkatan
yang sangat besar. mengalami erosi dari tahun ke tahun. khususnya di sungai
Tompobulu Maros, banjir terjadi karena kondisi sungai Maros tidak mampu lagi
menampung aliran dan volume udara akibat pengaruh angkutan sedimen hulu.

Hal ini disebabkan kondisi ekosistem kawasan hutan di sekitar hulu yang
tidak lagi menjadi catchment area yang berfungsi sebagai reservoir. Akibat tanah
yang tidak kuat lagi akan mengalir juga sebagai lumpur akibat proses yang lebih
dominan sehingga berbagai sedimen yang terbawa banjir di hulu dan di tengah akan
diendapkan di hilir sungai.

1
1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka rumusan


masalah yang akan diangkat dalam tugas pembuatan makalah ini ialah:

1. Bagaimana hasil karakteristik sedimen pada bagian hilir Sungai Maros


Kabupaten Maros?
2. Berapa hasil volume sedimen akibat erosi pada bagian hilir Sungai Maros
Kabupaten Maros?

1.3. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan


masalah yang akan diangkat dalam tugas pembuatan makalah ini ialah:

1. Untuk mengetahui hasil karakteristik sedimen pada bagian hilir Sungai Maros
Kabupaten Maros, dan
2. Untuk mengetahui hasil hasil volume sedimen akibat erosi pada bagian hilir
Sungai Maros Kabupaten Maros.

1.4. MANFAAT

Berdasarkan maka manfaat yang diperoleh dari pembuatan tugas makalah ini
ialah:

1. Sebagai bahan pembelajaran dan referensi dalam bidang akademik


khususnya pada mata kuliah Rekayasa Sungai dan Muara bagi penulis, dan
2. Sebagai memperdalam pemahaman teoritis dalam mata kuliah Rekayasa
Sungai dan Muara.

1.5. LUARAN

Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang mengacu pada latar belakang


maka luaran luaran yang diharapkan dalam tugas pebuatan makalah ini ialah:

1. Dapat terpenuhinya salah satu tugas pembuatan makalah pada mata kuliah
Rekayasa Sungai dan Muara,
2. Dapat digunakan sebagai pembanding perhitungan-perhitungan dari sumber
terdahulu, dan

2
3. Dapat digunakan sebagai data pendukung dan penyokong dalam
pembangunan infrastruktur di Sungai Maros.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TEORI UMUM

2.1.1. Pengertian Sedimen dan Sedimentasi

Sedimen merupakan hasil proses erosi, baik erosi permukaan, erosi parit,
maupun erosi tanah jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di
bagian bawah kaki perbukitan, di daerah banjir, saluran air, sungai, dan waduk.
Hasil sedimen adalah jumlah sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi daerah
tangkapan air yang diukur pada waktu dan tempat tertentu. Proses Erosi terdiri dari
tiga bagian yaitu detasemen, transport, dan pengendapan (Asdak, 2014).

Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang


telahdiangkut oleh air atau tenaga angin. Ketika erosi terjadi, air membawabatu
mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya ke laut. Saat berkuasatransportasi
berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran sungai (Anwas, 1994).

2.1.2. Proses Sedimen

Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh aliran udara akan
diendapkan dimana kecepatan aliran dihentikan atau dihentikan. Peristiwa ini
dikenal sebagai peristiwa atau proses sedimentasi. Proses sedimentasinya sangat
kompleks, diawali dengan hujan lebat menghasilkan energi kinetik yang merupakan
awal dari proses erosi. Kapan tanah menjadi partikel halus, lalu menggelinding
mengikuti arus, sebagian akan dibiarkan di tanah sementara bagian lainnya masuk
ke sungai terbawa arus menjadi angkutan sedimen.

2.1.3. Angkutan Sedimen

Karena aliran air, ada gaya yang bekerja pada material endapan. Kekuatan-
kekuatan ini memiliki kecenderungan untuk bergerak atau menyeret butir-butir
material sedimen. Ketika gaya yang bekerja pada butiran sedimen mencapai nilai
tertentu, sehingga jika sedikit ditambahkan akan menyebabkan butir-butir sedimen

4
bergerak, maka kondisi tersebut disebut kondisi kritis. Parameter aliran dalam
kondisi ini, seperti tegangan 7 geser (T0), kecepatan aliran (U) juga mencapai
kondisi kritis (sumber: thesis studi tentang perubahan pola gerusan di tikungan
sungai akibat peningkatan debit).

Menurut Mardjikoen (1987), angkutan sedimen adalah perpindahan tempat


material sedimen granular (non-kohesif) oleh air yang mengalir arah aliran.
Besarnya angkutan sedimen T dapat ditentukan dari perpindahan tempat sedimen
yang melewati penampang dalam jangka waktu yang lama cukup.

Gambar 2.1. Penampang memanjang saluran dasar granuler.

Laju sedimen yang terjadi biasanya dalam keadaan seimbang (equilibrium).


Erosi (erosi), atau pengendapan (deposition), dapat ditentuka besarannya sedimen
diangkut dalam proses.

Gambar 2.2. Transport sedimen pada penampang memanjang dasar granuler.

5
Tabel 2.1. Proses sedimentasi dasar

Proses yang terjadi


Perbandingan T
Sedimen Dasar

T1=T2 Seimbang Stabil

T1<T2 Erosi Degradasi

T1>T2 Pengendapan Agradasi

Partikel kasar bergerak di sepanjang dasar sungai beban total disebut beban
dasar. Ada biayanya sedimen dasar ditunjukkan oleh pergerakan partikel dasar
sungai. Pergerakanitu bisa bergeser, berguling, atau melompat, tetapi tidak pernah
dari dasar sungai. Gerakan ini dapat terjadi hingga jarak tertentu denganditandai
dengan pencampuran partikel yang bergerak ke hilir.

Menurut Asdak (2014), proses pengangkutan sedimen begitu sedimen masuk


ke badan sungai, maka terjadi pengangkutan sedimen. Kecepatan Transportasi
adalah fungsi dari kecepatan aliran sungai dan ukuran partikelendapan. Partikel
sedimen ukuran kecil seperti tanah liat dan debu dapat diangkut aliran air dalam
bentuk terlarut (wash load). Sedangkan partikel yang lebih besarAntara lain, pasir
cenderung bergerak dengan melompat. Lebih banyak partikel pasir berukuran
besar, misalnya kerikil (gravel) bergerak dengan merayap atau menggelinding di
dasar sungai (bed load).

Ukuran sedimen yang diangkut oleh aliran air ditentukan oleh interaksi
faktor-faktor sebagai berikut: ukuran sedimen yang masuk ke sungai/saluran air,
karakteristik saluran, debit, dan karakteristik fisik partikel endapan. Besarnya
sedimen yang masuk ke sungai dan besarnya debit ditentukan oleh faktor iklim,
topografi, geologi, vegetasi, dan metode pertanian di daerah tersebut resapan air
yang merupakan asal mula sedimen. Sedangkan ciri-cirinya sungai-sungai penting,

6
terutama morfologi sungai, tingkat kekasaran dasarnya sungai, dan lereng sungai.
Interaksi dari masing-masing faktor yang disebutkan di atas akan menentukan
jumlah dan jenis sedimen serta kecepatan pengangkutan sedimen. Berdasarkan
jenis sedimen dan ukuran partikel tanah serta komposisi mineral dari bahan induk
yang menyusunnya, diketahui berbagai jenisnya sedimen seperti pasir, lempung,
dan lain-lain. Tergantung pada ukuran partikel, sedimen ditentukan untuk larut di
sungai atau disebut muatan sedimen (sedimen tersuspensi) dan merayap di dasar
sungai atau dikenal sebagai sedimen dasar (bed load).

Berdasarkan ukurannya, sedimen dapat dibagi menjadi empat yaitu :

a) Liat ukuran partikelnya< 0,0039 mm


b) Debu ukuran partikelnya 0,0039-0,0625 mm
c) Pasir ukuran partikelnya 0,0625-2,0 mm
d) Pasir besar ukuran partikelnya 2,0-64,0 mm

Proses sedimen transport dapat diuraikan menjadi tiga, sebagai berikut :

a) Detasemen curah hujan pada material sedimen ditemukan di tanah sebagai


akibat dari erosi percikan memindahkan partikel tanah dan akan terbawa arus
permukaan (overland flow).
b) Limpasan permukaan juga menghilangkan material sedimen yang ditemukan
di tanah, kemudian hanyut ke alur-alur (rills), dan seterusnya ke dalam parit
akhirnya ke sungai.
c) Pengendapan sedimen, terjadi ketika kecepatan aliran dapat pick up speed
yang dipengaruhi oleh ukuran partikel sedimen dan kecepatan aliran. Ada dua
kelompok cara transportasi sedimen dari batuan induk ke tempat
penyimpanan yaitu suspensi (suspended load) dan (bed load transport).

2.1.4. Mekanisme Pergerakan Sedimen

Sungai adalah aliran air di atas permukaan bumi yang selain mengedarkan
udara, juga mengangkut sedimen yang terkandung dalam air sungai itu. Pergerakan
butiran tanah atau butiran pasir individu karena dihancurkan tetesan air hujan atau
didorong oleh aliran air di alur-alur kecil ini gerakan fluvial. Gaya yang

7
menyebabkan partikel bergerak ditemukan di atas permukaan dasar sungai dan gaya
geser dan gaya angkat yang ditimbulkan oleh kekuatan aliran air sungai.

Pergerakan massa sedimen adalah pergerakan air yang bercampur dengan


massa sedimen dengan konsentrasi sangat tinggi, sungai berarus deras, di lereng
gunung atau gunung berapi. Pergerakan sedimen ini disebut npeluruha sedimen
biasanya dapat terjadi pada arus deras dengan kemiringan dari 15 o.

Bahan utama sedimen yang membusuk biasanya terdiri dari pasir atau lanau
yang kerikil dan batu dengan berbagai proporsi dan ukuran. Ukuran batubatuan
yang terdapat pada endapan peluruhan bervariasi dari beberapa (cm) sampai (m).
Sedimen pelapukan yang materialnya berasal dari pelapukan batuan yangsebagian
besar berupa pasir disebut aliran pasir (sand flow) dan ada pula yang Lumpur yang
banyak itu disebut slurry (aliran lumpur). Selain itu sedimennya lurus Material yang
berasal dari hasil letusan gunung berapi disebut banjir lahar dingin.

Pasokan sedimen yang besar dari kemampuan transportasi akan terjadi


pengumpulan. Sedangkan suplai sedimen lebih kecil dari kapasitas angkut,
sehingga degradasi akan terjadi. Kemampuan angkut itu sendiri dipengaruhi oleh
debit,kecepatan aliran rata-rata, kemiringan, tegangan geser dan karakteristik
endapan. Untuk menghindari agradasi dan degradasi, kondisi harus diciptakan
keseimbangan di sungai. Kondisi keseimbangan di sungai akan terjadi jika suplai
sedimen (terutama dari DAS) sama dengan kapasitas angkut sistem sedimen sungai.

Mekanisme pengangkutan butir-butir tanah yang terbawa air aliran dapat


diklasifikasikan menjadi beberapa bagian sebagai berikut:

a) Wash Load Transport atau pengangkutan sedimen pencucian, yaitu material


wash loadberasal dari pelapukan lapisan permukaan tanah yang menjadi
gembur debu halus selama musim kemarau ini. Kemudian dibawa ke sungai
baik oleh angin atau oleh hujan yang turun lebih dulu di musim hujan,
sehingga jumlah sedimen di awal musim hujan lebih dari dengan keadaan
lain.

8
b) Suspended Load Transport atau angkutan sedimen tersuspensi. Yaitu,
detailnya tanah bergerak di udara. Pergerakan butir-butir tanah ini terus
berlanjut terus menerus dikompresi oleh gerakan aliran yang turbulen
sehinggA butir-butir tanah bergerak di atas saluran. Material beban
tersuspensi terjadi dari pasir
c) Saltation Load Transport atau angkutan sedimen loncat, yaitu perpindahan
butir-butir tanah bergerak dalam aliran air di antara gerakan-gerakan yang
ditangguhkan beban dan beban tempat tidur. Partikel tanah bergerak terus
menerus dengan meloncat dan memantul di sepanjang saluran tanpa
menyentuh dasar saluran. Bed Load Transport atau angkutan sedimen dasar
yaitu adalah pengangkutan butir-butir tanah berupa pasir kasar (kasar dan)
yang bergerak dengan cara menggelinding (rolling), mendorong dan
menggeser (mendorong dan meluncur) terus menerus atas dasar aliran yang
gerakannya dipengaruhi oleh gaya tarik. Gerakan ini kadang-kadang dapat
mencapai jarak tertentu yang ditandai oleh partikel bergerak ke hilir.

2.1.5. Laju Sedimentasi

Menurut Syamsudin Aris (2016), tingkat sidementasi adalah jumlah hasil


sedimen per satuan luas daerah tangkapan air (DTA) atau daerah aliran sungai
(DAS) per satuan waktu dalam (dalam satuan ton/ha/tahun atau mm/tahun) faktor
yang mempengaruhi laju sedimentasi, antara lain:

a) Jumlah dan intensitas hujan


b) Tipe tanah dan formasih geologi
c) Penutupan lahan
d) Penggunaan lahan
e) Topografi
f) Kondisi drainase alami yang meliputi : bentuk, jaringan , kerapatan, gradien,
ukuran dan arah
g) Run off
h) Karakteristik sedimen, seperti ukuran butir dan mineralogi, dan
i) Karakteristik hidrolika saluran (sungai).

9
2.2. HIDROLOGI

2.2.1. Hidrologi Sungai

Menurut Chow (1992), bahwa saluran yang mengalirkan air dengan


permukaan bebas disebut saluran terbuka, menurut asalnya saluran dapat
digolongkan sebagai dua:

a) Saluran drainase pinggir jalan buatan, saluran irigasi untuk mengairi sawah,
selokan, saluran untuk menyediakan air ke pembangkit listrik pembangkit
listrik tenaga air, kanal untuk memasok air minum dan saluran banjir.
b) Saluran alami mencakup semua saluran udara yang terjadi secara alami di
bumi, mulai dari parit kecil di pegunungan, sungai, sungai besar hingga muara
sungai, dan air bawah tanah mengalir dengan permukaan bebas.

Sifat independen saluran alam biasanya sangat tidak pasti, dalam beberapa
hal dapat dibuat menurut asumsi yang cukup sesuai dengan pengamatan dan
pengalaman nyata, jadi aliran di saluran ini dapat diterima untuk menyelesaikan
analisis hidrolika teoritis. Studi selanjutnya tentang perilaku aliran alam
membutuhkan pengetahuan di bidang lain, seperti hidrologi, geomorfologi,
transpor sedimen dan sebagainya ini membutuhkan pengetahuan yang disebut
hidrolika sungai. (Chow, 1992).

2.2.2. Luas Penampang Basah

Menurut (Chow, 1959), luas penampang basah adalah luas penampang


melintasi aliran tegak lurus terhadap arah aliran. Ada beberapa rumus luas
penampang basah, sesuai dengan bentuknya

10
Gambar 2.3. Rumus luas penampang basah pada bentuk-bentuk umum saluran

2.2.3. Kecepatan Aliran

Kecepatan aliran yang disebabkan oleh tekanan pada permukaan air karena
adanya Perbedaan cairan antara udara dan air juga disebabkan oleh gaya pada
dinding saluran maka kecepatan aliran pada a penampang tidak seragam (Chow
1959).

Selanjutnya Chow (1959), mengatakan bahwa kecepatan maksimum


umumnya terjadi pada jarak 0,05 sampai 0,25 dikalikan dengan kedalaman airnya
dihitung dari permukaanya air. Namun pada sungai yang sangat lebar dengan
kedalaman dangkal (shallow), kecepatan maksimunterjadi pada permukaan air
(Robert. J Kodatie, 2009). Makin sempit saluran kecepatan maksimumnya semakin
dalam.

2.2.4. Debit Aliran

Laju aliran Laju aliran air (dalam hal volume air) yang melewati sebuah
bagian melintasi keselarasan waktu. Dalam SI. sistem unit Jumlah debit dinyatakan
dalam meter kubik per detik (m3/titik) (Chay Asdak, 2014).

Pengukuran laju aliran di lapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui


empat kategori (Chay Asdak, 2014):

a) Pengukuran volume air sungai.


b) Pengukuran debit dengan mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas
penampang sungai

11
c) Mengukur debit menggunakan bahan kimia yang digunakan dalam aliran
(substance tracing method).
d) Pengukuran debit dengan membuat alat ukur seperti weir (aliran air lambat)
atau flume (aliran air cepat)

2.3.1. KARAKTERISTIK SEDIMEN

Adapun karakterisitik sedimen yang berhubungan dengan pengangkutan


sedimen :

2.3.2. Gradasi

Gradasi atau susunan butir adalah distribusi ukuran agregat. Distribusi


Variabel ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu gap grade, grade kontinu dan grade
seragam. Gradasi agregat dibedakan menjadi, sebagai berikut :

a) Bergradasi seragam adalah gradasi agregat dengan ukuran butir yang


menghalangi adalah sama. Gradasi seragam ini disebut juga gradasi terbuka
(gradasi terbuka) karena hanya mengandung sedikit agregat halus sehingga
terdapat banyak rongga/ruang kosong antar agregat.
b) Gradasi densitas adalah gradasi agregat yang didalamnya terdapat butir-butir
dari agregat kasar ke agregat halus, sehingga sering juga disebut gradasiterus
menerus, atau bergradasi baik.
c) Gap graded adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat ada yang tidak
lengkap atau ada pecahan agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit
sekali. campuran aspal dengan gradasi ini memiliki kualitas pearalihan dari
kondisi campuran dengan gradasi yang disebutkan di atas.

2.3.3. Ukuran Butir Sedimen

Ukuran butir sedimen adalah salah satu karakteristik terpenting penting dan
banyak digunakan dalam persamaan transpor sedimen. Berikut ini ukuran butiran
yang direpresentasikan :

a) Diameter nominal (dn), yaitu diameter bola yang memiliki volume sama
dengan volume butiran

12
b) Diameter jatuh (Fall velocity), yaitu diameter bola dengan berat jenis 2.65
yang memberikan kecepatan penurunan butir standar
c) Diameter sedimen, yaitu diameter bola yang memiliki berat dan kecepatan
deposit butiran sedimen, dalam cairan yang sama dan dalam kondisi yang
berbeda sama.
d) Diameter saringan, yang paling sering digunakan dengan ukuran butir
sedimen yang diukur dengan ayakan yang mengukur diameter butir sedimen,
cara ini dilakukan untuk butir yang memiliki diameter lebih besar dari 0,06
mm, sesuai dengan ukuran terkecil terkecil.

2.3.4. Bentuk Butir Sedimen

Bentuk butir sedimen adalah salah satu sifat sedimen yang paling umum
diduga berpengaruh pada proses transpor sedimen. Bentuk biji-bijian sedimen
diwakili oleh koefisien/parameter yang menjadi tiga bagian yaitu:

a. Sphericity
1) Koefisien/parameter yang sering digunakan untuk mendefinisikan bentuk
butir sedimen berdasarkan volumenya adalah sphericity.
2) Untuk bentuk butir sedimen berbentuk bola, nilai sphericity sama dengan
satu.
3) Untuk bentuk yang lain, nilai sphericity kurang dari pada satu.
b. Roundness
1) Koefisien/parameter yang biasa digunakan untuk mendefinisikan bentuk
sedimen berdasarkan proyeksi luasan butir sedimen adalah roundness
2) Koefisien roundness digunakan untuk menunjukkan keruncingan
ujungujung butir sedimen
c. Shape factor
1) Untuk nilai shape factor didasarkan pada nilai-nilai sumbu triaxial yang
saling tegak lurus, yaitu sumbu panjang a, sumbu menengah b, sumbu
pendek 1

13
2) Untuk butiran berbentuk bola,nilai shape factor ini akan sama dengan satu.
sedangkan untuk butiran dengan bentuk selain bola, nilai shape factor lebih
kecil dari satu.
3) Shape factor mempengaruhi besar kecilnya hambatan aliran CD.

2.3.5. Volume dan Berat Jenis Sedimen

Berat volume sedimen adalah berat butir partikel sedimen per satuan volume
sedangkan berat jenis (specific gravity) sedimen adalah rasio berat butir partikel
sedimen dengan berat volume udara (Ponce, 1989). Berat jenis sedimen umumnya
diperkirakan sekitar 2,65 kecuali material yang berat seperti magnetit (berat jenis
5.18).

2.3.6. Kecepatan Jatuh

Kecepatan jatuh partikel adalah kecepatan akhir sedimen untuk mengendap


di udara diam. Menurut Ponce (1989), kecepatan jatuh adalah fungsi dari ukuran,
bentuk, kerapatan partikel, volume partikel dan kekentalan udara di sekitarnya.

Untuk bilangan Reynol partikel lebih besar dari 0,1, CD masih merupakan
fungsi dari

Bilangan Reynolds, tetapi mungkin tidak terlihat dalam bentuk analitis. Oleh
karena itu kecepatan jatuh bervariasi dengan suhu dan viskositas, dua partikel
dengan ukuran, bentuk, dan kerapatan yang sama jatuh pada dua cairan dengan
viskositas berbeda atau pada suhu cairan yang sama berbeda, itu akan memiliki
kecepatan jatuh yang berbeda.

14
BAB III

METODOLOGI

3.1. KERANGKA TEORITIS

Gambar 3.1. Bagan alir

15
3.2. LOKASI YANG DIKAJI

Lokasi penelitian terletak di Sungai Maros, Desa Pettuadae, Kecamatan


Turikale. Lokasi penelitian berlangsung di bagian hilir Sungai Maros. Lokasi dari
Makassar menuju lokasi penelitian berada di pertigaan jalan, belok kanan menuju
Desa Pettuadae di posko Sungai Maros Kassi. Secara geografis, aliran Sungai
Maros terletak pada 05000”31.6'LS dan 119034'30.6'BT dengan total luas sungai
277 km2.

Gambar 3.2. Lokasi yang dikaji (sumber : Google Earth Pro)

3.3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, dimana pada bulan pertama


melakukan survey lokasi, pada bulan kedua pengumpulan data, bulan ketiga
persiapan penelitian.

3.3.1. Prosedur

Adapun prosedur yang dilakukan untuk memperoleh data pendukung, sebagai


berikut:

1) Pengambilan sampel dilapangan, tempatnya di Sungai Maros pada bagian


hilir sungai.

16
2) Setelah itu contoh tanah yang telah diambil dikeringkan (angin), untuk
percobaan analisa ayakan dan berat jenis.
3) Analisa saringan dimaksudkan untuk menentukan jenis material sedimen
berdasarkan butiran..
4) Dari pengujian ini didapatkan jumlah dan distribusi ukuran sedimen
dengan menggunakan saringan yang sesuai dengan standar ASTMD 422.
5) Pengujian berat jenis sedimen dilakukan berdasarkan SNI 1964:
2008. Standar ini menetapkan prosedur uji untuk menentukan berat
menentukanerat jenis tanah lolos saringan yang diameter 0,425 mm (NO.
40).
6) Setelah mendapatkan sampel yang lolos saringan NO. 40, sampel yang
telah dilarutkan tersebut di masukkan kedalam wadah (pan), setelah itu
di oven selama 24 jam.
7) Setelah sampel dioven selama 24 jam, sampel siap untuk diambil
datanya. Selanjudnya, untuk penentuan berat jenis.
8) Pada data yang telah di peroleh dari laboratorium, maka perhitungan sedimen
dasar sudah dapat di olah. Sedangkan untuk perhitungan sedimen
melayang dapat dihitung pula dengan menggunakan data kadar lumpur.

17
Gambar 3.3. Bagan alir prosedur

3.3.2. Data yang Digunakan

1. Sumber Data
Data yang digunakan berupa data sekunder yang bersumber dari sumber
peneliti terdahulu, sebagai berikut:

18
1) Data peta topografi
2) Data DAS
3) Data dimensi sungai
4) Data konserpasi sungai
5) Data Profil sungai

3.3.3. Metode Analisis

Adapun metode analisis yang digunakan dalam pembuatan makalah ini


adalah :

1) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain


diantaranyaadalah kecepatan Aliran (V) Luas penampang(A) Kedalaman
Aliran(h).
2) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain diantaranya.
Adalah Debit Aliran (Q), Debit Sedimen Melayang (QSM),Debit sedimen
Dasar (QSD),Volume Tampangan Sedimen (Vol).

Untuk tiap-tiap metode analisis dapat digunakan sebagai berikut :

1) Penentuan luas penampang basah

A=bxh

2) Penentuan kecepatan aliran menggunakan curren meter PC. No. 2-85-11

N < 0,5 maka V = 0,4533 N + 0,0106 (m/det)

N > 0,5 maka V = 0,4905 N + 0,008 (m/det)

3) Debit aliran menggunakan rumus

Q=VxA

4) Dengan laju sedimentasi melayang menggunakan metode perhitungan


sedimen melayang berdasarkan pengukuran sesaat.
5) Perhitungan laju sedimen dasar menggunakan persamaan Mayer Peter muller.

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. DATA YANG DIGUNAKAN

Pada pembahasan kali ini penulis akan memaparkan hasil observasinya


langsung dilakukan di lapangan, dimana penulis mulai melakukan peninjauan di
Sungai.

Dalam penelitian ini, penulis mengambil data dan sampel di kawasan hilir
jembatan poros Makassar–Maros, Kota Maros, secara geografis 050 00” 31.6’ LS -
1190 34’ 30.6 ’BT.

Data sedimen dasar dalam penelitian ini diperoleh dari data primer, dimana
data diambil dari lapangan yaitu kecepatan aliran sungai, sampel Sedimen dasar,
dan sampel yang telah diambil, diuji di laboratorium. Adapun hasil tes
laboratorium:

Tabel 4.1. Hasil pengujian sedimen dasar analisa saringan Sungai Maros

Persen (%)
Saringan No Berat tertahan (gr) Berat komulatif (gr)
Tertahan Lolos
4 4,75 5,8 5,8 1,16 98,84
10 2 25 29,7 5,94 94,06
18 0,825 77 78,8 15,76 84,24
40 0,425 165 119,5 23,9 76,1
60 0,25 136 156,1 31,22 68,78
100 0,15 57 274,1 54,82 45,18
200 0,075 34,2 336 67,2 32,8
Pan 0 500 100 0 0

4.2. ANALISA PERHITUNGAN

4.2.1. Perhitungan Diameter Sedimen Dasar

Penentuan diameter sedimen dalam hal ini melalui percobaan Analisis filter
dilakukan di laboratorium, sehingga dari hasil percobaan Dari sini bisa
mendapatkan nilai diameter butir atau koefisien gradasi sedimen Dari Tabel 4.1
dapat dilihat dengan menghitung filter No 90 sebagai berikut :

20
a. Saringan No. 90 (D90)
100 − 60 0,15 − 0,25
=
100 − 90 0,15 − 𝐷90
40 −0,103
=
10 0,15 − 𝐷90
1,03 = 6 − 40. 𝐷90
40. 𝐷90 = 7,03
7,03
𝐷90 =
40
𝐷90 = 0,173 mm
b. Saringan No.90 (Lolos saringan)
100 − 60 45,18 − 68,78
=
100 − 90 45,18 − 𝐷90
40 −23,6
=
10 45,18 − 𝐷90
−236 = 1,807 − 40. 𝐷90
40. 𝐷90 = 2,043
2,043
𝐷90 =
40
𝐷90 = 51,07 %

Dari hasilperhitungan analisa lolos saringan No. 90 (0,173) diperoleh sebesar


51,07%

4.2.2. Perhitungan Besarnya Sedimen Dasar

Untuk menghitung jumlah sedimen dasar di Sungai Maros digunakan data


sekunder berupa pengukuran debit sungai, hasil uji laboratorium pada material bed
load dan data pendukung lainnya. Perhitungan sedimen Dasar (bed load) dalam
penelitian ini adalah persamaan Meyer Peter Muller.

Adapun rumus yang digunakan sebagai perhitungan pada pembahasan adalah


rumus yang disederhanakan oleh M-P-M.

Data yang digunakan antara lain:

𝐴 = 103,656

21
𝑉 = 103,656 m/det

𝑄 = 1,678

𝐻 = 0,80

𝑆 = 0,0025

𝑃 = 68,64

𝑅 = 1,756

𝐷90 = 0,73

𝐵 = 69,600

𝐺 = 9,81 m2/s

𝛾𝑠 = 2,332

𝛾𝑤 = 1

Maka :
1
3 𝛾𝑤 1
√𝜌 = 𝑔
= 9,81 = (0,102)3

𝜌 = 0,467 t/m3

k/k diambil 1
3 3
1,0(2,332)(1,0)2(0,0025) (𝑞𝑠)2
= − 0,047 = 0,25(0,467) 0,173(2,54−1)
0,173(2,54−1)

3
0,757
= − 0,047 = 3,2076 = 0,0475(𝑞𝑠)2
0,0236

𝑞𝑠 = 0,0148

𝑄𝑠 = 𝐵. 𝑞𝑠

𝑄𝑠 = 69,600 × 0,0475

𝑄𝑠 = 3,306 kg/s

𝑄𝑠 = 3,306 × 10−3 ton/s

22
Jadi :

Ditinjau selama satu hari = 24 . 3600 . (3,306 × 10−3 ) = 285,638 ton/hari

Ditinjau selama satu tahun = 285,638 × 365 = 104258,016 ton/tahun

4.3. PEMBAHASAN

Adapun yang dibahas adalah tentang hasil perhitungan. Dengan mengambil


sampel sedimen dasar dan menguji sampel di laboratorium, memperoleh data kadar
air sedimen, kerapatan sedimen dan analisis ayakan, maka jumlah sedimen dapat
diketahui. Dalam tugas akhir ini Pengukuran beban sedimen dasar dilakukan
dengan beberapa metode mendekati.

Berdasarkan persamaan berbagai persamaan untuk memperkirakan muatan


sedimen dasar telah banyak dikembangkan, meskipun aplikasinya untuk di
lapangan masih perlu studi lebih lanjut, beberapapersamaan untuk perkiraan secara
umum, dikembangkan dari penyelidikan di laboratorium dalam skala kecil,
penerapannya juga terbatas pada kesamaan kondisi hidrolik dan material sedimen
yang digambarkan sebagai kondisi tidurKetika persamaan ini dikembangkan,
umumnya persamaan Meyer-Peter digunakan dan Meyer Petter Muller. Kemudian
didapatkan debit sedimen dasar berdasarkan persamaan M-P-M.

Dari hasil perhitungan dengan beberapa persamaan diperoleh dapat dilihat


pada tabel Dari tabel terlihat bahwa persamaanMayer Peter lah yang mendekati
hasil perhitungan di lapangan. Yang seperti itu perhitungan yang cukup efisien
digunakan di Sungai Maros untuk menghitung sedimen dasar adalah metode Peter
Mayer (M-P).

Diperoleh berdasarkan perhitungan besarnya sedimen dasar pada bagian hilir


sungai maros sebesar 285,638 ton/hari dan jika dikonversikan selama setahun
maka didapat sebesar 104258,016 ton/tahun.

23
BAB V

KESIMPULAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil-hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab


sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:

1) Berdasarkan pengujian dan analisa pada partikel sedimen di Sungai Maros


didapat ukuran butiran berdiameter 0,173 mm dan lolos saringan No. 90
dengan persentase sebesar 51,07%
2) Berdasarkan data sekunder yang telah dianalisis besarnyasedimen dasar
dengan metode M-P pada bagian hilir Sungai Maros didapat hasil sebesar
285,638 ton/hari dan jika dikonversikan selama setahun maka didapat
sebesar 104258,016 ton/tahun

5.2. SARAN

Adapun saran yang dapat ditulis pada pembuatan makalah ini adalah tentunya
terhadap penulis telah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Mulai dari sistematika
penulisan dan Analisa-analisa dalam pembuatan makalah ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Boangmanalu Artah Olihen, Indrawan Ivan.2012.”Kajian Laju Angkutan Sedimen pada


Sungai Wampum” jurnal Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
Asdak, C.2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Irwan Musa Muhammad, 2012 “Analisis Sidementasi Pada Sungai Pattiro
Yono, Suci & Zakaria, Muh.Ibnu. 2020. “ Analisa Karakteristik dan Laju Sedimentasi di
Bagian Hilir Sungai Maros” Skripsi Jurusan Sipil Pengairan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Makasar
Irwan Musa Muhammad, 2012 “Analisis Sidementasi Pada Sungai Pattiro
KabupatenBone Sulawesi Selatan“ Skripsi Jurusan Sipil Pengairan Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Makasar.
Mokonio Oliviana, 2013. “Analiss Sidementasi Di Muara Sungai Saluwangko Di Desa
Tounnlet Kecematan Kakas Kabuten Minahasa “. Skirpsi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulang .
Rezky Pratama Patta Noer , 2017 “ Analisis Angkutan Sedimen Dasar Pada Saluran
TerbukaDengan Variasi Butiran Sedimen“.Skiripsi Jurusan Sipil Pengairan
Fakultas Teknilk Universitas Muhammadiyah Makassar.
Soewarno. 1995. “Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Jilid 1”. Bandung : Nova
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press: Yogyakarta
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air: Jakarta
Balai Wilayah Sungai Sumatera V. 2014. Studi Komprehensif Aliran Sungai Batang
Arau. PT. Mitra Plan Enviratama: Padang
Indra, J., 2014. Pengaruh Erosi Lahan Terhadap Angkutan Sedimen Melayang
(Suspended Load) Di DAS Krueng Montara. TGA, Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh
Asdak, C., 2004, Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Universitas Gajah
Mada: Yogyakarta.
Sukri Banuwa,Irwan. 2013. Erosi. Kencana Prenada Media Group: Jakarta
Etika Putriasri, Anggun. 2013. Kajian Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Anak Sungai
Cimanuk (Studi Kasus: Sub DAS Cikamiri). Tesis ITB: Bandung
Sunu Perbawa, Gede Lanang. 2013. Kajian Sedimentasi pada Waduk Gerokgak di
Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. Tesis ITB: Bandung
SNI 1964:2008, Cara Uji Berat Jenis Tanah, Badan Standarisasi Nasional.
Khatib Anwar., Adriati, Yolly., Wahyudi. AE., Analisis Sedimentasi dan Alternatif
Penanganannya di Pelabuhan Selat Baru Bengkalis, Prosiding pada Konferensi
Nasional Teknik Sipil ke 7, Surakarta.
ASTM D 422, 2007, Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils.
Setiyadi, 2013, Prediksi Kecepatan Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling, Seminar
Nasional Teknik Kimia Subardjo Brotohardjono X, UPN Veteran, Surabaya.
Tyoso B.W., 1991, Bahan Penataran Pengolahan Data Secara non Statistik, PT. Pupuk
Sri Wijaya, Palembang.
Setiyadi, 2013, Prediksi Kecepatan Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling, Seminar
Nasional Teknik Kimia Subardjo Brotohardjono X, UPN Veteran, Surabaya.
Banuwa, I.S. 2013. Erosi.Jakarta : Prenadamedia Group
Lubis, A.M. 2016. Analisis Sedimentasi di Sungai Way Besai. Skripsi. Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
Nashrillah, F. 2018. Bendungan Sutami Malang Kembali Dapat Izin Operasi,URL
:https://jatim.idntimes.com/news/jatim/bela-ikhsan-asaat/lolos-auditbendungan-
sutami-malang-kembali-dapat-izin-operasi/full

Anda mungkin juga menyukai