Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PUSKESMAS IMOGIRI II
PUSKESMAS IMOGIRI II
DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL
2022
i
LEMBAR PENGESAHAN
No Dokumen:
Tanggal Terbit :
No Revisi : 00
Kepala Puskesmas
ii
KATA PENGANTAR
Tim Mutu
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................i
Lembar Pengesahan...........................................................................ii
Kata Pengantar.................................................................................iii
Daftar Isi...........................................................................................iv
Daftar Tabel......................................................................................vi
Daftar Gambar.................................................................................vii
Daftar Lampiran.............................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Tujuan Pedoman.........................................................................2
C. Sasaran Pedoman......................................................................2
A. Batasan Operasional..................................................................3
F. Landasan Hukum......................................................................5
B. Distribusi Ketenagaan................................................................9
C. Jadwal Kegiatan.........................................................................9
A. Denah Ruang...........................................................................10
B. Standar Fasilitas......................................................................10
B. Metode.....................................................................................11
C. Langkah Kegiatan......................................................................13
BAB V LOGISTIK..............................................................................18
iv
BAB VI KESELAMATAN PASIEN.......................................................19
D. Deteksi dini...............................................................................40
E. Upaya Kuratif............................................................................40
B. Analisis data............................................................................43
C. Penyempurnaan........................................................................43
BAB IX PENUTUP.............................................................................44
Daftar Pustaka
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan kegawatdaruratan merupakan pelayanan yang dapat
memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok
orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya
kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan pelayanan kegawatdaruratan
ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi
pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam
keadaaan bencana.
Puskesmas Imogiri II senantiasa berusaha menempatkan diri sesuai
amanah sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP)
tingkat pertama yang mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya di wilayah kerja puskesmas.
Upaya kesehatan perseorangan (UKP) yang dilaksanakan Puskesmas
Imogiri II mencakup serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan, mencegah, mengobati penyakit, mengurangi penderitaan
akibat penyakit dan memulihkan kesehatan individu atau pelanggan (pasien)
di wilayah kerja puskesmas maupun pelanggan yang berkunjung ke
puskesmas.
1
Pelanggan Puskesmas Imogiri II selain mengharapkan mendapatkan
pelayanan kesehatan sebaik- baiknya, pelanggan (pasien) dan keluarga juga
mengharapkan kenyamanan dan keamanan baik dari segi petugas yang
cekatan, kenyamanan ruang tunggu, antrian yang tidak terlalu lama,
kebersihan toilet maupun dari sumber daya manusia yang bertugas di tempat
pelayanan kesehatan bekerja secara profesional
Puskesmas Imogiri II senantiasa berupaya mempersembahkan
pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai perkembangan ilmu dan teknologi
kesehatan serta tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih
baik. Pelayanan kesehatan yang diberikan juga harus memperhatikan
keselamatan pasien dan kebutuhan pelanggan
Berbagai hal inilah yang mendasari penyusunan Pedoman Pelayanan
Kegawatdaruratan Puskesmas Imogiri II yang bertujuan untuk menjaga dan
meningkatkan mutu layanan, sumber daya manusia serta sarana dan
prasarana puskesmas Imogiri II pada masa adaptasi kebiasaan baru covid 19.
B. Tujuan Pedoman.
a. Tujuan Umum
Tersedianya pedoman sebagai acuan penyelenggaraan pelayanan
kegawatdaruratan di Puskesmas Imogiri II
b. Tujuan Khusus
1. Terlaksananya pelayanan kegawatdaruratan secara komprehensif oleh
SDM yang profesional berdasarkan prosedur pada masa adaptasi baru
covid 19, dalam lingkungan yang aman dan nyaman.
2. Terlaksananya perbaikan layanan secara berkelanjutan.
3. Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan
kesehatan di Puskesmas Imogiri II.
C. Sasaran Pedoman
Sasaran dari pedoman ini adalah semua staf medis dokter, dan
paramedis (perawat, bidan) dalam pelaksanaan pelayanan kegawatdaruratan
di puskesmas Imogiri II pada masa adaptasi kebiasaan baru covid 19.
2
D.Ruang Lingkup Pedoman
Ruang lingkup pedoman pelayanan kegawatdaruratan ini adalah
pelayanan rawat jalan tingkat pertama Puskesmas Imogiri II, tanpa tinggal di
ruang rawat inap sarana kesehatan strata pertama. Pelayanan kesehatan
kegawatdaruratan Puskesmas Imogiri II meliputi pelayanan di puskesmas
induk. Ruang lingkup pelayanan kegawatdaruratan di Puskesmas Imogiri II
meliputi:
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya ( akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolonngan
secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat, keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, keadaan tidak gawat dan tidak darurat
E. Batasan Operasional
1. Ruang Kegawatdaruratan
Adalah unit pelayanan di Puskesmas Imogiri II yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman
kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai
multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan pasien yang berdasarkan atas berat
ringannya trauma / penyakit serta kecepatan penanganan /
pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan pasien yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa
yang timbul.
4. Survey Primer
3
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan –
perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah
dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan
mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan
sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang
datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan
cedera fisik, mental dan sosial.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat
kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan
4
sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional
yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dari salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1) Susunan saraf pusat
2) Pernafasan
3) Kardiovaskuler
4) Hati
5) Ginjal
6) Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan
oleh :
1) Trauma / cedera
2) Infeksi
3) Keracunan ( poisoning )
4) Degerenerasi ( failure)
5) Asfiksi
6) Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar
( excessive loss of water and electrolit )
7) Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler,
pernafasan dan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam
waktu singkat ( 4 – 6 ), sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain
dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama. Dengan
demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1) Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2) Kecepatan meminta pertolongan
3) Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
5
F. Landasan Hukum
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
1. Tenaga Medis
2. Tenaga Paramedis
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan penyelenggara pelayanan
kegawatdaruratan dikoordinir oleh kepala puskesmas bersama penanggung
jawab UKP (upaya kesehataan perorangan), koordinator unit layanan
kegawatdaruratan serta tenaga paramedis sesuai dengan kesepakatan.
7
Tabel 1. Distribusi Ketenagaan
No Jenis Ketenagaan PNS PTT BLUD Honor Keterangan
daeraha
1 Kepala Puskesmas 1
3 Perawat 6 2
4 Bidan 9
Jumlah = 22 orang 19 3
a. Jadwal Kegiatan.
Puskesmas Imogiri II melakukan pelayanan setiap hari kerja, Senin sampai
Kamis jam 08.00-11.00 dan Jum’at sampai Sabtu jam 08.00-10.00 .
Penjadwalan petugas ada 1 dokter dan 2 paramedis dipelayanan
kegawatdaruratan Puskesmas Imogiri II yang bertugas saat itu.
8
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Pelayanan kegawatdaruratan berlokasi dilantai 1 gedung utama yang
terdiri dari ruangan triage dan ruang tindakan kebidanan/ persalinan
B. Standar Fasilitas
Standar fasilitas, sarana dan prasarana Puskesmas Imogiri II mengacu
pada lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat
9
10
11
12
13
14
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
B. Metode
15
Informasi pendaftaran harus tersedia dengan jelas yang dapat
dengan mudah diakses dan dipahami oleh pasien, Penyampaian
informasi tentang jadwal dan jenis layanan, tarif, media jaminan, alur
pendaftaran dan pelayanan, fasilitas rujukan dengan memperhatikan
latar belakang, sosial, budaya, dan bahasa yang dimiliki oleh pasien.
a. Anamnesis ( Subyektif )
Hasil anamnesis berisi keluhan utama maupun keluhan
penyerta yang sering disampaikan oleh pasien atau keluarga pasien.
Penelusuran riwayat penyakit yang diderita saat ini, penyakit lainnya
yang merupakan faktor risiko, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
penyakit keluarga, riwayat sosial, dan riwayat alergi menjadi
informasi yang digali pada bagian ini.
Pada beberapa penyakit, bagian ini memuat informasi spesifik
yang harus diperoleh dokter dari pasien atau keluarga pasien untuk
menguatkan diagnosis penyakit.
b. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang klinis yang spesifik, mengarah kepada diagnosis penyakit
(pathognomonis). Meskipun tidak memuat rangkaian pemeriksaan
fisik lainnya, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik
menyeluruh tetap harus dilakukan oleh petugas layanan klinis
primer untuk memastikan diagnosis serta menyingkirkan diagnosis
banding.
c. Penegakan Diagnosis (Assessment)
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat
ditegakkan dengan anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Beberapa
penyakit membutuhkan hasil pemeriksaan penunjang untuk
memastikan diagnosis atau karena telah menjadi standar algoritma
16
penegakkan diagnosis. Selain itu, bagian ini juga memuat kode
klasifikasi penyakit, diagnosis banding, dan komplikasi penyakit.
C. Langkah Kegiatan
1. Pendaftaran pasien
17
medis dengan menunjukan identitas atau kartu jaminan kesehatan.
Sebagai bukti pasien/ keluarga sudah mendaftar di bagian rekam
medis akan memberikan buku register pasien untuk diisi oleh dokter
dan paramedis yang bertugas dipelayanan kegawatdaruratan.
18
Pemberian informasi mengenai efek samping dan risiko pelaksanaan
layanan dan pengobatan diberitahukan kepada pasien begitu juga hal-hal
yang memuat pendidikan dan penyuluhan pasien dilakukan dalam
rencana layanan kegawatdaruratan. Semua hal yang dilakukan selama
pengkajian tercatat dibuku rekam medis pasien.
Pada pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan
dalam pelayanan berdasarkan sop triase/pedoman triase. Adanya
pembentukan tim kesehataan antar profesi diperlukan bila dilakukan
pelayanan kegawatdaruratan secara tim.
Pendelegasian wewenang pada layanan klinis diperlukan untuk
diperlukan agar terjaga kesinambungan pelayanan dan pelayanan terjaga
dan tertata dengan baik sehingga penanganan pasien dapat dilakukan
dengan baik.
Namun dalam pelaksanan pendelegasian wewenang baik dalam
kajian mapun keputusan layanan harus dilakukan melalui proses
pendelegasian wewenang dan pendelegasian wewenang diberikan kepada
tenaga kesehatan profesional yang memenuhi persyaratan dimana diatur
dalam SOP pendelegasian wewenang
3. Pelaksanaan layanan
Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur
pelayanan kegawatdaruratan sesuai dengan rencana layanan dan
perkembangan serta perubahan rencana layanan tercatat dalam rekam
medis oleh tenaga medis/paramedis dan profesi kesehatan lainya.
Pelaksanaan layanan ini dilaksanakan secara tepat dan terencana
untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu. Dalam pelaksanaan
layanan klinis ini, pasien dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut
Bila dalam pelaksanaan layanan dilakukan tindakan
medis/pengobatan yang beresiko (anestesi, pembedahan dan tindakan
lainnya) maka dilakukan pemberian informasi kepada pasien dan adanya
persetujuan pasien (pasien mengisi form informed consent) serta
didokumentasikan pada rekam medis.
19
Pasien berhak untuk menolak pengobatan, berhak untuk menolak
jika dirujuk ke sarana kesehatan lain. Jika pasien menolak untuk
pengobatan atau rujukan, maka pasien tersebut diberikan informasi
tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan,
dan tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan tersebut.
Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan
sesuai prosedur pelayanan pasien gawat darurat dan kasus-kasus
berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan kasus
berisiko tinggi.
Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya
infeksi harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan
(kewaspadaan universal).
Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan
prosedur pemberian obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti
prosedur aseptik. Untuk pelayanan anestesi lokal dan pembedahan harus
dipandu dengan SOP anestesi lokal dan pembedahan serta dilaksanakan
oleh petugas yang kompeten. Status pasien wajib dimonitor setelah
pemberian anestesi dan pembedahan.
Dalam pelaksanan pelayanan ini tenaga medis/paramedis/tenaga
kesehatan lainya harus memperhatikan hak dan kewajiban pasien serta
mengidentifikasi keluhan pasien dan tindak lanjutnya.
20
Kriteria merujuk pasien meliputi:
a. Dari hasil pemeriksaan, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien
tidak dapat diatasi di puskesmas
b. Dari hasil pemeriksaan fisik dengan hasil pemeriksaan penunjang
medis dipuskesmas ternyata tidak mampu diatasi.
c. Pasien memerlukaan pelayanaan medisspesialis/subspesialis
dirumah sakit berdasarkan keadaan penyakit yang diderita pasien
d. Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap
yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan puskesmas.
e. Apabila telah diobati berulang kali di puskesmas ternyata pasien
memerlukan pemeriksaan dan pengobatan di sarana kesehatan yang
lebih mampu.
Pada saat pemulangan( rawat jalan), pasien/keluarga pasien diberi
informasi tentang tindak lanjut layanan.
21
BAB V
LOGISTIK
22
klem arteri, 12 cm lengkung, dengan gigi 1x2
33 (Halsted-mosquito) 2 3
23
74 Alat ukur tinggi badan dewasa 1 1
75 Ari timer 0 1
76 Baki logam tempat alat steril tertutup 5 3
77 Semprit gliserin 0 1
78 Alkohol 1 1
79 Anestesi topikal tetes mata 1 1
80 Benang chromic catgut 1 cukup
81 Benang silk 1 cukup
82 Cairan desinfektan / povidon 1 1
83 Disposable syringe 1 cc 5 cukup
84 Disposable syringe 10 cc 5 cukup
85 Disposable syringe 2,5 - 3 cc 5 cukup
86 Disposable syringe 5 cc 5 cukup
87 Disposable syringe 50 cc 0 cukup
88 ETT tanpa cuff 2.5 1 1
89 ETT tanpa cuff 3 1 1
90 ETT tanpa cuff 3.5 1 1
91 ETT tanpa cuff 4 1 1
92 ETT tanpa cuff 6 1 3
93 ETT tanpa cuff 7 1 3
94 ETT tanpa cuff 8 1 3
95 goggle 1 1
96 Infus set/intra vena set dewasa 3 cukup
97 Infus set/intra vena set anak 3 cukup
98 Jarum jahit untuk operasi mata, 1/2 lingkaran 0 cukup
Jarum jahit, lengkung, 1/2 lingkaran
99 penampang segitiga 1 cukup
10 Jarum jahit, lengkung, 1/2 lingkaran
0 penampang bulat 1 cukup
10 Jarum jahit, lengkung, 3/8 lingkaran
1 penampang segitiga 1 cukup
10 Jarum jahit, lengkung, 3/8 lingkaran
2 penampang bulat 1 cukup
10
3 kapas 1 cukup
10
4 kassa non steril 1 cukup
10
5 kassa steril 1 cukup
10
6 kateter foley ukuran 5-8 french 2 2
10
7 kateter intravena No 20 3 cukup
10
8 kateter intravena No 23 3 cukup
10
9 kateter intravena No 26 3 cukup
11
0 kateter intravena No 18 3 cukup
24
11
1 Kateter karet no 10 (Nelaton) 0 cukup
11
2 Kateter karet no 12 (Nelaton) 0 cukup
11
3 Kateter karet no 14 (Nelaton) 0 cukup
11
4 Kertas EKG 1 cukup
11
5 Lubricant Gel 1 1
11
6 Masker Wajah 1 cukup
11
7 micropore surgical tape 1 cukup
11
8 Mucous suction, silikon nomor 8 dan 10 0 cukup
11
9 NGT (selang lambung ) 3,5,8 0 cukup
12
0 pelilit kapas (cotton aplicator) 2 cukup
12
1 Sabun tangan atau antiseptic 1 1
12
2 sarung tangan non steril 1 cukup
12
3 sarung tangan steril 3 cukup
12
4 Skapel, mata pisau bedah besar 2 1
12
5 Skapel, mata pisau bedah kecil 2 1
12
6 Spuit irigasi liang telinga 0 cukup
12
7 verban elastic 3 cukup
12
8 Water base gel untuk EKG dan doppler 1 1
12
9 Bak instrumen tertutup 5 1
13 Emesis basin/ Nierbeken besar/Kidney bowl
0 manual surgical instrument 1 4
13
1 bantal 1 1
13
2 celemek plastik 2 1
13
3 Dorongan tabung oksigen dengan tali pengaman 1 1
13
4 Duk bolong, sedang 1 cukup
13
5 jam/timer/stop watch 1 1
13
6 Kain balut segitiga (mitella) 2 5
25
13 wadah untuk limbah benda tajam (jarum atau
7 pisau bekas) 2 2
13
8 lemari alat 1 1
13
9 lemari obat 1 1
14
0 mangkuk untuk larutan 3 2
14
1 meja instrumen / alat 1 1
14
2 Perlak plastik 0 2
14
3 pispot 0 2
14
4 sarung bantal 0 2
14
5 sikat tangan 0 1
14
6 Sikat untuk membersihkan peralatan 0 1
14 Tempat sampah tertutup yang dilengkapi
7 dengan injakan pembuka penutup 2 2
14
8 toples kapas / kassa steril 0 1
14
9 tromol kasa/ kain steril 25x 120 3 1
15
0 waskom cekung 1 2
15
1 waskom cuci 1 2
15
2 kursi kerja 1 3
15
3 lemari arsip 1 1
15
4 meja tulis 1/2 biro 1 1
15
5 Buku registrasi pelayanan 1 cukup
15 Formulir dan surat keterangan lain yang sesuai
6 kebutuhan pelayanan 1 cukup
15
7 Formulir inform consent 1 cukup
15
8 Formulir Rujukan 1 cukup
15
9 Kertas resep 1 cukup
16
0 Surat Keterangan Sakit 1 cukup
26
pemeliharaan alat dan prasarana dilakukan sesuai prosedur dan
kemampuan puskesmas semaksimal mungkin.
27
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan
cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
28
penyakit dasarnya atau kondisi pasien.Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah.
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event:
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius, biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan
atau tidak dapat diterima, seperti operasi pada bagian tubuh yang
salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
(seperti amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini memungkinkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
29
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
HIV/ AIDSetelah menjadi ancaman global.Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala.Virusnya sendiri
bernama Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan
yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini
belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung
antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu.[2][3] Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,
antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B"
(VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi
sirosis hati atau kanker hati.Virus ini tidak menyebar melalui makanan atau kontak
biasa, tetapi dapat menyebar melalui darah atau cairan tubuh dari penderita yang
terinfeksi. Seorang bayi dapat terinfeksi dari ibunya selama proses kelahirannya.
Juga dapat menyebar melalui kegiatan seksual,penggunaan berulang jarum suntik,
dan transfusidarah dengan virus di dalamnya.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menalankan prosedur yang bisa melindungi semua
pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal sejak
dikenalnya melalui “ kewaspadaan umum” atau “ universal precaution” yaitu dimulai
sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “ petugas
kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan
30
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar
dapata bekerja maksimal.
A. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindari paparan tersebut, setiap petugas harus
merupakan prinsip “Universal Precaution”.
B. Tindakan yang beresiko terpajan
a. Cuci tangan yang kurang benar
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
d. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
e. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
C. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 kegiatan pokok
yaitu:
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengololaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
31
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
2. Audit internal
Audit internal dilakukan secara berkala setahun dua kali oleh Tim
Audit Internal, dikoordinasikan oleh Tim Mutu dan dilaporkan dalam
rapat Tinjauan Manajemen.
32
B. Analisis data
Analisis data hasil pengukuran indikator mutu pelayanan kinerja
klinis dilakukan oleh Tim Mutu setelah unit layanan memberikan
laporan berkala tentang capaian target layanannya
C. Penyempurnaan
1. Peningkatan berkelanjutan
Program peningkatan mutu kinerja klinis dilakukan
berkesinambungan dan kontinu melalui evaluasi oleh Tim Mutu.
2. Tindakan korektif
Disusun prosedur tindakan korektif sebagai upaya perbaikan
terhadap capaian hasil kegiatan yang tidak sesuai.
3. Tindakan preventif
Disusun prosedur tindakan preventif untuk mencegah adanya
kegiatan yang menghambat terlaksananya kegiatan dan pencapaian
hasil optimal
33
BAB IX
PENUTUP
34
DAFTAR PUSTAKA
35