Anda di halaman 1dari 202

DA

BAK

SA
I

T
H U

MODUL PENGENDALIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT
DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
2011
KATA SAMBUTAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya serta dukungan berbagai pihak khususnya para ahli/ pakar yang telah berkontribusi
dalam penyusunan Modul Pelatihan Pengendalian Demam Berdarah Dengue ini.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis dan
menimbulkan masalah kesehatan, bukan hanya di Indonesia tapi juga di negara - negara tropis
dan subtropis di dunia. Di Asia penyakit ini endemis di negara - negara ASEAN serta di beberapa
negara Asia Selatan seperti; Bangladesh, India, Srilangka dan Maldives dan lain-lain.

Dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue, pemerintah mempunyai 4 (empat)


pilar strategi. Pertama, memperkuat pengamatan kasus/penderita dan pengamatan vektor
didukung dengan laboratorium yang memadai; Kedua, memperkuat penatalaksanaan penderita
di rumah sakit, puskesmas dan klinik; Ketiga, meningkatkan upaya pengendalian vektor secara
terpadu; Keempat, memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit DBD. Dalam rangka mendukung pelaksanaan strategi pemerintah
tersebut maka diperlukan upaya pembangunan kualitas SDM kesehatan yang memadai dalam
pengendalian Demam Berdarah Dengue.

Modul Pelatihan Pengendalian Demam Berdarah Dengue ini diharapkan dapat menjadi bahan
pembelajaran dan pelatihan bagi seluruh SDM kesehatan khususnya bagi pengelola program
DBD di daerah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengendalian Demam
Berdarah Dengue.

Saran-saran dan kritik terhadap buku ini sangat diharapkan guna lebih menyempurnakan
penerbitan berikutnya.

Wassalammualaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Jakarta, November 2011


Direktur Jenderal PP dan PL

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama


NIP 195509031980121001

i
KATA PENGANTAR

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit endemis dengan
angka kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan daerah terjangkit semakin
meluas hingga mencapai 400 kabupaten/kota dari 474 kabupaten/kota di Indonesia, bahkan
sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

Sampai saat ini vaksin dan obat virus DBD belum ditemukan, sehingga salah satu strategi utama
dan paling effektif untuk pengendalian penyakit DBD adalah dengan cara melakukan upaya
preventif dengan pemutusan rantai penularan melalui gerakan PSN-DBD, tanpa mengabaikan
peningkatan kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB serta penatalaksanaan kasus.

Penerapan strategi tersebut memerlukan dukungan sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan dan ketrampilan memadai melalui pelatihan di setiap jenjang administrasi.

Untuk keperluan pelatihan telah disusun modul Pelatihan Progaram yang terdiri dari 10 materi
sebagai satu kesatuan pembelajaran, yaitu:

A. Materi Dasar : Kebijakan Pengendalian DBD

B. Materi Inti
1. Epidemiologi DBD
2. Surveilans kasus DBD
3. Surveilans dan Pengendalian Vektor DBD
4. Tatalaksana Kasus DBD
5. Penyelidikan Epidemiologi, Penanggulangan Fokus, dan Penanggulangan KLB DBD
6. Pengoperasian Alat dan Bahan Pengendalian Vektor DBD
7. Perencanaan dan Supervisi Pengendalian DBD
8. Promosi Kesehatan Dalam Pengendalian DBD

C. Materi Penunjang
1. Membangun Komitmen Belajar
2. Rencana Tindak Lanjut dan Pembulatan

Modul ini merupakan revisi dan penyempurnaan dari buku modul yang telah dicetak pada tahun
2007, dan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi pengelola program
DBD di provinsi maupun kabupaten/kota dalam upaya pengendalian DBD.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas masukan dari berbagai pihak terutama dari para
kontributor serta tim editor yang menjadikan buku modul ini menjadi sempurna dan mudah
dilaksanakan di lapangan.

Jakarta, November 2011


Direktur Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang

dr. Rita Kusriastuti, MSc


NIP 195406011982122001

ii
TIM PENYUSUN

Pelindung
Prof. DR. Dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM & H, DTCE

Pengarah
dr. Rita Kusriastuti, MSc

Kontributor
1. dr. Triyunis Miko (FKM-UI)
2. dra. Sri Kusminarti (Pusat Promkes)
3. dr. Mulya Rahma karyanti, Sp.A (Dep. Ilmu Kesehatan Anak-RSCM
4. drh. Sri Sugiharti, MKes (PPSDM, Kemkes)
5. dr. Binyamin Sihombing, MPH (WHO Indonesia)
6. Dra. Fitri Riyanti, Msi (Subdit Pengendalian Vektor)
7. drh. Sugiarto, Msi (Subdit Pengendalian Vektor)
8. dr. Bangkit Hutajulu, MSc, PH (Subdit Arbovirosis)
9. drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes (Subdit Arbovirosis)
10. dr. Darmawali handoko, M.Epid (Subdit Arbovirosis)
11. dr. Iriani Samad
12. Rohani Simanjuntak, SKM, MKM
13. Subahagio SKM
14. dr. Galuh Budhi Leksono Adhi
15. Erliana Setaini, SKM, MPH
16. dr. Sri Hartoyo
17. dr. Dauries Ariyanti Muslikhah
18. Suratno
19. Suharyono

Editor
1. dr. Darmawali handoko, M.Epid
2. drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes
3. dr. Sri Hartoyo

UCAPAN TERIMA KASIH

Kepada semua pihak yang telah memberikan masukan/saran perbaikan

iii
DAFTAR SINGKATAN

3M : Menutup, Menguras dan Memanfaatkan


ABJ : Angka Bebas Jentik
Ae : Aedes
APD : Alat Pelindung Diri
AR : Attack Rate
BI : Breteau Index
BLL : Building Learning Commitment
BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
BPS : Biro Pusat Statistik
Bti : Bacillus Thruringiensis
CI : Container Index
COMBI : Communication for behavioral impact.
CSS : Cairan Serebrospinal
DBD : Demam Berdarah Dengue
DD : Demam Dengue
Den : Dengue
DP-DBD : Data Peorangan Demam Berdarah Dengue
HI : House Index
IAKMI : Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
ICR : Index Curah Hujan
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IGRs : Insect Growth Regulators
IWAPI : Ikatam
JE : Japanese Encephalitis
JPL : Jam Pelajaran
JUMANTIK : Juru Pemantau Jantik
KD-DBD : Kewaspadaan Dini DBD
KDRS : Kewaspadaan Dini Rumah Sakit
KID : Koagulasi Intravascular Disseminata
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KLB : Kejadian Luar Biasa
LCD : Liquit Crystal Display
LPB : Limfosit Plasma Biru
LSM : Lembaga Sosial Masyarakat
MDGs : Millenium Development Goals
MUSREBANG : Musyawarah Rencana Pembangunan
NS : Non Struktural
PF : Fogging Fokus
PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
PLA : Partisipatory Learning Approach
POKJA : Kelompok Kerja
POKJANAL : Kelompok Kerja Oerasional
PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk
PVT : Pengendalian Vektor Terpadu
PWS : Pemantauan Wilayah Setempat

iv
SDM : Sumber Daya Manusia
SKD : Sistem Kewaspadaan Dini
SOP : Standar Operasional Prosedur
SP : Species
SPM : Standard Pelayanan Minimal
SSD : Syndrome Syok Dengue
STP : Sistim Terpadu Penyakit
T : Teori
TPA : Tempat Penampungan Air
TPK : Tujuan Pembelajaran Khusus
TP-LKMD : Tim Pembina Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
TPU : Tujuan Pembelajaran Umum
TTU : Tempat - tempat Umum
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah
ULV : Ultra Low Volume
UPK : Unit Pelayanan Kesehatan
UPT : Unit Pelaksana Teknis
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah
USG : Ultra Sonografi
WI : Widya Iswara

v
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ................................................................................................................ ii


KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
TIM PENYUSUN.................................................................................................................... iii
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ ix

BAB I KURIKULUM PELATIHAN MANAJEMEN PENGENDALIAN DEMAM


BERDARAH DENGUE (DBD)
I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Filosofi ................................................................................................................... 2
II. PERAN DAN FUNGSI ................................................................................................. 2
A. Peran ..................................................................................................................... 2
B. Fungsi .................................................................................................................... 2
III. KOMPETENSI ............................................................................................................. 2
IV. TUJUAN PELATIHAN.................................................................................................. 3
A. Tujuan Umum ........................................................................................................ 3
B. Tujuan Khusus....................................................................................................... 3
V. STRUKTUR PROGRAM.............................................................................................. 3
VI. PESERTA, PELATIH DAN PENYELENGGARA ......................................................... 4
A. Peserta .................................................................................................................. 4
B. Fasilitator / Narasumber ........................................................................................ 4
C. Penyelenggara....................................................................................................... 4
VII. ALUR PROSES DAN METODE PEMBELAJARAN..................................................... 5
VIII. WAKTU DAN KELENGKAPAN PELATIHAN............................................................... 5
A. Waktu Pelatihan..................................................................................................... 5
B. Kelengkapan Pelatihan.......................................................................................... 5
IX. MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN ............................................................. 6
A. Monitoring .............................................................................................................. 6
B. Evaluasi ................................................................................................................. 6
X. GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (lampiran) .......................................... 6
XI. SERTIFIKASI ............................................................................................................... 6

BAB II MATERI DASAR KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENYAKIT DBD....................... 7


I. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................. 7
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................................................................... 7
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ...................................................................... 7
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ..................................................................... 7
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ..................................................... 7
IV. METODE...................................................................................................................... 8
V. BAHAN BELAJAR........................................................................................................ 8
VI. ALAT BANTU BELAJAR.............................................................................................. 8
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN.................................................................... 8
A. Langkah 1 .............................................................................................................. 8
B. Langkah 2 .............................................................................................................. 8

vi
VIII. URAIAN MATERI......................................................................................................... 8
A. Situasi DBD dan Permasalahan DBD di Indonesia ............................................... 8
B. Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD................................................................. 10
IX. KEPUSTAKAAN .......................................................................................................... 15

BAB III MATERI INTI 1 EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE ...................... 16


I. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................. 16
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................................................................... 16
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ...................................................................... 16
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ..................................................................... 16
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ..................................................... 16
IV. METODE...................................................................................................................... 16
V. BAHAN BELAJAR........................................................................................................ 16
VI. ALAT BANTU............................................................................................................... 17
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ................................................ 17
VIII. URAIAN MATERI POKOK BAHASAN : EPIDEMIOLOGI DBD ................................... 17
1. Gambaran Epidemiologi ........................................................................................ 17
2. Penyebab Penyakit................................................................................................ 18
3. Distribusi Penyakit ................................................................................................. 19
4. Penularan dan masa inkubasi ............................................................................... 20
5. Faktor Risiko Penularan Infeksi Dengue ............................................................... 21
6. Ukuran Epidemiologi.............................................................................................. 23
IX. KEPUSTAKAAN .......................................................................................................... 23

MATERI INTI 2 SURVEILANS KASUS DBD........................................................................ 24


I. Deskripsi Singkat ......................................................................................................... 24
II. Tujuan Pembelajaran................................................................................................... 24
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ...................................................................... 24
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ..................................................................... 24
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ..................................................... 24
IV. METODE...................................................................................................................... 24
V. BAHAN BELAJAR........................................................................................................ 25
VI. ALAT BANTU BELAJAR.............................................................................................. 25
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN.................................................................... 25
VIII. URAIAN MATERI......................................................................................................... 25
A. TUJUAN DAN PENGERTIAN SURVEILANS DBD ............................................... 25
B. SISTIM PELAKSANAAN SURVEILANS DALAM PENGENDALIAN DBD ............ 27
C. KEGIATAN SURVEILANS DI BERBAGAI TINGKATAN ....................................... 33
IX. KEPUSTAKAAN .......................................................................................................... 43

MATERI INTI 3 SURVEILANS DAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD.............................. 44


I. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................. 44
A. Surveilans Vektor DBD .......................................................................................... 44
B. Pengendalian Vektor DBD..................................................................................... 44
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................................................................... 45
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ...................................................................... 45
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ..................................................................... 45
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................... 45
IV. METODE...................................................................................................................... 46
V. BAHAN BELAJAR........................................................................................................ 46

vii
VI. ALAT BANTU............................................................................................................... 46
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN (DISESUAIKAN) .................... 46
VIII. URAIAN MATERI ........................................................................................................ 47
A. METODE SURVEILANS VEKTOR DBD ............................................................... 47
B. MORFOLOGI, IDENTIFIKASI DAN BIOEKOLOGI VEKTOR DBD ....................... 53
C. METODE PENGENDALIAN VEKTOR ................................................................. 57
D. KEGIATAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD ..................................................... 60
E. PELAPORAN DAN EVALUASI HASIL PENGENDALIAN VEKTOR .................... 61
IX. KEPUSTAKAAN ......................................................................................................... 63

MATERI INTI 4 TATALAKSANA KASUS DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH


DENGUE .............................................................................................................................. 64
I. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................. 64
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................................ 64
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ..................................................................... 64
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) .................................................................... 64
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................... 64
IV. METODE ..................................................................................................................... 64
V. BAHAN BELAJAR ....................................................................................................... 65
VI. ALAT BANTU BELAJAR ............................................................................................. 65
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN BELAJAR ............................................................ 65
VIII. URAIAN MATERI ....................................................................................................... 65
A. Definisi Operasional DD dan DBD ........................................................................ 65
B. Diagnosis DD dan DBD ......................................................................................... 66
C. Tatalaksana DD dan DBD .................................................................................... 71
IX. KEPUSTAKAAN ......................................................................................................... 78

MATERI INTI 5 PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI, PENANGGULANGAN FOKUS, DAN


PENANGGULANGAN KLB .................................................................................................. 79
I. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................ 79
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................................ 79
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ..................................................................... 79
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) .................................................................... 79
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................... 79
IV. METODE...................................................................................................................... 80
V. BAHAN BELAJAR ....................................................................................................... 80
VI. ALAT BANTU .............................................................................................................. 80
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ................................................................... 80
VIII. URAIAN MATERI ........................................................................................................ 80
A. KONSEP PENANGGULANGAN EPIDEMIOLOGI (PE) DAN
PENANGGULANGAN FOKUS (PF) ...................................................................... 80
B. PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA .................................................. 84

MATERI INTI 6 PENGOPERASIAN ALAT DAN BAHAN PENGENDALIAN VEKTOR ... 87


I. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................ 87
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................................ 87
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ..................................................................... 87
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) .................................................................... 87
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................... 87
IV. METODE ..................................................................................................................... 88

viii
V. BAHAN BELAJAR ....................................................................................................... 88
VI. ALAT BANTU .............................................................................................................. 88
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN (DISESUAIKAN) .................... 88
URAIAN MATERI .................................................................................................................. 89
A. MESIN HOT FOGGER .......................................................................................... 89
B. MESIN ULTRA LOW VOLUME (ULV) .................................................................. 92
C. JENIS DAN APLIKASI INSEKTISIDA UNTUK PENGENDALIAN VEKTOR
DBD ....................................................................................................................... 93
MATERI INTI 7 PERENCANAAN DAN SUPERVISI PROGRAM PENGENDALIAN
PENYAKIT DBD.................................................................................................................... 98
I. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................ 98
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................................ 98
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ..................................................................... 98
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) .................................................................... 98
III. POKOK BAHASAN ..................................................................................................... 98
IV. METODE ..................................................................................................................... 99
V. BAHAN BELAJAR ....................................................................................................... 99
VI. ALAT BANTU .............................................................................................................. 99
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ............................................... 99
VIII. URAIAN MATERI ........................................................................................................ 99
A. PENENTUAN DAERAH MASALAH DBD ............................................................. 100
B. PENENTUAN KEGIATAN PENGENDALIAN DBD ............................................... 103
C. PENYUSUNAN RENCANA OPERASIONAL ....................................................... 107
VIII. KEPUSTAKAAN ........................................................................................................ 110

MATERI INTI 8 PROMOSI KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGENDALIAN


DEMAM BERDARAH DENGUE .......................................................................................... 111
I. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................ 111
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ....................................................................................... 111
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ..................................................................... 111
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) .................................................................... 111
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN .................................................... 111
IV. METODE ..................................................................................................................... 112
V. BAHAN BELAJAR ....................................................................................................... 112
VI. ALAT BANTU BELAJAR ............................................................................................ 112
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ................................................................... 112
VIII. URAIAN MATERI ........................................................................................................ 113
A. STRATEGI DASAR PROMOSI KESEHATAN ...................................................... 113
B. KEMITRAAN MELALUI POKJANAL DBD ............................................................. 116
C. PENYULUHAN KESEHATAN .............................................................................. 120

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Garis Besar Program Pembelajaran


Lampiran 2 : Peraturan Perundang-undangan terkait dengan program pengendalian DBD
Lampiran 3 : KD-PKM
Lampiran 4 : Formulir K-DBD
Lampiran 5 : Formulir W2-DBD
Lampiran 6 : Formulir W 1
Lampiran 7 : Formulir KD-RS
Lampiran 8 : Formulir DP-DBD
Lampiran 9 : Formulir P-DBD
Lampiran 10 : Kartu Jentik Rumah/Bangunan
Lampiran 11 : Formulir JPJ-1
Lampiran 12 : Formulir PJB-1
Lampiran 13 : Formulir PJB-2
Lampiran 14 : Formulir PJB-3
Lampiran 15 : Panduan praktek materi inti 3
Lampiran 16 : Formulir So
Lampiran 17 : Studi kasus materi inti 4
Lampiran 18 : Form PE
Lampiran 19 : Form hasil PE
Lampiran 20 : Form Berita Acara hasil penanggulangan DBD
Lampiran 21 : Form KLB DBD
Lampiran 22 : Studi materi inti 5
Lampiran 23 : Panduan praktek materi inti 6
Lampiran 24 : Perhitungan insektisida dalam pengendalian vektor
Lampiran 25 : Contoh cara perhitungan kegiatan pengendalian DBD
Lampiran 26 : Check list supervisi
Lampiran 27 : Studi kasus materi inti 7
Lampiran 28 : Studi kasus materi inti 8

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Indikator Nasional DBD


Tabel 2 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD menurut desa/kelurahan per mingguan
Tabel 3 : Jumlah penderita DBD per tahun di Puskesmas tahun 2008 - 2010
Tabel 4 : Distribusi penderita DBD menurut RW di Kelurahan
Tabel 5 : Jumlah penderita DBD per bulan di Puskemas X Tahun 2006 - 2010
Tabel 6 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD menurut Kecamatan per mingguan
Tabel 7 : Distribusi penderita DBD, per Kecamatan di wilayah kerja Puskesmas
Tabel 8 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD di Kabupaten
Tabel 9 : Jumlah pendeirta dan kematian DBD di kabupaten per kelompok umur per tahun
Tabel 10 : Jumlah DD, DBD, dan SSD mingguan di provinsi
Tabel 11 : Distibusi penderita DBD per kabupaten/kota
Tabel 12 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD di provinsi
Tabel 13 : Jumlah penderita dan kematian DBD per golongan umur di provinsi
Tabel 14 : Kajian daerah masalah DBD kabupaten per Puskesmas
Tabel 15 : Contoh penentuan besarnya masalah DBD per desa/kelurahan per Puskesmas
Tabel 16 : Contoh penggunaan bagan Ganti pada program

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Grafik Pertambahan Jumlah kasus DBD sejak tahun 1968 - 2011
Gambar 2 : Grafik Insidens Rate DBD per 100.00 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR)
di Indonesia tahun 2005-2010
Gambar 3 : Grafik Insidens Rate (IR) DBD per Provinsi di Indonesia tahun 2010
Gambar 4 : Virus Dengue
Gambar 5 : Grafik Distribusi Kasus Dengue di Negara-negara Asia Tahun 2000-2009
Gambar 6 : Distribusi IR DBD di Indonesia Tahun 2010
Gambar 7 : Nyamuk Aedes Aegypti
Gambar 8 : Siklus penularan penyakit DBD
Gambar 9 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi NTT Tahun
2005-2009
Gambar 10 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi Kalimantan Timur
tahun 2005-2009
Gambar 11 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi DKI Jakarta tahun
2005-2009
Gambar 12 : Peta Stratifikasi desa/kelurahan DBD di Puskesmas X
Gambar 13 : Grafik rata-rata jumlah penderita DBD di Puskesmas X tahun 2006-2010
Gambar 14 : Contoh Ovitrap
Gambar 15 : Contoh Aspirator
Gambar 16 : Ovarium Aedes sp
Gambar 17 : Dilatasi pada saluran telur (pedikulus) Aedes sp
Gambar 18 : Telur Aedes aegypti
Gambar 19 : Larva Aedes aegypti
Gambar 20 : Pupa
Gambar 21 : Aedes sp
Gambar 22 : Siklus Hidup nyamuk Aedes aegypti
Gambar 23 : Cara menghitung hasil Uji Torniquet
Gambar 24 : Bintik-bintik perdarahan di bawah kulit
Gambar 25 : Tanda Penyembuhan DBD
Gambar 26 : Contoh Mesin Hot Fogger
Gambar 27 : Contoh Mesin Ultra Low Volume (ULV)

xii
Lampiran 1

MATERI DASAR 1 : Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD


WAKTU : 2 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu memahami Peraturan Perundang-undangan dan Kebijakan yang terkait
dengan program pengendalian DBD.

No Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Metode Media &


Khusus Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
1 Mampu menjelaskan Pokok Bahasan : Situasi DBD dan Ceramah, LCD,
situasi dan Permasalahan Pengendalian DBD: Diskusi & komputer &
permasalahan yang 1. Situasi DBD di Indonesia tanya bahan ajar
terkait dengan 2. Permasalahan Pengendalian DBD jawab
pengendalian DBD
2 Mampu menjelaskan Pokok Bahasan : Kebijakan Ceramah, LCD,
kebijakan, strategi, Pengendalian DBD : Diskusi & komputer &
dan kegiatan pokok 1. Renstra Kemenkes tahun 2010- tanya bahan ajar
pengendalian DBD 2014 jawab
dan menjelaskan 2. Visi, Misi, dan Tujuan
target/indikator kinerja Pengendalian DBD.
pengendalian DBD 3. Kebijakan, Strategi dan Sasaran
Pengendalian DBD
4. Kegiatan Pokok Pengendalian DBD
5. Target/indikator pengendalian DBD
tahun 2010-2014

MATERI INTI 1 : Epidemiologi DBD


WAKTU : T 2 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta latih mampu memahami epidemiologi DBD

No Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Metode Media &


Khusus Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
1 Dapat menjelaskan Pokok Bahasan : Epidemiologi Ceramah, LCD,
gambaran DBD : Diskusi & komputer &
epidemiologi DBD 1.Gambaran Epidemiologi tanya bahan ajar
2.Penyebab penyakit jawab
3.Distribusi penyakit
4.Penularan dan Masa Inkubasi
5.Faktor resiko penularan
6.Ukuran epidemiologi yang
berhubungan dengan DBD

121
MATERI INTI 2 : Surveilans Kasus DBD
WAKTU : T 2 JPL, P 2 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu melaksanakan surveilans kasus DBD di wilayah kerjanya.

No Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Metode Media &


Khusus Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
1 Dapat menjelaskan Pokok Bahasan Tujuan dan Ceramah, LCD,
pengertian dan tujuan pengertian surveilans DBD: tanya jawab & komputer &
surveilans DBD 1.Tujuan surveilans praktek bahan ajar
2.Pengertian
3.Definisi Operasional
2 Dapat menjelaskan Pokok Bahasan : Sistem Ceramah, LCD,
sistem pelaksanaan Pelaksanaan Surveilans tanya jawab & komputer &
surveilans dalam dalam pengendalian DBD: praktek bahan ajar
pengendalian DBD 1.Jenis Sumber data
2.Peran Unit Pelaksana
3.Strategi dan pelaksanaan
surveilans pengendalian DBD
3 Dapat menjelaskan Pokok Bahasan : Kegiatan Ceramah, LCD,
sistem pelaporan dan surveilans DBD di berbagai tanya jawab & komputer &
kegiatan surveilans tingkat administrasi: praktek bahan ajar
kasus DBD 1.Tingkat Puskesmas
2.Tingkat Kabupaten/kota
3.Tingkat provinsi

MATERI INTI 3 : Surveilans dan Pengendalian Vektor DBD


WAKTU : T 2 JPL, P 3 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu melaksanakan surveilans dan pengendalian vektor DBD diwilayah kerjanya.

No Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Metode Media &


Khusus Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
1 Dapat menjelaskan Pokok Bahasan : Metode Ceramah, LCD,
metode surveilans Surveilans vektor DBD : tanya jawab & komputer &
vektor DBD 1.Penentuan lokasi pengamatan praktek bahan ajar
2.pelaksanaan pengamatan
3.Teknis pengamatan
4.Alat dan Bahan survey
5.Laporan hasil survei
2 Dapat menjelaskan Pokok Bahasan Morfologi, Ceramah, LCD,
morfologi, identifikasi identifikasi dan Bioekologi tanya jawab & komputer &
dan bio-ekologi vektor vektor DBD praktek bahan ajar
DBD Sub Pokok Bahasan :
1.Morfologi
2.Identifikasi
3.Bioekologi vektor DBD
3 Dapat menjelaskan Pokok Bahasan Metode Ceramah, LCD,
Metode pengendalian pengendalian vektor tanya jawab & komputer &

122
vektor Sub Pokok Bahasan : praktek bahan ajar
1.Kimiawi
2.Biologi
3.Managemen lingkungan
4.Pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) DBD
5.Pengendalian vektor
terpadu
4 Dapat Melaksanakan Pokok Bahasan : Kegiatan Ceramah, LCD,
kegiatan pengendalian pengendalian vektor DBD : tanya jawab & komputer &
vektor DBD 1.Kegiatan pengendalian praktek bahan ajar
vektor di tingkat
administrasi
2.Operasional pengendalian
vektor
3.Kegiatan pengendalian
vektor pada KLB DBD
3 Dapat Melaksanakan Pokok Bahasan : Ceramah, LCD,
pelaporan dan evaluasi Pelaporan dan Evaluasi tanya jawab & komputer &
hasil pengendalian hasil pengendalian vektor : praktek bahan ajar
vektor DBD 1.Pelaporan hasil
pengendalian vektor
2.Evaluasi hasil
pengendalian vektor

MATERI INTI 4 : Tatalaksana Kasus Demam Dengue dan DBD


WAKTU : T 1 JPL, P 2 JPL

Tujuan Pembelajaran Umum :


Peserta mampu memahami tatalaksana Demam Dengue dan DBD.

No Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Metode Media &


Khusus Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
1 Menjelaskan definisi Pokok Bahasan : Ceramah, LCD,
operasional kasus DD Definisi Operasional DD tanya jawab & komputer &
dan dan DBD : praktek bahan ajar
DBD 1.Definisi Suspek
Infeksi Dengue
2.Definisi DD
3.Definisi DBD
2 Menjelaskan tatacara Pokok Bahasan : Ceramah, LCD,
mendiagnosis DD dan Diagnosis DD dan DBD : tanya jawab & komputer &
DBD berdasarkan 1.Diagnosis Suspek praktek bahan ajar
gejala Infeksi Dengue
klinis dan pemeriksaan 2.Diagnosis Demam
laboratorium. Dengue
3.Diagnosis DBD

123
4.Jenis - Jenis
Pemeriksaan
laboratorium pada
penderita DBD
4 Dapat Melaksanakan Pokok Bahasan : Kegiatan Ceramah, LCD,
kegiatan pengendalian pengendalian vektor DBD : tanya jawab & komputer &
vektor DBD 1.Kegiatan pengendalian praktek bahan ajar
vektor di tingkat
administrasi
2.Operasional pengendalian
vektor
3.Kegiatan pengendalian
vektor pada KLB DBD
3 Menjelaskan tata laksana Pokok Bahasan : Tata Ceramah, LCD,
DD dan DBD meliputi laksana DD dan DBD: tanya jawab & komputer &
pertolongan pertama oleh 1.Pertolongan Pertama praktek bahan ajar
Masyarakat, oleh petugas Penderita DBD oleh
medis dan paramedis, dan masyarakat.
tatacara rujukan ke 2.Langkah-langkah
Rumah Sakit Pemeriksaan DD dan
DBD
3.Tatalaksana Rujukan
penderita DBD
4.Tatalaksana DD dan
DBD

MATERI INTI 5 : Penyelidikan Epidemiologi, Penanggulangan Fokus dan


Penanggulangan KLB
WAKTU : T 1 JPL, P 2 JPL

Tujuan Pembelajaran Umum :


Peserta mampu melaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan fokus dan
penanggulangan KLB DBD.

No Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Metode Media &


Khusus Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
1 Dapat menjelaskan POKOK BAHASAN : Ceramah, LCD,
konsep PE, PF, dan KONSEP PENYELIDIKAN tanya jawab & komputer &
KLB dan Dapat EPIDEMIOLOGI (PE) : praktek bahan ajar
melaksanakan PE 1.Konsep PE
dan PF 2.Konsep PF
2 Dapat melaksanakan POKOK BAHASAN : Ceramah, LCD,
penanggulangan KLB PENANGGULANGAN tanya jawab & komputer &
KEJADIAN LUAR BIASA : praktek bahan ajar
1.Konsep KLB
2.Langkah-langkah
pelaksanaan
penanggulangan KLB
3.Evaluasi Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (KLB)

124
MATERI INTI 6 : Pengoperasian Alat dan Bahan Pengendalian Vektor
WAKTU : T 2 JPL, PL 4 JPL

Tujuan Pembelajaran Umum :


Peserta mampu melakukan pengoperasian alat dan menjelaskan bahan pengendalian vektor
DBD.

No Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Metode Media &


Khusus Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
1 Melakukan pengoperasian Pokok Bahasan : Ceramah, tanya LCD,
mesin hot fogger Mesin hot fogger jawab, diskusi & komputer &
(pengkabut panas) : praktek bahan ajar
1.Petunjuk Teknis
Pengoperasian Mesin
hot fogger
2.Petunjuk teknis
perbaikan hot fogger
3.Petunjuk Teknis
perawatan mesin hot
fogger
2 Melakukan pengoperasian Pokok Bahasan : Ceramah, tanya LCD,
mesin ULV. mesin Ultra Low jawab, diskusi & komputer &
Volume (ULV) : praktek bahan ajar
1.Petunjuk Teknis
Pengoperasian Mesin
ULV
2.Petunjuk teknis
perbaikan mesin ULV
3.Petunjuk teknis
perawatan mesin ULV
3 Mengaplikasikan Pokok Bahasan : Ceramah, tanya LCD,
insektisida Jenis dan aplikasi jawab, diskusi & komputer &
insektisida untuk praktek bahan ajar
pengendalian vektor
DBD :
1.Jenis Insektisida
2.Cara aplikasi
Insektisida

125
MATERI INTI 7 : Perencanaan Pengendalian Penyakit DBD.
WAKTU : T 1 JPL, P 2 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu melakukan perencanaan dan supervisi pengendalian DBD.

No Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Metode Media &


Khusus Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
1 Menentukan daerah Pokok Bahasan : Ceramah, tanya LCD,
masalah DBD melalui Penentuan Daerah jawab, & praktek komputer &
kajian epidemiologi Masalah DBD : bahan ajar
1.Dasar Penyusunan
Rencana
2.Penentuan Daerah
Masalah DBD
3.Penentuan
besarnya masalah
DBD
2 Menentukan kegiatan Pokok Bahasan : Ceramah, tanya LCD,
pengendalian DBD Penentuan kegiatan jawab, & praktek komputer &
pengendalian DBD : bahan ajar
Jenis Kegiatan
3 Menyusun rencana Pokok Bahasan : Ceramah, tanya LCD,
operasional Penyusunan Rencana jawab, & praktek komputer &
Operasional bahan ajar
4 Melaksanakan Supervisi Pokok Bahasan : Ceramah, tanya LCD,
dan Bimbingan Teknis Supervisi dan jawab, & praktek komputer &
serta Membuat Bimbingan Teknis : bahan ajar
kesimpulan akhir dan 1.Konsep Supervisi
laporan umpan balik dan Bimbingan Teknis
2.Pelaksanaan
Supervisi dan
bimbingan Teknis
3.Penilaian Supervisi
dan bimbingan Teknis

126
MATERI INTI 8 : Promosi Kesehatan dalam program Pengendalian DBD
WAKTU : T 2 JPL, P 2 JPL

Tujuan Pembelajaran Umum :


Peserta mampu melaksanakan promosi kesehatan dalam program pengendalian DBD.

No Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan/ Metode Media &


Khusus Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
1 Dapat menjelaskan Pokok Bahasan : Strategi Ceramah, tanya LCD,
tentang promosi dasar promosi kesehatan : jawab & komputer &
kesehatan 1.Strategi advokasi bermain peran bahan ajar
2.Strategi bina suasana
3.Strategi gerakan
pemberdayaan

2 Dapat menjelaskan Pokok Bahasan : Ceramah, tanya LCD,


tentang kemitraan Kemitraan melalui jawab & komputer &
POKJANAL DBD : bermain peran bahan ajar
1. Konsep kemitraan
2. POKJANAL DBD
3 Dapat melakukan Pokok Bahasan Ceramah, tanya LCD,
penyuluhan kesehatan Penyuluhan Kesehatan jawab & komputer &
bermain peran bahan ajar

127
Lampiran 2

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT DENGAN PROGRAM


PENGENDALIAN DBD

A. Peraturan Perundang-Undangan Inti Terkait Dengan Program Pengendalian


DBD
1. KEPMENKES No. 581/MENKES/SK/VII/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah Dengue (lihat lampiran KEPMENKES tsb.)

2. KEPMENKES No. 92 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan


Menteri Kesehatan RI No. 581/Menkes/SK/VII/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah Dengue (lihat KEPMENKES tsb)

3. KEPMENDAGRI No. 31-VI Tahun 1994 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja


Operasional Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD) Tim
Pembina LKMD Tingkat Pusat (lihat KEPMENKES tsb).

B. Peraturan Perundang-Undangan Penunjang Beserta Pasal-Pasal Terkait Dengan


Program Pengendalian DBD

1. UU No. 4 Th. 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (pasal 1-15)


2. UU No. 23 Th.1992 tentang Kesehatan (Bab III Ps.4,6,12s/d 15, Bab IV, Ps.17s/d 22,
Bab V ,Ps 50; BAB VI. Ps 53 s/d 60; BAB IX Ps.73-78, BAB XIII Ps.102 & 103; BAB
XV.107 .
3. UU No. 32 Th. 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Penjelasan Umum.1b,3,7 s/d 10)
4. UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah (BAB VI Ps.10, BAB 10
Ps.87)
5. PP No. 40 Th. 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (BAB I, BAB II,
Bab III s/d XI.)
6. PP No. 25 Th. 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi Sebagai Daerah
Otonomi (BAB II Ps.2 (10.j)
7. PP No. 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
8. PP No. 39 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi (BAB IV Ps.6 s/d 9,
BAB VI Ps.11
9. PP 52 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Tugas Perbantuan (BAB VII Ps.11,12,
BAB VIII Ps. 13,14)
10. PP No. 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal
11. PERPRES No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2004 - 2009 ( Ps.6, Bab 28 tentang kesehatan)
12. PERMENKES No. 560 Tahun 1989 Tentang Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan Tata Cara
Penanggulangannya
13. PERMENKES No. 949 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini
Kejadian Luar Biasa (KLB). (Lampiran latar belakang penyakit yang sering menimbulkan
KLB)

128
14. PERMENKES No. 1575 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan (Bab VI Ps. 380 s/d 390, Ps.458 s/d 460, 466-468)
15. KEPMENKES R.I No.829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Kesehatan Perumahan
(Lampiran C persyaratan kesehatan Lingkungan no.6)
16. KEPMENKES No. 261 Tahun 1998 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
(BAB II Persyaratan H. Tentang vektor penyakit ) .
17. KEPMENKES No. 829 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan
18. KEPMENKES No. 1116 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan (III. Penyelenggaran sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan No. D.1.d)
19. KEPMENKES No. 1457 Tahun 2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota. (P. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit DBD)
20. KEPMENKES No. 1479 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu
(lampiran Jenis-jenis penyakit no.5. bersumber RS. No.21)
21. KEPMENKES No. 131 Tahun 2004 Tentang Sistem Kesehatan Nasional
22. KEPMENKES No. 1091 Tahun 2004 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. (Lampiran keputusan no urut P.
Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Demam Berdarah)
23. KEPMENKES No. 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit ( Lampiran , Tatalaksana RS, no.5.b.10; VI.C.1.a)
24. KEPMENKES No. 331 Tahun 2005 Tentang Rencana Strategis Departemen Kesehatan
2005 - 2009
25. KEPMENKES RI No.1350/MENKES/SK/XII/2001 Tentang Pestisida, DEPKES RI ,
Jakarta Tahun 2004. (Bab 1. Ketentuan Umum Ps.1, Bab III P, BAB II, Ps 2,3, Bab III
Ps 4 s/d7, Bab IV Ps.9 s/d 13, Bab V Ps14 s/d 19, BAb VI Ps. 20, BAB VII Ps 21)
26. PERDA (Peraturan Daerah)
CONTOH :
a. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 2044 Tahun 2004 Tentang Satuan
Biaya Untuk Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE), Pengasapan
(Fogging), Operasional ULV, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan
Pemantauan Jentik Berkala (PJB) Di Provinsi Daerah Ibukota Jakarta
b. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 447 Tahun 2005 Tentang
Penanggulangan Waspada Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Demam Berdarah
Dengue di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
c. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 11 Tahun 2003
Tentang Kewaspadaan Dini Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue di
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
d. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 39 Tahun 2004
Tentang Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Lingkungan
Kelurahan Provinsi DKI Jakarta
e. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 115 Tahun 2005
Tentang Antisipasi Perkembangan Situasi Musim Hujan di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
f. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
No. 5681 Tahun 2005 Tentang Penetapan Penggunaan Anggaran Swadana
Puskesmas Untuk Kegiatan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue di Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
g. Surat Edaran Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 46/SE/2004
Tentang Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-
DBD) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

129
h. Surat Ketua Umum Tim Penggerak PKK Pusat Tanggal No.
500/SKR/PKK.PST/IX/94 Kepada Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Dati I di
Seluruh Indonesia Perihal Penyuluhan dan Motivasi tentang Gerakan PSN-DBD
i. KEPMENKES No. 331 Tahun 2005 Tentang Rencana Strategis Departemen
Kesehatan 2005 - 2009

Lampiran 2
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 581/Menkes/SK/VII/1992
TENTANG
PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit
yang cenderung meningkat jumlah kasusnya dan penyebarannya, serta
sering menimbulkan kejadian luar biasa dan kematian sehingga menjadi
masalah kesehatan masyarakat;

b. bahwa untuk itu perlu dilakukan berbagai kegiatan pemberantasan penyakit


demam berdarah dengue secara dini dan terus-menerus;

c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut di atas perlu ditetapkan


Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah Dengue.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan


(Lembaran Negara tahun 1960 nomor 131, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2068).

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan


daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, tambahan Lembaran
Negara Nomor 3037).

3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa


(Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3153).

4. Undang-undang No.4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular


(Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3273).

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian


Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan


Instansi Vertikal daerah.

130
7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3447)

8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1980 tentang


Penyempurnaan dan Peningkatan Fungsi Lembaga Sosial Desa Menjadi
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa.

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis


Penyakit Tertentu yang dapat menimbulkan wabah, Tata Cara
Penyampaian Laporannya dan Tata cara Penanggulangan Seperlunya.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG


PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

Kedua : Upaya pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan melalui


kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan penderita, pengamatan penyakit
dan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan seperlunya, penanggulangan
lain dan penyuluhan kepada masyarakat.

Ketiga : Pelaksanaan kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue


dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat di bawah koordinasi Kepala
Wilayah/Daerah.

Keempat : Pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan


sesuai dengan yang tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Kelima : Petunjuk teknis pelaksanaan keputusan ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.

Keenam : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan


penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal: 27 Juli 1992

MENTERI KESEHATAN RI,

Dr. ADHYATMA, MPH.

131
LAMPIRAN KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN R.I.
NOMOR:581/MENKES/SK/VII/1992.
TANGGAL : 27 JULI 1992

BAB I
PENDAHULUAN

1. Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan virus dan ditularkan lewat nyamuk
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang cenderung
semakin luas penyebarannya sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk.

2. Seluruh wilayah Indonesia, mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit Demam


Berdarah Dengue karena virus penyebab dan nyamuk penularnya (Aedes aegypti)
tersebar luas, baik di rumah-rumah maupun di Tempat Umum, kecuali yang
ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

3. Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang:


a. Terutama menyerang anak
b. Ditandai dengan panas tinggi, perdarahan dan dapat menimbulkan renjatan dan
kematian
c. Termasuk salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah.

4. Pemberantasan penyakit demam berdarah dengue pada dasarnya dilakukan sesuai


dengan pemberantasan penyakit menular pada umumnya, namun mengingat vaksin
untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum ditemukan, maka
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan terutama dengan
memberantas nyamuk penularnya.

5. Untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue diperlukan pembinaan peran


serta masyarakat guna mencegah dan membatasi penyebaran penyakit.

6. Pembinaan peran serta masyarakat dilaksanakan dengan penyuluhan dan motivasi


kepada masyarakat. Oleh karena itu pemberantasan penyakit demam berdarah dengue
dilaksanakan melalui kerjasama lintas program dan sektoral yang dikoordinasikan oleh
kepala Wilayah/Daerah.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan Tujuan Keputusan ini adalah memberikan pedoman bagi masyarakat, tokoh
masyarakat, petugas kesehatan dan sektor-sektor terkait dalam upaya bersama mencegah
dan membatasi penyebaran penyakit demam berdarah dengue sehingga terjadinya kejadian
luar biasa/wabah dapat dicegah dan angka kesakitan dan kematian dapat diturunkan
serendah-rendahnya.

132
BAB III
DASAR HUKUM

1. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan (Lembaran


Negara tahun 1960 nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068).

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan daerah


(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, tambahan Lembaran Negara Nomor 3037).

3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa ( Lembaran Negara,


Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153).

4. Undang-undang No.4 tahun 1984 tentang wabah Penyakit Menular ( Lembaran Negara
Tahun 1984 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273).

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian Urusan


Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987
Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi


Vertikal daerah.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit


Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3447)

8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1980 tentang Penyempurnaan


dan Peningkatan Fungsi Lembaga Sosial Desa Menjadi Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa.

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis Penyakit


Tertentu yang dapat menimbulkan wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan
Tata cara Penanggulangan Seperlunya.

BAB IV
PENGERTIAN

1. Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam
mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah,
nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae,
lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah
darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock).

2. Penderita/tersangka adalah orang sakit dengan tanda-tanda seperti pada butir 1 atau
sekurang-kurangnya panas tanpa sebab jelas dan petichiae atau tanda perdarahan
lainnya.

133
3. Pengamatan penyakit adalah kegiatan mencatat jumlah penderita/tersangka penyakit
demam berdarah dengue menurut waktu dan tempat (wilayah) kejadian, yang
dilaksanakan secara teratur.

4. Pemusnahan penyebab penyakit adalah penyemprotan insektisida untuk membasmi


nyamuk pembawa virus dengue.

5. Pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah semua upaya untuk


mencegah dan menangani kejadian Demam Berdarah Dengue termasuk tindakan untuk
membatasi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue.

6. Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pelacakan penderita/tersangka lainnya dan


pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue di rumah
penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kuranya 100
meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih
lanjut.

7. Penanggulangan seperlunya adalah penyemprotan insektisida dan /atau


pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan
epidemiologi.

8. Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian


penyakit demam berdarah dengue yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.

9. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat penampungan air dan
tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti untuk mengetahui adanya jentik
nyamuk, yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya
tiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit demam
berdarah dengue.

10. Abatisasi adalah penaburan insektisida pembasmi jentik pada tempat penampungan air.

11. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal termasuk bangunan yang digunakan
untuk usaha kecil seperti warung, toko,industri-rumahan, dan mushola.

12. Tempat umum ialah bangunan untuk pelayanan umum seperti sekolah, hotel/losmen,
asrama, rumah makan, tempat rekreasi, tempat industri/pabrik, kantor, terminal/stasiun,
stasiun pompa bensin, rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, dimana
kemungkinan terjadinya penularan tinggi.

13. Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah persentase rumah dan/atau Tempat Umum yang tidak
ditemukan jentik, pada pemeriksaan jentik berkala.

14. Desa/kelurahan rawan adalah desa/kelurahan yang dalam 3 tahun yang terakhir
kejangkitan penyakit demam berdarah dengue, atau yang karena keadaan
lingkungannya (antara lain karena penduduknya padat, mempunyai hubungan
transportasi yang ramai dengan wilayah lain), sehingga mempunyai risiko untuk kejadian
luar biasa.

134
BAB V
TANDA-TANDA DAN PENYEBARAN
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

1. Penderita penyakit demam berdarah dengue pada umumnya disertai tanda-tanda


sebagai berikut:
a. Hari pertama sakit: panas mendadak terus-menerus, badan lemah/lesu. Pada tahap
ini sulit dibedakan dengan penyakit lain
b. Hari kedua atau ketiga: timbul bintik-bintik perdarahan, lebam, atau ruam pada kulit
muka, dada, lengan, atau kaki dan nyeri ulu hati. Kadang-kadang mimisan, berak
darah atau muntah darah. Bintik perdarahan mirip dengan bekas gigitan nyamuk.
Untuk membedakannya kulit diregangkan; bila hilang bukan tanda penyakit demam
berdarah dengue.
c. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang
selanjutnya:
1) Penderita sembuh, atau
2) Keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin,
banyak mengeluarkan keringat.
Bila keadaan berlanjut, terjadi renjatan 9lemah lunglai, denyut nadi lemah atau
tak teraba). Kadang-Kadang Kesadarannya menurun.

2. Penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti (meskipun juga dapat ditularkan oleh Aedes albopictus yang hidup di kebun).
Nyamuk ini mendapat virus dengue pada waktu mengisap darah penderita penyakit
demam berdarah dengue atau orang tanpa gejala sakit yang membawavirus itu dalam
darahnya (carier).

3. Virus dengue memperbanyak diri dan menyebar keseluruh tubuh nyamuk, termasuk ke
kelenjar liurnya.

4. Jika nyamuk ini menggit orang lain, maka virus dengue akan dipindahkan bersama air
liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang tersebut menderita sakit demam
berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan akan
berada dalam darah selama 1 minggu.

5. Orang yang kemasukan virus dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah
dengue. Ada yang demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan
ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus
dengue selama 1 minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di berbagai
wilayah yang ada nyamuk penularnya.

6. seluruh wilayah mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit demam berdarah dengue,
namun tempat yang potensial bagi penyebaran penyakit adalah desa rawan dan tempat
umum.

7. Nyamuk penular demam berdarah dengue teruitama adalah Aedes aegypti.

a. Sifat-sifat nyamuk Aedes aegypti:


1) Berwarna hitam dengan gelang-gelang (loreng) putih pada tubuhnya, dengan
bercak-bercak putih di sayap dan kakinya.Berkembang biak di tempat
penampungan air yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi/wc, tempayan,

135
drum dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot
tanaman air, tempat minum burung dan lain-lain.
2) Kadang-kadang juga di pelepah daun, lobang pohon, lobang pagar pipa/bambu,
lobang pipa tiang bendera, dan genangan air di talang atap rumah dan lain-lain.
3) Biasanya menggigit pada siang hari.
4) Nyamuk betina membutuhkan darah manusia untuk mematangkan telurnya agar
dapat meneruskan keturunannya.
5) Kemampuan terbangnya 100 meter.

b. Daur hidup:
1) Nyamuk betina meletakkan telur di tempat perkembang-biakannya.
2) Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik,kemudian berkembang
menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk (perkembang-biakan dari
telur-jentik-kepompong-nyamuk membutuhkan waktu 7-10 hari).
3) Dalam tempo 1-2 hari nyamuk yang baru menetas ini (yang betina) akan
menggigit (mengisap darah) manusia dan siap untuk melakukan perkawinan
dengan nyamuk jantan.
4) Setelah mengisap darah, nyamuk betina beristirahat sambil menunggu proses
pematangan telurnya. Tempat beristirahat yang disukai adalah tumbuh-
tumbuhan atau benda tergantung di tempat yang gelap dan lembab, berdekatan
dengan tempat perkembang biakannya.
5) Siklus mengisap darah dan bertelur ini berulang setiap 3-4 hari.
6) Bila mengisap darah seorang penderita demam berdarah dengue atau carrier,
maka nyamuk ini seumur hidupnya dapat menularkan virus itu.
7) Umur nyamuk betina rata-rata 2-3 bulan.

BAB VI
UPAYA PEMBERANTASAN

Upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan dengan cara tepat
guna oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat yang meliputi : (1) pencegahan, (2)
penemuan, pertolongan dan pelaporan, (3) penyelidikan epidemiologi dan pengamatan
penyakit demam berdarah dengue, (4) penanggulangan seperlunya, (5) penanggulangan
lain dan (6) penyuluhan.

1. PENCEGAHAN

Pencegahan dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan Tempat umum dengan melakukan
Pemberantasan sarang Nyamuk (PSN) yang meliputi:

a. menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali, atau


menutupnya rapat-rapat.
b. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air
c. Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi)
d. Memelihara ikan
e. Cara-cara lain membasmi jentik.

2. PENEMUAN, PERTOLONGAN DAN PELAPORAN

136
Penemuan, pertolongan dan pelaporan penderita penyakit demam berdarah dengue
dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara-cara sbb:

a. Keluarga yang anggotanya menunjukkan gejala penyakit demam berdarah dengue


memberikan pertolongan pertama (memberi minum banyak, kompres dingin dan
dan obat penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat) dan dianjurkan
segera memeriksakan kepada dokter atau unit pelayanan kesehatan.
b. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan, penentuan diagnosa dan
pengobatan/perawatan sesuai dengan keadaan penderita dan wajib melaporkan
kepada puskesmas.
c. Kepala keluarga diwajibkan segera melaporkan kepada lurah/kepala desa melalui
kader, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan/Kepala Dusun.
d. Kepala asrama, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan, Kepala Dusun yang mengetahui
adanya penderita/tersangka diwajibkan untuk melaporkan kepada Puskesmas atau
melalui lurah/kepala desa.
e. Lurah/Kepala Desa yang menerima laporan, segera meneruskannya kepada puskesmas.
f. Puskesmas yang menerima laporan wajib melakukan penyelidikan epidemiologi dan
pengamatan penyakit.

3. PENGAMATAN PENYAKIT DAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

a. pengamatan penyakit dilaksanakan oleh Puskesmas yang menemukan atau `


menerima laporan penderita tersangka untuk:
1) Memantau situasi penyakit demam berdarah dengue secara teratur sehingga
kejadian luar biasa dapat diketahui sedini mungkin
2) Menentukan adanya desa rawan penyakit demam berdarah dengue.

b. Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan oleh petugas kesehatan dibantu oleh


masyarakat, untuk mengetahui luasnya penyebaran penyakit dan langkah-langkah
untuk membatasi penyebaran penyakit sebagai berikut:
1) Petugas Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi.
2) Keluarga penderita dan keluarga lain disekitarnya membantu kelancaran
pelaksanaan penyelidikan.
3) Kader, Ketua RT/RW, Ketua lingkungan, Kepala Dusun, LKMD, membantu
petugas kesehatan dengan menunjukkan rumah penderita/tersangka dan mendampingi
petugas kesehatan dalam pelaksanaan penyelidikan epidemiologi.

c. Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan adanya kejadian


luar biasa kepada Camat dan Dinas Kesehatan Dati II, disertai rencana
penanggulangan seperlunya.

4. PENANGGULANGAN SEPERLUNYA

a. Penanggulangan seperlunya dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu oleh


masyarakat untuk membatasi penyebaran penyakit.

b. Jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan hasil penyelidikan epidemiologi


sebagai berikut:
1) Bila:
- ditemukan penderita/tersangka demam berdarah dengue lainnya

137
atau
- ditemukan 3 atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas
dan ditemukan jentikdilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus interval
1 minggu) disertai penyuluhan di rumah penderita/tersangka dan
sekitarnya dalam radius 200 meter dan sekolah yang bersangkutan bila
penderita/tersangka adalah anak sekolah.

2) Bila terjadi Kejadian Luar Biasa atau wabah, dilakukan penyemprotan insektisida
(2 siklus dengan interval 1 minggu) dan penyuluhan di seluruh wilayah yang
terjangkit.

3) Bila tidak ditemukan keadaan seperti di atas, dilakukan penyuluhan di RW/Dusun


yang bersangkutan.

c. Langkah Kegiatan
1) Pertemuan untuk musyawarah masyarakat desa dan
RW/Lingkungan/Dusun
2) Penyediaan tenaga untuk pemeriksa jentik dan penyuluhan untuk dilatih
3) Pemantauan hasil pelaksanaan di tiap RW/lingkungan/Dusun.

BAB VIII
PEMBINAAN PELAKSANAAN

Untuk membina pelaksanaan upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue,


dibentuk Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit demam Berdarah Dengue
(POKJANAL DBD) di setiap tingkatan administrasi pemerintahan.
POKJANAL DBD merupakan forum koordinasi pembinaan pelaksanaan pemberantasan
penyakit demam berdarah dengue.

1. Susunan Oeganisasi Pokjanal DBD.


a. POKJANAL DBd tingkat Kecamatan, tingkat dati II dan tingkat Dati I, masing-masing
dibentuk oleh Camat, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tk II, Gubernur Kepala
daerah TK I, dan merupakan forum koordinasi dalam wadah Tim Pembina LKMD.
Anggotanya terdiri dari unsur instansi dan lembaga terkait dalam pembinaan
pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue termasuk Tim
Penggerak PKK Pusat, tingkat 1, tingkat II dan PKK Tingkat Kecamatan.
b. POKJANAL DBD Tingkat Pusat dibentuk oleh menteri Kesehatan, Departemen
Dalam Negeri, Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Departemen Penerangan,
Departemen Agama, Departemen Keuangan, Bappenas, Departemen Sosial, Tim
Penggerak PKK Pusat dan instansi lain terkait.

2. Penggorganisasian POKJANAL DBD di setiap tingkatan administrasi pemerintahan


sebagai berikut:
a. Ketua
b. Wakil Ketua Bidang Teknis
c. Wakil Ketua bidang Bina program
d. Sekretaris
e. Anggota.

138
3. Tugas dan Fungsi
POKJANAL DBD mempunyai tugas:
a. Menyiapkan data dan informasi tentang keadaan dan perkembangan Pokja
DBD/POKJANAL DBD, cakupan program serta pencapaian hasil kegiatan.
b. Menganalisa masalah dan kebutuhan pembinaan serta menetapkan alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi Pokja DBD/POKJANAL DBD.
c. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap pemecahan masalah.
d. Melakukan pemantauan dan bimbingan teknis pengelolaan program.
e. Menginformasikan masalah yang dihadapi berdasarkan butir d. Tersebut diatas
kepada instansi/lembaga yang bersangkutan dalam rangka pemecahan masalah.
f. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatannya kepada Kepala wilayah/Daerah pada
tingkat pemerintahan yang sama dan kepada POKJANAL DBD pada tingkat
pemerintahan yang setingkat lebih tinggi sekurang-kurangnya setiap 3 bulan.

4. Tata hubungan kerja


a. Pokjanal DBD untuk dan atas nama Tim Pembina LKMD memberikan bimbingan
dan petunjuk teknis kepada tim Pembina LKMD yang lebih rendah, sesuai dengan
bidang dan tugasnya.
b. POKJANAL DBD menyampaikan laporan hasil kegiatannya kepada Ketua Harian
Tim Pembina LKMD pada tingkat pemerintahan yang sama.
c. POKJANAL DBD dapat melakukan hubungan kerja dengan Dinas/Instansi dan
Lembaga Swadaya Masyarakat atau lembaga lain dengan sepengetahuan ketua
Harian tim pembina LKMD, sesuai dengan bidang tugasnya.
d. POKJANAL DBD Tingkat Kecamatan dalam melaksanakan kegiatannya
menggunakan sistem UDKP untuk memadukan perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian serta tindak lanjut pembangunan masyarakat desa yang menyeluruh dan
terpadu pada tingkat kecamatan.
e. Mekanisme kerja POKJANAL DBD dilaksanakan melalui pendekatan fungsional
yaitu dengan memperhatikan tugas pokok, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab
masing-masing instansi dalam semangat kebersamaan dan keterpaduan.
f. Hubungan kerja POKJANAL DBD dengan POKJANAL lain yang ada pada tingkat
pemerintahan yang sama, berdasarkan koordinasi dan konsultasi.

5. Langkah Kegiatan

a. Analisa situasi penyakit demam berdarah dengue termasuk keadaan nyamuk (jentik)
penular demam berdarah dengue.
b. Stratifikasi desa rawan berdasarkan besarnya masalah penyakit demam berdarah
dengue
c. Penentuan desa rawan yang diprioritaskan sebagai sasaran program.
d. Menyusun rencana kegiatan pemberantasan yang ditetapkan dan disetujui oleh
Kepala Wilayah/Daerah.
e. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing tingkatan
pemerintahan
f. Pemantauan dan evaluasi serta pelaporan
g. Pembinaan dan tindak lanjut.

6. Dalam hal terjadi Kejadian Luar Biasa/Wabah penyakit DBD , kepalaWilayah/Daerah


dapat membentuk Tim gerak cepat yang anggotanya terdiri dari anggota POKJANAL, unsur
keamanan, dan unsur lain yang terkait.

139
BAB IX
PEMBIAYAAN

Biaya yang diperlukan untuk pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dibebankan
kepada masing-masing instansi/lembaga terkait, baik melalui APBN, APBD I, APBD II,
swadaya maupun sumber-sumber lain yang sah.

BAB X
PENGHARGAAN

Terhadap kelompok atau perorangan yang berhasil melakukan upaya pemberantasan


penyakit demam berdarah dengue dapat diberikan penghargaan oleh Kepala
wilayah/Daerah atas usulan POKJANAL DBD setempat.

Ditetapkan di: JAKARTA


Pada tanggal : 27 Juli 1992

MENTERI KESEHATAN RI.

Dr, ADHYATMA.MPH.

140
Lampiran 3

PEMBERITAHUAN TERSANGKA DBD/DD/DBD/SSD*)


(Dikirimkan dalam 24 jam Setelah Penegakkan Diagnosis)

UNIT PELAYANAN KESEHATAN : ................................................................


KABUPATEN/KOTA*) : ...................................................... PROPINSI : ..............................

Kepada Yth,
Kadinkes Kabupaten/Kota*) ...........................
di .............................................................

Bersama ini kami beritahukan bahwa kami telah memeriksa/merawat seorang pasien (rawat
jalan/rawat inap *)):
Nama : ....................................................................................
Umur : ....................................................................................
Jenis Kelamin : ....................................................................................
Nama orang tua/KK : ....................................................................................
Alamat rumah : Jl. .................................................................No. ........
RT............................................RW............................
Desa/Kelurahan...........................Kecamatan : .......................
Tanggal mulai sakit : ...........................................20.........
Tanggal penegakkan diagnosis : ...........................................20.........
Keadaan penderita saat ini : Hidup/Meninggal*)

Bila pasien rawat inap :


Tanggal mulai perawatan : ...........................................20.........
Tanggal keluar/selesai perawatan : ...........................................20.........

Diagnosis **): -Jumlah trombosit terendah


Tersangka DBD -Nilai hematokrit terendah
DD (Demam Dengue) -Nilai hematokrit tertinggi
-IgM (+/-)
DBD (Demam Berdarah Dengue)
-IgG (+/-)
SSD (Sindrom Syok Dengue)
-IgM dan IgG (+/-)

..............................................,.................20.......

Kepala/Direksi*.................................

Tembusan : (.......................................................)
Kepada Yth. Ka. Puskesmas

*) Coret yang tidak perlu; **) Bubuhkan tanda check ( ) ; *Rumah Sakit atau tempat perawatan (fasilitas kesehatan)
lainnya

141
Formulir K-DBD

142
LAPORAN BULANAN PENDERITA DD/DBD/SSD DAN PROGRAM PEMBERANTASAN

Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas *) : .............................................................................................
Laporan Bulan/Tahun : .............................................................................................
(1)

Kabupaten/ Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah IR* Jumlah CFR Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Kota/ penderita penderita penderita penderita penderita (%) PE PSN DBD larvasidasi Penyuluhan fogging
Kecamatan/ DD DD yang DBD SSD DBD/SSD PSN DBD focus
Desa/ meninggal yang
Kelurahan*) meninggal

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

Jumlah

*) Coret yang tidak perlu


PJB: Pemeriksaan Jentik Berkala
* Jumlah penderita DBD dan SSD per 100.000 penduduk
Lampiran 4
(2) lanjutan (1)

Jumlah Jumlah Jumlah G3 Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah desa/ Jumlah desa/ Jumlah Jumlah Jumlah
PJB rumah/ M SMP s.d. daerah KLB kabupaten/ kabupaten/ kecamatan kecamatan kelurahan kelurahan kabupaten/ kecamatan desa/
bangunan bulan ini (desa/ kota/ kota/ endemis endemis kota/ sporadis kelurahan
yang kelurahan/ endemis sporadis sporadis
diperiksa kecamatan/
jentik kabupaten/
Jumlah positif kota*)
Jentik)*
(14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26)

Jumlah

* Misalnya yang diperiksa 300, positif 25, maka ditulis 300 (25)
*) Coret yang tidak perlu .....................................................................................20.........
G3M SMP : Gerakan 3 M sebelum masa penularan
Kadinkes Propinsi/Kabupaten/Kota/Ka. Puskesmas *)

(......................................................................)

143
Lampiran 4b
Formulir W2-DBD

144
LAPORAN MINGGUAN PENDERITA DD/DBD/SSD

Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas*) : .............................................................................................
Bulan/Tahun : .............................................................................................

Kabupaten/ Minggu*
1 2 3 4 ....... Total
Kota/
Kecamatan/
Desa/ DD DBD SSD DD DBD SSD DD DBD SSD DD DBD SSD DD DBD SSD DD DBD SSD
Kelurahan*)
P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M

Jumlah

*) Coret yang tidak perlu; P=Penderita; M:Meninggal; *Mengikuti kalender survailans

DD : Demam Dengue ....................................................,..............................20.........


DBD : Demam Berdarah Dengue
SSD : Sindrom Syok Dengue
Kadinkes Propinsi/Kabupaten/Kota/Ka. Puskesmas*)

(.....................................................................)
Lampiran 5
WI PU/KA/PR *)
LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA
(dilaporkan dalam 24 jam)
Pada tgl/bln/th : ............................./20.............
di Desa/Kelurahan : ...............................................
Kecamatan : ...............................................
kabupaten/Kota : ...............................................
Propinsi : ...............................................

Telah terjadi sejumlah ................. Penderita dan sejumlah........................Kematian

Tersangka penyakit Kolera ❑ Demam Kuning ❑ Demam berdarah ❑ Polio ❑ Penyakit lainnya ❑
Pies ❑ demam bolak-balik ❑ Dengue ❑ Meningtus ❑ Tersangka keracunan ❑
Diarae ❑ Hepateis ❑ Typhus perut ❑ Encehatis ❑
Dipriten ❑ Pertusis ❑ Rabies ❑ Malaria ❑
Anhrax ❑ Tyhus bercak wabah ❑ Campak ❑

dengan gejala Berak-berak ❑ Sakit kepala ❑ Bercak-bercak merah ❑ Sesak napas ❑ Selaput mata kuning ❑ Sakit perut ❑
Muntah-muntah ❑ Lemah/lesu ❑ pada kulit ❑ disertai bunyi ❑ Air seni berwama ❑ perubahan bentuk ❑
Diare mengencer ❑ Mual ❑ leher ❑ Batuk beruntun ❑ spt air teh kental ❑ tinja bentuk ❑
Seperti air ❑ Mimsar ❑ kesadaran ❑ Kelumpuhan ❑ Sember ❑ tinja Lesu ❑
Cenidras ❑ Perdarahan mulut ❑ menurun ❑ Sulit menelan ❑ Permukaan lidah ❑ Pasilo mata ❑
Demam tinggi men ❑ Muntah darah ❑ Shock ❑ Makan ❑ kotor pingirannya merah ❑ Muka ❑
dada dingin panas ❑ Berak darah ❑ Batuk pilek ❑ Sulit bernapas ❑ Kaku kuduk ❑ papus ❑
tenaga kurang ❑ Bercak-bercak merah ❑ Conjuctive ❑ Berkunang ❑ Kejang-kejang ❑ Noda ❑
Batuk darah men ❑ di kulit ❑ photoshop ❑ Muka pucat ❑ Reflex patologis ❑ kekakuan umum di ❑
dadak ❑ menggigil ❑ Sakit wabah ❑ Nyeri otot ❑ porsis kulit melepur ❑ seluruh tubuh ❑
Dengan mendadak ❑ Nyeri ulu hati ❑ malaria ❑ Limpa membesar ❑ Ulous ❑ Sukar jalan Mulut ❑
kulit kuning ❑ Hati membesar ❑ Leher membengkak ❑ perasaan dingin ❑ sukar dibuak ❑
Freg Bab > 3 x IV ❑ dan ingusan ❑ mengisap ❑
Cyanosisi ❑
Tindakan yang telah diambil ! ..................................................
..................................................
..................................................
Catatan
Keterangan 1. Satu kelas formulir ini hanya untuk melaporkan ......................................................20.........
*) Coret yang tidak perlu satu jenis tersangka penyakit keracunan
2. Bila tersangka KI.B tsb terjadi pada beberapa Kepala...................................
tempat (Kelurahan/Desa/Kecamatan/
Kabupaten) tuliskan semuannya pada tempat yang tersedia.
3. Penderita dan kematian tuliskan jumlah keseluruhannya (..................................)
4. Selain melalui Pos. isi laporan Wl ini dapat disampaikan
dengan menggunakan saran: komunikasi cepat yang lain

145
Lampiran 6
Lampiran 7

Form KD/RS-DBD

PEMBERITAHUAN PENDERITA INFEKSI DENGUE


(Dikirimkan dalam 24 jam setelah diagnosis awal ditegakkan)
RS/PUSKESMAS*) : ............................................

KAB/KOTA*) : ..............................................PROVINSI :. ................................................

Kepada Yth
Dinas Kesehatan Kab/Kota .......................................
di ..............................................................................

Bersama ini kami beritahukan bahwa kami telah memeriksa/merawat seorang pasien.
No. Rekam Medik : ..............................................................................
Nama : ..............................................................................
Umur : ........tahun
Jenis Kelamin : L/P*)
Nama orang tua/KK : ..............................................................................
Alamat rumah : Jl..................................................No.telp/HP:........
RT...........................RW/RK....................................
Kelurahan/Desa :....................Kecamatan :............
Tanggal mulai sakit : .........................................................20..................
Tanggal mulai dirawat/diagnosis dibuat : .........................................................20..................

KEADAAN PENDERITA SAAT INI: HIDUP/MENINGGAL*)

DIAGNOSIS AWAL**): HASIL PEMERIKSAAN LAB


Suspek Infeksi Dengue
DD (Demam Dengue) - Jumlah Trombosit terendah
DBD (Demam Berdarah Dengue)
SSD (Sindrom Syok Dengue)
- Nilai Hematokrit terendah

DIAGNOSIS AKHIR **): Tanggal:............ HASIL PEMERIKSAAN LAB


Suspek Infeksi Dengue
DD (Demam Dengue) - Jumlah Trombosit terendah
DBD (Demam Berdarah Dengue)
SSD (Sindrom Syok Dengue)
Lainnya: ....................................... - Nilai Hematokrit terendah

KEADAAN PENDERITA SAAT PULANG: HIDUP/MENINGGAL*)


...................................................Thn........
DIREKTUR/KEPALA ..............................

( )
Tembusan :
Kepada Yth : Kepala Puskesmas ________________________
*) : Lingkari yang dipilih
**) : Bubuhkan tanda check ( ? ) pada box
**) : Bubuhkan tanda Check (v) pada box.

Lembar 1: Untuk Dinas Kesehatan Kab/Kota

Lembar 2: Untuk Keluarga Penderita agar disampaikan ke Puskesmas di daerah tempat tinggalnya

146
Formulir DP-DBD

DATA DASAR PERORANGAN PENDERITA DD/DBD/SSD DAN PENANGGULANGAN

Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas *) : .............................................................................................
Laporan Bulan/Tahun : .............................................................................................
(1)

No. No. Kode Umur Jenis Kabupaten/ Kecama- Desa/ Alamat Tanggal Tanggal Tanggal Diagnosis Tanggal Tanggal
penderita (tahun) kelamin Kota Tan Kelurahan mulai sakit/ mulai penegak- (DD/ pelaporan keluar
(L/P) demam perawatan kan DBD/ dari tempat /selesai
diagnosis SSD *) perawatan perawatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

*) Coret yang tidak perlu


L: laki-laki; P:perempuan
DD: Demam Dengue DBD : Demam Berdarah Dengue; SSD : Sindrom Syok Dengue (DBD derajat III atau IV)
Lampiran 8

147
Hasil pemeriksaan laboratorium Penanggulangan fokus

148
Nama unit pelapor Serologis Tanggal
Keadaan Penyeli-
(RS/tempat Jumlah Nilai Nilai Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal
pulang dikan
perawatan ) trombosit hematokrit hematokrit IgM IgG IgM dan PSN DBD larvasidasi penyulu- fogging fogging
(K/M:) epidemio-
terendah terendah tertinggi (+/-) (+/-) IgG han focus focus
(+/-) logis (PE) siklus 1 siklus 2

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

K : kasus (=sembuh); M : meninggal

.....................................................................................20.........

Kadinkes Propinsi/Kabupaten/Kota/Ka. Puskesmas *)


Lampiran 8b

(......................................................................)
Lampiran 9
(Form: P-DBD)
DATA TRIWULAN P2 DEMAM BERDARAH DENGUE
Puskesmas : ........................................
Kab/Kota : .........................................
Propinsi : .........................................
Triwulan : .........................................
Fogging Larvasidasi PJB Angka Bebas Jentik
No Kab/Kota Massal Selektif
Kecamatan/Puskesmas Kel/ Rumah Kel/ Rumah Kel/ Rumah Rumah Sekolah RS/ TTU**)
/ Desa Desa Desa Pusk. Lain
Kelurahan/Desa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

JUMLAH
*) Coret yang tidak perlu
**) Sebutkan jenis tempat umumnya

Keadaan
Stok Bahan Jumlah Alat Jumlah Baik Rusak
Insektisida
Larvasida Mesin Fog
RDT DBD Mesin ULV besar
Filter Paper Mesin ULV
Dengue Blot Kit portable
Leaflet
Slide DBD
Radio Spot
Film DBD
JUMLAH JUMLAH

...................., tgl. .......................


...................................................
(.................................................)
NIP.

149
Lampiran 10

KARTU JENTIK RUMAH/BANGUNAN*

Nama KK/Pengelola Bangunan/Instansi: ...................................


Alamat: ......................................................................................
Desa/Kelurahan: .........................................................................
Kecamatan: ................................................................................
Kabupaten/Kota: ........................................................................

Hasil pemeriksan jentik nyamuk penular DBD (+)/(-)


Bulan Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

*Gantungkan pada meteran listrik rumah/bangunan

Petugas pemeriksa jentik

(.......................................................)

150
Lampiran 11

FORMULIR JPJ-1

HASIL PEMERIKSAAN JENTIK


RT/RW : .......................................................
DESA/KELURAHAN : .......................................................
KECAMATAN: ..................................................................
KABUPATEN/KOTA: ..........................................................

No Nama KK/ Alamat Jentik


Jenis/Nama TTU (RT/RW) (+) (-) Keterangan

Petugas pemeriksa jentik

(.......................................................)

151
Lampiran 12

FORMULIR PJB-1

REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN JENTIK


KECAMATAN/WILAYAH KERJA PUSKESMAS : ...............................................
KABUPATEN/KOTA: ..........................................................................................

Tanggal Desa/Kelurahan Jumlah Jumlah


No ABJ*
pemeriksaan yang diperiksa rumah/bangunan rumah/bangunan
desa/
jentik yang diperiksa yang positif jentik
kel. (%)

* ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik dibagi
jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%.

Kepala Puskesmas,

152
Lampiran 13

FORMULIR PJB-2

REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN JENTIK PER KECAMATAN & KELURAHAN


KABUPATEN/KOTA .................................................................................

No Tanggal Kecamatan & Jumlah Jumlah


HI, CI,
pemeriksaan Kelurahan yang rumah/bangunan rumah/bangunan
BI, ABJ*
jentik diperiksa yang diperiksa yang positif jentik
desa/
kel.
(%)

* ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik dibagi
jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%

Kepala Subdin PP&PL,

(.......................................................)

153
Lampiran 14

FORMULIR PJB 3

REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN JENTIK PER KABUPATEN


PROPINSI : ..........................................................................................

No Tanggal Kabupaten & Jumlah Jumlah HI,


pemeriksaan Kecamatan yang rumah/bangunan rumah/bangunan CI,
jentik diperiksa yang diperiksa yang positif jentik BI,
ABJ*
desa/
kel.
(%)

* ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik
dibagi jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%.
* HI
*CI
*BI
Kepala Subdin PP&PL,

(.......................................................)

154
Lampiran 15

PANDUAN PENUGASAN
SURVEILAN DAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD

Penugasan :

A. Surveilan Vektor DBD

1. Sebagai tenaga program DBD di Propinsi, Kab/Kota dan Puskesmas, anda diminta
mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan survei vektor
2. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 orang.
3. Fasilitator membagikan alat dan bahan penugasan kepada masing-masing kelompok.
4. Tiap kelompok menyusun rencana kegiatan surveilan DBD (sampel ditentukan secara
acak/sistematic random sampling).
5. Kemudian tiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatan tersebut.

B. Praktik Laboratorium/Kelas

1. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 orang.
2. Fasilitator membagikan alat dan bahan untuk identifikasi jentik dan nyamuk dewasa
kepada masing-masing kelompok.
3. Fasilitator mencontohkan identifikasi jentik/larva menggunakan mikroskop compound.
4. Peserta melakukan identifikasi jentik/larva menggunakan mikroskop compound seperti
yang dicontohkan oleh fasilitator.
5. Fasilitator mencontohkan identifikasi nyamuk Aedes sp. dewasa menggunakan
mikroskop stereo.
6. Peserta melakukan identifikasi nyamuk Aedes sp. dewasa menggunakan mikroskop
stereo seperti yang dicontohkan oleh fasilitator.
7. Peserta mengidentifikasi jentik dan nyamuk secara mikroskopis! (spesimen dan
mikroskop disediakan oleh fasilitator)

155
BAB I
KURIKULUM
PELATIHAN MANAJEMEN PENGENDALIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A dan
B yang bermasalah di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya
dan Japanese Encephalitis (JE). Ketiga penyakit tersebut sama-sama ditularkan oleh
gigitan vektor nyamuk tetapi mempunyai beberapa perbedaan antara lain jenis/spesies
nyamuk penularnya, pola penyebaran, gejala penyakit, tata laksana pengobatan
maupun upaya pencegahannya.

Penyakit DBD mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta,
dan setelah itu jumlah kasus DBD terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya
daerah endemis DBD. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan KLB tetapi juga
menimbulkan dampak buruk sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi
antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga,
dan berkurangnya usia harapan penduduk.

Pada tiga tahun terakhir (2008-2010) jumlah rata-rata kasus dilaporkan sebanyak
150.822 kasus dengan rata-rata kematian 1.321 kematian. Situasi kasus DBD tahun
2011 sampai dengan Juni 2011 dilaporkan sebanyak 16.612 orang dengan kematian
sebanyak 142 orang (CFR=0,85%). Dari jumlah kasus tersebut, proporsi penderita
DBD pada perempuan sebesar 50,33% dan laki-laki sebesar 49,67% . Disisi lain angka
kematian akibat DBD pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.

Situasi ini perlu diatasi dengan segera agar indikator kinerja/target pengendalian DBD
yang tertuang dalam dokumen RPJMN yaitu IR DBD pada tahun 2014 adalah 51/100.000
penduduk, serta ABJ sebesar ≥ 95% dapat dicapai.

G ambar 1 : Pertambahan Jumlah Kasus DBD sejak Tahun 1968-2011

IR 2010 :65,70/
100.000 pddk
80

60
IR dan CFR

40

20

0
1968

1970

1972

1974

1976

1978

1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

Tahun IR/100.000
CFR(%)

1
B. Filosofi

Pelatihan manajemen pengendalian DBD, menggunakan nilai-nilai dan keyakinan


yang menjiwai, mendasari, dan memberikan identitas pada sistem pelatihan sebagai
berikut :
1. Pelatihan menerapkan prinsip pembelajaran orang dewasa dengan karakteristik :
a. Pembelajaran pada orang dewasa adalah belajar pada waktu, tempat dan
kecepatan yang sesuai untuk dirinya.
b. Setiap orang dewasa memiliki cara dan gaya belajar tersendiri dalam upaya
belajar secara efektif.
c. Kebutuhan orang untuk belajar adalah karena adanya tuntutan untuk
mengembangkan diri secara profesional.
d. Proses pembelajaran melalui pelatihan diarahkan kepada upaya perubahan
perilaku dalam diri manusia sebagai diri pribadi dan anggota masyarakat.
e. Proses pembelajaran orang dewasa melalui pelatihan perlu memperhatikan
penggunaan metode dan teknik yang dapat menciptakan suasana partisipatif.
2. Proses pelatihan memanfaatkan pengalaman peserta dalam melakukan
pengendalian DBD dan digunakan pada setiap tahap proses pembelajaran.
3. Proses pembelajaran lebih banyak memberi pengalaman melakukan sendiri
secara aktif pengendalian DBD atau menggunakan metode learning by doing.

II. PERAN DAN FUNGSI

A. Peran

Setelah selesai pelatihan peserta mempunyai peran :


1. Pengelola program
2. Penyuluh

B. Fungsi

Setelah selesai pelatihan peserta mampu :


1. Memahami epidemiologi DBD
2. Melakukan surveilans kasus DBD
3. Melakukan surveilans dan pengendalian vektor DBD
4. Memahami penatalaksanaan kasus DBD
5. Melakukan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan fokus dan KLB DBD
6. Mengoperasikan alat dan bahan pengendalian vektor DBD
7. Melakukan perencanaan dan supervisi pengendalian DBD
8. Melakukan promosi kesehatan dalam program pengendalian DBD

III. KOMPETENSI

Peserta memiliki kompetensi dalam :


1. Memahami epidemiologi (melakukan kegiatan epidemiologi)
2. Melakukan surveilans kasus
3. Melakukan surveilans dan pengendalian vektor
4. Memahami penatalaksanaan kasus DBD
5. Melakukan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan fokus dan KLB
6. Mengoperasikan alat dan bahan pengendalian vektor,
7. Melakukan perencanaan dan supervisi pengendalian DBD
8. Melakukan promosi kesehatan dalam program pengendalian DBD

2
IV. TUJUAN PELATIHAN

A. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu mengelola program pengendalian


DBD.

B. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta dapat :


1. Menjelaskan epidemiologi
2. Melakukan surveilans kasus
3. Melakukan surveilans dan pengendalian vektor
4. Memahami penatalaksanaan kasus DBD
5. Melakukan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan fokus dan KLB
6. Mengoperasikan alat dan bahan pengendalian vektor
7. Melakukan perencanaan dan supervisi pengendalian DBD
8. Melakukan promosi kesehatan dalam program pengendalian DBD

V. STRUKTUR PROGRAM

No Materi T P PL JML
A Materi Dasar
Kebijakan pengendalian DBD 2 2

B Materi Inti
1. Epidemiologi DBD 2 2
2. Surveilans Kasus DBD 2 2 4
3. Surveilans dan pengendalian vektor DBD 2 3 5
4. Tatalaksana kasus DBD 1 2 3
5. Penyelidikan Epidemiologi, 1 2 3
Penanggulangan Fokus dan
Penanggulangan KLB DBD
6. Pengoperasian alat dan bahan 2 4 6
pengendalian Vektor DBD.
7. Perencanaan dan supervisi 2 2 4
pengendalian Pengendalian Penyakit
DBD
8. Promosi Kesehatan dalam Pengendalian 2 2 4
DBD
C Materi Penunjang
1. Membangun komitmen belajar 2 2
2. Rencana tindak lanjut & Pembulatan 2 2

Total 16 17 4 37

Keterangan tabel :
T : Teori
P : Penugasan
PL : Praktek Lapangan
1JPL : 45 menit

3
VI. PESERTA, PELATIH DAN PENYELENGGARA

A. Peserta

1. Peserta latih adalah:


Pengelola program DBD di tingkat Pusat, UPT, Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Puskesmas.

2. Kriteria peserta latih adalah :


a. Mendapat dukungan dari pimpinan
b. Memiliki kewenangan tugas dalam pengendalian DBD
c. Pendidikan minimal D3 kesehatan atau yang setara
d. Jumlah peserta latih dalam 1 kelas maksimal 30 orang

B. Fasilitator / Narasumber

1. Fasilitator adalah :
a. Subdit Arbovirosis
b. Subdit Pengendalian Vektor
c. Pusat Promosi Kesehatan
d. Subdit Bina Upaya RS Khusus dan Rujukan
e. Dinkes Provinsi
f. Widya Iswara (WI)
g. Tim Pakar

2. Kriteria fasilitator adalah :


a. Pelatih/fasilitator mempunyai kemampuan kediklatan
b. Mempunyai kemampuan teknis sesuai dengan materi yang diberikan
c. Pendidikan pelatih minimal setara dengan kriteria peserta latih

C. Penyelenggara

Penyelenggara pelatihan ini dilakukan oleh :


1. Pusat (Ditjen PP dan PL)
2. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
3. UPT/UPTD terkait DBD

4
VII. ALUR PROSES DAN METODE PEMBELAJARAN

Pembukaan

Membangun komitmen belajar (BLC)


Metode : permainan, diskusi

Wawasan/ Pengetahuan Ketrampilan :


Metode : 1. Kebijakan Pengendalian DBD
- Ceramah tanya jawab 2. Epidemiologi DBD
- Bermain peran/simulasi 3. Surveilans Kasus DBD
- Studi kasus 4. Surveilans dan Pengendalian Vektor
- Demonstrasi DBD
5. Tatalaksana Kasus DBD
6. Penyelidikan Epidemiologi,
Praktek lapangan Penanggulangan Fokus dan
Penanggulangan KLB.
7. Pengoperasian alat dan bahan,
Pengendalian Vektor
Rencana Tindak Lanjut 8. Perencanaan dan Supervisi
Pengendalian DBD
9. Promosi Kesehatan dalam Program
Pengendalian DBD
Evaluasi

Penutupan

Bagan 1 : Alur proses pembelajaran

VIII. WAKTU DAN KELENGKAPAN PELATIHAN

A. Waktu Pelatihan

Pelatihan diselenggarakan selama 37 jam pelajaran (1 JPL = 45 menit)

B. Kelengkapan Pelatihan

Untuk menunjang proses pembelajaran perlu adanya kelengkapan berupa :


1. Referensi yang berasal dari fasilitator
2. Formulir-formulir yang dibutuhkan selama proses pembelajaran
3. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan : Mikroskop compound dan stereo, hot
fogger/ (mesin pengasap), ULV(Ultra Low Volume), PSN kit, spesimen jentik dan
nyamuk, insektisida, bahan bakar,
4. Alat bantu belajar : LCD, Notebook, Whiteboard, Flipchart, Compact Disk

5
IX. MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN

A. Monitoring

Monitoring bertujuan untuk menjaga proses pelatihan berjalan sesuai dengan desain/
modul pelatihan.

B. Evaluasi

1. Evaluasi terhadap peserta dilakukan dengan pre-test dan post-test


2. Evaluasi terhadap fasilitator :
a. Untuk mengetahui kemampuan fasilitator/narasumber dalam menyampaikan
materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Materi pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami/diserap oleh peserta
3. Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan

X. GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (lampiran 1)

XI. SERTIFIKASI

Sertifikat akan diberikan kepada peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan memenuhi
ketentuan yang berlaku :
1. Mengikuti pelatihan/kehadiran sekurang-kurangnya 90% dari alokasi waktu pelatihan.
2. Mendapatkan 1 (satu) angka kredit

6
BAB II

MATERI DASAR
KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENYAKIT DBD
(Waktu : T 2 JPL)

I. DESKRIPSI SINGKAT

Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah


dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan
perubahan lingkungan strategis, baik secara nasional maupun global. Penerapan
desentralisasi di bidang kesehatan dan pencapaian sasaran Millenium Development
Goals (MDGs) merupakan contoh masalah dan tantangan yang perlu menjadi perhatian
seluruh stakeholder bidang kesehatan, khususnya para pengelola program, dalam
menyusun kebijakan dan strategi agar pelaksanaannya menjadi lebih efisien dan efektif.

Program pencegahan dan pengendalian penyakit menular telah mengalami


peningkatan capaian walaupun penyakit infeksi menular masih tetap menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang menonjol terutama TB, Malaria, HIV-AIDS, DBD dan Diare.
Angka kesakitan DBD masih tinggi, yaitu sebesar 65,57 per 100.000 penduduk pada
tahun 2010, sedangkan angka kematian dapat ditekan di bawah 1 persen, yaitu 0,87
persen.

Target pengendalian DBD tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian
Kesehatan 2010-2014 dan KEPMENKES 1457 tahun 2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal yang menguatkan pentingnya upaya pengendalian penyakit DBD di Indonesia
hingga ketingkat Kabupaten/Kota bahkan sampai ke desa. Melalui pelaksanaan program
pengendalian penyakit DBD diharapkan dapat berkontribusi menurunkan angka
kesakitan, dan kematian akibat penyakit menular di Indonesia

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Peserta mampu memahami kebijakan dan strategi yang terkait dengan program
pengendalian DBD.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu :


1. Menjelaskan situasi DBD dan permasalahan yang terkait dengan pengendalian
DBD.
2. Menjelaskan dan melaksanakan kebijakan, strategi dan kegiatan pokok pengendalian
DBD.
3. Menjelaskan target / indikator kinerja pengendalian DBD

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

A. Pokok Bahasan 1 : Situasi DBD dan Permasalahan Pengendalian DBD

Sub Pokok Bahasan :


1. Situasi DBD di Indonesia
2. Permasalahan pengendalian DBD

7
B. Pokok Bahasan 2 : Kebijakan Pengendalian DBD

Sub Pokok Bahasan :


1. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014
2. Visi, Misi dan Tujuan Pengendalian DBD
3. Kebijakan, Strategi dan Sasaran Pengendalian DBD
4. Kegiatan Pokok Pengendalian DBD
5. Target/Indikator Pengendalian DBD tahun 2010-2014

IV. METODE

• Ceramah
• Diskusi & tanya jawab

V. BAHAN BELAJAR

• Modul
• Copy materi

VI. ALAT BANTU BELAJAR

• Komputer
• LCD
• CD

VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

A. Langkah 1

1. Penciptaan suasana kesiapan belajar


2. Perkenalan diri
3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah pada pengenalan topik materi

B. Langkah 2

1. Pelatih menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran


2. Diberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan atau
mengklarifikasi tujuan tersebut
3. Pemaparan materi selama 2 JPL
4. Diskusi dan tanya jawab

VIII. URAIAN MATERI

A. Situasi DBD dan Permasalahan DBD di Indonesia

1. Situasi DBD

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah


kesehatan masyarakat dan endemis di hampir seluruh Kota/Kabupaten di

8
Indonesia. Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 hingga saat ini jumlah
kasus DBD dilaporkan meningkat dan penyebarannya semakin meluas mencapai
seluruh provinsi di Indonesia (33 provinsi). Penyakit ini seringkali menimbulkan
KLB di beberapa daerah endemis tinggi DBD.

Grafik 2 : Insiden Rate DBD per 100.000 penduduk dan


Case Fatality Rate (CFR) di Indonesia tahun 2005 - 2010

Sejak tahun 2005, nampak adanya kecenderungan penurunan CFR DBD.


Sedikit peningkatan nampak pada tahun 2009. Kecenderungan penurunan
tersebut tidak nampak pada IR DBD per 100.000 penduduk. IR DBD sejak 2006
hingga 2010 cenderung fluktuatif.

Pada tahun 2010 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 155.777
penderita (IR: 65,57/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak
1.358 (CFR0,87 %).

Gambar 3 : Grafik Insiden Rate (IR) DBD di Indonesia tahun 2010

9
2. Permasalahan DBD

Peningkatan kasus dan KLB DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Belum ada obat anti virus untuk mengatasi infeksi virus Dengue, maka
memutus rantai penularan, pengendalian vektor DBD dianggap yang
terpenting saat ini.
b. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pengendalian DBD, terutama pada
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) meskipun pada umumnya
pengetahuan tentang DBD dan cara-cara pencegahannya sudah cukup
tinggi.
c. Kurangnya jumlah dan kualitas SDM pengelola program DBD di setiap
jenjang administrasi
d. Kurangnya kerjasama serta komitmen lintas program dan lintas sektor dalam
pengendalian DBD,
e. Sistem pelaporan dan penanggulangan DBD yang terlambat dan tidak sesuai
dengan standard operasional prosedur (SOP),
f. Banyak faktor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian DBD dan
KLB yang sulit atau tidak dapat dikendalikan seperti, kepadatan penduduk/
pemukiman, urbanisasi yang tidak terkendali, lancarnya transportasi (darat ,
laut dan udara), serta keganasan (virulensi) virus Dengue.
g. Perubahan iklim (climate change) yang cenderung menambah jumlah habitat
vektor DBD menambah risiko penularan.
h. Infrastruktur penyediaan air bersih yang tidak memadai
i. Letak geografis Indonesia di daerah tropik mendukung perkembangbiakan
vektor dan pertumbuhan virus.

B. Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD

1. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014

Pada dokumen Renstra Kemenkes tahun 2010-2014 tertuang visi dan


misi serta nilai-nilai dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia, yang menjadi dasar dalam penentuan kebijakan dan strategi
pengendalian DBD di Indonesia.

Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan


kesehatan, Kementerian Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai
yaitu :
a. Pro Rakyat yang artinya dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
Kemenkes selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan menghasilkan yang
terbaik untuk rakyat.
b. Inklusif adalah melibatkan semua pihak dalam melaksanakan semua program
pembangunan kesehatan. Karena pembangunan kesehatan tidak mungkin
hanya dilaksanakan oleh Kemenkes saja.
c. Responsif yang dimaksud adalah program kesehatan harus sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi
permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi
geografis.
d. Efektif untuk mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah
ditetapkan dan bersifat efisien.
e. Bersih, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan dan
akuntabel.

10
Adapun sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan 201-2014
antara lain adalah :
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani
dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif-
preventif.
c. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional.
d. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang
merata dan bermutu.
e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan, dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan.
f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan,
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan
yang bertanggung jawab.

2. Visi, Misi dan Tujuan Pengendalian DBD

a. Visi
Untuk meningkatkan kemampuan penduduk khususnya di daerah endemis
sehingga mampu mencegah dan melindungi diri dari penularan DBD melalui
perubahan perilaku (PSN DBD) dan kebersihan lingkungan.

b. Misi
1) Program pengendalian DBD bertujuan untuk menghentikan dan
mencegah penularan penyakit dari penderita ke orang sehat melalui
pengendalian vektor.
2) Penduduk yang menjadi sasaran program pengendalian termasuk
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama yang tinggal di
daerah endemis, pimpinan lembaga pemerintah, swasta dan organisasi
kemasyarakatan dan lingkungan tempat pemukiman baik yang ada di
dalam dan di luar rumah agar bebas dari tempat perkembangbiakan
vektor.

c. Tujuan
1) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian
DBD
2) Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap penularan
DBD
3) Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar
4) Menurunkan angka kesakitan DBD
5) Menurunkan angka kematian akibat DBD

3. Kebijakan, Strategi dan Sasaran Pengendalian DBD

a. Kebijakan Nasional Pengendalian DBD


Kebijakan Nasional untuk pengendalian DBD sesuai KEPMENKES No
581/MENKES/SK/VII/1992 (Lampiran 2) tentang Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah Dengue, adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian terhadap
pengendalian DBD.
2) Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit
DBD.
11
3) Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program pengendalian
DBD.
4) Memantapkan kerjasama lintas sektor/ lintas program.
5) Pembangunan berwawasan lingkungan.

b. Strategi Pengendalian DBD


Berdasarkan visi, misi, kebijakan dan tujuan pengendalian DBD, maka
strategi yang dirumuskan sebagai berikut :
1) Pemberdayaan masyarakat
Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit DBD merupakan salah satu kunci keberhasilan
upaya pengendalian DBD. Untuk mendorong meningkatnya peran aktif
masyarakat, maka KIE, pemasaran sosial, advokasi dan berbagai upaya
penyuluhan kesehatan lainnya dilaksanakan secara intensif dan
berkesinambungan melalui berbagai media massa maupun secara
berkelompok atau individual dengan memperhatikan aspek sosial budaya
yang lokal spesifik.
2) Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD
Upaya pengendalian DBD tidak dapat dilaksanakan oleh sektor
kesehatan saja, peran sektor terkait pengendalian penyakit DBD sangat
menentukan. Oleh sebab itu maka identifikasi stake-holders baik sebagai
mitra maupun pelaku potensial merupakan langkah awal dalam
menggalang, meningkatkan dan mewujudkan kemitraan. Jejaring
kemitraan diselenggarakan melalui pertemuan berkala guna memadukan
berbagai sumber daya yang tersedia dimasing-masing mitra. Pertemuan
berkala sejak dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan,
pemantauan dan penilaian melalui wadah Kelompok Kerja Operasional
(POKJANAL DBD) di berbagai tingkatan administrasi.
3) Peningkatan Profesionalisme Pengelola Program
SDM yang terampil dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai keberhasilan
pelaksanaan program pengendalian DBD.
4) Desentralisasi
Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelolaan kegiatan
pengendalian DBD kepada pemerintah kabupaten/kota, melalui SPM
bidang kesehatan.
5) Pembangunan Berwawasan Kesehatan Lingkungan
Meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat mengurangi risiko
penularan DBD kepada manusia, sehingga dapat menurunkan angka
kesakitan akibat infeksi Dengue/DBD.

c. Sasaran
Berdasarkan strategi yang telah dirumuskan, maka sasaran
pengendalian DBD adalah :
1) Individu, keluarga dan masyarakat di tujuh tatanan dalam PSN yaitu
tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat-tempat
umum, tempat penjual makanan, fasilitas olah raga dan fasilitas
kesehatan yang secara keseluruhan di daerah terjangkit DBD mampu
mengatasi masalah termasuk melindungi diri dari penularan DBD di
dalam wadah organisasi kemasyarakatan yang ada dan mengakar di
masyarakat.
2) Lintas program dan lintas sektor terkait termasuk swasta/dunia usaha,
LSM dan organisasi kemasyarakatan mempunyai komitmen dalam
penanggulangan penyakit DBD.

12
3) Penanggungjawab program Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan dan Desa/Kelurahan mampu membuat dan menetapkan
kebijakan operasional dan menyusun prioritas dalam pengendalian DBD.
4) SDM bidang kesehatan di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan dan Desa/Kelurahan
5) Kepala wilayah/pemerintah daerah, pimpinan sektor terkait termasuk
dunia usaha, LSM dan masyarakat.

4. Kegiatan Pokok Pengendalian DBD

a. Surveilans epidemiologi
Surveilans pada pengendalian DBD meliputi kegiatan surveilans
kasus secara aktif maupun pasif, surveilans vektor (Aedes sp), surveilans
laboratorium dan surveilans terhadap faktor risiko penularan penyakit seperti
pengaruh curah hujan, kenaikan suhu dan kelembaban serta surveilans
akibat adanya perubahan iklim (climate change).

b. Penemuan dan tatalaksana kasus


Penyediaan sarana dan prasarana untuk melakukan pemeriksaan dan
penanganan penderita di Puskesmas dan Rumah Sakit.

c. Pengendalian vektor
Upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada fase nyamuk dewasa
dan jentik nyamuk. Pada fase nyamuk dewasa dilakukan dengan cara
pengasapan untuk memutuskan rantai penularan antara nyamuk yang
terinfeksi kepada manusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN dengan
kegiatan 3M Plus :
1) Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan barang
bekas
2) Secara kimiawi dengan larvasidasi
3) Secara biologis dengan pemberian ikan
4) Cara lainnya (menggunakan repellent, obat nyamuk bakar, kelambu,
memasang kawat kasa dll)

Kegiatan pengamatan vektor di lapangan dilakukan dengan cara :


1) Mengaktifkan peran dan fungsi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dan
dimonitor olah petugas Puskesmas.
2) Melaksanakan bulan bakti “Gerakan 3M” pada saat sebelum musim
penularan.
3) Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3 bulan sekali dan dilaksanakan
oleh petugas Puskesmas.
4) Pemantauan wilayah setempat (PWS) dan dikomunikasikan kepada
pimpinan wilayah pada rapat bulanan POKJANAL DBD, yang menyangkut
hasil pemeriksaan Angka Bebas Jentik (ABJ).

d. Peningkatan peran serta masyarakat


Sasaran peran serta masyarakat terdiri dari keluarga melalui peran
PKK dan organisasi kemasyarakatan atau LSM, murid sekolah melalui UKS
dan pelatihan guru, tatanan institusi (kantor, tempat0tempat umum dan
tempat ibadah). Berbagai upaya secara polotis telah dilaksanakan seperti
instruksi Gubernur/Bupati/Walikota, Surat Edaran Mendagri, Mendiknas, serta
terakhir pada 15 Juni 2011 telah dibuat suatu komitmen bersama pimpinan
daerah Gubernur dan Bupati/Walikota untuk pengenadalian DBD.

13
e. Sistem kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB
Upaya SKD DBD ini sangat penting dilakukan untuk mencegah
terjadinya KLB dan apabila telah terjadi KLB dapat segera ditanggulangi
dengan cepat dan tepat. Upaya dilapangan yaitu dengan melaksanakan
kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) dan penanggulangan seperlunya
meliputi foging fokus, penggerakan masyarakat dan penyuluhan untuk PSN
serta larvasidasi.

Demikian pula kesiapsiagaan di RS untuk dapat manampung pasien


DBD, baik penyediaan tempat tidur, sarana logistik, dan tenaga medis,
paramedis dan laboratorium yang siaga 24 jam. Pemerintah daerah
menyiapkan anggaran untuk perawatan bagi pasien tidak mampu.

f. Penyuluhan
Promosi kesehatan tentang penyakit DBD tidak hanya menyebarkan
leaflet atau poster tetapi juga ke arah perubahan perilaku dalam
pemberantasan sarang nyamuk sesuai dengan kondisi setempat. Metode ini
antara lain dengan COMBI, PLA dsb.

g. Kemitraan/jejaring kerja
Disadari bahwa penyakit DBD tidak dapat diselesaikan hanya oleh
sektor kesehatan saja, tetapi peran lintas program dan lintas sektor terkait
sangat besar. Wadah kemitraan telah terbentuk melalui SK KEPMENKES
581/1992 dan SK MENDAGRI 441/1994 dengan nama Kelompok Kerja
Operasional (POKJANAL). Organisasi ini merupakan wadah koordinasi dan
jejaring kemitraan dalam pengendalian DBD.

h. Capacity building
Peningkatan kapasitas dari Sumber Daya baik manusia maupun
sarana dan prasarana sangat mendukung tercapainya target dan indikator
dalam pengendalian DBD. Sehingga secara rutin perlu diadakan
sosialisasi/penyegaran/pelatihan kepada petugas dari tingkat kader,
Puskesmas sampai dengan pusat.

i. Penelitian dan survei


Penelitian dan upaya pengembangan kegiatan pengendalian tetap
terus dilaksanakan oleh berbagai pihak, antara lain universitas, Rumah Sakit,
Litbang, LSM dll. Penelitian ini menyangkut beberapa aspek yaitu bionomik
vektor, penanganan kasus, laboratorium, perilaku, obat herbal dan saat ini
sedang dilakukan uji coba terhadap vaksin DBD.

j. Monitoring dan evaluasi


Monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan secara berjenjang dari
tingkat kelurahan/desa sampai ke pusat yang menyangkut pelaksanaan
pengendalian DBD, dimulai dari input, proses, output dan outcome yang
dicapai pada setiap tahun.

5. Target atau Indikator Pengendalian DBD

Indikator DBD ini telah tertuang dalam dokumen RPJMN tahun 2010 -
2014 serta Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010 -
2014 dan Kepmenkes No 828 tahun 2008 tentang petunjuk teknis Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

14
Oleh karena itu karena saat ini pemerintah telah memulai dan terus
mengembangkan kinerja Kementerian/Lembaga berdasarkan indikator kinerja
tersebut diatas, apa yang menjadi target dalam pengendalian DBD harus kita
capai.

Tabel 1. Indikator Nasional DBD


Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

Angka kesakitan 55 54 53 52 51
penderita DBD per
100.000 penduduk

IX. KEPUSTAKAAN

1. Rencana Strategis 2005-2009 Program Pencegahan dan Pemberantasan Demam


Berdarah Dengue. 2005. Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Kemenkes RI.
2. Laporan Analisis Situasi DBD di Indonesia tahun 2008 dan Rencana Program
Pengendalian tahun 2009-2010. 2009. Direktorat PPBB, Kemenkes RI
3. Pedoman Pengawasan Program Bidang Kesehatan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue (DBD). 2009. Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
4. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.2010. Kemenkes RI.
5. Kumpulan Peraturan Perundangan-Undangan yang terkait dengan Program
Pengendalian DBD.

15
BAB III

MATERI INTI 1
EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE
(Waktu: T 2 JPL)

I. DESKRIPSI SINGKAT

Penyakit Dengue meliputi Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue


(DBD), dan Sindrom Syok Dengue (SSD). Penerapan epidemiologi diperlukan sebagai
metode pendekatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian penyakit Dengue.

Materi Epidemiologi penyakit Dengue membahas tentang pengertian


epidemiologi, gambaran epidemiologi (identifikasi penyakit Dengue, penyebab penyakit,
distribusi penyakit, reservoir virus dengue, cara penularan, masa inkubasi, masa
penularan, kekebalan dan kerentanan) dan ukuran epidemiologi sederhana yang
berhubungan dengan penyakit dengue.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta latih mampu memahami epidemiologi DBD

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta latih mampu :


1. Menjelaskan gambaran epidemiologi DBD
2. Menguraikan ukuran epidemiologi yang berhubungan dengan DBD

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

Pokok Bahasan : Epidemiologi DBD


Sub Pokok Bahasan :
1. Gambaran Epidemiologi
2. Penyebab penyakit
3. Distribusi penyakit
4. Penularan dan Masa inkubasi
5. Faktor risiko penularan
6. Ukuran epidemiologi yang berhubungan dengan DBD.

IV. METODE

• Ceramah,
• Tanya jawab.

V. BAHAN BELAJAR

• Modul

16
• Handout (copy materi)

VI. ALAT BANTU

• LCD
• Laptop atau desktop
• Flipchart
• Whiteboard
• Spidol

VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Langkah 1

1. Penciptaan suasana kesiapan belajar.


2. Perkenalan diri
3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah pada pengenalan topik materi

B. Langkah 2

1. Menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran


2. Diberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan atau
mengklarifikasi tujuan tersebut.

C. Langkah 3

1. Pengajar memberikan paparan tentang epidemiologi DBD.


2. Tanya jawab materi

VIII. URAIAN MATERI

EPIDEMIOLOGI DBD

1. Gambaran Epidemiologi

a. Pengertian Epidemiologi

Epidemiologi berasal dari kata Epi, demos dan logos. Epi berarti atas,
demos berarti masyarakat, logos berarti ilmu, sehingga epidemiologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejadian di masyarakat.

Epidemiologi penyakit Dengue adalah ilmu yang mempelajari tentang


kejadian dan distribusi dan frekuensi penyakit Dengue (DD/DBD/SSD) menurut
variabel epidemiologi (orang, tempat dan waktu) dan berupaya menentukan
faktor resiko terjadinya kejadian itu di kelompok populasi. Distribusi yang
dimaksud diatas adalah distribusi orang, tempat dan waktu; sedangkan frekwensi
dalam hal ini adalah Insidens, CFR, dll. Determinan faktor risiko berarti faktor
yang mempengaruhi atau faktor yang memberi risiko atas terjadinya penyakit
DD/DBD/SSD.

17
b. Sejarah

KLB Dengue pertama kali terjadi tahun 1653 di Frech West Indies
(Kepulauan Karibia), meskipun penyakitnya sendiri sudah telah dilaporkan di
Cina pada permulaan tahun 992 SM. Di Australia serangan penyakit DBD
pertama kali dilaporkan pada tahun 1897, serta di Italia dan Taiwan pada tahun
1931. KLB di Filipina terjadi pada tahun 1953-1954, sejak saat itu serangan
penyakit DBD disertai tingkat kematian yang tinggi melanda beberapa negara di
wilayah Asia Tenggara termasuk India, Indonesia, Kepulauan Maladewa,
Myanmar, Srilangka, Thailand, Singapura, Kamboja, Malaysia, New Caledonia,
Filipina, Tahiti dan Vietnam.

Selama dua puluh tahun kemudian, terjadi peningkatan kasus dan


wilayah penyebaran DBD yang luar biasa hebatnya, dan saat ini KLB muncul
setiap tahunnya di beberapa negara di Asia Tenggara.

2. Penyebab Penyakit

Penyebab penyakit Dengue adalah Arthrophod borne virus, famili


Flaviviridae, genus flavivirus. Virus berukuran kecil (50 nm) ini memiliki single
standard RNA. Virion-nya terdiri dari nucleocapsid dengan bentuk kubus simetris dan
terbungkus dalam amplop lipoprotein.Genome (rangkaian kromosom) virus Dengue
berukuran panjang sekitar 11.000 dan terbentuk dari tiga gen protein struktural yaitu
nucleocapsid atau protein core (C), membrane-associated protein (M) dan suatu
protein envelope (E) serta gen protein non struktural (NS).

Terdapat empat serotipe virus yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-
4. Ke empat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Hasil
penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan
kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh
Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue -4.

Terinfeksinya seseorang dengan salah satu serotipe tersebut diatas, akan


menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus yang bersangkutan.
Meskipun keempat serotipe virus tersebut mempunyai daya antigenis yang sama
namun mereka berbeda dalam menimbulkan proteksi silang meski baru beberapa
bulan terjadi infeksi dengan salah satu dari mereka.

E. Protein

M. Protein

C. Protein

+ ssRNA

Spheres

Diameter: 40-60 nm

Gambar 2 : Virus Dengue

18
3. Distribusi Penyakit

a. Situasi Global

Berbagai serotipe virus Dengue endemis di beberapa negara tropis. Di


Asia, virus Dengue endemis di China Selatan, Hainan, Vietnam, Laos, Kamboja,
Thailand, Myanmar, India, Pakistan, Sri Langka, Indonesia, Filipina, Malaysia dan
Singapura. Negara dengan endemisitas rendah di Papua New Guinea,
Bangladesh, Nepal, Taiwan dan sebagian besar negara Pasifik. Virus Dengue
sejak tahun 1981 ditemukan di Quesland, Australia Utara. Serotipe Dengue
1,2,3, dan 4 endemis di Afrika. Di pantai Timur Afrika terdapat mulai dari
Mozambik sampai ke Etiopia dan di kepulauan lepas pantai seperti Seychelles
dan Komoro. Saudi Arabia pernah melaporkan kasus yang diduga DBD.

Di Amerika, ke-4 serotipe virus dengue menyebar di Karibia, Amerika


Tengah dan Amerika Selatan hingga Texas (1977-1997). Tahun 1990 terjadi KLB
di Meksiko, Karibia, Amerika Tengah, Kolombia, Bolivia, Ekuador, Peru,
Venezuela, Guyana, Suriname, Brazil, Paraguai dan Argentina.
Grafik 4 : Distribusi Kasus Dengue di Negara-negara Asia
Tahun 2000-2009

b. Situasi di Indonesia

Penyakit Dengue pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Jakarta dan
Surabaya. Pada tahun 2010 penyakit dengue telah tersebar di 33 provinsi, 440
Kab./Kota. Sejak ditemukan pertama kali kasus DBD meningkat terus bahkan
sejak tahun 2004 kasus meningkat sangat tajam.

Kenaikan kasus DBD berbanding terbalik dengan angka kematian (CFR)


akibat DBD, dimana pada awal ditemukan di Surabaya dan Jakarta CFR sekitar
40% kemudian terus menurun dan pada tahun 2010 telah mencapai 0,87%.

Kasus DBD terbanyak dilaporkan di daerah-daerah dengan tingkat


kepadatan yang tinggi, seperti provinsi-provinsi di Pulau Jawa, Bali dan
Sumatera. Insidens Rate (IR) tahun 2010 telah mencapai 65,62/100.000 penduduk
dengan Case Fatality rate 0,87 %.

19
Gambar 6 : IR DBD per Provinsi di Indonesia Tahun 2010

4. Penularan dan masa inkubasi

a. Vektor DBD

Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk


Aedes (Ae). Ae aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun
spesies lain seperti Ae.albopictus, Ae.polynesiensis dan Ae. niveus juga
dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Ae.aegypti semuanya mempunyai
daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun mereka
merupakan host yang sangat baik untuk virus dengue, biasanya mereka
merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Ae.aegypti.

Gambar 7 : Nyamuk Ae.aegypti

Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali
di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

b. Siklus penularan

Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat dia
menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut
(viraemia) yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari sesudah mengisap darah penderita yang
sedang viremia (periode inkubasi ekstrinsik) dan tetap infektif selama hidupnya
Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk
bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk
tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke
tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3 - 4 hari
(rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak, yang
ditandai demam, pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan
berbagai tanda atau gejala lainnya.

20
Viremia biasanya muncul pada saat atau sebelum gejala awal penyakit
tampak dan berlangsung selama kurang lebih lima hari. Saat-saat tersebut
penderita dalam masa sangat infektif untuk vektor nyamuk yang berperan dalam
siklus penularan, jika penderita tidak terlindung terhadap kemungkinan digigit
nyamuk. Hal tersebut merupakan bukti pola penularan virus secara vertikal dari
nyamuk-nyamuk betina yang terinfeksi ke generasi berikutnya.

Gambar 8 : Siklus penularan penyakit DBD

c. Masa inkubasi

Infeksi Dengue mempunyai masa inkubasi antara 2 sampai 14 hari,


biasanya 4-7 hari.

d. Host

Virus dengue menginfeksi manusia dan beberapa spesies dari primata


rendah. Tubuh manusia adalah reservoir utama bagi virus tersebut, meskipun
studi yang dilakukan di Malaysia dan Afrika menunjukkan bahwa monyet dapat
terinfeksi oleh virus dengue sehingga dapat berfungsi sebagai host reservoir.

Semua orang rentan terhadap penyakit ini, pada anak-anak biasanya


menunjukkan gejala lebih ringan dibandingkan dengan orang dewasa. Penderita
yang sembuh dari infeksi dengan satu jenis serotipe akan memberikan imunitas
homolog seumur hidup tetapi tidak memberikan perlindungan terhadap terhadap
infeksi serotipe lain dan dapat terjadi infeksi lagi oleh serotipe lainnya.

5. Faktor Risiko Penularan Infeksi Dengue

Beberapa faktor yang berisiko terjadinya penularan dan semakin


berkembangnya penyakit DBD adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak
memiliki pola tertentu, faktor urbanisasi yang tidak berencana dan terkontrol dengan
baik, semakin majunya sistem transportasi sehingga mobilisasi penduduk sangat
mudah, sistem pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih yang tidak memadai,
berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk, kurangnya sistem
pengendalian nyamuk yang efektif, serta melemahnya struktur kesehatan
masyarakat. Selain faktor-faktor lingkungan tersebut diatas status imunologi
seseorang, strain virus/serotipe virus yang menginfeksi, usia dan riwayat genetik
juga berpengaruh terhadap penularan penyakit.

Perubahan iklim (climate change) global yang menyebabkan kenaikan rata-


rata temperatur, perubahan pola musim hujan dan kemarau juga disinyalir
menyebabkan risiko terhadap penularan DBD bahkan berisiko terhadap munculnya
21
KLB DBD. Adanya kenaikan Index Curah Hujan (ICH) di beberapa provinsi yaitu
NTT, DKI dan Kalimantan Timur selalu diikuti dengan kenaikan kasus DBD.

Gambar 9 : Grafik Pola Index Curah Hujan (ICH) dan IR DBD


di Provinsi NTT tahun 2005 - 2009

Gambar 10 : Grafik Pola Pola Index Curah Hujan (ICH) dan IR DBD
di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2005 - 2009

Gambar 11 : Grafik Pola Pola Index Curah Hujan (ICH) dan IR DBD
di Provinsi DKI Jakarta 2005 - 2009

22
6. Ukuran Epidemiologi

Ukuran (parameter) frekuensi penyakit yang paling sederhana adalah ukuran


yang sekedar menghitung jumlah individu yang sakit pada suatu populasi, ukuran
frekuensi tersebut bermanfaat bagi petugas kesehatan di daerah dalam
mengalokasikan dana atau kegiatan.

Ukuran-ukuran epidemiologi yang sering digunakan dalam kegiatan


pengendalian DBD adalah Insidence Rate (IR), Case Fatality Rate (CFR), Attack
Rate (AR).

a. Angka Kesakitan/Insiden Rate (IR)


IR adalah ukuran yang menunjukkan kecepatan kejadian (baru) penyakit
populasi. IR merupakan proporsi antara jumlah orang yang menderita penyakit
dan jumlah orang dalam risiko x lamanya ia dalam risiko.

IR = Jumlah kasus baru penyakit


X 100%
Juml orang yang berisiko

b. Angka Kematian/Cured Fatality Rate (CFR)


CFR adalah angka kematian yang diakibatkan dari suatu penyakit dalam suatu
waktu tertentu dikalikan 100%.

CFR = Jumlah kematian


Jumlah kasus X 100%

c. Attack Rate
Ukuran epidemiologi pada waktu terjadi KLB, untuk menghitung kasus pada
populasi berisiko di wilayah dan waktu tertentu.

AR = Jumlah kasus
Jumlah populasi berisiko pada waktu tertentu

IX. KEPUSTAKAAN

1. WHO. 1997. Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemoragic Fever.
WHO.
2. Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkes RI. 2005.
Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah di Indonesia. Departemen
Kesehatan RI.
3. Kandun, I N. 2006. Buku Manual Pemberantasan Penyakit (Terjemahan Manual
CDC edisi 17,18).
4. Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI. 2006.
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan RI.
5. WHO.2009. Dengue Guideline for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control.
WHO.
6. WHO. 2010. Comprehensive Guidelines for Perevention and Control of Dengue and
Dengue Haemorrhagic Fever. WHO.

23
MATERI INTI 2
SURVEILANS KASUS DBD
(Waktu: T2 JPL, P 2 JPL)

I. Deskripsi Singkat

Surveilans kasus DBD meliputi proses pengumpulan, pencatatan, pengolahan,


analisis dan interpretasi data kasus serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara
program, instansi dan pihak terkait secara sistematis dan terus menerus. Materi ini juga
menjelaskan tentang surveilans kasus DBD dari tingkat Puskesmas sampai dengan
tingkat Provinsi.

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu melaksanakan surveilans kasus DBD
di wilayah kerjanya.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta latih mampu :


1. Menjelaskan tujuan dan pengertian surveilans
2. Menjelaskan sistem pelaksanaan surveilans dalam pengendalian DBD.
3. Menjelaskan sistem pelaporan kasus.
4. Menjelaskan kegiatan surveilans DBD diberbagai tingkat wilayah administrasi.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

A. Pokok Bahasan : Tujuan dan pengertian surveilans DBD


Sub Pokok Bahasan :
1. Tujuan surveilans
2. Pengertian
3. Definisi operasional

B. Pokok Bahasan 2 : Sistem Pelaksanaan Surveilans dalam Pengendalian DBD


Sub Pokok Bahasan :
1. Jenis dan sumber data
2. Peran unit pelaksana
3. Strategi dan pelaksanaan surveilans pengendalian DBD

C. Pokok Bahasan 3 : Kegiatan surveilans DBD di berbagai tingkat wilayah


administrasi.
Sub Pokok Bahasan :
1. Tingkat Puskesmas
2. Tingkat Kabupaten/kota
3. Tingkat provinsi

IV. METODE

• Ceramah
• Tanya Jawab.
24
• Penugasan di kelas

V. BAHAN BELAJAR

• Modul
• Copy materi
• Lembar kasus dan kunci jawaban

VI. ALAT BANTU BELAJAR

• LCD
• Laptop atau desktop
• Flipchart
• Whiteboard
• Spidol

VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

A. Langkah 1
1. Penciptaan suasana belajar
2. Perkenalan diri
3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah pada pengenalan topik materi.

B. Langkah 2
• Pelatih menjelaskan tujuan pembelajaran.

C. Langkah 3
1. Fasilitator memberikan materi modul dan memfasilitasi diskusi interaktif (selama
2 JPL).
2. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok untuk praktek di kelas (setiap
kelompok terdiri dari lebih kurang 6 peserta).
3. Kelompok membahas study kasus yang diberikan fasilitator

VIII. URAIAN MATERI

A. TUJUAN DAN PENGERTIAN SURVEILANS DBD

1. Tujuan Surveilans

Tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen


kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta
respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat .

Secara khusus tujuan surveilans DBD adalah :


a. Memantau kecenderungan penyakit DBD
b. Mendeteksi dan memprediksi terjadinya KLB DBD serta penanggulangannya
c. Menindaklanjuti laporan kasus DBD dengan melakukan PE, serta melakukan
penanggulangan seperlunya,
d. Memantau kemajuan program pengendalian DBD

25
e. Menyediakan informasi untuk perencanaan pengendalian DBD
f. Pembuatan kebijakan pengendalian DBD.

2. Pengertian

a. Menurut WHO, Surveillans adalah proses pengumpulan, pengolahan,


analisis, dan interpretasi data, serta penyebarluasan informasi ke
penyelenggara program, instansi pihak terkait secara sistematis dan terus
menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk
dapat mengambil tindakan

b. Berdasarkan KEPMENKES nomor 1116 tahun 2003 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan, Surveillans
adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap
penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah
kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara
efisien dan efektif melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan.

c. Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah proses pengumpulan,


pengolahan, analisis, dan interpretasi data, serta penyebarluasan informasi
ke penyelenggara program, instansi dan pihak terkait secara sistematis dan
terus menerus tentang situasi DBD dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit tersebut agar dapat dilakukan
tindakan pengendalian secara efisien dan efektif.

3. Definisi Kasus Operasional

a. Suspek Infeksi dengue ditegakkan bila terdapat 2 kriteria yaitu demam


tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung selama 2-7 hari dan
adanya manifestasi perdarahan: sekurang-kurangnya uji tourniquet (Rumple
Leede) positif

b. Probable Demam Dengue ialah : demam disertai 2 atau lebih gejala


penyerta seperti sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata, pegal, nyeri sendi
( athralgia ), rash, dan manifestasi perdarahan, leucopenia ( lekosit < 5000
/mm3 ), jumlah trombosit < 150.000/mm3 dan peningkatan hematokrit 5 - 10
% atau pemeriksaan serologis Ig M positif.

c. Demam Berdarah Dengue (DBD)ialah demam 2 - 7 hari disertai dengan


manifestasi perdarahan, Jumlah trombosit < 100.000 /mm3, adanya tanda
tanda kebocoran plasma (peningkatan hematokrit ≥ 20 % dari nilai normal,
dan atau efusi pleura, dan atau ascites, dan atau hypoproteinemia/
albuminemia) dan atau hasil pemeriksaan serologis pada penderita
tersangka DBD menunjukkan hasil positif atau terjadi peninggian (positif)
IgG saja atau IgM dan IgG pada pemeriksaan dengue rapid test (diagnosis
laboratoris).

d. Sindrom Syok Dengue (SSD) ialah kasus DBD yang masuk dalam derajat
III dan IV dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut
nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (≤ 20 mmHg) atau
hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi

26
gelisah sampai terjadi syok berat (tidak terabanya denyut nadi maupun
tekanan darah).

e. Kasus adalah penderita DD, DBD atau SSD.

f. Kewaspadaan dini DBD ialah suatu kewaspadaan terhadap peningkatan


kasus dan atau faktor resiko DBD, seperti: adanya peningkatan populasi
nyamuk, penurunan ABJ <95%, adanya perubahan cuaca, dan peningkatan
tempat-tempat perindukan.

g. Laporan kewaspadaan dini DBD adalah laporan adanya peningkatan


kasus dan peningkatan faktor resiko DBD. Laporan kewaspadaan dini
dimaksudkan untuk kegiatan proaktif surveilans.

h. Kecamatan Endemis adalah kecamatan yang dalam 3 tahun terakhir, setiap


tahun ada penderita DBD

i. Kecamatan Sporadis adalah kecamatan yang dalam 3 tahun terakhir


terdapat penderita DBD tetapi tidak setiap tahun.

j. Kecamatan Potensial adalah kecamatan yang dalam 3 tahun terakhir tidak


pernah ada penderita DBD, tetapi penduduknya padat, mempunyai
hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah yang lain dan presentase
rumah yang ditemukan jentik lebih atau sama dengan 5%.

k. Kecamatan Bebas yaitu kecamatan yang tidak pernah ada penderita DBD
selama 3 tahun terakhir dan presentase rumah yang ditemukan jentik kurang
dari 5%.

B. SISTIM PELAKSANAAN SURVEILANS DALAM PENGENDALIAN DBD

1. Jenis dan sumber data Surveilans

Beberapa fariabel data yang berhubungan dengan pengendalian DBD


adalah sbb :
a. Data kesakitan dan kematian menurut golongan umur dan jenis kelamin,
kasus DD, DBD, SSD dari Unit Pelayanan kesehatan, W1, kewaspadaan
mingguan, bulanan, dan tahunan.
b. Data penduduk menurut golongan umur tahunan.
c. Data desa, kecamatan, kabupaten, provinsi terdapat kasus DD, DBD, SSD
bulanan dan tahunan
d. Data ABJ kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hasil dari kegiatan
pengamatan jentik.

Data tersebut diatas dapat diperoleh dari :


a. Laporan rutin DBD, mingguan, bulanan ( puskesmas, kabupaten/kota, dan
provinsi )
b. Laporan KLB/wabah /W1( puskesmas, kabupaten/kota, provinsi )
c. Laporan laboratorium dari UPK (puskesmas, RS, Labkes, dll)
d. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan (puskesmas, kabupaten/kota)
e. Laporan penyelidikan KLB/wabah (puskesmas, kabupaten/kota)
f. Survei khusus (pusat, provinsi, kabupaten/kota)

27
g. Laporan data demografi (puskesmas, kabupaten/kota, provinsi)
h. Laporan data vektor (puskesmas, kabupaten/kota, provinsi)
i. Laporan dari Badan Meteorologi & Geofisika provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan tentang curah hujan dan hari hujan

2. Peran Unit Pelaksana

Surveilans DBD merupan surveilans rutin yang dilaksanakan di seluruh


unit pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia. Untuk menjamin berlangsungnya
penyelenggaraan sistem surveilans kasus DBD ini, maka perlu dijabarkan peran
setiap unit penyelenggaraan surveilans kasus DBD diseluruh unit pelayanan
kesehatan secara berjenjang termasuk pusat, yaitu :

a. Pusat

1) Unit pelaksana tingkat pusat


a) Pengaturan penyelenggaraan surveilans kasus DBD nasional
b) Menyusun pedoman pelaksanaan surveilans kasus DBD nasional
c) Menyelenggarakan manajemen surveilans kasus DBD nasional
d) Melakukan kegiatan surveilans kasus DBD nasional termasuk SKD-
KLB
e) Pembinaan dan asistensi teknis
f) Monitoring dan evaluasi
g) Melakukan penyelidikan KLB sesuai kebutuhan nasional
h) Pengembangan pemanfaatan teknologi surveilans kasus DBD
i) Pengembangan metodologi surveilans epidemiologi
j) Pengembangan kompetensi sumber daya manusia surveilans
epidemiologi
k) Menjalin kerjasama nasional dan internasional secara teknis dan
sumber-sumber dana.
l) Menjadi pusat rujukan surveilans kasus DBD regional dan nasional.
m) Kerjasama surveilans kasus DBD dengan provinsi, nasional dan
internasional.

2) Pusat Data dan Informasi


a) Koordinasi pengelolaan sumber data dan informasi kasus DBD
nasional
b) Koordinasi kajian strategis dan penyajian informasi kasus DBD
c) Asistensi teknologi informasi

3) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


a) Melakukan penelitian dan pengembangan teknologi dan metode
surveilans kasus DBD
b) Melakukan penelitian lebih lanjut terhadap temuan dan atau
rekomendasi surveilans kasus DBD

b. Tingkat Provinsi

1) Unit Pelaksana Teknis Tingkat Provinsi


a) Melaksanakan surveilans kasus DBD di wilayah provinsi termasuk
SKD-KLB
b) Melakukan penyelidikan KLB sesuai kebutuhan provinsi

28
c) Membuat pedoman teknis operasional surveilans kasus DBD sesuai
dengan pedoman yang berlaku.
d) Menyelenggarakan pelatihan surveilans kasus DBD
e) Pembinaan dan asistensi teknis ke kabupaten/kota
f) Monitoring dan evaluasi
g) Mengembangkan dan melaksanakan surveilans kasus DBD dan
masalah penyakit DBD lokal spesifik.
h) Melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
serta desinfo secara terus menerus dan berkesinambungan.
i) Menjadi unit pengendalian bila terjadi KLB di wilayah Kabupaten/ Kota

2) Rumah Sakit Pusat dan Provinsi


a) Melaksanakan surveilans kasus DBD rumah sakit .
b) Identifikasi dan rujukan kasus sebagai sumber data surveilans kasus
DBD Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
c) Melakukan kajian epidemiologi kasus DBD dan masalah yang terkait
dengan DBD.

3) Laboratorium Kesehatan Provinsi


a) Melakukan pemeriksaan spesimen surveilans kasus DBD

c. Tingkat Kabupaten/Kota

1) Unit Teknis Kabupaten/Kota


a) Pelaksana Surveilans kasus DBD nasional diwilayah kabupaten/kota
b) Menyelenggarakan manajemen surveilans kasus DBD termasuk SKD
KLB
c) Melakukan penyelidikan dan Penanggulangan KLB DBD di Wilayah
Kabupaten/ kota yang bersangkutan.
d) Supervisi dan asistensi teknis ke puskesmas dan rumah sakit dan
komponen surveilans DBD diwilayahkan.
e) Melaksanakan pelatihan surveilans kasus DBD.
f) Monitoring dan evaluasi kasus DBD
g) Melaksanakan survelens epidemiologi kasus DBD secara spesifik lokal.

2) Rumah sakit kabupaten / kota .


a) Melaksanakan surveilans kasus DBD di rumah sakit.
b) Identifikasi dan rujukan kasus DBD sebagai sumber data surveilans
kasus DBD kabupaten/kota , propinsi dan pusat.
c) Melakukan kajian epidemiologi kasus DBD dan masalah DBD lainnya
di rumah sakit.

3) Laboratorium Kesehatan kabupaten/kota


a) Melakukan pemeriksaan spesimen kasus DBD.

d. Tingkat Kecamatan

1) Puskesmas
a) Pelaksana surveilans kasus DBD nasional di wilayah puskesmas.
b) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penyakit dan masalah
kasus DBD.

29
c) Melakukan koordinasi survailans kasus DBD dengan praktek dokter,
bidan, swasta dan unit pelayanan kesehatan yang berada diwilayah
kerjanya .
d) Melakukan koordinasi surveilans kasus DBD antar puskesmas yang
berbatasan .
e) Melakukan SKD-KLB dan penyelidikan KLB DBD di wilayah
puskesmas
f) Melaksanakan surveilans epidemiologi kasus DBD dan masalah
kesehatan spesifik lokal .

3. Strategi Dan Pelaksanaan Surveilans Pengendalian DBD

a. Strategi Surveilans

Adapun strategi surveilans dalam program pengendalian DBD adalah


sebagai berikut :
1) Advokasi dan dukungan perundang-undangan
2) Menyediakan pembiayaan program surveilans DBD
3) Pengembangan sistem surveilans sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan program secara nasional, provinsi dan kabupaten/kota termasuk
penyelenggaraan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan
bencana.
4) Peningkatan mutu dan data informasi epidemiologi.
5) Peningkatan profesionalisme tenaga surveilans.
6) Pengembangan tim epidemiologi yang handal.
7) Penguatan jejaring surveilans epidemiogi.
8) Peningkatan pengetahuan surveilans epidemiologi untuk tiap tenaga
kesehatan.
9) Peningkatan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi elektromedia
yang terintegrasi dan interaktif.

b. Pelaksanaan Surveilans DBD

1) Pengumpulan data
Pengumpulan data kasus dilaksanakan secara berjenjang mulai dari
Pukesmas dan jejaringnya (community based), sampai Rumah Sakit
(hospital based), laboratorium kabupaten/kota dan propvinsi dengan
menggunakan form pelaporan demam berdarah yang dikoordinasi oleh dinas
kesehatan kab/kota di tingkat kab/kota atau di dinas kesehatan provinsi di
tingkat provinsi, Kemkes RI untuk masing-masing tingkatan dijelaskan
melalui pokok bahasan selanjutnya
2) Pengolahan dan penyimpanan data
Dilaksanakan disetiap tingkat unit pelaksanakan surveilans
3) Analisis data
Analisis deskriptif dan analitik dilakukan disetiap unit pelaksana surveilans
sesuai dengan kemampuan masing-masing
4) Penyebarluasan informasi
Dilaksakanakan disetiap unit pelaksana surveilans kepada pihak yang
membutuhkan data tersebut

30
Lampiran 16
Form-So

FORMULIR PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Kepada yth,
RS./ Puskesmas Rawat Inap......................................................
di-
........................................................

Bersama ini kami beritahukan bahwa kami telah memeriksa/merawat pasien:


Nama : ..................................................... L/P Umur.......th.......bln.....................

Nama Kepala Keluarga : ....................................................................................


Alamat Rumah : Jln ......................................... No ..............................
Rw. ............................... Rt. ......................................
Kelurahan : .............................. Kecamatan.................................
Tanggal mulai sakit : Tgl/bl/th:
Tanggal masuk RS/puskesmas : Tgl/bl/th: Jam ..........................
Tgl. Meninggalkan RS/puskesmas : Tgl/bl/th:

No. HASIL PEMERIKSAAN KLINIS ADA TIDAK


1. Demam ...................... ......................
2. Perdarahan. temasuk uji Tourniquet ...................... ......................
positif
3. Pembesaran hati ...................... ......................
4. Syok ...................... ......................
PEMERIKSAAN LABORATORIUM HASIL PEMERIKSAAN
I II
Tanggal: ......................................... ...................... ......................
Jam: .................. ...................... ......................
5. Hb ...................... ......................
6. Hematokrit ...................... ......................
7. Trombosit (jumlah per ul) ...................... ......................

PENGOBATAN
-Diinfus/tidak **), tangggal ........................................... Jam ....................

DIAGNOSIS KLINIS:

-Tersangka DBD/DD/DBD/SSD**) .........................................., 20...........

( ............................................. )

**) Coret yang tidak perlu


*) Beri tanda “X” untuk hasil pemeriksaan klinis
DD=demam dengue, DBD=demam berdarah dengue, SSD=sindrom syok dengue

156
Lampiran 17

STUDI KASUS MATERI INTI 5

Studi Kasus 1

1. Jelaskan diagnosis Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue? Bagaimana


membedakannya?
2. Bagaimana pertolongan pertama yang Saudara berikan jika anak Saudara menunjukkan
gejala-gejala klinis Demam berdarah?
3. Seandainya Saudara adalah seorang dokter di Puskesmas X, Saudara hendak merujuk
seorang penderita DBD ke sebuah Rumah Sakit, maka hal-hal apakah yang perlu Saudara
perhatikan?

Studi Kasus 2

Sepasang suami istri membawa seorang anak laki-lakinya yang berusia 6 tahun ke ruang UGD
RSUD di Kota A pada tanggal 18 Oktober 2011 pukul 20.00 WIB, setelah diperiksa oleh dokter
diperoleh data berikut:

Anamnesa
- Seorang anak laki-laki, umur 6 tahun, berat badan 16 kg, datang dengan keluhan
badan panas sejak 3 hari sebelum masuk RS.
- Badan panas tinggi mendadak, terus menerus, tidak menggigil, tidak ada keringat
malam dan tidak kejang, dan kepala terasa nyeri.
- Pasien juga mengeluh perut terasa sakit menyeluruh, tanpa disertai mual dan
muntah, nafsu makan menurun dan badan terasa lemas disertai dengan terlihatnya
bintik - bintik merah pada kulit tangan dan kaki pasien.

Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan darah : 100 / 70 mmHg
- Nadi : 130 x / menit, reguler, teraba kuat dan cepat
- Suhu : 38,10 C
- Respirasi : 38 x / menit
- Konjungtiva : Hiperemis
- Mulut : Bibir kering, sianosis (-), lidah kotor tidak hiperemis,
perdarahan gusi (-)
- Abdomen : Nyeri tekan epigastrium dan hipogastrium
Hepar teraba 2/4 x 1/4, konsistensi lunak, permukaan rata, tepi sulit dinilai
Nyeri ketok (+)
- Ekstremitas : *Superior : Akral teraba hangat, Uji tourniket/ rumple leed (+)
*Inferior : Akral teraba hangat, refleks patologik (-)

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 18 Oktober 2011 pukul 20.30 WIB


Darah
- Hb : 14,8 gr %
- Ht : 46 vol %
- LED : 9 mm/Jam
- Leukosit : 6200/mm≥
- Hitung jenis : 0/0/2/72/23/3
- Trombosit : 120.000 / mm≥
157
Pertanyaan:

Jika seandainya Saudara adalah dokter yang merawat pasien tersebut:

1. Menurut Saudara, apakah diagnosis kerja pasien tersebut? Jelaskan alasannya!


2. Bagaimana terapi yang Saudara berikan?
3. Sebutkan diagnosis banding apa saja yang mungkin untuk kasus tersebut diatas?
4. Pemeriksaan lanjutan apa saja yang akan Saudara anjurkan terhadap pasien tersebut?
5. Saran atau pesan apa yang akan Saudara sampaikan kepada orang tua pasien tersebut?

Studi Kasus 3

1. Pelatih meminta peserta memperagakan cara melakukan uji bendung (uji tourniket)
2. Pelatih dapat merancang studi kasus tambahan lainya sesuai kebutuhan pelatihan dan target
peserta latih pada saat pelatihan!

158
Lampiran 18

Lampiran Materi Inti 5 : Penyelidikan Epidemiologi, PF, Dan Penanggulangan KLB


(Formulir PE)

FORMULIR PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGIS (PE)


Nama penderita : ..................................................................................................................
Nama KK : ..................................................................................................................
Alamat : ..................................................................................................................
.....................................................RT: .................RW : ............................
Kelurahan/Desa : .................................................................................................................
Kecamatan : ..................................................................................................................

Pemeriksaan Penderita Panas/tersangka DBD*


Pemeriksaan
No. Nama Bintik Jentik (+/-)
KK Nama Umur perdarahan/ Uji Kesimpulan
Penderita Tanda Tourniquet Pend. Tersangka
perdarahan Panas
lain

Jumlah

*) Termasuk yang menderita panas 1 minggu yang lalu


**) Bila ada penderita DBD yang lain,

Kesimpulan:

- Perlu pengasapan (fogging)


Ya ** Tidak

**) Ya : Jika ada penderita DBD lainnya atau


Ada tersangka DBD (= 3 tersangka), dan ada jentik (=5%)

Tanggal ..................................... 20 .....


Mengetahui
Kepala Puskesmas, Petugas pelaksana

(..................................) (.....................................................)

159
Lampiran 19

PUSKESMAS ...............................
DINAS KESEHATAN KEBAPATEN/KOTA*) ................................

.........................,....................20........
Nomor : ...........................
Lapiran : Hasil Penyelidikan Epidemiologis DBD

Kepada
Yth : Lurah/Kades ...............................
di-
Tempat

Dengan hormat,

Bersama ini kami beritahukan bahwa berdasarkan hasil penyelidikan kami di lokasi
penderita dan bangunan di sekitar tempat tinggal penderita DBD:
Nama Penderita : ...........................................................................................
Umur : ...........................................................................................
Nama KK : ...........................................................................................
Alamat : ...........................................................................................
RT : .............. RW : ............... Kel/Desa : ..........................

dapat disimpulkan bahwa terdapat/tidak terdapat*) tanda-tanda penularan demam berdarah di


wilayah tersebut. Oleh karena itu di wilayah RW................. Kel/Desa .................... akan
dilakukan:
Penyuluhan kepada masyarakat.
Penggerakan masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN DBD)
Laravasidasi
Penyemprotan Insektisida, akan kami lakukan pada tgl
................................................................

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, mohon kepada warga masyarakat setempat diminta
untuk berperan serta dan membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan tersebut.

Atas perhatian dan bantuan nya kami ucapkan terimakasih.

Keterangan : KEPALA PUSKESMAS ..............


*)Coret yang tidak perlu

BeritandaV untuk kegiatan (...........................................................)


yang akan dilakukan NIP.

Tembusan Kepada Yth.


Camat ........................

160
Lampiran 20

PUSKESMAS .............................
DINAS KESEHATAN KABUPATEN /KOTA*) ...............................

.........................,..................20........
Nomor :
Lampiran : Hasil Pelaksanaan Penanggulangan DBD

BERITA ACARA

Dengan hormat,

Bersama ini kami sampaikan hasil pelaksanaan penanggulangan penyakit DBD


di wilayah RW ................Kel/desa .................... Yang berupa kegiatan:

Penyuluhan tgl ......................................


Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN DBD) tgl ......................................
Larvasidasi tgl ......................................
Penyemprotan Insektisida dilaksanakan tgl ......................................

Demikian, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Mengetahui,
Kepala Desa ....... Kepala Puskesmas .......

(............................) (............................................)
NIP.
Tembusan Kepada Yth.
Camat ..........................

Beri tanda V pada kotak untuk kegiatan yang dilaksanakan

161
Lampiran 21

FORM PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI


KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE
Tanggal Penyelidikan : Pukul :
IDENTITAS KEPALA KELUARGA
1. Nama :
2. Umur : Th L/P
3. Alamat :
RT : RW : Kel :
Kec. : Kab./Kota
4. Pekerjaan :
Alamat Pekerjaan
5. Hubungan dengan penderita
(diisi bila responden adalah orang-orang kontak)
a. Hubungan sedarah serumah (orang tua, anak, saudara, bukan saudara)
b. Hubungan tidak serumah (tetangga, teman kantor, teman sekoiah, lainnya sebutkan ,
..............................................

IDENTITIAS PENDERITA
1. Nama :
2. Umur : Th L/P
3. Pekerjaan/sekolah :
4. Alamat Pekerjaan/sekolah :

C. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan / gejala utama yang muncul :
2. Kapan mulai muncul (tgl/jam) :
3. Apa yang dilakukan saat timbul gejala pertama kali ? Sebutkan
a. .............................................................
b.............................................................
c. .............................................................

4. Gejala lain yang timbul:

No Gejala Kapan Kondisi


(baik/tetap/kurang)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

5. Saat sekarang ini sedang menderita sakit lain (yang sudah didiagnosa oleh tenaga
medis) ?
a. Ya b. Tidak
Bila Ya, sebutkan :...........................................................................
6. Apakah ada anggota serumah juga menderita gejala serupa (tersangka DBD) ?
a. Ada b. Tidak
(Bila ada, lakukan pelacakan dengan form ini)

162
C. SPESIMEN DIPERIKSA

No Jenis Sampel diperiksa Hasil Laboratorium Keterangan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
* Ambil darah dari ujung jari teteskan ke “paper disc” hingga penuh.

D. PEMERIKSAAN JENTIK

No empat Pemeriksaan Jentik Hasil Pemeriksaan Keterangan

1.
2. DLM RMH LUAR
3.
4.
5.
6.
7.

E. PENGOBATAN DAN KONDISI TERAKHIR


1. Perawatan yang diberikan:
a. .........................................................
b. .........................................................
c. .........................................................
d. .........................................................

2. Keadaan penderita saat ini:


a. Sembuh
b. Meninggal, tanggal.........
c. Tetap

163
Lampiran 22

Soal 1:

Pada akhir bulan Februari 2011 dilaporkan adanya KLB DBD di Kecamatan Labu, yang menyebabkan
20 orang menderita DBD dan dirawat di Puskesmas setempat. Kasus sudah mulai muncul sejak
awal Februari dan terus meningkat sampai bulan Maret 2011. Total sampai akhir Maret adalah
50 kasus dan 2 orang diantaranya meninggal.
Kecamatan Labu terletak di antara perkebunan kelapa dan kebanyakan masyarakat menampung
air hujan karena sumber air bersih jauh dari kampung. Matapencaharian sebagian masyarakat
adalah mengumpulkan kelapa untuk disetor ke pabrik kopra di ibukota kabupaten yang berjarak
kurang lebih 5 km dari kecamatan tersebut. Selain itu masyarakat juga mengumpulkan batok
kelapa untuk dibuat arang.
Selama 5 tahun terakhir tidak ada laporan kasus DBD, biasanya kasus yang banyak ditemuai
adalah diare.

Diskusi :

1. Sebagai petugas pengelola DBD di kabupaten, kegiatan apa saja yang Saudara lakukan
untuk menanggulangi situasi diatas?

2. Apakah situasi di Kecamatan Labu diatas dapat dikategorikan sebagai KLB DBD? Jika
ya apa yang perlu dilakukan?

3. Faktor risiko apa yang kira-kira menjadi sumber penularan DBD di kecamatan Labu
tersebut diatas ?

4. Saran apakah yang Saudara berikan kepada masyarakat untuk menghilangan faktor
risiko penularan terhadap DBD?

164
Lampiran 23

Lampiran Materi Inti 6 : Pengoperasian Alat Dan Bahan Pengendalian Vektor

PANDUAN PRAKTIKUM
PENGOPERASIAN ALAT DAN BAHAN PENGENDALIAN VEKTOR

1. Praktik pengendalian vektor dengan menggunakan mesin fog

a). Pengertian
Pengendalian vektor menggunakan mesin fog adalah metode penyemprotan
udara berbentuk asap (pengasapan/fogging) yang dilakukan untuk
mencegah/mengendalikan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di rumah
penderita/tersangka DBD dan lokasi sekitarnya serta tempat-tempat umum (TTU)
misalnya sekolah, kantor dll, yang diperkirakan dapat menjadi sumber penularan
penyakit DBD.

b). Persiapan
1) Buat peta/sketsa wilayah yang akan di fogging yang memuat batas wilayah dan
jumlah rumah.
2) Buat surat pemberitahuan dan permintaan bantuan tenaga pengantar kepada RT,
RW atau Lurah tentang akan dilakukannya fogging diwilayahnya.
3) Siapkan tenaga pelaksana berdasarkan jumlah rumah atau areal yang akan di
fogging, yang terdiri dari Supervisor, Kepala Regu, dan Petugas Fogging .
4) Siapkan alat bantu operasional seperti kendaraan, jerigen dll.
5) Siapkan perlengkapan petugas seperti pakaian lapangan, masker dll.
6) Siapkan insektisida, bahan pelarut (solar) dan bahan bakar.

c). Pelaksanaan
1) Supervisor mengkoordinir seluruh kegiatan fogging.
2) Kepala Regu memimpin pelaksanaan fogging agar tercapai target yang
direncanakan.
3) Petugas fogging melakukan fogging sesuai dengan petunjuk dari kepala regu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan fogging :

• Fogging dilakukan diseluruh area yang direncanakan, dimulai dari ujung arah
angin.
• Fogging dimulai dari dalam rumah yang paling belakang, keluar melalui pintu
depan kemudian luar rumah dimulai dari ujung arah angin.
• Untuk rumah tingkat dimulai dari lantai atas terus kebawah.

2. Praktik Pengendalian Vektor dengan Menggunakan Mesin ULV

a). Pengertian
Pengendalian vektor menggunakan mesin ULV adalah metode penyemprotan
udara (aerial spraying) berbentuk kabut dengan volume yang sangat kecil (ultra low
volume) dan dilakukan di area yang cukup luas misalnya se RW, se Kelurahan, se
kecamatan atau bahkan seluruh wilayah kota yang sedang terjangkit penyakit DBD.

165
b). Persiapan
1) Buat peta/sketsa wilayah yang akan di fogging yang memuat batas wilayah dan
jalan yang dapat dilalui mobil pengangkut ULV.
2) Buat surat pemberitahuan dan permintaan bantuan tenaga pengantar kepada
RW atau Lurah tentang akan dilakukannya penyemprotan diwilayahnya.
3) Siapkan tenaga pelaksana berdasarkan jumlah mesin ULV dan areal yang akan
disemprot, yang terdiri dari Supervisor, Kepala Regu, Pengemudi, Operator dan
Teknisi.
4) Siapkan alat bantu operasional seperti kendaraan pengangkut ULV, sepeda motor,
jerigen dll.
5) Siapkan perlengkapan petugas seperti pakaian lapangan, masker dll.
6) Siapkan insektisida dan bahan bakar.

c). Pelaksanaan
1) Supervisor mengkoordinir seluruh kegiatan penyemprotan.
2) Kepala Regu memimpin pelaksanaan penyemprotan agar tercapai target yang
direncanakan.
3) Pengemudi menjalankan kendaraan pengangkut ULV sesuai dengan petunjuk kepala
regu dengan kecepatan 5 Km per jam.
4) Operator mengoperasikan mesin ULV dari atas kendaraan.
5) Teknisi membantu operator dan mengatasi gangguan/kerusakan mesin di lapangan.

•Penyemprotan dilakukan diseluruh area yang direncanakan, dimulai dari ujung


arah angin.
•Penyemprotan dilakukan pada pagi dan sore hari pada keadaan suhu dan
kecepatan angin rendah.

166
Lampiran 24

Perhitungan
Kebutuhan tenaga & bahan insektisida dalam pengendalian vektor P2DBD

1. Kebutuhan tenaga yang diperlukan, berdasarkan luas wilayah (jumlah rumah/ bangunan
yang akan diliput) dan jumlah alat semprot yang tersedia.

a. Supervisor : 1 orang
b. Regu fogging fokus : 11 orang per 5 mesin fog, yaitu:
- 1 orang kepala regu
- 5 orang penyemprot dan
- 5 orang pembantu penyemprot
c. Tim ULV : 4 orang per 1 mesin ULV, yaitu:
- 1 orang ketua tim
- 1 orang operator
- 1 orang teknisi
- 1 orang pengemudi

2. Kebutuhan alat bantu operasional.


a. Tiap regu fogging membutuhkan:
- 1 buah kendaraan roda 4 untuk mengangkut petugas, alat/bahan ke lokasi operasi
(kendaraan ini dapat digunakan regu fogging lain secara bergiliran).
- 1 buah megaphone (yang akan digunakan oleh kepala regu fogging untuk menyampai-
kan pesan-pesan kepada ke masyarakat.
b. Tiap tim ULV membutuhkan:
- 1 buah kendaraan roda 4 pengangkut mesin ULV.
- 1 buah kendaraan roda 2 untuk ketua tim.
- 1 buah megaphone (yang akan digunakan oleh kepala regu fogging untuk
menyampai-kan pesan-pesan kepada ke masyarakat.

3. Menyiapkan perlengkapan petugas.


Setiap petugas (baik regu fogging maupun tim ULV) dilengkapi 1 set perlengkapan operasional:
a. 1 stel pakaian lapangan (dengan baju lengan panjang).
b. 1 buah masker pelindung.
c. 1 buah topi lapangan.
d. 1 pasang sarung tangan.
e. 1 pasang sepatu lapangan.

4. Kebutuhan insektisida untuk fogging (2 siklus) :


Insektisida:
(1) Golongan Organofosfat :
Malathion 95% : 1 Liter per Ha
Metil pirimifos 500 gr/l : 400 ml per Ha
(2) Golongan Sintetik Piretroid :
Cypermethrine 25 gr/l : 800 ml per Ha
Alpamethrine 30 gr/l : 200 ml per Ha
Lamda sihalothrine 25 gr/l: 150 ml per Ha
Permethrine 97,5 g/l + S-Bioaletrin 15 g/l : 200 ml per Ha

167
Bahan pelarut/bahan bakar mesin dan kendaraan::

Solar (pelarut insektisida) : 20 liter per Ha 2 siklus


Premium mesin fog : 6 liter per Ha 2 siklus
Premium mesin ULV : 10 liter per mesin per hari
Premium kendaraan roda 4 : 20 liter per kendaraan per hari
Premium kendaraan roda 2 : 2 liter per kendaraan per hari
• Mesin Fog dan ULV
Kebutuhan mesin fog:
Tiap Puskemas: 4 unit
Tiap Kab/Kota :10 unit
Mesin ULV (insektisida digunakan tanpa bahan pelarut/solar):
Tiap Kab/Kota :1 unit
• Kebutuhan larvasidasi
Temephos 1% : ± 40 gram per rumah (1 siklus)
Metoprene 1,3% : ± 10 gram per rumah (1 siklus)
Piriproksifen 0,5% : ± 2 gram per rumah (1 siklus)

Bahan pembantu operasional:

a. Untuk tiap regu fogging dibutuhkan:


- 2 buah jerigen 20 liter untuk solar yang digunakan hari itu
- 2 buah jerigen 5 liter untuk cadangan premium
- 1 buah jerigen 2 liter untuk cadangan Malathion
- 8 buah battery untuk 2 unit mesin fog
- 2 buah corong besar bersaring
- 2 buah corong kecil bersaring
- 4 lembar kain lap/serbet

b. Untuk tiap tim ULV dibutuhkan:


- 1 buah jerigen 20 liter untuk cadangan Malathion
- 1 buah corong besar bersaring
- 4 lembar kain lap tangan/mesin

5. Menghitung kebutuhan biaya gaji upah petugas penyemprot (*)


Fogging
a. Petugas fogging = Luas sasaran (Ha) x 1 OH x 2 siklus
b. Pembantu petugas fogging = Luas sasaran (Ha) x 1 OH x 2 siklus
c. Kepala regu = Luas sasaran (Ha) x 1 OH x 2 siklus

5 Ha
d. Pengemudi = Luas sasaran (Ha) x 1 OH x 2 siklus

5 Ha
ULV = Luas sasaran (Ha) x 4 OH x 2 siklus

50 Ha

*) Unit cost (satuan harga) gaji upah setiap petugas disesuaikan dengan standar
masing-masing daerah.

168
Lampiran 25
Lampiran Materi 7 : Perencanaan dan Supervisi
Beberapa cara perhitungan kegiatan-kegiatan pengendalian DBD

1) Fogging fokus
Satuan biaya fogging fokus dihitung sebagai berikut:

Kegiatan: Fogging fokus


(per fokus = 300 rumah/15 Ha)
Satuan Jumlah Biaya
Uraian Volume Satuan Harga (Rp) (Rp)

Gaji Upah:
a. Upah penyemprot (15 OH x 2 Ki) 30 OH Rp. ........... Rp. ...........
b. Kepala Regu (3 OH x 2 Ki) 6 OH Rp. ........... Rp. ...........
c. Pengemudi (3 OH x 2 Ki) 6 OH Rp. ........... Rp. ...........
Bahan
a. Bahan pembantu operasional
a1. Solar : 0,5 lt x 300 rm x 2 ki 300 Lt Rp. ........... Rp. ...........
a2. Premium :
a2.1. Ms.fog :0,075 lt x 300 rm x 2 ki 45 Lt Rp. ........... Rp. ...........
a2.2. Kendaraan pengangkut :
20 lt x 2 ki 40 Lt Rp. ........... Rp. ...........
b. Penyelidikan Epidemiologi 1 Pt Rp. ........... Rp. ...........
Perjalanan
a. Penyelidikan Epidemiologi &Penyuluhan
(2 Or x 1 OH) 2 OH Rp. ........... Rp. ...........
b. Pengawasan Teknis Operasional
b1. Petugas Puskesmas 2 OH Rp. ........... Rp. ...........
b1. Petugas Kabupaten/Kota 2 OH Rp. ........... Rp. ...........
TOTAL Rp. ...........

2). Fogging massal


Satuan biaya fogging massal dihitung sebagai berikut:

Kegiatan: Fogging massal dengan mesin fog


(per 50 Ha atau 1.000 rumah)
Satuan Jumlah Biaya
Uraian Volume Satuan Harga (Rp) (Rp)

Gaji Upah:
a. Upah penyemprot (50 OH x 2 Ki) 50 OH Rp. ........... Rp. ...........

169
b. Kepala Regu (10 OH x 2 Ki) 20 OH Rp. ........... Rp. ...........
c. Pengemudi (10 OH x 2 Ki)
Bahan
a. Bahan pembantu operasional
a1. Solar : 10 lt x 50 Ha x 2 ki 1.000 Lt Rp. ........... Rp. ...........
a2. Premium :
a2.1. Ms.fog :1,5 lt x 50 Ha x 2 ki 150 Lt Rp. ........... Rp. ...........
a2.2. Kendaraan pengangkut :
2 Lt x 50 Ha x 2 ki 200 Lt Rp. ........... Rp. ...........
Perjalanan
a. Pengawasan Teknis Operasional
a1. Petugas Puskesmas 10 OH Rp. ........... Rp. ...........
b1. Petugas Kabupaten/Kota 5 OH Rp. ........... Rp. ...........
TOTAL Rp. ...........

Kegiatan: Fogging massal dengan mesin ULV


(per 50 Ha atau 1.000 rumah)
Satuan Jumlah Biaya
Uraian Volume Satuan Harga (Rp) (Rp)

1. Gaji Upah:
- Upah Tim Penyemprot (4 OH x 2 Ki) 8 OH Rp. ........... Rp. ...........
2. Bahan
Premium kendaraan pengangkut ULV
(2 x 20 Lt ) 40 Lt Rp. ........... Rp. ...........
3. Perjalanan
a. Pengawasan Teknis Operasional
a1. Petugas Puskesmas 2 OH Rp. ........... Rp. ...........
b1. Petugas Kabupaten/Kota 1 OH Rp. ........... Rp. ...........
TOTAL Rp. ...........

3) Larvasidasi rumah
Satuan biaya larvasidasi rumah dihitung sebagai berikut:

Kegiatan: Larvasidasi rumah


(per desa/kelurahan)

Satuan Jumlah
Harga Biaya
Uraian Volume Satuan
(Rp.) (Rp.)

Gaji Upah:

170
a Larvasidasi
a1. Petugas : (3000/50 rm x 4 Ki) 240 OH Rp. ........... Rp. ...........
a2. Kepala Regu : (3000/250 rm x 4 Ki) 48 OH Rp. ........... Rp. ...........
b. Penyuluhan/Penggerakan PSN
(2 OH x 4 Ki) 8 OH Rp. ........... Rp. ...........
Bahan
a. Bahan pembantu operasional
(3000/50 Rmh x 1 Pt) 60 PT Rp. ........... Rp. ...........
Perjalanan :
a. Pengawasan Teknis Ops.
a1. Petugas Puskesmas 2 OH Rp. ........... Rp. ...........
a2. Petugas Kabupaten 2 OH Rp. ........... Rp. ...........
Lain-lain
a. Pengangkutan larvasida 25 Kg Rp. ........... Rp. ...........
b. Pelatihan Petugas Larvasidasi
(50 Or x 1 Hr) 50 OH Rp. ........... Rp. ...........
c. Penyelenggaraan PSN 1 PT Rp. ........... Rp. ...........
Jumlah Desa Rp. ...........

4) Larvasidasi sekolah
Satuan biaya larvasidasi sekolah dihitung sebagai berikut:

Kegiatan: Larvasidasi sekolah


(per 15 sekolah)

Satuan Jumlah
Uraian Volume Satuan Harga Biaya
(Rp.) (Rp.)

Transport petugas pelaksana (Pusk.) 12 OH Rp. ........... Rp. ...........


(15/5 sek x 4 ki)
Bahan
a. Perlengkapan Larvasidasi 1 PT Rp. ........... Rp. ...........

Perjalanan Pengawasan teknis Ops.Kab 2 OH Rp. ........... Rp. ...........


(1 hr x 1 or x 2 ki)
Jumlah Rp. ...........

171
5) Pemeriksaan jentik berkala (PJB)
Satuan biaya PJB dihitung sebagai berikut:

Kegiatan: PJB
(per 100 rmh sampel)
Satuan Jumlah
Uraian Volume Satuan Harga Biaya
(Rp.) (Rp.)
Gaji Upah
a. Petugas : 100/20 rmh x 4 kl 20 OH Rp. ........... Rp. ...........
b. Kepala Regu : 100/100 rmh x 4 kl 4 OH Rp. ........... Rp. ...........
Bahan
a. Bahan pembantu operasional 1 PT Rp. ........... Rp. ...........
Perj. Pengawasan teknis Ops.Kab
a. Petugas Puskesmas : 1 or x 1 kl 1 OH Rp. ........... Rp. ...........
b. Petugas Kabupaten : 1 or x 1 kl 1 OH Rp. ........... Rp. ...........
Jumlah 1 Desa Rp. ........... Rp. ...........

6) Pemberantasan sarang nyamuk (PSN)


Satuan biaya PSN dihitung sebagai berikut:

Kegiatan: PSN (Bulan Bakti Gerakan 3M)


(per Desa/Kelurahan)
Satuan Jumlah
Uraian Volume Satuan Harga Biaya
(Rp.) (Rp.)

a. Pertemuan Pokja Desa


(15 Or x 1 Hr x 1 Ki) 15 Ki Rp. ........... Rp. ...........
b. Latihan Kader
(10 Or x 1 Hr x 1 Ki) 10 Ki Rp. ........... Rp. ...........
c. Penyuluhan
(2 Or x 1 Hr x 4 Ki) 8 Ki Rp. ........... Rp. ...........
d. Penggerakan Massa
(100 Or x 4 Ki) 400 Ki Rp. ........... Rp. ...........
e. Operasional Kerjabakti (4 Ki) 4 Ki Rp. ........... Rp. ...........
f. Pemeriksaan Jentik
(10 Or x 2 Hr x 4 Ki) 80 Ki Rp. ........... Rp. ...........
g. Supervisi Puskesmas 16 Ki Rp. ........... Rp. ...........
(2 Or x 2 Hr x 4 Ki)

Jumlah
Satuan Harga 1 Desa Rp. ........... Rp. ...........

172
7) Pemantauan jentik oleh Kader/Jumantik
Satuan biaya pemantauan jentik dihitung sebagai berikut:

Kegiatan: Pemantauan jentik oleh Kader/Jumantik


(per Desa/Kelurahan)
Satuan Jumlah
Uraian Volume Satuan Harga Biaya
(Rp.) (Rp.)
1. Transport
a. Jumantik
(10 Or x 20 Hr (25 rmh/hari) x 12 Tr 2.400 OT Rp. ........... Rp. ...........
b. Supervisor
(1 Or x 1 Hr x 10 Lok x 12 Tr) 120 OT Rp. ........... Rp. ...........
2. Bahan/Alat
a. Bahan pembantu operasional
a1. Senter 10 BH RRp. ........... Rp. ...........
a2. Batu bateray 240 BH RRp. ........... Rp. ...........
a3. Formulir Jumantik 1.800 Lb Rp. ........... Rp. ...........
3. Pelatihan dan pertemuan
a. Latihan Jumantik dan Supervisor
(11 Or x 1 Hr x 1 Tr) 10 OT Rp. ........... Rp. ...........
b. Transport pengajar/narasumber
(4 Or x 1 Hr x 1 Tr) 4 OT Rp. ........... Rp. ...........
c. Pertemuan rutin dlm rangka pemantap 132 OT RRp. ........... Rp. ...........
an/penyegaran Jumantik &Supervisor
(11 Or x 1 Hr x 12 Tr)
d. Transport pet. Puskesmas & Dinkes
Kab/Kota dlm rangka pertemuan rutin
c1. Puskesmas (1 Or x 1 Hr x 12 Tr) 12 OT Rp. ........... Rp. ...........
c2. Kab/Kota (1 Or x 1 Hr x 12 Tr) 12 OT Rp. ........... Rp. ...........
4. Pengawasan/pembinaan Jumantik dan
Supervisor Jumantik oleh pet. Puskes.
dan Kab/Kota
a. Pusk. (1 Or x 1 Hr x 10 Lok x 12 Tr) 120 OT Rp. ........... Rp. ...........
b. Kab. (1 Or x 1 Hr x 10 Lok x 12 Tr) 120 OT Rp. ........... Rp. ...........
Jumlah Rp. ...........

173
Lampiran 26

CHEKLIST SUPERVISI P2 DBD


TINGKAT PROVINSI

INPUT
Apakah buku-buku berikut tersedia?
1 Buku Program Pengendalian DBD Y T
2 Buku Tatalaksana DBD Y T
3 Buku Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Jumantik Y T
4 Leaflet DBD, flipchart DBD dan Poster DBD Y T

PROSES
SURVEILLANS KASUS
Apakah data berikut tersedia ?
1 Trend: Grafik kasus/insidens, CFR, jumlah Kab./Kota terjangkit per tahun, Y T
sejak mulai ada DBD.
2 Musim Penularan: Grafik (rata-rata) jumlah kasus per bulan di Provinsi selama Y T
5 tahun terakhir
3 Grafik maksimum-minimum bulanan kasus, disertai grafik jumlah kasus Y T
tahun ini dan tahun yang lalu untuk Provinsi
4 Grafik maksimum-minimum bulanan kasus, disertai grafik jumlah kasus Y T
tahun ini dan tahun yang lalu untuk Kab./Kota
5 Peta lokasi Kab/Kota endemis (tinggi, sedang, rendah) dan yang Y T
ditanggulangi tahun ini
6 Tabel daftar nama: Kab/Kota endemis, Kecamatan endemis dan jumlah Y T
Puskesmas, non endemis: seluruhnya dan yang ditanggulangi tahun ini
7 Apakah ada buku catatan kasus DBD per Kab./Kota? Y T
8 Apakah ada laporan kasus dari Kab./Kota lebih cepat melalui jalur lain Y T
di luar laporan K-DBD?
9 Apakah ada pemberitahuan kasus dari Provinsi lain ?(cross notification) Y T
10 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata antara dirawat sampai
dilaksanakan PE & Fogging Fokus

PENANGGULANGAN KASUS
Apakah data di bawah ini tersedia?
1 Daftar rencana kegiatan Provinsi & jadual waktunya (dan realisasinya) Y T
2 Catatan tentang dana untuk penanggulangan kasus (PE, FF, Larvasidasi Y T
dan Penyuluhan) di Provinsi (stok dana)
3 Daftar rencana pengiriman (alokasi) sarana: dana, bahan dan alat Y T

174
bagi Kab./Kotauntuk penanggulangan kasus (dan realisasinya)
4 Pengadaan insektisida, larvasida dan alat (mesin fog) Y T
5 Daftar inventaris dan stok bahan dan alat di Provinsi & Kab/Kota Y T
mesin fog, ULV, kendaraan dan bahan penyuluhan

SURVEILLANS VEKTOR
1 Berapa Kab./Kota yang melakukan PJB Y T
2 Berapa yang sudah masukkan laporan (Form PJB-R dan PJB-TU) Y T
3 Apakah Kab./Kota menyampaikan hasil PJB (Form PJB-R dan PJB-TU) Y T
secara teratur/tersedia?
4 Apakah hasil PJB sudah dianalisa? (Form Khusus: tabel dan diagram) Y T
5 Apakah sudah disusun rencana alokasi Kab./Kota yang akan Y T
melaksanakan survey?
6 Apakah seluruh laporan hasilnya sudah diterima? Y T
7 Vektor: Hasil- hasil survey jentik/PSP Y T

PENANGGULANGAN DAN PENYELIDIKAN KLB


1 SK Gubernur tentang penetapan dan pencabutan status KLB Y T
2 Alokasi dana penanggulangan KLB Y T
3 Laporan penanggulangan dan Penyelidikan KLB Y T

BULAN BAKTI GERAKAN "3 M" DBD

1 Apakah sudah ada SK atau Instruksi Gubernur tentang PSN? Y T


2 Apakah sudah dibentuk TIM Penggerak PSN (POKJA/POKJANAL DBD)? Y T
Susunan?
3 Bagaimana bentuk kegiatan penggerakan PSN oleh Tim Penggerak PSN Y T
Provinsi? Susunan?
4 Berapa kali diselenggarakan pertemuan LS? Adakah dokumennya? Y T
5 Apakah pertemuan LS biasanya dipimpin oleh Gubernur/Sekda/ Y T
Karo Kesra
6 Apakah bebasnya jentik sudah masuk dalam Kriteria Lomba Desa Y T
/lomba lainnya?
7 Apakah penyuluhan melalui radio (spot) sudah dilakukan? Y T
8 Apakah penyuluhan melalui TV (pemutaran filler) sudah dilakukan? Y T
9 Apakah ada kegiatan penyuluhan lainnya, sebutkan Y T

PENINGKATAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA


1 Alokasi dana untuk kegiatan peningkatan profesionalisme sumber daya Y T
2 Rencana kegiatan pelatihan dan TOR Y T

175
3 Laporan Pelatihan (TOT) program P2DBD Y T
4 Laporan Pelatihan (TOT) tatalaksana kasus Y T
5 Laporan pertemuan-pertemuan yang berhubungan dengan program P2DBD Y T
6 Laporan Kab./Kota yang sudah disupervisi dan dilakukan bimbingan Y T
teknis perbaikan/pemeliharaan mesin fog/ULV ?
7 Apakah dalam melakukan supervisi menggunakan check list yang ada? Y T

CHEKLIST SUPERVISI P2 DBD


TINGKAT KAB./KOTA

INPUT
Apakah buku-buku berikut tersedia?
1 Buku Program Pengendalian DBD Y T
2 Buku Tatalaksana DBD Y T
3 Buku Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Jumantik Y T
4 Leaflet DBD, flipchart DBD dan Poster DBD Y T

PROSES
SURVEILLANS KASUS
Apakah data berikut tersedia ?
1 Trend: Grafik kasus/insidens, CFR, jumlah Kelurahan/Desa terjangkit Y T
per tahun, sejak mulai ada DBD.
2 Musim Penularan: Grafik (rata-rata) jumlah kasus perbulan selama 5 tahun Y T
yang terakhir untuk Kelurahan/Desa
3 Grafik maksimum-minimum bulanan kasus, disertai grafik jumlah kasus Y T
tahun ini dan tahun yang lalu untuk Kab./Kota
4 Grafik maksimum-minimum bulanan kasus, disertai grafik jumlah kasus T Y T
tahun ini dan tahun yang lalu untuk masing-masing Kecamatan
5 Peta lokasi Kelurahan/Desa rawan DBD ( endemis sporadis, potensial Y T
maupun bebas) dan yang ditanggulangi tahun ini
6 Tabel daftar nama: Kecamatan endemis, dan jumlah Puskesmas,Kelurahan Y T
endemis,sporadis, potensial dan bebas yang ditanggulangi tahun ini
7 Apakah ada buku catatan (rekapitulasi) kasus DBD per Kecamatan? Y T
8 Apakah ada laporan kasus lebih cepat melalui jalur lain di luar lap. KDRS? Y T
9 Apakah dilakukan pengambilan data kasus di RS oleh petugas Dinas T Y T
Kesehatan Kab./Kota tiap 1 minggu sekali?
10 Apakah ada pemberitahuan kasus dari Kab./Kota lain ?(cross notification) Y T
11 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata antara dirawat sampai .........
dilaksanakan PE & Fogging Fokus

176
PENANGGULANGAN KASUS
Apakah data di bawah ini tersedia?
1 Daftar rencana kegiatan Kab./Kota & jadual waktunya (dan realisasinya) Y T
2 Catatan tentang dana untuk penanggulangan kasus (PE, FF, Larvasidasi Y T
dan Penyuluhan) di Kab./Kota
3 Laporan pelaksanaan PE, FF, Larvasidasi dan Penyuluhan Y T
4 Pengadaan insektisida, larvasida dan alat (mesin fog) Y T
5 Daftar inventaris dan stok bahan dan alat di Kab/Kota mesin fog, ULV, Y T
kendaraan dan bahan penyuluhan

SURVEILLANS VEKTOR
1 Berapa Puskesmas/Kelurahan yang melakukan PJB sampel .........
2 Berapa yang sudah masukkan laporan (Form PJB-R dan PJB-TU ......%
atau P-DBD)?
3 Apakah Puskesmas menyampaikan hasil PJB (Form PJB-R dan PJB-TU Y T
atau P-DBD) secara teratur/tersedia?
4 Formulir PJB-R (hasil PJB rumah) untuk masing-masing Kecamatan Y T
digabung dalam 1 lembar
5 Formulir PJB-TU (hasil PJB Sekolah/TTU-I) untuk masing-masing Y T
Kecamatan
6 Vektor: Hasil- hasil survey jentik/PSP Y T

PENANGGULANGAN DAN PENYELIDIKAN KLB


Apakah data berikut tersedia?
1 Alokasi dana penanggulangan KLB : Fogging massal, Larvasidasi Y T
massal dan PSN
2 Laporan pelaksanaan Fogging massal 2 siklus dengan interval 1 minggu Y T
3 Laporan pelaksanaan Larvasidasi missal Y T
4 Laporan pelaksanaan PSN-DBD massal dan serentak Y T
5 SK Bupati/Walikota tentang penetapan dan pencabutan status KLB Y T
6 Laporan penanggulangan dan penyelidikan KLB Y T

BULAN BAKTI GERAKAN "3 M" DBD


1 Apakah sudah ada SK atau Instruksi Bupati/Walikota tentang PSN? Y T
2 Apakah sudah dibentuk TIM Penggerak PSN (POKJA/POKJANAL DBD)? Y T
Susunan?
3 Bagaimana bentuk kegiatan penggerakan PSN oleh Tim Penggerak PSN Y T
Kab./Kota? Susunan?
4 Berapa kali diselenggarakan pertemuan LS? Adakah dokumennya? Y T
5 Apakah pertemuan LS biasanya dipimpin oleh Bupati/Walikota? Y T
6 Apakah bebasnya jentik sudah masuk dalam Kriteria Lomba Y T
Desa/lomba lainnya?
7 Apakah penyuluhan melalui radio (spot) sudah dilakukan? Y T
8 Apakah ada kegiatan penyuluhan lainnya, sebutkan Y T

177
PENINGKATAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA
1 Laporan Pelatihan program P2DBD Y T
2 Laporan Pelatihan ketrampilan petugas dalam tatalaksana kasus Y T
3 Laporan pertemuan-pertemuan yang berhubungan dengan program P2DBD Y T
4 Laporan supervisi/ bimbingan teknis Y T

CHEKLIST SUPERVISI P2 DBD


TINGKAT PUSKESMAS

INPUT
Apakah buku-buku berikut tersedia?
1 Buku Program Pengendalian DBD Y T
2 Buku Tatalaksana DBD Y T
3 Buku Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Jumantik Y T
4 Leaflet DBD, flipchart DBD dan Poster DBD Y T
5 Formulir So, K-DBD, W1, W2 Y T
6 Apakah tersedia bagan penatalaksanaan penderita DBD? Y T
7 Apakah tersedia alat-alat berikut:
a. Manset anak Y T
b. Mikroskop Y T
c. Hemometer Sahli Y T
d. Pipet Hb Y T
e. Pipet eritrosit Y T
f. Pipet leukosit Y T
g. Kamar hitung Trombosit Y T
h. Hemositometer Y T

PROSES
SURVEILLANS KASUS
Apakah data berikut tersedia ?
1 Trend: Grafik kasus/insidens, CFR, jumlah Kelurahan/Desa terjangkit per Y T
tahun,sejak mulai ada DBD.
2 Musim Penularan: Grafik (rata-rata) jumlah kasus perbulan selama 5 tahun Y T
yang terakhir untuk Kelurahan/Desa
3 Grafik maksimum-minimum bulanan kasus 5 tahun, disertai grafik jumlah Y T
kasus tahun ini dan tahun yang lalu?
4 Data pemantauan kasus harian (buku catatan harian) dan pemantauan Y T
kasus mingguan
5 Peta lokasi Kelurahan/Desa rawan DBD ( endemis sporadis, potensial Y T
maupun bebas) dan yang ditanggulangi tahun ini

178
6 Tabel daftar nama: Kelurahan endemis, Kelurahan sporadis, potensial Y T
dan bebas yang ditanggulangi tahun ini
7 Apakah ada pemberitahuan kasus dari RS melalui keluarga penderita Y T
(form KD-DBD)
8 Apakah ada umpan balik kasus DBD dari Kab./Kota? Y T
9 Apakah ada pemberitahuan kasus dari Puskesmas lain ? Y T
10 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata sejak diagnosis ditegakkan ........Hari
sampai dilaksanakan PE
11 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata sejak PE sampai dilaksanakan ........Hari
Fogging Fokus

PENANGGULANGAN KASUS
Apakah data di bawah ini tersedia?
1 Daftar rencana kegiatan Puskesmas & jadual waktunya (dan realisasinya) Y T
2 Catatan pelaksanaan PE, FF, Larvasidasi dan Penyuluhan Y T
3 Apakah semua penderita/tersangka DBD dilakukan PE? Y T
4 Apakah digunakan form PE? Y T
5 Apakah Puskesmas melakukan fogging? Y T
6 Apakah sebelum fogging fokus dilakukan PE? Y T
7 Apakah fogging fokus sesuai kriteria? Y T
8 Daftar inventaris dan stok bahan dan alat di Puskesmas mesin fog, Y T
larvasida, dan bahan penyuluhan

SURVEILLANS VEKTOR
1 Usulan rencana kegiatan surveillans vektor (pemberantasan vektor dan Y T
Bulan Bakti gerakan 3M) dan telah dikirimkan ke Kab./Kota?
2 Apakah seluruh kelurahan dilakukan PJB? Y T
3 Siapa yang melaksanakan PJB? Y T
Petugas Puskesmas/Jumantik/Kader
4 Apakah form PJB/AS-1 masih digunakan oleh petugas? Y T
5 Apakah petugas PJB sudah dilatih? Y T
6 Bulan apa dilaksanakannya
Siklus I:
Siklus II:
Siklus III:
Siklus IV:
7 Formulir PJB-R (hasil PJB rumah untuk masing-masing Kelurahan) Y T
8 Formulir PJB-TU (hasil PJB Sekolah/TTU-I) Y T

PENANGGULANGAN DAN PENYELIDIKAN KLB


Apakah data berikut tersedia?
1 Rencana kelurahan yang dilakukan Fogging massal (tabel) Y T
2 Realisasi kelurahan yang dilakukan Fogging massal (tabel) Y T

179
3 Laporan pelaksanaan Fogging massal 2 siklus dengan interval 1 minggu Y T
4 Laporan pelaksanaan Larvasidasi massal Y T
5 Laporan pelaksanaan PSN-DBD massal dan serentak Y T

BULAN BAKTI GERAKAN "3 M" DBD


1 Apakah sudah ada SK atau Instruksi Camat tentang PSN? Y T
2 Apakah sudah dibentuk TIM Penggerak PSN (POKJA DBD)? Y T
Susunan?
3 Bagaimana bentuk kegiatan penggerakan PSN oleh Tim Penggerak Y T
PSN Kecamatan?
4 Berapa kali diselenggarakan pertemuan LS? Adakah dokumennya? Y T
5 Apakah pertemuan LS biasanya dipimpin oleh Camat? Y T
6 Apakah ada kegiatan penyuluhan DBD di Posyandu? Y T
7 Laporan hasil penyuluhan Y T
8 Apakah hasil PJB disampaikan dalam pertemuan POKJA DBD? Y T
/Pertemuan lainnya (terutama kepada Camat dan Kepala Sekolah)

PENINGKATAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA


Apakah data berikut tersedia?

1 Data Dokter Puskesmas yang sudah dilatih tatalaksana kasus DBD ........Org
2 Data Petugas pengelola program yang sudah dilatih atau mengikuti ........Org
Pertemuan
3 Petugas laboratorium telah melakukan pemeriksaan trombosit Y T
dan hematokrit
4 Laporan pelatihan kader PSN (Jumantik) Y T
........orang/RT

CHEKLIST SUPERVISI P2 DBD


DI KKP

INPUT
Apakah buku-buku berikut tersedia?
1 Buku Program (pedoman) Pengendalian DBD Y T
2 Buku Tatalaksana DBD Y T
3 Buku Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Jumantik Y T
4 Leaflet DBD, flipchart DBD dan Poster DBD Y T
5 Formulir So, K-DBD, W1, W2 Y T
6 Apakah tersedia bagan penatalaksanaan penderita DBD? Y T
7 Apakah tersedia alat-alat berikut: Y T

180
a. Manset anak Y T
b. Mikroskop Y T
c. Blood Analyzer Y T
d. Hemometer Sahli Y T
e. Pipet Hb Y T
f. Pipet eritrosit Y T
g. Pipet leukosit Y T
h. Kamar hitung Trombosit Y T
i. Hemositometer Y T

PROSES
SURVEILLANS KASUS
Apakah data berikut tersedia ?
1 Trend: Grafik kasus/insidens, CFR, jumlah wilayah kerja terjangkit Y T
per tahun,sejak mulai ada DBD.
2 Musim Penularan: Grafik (rata-rata) jumlah kasus perbulan selama 5 tahun Y T
yang terakhir untuk wilayah kerja
3 Grafik maksimum-minimum bulanan kasus 5 tahun, disertai grafik jumlah Y T
kasus tahun ini dan tahun yang lalu?
4 Data pemantauan kasus harian (buku catatan harian) dan pemantauan Y T
kasus mingguan
5 Peta lokasi wilayah kerja rawan DBD ( endemis sporadis, potensia Y T
maupun bebas) dan yang ditanggulangi tahun ini
6 Tabel daftar nama: wilayah kerja endemis, wilker sporadis, wilker potensial Y T
dan bebas yang ditanggulangi tahun ini
7 Apakah ada pemberitahuan kasus dari RS melalui keluarga penderita Y T
(form KD-DBD)
8 Apakah ada buku catatan kasus DBD per wilayah kerja? Y T
9 Apakah ada pemberitahuan kasus dari Puskesmas/dinas kesehatan di wilyah Y T
kerja ?
10 Apakah ada kontak person dengan Dinas Kesehatan terkait? Y T
11 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata sejak diagnosis ditegakkan ........Hari
sampai dilaksanakan PE
12 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata sejak PE ........Hari
sampai dilaksanakan Fogging Fokus

PENANGGULANGAN KASUS
Apakah data di bawah ini tersedia?
1 Daftar rencana kegiatan KKP & jadwal waktunya (dan realisasinya) Y T
2 Catatan tentang dana untuk penanggulangan kasus (PE, FF, Larvasidasi Y T
dan Penyuluhan) di KKP (stok dana)

181
3 Daftar rencana pengiriman (alokasi) sarana: dana, bahan dan alat Y T
bagi wilker untuk penanggulangan kasus (dan realisasinya)
4 Pengadaan insektisida, larvasida dan alat (mesin fog) Y T
5 Daftar inventaris dan stok bahan dan alat di KKP dan Wilkernya Y T
mesin fog, ULV, kendaraan dan bahan penyuluhan

SURVEILLANS VEKTOR
1 Usulan rencana kegiatan surveilans vektor dari tiap tiap wilker Y T
2 Apakah seluruh wilker melakukan PJB? Y T
3 Apakah wilker menyampaikan hasil PJB (Form PJB-R dan PJB-TU) Y T
secara teratur/tersedia?
4 Apakah hasil PJB sudah dianalisa? (Form Khusus: tabel dan diagram) Y T
5 Siapa yang melaksanakan PJB? Y T
Petugas/Jumantik/Kader
6 Apakah petugas PJB sudah dilatih? Y T
7 Bulan apa dilaksanakannya? Y T
Vektor : Hasil-hasil survey jentik/PSP
Siklus I :
Siklus II:
Siklus III:
Siklus IV:

PENANGGULANGAN DAN PENYELIDIKAN KLB


1 Alokasi dana Penanggulangan KLB Y T
2 Laporan Penanggulangan dan Penyelidikan KLB Y T
3 Laporan pelaksanaan Larvasidasi Y T
4 Laporan pelaksanaan PSN-DBD, Fogging Y T

BULAN BAKTI GERAKAN "3 M" DBD


1 Apakah sudah ada SK atau Instruksi Camat tentang PSN? Y T
2 Apakah sudah dibentuk TIM Penggerak PSN (POKJA DBD)? Y T
Susunan?
3 Bagaimana bentuk kegiatan penggerakan PSN oleh Tim Penggerak Y T
PSN Kecamatan?
4 Berapa kali diselenggarakan pertemuan LS? Adakah dokumennya? Y T
5 Apakah pertemuan LS biasanya dipimpin oleh Camat? Y T
6 Apakah ada kegiatan penyuluhan DBD di Posyandu? Y T
7 Laporan hasil penyuluhan Y T
8 Apakah hasil PJB disampaikan dalam pertemuan POKJA DBD? Y T
/Pertemuan lainnya (terutama kepada Camat dan Kepala Sekolah)

182
PENINGKATAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA
Apakah data berikut tersedia?

1 Alokasi dana untuk kegiatan peningkatan profesionalisme sumber daya Y T


2 Rencana kegiatan pelatihan dan TOR Y T
3 Data Petugas pengelola program yang sudah dilatih atau mengikuti Y T
Pertemuan
4 Laporan pelatihan program P2 DBD dan tata laksana kasus Y T
5 Laporan pertemuan yang berhubungan dengan DBD Y T
6 Laporan Supervisi/Bimbingan TeknisT Y T
7 Petugas laboratorium telah melakukan pemeriksaan trombosit Y T
dan hematokrit
8 Laporan pelatihan kader PSN (Jumantik) Y T

CHEKLIST SUPERVISI P2 DBD


DI BTKL

INPUT
Apakah buku-buku berikut tersedia?

1 Buku Program (pedoman) Pengendalian DBD Y T


2 Buku Tatalaksana DBD Y T
3 Buku Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Jumantik Y T
4 Leaflet DBD, flipchart DBD dan Poster DBD Y T
5 Apakah tersedia bagan penatalaksanaan penderita DBD? Y T
6 Apakah tersedia alat-alat berikut:
a. Mikroskop Y T
b. Blood Analyzer Y T
c. Hemometer Sahli Y T
d. Pipet Hb Y T
e. Pipet eritrosit Y T
f. Pipet leukosit Y T
g. Kamar hitung Trombosit Y T
h. Hemositometer Y T
i. PCR Y T

183
PROSES
SURVEILLANS KASUS
Apakah data berikut tersedia ?

1 Trend: Grafik kasus/insidens, CFR, jumlah wilayah kerja terjangkit Y T


per tahun,sejak mulai ada DBD.
2 Musim Penularan: Grafik (rata-rata) jumlah kasus perbulan selama 5 tahun Y T
yang terakhir untuk wilayah kerja
3 Grafik maksimum-minimum bulanan kasus 5 tahun, disertai grafik jumlah Y T
kasus tahun ini dan tahun yang lalu?
4 Data pemantauan kasus harian (buku catatan harian) dan pemantauan Y T
kasus mingguan
5 Peta lokasi wilayah kerja rawan DBD ( endemis sporadis, potensial Y T
maupun bebas) dan yang ditanggulangi tahun ini
6 Tabel daftar nama: wilayah kerja endemis, wilker sporadis, wilker potensial Y T
dan bebas yang ditanggulangi tahun ini
7 Apakah ada kajian tentang DBD (kasus,virus,jentik,nyamuk aedes aegypty)? Y T
8 Apakah ada kajian tentang resistensi insektida di wilayah kerja? Y T
9 Apakah ada buku catatan kasus DBD per wilayah kerja? Y T
10 Apakah ada pemberitahuan kasus dari Puskesmas/dinas kesehatan di wilyah Y T
kerja ?
11 Apakah ada kontak person dengan Dinas Kesehatan terkait? Y T
12 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata sejak diagnosis ditegakkan ........Hari
sampai dilaksanakan PE
13 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata sejak PE ........Hari
sampai dilaksanakan Fogging Fokus

PENANGGULANGAN KASUS
Apakah data di bawah ini tersedia?

1 Daftar rencana kegiatan BTKL & jadwal waktunya (dan realisasinya) Y T


2 Catatan tentang dana untuk penanggulangan kasus (PE, FF, Larvasidasi Y T
dan Penyuluhan) di BTKL (stok dana)
3 Daftar rencana pengiriman (alokasi) sarana: dana, bahan dan alat Y T
bagi wilker untuk penanggulangan kasus (dan realisasinya)
4 Pengadaan insektisida, larvasida dan alat (mesin fog) Y T
5 Daftar inventaris dan stok bahan dan alat di BTKL dan Wilkernya Y T
mesin fog, ULV, kendaraan dan bahan penyuluhan

184
SURVEILLANS VEKTOR

1 Usulan rencana kegiatan surveilans vektor dari tiap tiap wilker Y T


2 Apakah seluruh wilker melakukan PJB? Y T
3 Apakah wilker menyampaikan hasil PJB (Form PJB-R dan PJB-TU) Y T
secara teratur/tersedia?
4 Apakah hasil PJB sudah dianalisa? (Form Khusus: tabel dan diagram) Y T
5 Siapa yang melaksanakan PJB? Y T
Petugas/Jumantik/Kader
6 Apakah petugas PJB sudah dilatih? Y T
7 Bulan apa dilaksanakannya? Y T
Vektor : Hasil-hasil survey jentik/PSP
Siklus I :
Siklus II:
Siklus III:
Siklus IV:

PENANGGULANGAN DAN PENYELIDIKAN KLB

1 Alokasi dana Penanggulangan KLB Y T


2 Laporan Penanggulangan dan Penyelidikan KLB Y T
3 Laporan pelaksanaan Larvasidasi Y T
4 Laporan pelaksanaan PSN-DBD, Fogging Y T

BULAN BAKTI GERAKAN "3 M" DBD


1 Apakah sudah ada SK atau Instruksi Camat tentang PSN? Y T
2 Apakah sudah dibentuk TIM Penggerak PSN (POKJA DBD)? Y T
Susunan?
3 Bagaimana bentuk kegiatan penggerakan PSN oleh Tim Penggerak Y T
PSN Kecamatan?
4 Berapa kali diselenggarakan pertemuan LS? Adakah dokumennya? Y T
5 Apakah pertemuan LS biasanya dipimpin oleh Camat? Y T
6 Apakah ada kegiatan penyuluhan DBD di Posyandu? Y T
7 Laporan hasil penyuluhan Y T
8 Apakah hasil PJB disampaikan dalam pertemuan POKJA DBD? Y T
/Pertemuan lainnya (terutama kepada Camat dan Kepala Sekolah)

185
PENINGKATAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA
Apakah data berikut tersedia?

1 Alokasi dana untuk kegiatan peningkatan profesionalisme sumber daya Y T


2 Rencana kegiatan pelatihan dan TOR Y T
3 Data Petugas pengelola program yang sudah dilatih atau mengikuti Y T
Pertemuan
4 Laporan pelatihan program P2 DBD dan tata laksana kasus Y T
5 Laporan pertemuan yang berhubungan dengan DBD Y T
6 Laporan Supervisi/Bimbingan Teknis Y T
7 Petugas laboratorium telah melakukan pemeriksaan trombosit, hematokrit Y T
dan PCR
8 Laporan pelatihan kader PSN (Jumantik) Y T

186
Lampiran 27

1. Latihan 1

Propinsi “A” memiliki satu kabupaten endemis yang mempunyai wilayah kerja 15 kecamatan
dengan jumlah puskesmas sebanyak 20 puskesmas, 10 kecamatan diantaranya merupakan
daerah endemis DBD, 2 kecamatan sporadis dan 3 kecamatan bebas/potensial DBD. Dari
10 kecamatan endemis tersebut, 25 Desa diantaranya merupakan wilayah yang tinggi
kasus DBDnya (>5 penderita per desa). Kader/Jumantik yang telah dilatih di desa yang ada
kasus DBDnya sebanyak 100 orang, Pokja DBD telah terbentuk di setiap desa/kelurahan
endemis. Berdasarkan data kasus DBD di kabupaten :

- Tahun 2002 : 350 Kasus


- Tahun 2003 : 425 Kasus
- Tahun 2004 : 475 Kasus
- Tahun 2005 : 900 Kasus

1. Saudara adalah pengelola program di Dinas Kesehatan Provinsi, buatlah rencana


kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Saudara adalah pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, buatlah


rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Latihan 2

Kabupaten Saudara mendapat alokasi dana untuk kegiatan pengendalian DBD sebagai
berikut:

1. Penanggulangan fokus : 50 Fokus (4 kali)


2. Larvasidasi : 10 desa (30.000 rumah) setiap 3 bulan sekali
3. PJB : 10 Lokasi (tiap 3 bulan sekali)
4. Pertemuan POKJANAL : 4 Kali
5. Penggerakkan Masyarakat dalam PSN sepanjang tahun

Kepada Saudara sebagai pengelola program Kabupaten, diminta untuk membuat


Penyusunan Perencanaan Kegiatan (POA) termasuk jadwal masing-masing kegiatan
tersebut.

187
Lampiran 28

A. Bermain Peran
Total jumlah pemain adalah 6 orang, dikelompokkan sebagai berikut:
• 3 orang petugas tatap muka
• 3 orang petugas tatap muka

B. Prosedur :
1. Peserta pelatihan lain akan berperan sebagai pemerhati yang mempelajari cara yang
tepat atau kurang tepat dari setiap pasangan petugas-publik. Peserta juga harus mencatat
umpan balik mereka karena pelatih akan menanyakan serta memberikan masukan
tambahan mengenai hal yang sebaiknya dilakukan dalam penyuluhan.

2. Masing-masing kelompok diatas, secara terpisah akan mendapatkan penjelasan tentang


skenario dan cara bermain. Penjelasan dilakukan di luar ruang pelatihan.

3. Secara bergiliran setiap kelompok diatas mendapatkan waktu 5 menit untuk bermain
peran di muka kelas. Pasangan yang belum mendapat giliran tetap berada di luar ruang
pelatihan.
4. Setelah semua pemeran selesai mempertujukkan peran mereka, maka pelatih meminta
masukan dari pemerhati (peserta pelatihan lainnya).

C. Penjelasan Peran

1. Petugas tatap muka

a. Saudara berperan sebagai petugas Puskesmas yang menemui anggota masyarakat


sebuah kampung yang sangat padat penduduknya, kurang menjaga kebersihan
lingkungan dan banyak ditemukan jentik nyamuk di dalam bak mandi, ember
penampungan air di dapur serta di dalam barang-barang bekas di sekitar rumah
mereka. Dalam waktu satu minggu ini terdapat 2 orang anak yang sakit dan dirawat
di rumah sakit dengan diagnosa DBD. Saudara harus mendapatkan informasi tentang
kemungkinan adanya warga lain yang sakit dengan gejala DBD, sambil memberikan
penyuluhan pencegahan penyebaran DBD di wilayah tersebut.

b. Saudara berperan sebagai petugas Jumantik yang akan melakukan kegiatan rutin
pemantauan jentik di sebuah kompleks perumahan mewah. Tugas Saudara adalah
memberi tahukan kepada pemilik salah satu rumah bahwa Saudara akan memeriksa
situasi sekitar rumah serta di adalam rumah untuk memantau kemungkinan adanya
jentik nyamuk Aedes.

c. Saudara berperan sebagai petugas Puskesmas yang menemui orang tua dari pasien
anak tersangka DBD. Orang tua pasien tersebut meminta agar lingkungan rumahnya
segera disemprot. Dari hasil PE yang dilakukan oleh petugas surveilans Puskasmas
diperoleh data bahwa tjdak ada penderita/ tersangka infeksi Dengue lainnya serta
hasil pemeriksaan ABJ adalah 95%.

188
2. Publik tatap muka

a. Saudara berperan sebagai anggota masyarakat yang tinggal di sebuah kampung


padat penduduknya, kondisi lingkungan kotor. Bahkan diluar rumah Saudara terdapat
tumpukan ban mobil bekas yang akan dijual setelah terkumpul agak banyak. Anda
tidak tahu bahwa 2 orang tetangga anda ada yang sakit DBD dan sekarang sedang
dirawat di rumah sakit, dan anda juga tidak tahu samasekali bahwa bahwa terdapat
banyak jentik nyamuk Aedes dalam ban-ban bekas tersebut. Tapi setelah mendapat
informasi dari petugas Puskesmas, Saudara tetap tidak mau menyingkirkan ban
bekas tersebut karena memang penghasilan anda menjual ban bekas tersebut.

b. Saudara berperan sebagai ibu rumah tangga pemilik rumah mewah di sebuah
kompleks perumahan yang didatangi Jumantik. Saudara menolak kunjungan Jumantik
tersebut karena berpikiran jentik Aedes tidak mungkin ada di rumah mewah Saudara.

c. Saudara berperan sebagai orang tau pasien DBD yang protes kepada Puskesmas
karena rumhanya tidak kunjung disemprot. Walaupun petugas Puskesmas sudah
memberikan penjelasan tetapi Saudara beranggapan bahwa untuk mencegah
penularan DBD adalah dengan foging.

Kepada para peserta yang tidak mendapat peran petugas-publik, akan bertugas sebagi penilai.
Peserta menilai bagaimana petigas bersikap dan cara memberikan penjelasan sesuai skenario.

Setelah masing-masing pihak memahami perannya, setiap pasangan petugas-publik diberikan


kesempatan secara bergiliran melakukan tugasnya.

Setelah seluruha pasangan selesai bermain, maka pelatih meminta peserta pelatihan untuk
memberikan masukan apa yang sudah baik dan yang perlu diperbaiki oleh petugas.

Pelatih merangkum masukan dari peserta serta memberikan penjelasan bagaimana seharusnya
sebagai petugas bersikap kepada publik.

189
c. Sistim Pelaporan Kasus DBD

1. Alur Pelaporan DBD

Ditjen

PP & PL

-W2-DBD
-K-DBD
-W1

-DP-DBD
Umpan balik -W2-DBD
-K-DBD
-W1

RS Pemerintah & Swasta

Unit Pelayanan Kesehatan


- KD/RS-DBD Dinas Kesehatan
Lain, Seperti:
Balai Pengobatan,
Umpan balik - KD/RS-DBD
Poliklinik, Dokter Praktek -W2-DBD
-DP-DBD
Swasta, dan lain-lain
-W1

Puskesmas

KD/RS-DBD ( tembusan)

Bagan 2 : Alur Pelaporan DBD

2. Mekanisme pelaporan

a. Pelaporan dari Puskesmas


1) Setiap puskesmas melaporkan kasus suspek infeksi Dengue ke dinas
kesehatan kabupaten/kota. Puskesmas juga wajib melaporkan kasus
infeksi dengue (DD, DBD dan SSD) yang dapat didiagnosis di puskesmas
dalam waktu 24 jam menggunakan form KD-PKM DBD (Lampiran 3).

31
2) Puskesmas dapat merujuk kasus (suspek infeksi dengue, DD, DBD dan
SSD) yang tidak dapat ditangani di puskesmas.
3) Laporan di bawah ini juga digunakan di puskesmas :
- Formulir K-DBD sebagai laporan bulanan (Lampiran 4)
- Rekapan W2 sebagai rekapan mingguan (Lampiran 5)
- Formulir W1 bila terjadi KLB (Lampiran 6)
- Laporan Sistim Terpadu Penyakit (STP)

b. Pelaporan dari RS :
1) Setiap unit pelayanan kesehatan yang menemukan kasus infeksi dengue
(DD, DBD, SSD) wajib segera melaporkan ke dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat selambat-lambatnya dalam 24 jam dengan
tembusan ke puskesmas wilayah tempat tinggal penderita (KD-RS).
Laporan tersebut merupakan laporan yang dipergunakan untuk tindakan
penanggulangannya.
2) Pelaporan kasus mingguan dan bulanan merupakan laporan rekapitulasi
kasus (suspek infeksi dengue DD, DBD dan SSD) yang dilaporkan setiap
minggunya atau bulannya dari puskesmas dan rumah sakit dengan
menggunakan form W2.

c. Pelaporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan


Provinsi:
1) Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan (Lampiran 4)
2) Menggunakan formulir W1 bila terjadi KLB (Lampiran 6)
3) Laporan STP

d. Pelaporan dari dinas kesehatan Provinsi ke pusat (Subdit Arbovirosis, Ditjen


PP dan PL):
1) Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan (Lampiran 4)
2) Menggunakan formulir W1 bila terjadi KLB. (Lampiran 6)
3) Laporan STP

3. Pelaporan khusus dalam situasi Kejadian Luar Biasa (KLB)

Pelaporan dalam situasi KLB dapat mengikuti Permenkes No. 1501/2010, yaitu :
a. Pelaporan oleh unit pelayanan kesehatan
1) Pelaporan kasus DBD harian
2) Pelaporan dengan formulir KD-RS tetap dilaksanakan (Lampiran 7)

b. Pelaporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota:


1) Pelaporan kasus DBD harian
2) Menggunakan formulir W1
3) Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan KLB
4) Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan (Lampiran 4)

c. Pelaporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ke dinas kesehatan provinsi:


1) Pelaporan kasus DBD harian
2) Menggunakan formulir W1
3) Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan KLB
4) Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan

d. Pelaporan dari dinas kesehatan provinsi ke Ditjen PP dan PL:


1) Pelaporan kasus DBD harian
2) Menggunakan formulir W1

32
3) Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan

4. Umpan Balik Pelaporan

Umpan balik pelaporan perlu dilaksanakan guna meningkatkan kualitas


dan memelihara kesinambungan pelaporan, kelengkapan dan ketepatan waktu
pelaporan serta analisis terhadap laporan. Frekuensi umpan balik oleh masing-
masing tingkat administrasi dilaksanakan setiap bulan, minimal tiga kali dalam
setahun.

C. KEGIATAN SURVEILANS DI BERBAGAI TINGKAT WILAYAH ADMINISTRASI

1. Tingkat Puskesmas

Surveilans epidemiologis demam berdarah dengue (DBD) di puskesmas


meliputi kegiatan pengumpulan dan pencatatan data tersangka DBD untuk
melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE). Pengolahan dan penyajian data
penderita DBD untuk pemantauan KLB berdasarkan; laporan mingguan KLB (W2-
DBD); laporan bulanan kasus/ kematian DBD dan program pemberantasan (K-DBD);
data dasar perorangan penderita suspek/infeksi dengue DD, DBD, SSD (DP-DBD),
penentuan stratifikasi (endemisitas) desa/kelurahan, distribusi kasus DBD per
RW/dusun, penentuan musim penularan, dan kecenderungan DBD.

a. Pengumpulan dan pencatatan data

1) Pengumpulan dan pencatatan dilakukan setiap hari, bila ada laporan


tersangka DBD dan penderita DD, DBD, SSD.

2) Sumber data yang diterima puskesmas dapat berasal dari :


• rumah sakit (form KDRS)
• dinas kesehatan kabupaten/kota (informasi tentang adanya kasus)
• puskesmas rawat inap
• puskesmas lain (cross notification) dan
• unit pelayanan kesehatan lain (balai pengobatan, poliklinik, dokter
praktek swasta, dan lain-lain), dan

3) Hasil penyelidikan epidemiologi (kasus tambahan jika sudah ada konfirmasi


dari rumah sakit/unit pelayanan kesehatan lainnya).

4) Untuk pencatatan tersangka DBD dan penderita DD, DBD, SSD


menggunakan Buku Catatan Harian atau buku register DBD yang memuat
catatan (kolom) sekurang-kurangnya seperti pada Form DP-DBD

5) Data demografi dan klimatologi

b. Pengolahan dan penyajian data

Data pada Buku Catatan Harian DBD diolah dan disajikan dalam bentuk :
1) Pemantauan situasi DBD mingguan menurut desa/kelurahan
a) Jumlahkan masing-masing penderita DBD dan SSD setiap minggu dan
sajikan pada tabel seperti pada contoh di bawah ini.

33
Tabel 2 : Jumlah penderita DD, DBD dan SSD menurut desa/kelurahan dan
minggu di puskesmas X, tahun .........
Minggu ke: .............Bulan:.............................
Puskesmas: ........................................(tambah kolom suspex infeksi Dengue)
Desa/ Minggu*
Kelurah 1 2 3 ....
an DD DB DS DD DB DS DD DB DS DD DB DS
D S D S D S D S
P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M

Jumlah 2 0 5 2 3 3 4 0 1 2 2 2 9 0 5 2 3 3 4 0 5 1 1 1
*Mengikuti kalender survailans; P:Penderita, M:Meninggal
DD=Demam Dengue, DBD=Demam Berdarah Dengue, SSD=Sindrom Syok
Dengue (DBD stadium III/ IV)

b) Berdasarkan hasil penggabungan jumlah penderita DBD dan SSD dari


data mingguan, dapat dideteksi secara dini adanya KLB DBD
atau keadaan yang menjurus pada KLB DBD.

c) Bila terjadi KLB DBD maka lakukan tindakan sesuai dengan pedoman pe-
nanggulangan KLB DBD dan laporkan segera ke dinas kesehatan
kabupaten/ kota menggunakan formulir W1 (Lampiran 6).

2) Penyampaian laporan DD, DBD,dan SSD selambat-lambatnya dalam 24 jam


setelah diagnosis ditegakkan menggunakan formulir KD-PKM (Lampiran 3).

3) Laporan data dasar perorangan penderita DD, DBD, SSD menggunakan


formulir DP-DBD yang disampaikan per bulan (Lampiran 8).

4) Rekapan mingguan (W2-DBD) (Lampiran 5)


a) Jumlahkan penderita DBD dan SSD setiap minggu menurut
desa/kelurahan