Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAK
SA
I
T
H U
MODUL PENGENDALIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya serta dukungan berbagai pihak khususnya para ahli/ pakar yang telah berkontribusi
dalam penyusunan Modul Pelatihan Pengendalian Demam Berdarah Dengue ini.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis dan
menimbulkan masalah kesehatan, bukan hanya di Indonesia tapi juga di negara - negara tropis
dan subtropis di dunia. Di Asia penyakit ini endemis di negara - negara ASEAN serta di beberapa
negara Asia Selatan seperti; Bangladesh, India, Srilangka dan Maldives dan lain-lain.
Modul Pelatihan Pengendalian Demam Berdarah Dengue ini diharapkan dapat menjadi bahan
pembelajaran dan pelatihan bagi seluruh SDM kesehatan khususnya bagi pengelola program
DBD di daerah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengendalian Demam
Berdarah Dengue.
Saran-saran dan kritik terhadap buku ini sangat diharapkan guna lebih menyempurnakan
penerbitan berikutnya.
i
KATA PENGANTAR
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit endemis dengan
angka kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan daerah terjangkit semakin
meluas hingga mencapai 400 kabupaten/kota dari 474 kabupaten/kota di Indonesia, bahkan
sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Sampai saat ini vaksin dan obat virus DBD belum ditemukan, sehingga salah satu strategi utama
dan paling effektif untuk pengendalian penyakit DBD adalah dengan cara melakukan upaya
preventif dengan pemutusan rantai penularan melalui gerakan PSN-DBD, tanpa mengabaikan
peningkatan kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB serta penatalaksanaan kasus.
Penerapan strategi tersebut memerlukan dukungan sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan dan ketrampilan memadai melalui pelatihan di setiap jenjang administrasi.
Untuk keperluan pelatihan telah disusun modul Pelatihan Progaram yang terdiri dari 10 materi
sebagai satu kesatuan pembelajaran, yaitu:
B. Materi Inti
1. Epidemiologi DBD
2. Surveilans kasus DBD
3. Surveilans dan Pengendalian Vektor DBD
4. Tatalaksana Kasus DBD
5. Penyelidikan Epidemiologi, Penanggulangan Fokus, dan Penanggulangan KLB DBD
6. Pengoperasian Alat dan Bahan Pengendalian Vektor DBD
7. Perencanaan dan Supervisi Pengendalian DBD
8. Promosi Kesehatan Dalam Pengendalian DBD
C. Materi Penunjang
1. Membangun Komitmen Belajar
2. Rencana Tindak Lanjut dan Pembulatan
Modul ini merupakan revisi dan penyempurnaan dari buku modul yang telah dicetak pada tahun
2007, dan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi pengelola program
DBD di provinsi maupun kabupaten/kota dalam upaya pengendalian DBD.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas masukan dari berbagai pihak terutama dari para
kontributor serta tim editor yang menjadikan buku modul ini menjadi sempurna dan mudah
dilaksanakan di lapangan.
ii
TIM PENYUSUN
Pelindung
Prof. DR. Dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM & H, DTCE
Pengarah
dr. Rita Kusriastuti, MSc
Kontributor
1. dr. Triyunis Miko (FKM-UI)
2. dra. Sri Kusminarti (Pusat Promkes)
3. dr. Mulya Rahma karyanti, Sp.A (Dep. Ilmu Kesehatan Anak-RSCM
4. drh. Sri Sugiharti, MKes (PPSDM, Kemkes)
5. dr. Binyamin Sihombing, MPH (WHO Indonesia)
6. Dra. Fitri Riyanti, Msi (Subdit Pengendalian Vektor)
7. drh. Sugiarto, Msi (Subdit Pengendalian Vektor)
8. dr. Bangkit Hutajulu, MSc, PH (Subdit Arbovirosis)
9. drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes (Subdit Arbovirosis)
10. dr. Darmawali handoko, M.Epid (Subdit Arbovirosis)
11. dr. Iriani Samad
12. Rohani Simanjuntak, SKM, MKM
13. Subahagio SKM
14. dr. Galuh Budhi Leksono Adhi
15. Erliana Setaini, SKM, MPH
16. dr. Sri Hartoyo
17. dr. Dauries Ariyanti Muslikhah
18. Suratno
19. Suharyono
Editor
1. dr. Darmawali handoko, M.Epid
2. drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes
3. dr. Sri Hartoyo
iii
DAFTAR SINGKATAN
iv
SDM : Sumber Daya Manusia
SKD : Sistem Kewaspadaan Dini
SOP : Standar Operasional Prosedur
SP : Species
SPM : Standard Pelayanan Minimal
SSD : Syndrome Syok Dengue
STP : Sistim Terpadu Penyakit
T : Teori
TPA : Tempat Penampungan Air
TPK : Tujuan Pembelajaran Khusus
TP-LKMD : Tim Pembina Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
TPU : Tujuan Pembelajaran Umum
TTU : Tempat - tempat Umum
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah
ULV : Ultra Low Volume
UPK : Unit Pelayanan Kesehatan
UPT : Unit Pelaksana Teknis
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah
USG : Ultra Sonografi
WI : Widya Iswara
v
DAFTAR ISI
vi
VIII. URAIAN MATERI......................................................................................................... 8
A. Situasi DBD dan Permasalahan DBD di Indonesia ............................................... 8
B. Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD................................................................. 10
IX. KEPUSTAKAAN .......................................................................................................... 15
vii
VI. ALAT BANTU............................................................................................................... 46
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN (DISESUAIKAN) .................... 46
VIII. URAIAN MATERI ........................................................................................................ 47
A. METODE SURVEILANS VEKTOR DBD ............................................................... 47
B. MORFOLOGI, IDENTIFIKASI DAN BIOEKOLOGI VEKTOR DBD ....................... 53
C. METODE PENGENDALIAN VEKTOR ................................................................. 57
D. KEGIATAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD ..................................................... 60
E. PELAPORAN DAN EVALUASI HASIL PENGENDALIAN VEKTOR .................... 61
IX. KEPUSTAKAAN ......................................................................................................... 63
viii
V. BAHAN BELAJAR ....................................................................................................... 88
VI. ALAT BANTU .............................................................................................................. 88
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN (DISESUAIKAN) .................... 88
URAIAN MATERI .................................................................................................................. 89
A. MESIN HOT FOGGER .......................................................................................... 89
B. MESIN ULTRA LOW VOLUME (ULV) .................................................................. 92
C. JENIS DAN APLIKASI INSEKTISIDA UNTUK PENGENDALIAN VEKTOR
DBD ....................................................................................................................... 93
MATERI INTI 7 PERENCANAAN DAN SUPERVISI PROGRAM PENGENDALIAN
PENYAKIT DBD.................................................................................................................... 98
I. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................ 98
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................................ 98
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ..................................................................... 98
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) .................................................................... 98
III. POKOK BAHASAN ..................................................................................................... 98
IV. METODE ..................................................................................................................... 99
V. BAHAN BELAJAR ....................................................................................................... 99
VI. ALAT BANTU .............................................................................................................. 99
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ............................................... 99
VIII. URAIAN MATERI ........................................................................................................ 99
A. PENENTUAN DAERAH MASALAH DBD ............................................................. 100
B. PENENTUAN KEGIATAN PENGENDALIAN DBD ............................................... 103
C. PENYUSUNAN RENCANA OPERASIONAL ....................................................... 107
VIII. KEPUSTAKAAN ........................................................................................................ 110
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Grafik Pertambahan Jumlah kasus DBD sejak tahun 1968 - 2011
Gambar 2 : Grafik Insidens Rate DBD per 100.00 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR)
di Indonesia tahun 2005-2010
Gambar 3 : Grafik Insidens Rate (IR) DBD per Provinsi di Indonesia tahun 2010
Gambar 4 : Virus Dengue
Gambar 5 : Grafik Distribusi Kasus Dengue di Negara-negara Asia Tahun 2000-2009
Gambar 6 : Distribusi IR DBD di Indonesia Tahun 2010
Gambar 7 : Nyamuk Aedes Aegypti
Gambar 8 : Siklus penularan penyakit DBD
Gambar 9 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi NTT Tahun
2005-2009
Gambar 10 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi Kalimantan Timur
tahun 2005-2009
Gambar 11 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi DKI Jakarta tahun
2005-2009
Gambar 12 : Peta Stratifikasi desa/kelurahan DBD di Puskesmas X
Gambar 13 : Grafik rata-rata jumlah penderita DBD di Puskesmas X tahun 2006-2010
Gambar 14 : Contoh Ovitrap
Gambar 15 : Contoh Aspirator
Gambar 16 : Ovarium Aedes sp
Gambar 17 : Dilatasi pada saluran telur (pedikulus) Aedes sp
Gambar 18 : Telur Aedes aegypti
Gambar 19 : Larva Aedes aegypti
Gambar 20 : Pupa
Gambar 21 : Aedes sp
Gambar 22 : Siklus Hidup nyamuk Aedes aegypti
Gambar 23 : Cara menghitung hasil Uji Torniquet
Gambar 24 : Bintik-bintik perdarahan di bawah kulit
Gambar 25 : Tanda Penyembuhan DBD
Gambar 26 : Contoh Mesin Hot Fogger
Gambar 27 : Contoh Mesin Ultra Low Volume (ULV)
xii
Lampiran 1
121
MATERI INTI 2 : Surveilans Kasus DBD
WAKTU : T 2 JPL, P 2 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu melaksanakan surveilans kasus DBD di wilayah kerjanya.
122
vektor Sub Pokok Bahasan : praktek bahan ajar
1.Kimiawi
2.Biologi
3.Managemen lingkungan
4.Pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) DBD
5.Pengendalian vektor
terpadu
4 Dapat Melaksanakan Pokok Bahasan : Kegiatan Ceramah, LCD,
kegiatan pengendalian pengendalian vektor DBD : tanya jawab & komputer &
vektor DBD 1.Kegiatan pengendalian praktek bahan ajar
vektor di tingkat
administrasi
2.Operasional pengendalian
vektor
3.Kegiatan pengendalian
vektor pada KLB DBD
3 Dapat Melaksanakan Pokok Bahasan : Ceramah, LCD,
pelaporan dan evaluasi Pelaporan dan Evaluasi tanya jawab & komputer &
hasil pengendalian hasil pengendalian vektor : praktek bahan ajar
vektor DBD 1.Pelaporan hasil
pengendalian vektor
2.Evaluasi hasil
pengendalian vektor
123
4.Jenis - Jenis
Pemeriksaan
laboratorium pada
penderita DBD
4 Dapat Melaksanakan Pokok Bahasan : Kegiatan Ceramah, LCD,
kegiatan pengendalian pengendalian vektor DBD : tanya jawab & komputer &
vektor DBD 1.Kegiatan pengendalian praktek bahan ajar
vektor di tingkat
administrasi
2.Operasional pengendalian
vektor
3.Kegiatan pengendalian
vektor pada KLB DBD
3 Menjelaskan tata laksana Pokok Bahasan : Tata Ceramah, LCD,
DD dan DBD meliputi laksana DD dan DBD: tanya jawab & komputer &
pertolongan pertama oleh 1.Pertolongan Pertama praktek bahan ajar
Masyarakat, oleh petugas Penderita DBD oleh
medis dan paramedis, dan masyarakat.
tatacara rujukan ke 2.Langkah-langkah
Rumah Sakit Pemeriksaan DD dan
DBD
3.Tatalaksana Rujukan
penderita DBD
4.Tatalaksana DD dan
DBD
124
MATERI INTI 6 : Pengoperasian Alat dan Bahan Pengendalian Vektor
WAKTU : T 2 JPL, PL 4 JPL
125
MATERI INTI 7 : Perencanaan Pengendalian Penyakit DBD.
WAKTU : T 1 JPL, P 2 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu melakukan perencanaan dan supervisi pengendalian DBD.
126
MATERI INTI 8 : Promosi Kesehatan dalam program Pengendalian DBD
WAKTU : T 2 JPL, P 2 JPL
127
Lampiran 2
128
14. PERMENKES No. 1575 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan (Bab VI Ps. 380 s/d 390, Ps.458 s/d 460, 466-468)
15. KEPMENKES R.I No.829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Kesehatan Perumahan
(Lampiran C persyaratan kesehatan Lingkungan no.6)
16. KEPMENKES No. 261 Tahun 1998 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
(BAB II Persyaratan H. Tentang vektor penyakit ) .
17. KEPMENKES No. 829 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan
18. KEPMENKES No. 1116 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan (III. Penyelenggaran sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan No. D.1.d)
19. KEPMENKES No. 1457 Tahun 2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota. (P. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit DBD)
20. KEPMENKES No. 1479 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu
(lampiran Jenis-jenis penyakit no.5. bersumber RS. No.21)
21. KEPMENKES No. 131 Tahun 2004 Tentang Sistem Kesehatan Nasional
22. KEPMENKES No. 1091 Tahun 2004 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. (Lampiran keputusan no urut P.
Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Demam Berdarah)
23. KEPMENKES No. 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit ( Lampiran , Tatalaksana RS, no.5.b.10; VI.C.1.a)
24. KEPMENKES No. 331 Tahun 2005 Tentang Rencana Strategis Departemen Kesehatan
2005 - 2009
25. KEPMENKES RI No.1350/MENKES/SK/XII/2001 Tentang Pestisida, DEPKES RI ,
Jakarta Tahun 2004. (Bab 1. Ketentuan Umum Ps.1, Bab III P, BAB II, Ps 2,3, Bab III
Ps 4 s/d7, Bab IV Ps.9 s/d 13, Bab V Ps14 s/d 19, BAb VI Ps. 20, BAB VII Ps 21)
26. PERDA (Peraturan Daerah)
CONTOH :
a. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 2044 Tahun 2004 Tentang Satuan
Biaya Untuk Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE), Pengasapan
(Fogging), Operasional ULV, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan
Pemantauan Jentik Berkala (PJB) Di Provinsi Daerah Ibukota Jakarta
b. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 447 Tahun 2005 Tentang
Penanggulangan Waspada Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Demam Berdarah
Dengue di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
c. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 11 Tahun 2003
Tentang Kewaspadaan Dini Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue di
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
d. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 39 Tahun 2004
Tentang Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Lingkungan
Kelurahan Provinsi DKI Jakarta
e. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 115 Tahun 2005
Tentang Antisipasi Perkembangan Situasi Musim Hujan di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
f. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
No. 5681 Tahun 2005 Tentang Penetapan Penggunaan Anggaran Swadana
Puskesmas Untuk Kegiatan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue di Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
g. Surat Edaran Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 46/SE/2004
Tentang Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-
DBD) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
129
h. Surat Ketua Umum Tim Penggerak PKK Pusat Tanggal No.
500/SKR/PKK.PST/IX/94 Kepada Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Dati I di
Seluruh Indonesia Perihal Penyuluhan dan Motivasi tentang Gerakan PSN-DBD
i. KEPMENKES No. 331 Tahun 2005 Tentang Rencana Strategis Departemen
Kesehatan 2005 - 2009
Lampiran 2
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 581/Menkes/SK/VII/1992
TENTANG
PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit
yang cenderung meningkat jumlah kasusnya dan penyebarannya, serta
sering menimbulkan kejadian luar biasa dan kematian sehingga menjadi
masalah kesehatan masyarakat;
130
7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3447)
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kelima : Petunjuk teknis pelaksanaan keputusan ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal: 27 Juli 1992
131
LAMPIRAN KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN R.I.
NOMOR:581/MENKES/SK/VII/1992.
TANGGAL : 27 JULI 1992
BAB I
PENDAHULUAN
1. Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan virus dan ditularkan lewat nyamuk
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang cenderung
semakin luas penyebarannya sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan Tujuan Keputusan ini adalah memberikan pedoman bagi masyarakat, tokoh
masyarakat, petugas kesehatan dan sektor-sektor terkait dalam upaya bersama mencegah
dan membatasi penyebaran penyakit demam berdarah dengue sehingga terjadinya kejadian
luar biasa/wabah dapat dicegah dan angka kesakitan dan kematian dapat diturunkan
serendah-rendahnya.
132
BAB III
DASAR HUKUM
4. Undang-undang No.4 tahun 1984 tentang wabah Penyakit Menular ( Lembaran Negara
Tahun 1984 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273).
BAB IV
PENGERTIAN
1. Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam
mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah,
nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae,
lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah
darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock).
2. Penderita/tersangka adalah orang sakit dengan tanda-tanda seperti pada butir 1 atau
sekurang-kurangnya panas tanpa sebab jelas dan petichiae atau tanda perdarahan
lainnya.
133
3. Pengamatan penyakit adalah kegiatan mencatat jumlah penderita/tersangka penyakit
demam berdarah dengue menurut waktu dan tempat (wilayah) kejadian, yang
dilaksanakan secara teratur.
9. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat penampungan air dan
tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti untuk mengetahui adanya jentik
nyamuk, yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya
tiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit demam
berdarah dengue.
10. Abatisasi adalah penaburan insektisida pembasmi jentik pada tempat penampungan air.
11. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal termasuk bangunan yang digunakan
untuk usaha kecil seperti warung, toko,industri-rumahan, dan mushola.
12. Tempat umum ialah bangunan untuk pelayanan umum seperti sekolah, hotel/losmen,
asrama, rumah makan, tempat rekreasi, tempat industri/pabrik, kantor, terminal/stasiun,
stasiun pompa bensin, rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, dimana
kemungkinan terjadinya penularan tinggi.
13. Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah persentase rumah dan/atau Tempat Umum yang tidak
ditemukan jentik, pada pemeriksaan jentik berkala.
14. Desa/kelurahan rawan adalah desa/kelurahan yang dalam 3 tahun yang terakhir
kejangkitan penyakit demam berdarah dengue, atau yang karena keadaan
lingkungannya (antara lain karena penduduknya padat, mempunyai hubungan
transportasi yang ramai dengan wilayah lain), sehingga mempunyai risiko untuk kejadian
luar biasa.
134
BAB V
TANDA-TANDA DAN PENYEBARAN
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
2. Penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti (meskipun juga dapat ditularkan oleh Aedes albopictus yang hidup di kebun).
Nyamuk ini mendapat virus dengue pada waktu mengisap darah penderita penyakit
demam berdarah dengue atau orang tanpa gejala sakit yang membawavirus itu dalam
darahnya (carier).
3. Virus dengue memperbanyak diri dan menyebar keseluruh tubuh nyamuk, termasuk ke
kelenjar liurnya.
4. Jika nyamuk ini menggit orang lain, maka virus dengue akan dipindahkan bersama air
liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang tersebut menderita sakit demam
berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan akan
berada dalam darah selama 1 minggu.
5. Orang yang kemasukan virus dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah
dengue. Ada yang demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan
ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus
dengue selama 1 minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di berbagai
wilayah yang ada nyamuk penularnya.
6. seluruh wilayah mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit demam berdarah dengue,
namun tempat yang potensial bagi penyebaran penyakit adalah desa rawan dan tempat
umum.
135
drum dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot
tanaman air, tempat minum burung dan lain-lain.
2) Kadang-kadang juga di pelepah daun, lobang pohon, lobang pagar pipa/bambu,
lobang pipa tiang bendera, dan genangan air di talang atap rumah dan lain-lain.
3) Biasanya menggigit pada siang hari.
4) Nyamuk betina membutuhkan darah manusia untuk mematangkan telurnya agar
dapat meneruskan keturunannya.
5) Kemampuan terbangnya 100 meter.
b. Daur hidup:
1) Nyamuk betina meletakkan telur di tempat perkembang-biakannya.
2) Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik,kemudian berkembang
menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk (perkembang-biakan dari
telur-jentik-kepompong-nyamuk membutuhkan waktu 7-10 hari).
3) Dalam tempo 1-2 hari nyamuk yang baru menetas ini (yang betina) akan
menggigit (mengisap darah) manusia dan siap untuk melakukan perkawinan
dengan nyamuk jantan.
4) Setelah mengisap darah, nyamuk betina beristirahat sambil menunggu proses
pematangan telurnya. Tempat beristirahat yang disukai adalah tumbuh-
tumbuhan atau benda tergantung di tempat yang gelap dan lembab, berdekatan
dengan tempat perkembang biakannya.
5) Siklus mengisap darah dan bertelur ini berulang setiap 3-4 hari.
6) Bila mengisap darah seorang penderita demam berdarah dengue atau carrier,
maka nyamuk ini seumur hidupnya dapat menularkan virus itu.
7) Umur nyamuk betina rata-rata 2-3 bulan.
BAB VI
UPAYA PEMBERANTASAN
Upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan dengan cara tepat
guna oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat yang meliputi : (1) pencegahan, (2)
penemuan, pertolongan dan pelaporan, (3) penyelidikan epidemiologi dan pengamatan
penyakit demam berdarah dengue, (4) penanggulangan seperlunya, (5) penanggulangan
lain dan (6) penyuluhan.
1. PENCEGAHAN
Pencegahan dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan Tempat umum dengan melakukan
Pemberantasan sarang Nyamuk (PSN) yang meliputi:
136
Penemuan, pertolongan dan pelaporan penderita penyakit demam berdarah dengue
dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara-cara sbb:
4. PENANGGULANGAN SEPERLUNYA
137
atau
- ditemukan 3 atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas
dan ditemukan jentikdilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus interval
1 minggu) disertai penyuluhan di rumah penderita/tersangka dan
sekitarnya dalam radius 200 meter dan sekolah yang bersangkutan bila
penderita/tersangka adalah anak sekolah.
2) Bila terjadi Kejadian Luar Biasa atau wabah, dilakukan penyemprotan insektisida
(2 siklus dengan interval 1 minggu) dan penyuluhan di seluruh wilayah yang
terjangkit.
c. Langkah Kegiatan
1) Pertemuan untuk musyawarah masyarakat desa dan
RW/Lingkungan/Dusun
2) Penyediaan tenaga untuk pemeriksa jentik dan penyuluhan untuk dilatih
3) Pemantauan hasil pelaksanaan di tiap RW/lingkungan/Dusun.
BAB VIII
PEMBINAAN PELAKSANAAN
138
3. Tugas dan Fungsi
POKJANAL DBD mempunyai tugas:
a. Menyiapkan data dan informasi tentang keadaan dan perkembangan Pokja
DBD/POKJANAL DBD, cakupan program serta pencapaian hasil kegiatan.
b. Menganalisa masalah dan kebutuhan pembinaan serta menetapkan alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi Pokja DBD/POKJANAL DBD.
c. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap pemecahan masalah.
d. Melakukan pemantauan dan bimbingan teknis pengelolaan program.
e. Menginformasikan masalah yang dihadapi berdasarkan butir d. Tersebut diatas
kepada instansi/lembaga yang bersangkutan dalam rangka pemecahan masalah.
f. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatannya kepada Kepala wilayah/Daerah pada
tingkat pemerintahan yang sama dan kepada POKJANAL DBD pada tingkat
pemerintahan yang setingkat lebih tinggi sekurang-kurangnya setiap 3 bulan.
5. Langkah Kegiatan
a. Analisa situasi penyakit demam berdarah dengue termasuk keadaan nyamuk (jentik)
penular demam berdarah dengue.
b. Stratifikasi desa rawan berdasarkan besarnya masalah penyakit demam berdarah
dengue
c. Penentuan desa rawan yang diprioritaskan sebagai sasaran program.
d. Menyusun rencana kegiatan pemberantasan yang ditetapkan dan disetujui oleh
Kepala Wilayah/Daerah.
e. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing tingkatan
pemerintahan
f. Pemantauan dan evaluasi serta pelaporan
g. Pembinaan dan tindak lanjut.
139
BAB IX
PEMBIAYAAN
Biaya yang diperlukan untuk pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dibebankan
kepada masing-masing instansi/lembaga terkait, baik melalui APBN, APBD I, APBD II,
swadaya maupun sumber-sumber lain yang sah.
BAB X
PENGHARGAAN
Dr, ADHYATMA.MPH.
140
Lampiran 3
Kepada Yth,
Kadinkes Kabupaten/Kota*) ...........................
di .............................................................
Bersama ini kami beritahukan bahwa kami telah memeriksa/merawat seorang pasien (rawat
jalan/rawat inap *)):
Nama : ....................................................................................
Umur : ....................................................................................
Jenis Kelamin : ....................................................................................
Nama orang tua/KK : ....................................................................................
Alamat rumah : Jl. .................................................................No. ........
RT............................................RW............................
Desa/Kelurahan...........................Kecamatan : .......................
Tanggal mulai sakit : ...........................................20.........
Tanggal penegakkan diagnosis : ...........................................20.........
Keadaan penderita saat ini : Hidup/Meninggal*)
..............................................,.................20.......
Kepala/Direksi*.................................
Tembusan : (.......................................................)
Kepada Yth. Ka. Puskesmas
*) Coret yang tidak perlu; **) Bubuhkan tanda check ( ) ; *Rumah Sakit atau tempat perawatan (fasilitas kesehatan)
lainnya
141
Formulir K-DBD
142
LAPORAN BULANAN PENDERITA DD/DBD/SSD DAN PROGRAM PEMBERANTASAN
Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas *) : .............................................................................................
Laporan Bulan/Tahun : .............................................................................................
(1)
Kabupaten/ Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah IR* Jumlah CFR Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Kota/ penderita penderita penderita penderita penderita (%) PE PSN DBD larvasidasi Penyuluhan fogging
Kecamatan/ DD DD yang DBD SSD DBD/SSD PSN DBD focus
Desa/ meninggal yang
Kelurahan*) meninggal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah G3 Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah desa/ Jumlah desa/ Jumlah Jumlah Jumlah
PJB rumah/ M SMP s.d. daerah KLB kabupaten/ kabupaten/ kecamatan kecamatan kelurahan kelurahan kabupaten/ kecamatan desa/
bangunan bulan ini (desa/ kota/ kota/ endemis endemis kota/ sporadis kelurahan
yang kelurahan/ endemis sporadis sporadis
diperiksa kecamatan/
jentik kabupaten/
Jumlah positif kota*)
Jentik)*
(14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26)
Jumlah
* Misalnya yang diperiksa 300, positif 25, maka ditulis 300 (25)
*) Coret yang tidak perlu .....................................................................................20.........
G3M SMP : Gerakan 3 M sebelum masa penularan
Kadinkes Propinsi/Kabupaten/Kota/Ka. Puskesmas *)
(......................................................................)
143
Lampiran 4b
Formulir W2-DBD
144
LAPORAN MINGGUAN PENDERITA DD/DBD/SSD
Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas*) : .............................................................................................
Bulan/Tahun : .............................................................................................
Kabupaten/ Minggu*
1 2 3 4 ....... Total
Kota/
Kecamatan/
Desa/ DD DBD SSD DD DBD SSD DD DBD SSD DD DBD SSD DD DBD SSD DD DBD SSD
Kelurahan*)
P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M
Jumlah
(.....................................................................)
Lampiran 5
WI PU/KA/PR *)
LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA
(dilaporkan dalam 24 jam)
Pada tgl/bln/th : ............................./20.............
di Desa/Kelurahan : ...............................................
Kecamatan : ...............................................
kabupaten/Kota : ...............................................
Propinsi : ...............................................
Tersangka penyakit Kolera ❑ Demam Kuning ❑ Demam berdarah ❑ Polio ❑ Penyakit lainnya ❑
Pies ❑ demam bolak-balik ❑ Dengue ❑ Meningtus ❑ Tersangka keracunan ❑
Diarae ❑ Hepateis ❑ Typhus perut ❑ Encehatis ❑
Dipriten ❑ Pertusis ❑ Rabies ❑ Malaria ❑
Anhrax ❑ Tyhus bercak wabah ❑ Campak ❑
dengan gejala Berak-berak ❑ Sakit kepala ❑ Bercak-bercak merah ❑ Sesak napas ❑ Selaput mata kuning ❑ Sakit perut ❑
Muntah-muntah ❑ Lemah/lesu ❑ pada kulit ❑ disertai bunyi ❑ Air seni berwama ❑ perubahan bentuk ❑
Diare mengencer ❑ Mual ❑ leher ❑ Batuk beruntun ❑ spt air teh kental ❑ tinja bentuk ❑
Seperti air ❑ Mimsar ❑ kesadaran ❑ Kelumpuhan ❑ Sember ❑ tinja Lesu ❑
Cenidras ❑ Perdarahan mulut ❑ menurun ❑ Sulit menelan ❑ Permukaan lidah ❑ Pasilo mata ❑
Demam tinggi men ❑ Muntah darah ❑ Shock ❑ Makan ❑ kotor pingirannya merah ❑ Muka ❑
dada dingin panas ❑ Berak darah ❑ Batuk pilek ❑ Sulit bernapas ❑ Kaku kuduk ❑ papus ❑
tenaga kurang ❑ Bercak-bercak merah ❑ Conjuctive ❑ Berkunang ❑ Kejang-kejang ❑ Noda ❑
Batuk darah men ❑ di kulit ❑ photoshop ❑ Muka pucat ❑ Reflex patologis ❑ kekakuan umum di ❑
dadak ❑ menggigil ❑ Sakit wabah ❑ Nyeri otot ❑ porsis kulit melepur ❑ seluruh tubuh ❑
Dengan mendadak ❑ Nyeri ulu hati ❑ malaria ❑ Limpa membesar ❑ Ulous ❑ Sukar jalan Mulut ❑
kulit kuning ❑ Hati membesar ❑ Leher membengkak ❑ perasaan dingin ❑ sukar dibuak ❑
Freg Bab > 3 x IV ❑ dan ingusan ❑ mengisap ❑
Cyanosisi ❑
Tindakan yang telah diambil ! ..................................................
..................................................
..................................................
Catatan
Keterangan 1. Satu kelas formulir ini hanya untuk melaporkan ......................................................20.........
*) Coret yang tidak perlu satu jenis tersangka penyakit keracunan
2. Bila tersangka KI.B tsb terjadi pada beberapa Kepala...................................
tempat (Kelurahan/Desa/Kecamatan/
Kabupaten) tuliskan semuannya pada tempat yang tersedia.
3. Penderita dan kematian tuliskan jumlah keseluruhannya (..................................)
4. Selain melalui Pos. isi laporan Wl ini dapat disampaikan
dengan menggunakan saran: komunikasi cepat yang lain
145
Lampiran 6
Lampiran 7
Form KD/RS-DBD
Kepada Yth
Dinas Kesehatan Kab/Kota .......................................
di ..............................................................................
Bersama ini kami beritahukan bahwa kami telah memeriksa/merawat seorang pasien.
No. Rekam Medik : ..............................................................................
Nama : ..............................................................................
Umur : ........tahun
Jenis Kelamin : L/P*)
Nama orang tua/KK : ..............................................................................
Alamat rumah : Jl..................................................No.telp/HP:........
RT...........................RW/RK....................................
Kelurahan/Desa :....................Kecamatan :............
Tanggal mulai sakit : .........................................................20..................
Tanggal mulai dirawat/diagnosis dibuat : .........................................................20..................
( )
Tembusan :
Kepada Yth : Kepala Puskesmas ________________________
*) : Lingkari yang dipilih
**) : Bubuhkan tanda check ( ? ) pada box
**) : Bubuhkan tanda Check (v) pada box.
Lembar 2: Untuk Keluarga Penderita agar disampaikan ke Puskesmas di daerah tempat tinggalnya
146
Formulir DP-DBD
Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas *) : .............................................................................................
Laporan Bulan/Tahun : .............................................................................................
(1)
No. No. Kode Umur Jenis Kabupaten/ Kecama- Desa/ Alamat Tanggal Tanggal Tanggal Diagnosis Tanggal Tanggal
penderita (tahun) kelamin Kota Tan Kelurahan mulai sakit/ mulai penegak- (DD/ pelaporan keluar
(L/P) demam perawatan kan DBD/ dari tempat /selesai
diagnosis SSD *) perawatan perawatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
147
Hasil pemeriksaan laboratorium Penanggulangan fokus
148
Nama unit pelapor Serologis Tanggal
Keadaan Penyeli-
(RS/tempat Jumlah Nilai Nilai Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal
pulang dikan
perawatan ) trombosit hematokrit hematokrit IgM IgG IgM dan PSN DBD larvasidasi penyulu- fogging fogging
(K/M:) epidemio-
terendah terendah tertinggi (+/-) (+/-) IgG han focus focus
(+/-) logis (PE) siklus 1 siklus 2
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
.....................................................................................20.........
(......................................................................)
Lampiran 9
(Form: P-DBD)
DATA TRIWULAN P2 DEMAM BERDARAH DENGUE
Puskesmas : ........................................
Kab/Kota : .........................................
Propinsi : .........................................
Triwulan : .........................................
Fogging Larvasidasi PJB Angka Bebas Jentik
No Kab/Kota Massal Selektif
Kecamatan/Puskesmas Kel/ Rumah Kel/ Rumah Kel/ Rumah Rumah Sekolah RS/ TTU**)
/ Desa Desa Desa Pusk. Lain
Kelurahan/Desa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
JUMLAH
*) Coret yang tidak perlu
**) Sebutkan jenis tempat umumnya
Keadaan
Stok Bahan Jumlah Alat Jumlah Baik Rusak
Insektisida
Larvasida Mesin Fog
RDT DBD Mesin ULV besar
Filter Paper Mesin ULV
Dengue Blot Kit portable
Leaflet
Slide DBD
Radio Spot
Film DBD
JUMLAH JUMLAH
149
Lampiran 10
(.......................................................)
150
Lampiran 11
FORMULIR JPJ-1
(.......................................................)
151
Lampiran 12
FORMULIR PJB-1
* ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik dibagi
jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%.
Kepala Puskesmas,
152
Lampiran 13
FORMULIR PJB-2
* ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik dibagi
jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%
(.......................................................)
153
Lampiran 14
FORMULIR PJB 3
* ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik
dibagi jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%.
* HI
*CI
*BI
Kepala Subdin PP&PL,
(.......................................................)
154
Lampiran 15
PANDUAN PENUGASAN
SURVEILAN DAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD
Penugasan :
1. Sebagai tenaga program DBD di Propinsi, Kab/Kota dan Puskesmas, anda diminta
mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan survei vektor
2. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 orang.
3. Fasilitator membagikan alat dan bahan penugasan kepada masing-masing kelompok.
4. Tiap kelompok menyusun rencana kegiatan surveilan DBD (sampel ditentukan secara
acak/sistematic random sampling).
5. Kemudian tiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatan tersebut.
B. Praktik Laboratorium/Kelas
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 orang.
2. Fasilitator membagikan alat dan bahan untuk identifikasi jentik dan nyamuk dewasa
kepada masing-masing kelompok.
3. Fasilitator mencontohkan identifikasi jentik/larva menggunakan mikroskop compound.
4. Peserta melakukan identifikasi jentik/larva menggunakan mikroskop compound seperti
yang dicontohkan oleh fasilitator.
5. Fasilitator mencontohkan identifikasi nyamuk Aedes sp. dewasa menggunakan
mikroskop stereo.
6. Peserta melakukan identifikasi nyamuk Aedes sp. dewasa menggunakan mikroskop
stereo seperti yang dicontohkan oleh fasilitator.
7. Peserta mengidentifikasi jentik dan nyamuk secara mikroskopis! (spesimen dan
mikroskop disediakan oleh fasilitator)
155
BAB I
KURIKULUM
PELATIHAN MANAJEMEN PENGENDALIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A dan
B yang bermasalah di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya
dan Japanese Encephalitis (JE). Ketiga penyakit tersebut sama-sama ditularkan oleh
gigitan vektor nyamuk tetapi mempunyai beberapa perbedaan antara lain jenis/spesies
nyamuk penularnya, pola penyebaran, gejala penyakit, tata laksana pengobatan
maupun upaya pencegahannya.
Penyakit DBD mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta,
dan setelah itu jumlah kasus DBD terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya
daerah endemis DBD. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan KLB tetapi juga
menimbulkan dampak buruk sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi
antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga,
dan berkurangnya usia harapan penduduk.
Pada tiga tahun terakhir (2008-2010) jumlah rata-rata kasus dilaporkan sebanyak
150.822 kasus dengan rata-rata kematian 1.321 kematian. Situasi kasus DBD tahun
2011 sampai dengan Juni 2011 dilaporkan sebanyak 16.612 orang dengan kematian
sebanyak 142 orang (CFR=0,85%). Dari jumlah kasus tersebut, proporsi penderita
DBD pada perempuan sebesar 50,33% dan laki-laki sebesar 49,67% . Disisi lain angka
kematian akibat DBD pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.
Situasi ini perlu diatasi dengan segera agar indikator kinerja/target pengendalian DBD
yang tertuang dalam dokumen RPJMN yaitu IR DBD pada tahun 2014 adalah 51/100.000
penduduk, serta ABJ sebesar ≥ 95% dapat dicapai.
IR 2010 :65,70/
100.000 pddk
80
60
IR dan CFR
40
20
0
1968
1970
1972
1974
1976
1978
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
Tahun IR/100.000
CFR(%)
1
B. Filosofi
A. Peran
B. Fungsi
III. KOMPETENSI
2
IV. TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
V. STRUKTUR PROGRAM
No Materi T P PL JML
A Materi Dasar
Kebijakan pengendalian DBD 2 2
B Materi Inti
1. Epidemiologi DBD 2 2
2. Surveilans Kasus DBD 2 2 4
3. Surveilans dan pengendalian vektor DBD 2 3 5
4. Tatalaksana kasus DBD 1 2 3
5. Penyelidikan Epidemiologi, 1 2 3
Penanggulangan Fokus dan
Penanggulangan KLB DBD
6. Pengoperasian alat dan bahan 2 4 6
pengendalian Vektor DBD.
7. Perencanaan dan supervisi 2 2 4
pengendalian Pengendalian Penyakit
DBD
8. Promosi Kesehatan dalam Pengendalian 2 2 4
DBD
C Materi Penunjang
1. Membangun komitmen belajar 2 2
2. Rencana tindak lanjut & Pembulatan 2 2
Total 16 17 4 37
Keterangan tabel :
T : Teori
P : Penugasan
PL : Praktek Lapangan
1JPL : 45 menit
3
VI. PESERTA, PELATIH DAN PENYELENGGARA
A. Peserta
B. Fasilitator / Narasumber
1. Fasilitator adalah :
a. Subdit Arbovirosis
b. Subdit Pengendalian Vektor
c. Pusat Promosi Kesehatan
d. Subdit Bina Upaya RS Khusus dan Rujukan
e. Dinkes Provinsi
f. Widya Iswara (WI)
g. Tim Pakar
C. Penyelenggara
4
VII. ALUR PROSES DAN METODE PEMBELAJARAN
Pembukaan
Penutupan
A. Waktu Pelatihan
B. Kelengkapan Pelatihan
5
IX. MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN
A. Monitoring
Monitoring bertujuan untuk menjaga proses pelatihan berjalan sesuai dengan desain/
modul pelatihan.
B. Evaluasi
XI. SERTIFIKASI
Sertifikat akan diberikan kepada peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan memenuhi
ketentuan yang berlaku :
1. Mengikuti pelatihan/kehadiran sekurang-kurangnya 90% dari alokasi waktu pelatihan.
2. Mendapatkan 1 (satu) angka kredit
6
BAB II
MATERI DASAR
KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENYAKIT DBD
(Waktu : T 2 JPL)
I. DESKRIPSI SINGKAT
Peserta mampu memahami kebijakan dan strategi yang terkait dengan program
pengendalian DBD.
7
B. Pokok Bahasan 2 : Kebijakan Pengendalian DBD
IV. METODE
• Ceramah
• Diskusi & tanya jawab
V. BAHAN BELAJAR
• Modul
• Copy materi
• Komputer
• LCD
• CD
A. Langkah 1
B. Langkah 2
1. Situasi DBD
8
Indonesia. Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 hingga saat ini jumlah
kasus DBD dilaporkan meningkat dan penyebarannya semakin meluas mencapai
seluruh provinsi di Indonesia (33 provinsi). Penyakit ini seringkali menimbulkan
KLB di beberapa daerah endemis tinggi DBD.
Pada tahun 2010 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 155.777
penderita (IR: 65,57/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak
1.358 (CFR0,87 %).
9
2. Permasalahan DBD
Peningkatan kasus dan KLB DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Belum ada obat anti virus untuk mengatasi infeksi virus Dengue, maka
memutus rantai penularan, pengendalian vektor DBD dianggap yang
terpenting saat ini.
b. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pengendalian DBD, terutama pada
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) meskipun pada umumnya
pengetahuan tentang DBD dan cara-cara pencegahannya sudah cukup
tinggi.
c. Kurangnya jumlah dan kualitas SDM pengelola program DBD di setiap
jenjang administrasi
d. Kurangnya kerjasama serta komitmen lintas program dan lintas sektor dalam
pengendalian DBD,
e. Sistem pelaporan dan penanggulangan DBD yang terlambat dan tidak sesuai
dengan standard operasional prosedur (SOP),
f. Banyak faktor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian DBD dan
KLB yang sulit atau tidak dapat dikendalikan seperti, kepadatan penduduk/
pemukiman, urbanisasi yang tidak terkendali, lancarnya transportasi (darat ,
laut dan udara), serta keganasan (virulensi) virus Dengue.
g. Perubahan iklim (climate change) yang cenderung menambah jumlah habitat
vektor DBD menambah risiko penularan.
h. Infrastruktur penyediaan air bersih yang tidak memadai
i. Letak geografis Indonesia di daerah tropik mendukung perkembangbiakan
vektor dan pertumbuhan virus.
10
Adapun sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan 201-2014
antara lain adalah :
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani
dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif-
preventif.
c. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional.
d. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang
merata dan bermutu.
e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan, dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan.
f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan,
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan
yang bertanggung jawab.
a. Visi
Untuk meningkatkan kemampuan penduduk khususnya di daerah endemis
sehingga mampu mencegah dan melindungi diri dari penularan DBD melalui
perubahan perilaku (PSN DBD) dan kebersihan lingkungan.
b. Misi
1) Program pengendalian DBD bertujuan untuk menghentikan dan
mencegah penularan penyakit dari penderita ke orang sehat melalui
pengendalian vektor.
2) Penduduk yang menjadi sasaran program pengendalian termasuk
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama yang tinggal di
daerah endemis, pimpinan lembaga pemerintah, swasta dan organisasi
kemasyarakatan dan lingkungan tempat pemukiman baik yang ada di
dalam dan di luar rumah agar bebas dari tempat perkembangbiakan
vektor.
c. Tujuan
1) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian
DBD
2) Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap penularan
DBD
3) Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar
4) Menurunkan angka kesakitan DBD
5) Menurunkan angka kematian akibat DBD
c. Sasaran
Berdasarkan strategi yang telah dirumuskan, maka sasaran
pengendalian DBD adalah :
1) Individu, keluarga dan masyarakat di tujuh tatanan dalam PSN yaitu
tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat-tempat
umum, tempat penjual makanan, fasilitas olah raga dan fasilitas
kesehatan yang secara keseluruhan di daerah terjangkit DBD mampu
mengatasi masalah termasuk melindungi diri dari penularan DBD di
dalam wadah organisasi kemasyarakatan yang ada dan mengakar di
masyarakat.
2) Lintas program dan lintas sektor terkait termasuk swasta/dunia usaha,
LSM dan organisasi kemasyarakatan mempunyai komitmen dalam
penanggulangan penyakit DBD.
12
3) Penanggungjawab program Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan dan Desa/Kelurahan mampu membuat dan menetapkan
kebijakan operasional dan menyusun prioritas dalam pengendalian DBD.
4) SDM bidang kesehatan di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan dan Desa/Kelurahan
5) Kepala wilayah/pemerintah daerah, pimpinan sektor terkait termasuk
dunia usaha, LSM dan masyarakat.
a. Surveilans epidemiologi
Surveilans pada pengendalian DBD meliputi kegiatan surveilans
kasus secara aktif maupun pasif, surveilans vektor (Aedes sp), surveilans
laboratorium dan surveilans terhadap faktor risiko penularan penyakit seperti
pengaruh curah hujan, kenaikan suhu dan kelembaban serta surveilans
akibat adanya perubahan iklim (climate change).
c. Pengendalian vektor
Upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada fase nyamuk dewasa
dan jentik nyamuk. Pada fase nyamuk dewasa dilakukan dengan cara
pengasapan untuk memutuskan rantai penularan antara nyamuk yang
terinfeksi kepada manusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN dengan
kegiatan 3M Plus :
1) Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan barang
bekas
2) Secara kimiawi dengan larvasidasi
3) Secara biologis dengan pemberian ikan
4) Cara lainnya (menggunakan repellent, obat nyamuk bakar, kelambu,
memasang kawat kasa dll)
13
e. Sistem kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB
Upaya SKD DBD ini sangat penting dilakukan untuk mencegah
terjadinya KLB dan apabila telah terjadi KLB dapat segera ditanggulangi
dengan cepat dan tepat. Upaya dilapangan yaitu dengan melaksanakan
kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) dan penanggulangan seperlunya
meliputi foging fokus, penggerakan masyarakat dan penyuluhan untuk PSN
serta larvasidasi.
f. Penyuluhan
Promosi kesehatan tentang penyakit DBD tidak hanya menyebarkan
leaflet atau poster tetapi juga ke arah perubahan perilaku dalam
pemberantasan sarang nyamuk sesuai dengan kondisi setempat. Metode ini
antara lain dengan COMBI, PLA dsb.
g. Kemitraan/jejaring kerja
Disadari bahwa penyakit DBD tidak dapat diselesaikan hanya oleh
sektor kesehatan saja, tetapi peran lintas program dan lintas sektor terkait
sangat besar. Wadah kemitraan telah terbentuk melalui SK KEPMENKES
581/1992 dan SK MENDAGRI 441/1994 dengan nama Kelompok Kerja
Operasional (POKJANAL). Organisasi ini merupakan wadah koordinasi dan
jejaring kemitraan dalam pengendalian DBD.
h. Capacity building
Peningkatan kapasitas dari Sumber Daya baik manusia maupun
sarana dan prasarana sangat mendukung tercapainya target dan indikator
dalam pengendalian DBD. Sehingga secara rutin perlu diadakan
sosialisasi/penyegaran/pelatihan kepada petugas dari tingkat kader,
Puskesmas sampai dengan pusat.
Indikator DBD ini telah tertuang dalam dokumen RPJMN tahun 2010 -
2014 serta Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010 -
2014 dan Kepmenkes No 828 tahun 2008 tentang petunjuk teknis Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
14
Oleh karena itu karena saat ini pemerintah telah memulai dan terus
mengembangkan kinerja Kementerian/Lembaga berdasarkan indikator kinerja
tersebut diatas, apa yang menjadi target dalam pengendalian DBD harus kita
capai.
Angka kesakitan 55 54 53 52 51
penderita DBD per
100.000 penduduk
IX. KEPUSTAKAAN
15
BAB III
MATERI INTI 1
EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE
(Waktu: T 2 JPL)
I. DESKRIPSI SINGKAT
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta latih mampu memahami epidemiologi DBD
IV. METODE
• Ceramah,
• Tanya jawab.
V. BAHAN BELAJAR
• Modul
16
• Handout (copy materi)
• LCD
• Laptop atau desktop
• Flipchart
• Whiteboard
• Spidol
A. Langkah 1
B. Langkah 2
C. Langkah 3
EPIDEMIOLOGI DBD
1. Gambaran Epidemiologi
a. Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari kata Epi, demos dan logos. Epi berarti atas,
demos berarti masyarakat, logos berarti ilmu, sehingga epidemiologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejadian di masyarakat.
17
b. Sejarah
KLB Dengue pertama kali terjadi tahun 1653 di Frech West Indies
(Kepulauan Karibia), meskipun penyakitnya sendiri sudah telah dilaporkan di
Cina pada permulaan tahun 992 SM. Di Australia serangan penyakit DBD
pertama kali dilaporkan pada tahun 1897, serta di Italia dan Taiwan pada tahun
1931. KLB di Filipina terjadi pada tahun 1953-1954, sejak saat itu serangan
penyakit DBD disertai tingkat kematian yang tinggi melanda beberapa negara di
wilayah Asia Tenggara termasuk India, Indonesia, Kepulauan Maladewa,
Myanmar, Srilangka, Thailand, Singapura, Kamboja, Malaysia, New Caledonia,
Filipina, Tahiti dan Vietnam.
2. Penyebab Penyakit
Terdapat empat serotipe virus yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-
4. Ke empat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Hasil
penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan
kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh
Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue -4.
E. Protein
M. Protein
C. Protein
+ ssRNA
Spheres
Diameter: 40-60 nm
18
3. Distribusi Penyakit
a. Situasi Global
b. Situasi di Indonesia
Penyakit Dengue pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Jakarta dan
Surabaya. Pada tahun 2010 penyakit dengue telah tersebar di 33 provinsi, 440
Kab./Kota. Sejak ditemukan pertama kali kasus DBD meningkat terus bahkan
sejak tahun 2004 kasus meningkat sangat tajam.
19
Gambar 6 : IR DBD per Provinsi di Indonesia Tahun 2010
a. Vektor DBD
Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali
di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
b. Siklus penularan
Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat dia
menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut
(viraemia) yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari sesudah mengisap darah penderita yang
sedang viremia (periode inkubasi ekstrinsik) dan tetap infektif selama hidupnya
Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk
bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk
tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke
tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3 - 4 hari
(rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak, yang
ditandai demam, pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan
berbagai tanda atau gejala lainnya.
20
Viremia biasanya muncul pada saat atau sebelum gejala awal penyakit
tampak dan berlangsung selama kurang lebih lima hari. Saat-saat tersebut
penderita dalam masa sangat infektif untuk vektor nyamuk yang berperan dalam
siklus penularan, jika penderita tidak terlindung terhadap kemungkinan digigit
nyamuk. Hal tersebut merupakan bukti pola penularan virus secara vertikal dari
nyamuk-nyamuk betina yang terinfeksi ke generasi berikutnya.
c. Masa inkubasi
d. Host
Gambar 10 : Grafik Pola Pola Index Curah Hujan (ICH) dan IR DBD
di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2005 - 2009
Gambar 11 : Grafik Pola Pola Index Curah Hujan (ICH) dan IR DBD
di Provinsi DKI Jakarta 2005 - 2009
22
6. Ukuran Epidemiologi
c. Attack Rate
Ukuran epidemiologi pada waktu terjadi KLB, untuk menghitung kasus pada
populasi berisiko di wilayah dan waktu tertentu.
AR = Jumlah kasus
Jumlah populasi berisiko pada waktu tertentu
IX. KEPUSTAKAAN
1. WHO. 1997. Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemoragic Fever.
WHO.
2. Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkes RI. 2005.
Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah di Indonesia. Departemen
Kesehatan RI.
3. Kandun, I N. 2006. Buku Manual Pemberantasan Penyakit (Terjemahan Manual
CDC edisi 17,18).
4. Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI. 2006.
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan RI.
5. WHO.2009. Dengue Guideline for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control.
WHO.
6. WHO. 2010. Comprehensive Guidelines for Perevention and Control of Dengue and
Dengue Haemorrhagic Fever. WHO.
23
MATERI INTI 2
SURVEILANS KASUS DBD
(Waktu: T2 JPL, P 2 JPL)
I. Deskripsi Singkat
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu melaksanakan surveilans kasus DBD
di wilayah kerjanya.
IV. METODE
• Ceramah
• Tanya Jawab.
24
• Penugasan di kelas
V. BAHAN BELAJAR
• Modul
• Copy materi
• Lembar kasus dan kunci jawaban
• LCD
• Laptop atau desktop
• Flipchart
• Whiteboard
• Spidol
A. Langkah 1
1. Penciptaan suasana belajar
2. Perkenalan diri
3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah pada pengenalan topik materi.
B. Langkah 2
• Pelatih menjelaskan tujuan pembelajaran.
C. Langkah 3
1. Fasilitator memberikan materi modul dan memfasilitasi diskusi interaktif (selama
2 JPL).
2. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok untuk praktek di kelas (setiap
kelompok terdiri dari lebih kurang 6 peserta).
3. Kelompok membahas study kasus yang diberikan fasilitator
1. Tujuan Surveilans
25
e. Menyediakan informasi untuk perencanaan pengendalian DBD
f. Pembuatan kebijakan pengendalian DBD.
2. Pengertian
d. Sindrom Syok Dengue (SSD) ialah kasus DBD yang masuk dalam derajat
III dan IV dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut
nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (≤ 20 mmHg) atau
hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi
26
gelisah sampai terjadi syok berat (tidak terabanya denyut nadi maupun
tekanan darah).
k. Kecamatan Bebas yaitu kecamatan yang tidak pernah ada penderita DBD
selama 3 tahun terakhir dan presentase rumah yang ditemukan jentik kurang
dari 5%.
27
g. Laporan data demografi (puskesmas, kabupaten/kota, provinsi)
h. Laporan data vektor (puskesmas, kabupaten/kota, provinsi)
i. Laporan dari Badan Meteorologi & Geofisika provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan tentang curah hujan dan hari hujan
a. Pusat
b. Tingkat Provinsi
28
c) Membuat pedoman teknis operasional surveilans kasus DBD sesuai
dengan pedoman yang berlaku.
d) Menyelenggarakan pelatihan surveilans kasus DBD
e) Pembinaan dan asistensi teknis ke kabupaten/kota
f) Monitoring dan evaluasi
g) Mengembangkan dan melaksanakan surveilans kasus DBD dan
masalah penyakit DBD lokal spesifik.
h) Melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
serta desinfo secara terus menerus dan berkesinambungan.
i) Menjadi unit pengendalian bila terjadi KLB di wilayah Kabupaten/ Kota
c. Tingkat Kabupaten/Kota
d. Tingkat Kecamatan
1) Puskesmas
a) Pelaksana surveilans kasus DBD nasional di wilayah puskesmas.
b) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penyakit dan masalah
kasus DBD.
29
c) Melakukan koordinasi survailans kasus DBD dengan praktek dokter,
bidan, swasta dan unit pelayanan kesehatan yang berada diwilayah
kerjanya .
d) Melakukan koordinasi surveilans kasus DBD antar puskesmas yang
berbatasan .
e) Melakukan SKD-KLB dan penyelidikan KLB DBD di wilayah
puskesmas
f) Melaksanakan surveilans epidemiologi kasus DBD dan masalah
kesehatan spesifik lokal .
a. Strategi Surveilans
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data kasus dilaksanakan secara berjenjang mulai dari
Pukesmas dan jejaringnya (community based), sampai Rumah Sakit
(hospital based), laboratorium kabupaten/kota dan propvinsi dengan
menggunakan form pelaporan demam berdarah yang dikoordinasi oleh dinas
kesehatan kab/kota di tingkat kab/kota atau di dinas kesehatan provinsi di
tingkat provinsi, Kemkes RI untuk masing-masing tingkatan dijelaskan
melalui pokok bahasan selanjutnya
2) Pengolahan dan penyimpanan data
Dilaksanakan disetiap tingkat unit pelaksanakan surveilans
3) Analisis data
Analisis deskriptif dan analitik dilakukan disetiap unit pelaksana surveilans
sesuai dengan kemampuan masing-masing
4) Penyebarluasan informasi
Dilaksakanakan disetiap unit pelaksana surveilans kepada pihak yang
membutuhkan data tersebut
30
Lampiran 16
Form-So
Kepada yth,
RS./ Puskesmas Rawat Inap......................................................
di-
........................................................
PENGOBATAN
-Diinfus/tidak **), tangggal ........................................... Jam ....................
DIAGNOSIS KLINIS:
( ............................................. )
156
Lampiran 17
Studi Kasus 1
Studi Kasus 2
Sepasang suami istri membawa seorang anak laki-lakinya yang berusia 6 tahun ke ruang UGD
RSUD di Kota A pada tanggal 18 Oktober 2011 pukul 20.00 WIB, setelah diperiksa oleh dokter
diperoleh data berikut:
Anamnesa
- Seorang anak laki-laki, umur 6 tahun, berat badan 16 kg, datang dengan keluhan
badan panas sejak 3 hari sebelum masuk RS.
- Badan panas tinggi mendadak, terus menerus, tidak menggigil, tidak ada keringat
malam dan tidak kejang, dan kepala terasa nyeri.
- Pasien juga mengeluh perut terasa sakit menyeluruh, tanpa disertai mual dan
muntah, nafsu makan menurun dan badan terasa lemas disertai dengan terlihatnya
bintik - bintik merah pada kulit tangan dan kaki pasien.
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan darah : 100 / 70 mmHg
- Nadi : 130 x / menit, reguler, teraba kuat dan cepat
- Suhu : 38,10 C
- Respirasi : 38 x / menit
- Konjungtiva : Hiperemis
- Mulut : Bibir kering, sianosis (-), lidah kotor tidak hiperemis,
perdarahan gusi (-)
- Abdomen : Nyeri tekan epigastrium dan hipogastrium
Hepar teraba 2/4 x 1/4, konsistensi lunak, permukaan rata, tepi sulit dinilai
Nyeri ketok (+)
- Ekstremitas : *Superior : Akral teraba hangat, Uji tourniket/ rumple leed (+)
*Inferior : Akral teraba hangat, refleks patologik (-)
Studi Kasus 3
1. Pelatih meminta peserta memperagakan cara melakukan uji bendung (uji tourniket)
2. Pelatih dapat merancang studi kasus tambahan lainya sesuai kebutuhan pelatihan dan target
peserta latih pada saat pelatihan!
158
Lampiran 18
Jumlah
Kesimpulan:
(..................................) (.....................................................)
159
Lampiran 19
PUSKESMAS ...............................
DINAS KESEHATAN KEBAPATEN/KOTA*) ................................
.........................,....................20........
Nomor : ...........................
Lapiran : Hasil Penyelidikan Epidemiologis DBD
Kepada
Yth : Lurah/Kades ...............................
di-
Tempat
Dengan hormat,
Bersama ini kami beritahukan bahwa berdasarkan hasil penyelidikan kami di lokasi
penderita dan bangunan di sekitar tempat tinggal penderita DBD:
Nama Penderita : ...........................................................................................
Umur : ...........................................................................................
Nama KK : ...........................................................................................
Alamat : ...........................................................................................
RT : .............. RW : ............... Kel/Desa : ..........................
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, mohon kepada warga masyarakat setempat diminta
untuk berperan serta dan membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan tersebut.
160
Lampiran 20
PUSKESMAS .............................
DINAS KESEHATAN KABUPATEN /KOTA*) ...............................
.........................,..................20........
Nomor :
Lampiran : Hasil Pelaksanaan Penanggulangan DBD
BERITA ACARA
Dengan hormat,
Mengetahui,
Kepala Desa ....... Kepala Puskesmas .......
(............................) (............................................)
NIP.
Tembusan Kepada Yth.
Camat ..........................
161
Lampiran 21
IDENTITIAS PENDERITA
1. Nama :
2. Umur : Th L/P
3. Pekerjaan/sekolah :
4. Alamat Pekerjaan/sekolah :
C. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan / gejala utama yang muncul :
2. Kapan mulai muncul (tgl/jam) :
3. Apa yang dilakukan saat timbul gejala pertama kali ? Sebutkan
a. .............................................................
b.............................................................
c. .............................................................
5. Saat sekarang ini sedang menderita sakit lain (yang sudah didiagnosa oleh tenaga
medis) ?
a. Ya b. Tidak
Bila Ya, sebutkan :...........................................................................
6. Apakah ada anggota serumah juga menderita gejala serupa (tersangka DBD) ?
a. Ada b. Tidak
(Bila ada, lakukan pelacakan dengan form ini)
162
C. SPESIMEN DIPERIKSA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
* Ambil darah dari ujung jari teteskan ke “paper disc” hingga penuh.
D. PEMERIKSAAN JENTIK
1.
2. DLM RMH LUAR
3.
4.
5.
6.
7.
163
Lampiran 22
Soal 1:
Pada akhir bulan Februari 2011 dilaporkan adanya KLB DBD di Kecamatan Labu, yang menyebabkan
20 orang menderita DBD dan dirawat di Puskesmas setempat. Kasus sudah mulai muncul sejak
awal Februari dan terus meningkat sampai bulan Maret 2011. Total sampai akhir Maret adalah
50 kasus dan 2 orang diantaranya meninggal.
Kecamatan Labu terletak di antara perkebunan kelapa dan kebanyakan masyarakat menampung
air hujan karena sumber air bersih jauh dari kampung. Matapencaharian sebagian masyarakat
adalah mengumpulkan kelapa untuk disetor ke pabrik kopra di ibukota kabupaten yang berjarak
kurang lebih 5 km dari kecamatan tersebut. Selain itu masyarakat juga mengumpulkan batok
kelapa untuk dibuat arang.
Selama 5 tahun terakhir tidak ada laporan kasus DBD, biasanya kasus yang banyak ditemuai
adalah diare.
Diskusi :
1. Sebagai petugas pengelola DBD di kabupaten, kegiatan apa saja yang Saudara lakukan
untuk menanggulangi situasi diatas?
2. Apakah situasi di Kecamatan Labu diatas dapat dikategorikan sebagai KLB DBD? Jika
ya apa yang perlu dilakukan?
3. Faktor risiko apa yang kira-kira menjadi sumber penularan DBD di kecamatan Labu
tersebut diatas ?
4. Saran apakah yang Saudara berikan kepada masyarakat untuk menghilangan faktor
risiko penularan terhadap DBD?
164
Lampiran 23
PANDUAN PRAKTIKUM
PENGOPERASIAN ALAT DAN BAHAN PENGENDALIAN VEKTOR
a). Pengertian
Pengendalian vektor menggunakan mesin fog adalah metode penyemprotan
udara berbentuk asap (pengasapan/fogging) yang dilakukan untuk
mencegah/mengendalikan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di rumah
penderita/tersangka DBD dan lokasi sekitarnya serta tempat-tempat umum (TTU)
misalnya sekolah, kantor dll, yang diperkirakan dapat menjadi sumber penularan
penyakit DBD.
b). Persiapan
1) Buat peta/sketsa wilayah yang akan di fogging yang memuat batas wilayah dan
jumlah rumah.
2) Buat surat pemberitahuan dan permintaan bantuan tenaga pengantar kepada RT,
RW atau Lurah tentang akan dilakukannya fogging diwilayahnya.
3) Siapkan tenaga pelaksana berdasarkan jumlah rumah atau areal yang akan di
fogging, yang terdiri dari Supervisor, Kepala Regu, dan Petugas Fogging .
4) Siapkan alat bantu operasional seperti kendaraan, jerigen dll.
5) Siapkan perlengkapan petugas seperti pakaian lapangan, masker dll.
6) Siapkan insektisida, bahan pelarut (solar) dan bahan bakar.
c). Pelaksanaan
1) Supervisor mengkoordinir seluruh kegiatan fogging.
2) Kepala Regu memimpin pelaksanaan fogging agar tercapai target yang
direncanakan.
3) Petugas fogging melakukan fogging sesuai dengan petunjuk dari kepala regu.
• Fogging dilakukan diseluruh area yang direncanakan, dimulai dari ujung arah
angin.
• Fogging dimulai dari dalam rumah yang paling belakang, keluar melalui pintu
depan kemudian luar rumah dimulai dari ujung arah angin.
• Untuk rumah tingkat dimulai dari lantai atas terus kebawah.
a). Pengertian
Pengendalian vektor menggunakan mesin ULV adalah metode penyemprotan
udara (aerial spraying) berbentuk kabut dengan volume yang sangat kecil (ultra low
volume) dan dilakukan di area yang cukup luas misalnya se RW, se Kelurahan, se
kecamatan atau bahkan seluruh wilayah kota yang sedang terjangkit penyakit DBD.
165
b). Persiapan
1) Buat peta/sketsa wilayah yang akan di fogging yang memuat batas wilayah dan
jalan yang dapat dilalui mobil pengangkut ULV.
2) Buat surat pemberitahuan dan permintaan bantuan tenaga pengantar kepada
RW atau Lurah tentang akan dilakukannya penyemprotan diwilayahnya.
3) Siapkan tenaga pelaksana berdasarkan jumlah mesin ULV dan areal yang akan
disemprot, yang terdiri dari Supervisor, Kepala Regu, Pengemudi, Operator dan
Teknisi.
4) Siapkan alat bantu operasional seperti kendaraan pengangkut ULV, sepeda motor,
jerigen dll.
5) Siapkan perlengkapan petugas seperti pakaian lapangan, masker dll.
6) Siapkan insektisida dan bahan bakar.
c). Pelaksanaan
1) Supervisor mengkoordinir seluruh kegiatan penyemprotan.
2) Kepala Regu memimpin pelaksanaan penyemprotan agar tercapai target yang
direncanakan.
3) Pengemudi menjalankan kendaraan pengangkut ULV sesuai dengan petunjuk kepala
regu dengan kecepatan 5 Km per jam.
4) Operator mengoperasikan mesin ULV dari atas kendaraan.
5) Teknisi membantu operator dan mengatasi gangguan/kerusakan mesin di lapangan.
166
Lampiran 24
Perhitungan
Kebutuhan tenaga & bahan insektisida dalam pengendalian vektor P2DBD
1. Kebutuhan tenaga yang diperlukan, berdasarkan luas wilayah (jumlah rumah/ bangunan
yang akan diliput) dan jumlah alat semprot yang tersedia.
a. Supervisor : 1 orang
b. Regu fogging fokus : 11 orang per 5 mesin fog, yaitu:
- 1 orang kepala regu
- 5 orang penyemprot dan
- 5 orang pembantu penyemprot
c. Tim ULV : 4 orang per 1 mesin ULV, yaitu:
- 1 orang ketua tim
- 1 orang operator
- 1 orang teknisi
- 1 orang pengemudi
167
Bahan pelarut/bahan bakar mesin dan kendaraan::
5 Ha
d. Pengemudi = Luas sasaran (Ha) x 1 OH x 2 siklus
5 Ha
ULV = Luas sasaran (Ha) x 4 OH x 2 siklus
50 Ha
*) Unit cost (satuan harga) gaji upah setiap petugas disesuaikan dengan standar
masing-masing daerah.
168
Lampiran 25
Lampiran Materi 7 : Perencanaan dan Supervisi
Beberapa cara perhitungan kegiatan-kegiatan pengendalian DBD
1) Fogging fokus
Satuan biaya fogging fokus dihitung sebagai berikut:
Gaji Upah:
a. Upah penyemprot (15 OH x 2 Ki) 30 OH Rp. ........... Rp. ...........
b. Kepala Regu (3 OH x 2 Ki) 6 OH Rp. ........... Rp. ...........
c. Pengemudi (3 OH x 2 Ki) 6 OH Rp. ........... Rp. ...........
Bahan
a. Bahan pembantu operasional
a1. Solar : 0,5 lt x 300 rm x 2 ki 300 Lt Rp. ........... Rp. ...........
a2. Premium :
a2.1. Ms.fog :0,075 lt x 300 rm x 2 ki 45 Lt Rp. ........... Rp. ...........
a2.2. Kendaraan pengangkut :
20 lt x 2 ki 40 Lt Rp. ........... Rp. ...........
b. Penyelidikan Epidemiologi 1 Pt Rp. ........... Rp. ...........
Perjalanan
a. Penyelidikan Epidemiologi &Penyuluhan
(2 Or x 1 OH) 2 OH Rp. ........... Rp. ...........
b. Pengawasan Teknis Operasional
b1. Petugas Puskesmas 2 OH Rp. ........... Rp. ...........
b1. Petugas Kabupaten/Kota 2 OH Rp. ........... Rp. ...........
TOTAL Rp. ...........
Gaji Upah:
a. Upah penyemprot (50 OH x 2 Ki) 50 OH Rp. ........... Rp. ...........
169
b. Kepala Regu (10 OH x 2 Ki) 20 OH Rp. ........... Rp. ...........
c. Pengemudi (10 OH x 2 Ki)
Bahan
a. Bahan pembantu operasional
a1. Solar : 10 lt x 50 Ha x 2 ki 1.000 Lt Rp. ........... Rp. ...........
a2. Premium :
a2.1. Ms.fog :1,5 lt x 50 Ha x 2 ki 150 Lt Rp. ........... Rp. ...........
a2.2. Kendaraan pengangkut :
2 Lt x 50 Ha x 2 ki 200 Lt Rp. ........... Rp. ...........
Perjalanan
a. Pengawasan Teknis Operasional
a1. Petugas Puskesmas 10 OH Rp. ........... Rp. ...........
b1. Petugas Kabupaten/Kota 5 OH Rp. ........... Rp. ...........
TOTAL Rp. ...........
1. Gaji Upah:
- Upah Tim Penyemprot (4 OH x 2 Ki) 8 OH Rp. ........... Rp. ...........
2. Bahan
Premium kendaraan pengangkut ULV
(2 x 20 Lt ) 40 Lt Rp. ........... Rp. ...........
3. Perjalanan
a. Pengawasan Teknis Operasional
a1. Petugas Puskesmas 2 OH Rp. ........... Rp. ...........
b1. Petugas Kabupaten/Kota 1 OH Rp. ........... Rp. ...........
TOTAL Rp. ...........
3) Larvasidasi rumah
Satuan biaya larvasidasi rumah dihitung sebagai berikut:
Satuan Jumlah
Harga Biaya
Uraian Volume Satuan
(Rp.) (Rp.)
Gaji Upah:
170
a Larvasidasi
a1. Petugas : (3000/50 rm x 4 Ki) 240 OH Rp. ........... Rp. ...........
a2. Kepala Regu : (3000/250 rm x 4 Ki) 48 OH Rp. ........... Rp. ...........
b. Penyuluhan/Penggerakan PSN
(2 OH x 4 Ki) 8 OH Rp. ........... Rp. ...........
Bahan
a. Bahan pembantu operasional
(3000/50 Rmh x 1 Pt) 60 PT Rp. ........... Rp. ...........
Perjalanan :
a. Pengawasan Teknis Ops.
a1. Petugas Puskesmas 2 OH Rp. ........... Rp. ...........
a2. Petugas Kabupaten 2 OH Rp. ........... Rp. ...........
Lain-lain
a. Pengangkutan larvasida 25 Kg Rp. ........... Rp. ...........
b. Pelatihan Petugas Larvasidasi
(50 Or x 1 Hr) 50 OH Rp. ........... Rp. ...........
c. Penyelenggaraan PSN 1 PT Rp. ........... Rp. ...........
Jumlah Desa Rp. ...........
4) Larvasidasi sekolah
Satuan biaya larvasidasi sekolah dihitung sebagai berikut:
Satuan Jumlah
Uraian Volume Satuan Harga Biaya
(Rp.) (Rp.)
171
5) Pemeriksaan jentik berkala (PJB)
Satuan biaya PJB dihitung sebagai berikut:
Kegiatan: PJB
(per 100 rmh sampel)
Satuan Jumlah
Uraian Volume Satuan Harga Biaya
(Rp.) (Rp.)
Gaji Upah
a. Petugas : 100/20 rmh x 4 kl 20 OH Rp. ........... Rp. ...........
b. Kepala Regu : 100/100 rmh x 4 kl 4 OH Rp. ........... Rp. ...........
Bahan
a. Bahan pembantu operasional 1 PT Rp. ........... Rp. ...........
Perj. Pengawasan teknis Ops.Kab
a. Petugas Puskesmas : 1 or x 1 kl 1 OH Rp. ........... Rp. ...........
b. Petugas Kabupaten : 1 or x 1 kl 1 OH Rp. ........... Rp. ...........
Jumlah 1 Desa Rp. ........... Rp. ...........
Jumlah
Satuan Harga 1 Desa Rp. ........... Rp. ...........
172
7) Pemantauan jentik oleh Kader/Jumantik
Satuan biaya pemantauan jentik dihitung sebagai berikut:
173
Lampiran 26
INPUT
Apakah buku-buku berikut tersedia?
1 Buku Program Pengendalian DBD Y T
2 Buku Tatalaksana DBD Y T
3 Buku Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Jumantik Y T
4 Leaflet DBD, flipchart DBD dan Poster DBD Y T
PROSES
SURVEILLANS KASUS
Apakah data berikut tersedia ?
1 Trend: Grafik kasus/insidens, CFR, jumlah Kab./Kota terjangkit per tahun, Y T
sejak mulai ada DBD.
2 Musim Penularan: Grafik (rata-rata) jumlah kasus per bulan di Provinsi selama Y T
5 tahun terakhir
3 Grafik maksimum-minimum bulanan kasus, disertai grafik jumlah kasus Y T
tahun ini dan tahun yang lalu untuk Provinsi
4 Grafik maksimum-minimum bulanan kasus, disertai grafik jumlah kasus Y T
tahun ini dan tahun yang lalu untuk Kab./Kota
5 Peta lokasi Kab/Kota endemis (tinggi, sedang, rendah) dan yang Y T
ditanggulangi tahun ini
6 Tabel daftar nama: Kab/Kota endemis, Kecamatan endemis dan jumlah Y T
Puskesmas, non endemis: seluruhnya dan yang ditanggulangi tahun ini
7 Apakah ada buku catatan kasus DBD per Kab./Kota? Y T
8 Apakah ada laporan kasus dari Kab./Kota lebih cepat melalui jalur lain Y T
di luar laporan K-DBD?
9 Apakah ada pemberitahuan kasus dari Provinsi lain ?(cross notification) Y T
10 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata antara dirawat sampai
dilaksanakan PE & Fogging Fokus
PENANGGULANGAN KASUS
Apakah data di bawah ini tersedia?
1 Daftar rencana kegiatan Provinsi & jadual waktunya (dan realisasinya) Y T
2 Catatan tentang dana untuk penanggulangan kasus (PE, FF, Larvasidasi Y T
dan Penyuluhan) di Provinsi (stok dana)
3 Daftar rencana pengiriman (alokasi) sarana: dana, bahan dan alat Y T
174
bagi Kab./Kotauntuk penanggulangan kasus (dan realisasinya)
4 Pengadaan insektisida, larvasida dan alat (mesin fog) Y T
5 Daftar inventaris dan stok bahan dan alat di Provinsi & Kab/Kota Y T
mesin fog, ULV, kendaraan dan bahan penyuluhan
SURVEILLANS VEKTOR
1 Berapa Kab./Kota yang melakukan PJB Y T
2 Berapa yang sudah masukkan laporan (Form PJB-R dan PJB-TU) Y T
3 Apakah Kab./Kota menyampaikan hasil PJB (Form PJB-R dan PJB-TU) Y T
secara teratur/tersedia?
4 Apakah hasil PJB sudah dianalisa? (Form Khusus: tabel dan diagram) Y T
5 Apakah sudah disusun rencana alokasi Kab./Kota yang akan Y T
melaksanakan survey?
6 Apakah seluruh laporan hasilnya sudah diterima? Y T
7 Vektor: Hasil- hasil survey jentik/PSP Y T
175
3 Laporan Pelatihan (TOT) program P2DBD Y T
4 Laporan Pelatihan (TOT) tatalaksana kasus Y T
5 Laporan pertemuan-pertemuan yang berhubungan dengan program P2DBD Y T
6 Laporan Kab./Kota yang sudah disupervisi dan dilakukan bimbingan Y T
teknis perbaikan/pemeliharaan mesin fog/ULV ?
7 Apakah dalam melakukan supervisi menggunakan check list yang ada? Y T
INPUT
Apakah buku-buku berikut tersedia?
1 Buku Program Pengendalian DBD Y T
2 Buku Tatalaksana DBD Y T
3 Buku Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Jumantik Y T
4 Leaflet DBD, flipchart DBD dan Poster DBD Y T
PROSES
SURVEILLANS KASUS
Apakah data berikut tersedia ?
1 Trend: Grafik kasus/insidens, CFR, jumlah Kelurahan/Desa terjangkit Y T
per tahun, sejak mulai ada DBD.
2 Musim Penularan: Grafik (rata-rata) jumlah kasus perbulan selama 5 tahun Y T
yang terakhir untuk Kelurahan/Desa
3 Grafik maksimum-minimum bulanan kasus, disertai grafik jumlah kasus Y T
tahun ini dan tahun yang lalu untuk Kab./Kota
4 Grafik maksimum-minimum bulanan kasus, disertai grafik jumlah kasus T Y T
tahun ini dan tahun yang lalu untuk masing-masing Kecamatan
5 Peta lokasi Kelurahan/Desa rawan DBD ( endemis sporadis, potensial Y T
maupun bebas) dan yang ditanggulangi tahun ini
6 Tabel daftar nama: Kecamatan endemis, dan jumlah Puskesmas,Kelurahan Y T
endemis,sporadis, potensial dan bebas yang ditanggulangi tahun ini
7 Apakah ada buku catatan (rekapitulasi) kasus DBD per Kecamatan? Y T
8 Apakah ada laporan kasus lebih cepat melalui jalur lain di luar lap. KDRS? Y T
9 Apakah dilakukan pengambilan data kasus di RS oleh petugas Dinas T Y T
Kesehatan Kab./Kota tiap 1 minggu sekali?
10 Apakah ada pemberitahuan kasus dari Kab./Kota lain ?(cross notification) Y T
11 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata antara dirawat sampai .........
dilaksanakan PE & Fogging Fokus
176
PENANGGULANGAN KASUS
Apakah data di bawah ini tersedia?
1 Daftar rencana kegiatan Kab./Kota & jadual waktunya (dan realisasinya) Y T
2 Catatan tentang dana untuk penanggulangan kasus (PE, FF, Larvasidasi Y T
dan Penyuluhan) di Kab./Kota
3 Laporan pelaksanaan PE, FF, Larvasidasi dan Penyuluhan Y T
4 Pengadaan insektisida, larvasida dan alat (mesin fog) Y T
5 Daftar inventaris dan stok bahan dan alat di Kab/Kota mesin fog, ULV, Y T
kendaraan dan bahan penyuluhan
SURVEILLANS VEKTOR
1 Berapa Puskesmas/Kelurahan yang melakukan PJB sampel .........
2 Berapa yang sudah masukkan laporan (Form PJB-R dan PJB-TU ......%
atau P-DBD)?
3 Apakah Puskesmas menyampaikan hasil PJB (Form PJB-R dan PJB-TU Y T
atau P-DBD) secara teratur/tersedia?
4 Formulir PJB-R (hasil PJB rumah) untuk masing-masing Kecamatan Y T
digabung dalam 1 lembar
5 Formulir PJB-TU (hasil PJB Sekolah/TTU-I) untuk masing-masing Y T
Kecamatan
6 Vektor: Hasil- hasil survey jentik/PSP Y T
177
PENINGKATAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA
1 Laporan Pelatihan program P2DBD Y T
2 Laporan Pelatihan ketrampilan petugas dalam tatalaksana kasus Y T
3 Laporan pertemuan-pertemuan yang berhubungan dengan program P2DBD Y T
4 Laporan supervisi/ bimbingan teknis Y T
INPUT
Apakah buku-buku berikut tersedia?
1 Buku Program Pengendalian DBD Y T
2 Buku Tatalaksana DBD Y T
3 Buku Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Jumantik Y T
4 Leaflet DBD, flipchart DBD dan Poster DBD Y T
5 Formulir So, K-DBD, W1, W2 Y T
6 Apakah tersedia bagan penatalaksanaan penderita DBD? Y T
7 Apakah tersedia alat-alat berikut:
a. Manset anak Y T
b. Mikroskop Y T
c. Hemometer Sahli Y T
d. Pipet Hb Y T
e. Pipet eritrosit Y T
f. Pipet leukosit Y T
g. Kamar hitung Trombosit Y T
h. Hemositometer Y T
PROSES
SURVEILLANS KASUS
Apakah data berikut tersedia ?
1 Trend: Grafik kasus/insidens, CFR, jumlah Kelurahan/Desa terjangkit per Y T
tahun,sejak mulai ada DBD.
2 Musim Penularan: Grafik (rata-rata) jumlah kasus perbulan selama 5 tahun Y T
yang terakhir untuk Kelurahan/Desa
3 Grafik maksimum-minimum bulanan kasus 5 tahun, disertai grafik jumlah Y T
kasus tahun ini dan tahun yang lalu?
4 Data pemantauan kasus harian (buku catatan harian) dan pemantauan Y T
kasus mingguan
5 Peta lokasi Kelurahan/Desa rawan DBD ( endemis sporadis, potensial Y T
maupun bebas) dan yang ditanggulangi tahun ini
178
6 Tabel daftar nama: Kelurahan endemis, Kelurahan sporadis, potensial Y T
dan bebas yang ditanggulangi tahun ini
7 Apakah ada pemberitahuan kasus dari RS melalui keluarga penderita Y T
(form KD-DBD)
8 Apakah ada umpan balik kasus DBD dari Kab./Kota? Y T
9 Apakah ada pemberitahuan kasus dari Puskesmas lain ? Y T
10 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata sejak diagnosis ditegakkan ........Hari
sampai dilaksanakan PE
11 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata sejak PE sampai dilaksanakan ........Hari
Fogging Fokus
PENANGGULANGAN KASUS
Apakah data di bawah ini tersedia?
1 Daftar rencana kegiatan Puskesmas & jadual waktunya (dan realisasinya) Y T
2 Catatan pelaksanaan PE, FF, Larvasidasi dan Penyuluhan Y T
3 Apakah semua penderita/tersangka DBD dilakukan PE? Y T
4 Apakah digunakan form PE? Y T
5 Apakah Puskesmas melakukan fogging? Y T
6 Apakah sebelum fogging fokus dilakukan PE? Y T
7 Apakah fogging fokus sesuai kriteria? Y T
8 Daftar inventaris dan stok bahan dan alat di Puskesmas mesin fog, Y T
larvasida, dan bahan penyuluhan
SURVEILLANS VEKTOR
1 Usulan rencana kegiatan surveillans vektor (pemberantasan vektor dan Y T
Bulan Bakti gerakan 3M) dan telah dikirimkan ke Kab./Kota?
2 Apakah seluruh kelurahan dilakukan PJB? Y T
3 Siapa yang melaksanakan PJB? Y T
Petugas Puskesmas/Jumantik/Kader
4 Apakah form PJB/AS-1 masih digunakan oleh petugas? Y T
5 Apakah petugas PJB sudah dilatih? Y T
6 Bulan apa dilaksanakannya
Siklus I:
Siklus II:
Siklus III:
Siklus IV:
7 Formulir PJB-R (hasil PJB rumah untuk masing-masing Kelurahan) Y T
8 Formulir PJB-TU (hasil PJB Sekolah/TTU-I) Y T
179
3 Laporan pelaksanaan Fogging massal 2 siklus dengan interval 1 minggu Y T
4 Laporan pelaksanaan Larvasidasi massal Y T
5 Laporan pelaksanaan PSN-DBD massal dan serentak Y T
1 Data Dokter Puskesmas yang sudah dilatih tatalaksana kasus DBD ........Org
2 Data Petugas pengelola program yang sudah dilatih atau mengikuti ........Org
Pertemuan
3 Petugas laboratorium telah melakukan pemeriksaan trombosit Y T
dan hematokrit
4 Laporan pelatihan kader PSN (Jumantik) Y T
........orang/RT
INPUT
Apakah buku-buku berikut tersedia?
1 Buku Program (pedoman) Pengendalian DBD Y T
2 Buku Tatalaksana DBD Y T
3 Buku Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Jumantik Y T
4 Leaflet DBD, flipchart DBD dan Poster DBD Y T
5 Formulir So, K-DBD, W1, W2 Y T
6 Apakah tersedia bagan penatalaksanaan penderita DBD? Y T
7 Apakah tersedia alat-alat berikut: Y T
180
a. Manset anak Y T
b. Mikroskop Y T
c. Blood Analyzer Y T
d. Hemometer Sahli Y T
e. Pipet Hb Y T
f. Pipet eritrosit Y T
g. Pipet leukosit Y T
h. Kamar hitung Trombosit Y T
i. Hemositometer Y T
PROSES
SURVEILLANS KASUS
Apakah data berikut tersedia ?
1 Trend: Grafik kasus/insidens, CFR, jumlah wilayah kerja terjangkit Y T
per tahun,sejak mulai ada DBD.
2 Musim Penularan: Grafik (rata-rata) jumlah kasus perbulan selama 5 tahun Y T
yang terakhir untuk wilayah kerja
3 Grafik maksimum-minimum bulanan kasus 5 tahun, disertai grafik jumlah Y T
kasus tahun ini dan tahun yang lalu?
4 Data pemantauan kasus harian (buku catatan harian) dan pemantauan Y T
kasus mingguan
5 Peta lokasi wilayah kerja rawan DBD ( endemis sporadis, potensia Y T
maupun bebas) dan yang ditanggulangi tahun ini
6 Tabel daftar nama: wilayah kerja endemis, wilker sporadis, wilker potensial Y T
dan bebas yang ditanggulangi tahun ini
7 Apakah ada pemberitahuan kasus dari RS melalui keluarga penderita Y T
(form KD-DBD)
8 Apakah ada buku catatan kasus DBD per wilayah kerja? Y T
9 Apakah ada pemberitahuan kasus dari Puskesmas/dinas kesehatan di wilyah Y T
kerja ?
10 Apakah ada kontak person dengan Dinas Kesehatan terkait? Y T
11 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata sejak diagnosis ditegakkan ........Hari
sampai dilaksanakan PE
12 Berapa lama waktu (time laps) rata-rata sejak PE ........Hari
sampai dilaksanakan Fogging Fokus
PENANGGULANGAN KASUS
Apakah data di bawah ini tersedia?
1 Daftar rencana kegiatan KKP & jadwal waktunya (dan realisasinya) Y T
2 Catatan tentang dana untuk penanggulangan kasus (PE, FF, Larvasidasi Y T
dan Penyuluhan) di KKP (stok dana)
181
3 Daftar rencana pengiriman (alokasi) sarana: dana, bahan dan alat Y T
bagi wilker untuk penanggulangan kasus (dan realisasinya)
4 Pengadaan insektisida, larvasida dan alat (mesin fog) Y T
5 Daftar inventaris dan stok bahan dan alat di KKP dan Wilkernya Y T
mesin fog, ULV, kendaraan dan bahan penyuluhan
SURVEILLANS VEKTOR
1 Usulan rencana kegiatan surveilans vektor dari tiap tiap wilker Y T
2 Apakah seluruh wilker melakukan PJB? Y T
3 Apakah wilker menyampaikan hasil PJB (Form PJB-R dan PJB-TU) Y T
secara teratur/tersedia?
4 Apakah hasil PJB sudah dianalisa? (Form Khusus: tabel dan diagram) Y T
5 Siapa yang melaksanakan PJB? Y T
Petugas/Jumantik/Kader
6 Apakah petugas PJB sudah dilatih? Y T
7 Bulan apa dilaksanakannya? Y T
Vektor : Hasil-hasil survey jentik/PSP
Siklus I :
Siklus II:
Siklus III:
Siklus IV:
182
PENINGKATAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA
Apakah data berikut tersedia?
INPUT
Apakah buku-buku berikut tersedia?
183
PROSES
SURVEILLANS KASUS
Apakah data berikut tersedia ?
PENANGGULANGAN KASUS
Apakah data di bawah ini tersedia?
184
SURVEILLANS VEKTOR
185
PENINGKATAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA
Apakah data berikut tersedia?
186
Lampiran 27
1. Latihan 1
Propinsi “A” memiliki satu kabupaten endemis yang mempunyai wilayah kerja 15 kecamatan
dengan jumlah puskesmas sebanyak 20 puskesmas, 10 kecamatan diantaranya merupakan
daerah endemis DBD, 2 kecamatan sporadis dan 3 kecamatan bebas/potensial DBD. Dari
10 kecamatan endemis tersebut, 25 Desa diantaranya merupakan wilayah yang tinggi
kasus DBDnya (>5 penderita per desa). Kader/Jumantik yang telah dilatih di desa yang ada
kasus DBDnya sebanyak 100 orang, Pokja DBD telah terbentuk di setiap desa/kelurahan
endemis. Berdasarkan data kasus DBD di kabupaten :
2. Latihan 2
Kabupaten Saudara mendapat alokasi dana untuk kegiatan pengendalian DBD sebagai
berikut:
187
Lampiran 28
A. Bermain Peran
Total jumlah pemain adalah 6 orang, dikelompokkan sebagai berikut:
• 3 orang petugas tatap muka
• 3 orang petugas tatap muka
B. Prosedur :
1. Peserta pelatihan lain akan berperan sebagai pemerhati yang mempelajari cara yang
tepat atau kurang tepat dari setiap pasangan petugas-publik. Peserta juga harus mencatat
umpan balik mereka karena pelatih akan menanyakan serta memberikan masukan
tambahan mengenai hal yang sebaiknya dilakukan dalam penyuluhan.
3. Secara bergiliran setiap kelompok diatas mendapatkan waktu 5 menit untuk bermain
peran di muka kelas. Pasangan yang belum mendapat giliran tetap berada di luar ruang
pelatihan.
4. Setelah semua pemeran selesai mempertujukkan peran mereka, maka pelatih meminta
masukan dari pemerhati (peserta pelatihan lainnya).
C. Penjelasan Peran
b. Saudara berperan sebagai petugas Jumantik yang akan melakukan kegiatan rutin
pemantauan jentik di sebuah kompleks perumahan mewah. Tugas Saudara adalah
memberi tahukan kepada pemilik salah satu rumah bahwa Saudara akan memeriksa
situasi sekitar rumah serta di adalam rumah untuk memantau kemungkinan adanya
jentik nyamuk Aedes.
c. Saudara berperan sebagai petugas Puskesmas yang menemui orang tua dari pasien
anak tersangka DBD. Orang tua pasien tersebut meminta agar lingkungan rumahnya
segera disemprot. Dari hasil PE yang dilakukan oleh petugas surveilans Puskasmas
diperoleh data bahwa tjdak ada penderita/ tersangka infeksi Dengue lainnya serta
hasil pemeriksaan ABJ adalah 95%.
188
2. Publik tatap muka
b. Saudara berperan sebagai ibu rumah tangga pemilik rumah mewah di sebuah
kompleks perumahan yang didatangi Jumantik. Saudara menolak kunjungan Jumantik
tersebut karena berpikiran jentik Aedes tidak mungkin ada di rumah mewah Saudara.
c. Saudara berperan sebagai orang tau pasien DBD yang protes kepada Puskesmas
karena rumhanya tidak kunjung disemprot. Walaupun petugas Puskesmas sudah
memberikan penjelasan tetapi Saudara beranggapan bahwa untuk mencegah
penularan DBD adalah dengan foging.
Kepada para peserta yang tidak mendapat peran petugas-publik, akan bertugas sebagi penilai.
Peserta menilai bagaimana petigas bersikap dan cara memberikan penjelasan sesuai skenario.
Setelah seluruha pasangan selesai bermain, maka pelatih meminta peserta pelatihan untuk
memberikan masukan apa yang sudah baik dan yang perlu diperbaiki oleh petugas.
Pelatih merangkum masukan dari peserta serta memberikan penjelasan bagaimana seharusnya
sebagai petugas bersikap kepada publik.
189
c. Sistim Pelaporan Kasus DBD
Ditjen
PP & PL
-W2-DBD
-K-DBD
-W1
-DP-DBD
Umpan balik -W2-DBD
-K-DBD
-W1
Puskesmas
KD/RS-DBD ( tembusan)
2. Mekanisme pelaporan
31
2) Puskesmas dapat merujuk kasus (suspek infeksi dengue, DD, DBD dan
SSD) yang tidak dapat ditangani di puskesmas.
3) Laporan di bawah ini juga digunakan di puskesmas :
- Formulir K-DBD sebagai laporan bulanan (Lampiran 4)
- Rekapan W2 sebagai rekapan mingguan (Lampiran 5)
- Formulir W1 bila terjadi KLB (Lampiran 6)
- Laporan Sistim Terpadu Penyakit (STP)
b. Pelaporan dari RS :
1) Setiap unit pelayanan kesehatan yang menemukan kasus infeksi dengue
(DD, DBD, SSD) wajib segera melaporkan ke dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat selambat-lambatnya dalam 24 jam dengan
tembusan ke puskesmas wilayah tempat tinggal penderita (KD-RS).
Laporan tersebut merupakan laporan yang dipergunakan untuk tindakan
penanggulangannya.
2) Pelaporan kasus mingguan dan bulanan merupakan laporan rekapitulasi
kasus (suspek infeksi dengue DD, DBD dan SSD) yang dilaporkan setiap
minggunya atau bulannya dari puskesmas dan rumah sakit dengan
menggunakan form W2.
Pelaporan dalam situasi KLB dapat mengikuti Permenkes No. 1501/2010, yaitu :
a. Pelaporan oleh unit pelayanan kesehatan
1) Pelaporan kasus DBD harian
2) Pelaporan dengan formulir KD-RS tetap dilaksanakan (Lampiran 7)
32
3) Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan
1. Tingkat Puskesmas
Data pada Buku Catatan Harian DBD diolah dan disajikan dalam bentuk :
1) Pemantauan situasi DBD mingguan menurut desa/kelurahan
a) Jumlahkan masing-masing penderita DBD dan SSD setiap minggu dan
sajikan pada tabel seperti pada contoh di bawah ini.
33
Tabel 2 : Jumlah penderita DD, DBD dan SSD menurut desa/kelurahan dan
minggu di puskesmas X, tahun .........
Minggu ke: .............Bulan:.............................
Puskesmas: ........................................(tambah kolom suspex infeksi Dengue)
Desa/ Minggu*
Kelurah 1 2 3 ....
an DD DB DS DD DB DS DD DB DS DD DB DS
D S D S D S D S
P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M
Jumlah 2 0 5 2 3 3 4 0 1 2 2 2 9 0 5 2 3 3 4 0 5 1 1 1
*Mengikuti kalender survailans; P:Penderita, M:Meninggal
DD=Demam Dengue, DBD=Demam Berdarah Dengue, SSD=Sindrom Syok
Dengue (DBD stadium III/ IV)
c) Bila terjadi KLB DBD maka lakukan tindakan sesuai dengan pedoman pe-
nanggulangan KLB DBD dan laporkan segera ke dinas kesehatan
kabupaten/ kota menggunakan formulir W1 (Lampiran 6).