Anda di halaman 1dari 16

Dosen : Nurdin.,S,Kep.,Ns.,M.

Kep

KEPERAWATAN BENCANA

“MAKALAH KEBAKARAN DALAM ASPEK KEPERAWATAN”

OLEH:

Kelompok III

ACHMAD HIDAYAT P201801041


WA ODE NINGSIATIH P201801012
SITI RAHMA SAVIRA. A P201801005
ANISA HARYATI P201801038
EKA P201801025

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga makalah yang membahas tentang ”Bencana
kebakaran Dalam Aspek Keperawatan” dapat selesai tepat pada waktunya
sebagai salah satu tugas mata kuliah.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang
mana di dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan
maupun isi.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun sehingga dalam makalah berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan
kualitasnya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Kendari, 17 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan.................................................................................................. 2
D. Manfaat................................................................................................ 2
BAB II Tinjauan Literature........................................................................ 4
A. Definisi kebakaran................................................................................ 4
B. Penyebab kebakaran........................................................................... 4
C. Klasifikasi kebakaran........................................................................... 5
D. Proses terjadinya kebakaran................................................................ 5
E. Peran Perawat dalam Bencana Kebakaran pada Masyarakat............. 6
BAB III Pembahasan (Preinsiden Fase Prevention dan Mitigation)...... 8
A. Fase Pencegahan................................................................................ 8
B. Mitigasi ............................................................................................... 10
BAB IV Penutup........................................................................................ 13
A. Kesimpulan.......................................................................................... 13
B. Saran................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
dalam WHO – ICN (2009) bencana adalah sebuah peristiwa, bencana yang
tiba-tiba serius mengganggu fungsi dari suatu komunitas atau masyarakat dan
menyebabkan manusia, material, dan kerugian ekonomi atau lingkungan yang
melebihi kemampuan masyarakat untuk mengatasinya dengan menggunakan
sumber dayanya sendiri. Meskipun sering disebabkan oleh alam, bencana
dapat pula berasal dari manusia. Definisi lain datang dari BNBP (2010),
menurut lembaga yang berwenang terhadap penanggulangan bencana di
indonesia tersebut, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibtkan tibulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa nonalam berupa gempa, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, tanah longsor (Paramesti, 2011).Indonesia
adalah negara yang memiliki tingkat kawasan bencana yang tinggi.Indonesia
menduduki peringkat pertama dalam paparan terhadap penduduk atau jumlah
manusia yang menjadi korban meninggal akibat bencana alam.Wilayah
Indonesia terletak pada kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis
yang memungkinkan terjadinya bencana alam (Siti, 2016).Kejadian bencana
alam dapat menimbulkan permasalahan di bidang kesehatan antara lain
lumpuhnya ketersediaan air bersih, masalah sanitasi lingkungan, stres atau
gangguan kejiwaan (Alzahrani & Kyratsis, 2017). Oleh karena itu diperlukan
langkah-langkah strategis misalnya kesiapsiagaan dari perawat itu sendiri
(Labrague et al., 2016).
Kebutuhan hidup yang semakin meningkat cenderung merupakan suatu
fenomena yang kehadirannya secara global.Kecepatan perubahan skala dsan
perkembangan industri, pembangunan gedung-gedung bertingkat, sarana-
saran umum serta pemukiman penduduk dengan segala fasilitasnya yang
sedemikian pesat belakangan ini telah mengakibatkan tingginya risiko yang
dihadapi oleh manusia. Salah satu risikonya adalah kebakaran yang dapat
mengakibatkan berbagai macam kerugian antara lain Korban manusia,
kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan dengan berbagai bentuk
kerugian lainnya (Kantor Pemadam Surakarta, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Definisi kebakaran?
2. Penyebab kebakaran?
3. Klasifikasi kebakaran?
4. Proses terjadinya kebakaran?
5. Peran Perawat dalam Bencana Kebakaran pada Masyarakat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahuiApa yang dimaksud dengan kebakaran
2. Untuk mengetahuiPenyebab kebakaran
3. Untuk mengetahuiKlasifikasi kebakaran
4. Untuk mengetahuiProses terjadinya kebakaran
5. Untuk mengetahuiPeran Perawat dalam Bencana Kebakaran pada
Masyarakat
D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat mengetahui
dan mampu memahami makalah ini dengan baik. Dan makalah ini juga dapat
digunakan sebagai bahan pengajaran di bidang pendidikan maupun di bidang
penelitian-penelitian.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Definisi
Menurut Ramli (2010), kebakaran adalah api yang tidak terkendali artinya
diluar kemampuan dan keinginan manusia. Menurut Permen PU RI No.
26/PRT/M/2008, bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak awal
kebakaran hingga penjalaran api yang menimbulkan asap dan gas. Menurut
Permen PU RI No. 26/PRT/M/2008, bahaya kebakaran adalah bahaya yang
diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api
sejak awal kebakaran hingga penjalaran api yang menimbulkan asap dan gas.
B. Penyebab
Menurut Agus Triyono (2001), kebakaran terjadi karena manusia,
peristiwa alam, penyalaan sendiri dan unsur kesengajaan. Kebakaran karena
manusia yang bersifat kelalaian, seperti:
1. Kurangnya pengertian, pengetahuan tentang penanggulangan bahaya
kebakaran.
2. Mesin yang sangat panas dapat menyebabkan kebakaran, sehingga harus
secara teratur di servis. Tempat pembuangan udaranya harus selalu
dibersihkan untuk mencegah terjadinya pemanasan mesin.
3. Rokok merupakan salah satu penyebab kebakaran di tempat kerja. Rokok
seharusnya dilarang di daerah kerja dimana bahan – bahannya mudah
terbakar.
4. Cairan yang mudah terbakar, dalam pencegahannya, cairan yang mudah
terbakar seharusnya disimpan dalam tempat yang tertutup logam. LPG
juga merupakan cairan yang mudah terbakar dan harus disimpan secara
aman.
5. Bad Housekeeping, seperti print-out komputer atau berkas – berkas yang
masih berserakan di atas meja, peralatan listrik seperti komputer yang
masih tersambung aliran listrik bisa saja memicu timbulnya kebakaran.
Perlu ada kebijakan kantor yang membiasakan seluruh karyawannya untuk
disiplin melakukan prosedur-prosedur pencegahan sebelum meninggalkan
ruang kerjanya pada jam pulang kantor.
6. Kebakaran yang disengaja merupakan usaha percobaan untuk menutupi
kriminalitas atau berasal dari perselisihan perorangan. Perusahaan dapat
mencegah kebakaran yang disengaja dengan memastikan sistem proteksi
kebakaran dites secara berkala.
C. Klasifikasi
Berdasarkan penjelasan pasal 37 Peraturan Daerah Kota Bandung No.15
Tahun 2001 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran,
terdapat 4jenis kebakaran dan bahan pemadamnya yaitu:
1. Kebakaran biasa, yaitu kebakaran benda-benda padat kecuali logam yang
mudah terbakar (seperti kertas, kayu, pakaian)disebut jenis kebakaran
kelas A. Penanggulangannya dapat menggunakan alat pemadam pokok
yaitu air, foam, CO2, atau bubuk kimia kering.
2. Kebakaran bahan cairan yang mudah terbakar (seperti minyak bumi,gas,
lemak, dan sejenisnya) disebut jenis kebakaran kelas B.
Penanggulangannya dapat menggunakan alat pemadam lengkap yang
memakai zat kimia yaitu foam, CO2, atau bubuk kimia kering.
3. Kebakaran listrik (seperti kebocoran listrik atau konsleting, kebakaran pada
alat-alat listrik generator, motor listrik) disebut jenis kebakaran keas C.
Penanggulangannya dapat menggunakan alat pemadam jenis CO2 dan
bubuk kimia kering.
4. Kebakaran logam, seperti seng, magnesium, serbuk aluminium, sodium,
titanium, disebut jenis kebakaran kelas D.
D. Proses
Proses perkembangan api dalam kejadian kebakaran terjadi melalui
beberapa tahap (mantra, 2005) yaitu:
1. Tahap Penyalaan/Peletusan Tahap ini ditandai oleh munculnya api dalam
ruangan yang disebabkan adanya energy panas yang menganai material
dalam ruangan.
2. Tahap Pertumbuhan Pada tahap ini api mulai berkembang sebagai fungsi
dari bahan bakar. Tahap ini merupakan tahap yang paling tepat untuk
melakukan evakuasi dan tahap dimana sensor encegahan kebakaran atau
alat pemadam mulai bekerja.
3. Tahap Flashover Tahap ini merupakan masa trasisi antara tahap
pertumbuhan dengan tahap pembakaran penuh, dengan suhu antara 300
sampai 600 derajat celcius.
4. Tahap Pembakaran Penuh Pada tahap ini, energy panas yang dilepaskan
adalah yang paling besar. Seluruh material dalam ruangan terbakar
sehingga temperature dalam ruang adalah sebesar 1200 derajat celcius.
5. Tahap Surut Tahap ini ditandai dengan material terbakar yang mulai habis
dan temperature mulai menurun.
E. Peran perawat dalam bencana kebakaran pada masyarakat
Menurut UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulamgan Bencana,
bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan karena
faktor alam, faktor non alam, dan faktor manusia yang dapat menimbulkan
korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Menurut WHO (2002), bencana adalah kejadian yang menyebabkan
kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya
derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu.
Tenaga kesehatan sanggat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan
dan dukungan terhadap masyarakat yang mengalami bencana, salah satunya
keterlibatan perawat.Perawat ikut serta dalam memenuhi kebutuhan individu,
kelompok dan masyarakat di saat bencana. Menurut International Council of
Nurses (2009), keterlibatan perawat dalam bencana digambarkan perawat
dengan keterampilan teknis dan pengetahuan tentang epidemiologi, fisiologi,
farmakologi dan masalah psikososial dapat membantu dalam program
kesiapsiagaan bencana serta selama bencana. Keperawatan bencana
membutuhkan penerapan pengetahuan keperawatan dasar dan keterampilan
dalam lingkungan yang sulit dengan sumber daya yang langka dan perubahan
kondisi saat bencana.Keperawatan bencana menyiapkan perawatan, advokasi,
dan promosi kesehatan dalam konteks bencana. Kemampuan perawat dalam
berpikir kritis, kemampuan beradaptasi, kerja sama tim, dan kepemimpinan
sangat penting dan dan dibutuhkan untuk pengelolaan yang tepat dari korban
bencana (Powers & Daily, 2010). Perawat sebagai anggota tim dapat bekerja
sama dengan tim kesehatan lain, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah
dan lembaga non-pemerintah.
Menurut WHO dan ICN (2009), peran perawat dalam bencana dapat
dimulai sejak tahap mitigasi (pencegahan), tanggap darurat bencana, hingga
tahap recovery.Kegiatan kesiapsiagaan dan mitigasi telah menjadi prioritas
utama diseluruh dunia.Kegiatan ini dapat mengurangi risiko dan dampak
bencana bagi masyarakat.Dalam hal ini perawat mempunyai peran dalam
perencanaan menangani bencana, pengembangan program ketahanan
terhadap bencana, pelatihan simulasi kesiapan menghadapi bencana, dan
pendidikan tentang bencana di masyarakat.Pada tahap tanggap bencana,
kegiatan dilakukan setelah bencana selesai setelah keadaan stabil. Pada fase
ini, yang dilakukan perawat adalah tindakan penyelamatan, memberikan
perawatan darurat, melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan
tindakan pertolongan pertama dengan triase, evakuasi, dan treatment .
Setelah bencana terjadi, berlanjut pada fase pemulihan yaitu rehabiltiasi
dan konstruksi korban pasca bencana. Peran perawat pada fase pemulihan
adalah pencegahan Post Traumatic Stress Disoreder (PTSD) dengan
melakukan playtherapy untuk mencegah dan mengobati PTSD pada anak,
pencegahan penyakit infeksi akibat terjadinya bencana seperti ISPA dan
pneumonia pasca erupsi gunung, penyakit kulit pasca banjir, dan luka bakar
pasca kebakaran (WHO & ICN, 2009).Peran perawat terhadap bencana
kebakaran tidak jauh berbeda dengan peran perawat bencana secara
umum.Peran perawat dalam penanganan bencana kebakaran dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya pengalaman, dan peran profesonal perawat di
komunitas (Stanhope & Lancaster, 2006).
BAB III
FASE PENCEGAHAN DAN MITIGASI
A. Fase Pencegahan
Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan
ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam
bencana.Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna.
Semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan
pemadaman kebakaran meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia
serta perlindungan kekayaan (Suma’mur, 1996).
Pencegahan kebakaran adalah segala daya upaya atau tindakan secara
terencana untuk mencegah dan meniadakan sejauh mungkin timbulnya
kebakaran.Karena itu pencegahan kebakaran dan pemadaman dalam tahap
awal penyalaan sangat penting untuk dilakukan, baik dengan jalan
meningkatkan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan khususnya tentang
kebakaran.(Sulaksmono, 1997).
Pada penelitian mengenai manajemen keselamatan kebakaran, ditemukan
bahwa pemilik bangunan sebaiknya melakukan (Salleh & Ahmad, 2009) :
1. Konsultasi dengan pemadam kebakaran setempat mengenai manajemen
resiko, pemadaman kebakaran dan penyelamatan.
2. Secara hukum memiliki sertifikat kebakaran dengan kondisi bangunan yang
telah terstandarisasi.
3. Memberikan sosialisasi kebijakan keselamatan kebakaran kepada seluruh
pengguna bangunan untuk bersama menerapkannya.
4. Memiliki penanggung jawab untuk terlaksananya kebijakan keselamatan
kebakaran.
5. Memastikan semua orang memahami rambu-rambu keselamatan dan
tahapan tindakan pencegahan hingga penyelamatan.
6. Mengidentifikasi bagian yang berpotensi menimbulkan kebakaran dan
menghilangkan bahaya yang tidak perlu.
7. Melakukan pelatihan dasar untuk bereaksi saat terjadi kebakaran.
8. Memasang alat deteksi dan perlindungan kebakaran sesuai dengan
prioritas yang telah teridentifikasi.
Untuk pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran pada
perumahan, masyarakat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Mantra,
2005) :
1. Dengan karakteristik lingkungan yang padat diperlukan kerjasama
masyarakat dalam pengaturan arus lalu lintas.
2. Mengatur jarak antar bangunan seperti yang telah diatur oleh Keputusan
Menteri Negeri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 10/KPTS/2000
tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan. Ketetapan ini mensosialisasikan agar
bangunan dengan tinggi delapan meter berjarak minimum tiga meter
dengan bangunan yang lain.
3. Ruang terbuka pada area perumahan dapat dijadikan tempat evakuasi
penduduk, tempat penampungan, dan akan lebih baik menggunakan
perkerasan sebagai sarana mobilitas bagi kendaraan pemadam kebakaran.
• Sumber air sebagai media penting sarana pemadam ketika terjadi
kebakaran. Debit air pada hidrant perlu dipantau.
4. Material yang digunakan pada bangunan juga menjadi perhatian untuk
meminimalisir resiko kerugian ketika terjadi kebakaran.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan memperhatikan dan merawat
alat pemadam kebakaran, memasang peralatan pemadam di sekitar kawasan,
dan menggunakan alat pemadam yang sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan kawasan.Ketiganya berkaitan dengan tindakan, perencanaan,
pengoperasian, dan pengecekan rencana yang disusun sebagai upaya
pencegahan bencana kebakaran (Ebenehi, Mohamed, Sarpin, Wee, & Adaji,
2018).
B. Mitigasi
Kebakaran merupakan salah satu jenis bencana yang cukup potensial
dengan meninggalkan kerugian yang besar jika tidak mendapatkan perhatian
dan penanganan yang cukup serius melalui upaya mitigasi bencana.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
kebakaran termasuk pada jenis bencana alam sekaligus bencana non alam
berdasarkan penyebab terjadinya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
bencana kebakaran, selain dipengaruhi oleh kondisi fisik atau yang bersifat
alamiah juga dapat terjadi akibat kelalaian manusia sebagai penyebabnya
Menurut Pasal 1 ayat (6) PP No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana, mitigasi bencana merupakan sebuah rangkaian
upaya guna mengurangi risiko bencana,baik lewat pembangunan fisik atau
lewat penyadaran dan peningkatan kemampuan dalam menghadapi bencana.
Sedangkan kebakaran sendiri dapat diartikan sebagai suatu reaksi oksidasi
eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang
disertai timbulnya api/penyalaan.
Mitigasi kesiapsiagaan kebakaran dibutuhkan untuk mencegah atau
meminimalkan potensi dampak kebakaran.Untuk mengeliminasi risiko
kebakaran pada populasi yang rentan, diperlukan perencanaan program-
program mitigasi dan kesiapsiagaan.Lingkup mitigasi meliputi eliminasi risiko,
reduksi risiko, dan transmisi tanggung jawab.
Dalam upaya mencegah atau meminimalkan potensi dampak bencana
kebakaran pada masa mendatang diperlukan perencanaan program
pelaksanaan mitigasi dan kesiagaan terhadap bencana
kebakaran.Pelaksanaan mitigasi adalah upaya menurunkan/meminimalkan
resiko bahaya bencana, pada populasi yang rentan terhadap lingkup mitigasi
meliputi eliminasi dan resiko serta transmisi tanggung jawab.
Motivasi yang kuat dibutuhkan dengan dasar adanya kebutuhan masyarakat
untuk mencegah munculnya kejadian kebakaran.Motivasi itu dibicarakan dalam
keluarga, pertemuan antarwarga, dan sosialisasi sehingga perlu disusun suatu
langkah kerja berupa koordinasi antara masyarakat dengan RT untuk
mengadakan pelatihan dan sosialisasi atau himbauan terkait upaya
pencegahan kebakaran.
Langkah-langkah mitigasi yang perlu diketahui sebelum terjadinya
bencanakebakaran (tindakan preventif) adalah sebagai berikut :
1. Perlu menghindari penggunaan peralatan listrik yang melebihi beban
kapasitas meter listrik.
2. Sedapat mungkin pemasangan instalasi listrik di rumah tidak memakai
sambungan isolasi yang mudah memuai dan mengelupas bila terkena suhu
panas listrik
3. Pada saat listrik padam, tidak dibenarkan meletakkan lilin atau lampu
minyak dekat dengan bahan yang mudah terbakar
4. Memeriksa secara berkala instalasi listrik di rumah. Apabila ditemukan ada
kabel rapuh, sambungan atau stop kontak yang aus, segera diganti dengan
peralatan yang baru
5. Memeriksa kondisi tungku masak dan segera diganti jika ada yang sudah
mengalami kebocoran
6. Menempatkan benda-benda atau bahan-bahan yang mudah terbakar pada
tempat khusus dan jangan dicampur aduk dengan benda atau bahan yang
dapat menimbulkan reaksi kebakaran
7. Menyiapkan alat pemadam kebakaran seperti air, pasir, serta karung goni
yang dibasahi di lingkungan sekitar
8. Memahami cara penggunaan alat pemadam kebakaran dan teknik dalam
memadamkan api.
Bila bencana kebakaran benarbenar terjadi khususnya
dilingkunganpermukiman, penting bagi anggota masyarakat untuk memahami
langkahlangkah taktis sebagai berikut :
1. Jangan panik dan segera menyelamatkan diri bersama anggota keluarga di
tempat aman dan jauh dari kobaran api.
2. Segera padamkan api dengan alat pemadaman yang ada seperti APAR
(Alat Pemadam Api Ringan) atau dengan karung goni yang dibasahi air
3. Tutup ruangan yang terbakar agar tidak menjalar dan meluas ke ruangan
lain;
4. Segera hubungi petugas pemadam kebakaran jika api tidak bisa
dipadamkan atau dikendalikan dengan kemampuan sendiri.
5. Tidak mengunci pintu-pintu rumah agar jika ada petugas pemadam
kebakaran mudah untuk melakukan tindakan pemadaman api.
6. Menggunakan kain basah dan ditempelkan di hidung agar pernafasan
lancar dan tidak sesak karena banyaknya asap kebakaran.
7. Menjauhi arah hembusan angin
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Ramli (2010), kebakaran adalah api yang tidak terkendali artinya
diluar kemampuan dan keinginan manusia. Menurut Permen PU RI No.
26/PRT/M/2008, bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh
adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak awal
kebakaran hingga penjalaran api yang menimbulkan asap dan gas.
Menurut Agus Triyono (2001), kebakaran terjadi karena manusia, peristiwa
alam, penyalaan sendiri dan unsur kesengajaan.Kebakaran karena manusia
yang bersifat kelalaian. Terdapat 4jenis kebakaran dan bahan pemadamnya
yaitu: Kebakaran biasa, Kebakaran bahan cairan, Kebakaran listrik, Kebakaran
logam. Pencegahan kebakaran adalah segala daya upaya atau tindakan secara
terencana untuk mencegah dan meniadakan sejauh mungkin timbulnya
kebakaran.
Menurut Pasal 1 ayat (6) PP No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana, mitigasi bencana merupakan sebuah rangkaian
upaya guna mengurangi risiko bencana,baik lewat pembangunan fisik atau
lewat penyadaran dan peningkatan kemampuan dalam menghadapi bencana.
Sedangkan kebakaran sendiri dapat diartikan sebagai suatu reaksi oksidasi
eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang
disertai timbulnya api/penyalaan.
B. Saran
Diharapkan untuk pemerintah setempat membuat kebijakan secara tertulis
untuk upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta melakukan
sosialisasi bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Y. (2012). Mitigasi Kebakaran melalui Masyarakat. Kesmas, Jurnal


Kesehatan Masyarakat Nasional, 6(4), 179–184.

Pemerintah Republik Indonesia.(2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta: Pemerintah
Indonesia.

Nasution, Y. (2012). Mitigasi Kebakaran melalui Masyarakat. Kesmas, Jurnal


Kesehatan Masyarakat Nasional, 6(4), 179–184.

Pusdiklat Migas Cepu, 2009. Pedoman Umum Pengendalian dan Penanggulangan


Keadaan Darurat UU No 24 Tahun 2007 tentang Bencana Alam

PP No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Mursyadi, A. SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN


PADA BANGUNAN GEDUNG DI KOTA SINGKAWANG. Jurnal Teknik
Sipil, 16(1).
Tampubolon, M. V. (2020) Studi Literatur Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Pemukiman Masyarakat Suku Baduy dan
Penerapannya. ARSITEKTURA, 18(2), 351-360.
Putra, B. K. (2010). Pencegahan dan penanggulangan kebakaran di PT. INKA
(persero) Madiun Jawa Timur.
Nasution, Y. (2011). Mitigasi Kebakaran melalui Masyarakat. Kesmas: Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 6(4), 179-
184.

Anda mungkin juga menyukai