ANGGOTA :
TAHUN 2016
Hari / Tanggal : Jumat, 30 September 2016
Pertemua : Laboratorium Hematologi
I. TUJUAN
1. Untuk dapat melakukan pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching) pada lebih dari
satu donor.
2. Untuk menentukan kecocokan antara darah resipien dengan darah donor.
II. METODE
Metode yang digunakan adalah metode aglutinasi (konvensional).
III. PRINSIP
Antibodi yang terdapat dalam serum/plasma, bila direaksikan dengan antigen pada
sel darah merah, melalui inkubasi pada suhu 37 oC dan dalam waktu tertentu, dan dengan
penambahan anti monoglobulin akan terjadi reaksi aglutinasi.
2. Komponen Darah
Sel Darah Merah
Sel Darah Merah atau SDM adalah sel yang terbanyak di dalam darah. Karena sel
ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin. hemoglobin.
Sel Darah Putih (Leukosit)
Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk setiap
660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja sama
untuk membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk
menghasilkan antibodi.
Platelet ( Trombosit )
Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada sel
darah merah atau sel darah putih. Sebagai bagian dari mekanisme perlindungan
darah untuk menghentikan perdarahan, trombosit berkumpul dapa daerah
yang mengalami perdarahan dan mengalami pengaktivan
Plasma
Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang
menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume
darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air
dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon
dan karbon dioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi.
Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah
dibubuhi zat anti-koagulan yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah
merah jatuh ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk
lapisan buffy coat, plasma darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan
sekitar 1025 kg/m3 atau 1.025 kg/l.
Serum
Di dalam darah, serum (bahasa Inggris: blood serum) adalah komponen yang bukan
berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi; serum adalah plasma darah tanpa
fibrinogen, (bahasa Latin: serum) berarti bagian tetap cair dari susu yang membeku
pada proses pembuatan keju. Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan
faktor koagulasi lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma
dan merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah. Serum terdiri dari
semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah) termasuk cairan
elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua substansi exogenous. Rumusan
umum yaitu: serum = plasma - fibrinogen - protein faktor koagulasi. Studi yang
mempelajari serum disebut serologi. Serum digunakan dalam berbagai uji
diagnostik termasuk untuk menentukan golongan darah. Di dalam serum tidak ada
fibrinogen, karena protein sudah berubah menjadi jaring fibrin dan
menggumpal bersama unsur figuratif yang berupa sel.
3. Hemolisis
Hemolisis atau lebih dikenal dengan kejadian pecahnya sel darah merah secara
normal didalam tubuh tidak dapat dihindari apabila sel darah merah atau eritrosit
sudah mencapai usianya, dengan pecahnya sel darah merah atau eritrosit didalam
tubuh secara normal tubuh direspon untuk membentuk sel darah merah yang baru.
Haemoglobin yang keluar dari sel darah merah atau eritrosit akan diuraikan oleh organ
tubuh yang bertanggung jawab dan bagian yang penting dari penguraian ini akan
dimanfaatkan kembali untuk pembentukan sel darah merah yang baru. Pada kejadian
yang tidak normal jumlah sel darah merah yang pecah lebih besar dari pada
pembentukan sel darah merah yang baru dan mengakibatkan dari peruraian Hb akan
meningkat (Ismail, 2010).
+ + +
1 tetes sel darah donor 5%1 tetes sel darah OS 5% 1 tetes sel darah OS 5%
3. Dihomogenkan
4. Dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik.
5. Dibaca reaksi terhadap hemolisis dan aglutinasi secara makroskopis.
6. Apabila hasil negative maka dilanjutkan pada fase II.
b. Fase II : Fase inkubasi 370C dalam medium bovine albumin 22%
1. Ke dalam masing-masing tabung yang memberikan hasil negative ditambhakan
bovine albumin 22% sebanyak 2 tetes.
2. Dihomogenkan.
3. Diinkubasi pada suhu 370C selama 15 menit.
4. Dicentrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 15 detik.
5. Dibaca rekasi terhadap hemolisis dan aglutinasi secara makroskopis.
6. Apabila hasil negative maka dilanjutkan pada fase III.
c. Fase III : Indirect Coomb’s Test
1. Sel darah merah dalam tabung dicuci sebanyak 3 kali dengan saline/NaCl 0,9%.
2. Masing-masing tabung ditambahkan sebanyak 2 tetes Coomb’s serum.
3. Dihomogenkan
4. Dicentrifue pada kecepatan 3000 rpm selama 15 detik
5. Dibaca hasil reaksi makroskopis.
Pembacaan Hasil :
Tidak terjadi hemolisis atau aglutinasi cocok/ kompatibel, darah dapat diberikan
kepada pasien
Terjadi hemolisis dan aglutinasi tidak cocok/ inkompatibel, darah tidak boleh
diberikan kepada pasien
Pembacaan Hasil :
Bila hasil (+) / ada aglutinasi : Valid (benar)
Bila hasil (-) / tidak ada aglutinasi : Invalid/ perlu diulang kembali
Identitas :
OS : Budi
Donor : Donor 03 dan Donor 04
Gambar Keterangan
Coomb’s Serum
CCC (Coomb’s Control Cell)
Sampel
Tabung Hasil
Sebelum disentrifuge Sesudah disentrifuge
Tabung 1
(Mayor)
Negatif (-)
Tabung 2
(Minor)
Negatif (-)
Tabung 3
(Auto Control)
Negatif (-)
Sampel
Tabung Hasil
Sebelum dicentrifuge Sesudah dicentrifuge
Tabung 1
(Mayor)
Negatif (-)
Tabung 2
(Minor)
Negatif (-)
Tabung 3 (Auto
Control)
Negatif (-)
Negatif (-)
Tabung 2
(Minor)
Negatif (-)
Tabung 3 (Auto
Control)
Negatif (-)
D. Uji Validitas
Makroskopis
Positif (+)
IX. PEMBAHASAN
Uji silang serasi merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
kecocokan antara darah donor dengan darah pasien sebelum darah donor ditransfusikan
kepada pasien. Pemeriksaan ini sangat penting dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan
golongan darah dan rhesus. Karena, walaupun seseorang memiliki golongan darah yang
sama, ada faktor – faktor yang lain yang dapat menyebabkan darah donor incompatible
terhadap darah pasien.
Pemeriksaan uji silang serasi bertujuan untuk menentukan cocok tidaknya darah
donor dengan darah penerima untuk persiapan transfusi darah dan juga untuk memastikan
bahwa transfusi darah tidak menimbulkan reaksi transfusi, dimana resipien bisa mencapai
masa hidup maksimum setelah diberikan darah donor. Uji silang serasi dilakukan untuk
memastikan bahwa tidak ada antibodi pada serum atau plasma pasien yang akan bereaksi
dengan antigen pada sel darah merah donor atau sebaliknya.
Uji silang serasi (Crossmatch) digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi,
baik antibodi komplet (IgM) maupun antibodi inkomplet (IgG) yang terdapat dalam serum
atau plasma pasien (resipien) maupun dalam plasma donor. Pemeriksaan ini dilakukan
dalam tiga fase serta dilakukan pula uji validitas. Fase I ini dapat mendeteksi antibodi
komplet (IgM /Antibodi dingin), seperti : anti- A, anti-B (ketidakcocokan pada penetapan
golongan darah ABO serta adanya antibodi komplet lain seperti: anti-M, anti-Lewis, anti-
N, anti-P1, anti-A1, anti-H, anti-I). Pada fase II, antibodi inkomplet dapat mengikat sel
darah merah, sehingga pada fase III dengan bantuan penambahan Coombs serum terjadi
reaksi positif, contohnya : anti-D, anti-E, anti-e, anti-C, anti-c, anti-Kell, anti-Kidd, anti-S.
Pada fase III, semua antibodi inkomplet yang terikat pada sel darah merah di fase II akan
beraglutinasi (positip) setelah penambahan Anti Human Globulin (Coomb’s serum), contoh
: anti-Fya , anti-Fyb, anti -Kell, anti- Rhesus.
Prinsip crossmatch ada dua yaitu Mayor dan Minor, yang penjelasnya sebagai berikut
Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor. Untuk melihat
apakah sel donor itu akan dihancurkan oleh antibody dalam serum pasien.
Minor crossmatch adalah serum donor dicampur dengan sel penerima. Ini dilakukan
untuk melihat apakah sel pasien akan dihancurkan oleh plasma donor.
Dalam praktikum ini dilakukan pemeriksaan uji silang serasi pada 2 donor dengan
metode aglutinasi menggunakan tabung. Untuk mendapat hasil uji silang yang compatible,
harus dilakukan pada 3 fase yaitu :
Pembacaan dimulai dari tabung autocontrol dan autopool. Ini dimaksudkan untuk
mengetahui bahwa kita telah bekerja sesuai dengan prosedur dan dapat diketahui reaksi
yang terjadi antar sesama donor. Bila hasilnya negative, tidak ada hemolisis atau aglutinasi
maka dapat dilanjutkan dengan membaca mayor test dan minor test. Bila hasilnya positif,
maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang.
Uji Validitas
Untuk memastikan bahwa hasil yang diperoleh valid atau tidak, dilanjutkan dengan
uji validitas. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah reaksi silang yang kita
lakukan valid atau tidak. Bila reaksi silang yang kita lakukan valid, maka akan terjadi
positif aglutinasi, sehingga hasil dari reaksi silang ini benar – benar valid dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Pada uji validitas ini dilakukan dengan penambahan Coomb’s Control Cell,
selanjutnya dilakukan sentrifugasi dan dilihat agultinasinya. Untuk melihat aglutinasinya,
dilakukan dengan cara mengguncangkannya secara perlahan dan hati – hati, dan cara
mengocoknyapun tidak sekuat saat melihat hasil pada fase I, II, III. Hal ini dikarenakan
kekuatan aglutinasinya rendah dan tidak sekuat yang dihasilkan pada tiap fase.
Uji ini berlangsung secara berkelanjutan, dimana hasil negative dari fase I baik pada
test Mayor maupun minor akan dilanjutkan ke fase II dan begitu terus selanjutnya sampai
ke uji validitas. Untuk tiap uji ini, bila ada hasil yang menunjukkan hasil positif ( terjadi
aglutinasi ) pada test mayor maupun minor, maka pemeriksaan pada fase berikutnya tidak
dilanjutkan dan dianjurkan untuk melakukan pengambilan darah terhadap orang lain atau
donor yang baru.
Pada praktikum ini, didapatkan hasil uji silang fase I, II, III dan uji validitas sebagai
berikut:
Phase I Phase II Phase III Validitas
Mayor I - - - +
Mayor II - - - +
Minor I - - - +
Minor II - - - +
Autocontro - - - +
l
Autopool - - - +
Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan crossmatch manual antara resipien atas
nama Budi dengan donor I kode 03 dan donor II kode 04. Dari hasil pengujian
crossmatching test pada fase I sampai III menunjukkan hasil Mayor pada fase I, II, dan III
negative (-) serta minor I, II, dan III juga negative (-). Demikian juga hasil pengujian dari
fase I sampai fase III pada auto control dan autopool menunjukkan hasil negative.
Berdasarkan uji validitas pun menghasilkan aglutinasi positif yang menandakan hasil
compatible sehingga baik darah donor I dan donor II dapat diberikan ke pasien.
Dalam uji silang serasi dapat memberikan hasil negatif palsu, oleh karena itu harus
diperhatikan yaitu :
NaCl 0,9%(saline) harus jernih, tidak berwarna dan tidak terkontaminasi dengan
serum
Temperature incubator harus 37oC
Waktu inkubasi harus tepat
Pencucian sel darah merah harus bersih
Hasil negative harus dikontrol dengan menggunakan CCC (Combs control cells)
Uji silang dapat memberikan hasil positif (inkompatibel) selain karena adanya
antibodi inkomplet juga dapat terjadi karena auto antibodi dalam serum pasien dan adanya
antibodi yang tidak termasuk dalam sistem golongan darah. Meskipun telah dilakukan tes
crossmatch dengan benar, tetap masih ada kemungkinan terjadinya reaksi transfusi, hal ini
dapat disebabkan beberapa hal, antara lain :
kurang sensitifnya metode pemeriksaan yang digunakan
Factor “ human error “
reaksi transfusi yang tertunda ( delayed transfusion reaction )
X. SIMPULAN
Pemeriksaan uji silang serasi pada lebih dari satu donor dilakukan dalam 3 fase
penting yaitu fase suhu kamar, fase inkubasi dan indirect coomb's tes. Dalam 3 fase
tersebut hasil yang terbentuk haruslah negative aglutinasi. Dan untuk memvalidasi hasil
dilakukan uji validitas sebagai uji terakhir untuk menentukan telah sesuainya proses uji
silang tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching) dengan 2 donor,
didapatkan hasil compatible yaitu darah donor dapat diberikan kepada resipien. Hal ini
dibuktikan dengan validnya hasil pada uji validitas yang menandakan bahwa semua
langkah uji telah sesuai dengan criteria.
DAFTAR PUSTAKA
24 Mei 2016]
Jakarta:Kedokteran EGC