Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

“PENDEKATAN INQUIRY, PROBLEM SOLVING, DAN SAINS


TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM)”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pendidikan IPS SD 2”
Dosen Pengampu :
Akhmad Riandy Agusta, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 2 (4B PGSD)


Nizmatullayla 1910125120007
Rini Wahyuni 1910125120042
Muhammad Iqbal 1910125210014
Puteri Ade Utari 1910125220017
Erisa Winda Bestari 1910125220037
Nada Azizah 1910125220077
Melly Wati 1910125220092
Esya Fatikhatul Islamy 1910125220112
Akhmad Muttaqie 1910125310078
Mira Erdiyanti 1910125320022
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT


serta sholawat dan salam tak lupa senantiasa kita hanturkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad saw yang mana atas karunia-Nya dan safaat beliau kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan IPS SD 2 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung
Mangkurat, dengan materi pembahasan tentang Pendekatan Inquiry, Problem
solving, dan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM).
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Akhmad Riandy Agusta,
M.Pd. selaku dosen pengampu beserta pihak-pihak yang sudah mendukung
penulisan makalah ini. Kami pun sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan guna
menjadikan makalah ini menjadi lebih sempurna. Kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin Yarobbal Aalamiin.

Banjarmasin, Februari 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Strategi Pembelajaran..............................................................3
B. Pengertian Pendekatan yang Tepat untuk Pembelajaran IPS di SD..........5
C. Pendekatan IPS di Kelas Tinggi..............................................................17
D. Analisis Pendekatan Inquiry, Problem solving, dan Sains Teknologi dan
Masyarakat (STM).............................................................................................23
BAB III PENUTUP...............................................................................................34
A. Kesimpulan..............................................................................................34
B. Saran........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Dalam sebuah pendekatan, pastinya tidak terlepas dari sebuah kegiatan
yang berhubungan dengan teknologi dan masyarakat. Kedua kegiatan tersebut
dapat dikatakan sebagai aspek dasar dalam pembelajaran. Oleh karena itu
seorang guru harus mampu memiliki ketrampilan, kompetensi dalam
mengembangkan srategi pembelajaran.
Kemampuan inquiry, problem solving pada dasarnya merupakan
hakikat tujuan pembelajaran yang menjadi sebuah kebutuhan peserta didik
dalam menghadapi kehidupan nyata .
Guru yang berperan sangat penting dalam proses Pendidikan,
khususnya dalam proses belajar mengajar harus memiliki rancangan
pembelajaran yang efektif guna menghasilkan siswa -siswa yang kompeten
dan siap menghadapi persaingan global. Pembelajaran harus direncanakan dan
dikreasikan secara lebih matang agar siswa tidak hanya dapat menghafal,
tetapi juga dapat memahami dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu maka diperlukan landasan pengetahuan dengan
menerapkan macam-macam metode seperti metode inquiry, problem solving
dan sains teknologi dan masyarakat (STM).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari strategi pembelajaran?
2. Apa saja pengertian dari pendekatan pembelajaran yang tepat untuk
pembelajaran IPS di SD ?
3. Bagaimana pendekatan IPS di kelas tinggi ?
4. Bagaimana cara menganalisis pendekatan inquiry,problem solving dan
sains teknologi dan masyarakat (STM)?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari strategi pembelajaran
2. Mengetahui pendekatan pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran IPS
3. Mengetahui pendekatan pembelajaran IPS dikelas tinggi.

1
4. Mengetahui tujuan dari pendekatan inquiry,problem solving dan sains
teknologi dan masyarakat (STM).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran IPS di SD


Strategi pembelajaran adalah suatu langkah-langkah kegiatan yang
dilakukan oleh seorang guru/pendidik dalam sebuah proses pembelajaran
untuk dapat mentransfer suatu pemahaman materi pada mata pelajaran tertentu
kepada para peserta didiknya sehingga tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan dapat berhasil dan mendapatkan hasil yang optimal.
Strategi pembelajaran IPS adalah suatu langkah-langkah kegiatan yang
dilakukan seorang guru/pendidik dalam sebuah proses belajar mengajar untuk
dapat mentransfer suatu pemahaman materi mapel IPS kepada para peserta
didiknya sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat berhasil
dan mendapatkan hasil yang optimal.
1. Arah Pengembangan Mutu Pembelajaran IPS
Strategi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam
meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam meningkatkan "kualitas
belajar", dapat dirumuskan beberapa masalah secara umum, baik
permasalahan maupun alternatif pemecahannya, ke arah memperkuat
kualitas pembelajaran peserta didik yang akhimya dapat diperkuat strategi
pembelajaran IPS. Pengembangan program dan materi pada pembelajaran
IPS, lebih banyak memuat aspek pengetahuan, dan belum secara
terintegrasi mengembangkan bahan-bahan secara langsung yang aktual
dari masyarakat, sehingga materi strategi pembelajaran yang disajikan
tidak diperkaya dengan improvisasi muatan lokal, schingga kurang
dirasakan kontekstual dengan perubahan sosial budaya. (Suwarma: 2000).
Pandangan itu dan sikap guru sebagai pengembang kurikulum ternyata
mereka pada umumnya memperlakukan kurikulum sebagai target utama
dan harga mati, menempatkan guru lebih berperan sebagai pelaksana
kurikulum dari pada pengembang kurikulum. Peran ini semakin kuat
terhadap orientasi pencapaian nilai ujian nasonal, memberikan dampak
terhadap pengembangan materi bagi strategi pembelajaran IPS.
Kesenjangan dalam proses strategi pembelajaran yang terjadi dalam

3
strategi pembelajaran IPS, terletak pada peningkatan kualitas kemampuan
belajar a didik, proses hapalan lebih kuat dari pada pengembangan berpikir
dan nilai. Temyata hal ini diperkuat pula, dengan orientasi pada evaluasi
yang lebih menekankan aspek pengetahuan. Proses strategi pembelajaran
menjadi lemah dan tidak banyak memberikan pengalaman bagi peserta
didik, untuk dapat mengaktualkan hasil belajar dalam kehidupan sehari-
hari. Pemaknaan terhadap peserta didik termyata masih lemah, yang
berdampak guru lebih banyak berperan aktif dari pada peserta didik.
Faktor budaya temyata merupakan faktor penghambat yang cukup kuat
dalam melaksanakan pendekatan belajar siswa aktif, untuk dikembangkan
dalam strategi pembelajaran IPS pada strategi pembelajaran IPS. Proses
strategi pembelajaran direkayasa untuk mencapai tujuan, yang berakibat
pengalaman belajar peserta didik kurang mendapatkan penekanan. Hal ini
semakin kuat dengan tumbuhnya pandangan, bahwa proses strategi
pembelajaran identik dengan proses pencapaian target kurikulum. dalam
strategi pembelajaran tersebut. Kondisi ini diperkuat dengan orientasi yang
lebih menekankan pada tujuan dari pada proses belajar. Analisis hasil
belajar dikaitkan dengan tuntutan masyarakat, yang dapat disimpulkan
dalam meningkatkan mutu strategi pembelajaran IPS, hendaknya lebih
menekankan pada indikator kemampuan belajar peserta didik dari pada
orientasi pemenuhan pasar lapangan kerja, mengingat sebagai bagian
utama dari strategi pembelajaran IPS lebih berfungsi dalam memberikan
pemetaan dan keadilan dalam pendidikan. Buku digunakan sebagai media
yang paling utama dalam PBM, sekaligus sebagai sumber dan bahan
belajar siswa. Secara kuantitas, buku IPS mencukupi dan mudah diperoleh,
namun kualitasnya masih rendah, lebih banyak memuat informasi fakta,
sedikit sekali berisi konsep dan nilai serta pengembangan kemampuan
berpikir.

Materi dicari oleh Puteri Ade Utari dan Esya Fatikhatul Islamy

4
B. Pembelajaran yang Tepat untuk Pembelajaran IPS di SD
a. Pendekatan Inquiry Learning

1. Pengertian Inqury Learning

Kata “Inquiry” berasal dari bahasa inggris yang berarti mengadakan


penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan (Echols dan
Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut Gulo (2005:84) inkuiri berarti
pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Sumantri (1999:164), menyatakan
bahwa metode inquiry adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan
guru.

Metode inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri


siswa, dan menempatkan siswa dalam suatu peran yang menuntut inisiatif besar
dalam menemukan hal-hal penting untuk dirinya sendiri.

Menurut Carin and sund dalam Ahmadi (2005:108), metode inquiry


didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki masalah
secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuan mereka dengan rasa percaya diri.

Trowbridge & Bybee (1986) mengemukakan “Inquiry is the process of


defining and investigating problems, formulating hypotheses, designing
experiments, gathering data, and drawing conculations about problems”.

Menurut mereka inquiry adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki


masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan
data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut,
dikemukakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan atau
suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan
secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.

Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karena
inquiry menuntut peserta didik untuk berpikir. Metode ini menempatkan peserta

5
didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Meskipun
metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang
peran penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban
menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadangkala guru perlu
menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan intruksi-intruksi, melontarkan
pertanyaan, memberikan komentar dan saran kepada peserta didik.

National Science Education Standards (NSES) mendefinisikan inkuiri sebagai


aktivitas beraneka ragam yang meliputi observasi, membuat pertanyaan,
memeriksa buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah
diketahui; merencanakan investigasi; memeriksa kembali apa yang telah diketahui
menurut bukti eksperimen; menggunakan alat untuk mengumpulkan,
menganalisa, dan menginterpretasikan data, mengajukan jawaban, penjelasan dan
prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Inkuri memerlukan identifikasi asumsi,
berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.

Kata “Inquiry” berasal dari Bahasa Inggris yang berarti mengadakan


penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan” (Echols dan
Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut “Gulo (2005:84) inkuiri berarti
pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan”. Alfred Novak (Haury, 1993)
mendefinikan bahwa “inquiry merupakan usaha manusia untuk menjelaskan
secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu”. Dengan
kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif pencarian
pengetahuan untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993).

Pendekatan IBL adalah suatu pendekatan yang digunakan dan mengacu pada
suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan (informasi), atau
mempelajari suatu gejala. Pembelajaran dengan pendekatan IBL selalu
mengusahakan agar siswa selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang
disajikan guru bukan begitu saja diberitahukan dan diterima oleh siswa, tetapi
siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai
pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang
direncanakan oleh guru.

6
Inquiry Based Learning (IBL) adalah sebuah teknik mengajar di mana guru
melibatkan siswa di dalam proses belajar melalui penggunaan cara-cara bertanya,
aktivitas problem solving, dan berpikir kritis. Hal ini akan memerlukan banyak
waktu dalam persiapannya. Inquiry Based Learning biasanya berupa kerja
kolaboratif. Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok
diberi sebuah pertanyaan atau permasalahan yang akan mengarahkan semua
anggota kelompok bekerja bersama mengembangkan proyek berdasarkan
pertanyaan tersebut untuk menemukan jawabannya. Karena inquiry- based
learning berbasis pertanyaan, maka guru harus menyiapkan pertanyaan yang
bersifat terbuka sehingga siswa dapat mengembangkan pikirannya. Siswa harus
diberi kesempatan untuk mencoba menemukan sendiri konsep yang diajarkan.
Lebih dari itu, jika siswa juga diberi kesempatan untuk mengukur kemajuan
belajarnya sendiri, maka hal ini akan membantu mereka belajar.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa inkuiri


merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah,
merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, megumpulkan dan
menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam pembelajaran inkuiri ini
siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan masalah yang
diberikan guru.

Materi dicari oleh Nizmatullayla

2. Kelebihan dan kekurangan

a. Kelebihan

Menurut Dimyati (2000:45), kelebihan dari model pembelajaran


Inquiry learning adalah sebagai berikut

1) Kemungkinan yang besar untuk membantu memperbaiki atau


memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses
kognitif siswa.
2) Memungkinkan pengetahuan yang melekat erat pada diri siswa.
3) Menimbulkan gairah belajar pada siswa
4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan

7
5) Menyebabkan siswa termotivasi untuk belajar
6) Membantu memperkuat konsep diri siswa
7) Berpusat pada siswa, berperan sebagai fasilitator dan
pendinamisator dari penemuan
8) Membantu perkembangan siswa
9) Tidak menjadikan guru atau satu-satunya sumber belajar
b. Kekurangan

Dimyati (2000:46), mengemukakan kekurangan model pembelajaran


Inquiry adalah sebagai berikut.

1) Mempersyaratkan suatu proses persiapan kemampuan berfikir yang


dapat dipercaya
2) Kurang efektif mengajar siswa dalam jumlah yang banyak
3) Memerlukan fasilitas yang memadai
4) Kebebasan yang diberikan kepada peserta didik tidak selamanya
dapat dimanfaatkan secara optimal

Sejalan dengan pendapat tersebut Nanang Hanafiah (2009:79)


mengemukakan pula kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
Inquiry sebagai berikut ini

a. Kelebihan
1) Membantu pesertadidik untuk mengembangkan, kesiapan, serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.
2) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara Individual sehingga
dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya
3) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik
untuk belajar lebh giat lagi.
4) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuan dan minat masing-masing
5) Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan
proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada
peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas.
b. Kekurangan

8
1) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa
harus berani dan berkeinginnan untuk mengetahuai keadaan
sekitarnya dengan baik
2) Keadaan kelas di kita keadannya banyak jumlah siswanya, maka
metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.
3) Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan proses belajar-
mengajar gaya lama maka metode Inquiry ini akan mengecewakan
4) Ada kritik, bahwa proses dalam metode Inquiry terlalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembangan sikap dan keterampilan bagi siswa

Materi dicari oleh Nada Azizah

3. Langkah-langkah Metode Inquiry Learning

Adapun langkah-langkah model pembelajaran inquiry adalah mengamati,


merumuskan masalah, merumuskan hipotesis atau dugaan awal, mengumpulkan
data atau informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah, menguji atau
mencari kebenaran dugaan awal dengan mengolah informasi atau data yang ada,
dan menarik kesimpulan (Majid, A., 2014). Langkah-langkah pembelajaran
inquiry berkaitan dengan pembelajaran penemuan terbimbing yang juga
memfasilitasi siswa dalam merumuskan masalah, memberikan dugaan,
mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan, mengolah data untuk
membuktikan kebenaran dugaan yang telah dibuat sebelumnya dan
menyampaikan gagasan dalam membuat kesimpulan (Putra, A., Syarifuddin, H.,
& Zulfah, 2018).Pada langkah-langkah model pembelajaran inquiry siswa terlebih
dahulu diminta untuk mengamati permasalahan yang diberikan. Selain itu, pada
proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inquiry, guru tidak
hanya mempersiapkan materi pembelajaran yang harus dikuasai melainkan
merancang proses pembelajaran yang baik yang bisa membuat siswa menemukan
materi yang harus dipahami. Pada proses pembelajaran inquiry, siswa akan
dihadapkan dengan suatu masalah yang harus dipecahkan dan diselesaikan secara

9
kelompok. Dengan demikian, akan tercipta suasana belajar yang membuat siswa
berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya menuntut
siswa untuk menguasai materi atau pengetahuan saja, tetapi lebih menuntut
hubungan tentang apa yang dipelajari siswa yang dapat berguna dalam
kehidupannya.

Materi dicari oleh Nizmatullayla dan Nada Azizah

B. Problem Solving

1. Pengertian Problem Solving

Secara bahasa problem solving berasal dari dua kata yaitu problem dan
solves. Makna bahasa dari problem yaitu “a thing that is difficult to deal with or
understand” (suatu hal yang sulit untuk melakukannya atau memahaminya), dapat
jika diartikan “a question to be answered or solved” (pertanyaan yang butuh
jawaban atau jalan keluar), sedangkan solve dapat diartikan “to find an answer to
problem” (mencari jawaban suatu masalah).
Sedangkan secara terminologi problem solving seperti yang diartikan
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain adalah suatu cara berpikir secara ilmiah
untuk mencari pemecahan suatu masalah.1 Sedangkan menurut istilah Mulyasa
problem solving adalah suatu pendekatan pengajaran menghadapkan pada peserta
didik permasalahan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara
berpikir kritis dan keterampilan permasalahan, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep esensial dari materi pembelajaran.2 Metode problem
solving yang dimaksud adalah suatu pembelajaran yang menjadikan masalah
kehidupan nyata, dan masalah-masalah tersebut dijawab dengan metode ilmiah.

Rasional dan sistematis. Mengenai bagaimana langkah-langkah dalam


menjawab suatu masalah secara ilmiah, rasional dan sistematis ini akan penulis
dalam sub bab di bawah.
Pembelajaran dengan problem solving ini dimaksud agar siswa dapat
menggunakan pemikiran (rasio) seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya
tangkapnya. Sehingga siswa terlatih untuk terus berpikir dengan menggunakan
kemampuan berpikirnya.3 Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan

10
menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab
pertanyaan dan masalah. Dalam berpikir rasional siswa dituntut menggunakan
logika untuk menentukan sebab-akibat, menganalisa, menarik kesimpulan, dan
bahkan menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan.
Dari berbagai pendapat di atas metode problem solving atau sering juga
disebut dengan nama metode pemecahan masalah merupakan suatu cara mengajar
yang merangsang seseorang untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam
kesatuan struktur atau situasi di mana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri.
Metode ini menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi-
relasi diantara berbagai data, sehingga pada akhirnya dapat menemukan kunci
pembuka masalahnya.

Materi dicari oleh Nizmatullayla

2.Kelebihan dan kekurangan problem solving

a) Kelebihan problem solving


1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran;
2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa;
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas siswa;
4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
b) Kelemahan problem solving
1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba;
2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan;
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusahaa untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang
mereka ingin pelajari.

11
Materi dicari oleh Nada Azizah

3. Langkah-langkah metode problem solving

Ada empat tahap proses pemecahan masalah menurut Savage dan


Amstrong (dalam Sapriya) sebagai berikut.

1) Mengenal adanya masalah,


2) Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahannya,
3) Memilih dan menerap-kan pendekatannya,
4) Mencapai solusi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pemecahan secara instinktif merupakan bentuk tingkah laku yang tidak


dipelajari, seringkali berfaedah dalam situasi yang luar biasa. Dalam situasi yang
terjepit, baik manusia maupun binatang, dapat menggunakan cara coba-coba,
salah, mencoba lagi (trial and error) untuk memecahkan masalahnya. Akan tetapi
taraf problem solving pada manusia lebih tinggi karena manusia sanggup
memecahkan masalah dengan rasio (akal), disamping memiliki bahasa. Oleh
karena itu manusia dapat memperluas pemecahan masalahnya di luar situasi
konkret.

Materi dicari oleh Nizmatullayla dan Nada Azizah

C. Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)

1. Pengertian Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)

Pendekatan S-T-M pada awalnya merupakan salah satu pendekatan yang


ditujukan untuk pendidikan ilmu alam (natural science education). Pertama kali
berkembang di Amerika Serikat, selanjutnya di Inggris dengan nama SATIS
(Science Technology in Society), di Eropa dikembangkan EU-SATIS. Sedangkan
di Israel dengan istilah (Science Technology Environment Society) dan di negara-
negara Afrika dengan nama Science Policy. Sedangkan istilah Sains-Teknologi-

12
Masyarakat (S-T-M atau SATEMAS) sendiri pertama kali dikemukakan oleh
John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning About Science and Society.
Sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat khususnya dunia
pendidikan mempunyai hubungan yang erat. Hal ini dapat dipahami karena ilmu
pengetahuan pada dasarnya menjelaskan tentang konsep. Sedangkan teknologi
merupakan suatu seni/keterampilan sebagai perwujudan dari konsep yang telah
dipelajari dan dipahami. Dengan kata lain untuk memahami sains dan teknologi
berarti harus memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah dengan
menggunakan konsep-konsep ilmu, mengenal teknologi yang ada di masyarakat
serta dampaknya, mampu menggunakan dan memelihara hasil teknologi, kreatif
membuat hasil teknologi sederhana, dan mampu mengambil keputusan
berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakatnya.

Hubungan saling mempengaruhi dan ketergantungan antara sains,


teknologi dan masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1: Hubungan antara Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Masyarakat


Diadaptasi dari Fajar (2003).

Definisi S-T-M menurut The National Science Teachers Association


(NSTA) adalah belajar dan mengajar sains dalam konteks pengalaman manusia.
Sedangkan Poedjiadi (2005:47) mengatakan bahwa pembelajaran S-T-M berarti
menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan S-T-M
merupakan suatu strategi pembelajaran yang memadukan pemahaman dan

13
pemanfaatan sains, teknologi dan masyarakat dengan tujuan agar konsep sains
dapat diaplikasikan melalui keterampilan yang bermanfaat bagi peserta didik dan
masyarakat.

Menurut Fajar (2003:108), mengemukakan pada umumnya S-T-M


memiliki karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak.
b. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk
mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
c. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
d. Perpanjangan belajar di luar kelas dan sekolah.
e. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
f. Suatu pandangan bahwa isi dari pada sains bukan hanya konsep-konsep saja
yang harus dikuasai siswa dalam tes.
g. Penekanan pada keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakannya
dalam memecahkan masalah.
h. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
i. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia
mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentiflkasikan.
j. Identifikasi sejauhmana sains dan teknologi berdampak di masa depan.
k. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.
Dari karakteristik S-T-M yang dikemukakan Yager, dapat dikatakan
bahwa pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan S-T-M diawali
dengan isu dan isu itulah yang merupakan ciri utamanya. Karena dengan
mengemukakan isu mendorong peserta didik untuk mencari jawaban atau
memecahkan masalah yang diakibatkan oleh isu tersebut. Dalam memecahkan
masalah peserta didik akan mencari informasi dari berbagai sumber, bukan hanya
di dalam kelas melainkan di luar kelas dengan menggunakan berbagai cara
termasuk memanfaatkan teknologi. Dengan demikian peserta didik belajar
menemukan dan menyusun sendiri pengetahuan yang diperolehnya dari proses

14
belajar yang dilakukannya. Selain itu proses belajar juga merupakan kesempatan
bagi peserta didik untuk dapat berpartisipasi sebagai warga negara.

Materi dicari oleh Nizmatullayla

2. Kelebihan dan kelemahan sains teknologi dan masyarakat

a. Kelebihan

Menurut Maslichah (2006:81) bahwa nilai tambah dalam pendekatan STM


adalah :
1. Dapat membuat pengajaran IPS lebih bermakna karena langsung berkaitan
dengan permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari sehingga
membuka wawasan siswa tentang peranan mata pelajaran IPS dalam
kehidupan nyata.
2. Dapat Mengaitkan pembelajaran IPS dengan perkembangan teknologi saat
ini.
3. Meningkatkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan konsep,
keterampilan proses, kreativitas dan sikap menghargai produk teknologi
serta bertanggung jawab atas masalah yang muncul di lingkungan.
4. Memperluas wawasan siswa tentang keterkaitan IPS dengan bidang studi
yang lain.
5. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara menyeluruh.
6. Dari kegiatan kelompok yang dilakukan dapat memupuk kebiasaan saling
kerjasama antar siswa.
7. Pengaplikasian suatu gagasan dapat menimbulkan rasa bangga pada diri
sendiri bahwa dirinya dapat berperan atau bermanfaat baik bagi
masyarakat maupun bagi perkembangan sains dan teknologi.
b.Kekurangan

Disamping itu ada beberapa kelemahan pendekatan STM. Namun


kelemahan ini dapat diatasi jika semua pihak yang terlibat dalam pendidikan
saling berkerjasama. Adapun kelemahan pendekatan STM ini adalah :

15
1. Dalam penerapan pendekatan STM perlu selektif dalam pemilihan topik,
karena tidak semua topik pembelajaran dapat menggunakan pendekatan
STM. Maka dari itu pendekatan STM lebih efektif dan efesien bila
diterapkan sebagai muara/puncak dari beberapa pembelajaran konsep
sebelumnya.
2. Budaya guru yang cendrung mengajar seperti apa yang pernah mereka
terima dari gurunya dan enggan berkreasi/inovasi dalam proses
pembelajaran, apalagi pendekatan STM memerlukan informasi-informasi
yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan STM.
3. Sistem penilaian yang diterapkan secara nasional cendrung berorientasi
pada aspek kognitif saja.

Materi dicari oleh Nada Azizah

3. Langkah-langkah metode sains teknologi dan masyarakat

Menurut Maslichah Asyari (2006:67) langkah pembelajaran dengan


menggunakan pendekatan STM dalam tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap Invitasi
Menyampaikan isu atau masalah aktual yang sedang berkembang di
masyarakat sekitar.
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini siswa melalui aksi dan reaksinya sendiri berusaha
memahami/mempelajari situasi baru atau yang merupakan masalah baginya.
Dapat ditempuh dengan cara membaca buku, mendengar berita di radio, melihat
TIV, diskusi dengan sesama teman atau wawancara dengan masyarakat atau pun
melakukan observasi langsung ke lapangan.
3. Tahap Solusi
Siswa menganalisa terjadinya fenomena dan mendiskusikan bagaimana
cara pemecahan masalahnya. Dengan kata lain siswa mengenal dan membangun
konsep baru yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Untuk

16
memantapkan konsep yang diperoleh siswa tersebut, guru perlu memberikan
umpan balik/peneguhan.
4. Tahap Aplikasi
Pada tahap ini siswa mendapat kesempatan untuk menggunakan konsep
yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Siswa membuat karangan
singkat, poster, karikatur, dari penyelesaian suatu masalah.
Masyarakat (STM) memiliki langkah-langkah atau tahap pembelajaran
yang sudah baku.
Poedjiadi (2005) membagi langkah STM ke dalam lima langkah, yaitu:
(1) invitasi,
(2) pengembangan konsep,
(3) aplikasi konsep dalam kehidupan,
(4) pemantapan konsep, dan
(5) evaluasi.
Pada tahap ini siswa mendapat kesempatan untuk menggunakan konsep
yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Siswa membuat karangan
singkat, poster,karikatur, dari penyelesaian suatu masalah.

Materi dicari oleh Nizmatullayla dan Nada Azizah

C. Pendekatan IPS di Kelas Tinggi


Dalam proses pembelajaran khususnya pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,
ada banyak persiapan sebelumnya. Salah satunya memilih pendekatan untuk
menunjang kegiatan proses pembelajaran. Namun tidak semua pendekatan
cocok dan sesuai dengan materi dan tingkatan kelas. Berikut beberapa
pendekatan yang menurut kelompok kami dapat di terapkan pada
pembelajaran IPS di kelas tinggi dan implementasinya

1. Pendekatan Inquiry Learning


a. Alasan

17
Menurut kelompok kami mengapa pendekatan Inquiry Learning
dapat digunakan pada pembelajaran IPS di kelas tinggi karena dalam
Karakteristik pembelajaran IPS kelas tinggi di Sekolah Dasar (SD) adalah
menuntut tingginya aktivitas siswa, kemampuan siswa dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti melakukan proses
penyelidikan, melakukan pemecahan masalah dan sebagainya.
b. Implementasi Pada pembelajaran IPS
Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, guru perlu
memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk belajar memecahkan
masalah. Masalah perlu dicarikan jalan keluarnya, bukan dihindari.
Menghindari masalah sama halnya dengan kehilangan kesempatan untuk
membina diri agar terbiasa dengan memecahkan masalah. Untuk itu dalam
pembelajaran yang menggunakan pendekatan inkuiri ini, peran guru
sangat penting untuk merancang pembelajaran dalam bentuk problem atau
masalah.
Pada umumnya pendekatan pembelajaran inkuiri dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Orientasi Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi
adalah :
a. Menjelaskan topic, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapai oleh peserta didik.
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan
peserta didik untuk mencapai tujuan
c. Menjelaskan pentingnya topic dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar bagi
peserta didik.
2. Perumusan Masalah Dalam pelaksanaan penelitian, langkah
3. Mengajukan Hipotesis
4. Mengupulkan Data
5. Menguji Hipotesis
6. Merumuskan Kesimpulan

Materi dicari oleh Erisa Winda Bestari

18
1. Problem Solving
a. Alasan

Model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan materi pelajaran


akan menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas, sehingga tercapai
kompetensi yang telah ditentukan. Untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran IPS , maka seorang
guru yang efektif memiliki kemampuan mengunakan variasi model
pembelajaran. Model Pembelajaran Problem solving adalah model
pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan cara menghadapkan
peserta didik tersebut dengan berbagai masalah kehidupan, tujuannya
merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah. Ada berbagai macam
metode pembelajaran yang cocok diterapkan pada pembelajaran IPS di
kelas tinggi salah satunya adalah metode problem solving karena metode
ini memiliki beberapa keunggulan antara lain: mengarahkan siswa dalam
berfikir ilmiah, kritis dan analitis serta siswa akan mampu bertindak aktif
dan mandiri dalam menghadapi dunia nyata. Sejalan dengan pengartian,
metode dan langkah-langkah metode problem solving memiliki manfaat
yang berguna untuk mengembangkan sikap atau keterampilan siswa untuk
mampu memecahkan suatu permasalahan yang dihadapinya serta
mengambil keputusan secara objektif dan mandiri. Siswa mampu
mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Berfikir tidak hanya
bertambahnya pengetahuan saja tetapi proses berfikir bahkan terjadi secara
berurutan seperti mengumpulkan data, membaca data, memilih alternatif
pemecahan sampai penerapan yang membutuhkan latihan dan pembiasaan

Tujuan utama penggunaan metode problem solving menurut Jusuf


Djajadisastra dalam Syulasmi, (2001: 108) adalah mengembangkan
kemampuan berfikir terutama dalam mencari sebab akibat dan tujuan suatu
masalah. Memberi pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai dan
bermanfaat bagi kepentingan hidup sehari-hari, mengembangkan
kemampuan berfikir kritis, logis, dan analitis serta mengembangkan

19
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah serta mengambil
keputusan secara objektif dan rasional. Sehingga pendekatan pembelajaran
problem solving cocok untuk pembelajaran IPS di kelas tinggi karena
siswa di kelas tinggi memiliki kemampuan berfikir kritis, logis, dan
analitis.

b. Implementasi problem solving

Secara Sederhana langkah penerapan atau Implementasi Model


Pembelajaran Berbasis masalah atau Problem Solving dalam kegiatan
belajar mengajar adalah sebagai berikut: 1) Siswa dibantu guru
mempersiapkan dan merumusakan masalah yang akan diteliti, 2) Siswa
mencoba menentukan alternatif pemecahan masalah tersebut; 3) Siswa
mengumpulkan informasi sesuai alternatif permasalahan yang telah
ditetntukan; 4) siswa membuat simpulan; 5) siswa mempersentasikan
simpulan tersebut. Dengan cara tersebut diharapkan anak-anak didik untuk
berpikir dan bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah. Metode ini lebih
tepat digunakan di kelas tinggi.

Materi dicari oleh Melly Wati

1. Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)


a. Alasan
Menurut kelompok kami pendekatan ini dinilai mampu mendorong siswa
memecahkan masalah dengan memanfaatkan sains dan teknologi serta
kondisi masyarakat yang ada di lingkungannya, sehingga kami merasa
pendekatan ini juga akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Materi dicari oleh Erisa Winda Bestari

b. Implementasi STM

20
Dalam penerapan atau implementasinya, terdapat 4 fase. Keempatanya
adalah :

1. Invitasi
2. Eksplorasi
3. Eksplanasi
4. Aksi 

Sedangkan untuk detailnya, secara umum adalah seperti berikut : 

No Fase Penjelasan
1 Invitasi Pada fase pertama ini (invitasi) guru mengundang siswa untuk
aktif dalam pembelajaran. Guru mulai menggali isu atau masalah
dari siswa. Untuk melakukan ini guru dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk
memunculkan permaslahan. Jika penggalian isu atau masalah dari
siswa ini sukses, maka siswa akan lebih mudah termotivasi dalam
mengikuti tahapan pembelajaran berikutnya.

Selanjutnya guru mencoba membantu siswa untuk


menghubungkan pembelajaran baru yang akan mereka jalani
dengan pembelajaran sebelumnya, yang kemudian dilanjutkan
dengan penjelasan tentang materi pokok pembelajaran dan
manfaat praktis yang akan didapat bila mempelajarinya dengan
baik.
2 Eksplorasi Pada fase kedua (eksplorasi), siswa di bawah arahan dan fasilitasi
guru membentuk kelompok-kelompok yang selanjutnya setiap
kelompok akan mencoba merancang dan melakukan kegiatan

21
eksperimen atau percobaan untuk mengumpulkan data.

Pada tahapan ini mereka akan berlatih menggunakan keterampilan


proses sains. Selain itu siswa juga akan diajak untuk lebih
mempertajam bagaimana melakukan kerja ilmiah dan efeknya,
mereka akan memiliki sikap ilmiah. Fase kedua ini kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok untuk menarik
kesimpulan berdasarkan hasil yang telah mereka peroleh melalui
kegiatan percobaan atau eksperimen
3 Eksplanasi Pada fase ketiga (pengajuan eksplanasi dan solusi) siswa akan
berusaha membangun sendiri pengetahuannya (sesuai dengan teori
konstruktivisme). Mereka akan berdiskusi dan mencoba
menjelaskan apa yang sedang terjadi, atau mengapa sesuatu bisa
terjadi, selanjutnya mereka akan mencoba menemukan solusi atau
pemecahan masalah.

Dalam hal ini, tentu saja solusi atau pemecahan masalah yang
diberikan sesuai dengan informasi-informasi yang mereka peroleh
dari kegiatan eksplorasi (fase 2). Pada kegiatan belajar di fase 3
ini, guru dapat membantu kelompok-kelompok dengan
mengarahkan mereka apabila tengah menuju kepada kesimpulan
yang bias atau bahkan keliru. Guru dapat membantu mengarahkan
mereka agar penjelasan (ekplanasi) dan penentuan solusi
(pemecahan masalah) didasarkan pada informasi yang telah
mereka dapatkan.
4 Aksi Pada fase keempat (tindak lanjut) yang merupakan fase terakhir
dari penerapan pendekatan STM (sains teknologi dan masyarakat)
ini, guru membantu siswa untuk menjelaskan fenomena alam
berdasarkan konsep-konsep yang baru saja mereka bangun.

Selain itu juga membantu siswa menjelaskan berbagai aplikasi


untuk memberikan makna terhadap informasi yang baru saja
mereka peroleh, dan melakukan refleksi terhadap pemahaman

22
konsep.

Materi dicari oleh Melly Wati

D. Cara Menganalisis Pendekatan Inquiry, Problem Solving dan Sains


Teknologi Masyarakat (STM)
1. Analisis Pendekatan Inquiry
Dalam praktik pembelajaran, pada dasarnya pendekatan inkuiri adalah
menggunakan konstruktivistik, di mana setiap mahasiswa sebagai subjek
belajar dibebaskan untuk menciptakan makna dan pengertian baru
berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dipercayai,
dengan fenomena ide atau informasi baru yang dipelajari. Dengan
demikian dalam proses belajar mahasiswa telah membawa pengertian dan
pengetahuan awal yang harus ditambah, dimodifikasi, diperbaharui,
direvisi, dan diubah oleh informasi baru yang diperoleh dalam proses
belajar.
Proses belajar tidak dapat dipisah dari aktivitas dan interaksi karena
persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Pengetahuan tidak
dapat dipisahkan dari aktivitas di mana pengetahuan itu dikonstruksikan
dan di mana makna diciptakan serta dari komunitas budaya di mana
pengetahuan di desiminisasikan dan di terapkan.Dalam pembelajaran
pendekatan inkuiri ini mahasiswa akan dihadapkan pada suatu
permasalahan yang harus dimati, dipelajari, dan dicermati yang pada
akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep mata kuliah dalam
kegiatan pembelajaran. Secara logika apabila mahasiswa meningkatkan
partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran, maka secara otomatis akan
meningkatkan pemahaman konsep materi pembelajaran, dan pada
akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar.
Untuk mengungkapkan proses pembelajaran tersebut dosen atau guru
harus mengumpulkan dan menangkap data yang berupa fenomena dan
bahasa verbal (kata-kata,kalimat,ungkapan) serta sedikit data kuantitatif
yang merupakan hasil tes guna, mendukung kekuatan yang berupa bahasa
verbal (kata, kalimat, maupun fenomena). Data yang terkumpul dianalisis
secara induktif dan kualitatif, interpretatif, untuk menggambarkan
seberapa besar tingkat partisipasi mahasiswa dalam mengikuti
perkuliahan.

23
Materi dicari oleh Akhmad Muttaqie

2. Analisis Pendekatan Problem Solving


a. Pengertian Pendekatan Problem Solving
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, didalamnya mewadahi,menginspirasi, menguatkan dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu . Menurut
Erman Suherman (Dalam Ariska : 2017) pendekatan pembelajaran
ialah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar
konsep yang disajikan bias beradaptasi dengan siswa.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siwa memperoleh pengalaman
menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki
untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin.
Pendekatan problem solving member kesempatan kepada siswa
untuk menemukan penyelesaian dari masalah tersebut, maka mereka
akan memperoleh kepuasan tertentu. Sehinggah siswa akan lebuh
termotivasi mempelajari prisip-prinsip atu konsep yang diberikan.
Dalam menyelesaiakan masalh siswa perlu dilatih utnuk mendapatkan
langkah-langkah penyelesaian secara teratur,sistimatis dan penarikan
kesimpulan secara sah berdasarkan kaidah yang telah ditetapkan.
Pendekatan Problem solving dalam pembelajaran menekankan
pada pemahaman terhadap permasalahan, kemudian mencari
penyelesaian dan menyelesaikan permasalahan serta melakukan
evaluasi kembali penyelesaian yang di lakukan.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving
membimbing siswa untuk menyelesaikan permasalahan matematika
yang membentuk langkah-langkah yang jelas untuk mendapatkan
hasilnya, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri,
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, menumbuhkembangkan
keterampilan yang tinggi dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
Mengajar dengan menggunakan pendekatan problem solving adalah
cara mengajar dengan membimbing siswa untuk menyelesaikan soal
yang diberikan dengan tidak didahului dengan adanya contoh yang
relevan dan mengarahkan unutk mendapatkan hasilnya. Dalam arti
bahwa belajar dengan pendekatan problem solving materi yang
disampaikan masih merupakan masalah diserahkan kepada siswa
untuk menyelesaikannya.

24
Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendekatan problem solving merupakan pencarian solusi dari suatu
permasalahan dengan menggunakan identifikasi, mengeksplorasi,
mencari langkah-langkah pemecahan dan akhirnya menemukan solusi
tersebut serta mengevaluasi solusi dari permasalahan tersebut.

b. Tujuan Pendekatan Problem Solving


Hudoyo (Dalam Anwar Bey & Asriani : 2013)
mengemukakan bahwa tujuan dari pembelajaran problem solving
adalah.
a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan
kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali
hasilnya,
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah
intrinsik bagi siswa,
c. Potensi intelektual siswa meningkat,
d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui
proses melakukan penemuan.

c. Teori-teori yang Mendukung pendekatan Problem Solving


Beberapa teori-teori belajaar yang berkaitan dengan mendukung
pedekatn pemecahan masalah antara lain:
a. Teori belajar yang dikemukakan Gagne (Dalam Mumun : 2019)
bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan
melalui pemecahan masalah, hal ii dapt di pahami sebab
pemecahan masalah merupakan tipe belajar palin tinggi dari
delapan tipe yang dikemukakan Gagne. Pemecahan masalah
banyak disenangi oleh para ahli-ahli pendidikan. Proses pemecahan
masalah menghasilkan lebih banyak prinsip yang dapat membantu
dalam pemecahan masalah selanjutnya. Pelajaran matematika yang
pernah kita hadapi pada umumnya dterdiri dari masalah. Untuk
menemukan pemecahan terdapat masalah biasa dilengkapi dengan
belajar prinsip-prinsip kemudian mennggunkan untuk memecahkan
apa yang dinamakan masalah.
b. Teori belajar konstriktivisme yang menekankan bagaimana siwa
harus mebangun sendiri pengetahuannya serta menerapakan ide-ide
mereka dalam memecahkan masalah.
c. Teori belajar bermakna David Ausebel . belajar bermakna
merupakan suatu proes dikaitkannya informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kongitif seseorang.
d. Teori penemuan Jerome Bruner. Bruner menyarankan agar
siswa-siwa hendaknya belajar melalui konsep-konsep dan prinsip-

25
prinsip, agar meraka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman
dan melakukan eksperiment yang mengizinkan mereka untuk
menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.

d. Karakteristik Pendekatan Problem Solving


Menurut Taplin (dalam Sumardyono. 2007: 8) dalam problem
solving terdapat beberapa karakteristik. yaitu :
1. Adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa
2. Adanya dialog matematis dan konsesus antar siswa
3. Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah.
dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasi. dan mencoba
mengkontruksi penyelesaian
4. Guru menerima jawaban ya atau tidak bukan untuk
mengevaluasi.
5. Guru membimbing. melatih. dan menanyakan pertanyaan
tentang wawasan dan berbagi proses pemecahan masalah.
6. Sebaiknya guru mengetahui kapan ikut campur dan kapan
mundur dan membiarkan siswa munggunakan caranya sendiri
7. Problem solving dapat menggiatkan siswa untuk melakukan
generalisasi aturan konsep.

e. Kelebihan dan kelemahan pendekatan problem solving


Para ahli pendidikan mengemukakan bahwa sampai pada
saat sekarang ini belum ada pendekatan pembelajaran yang
sempurna. Dengan kata lain setiap pendekatan pembelajaran pasti
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari
pendekatan problem solving yaitu:
a. Merupakan teknik yang bagus untuk memahami isi pelajaran.
b. Belajar dengan pendekatan problem solving adalah belajar
penuh makna.
c. Dapat menimbulkan motivasi belajar bagi siswa.
d. Siswa belajar transfer konsep dan prinsip matematika ke situasi
baru
e. Mengajar siswa berpikir rasional dan lebih aktif.
f. Metode ini dapat membuat pendidikan disekolah menjadi lebih
relevan dengan kehidupan.
g. Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil.
h. Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajar siswa banyak
melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai
segi dan mencari pemecahan masalah.

26
Sedangkan kekurangan pendekatan problem solving antara lain:
a. Memerlukan waktu lama.
b. Dapat menimbulkan frustasi jika penyajiannya terlalu cepat.
c. Manakah siswa yang tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit
untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
d. Menentukan suatu masalah yang tingkat kualitasnya sesuai
dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta
pengetahuan dan pengalamanya yang telah memiliki siswa sangat
memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru.
e. Mengubah kebiasaan siawa belajar dengan mendengar dan
menerima informasi dari duru menjadi belajar dengan banyak
berfikir memecahkan permasalahan, kadang-kadang memerlukan
berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

f. Langkah-langkah pembelajaran pendekatan problem solving


Dalam menyelesaikan masalah siswa perlu dilatih untuk
mendapatkan langkah-langkah penyelesaian secara teratur,
sistematis dan penariakn kesimpulan secara sah berrdasarkan
kaidah yang telah ditetapkan. Adapun langkah-langkah dalam
menyelesaikan masalah matematika dalam penelitian menurut
Polya (dalam Mumun : 2019 ) adalah sebagai berikut:
1) Memahami masalah
Memahami masalah disini yaitu menyatakan dengan rinci tentang
apa yang diketahui, dinyatakan atau dan syarat-syarat yang harus
dipenuhi.
2) Membuat rencana penyelesaian
Membuat rencana penyelesaian yaitu mencari hubungan antara apa
yang dinyatakan dengan apa yang diketahui serta memilih strategi
pemecahan masalah.
3) Melaksanakan rencana penyelesaian
Melaksankan rencana penyelesaian di sini yaitu menyelesaikan
masalah sesuai dengan strategi pemecahan masalah yang telah
dipilih dalam pembuatan rencana penyelesaian di atas.
4) Melihat kembali penyelesaian
Melihat kembali penyelesaian berarti mengecek hasil yang
diperoleh. Apakah ada cara lain untuk mendapatkan penyelesaian
yang sama? Dan apakah hasil yang diperoleh sudah cocok dengan
permasalahan semula?

27
Selain itu terdapat pula langkah-langkah penyelesaian
masalah menurut david johnson dan johnson. Penyelesaian
masalah menurut johnson dan david ini dilakukan melalui
kelompok. Suatu masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan
dalam pelajaran diberikan kepada siswa untuk diselesaikan.
Masalah yang dipilih mempunyai sifat kontroversional, misalnya
dianggap penting (importain), urgen dan dapat diselesaikan
(solutionable). Prosedur penyelesaian adalah sebagai berikut:

a. Mendefinisikan masalah. Penemuan masalah ini di dalam kelas


dilakukan sebagai berikut:
1) Kemeukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah, baik
secara tertulis maupun secara lisan. Mintaah kepada siswa untuk
merumuskannya dalam suatu kalimat sederhana (brain stroming).
Kemudia, terimalah setiap pendapat mereka tanpa persoalan tepat
atau tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.
2) Setiap pendapat ditinjau kembali dengan meminta penjelasan
dari siswa yang bersangkutan , dipilih rumusan yang tepat, atau
dirumuskan kembali perumusan-perumusan yang kurang tepat.
Akhirnya , kelas memilih suatu perumusan yang paling tepat yang
dapat dipakai oleh semua.

b. Mendiagnosi masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah, langkah berikut ialah
membentuk kelompok kecil. Kelompok ini mendiskusikan sebab-
sebab timbulnya masalah. Menurut johnson dan david, suatu
masalah muncul karena dua faktor, yaitu:
1) Faktor-faktor yang mendorong ke arah tercapainya tujuan.
2) Faktor-faktor yang menghemat terhambatnya tujuan.

Munculnya masalah disebabkan kedua faktor itu berada


dalam keadaan seimbang. Analisis terhadap kedua faktor tersebut
disebut analisis kekuatan lapangan (AKL). AKL ini dapat
dilakukan dengan prosesdur sebagai berikut:
1) Mengadakan brain stroming agar setiap anggota kelompok
mendenfikasikan kedua macam faktor itu, faktor pendukung dalam
faktor penghemat.
2) Penyusun faktor-faktor itu secara berurutan menuruk kuatnya
pengaruh peristiwa yang aktual.
3) Suatu masalah akan dapat teratasi jika faktor penghemat
didalamnya dikurangi dan faktor pendukungnya ditingkatkan.

28
Usaha untuk mengubah kedua faktor tersebut akan lebih mudah
jika ada fasilitas yang tersedia.
4) Dicari upaya untuk mengubah kekuatan pada faktor-faktor
pendukung.
5) Memilih beberapa kemungkinan tindakan dari 3 dan 4 yang
dianggap paling memberi harapan. Kemudian disusun kembali
langkah-langkah yang sudah diplih.
6) Mempelajari kembali langkah-langkah kegiatan untuk
mengetahui seberapa jauh masing-masing langkah itu dapat
dipakai dalam penyelesaian masalah.
c. Merencanakan cara mengevaluasi keekfetifan program
penerpanaya dan kemungkinan yang dapat dilakukan dalam
prosedur evaluasi.

d. Merumuskan alternatif strategi


Pada tahap ini, kelompok mencari dan menemukan
berbagai alternatif tentang cara menyelesaikan maslah. Menurut
teori ini, perubahan-perubahan pada situasi yang aktual dapat
terjadi jika kekuatan-kekuatan yang mendukung ataupun
menghambat mengalami perubahan, sehingga tingkat
keseimbangannya berubah, ada tiga cara untuk mengubah titik
keseimbangan itu, yaitu;
1) Menambah kekuatan pada faktor pendukung.
2) Mengutangi kekuatan pada faktor penghambat.
3) Mengubah faktor penghambat menjadi factor
pendukung.
e. Menentukan dan menetapkan strategi
Setelah berbagai alternatif ditemukan oleh kelompok, maka
dipilih alternatif mana ang akan dipakai. Penyelesaian masalah ini
terdiri dua aspek, yaitu :
1) Pengambilan keputusan (decision making), yaitu suatu proses
untuk menentukan suatu plihan dari berbagai alternatif yang ada.
2) Penerapan keputusan (desicion implementasion), yaitu proses
untuk menentukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan
keputusan.

3. Analisis Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat


1. Pengertian STM
Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat STM dalam
penelitian ini berarti pendekatan pembelajaran yang
menghubungkan antara isu-isu aktual tentang sains dan teknologi
yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat dan upaya-

29
upaya pemecahan masalah terhadap isu-isu aktual tersebut. Salah
satu isu aktual yang dapat dibahas dalam pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat adalah kerusakan dan pencemaran
lingkungan.harapannya, dengan membahas isu tersebut, sikap
peduli lingkungan dapat ditanamkan pada diri siswa.
Pendekatan STM dalam pendidikan diyakini oleh pakar-
pakar di Amerika sebagai pendekatan yang tepat, sebab pendekatan
ini berusaha untuk menjembatani materi di dalam kelas dengan
situasi dunia nyata di luar kelas yang menyangkut perkembangan
teknologi dan situasi sosial kemasyarakatan. Hal ini
menggambarkan bahwa pendekatan STM dijalankan untuk
mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa depannya.
Pendekatan ini menuntut agar peserta didik diikutsertakan dalam
penentuan tujuan, perencanaan, pelaksanaan, cara mendapatkan
informasi, dan evaluasi pembelajaran. Adapun yang digunakan
sebagai penata (organizer) dalam pendekatan STM adalah isu-isu
dalam masyarakat yang ada kaitannya dengan Sains dan
Teknologi.
STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang
senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam
pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap
ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan
sehari-hari.
Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM
haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai
disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang
terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti
bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik,
tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi
terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang
penting dalam pengembangan pembelajaran di era sekarang ini.

2. Tujuan Pendekatan STM


Berdasarkan pengertian STM sebagaimana diungkapkan di
bagian sebelumnya, maka dapat diungkapkan bahwa yang menjadi
tujuan pendekatan STM ini secara umum sebagaimana
diungkapkan oleh Rusmansyah (2006: 3) adalah agar para peserta
didik mempunyai bekal pengetahuan yang cukup sehingga ia
mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah
dalam masyarakat dan sekaligus dapat mengambil tindakan
sehubungan dengan keputusan yang diambilnya.

30
Berdasarkan dua pandangan tersebut, maka dapat
disederhanakan bahwa STM dikembangkan dengan tujuan agar :
a. Peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan
topik pembelajaran di dalam kelas
b. Peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan/ perspektif
untuk mensikapi berbagai isu/ situasi yang berkembang di
masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah
c. Peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga
masyarakat yang memiliki tanggungjwab sosial.

3. Karakteristik Pendekatan STM


Yager Maslichah Asy’ari (Dalam Silvinia : 2010)
merumuskan karakteristik pendekatan STM sebagai berikut :
a. Berawal dari identifikasi masalah-masalah lokal yang ada
kaitannya dengan sains dan teknologi oleh siswa dengan
bimbingan guru.
b. Penggunaan sumber daya setempat baik sumber daya manusia
maupun material.
c. Keikutsertaan siswa secara aktif dalam mencari informasi dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari.
d. Pengidentifikasian cara-cara yang memungkinkan sains dan
teknologi untuk memecahkan masalah hari depan.
e. Dilaksanakan menurut strategi pembuatan keputusan. Setiap
harus menggunakan informasi sebagai bukti, baik untuk membuat
keputusan tentang kehidupan sehari-hari maupun keputusan
tentang masadepan masyarakat.
f. Belajar tidak hanya berlangsung di dalam kelas atau sekolah,
tetapi juga di luar sekolah atau di lapangan nyata.
g. Penekanan pada keterampilan proses yang dapat digunakan
siswa dalam memecahkan masalah mereka sendiri.
h. Membuka wawasan siswa tentang pentingnya kesadaran
karirprofesi, terutama karir yang berkaitan dengan sains dan
teknologi.
i. Adanya kesempatan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman
dalam berperan sebagai warga negara untuk memecahkan masalah-
masalah yang telah mereka identifikasi.

4. Penerapan Pendekatan STM


Pendekatan STM, sesuai dengan pengertian, tujuan dan
karakteristik yang diungkapkan sebelumnya, dalam penerapannya
di dalam kelas sesungguhnya tidak membutuhkan konsep ataupun

31
proses yang terlalu unik. Ada beberapa prinsip yang harus
dimunculkan dalam pendekatan STM menurut National Science
Teachers Association (1990:2) yaitu sebagai berikut:
a. Peserta didik melakukan identifikasi terhadap persoalan dan
dampak yang ditimbulkan dari persoalan tersebut yang muncul di
sekitar lingkungannya
b. Menggunakan s11mberdaya lokal untuk mencari informasi yang
dapat digunakan dalam penyelesaian persoalan yang telah berhasil
diidentifikasi
c. Menfokuskan pembelajaran pada akibat yang ditim~ulkan oleh
sains dan teknologi bagi peserta didik
d. Pandangan bahwa pemahaman terhadap· konten sains lebih
berharga daripada sekeda,· marnpu mengerjakan soal
e. Adanya penekanan kepada keterampilan proses yang dapat
digunakan peserta didik untuk menyelesaikan persoalannya sendiri
f. Adanya penekanan pada kesadaran berkarir, terutama karir yang
berhubungan dengan sains dan teknologi
g. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memperoleh pengalaman tentang aturan hidup bermasyarakat yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang telah
diidentifikasi

5. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan STM


Maslichah Asy’ari (Dalam Silvinia : 2010 ) menjelaskan bahwa
pendekatan STM memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut. a.
Pendekatan STM membuat pengajaran sains lebih bermakna
karena langsung berkaitan dengan permasalahan yang muncul
dalam kehidupan sehari-hari.
b. STM dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
mengaplikasikan konsep, keterampilan proses, kreativitas dan
sikap menghargai produk teknologi serta bertanggung jawab atas
masalah yang muncul di lingkungan.
c. Pendekatan STM yang berorientasi pada hand on activities
membuat siswa dapat menikmati kegiatan-kegiatan sains dengan
perolehan pengetahuan yang tidak mudah terlupakan.
d. STM memperluas wawasan siswa tentang keterkaitan sains
dengan bidang studi lain.
e. Pendekatan STM mengembangkan pembelajaran terpadu atau
integrated learning dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
secara menyeluruh. Selain itu, pendekatan STM juga memiliki
dampak pengiring sebagai berikut.

32
a) Kegiatan kerja kelompok dapat memupuk kebiasaan saling
kerjasama antar siswa.
b) Kegiatan diskusidapat memacu siswa untuk berani
mengemukakan pendapat sekaligus melatih keterampilan
siswa untuk dapat berkomunikasi dengan baik.
c) Penciptaan suatu karya atau pengaplikasian suatu gagasan
dapat menimbulkan rasa bangga pada diri siswa bahwa
dirinya dapat berperan atau bermanfaat baik bagi
masyarakat maupun bagi perkembangan sains dan
teknologi.
d) Penggunaan cara evaluasi yang kontinu dan beragam dapat
mendorong siswa untuk serius atau perhatian dalam
mengikuti pembelajaran, karena penilaian tidak hanya
menyangkut kemampuan kognitif saja melainkan juga
partisipasi dan kreativitasnya.

Akan tetapi, pendekatan Sains Teknologi Masyarakat STM


ini juga memiliki beberapa kekurangan. Seperti yang
diungkapkan oleh Singleton Maslichah Asy’ari, (Dalam
Silvinia : 2010) bahwa pembelajaran sains menggunakan
pendekatan STM dinilai “miskin” konsep sains, karena
pembahasannya secara interdisipliner sehingga tinjauan sains
cenderung hanya superfisial 47 saja. Selain itu, kebenaran sains
belum tentu sejalan dengan kebijakan politik, ekonomi atau
kebenaran moral sehingga dapat membahayakan pihak yang
lain. Oleh karena itu, pemilihan topik untuk implementasi
pendekatan SainsTeknologiMasyarakat harus selektif dan hati-
hati. Berdasarkan penjelasan tersebut,peneliti menilai
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat STM merupakan
pendekatan yang bagus diterapkan karena dapat meningkatkan
wawasan, kualitas pembelajaran, hubungan sosial, percaya diri
dan sikap menghargai produk teknologi serta bertanggung
jawab atas masalah yang muncul di lingkungan. Akan tetapi,
guru harus bersikap hati-hati dalam mengimplementasikan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat ini karena kebenaran
sains belum tentu sesuai dengan kebijakan politik, ekonomi
maupun kebenaran moral.

Materi dicari oleh Rini Wahyuni

33
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Strategi pembelajaran adalah suatu langkah-langkah kegiatan yang
dilakukan oleh seorang guru/pendidik dalam sebuah proses pembelajaran
untuk dapat mentransfer suatu pemahaman materi pada mata pelajaran tertentu
kepada para peserta didiknya sehingga tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan dapat berhasil dan mendapatkan hasil yang optimal.
Selain itu, Dalam proses pembelajaran khususnya pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial, ada banyak persiapan sebelumnya. Salah satunya memilih
pendekatan untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran. Namun tidak
semua pendekatan cocok dan sesuai dengan materi dan tingkatan kelas.
Untuk melakukan Pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran IPS di SD
adalah melalui pendekatan Inquiry, Problem solving dan Sains Teknologi dan
Masyarakat (STM).

B. Saran
Kita sebagai calon guru perlu memberikan dorongan serta motivasi kepada
peserta didik untuk mengemukakan pandangan dan pendapatnya. Kebiasaan
untuk memperhatikan, memahami, dan menanggapi secara kritis pembicaraan
orang lain perlu dikembangkan, demikian juga anak-anak perlu diarahkan
untuk dapat menyampaikan kritis secara sopan, dan menerima kritik secara
terbuka. Untuk itu sebagai calon guru hendaknya kami bisa menerapkan
prinsip tersebut untuk mendapatkan kritk yang membangun.
Saran dari makalah ini adalah makalah yang kami buat ini masih perlu
untuk diperbaiki, karena pada penulisan makalah ini diperlukan ketepatan dan
ketelitian yang tinggi. Oleh sebab itu, kami mengharapkan saran, pendapat
maupun kritikan terhadap makalah kami ini, supaya makalah kami ini dapat
disempurnakan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Safitri, A. (2020, December). MODEL INQUIRY LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN 4C. In Prosiding Seminar Nasional
Pascasarjana (Vol. 1, No. 01, pp. 395-401).

SARI, R. N. (2017). PENGARUH PENGGUNAAN METODE


PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP PRESTASI
BELAJAR PESERTA DIDIK MATA PELAJARAN IPS KELAS V DI
SEKOLAH DASAR ISLAM (SDI) BABADAN WLINGI BLITAR.

Suhartono, (2010) Pengemasan Sains, Teknologi Dan Masyarakat (S-T-M)


Sebagai Model Pembelajaran IPA SD. In: Seminar Nasional FMIPA-UT
2010.

Pinahayu, E. A. R. (2017). Problematika penerapan model pembelajaran problem


solving pada pelajaran matematika SMP di Brebes. Jurnal Penelitian
Pendidikan Matematika, 1(1), 77-85.

Miaz, Y. (2012). Penggunaan pendekatan sains teknologi masyarakat untuk


meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS Kelas IV SDN
01 Baringin Anam Baso Kabupaten Agam.

Putra, A., Syarifuddin, H., & Zulfah. (2018). Validitas Lembar Kerja Peserta
Didik Berbasis

Penemuan Terbimbing dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dan


Kemampuan

Penalaran Matematis. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1 (2), 56-62

35
Ulandari N,dkk. 2019. Efektivitas model pembelajaran inquiry terhadap
kemampuan siswa pada materi Teorema phytagoras. Jurnal
pendidikan matematika. 3,(2),(2019) 229-230.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi


Pendidikan. PT Iptima.

Saliman. Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran. 2009.

https://journal.uny.ac.id/index.php/informasi/article/view/6391/5524 diakses 26
februari 2021.

Agustin, R. D. (2016). Kemampuan penalaran matematika mahasiswa melalui

pendekatan problem solving. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan,


5(2), 179-188.

Ariska, I. (2017). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Menggunakan Metode Problem Solving Materi Simetri. Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.

Bey, A. (2017). Penerapan Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan


Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Materi SPLDV. Jurnal Pendidikan
Matematika, 4(2), 224-239.

Bey, Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Problem Solving Pada Siswa


Kelas X SMA Negeri 8 Pandeglang. MENDIDIK: Jurnal Kajian Pendidikan Dan
Pengajaran, 5(1), 71-79

Anwar., Asriani. 2013. Penerapan Pembelajaran Problem Solving untuk


Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Materi SPLDV.
Jurnal Pendidikan Matematika, 4 (2): 223-239.

Mumun, M. (2019). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Nurohman, S. (2006). Penerapan Pendekatan Sains-teknologi-masyarakat (Stm)


Dalam Pembelajaran Ip a Seba Gai Upa Ya Peningkatan Life Skills Peserta Didik.
Majalah Ilmiah Pembelajaran, 2(1).

Rintayati, P., & Putro, S. P. (2014). Meningkatkan aktivitas belajar (active


learning) siswa berkarakter cerdas dengan pendekatan sains teknologi (STM).
Didaktika Dwija Indria, 1(2), 21-22.

36
Silvinia, S. (2010). Penerapan Pendekatan STM dalam Pembelajaran IPA di Kelas
IV SD YPKK Padang.

Florean, M. Reyhan. 2016. PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN POJOK 03 KABUPATEN
TULUNGAGUNG.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Sekolah Dasar)Volume 2 Nomor 1


Desember 2016: 9 - 22. (Online)
(https://jurnal.stkippgritulungagung.ac.id/index.php/pena-sd/article/download/
434/241) Diakses pada tanggal 25 Februari 2021

37

Anda mungkin juga menyukai