Anda di halaman 1dari 26

CRITICAL BOOK REVIEW

SOSIOLOGI EKONOMI

Dosen Pengampu : Dr. Khairuddin Tambunan, M.Si

FOT
O Maha-siswa

Disusun Oleh :
Nama : Nabila
Nim : 7182240007
Kelas : A-Ilmu Ekonomi

PRODI ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita Ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Berkat dan RahmatNya , Penulis bisa Menyusun atau menyelasaikan tugas mata
kuliah “SOSIOLOGI EKONOMI” menyimak buku ini berjudul “Critical Book
Review”.

Penulisan Makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Sosiologi ekonomi di Universitas Negeri Medan
Fakultas Ekonomi Ilmu Ekonomi.

Dalam Penulisan Makalah ini Penulis sampaikan ucapan terima kasih banyak
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini khususnya
kepada Bapak selaku pembimbing mata kuliah Sosiologi ekonomi telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan
dalam rangka penyusunan tugas ini.

Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan tugas dan penulis
juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Padangsidimpuan, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR...........................................................................3
B. Tujuan Critical Book Review.............................................................................3
C. Manfaat CBR......................................................................................................3
D. Identitas Buku.....................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................5
RANGKUMAN ISI BUKU..........................................................................................5
A. BUKU UTAMA.................................................................................................5
A. BUKU PEMBANDING...................................................................................20
BAB III........................................................................................................................24
PEMBAHASAN..........................................................................................................24
A. Keunggulan Buku.............................................................................................24
B. Kelemahan Buku..............................................................................................24
BAB IV........................................................................................................................25
PENUTUP...................................................................................................................25
A. Kesimpulan dan Saran......................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Keterampilan membuat CBR pada penulis, dapat menguji kemampuan dalam meringkas
dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan buku yang
lain, mengenal dan memberi nilai berupa kritikan terhadap buku yang di review dan buku
pembanding yang dianalisis.
Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang 
kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya
dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis membuat CBR Sosiologi
ekonomi ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada
pokok bahasa tentang Sosiologi ekonomi.

B. Tujuan Critical Book Review

1. Melengkapi tugas CBR dalam mata kuliah Sosiologi ekonomi


2. Menambah wawasan kepada pembaca mengenai Sosiologi ekonomi dan distribusi
pendapatan
3. Mengetahui kelebihan serta kelemahan dari penggunaan buku sebagai bahan
pembuatan tugas.

C. Manfaat CBR

Melalui Critical Book Review ini mahasiswa dilatih untuk lebih gemar membaca buku dan
mampu melatih pola pikir menjadi lebih kritis, serta mampu memotivasi pembaca untuk
menerbitkan sebuah buku.

D. Identitas Buku
a. Buku Utama
1. Judul : Buku Ajar SOSIOLOGI EKONOMI
2. Edisi : Edisi I

3
3. Pengarang/(Editor,jika ada) : Dr. Zusmelia, M.Si.Ariesta, S.Sos, M.Si.Irwan,

S.Pd., M.Si

4. Penerbit : Deepublish
5. Kota terbit : Yogyakarta
6. Tahun terbit : 2015
7. ISBN : 978-602-401-073-7

b. Buku Pembanding
1. Judul : Perkembangan Sosiologi Ekonomi
2. Edisi :
3. Pengarang/(Editor,jika ada) : Pheni Chalid
4. Penerbit :
5. Kota terbit :
6. Tahun terbit :
7. ISBN :

4
BAB II

RANGKUMAN ISI BUKU

A. BUKU UTAMA
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Sosiologi Ekonomi (BAB 1)
Dalam pembahasan ini, menjelaskan mengenai pengertian sosiologi ekonomi.
Menurut Damsar (2011:1) menentukan batasan terhadap kajian ilmu sangat penting dan
diperlukan untuk menentukan ruang kajian keilmuan. Hal tersebut dilandasi bahwa
dalam kajian keilmuan biasanya kita merumuskan dan mendefinisikan terhadap ruang
lingkup kajian. Pada buku ini, penulis membahas atas tiga konsep pendapat para ahli
membahas pengertian sosiologi. Pada buku Damsar (2011: 1-9) hanya melihat atas dua
konsep pengertian sosiologi. Menurut penulis tidak cukup hanya dua definisi saja
pengertian sosiologi ketika kita membahas sosiologi ekonomi. Dengan demikian, perlu
kita bahas satu definisi sosiologi menurut Max Weber.
Pertama, Menurut Brinkerhoft dan White (1984) (dalam Damsar, 2011: 1)
mengatakan bahwa sosiologi merupakan studi sistematik tentang interaksi sosial
manusia. Artinya dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia tidak lepas dengan
melakukan hubungan-hubungan dan pola-pola interaksi. Dimana interaksi adalah
hubungan timbal balik antara satu dengan yang lain atau tindakan timbal balik antara
satu orang atau lebih yang dimulai dengan komunikasi dan kontak.
Kedua, menurut Horton and Hunt (1987:3) berpendapat bahwa sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mem-pelajari masyarakat. Kembali Horton dan Hunt
(1987:59) mendefinisikan masyarakat adalah sekum-pulan manusia yang relatif mandiri,
yang hidup bersamasama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah mandiri, memiliki
kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok
tersebut. Berbeda dengan Horton dan Hunt, Peter L. Berger menyebutkan bahwa
masyarakat merupakan suatu keseluruhan yang kompleks hubungannya yang sifatnya
luas. Maksud hubungan yang kompleks yaitu terdapat bagian-bagian yang membentuk
kesatuan. Dua konsep yang dikemukan oleh Horton dan Hunt yang menekankan kepada
aspek ruang dan kuantitas dan Berger menekan kepada aspek kulitas dan konstruktif.
Dengan demikian interaksi yang telah kita bicarakan di atas merupakan tindakan yang
dilakukan oleh dua atau lebih, saling berhu-bungan atau yang memengaruhi oleh
perilakunya.

5
Max Weber merupakan salah satu ahli sosiologi Jerman yang berusaha
menyumbangkan pemikirannya terhadap sosiologi. Max Weber mengartikan sosiologi
adalah tindakan sosial antarhubungan sosial (Ritzer, 2002: 38). Tindakan sosial menurut
Max Weber adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna
atau arti subjek-tif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan
akan dikatakan sebagai tindakan sosial ketika tindakan tersebut benar-benar diarahkan
kepada orang lain (individu lainnya) (Ritzer, 2002: 38).
Adapun yang dimaksud sebagai ekonomi sebagai pengelolaan rumah tangga itu
sendiri adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaan yang berulang
dengan pengalokasian sumber daya rumah tangga yang terbatas di antara anggotanya,
dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha dan kei-nginan masing-masing. Dari
beberapa pengertian mengenai sosiologi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan secara sistematis yang mengkaji fenomena-fenomena
dalam kehidupan masyarakat yang sangat dinamis. Sejalan dengan itu Damsar (2011)
mendefinisikan sosiologi ekonomi secara sederhana sebagai cara orang, kelompok atau
masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka, dengan
menggunakan pendekatan sosiologi. Masalah pengertian sosiologi ekonomi ada dua hal
definisi yaitu pertama sosiologi ekonomi merupakan sebuah kajian yang mempelajari
hubungan antara masyarakat yang di dalamnya terjadi interaksi sosial dengan ekonomi.
Kedua, sosiologi ekonomi merupakan pendekatan sosiologi yang diterapkan kepada
fenomena ekonomi.
2. Peletak Fondasi Sosiologi Ekonomi (BAB 2)
Ada beberapa tokoh yang meletakkan pondasi dasar perkembangan sosiologi
ekonomi yaitu Karl Marx (1818-1883), karl marx mengemukakan bahwa pertama,
bagaimana nasib hubungan-hubungan sosial ketika masyarakat menjadi komunitas, yaitu
dapat dijual dan dibeli. Kedua tenaga kerja dalam masyarakat dapat menjadi komunitas.
Ketiga memperluas keterasingan terha-dap aktivitas ekonomi.
Max Weber (1864-1920), sumbangan tersebut bahwa Weber memberikan doktrin
kepada masyara-kat dalam rangka meningkatkan kerja dan ekonomi masyarakat. Dengan
adanya doktrin tersebut memengaruhi masyarakat untuk meningkatkan kinerja dalam
menumpukkan kekayaan. Untuk itu, setiap individu melakukan pengumpulan kekayaan
tanpa disadari. Dorongan yang dilakukan penegak agama menimbulkan perubahan
kepada ekonomi masyarakat terhadap dorongan psikologis dan rasionalisasi. Dalam
ekonomy and society Max Weber menjelaskan ada perbedaan antara ekonomi dengan

6
sosiologi ekonomi yaitu melihat tindakan ekonomi adalah sosial, tindakan ekonomi
melibatkan makna dan tindakan ekonomi melibatkan kekuasaan.
Emile Durkheim (1858-1917) memberikan sum-bangan kepada sosiologi
ekonomi. Menurut Emile Durkheim bahwa pembagian kerja dalam masyarakat
menimbulkan suatu sarana penciptaan kohesi dan solidaritas. Artinya dengan adanya
pembagian kerja yang tinggi membuat masyarakat berlomba-lomba meningkatakan
kebersamaan dengan kata lain seper-juangan dan senasib dalam melakukan tindakan
ekonomi. Hal tersebut menjadi kekuatan dalam meningkatkan pendapatan dalam
meningkatkan kesejahteraan. Sehingga masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai
kebersamaan, bebas dan memiliki rasa penduli terhadap masyarakat yang lainnya.
Joseph Schumpeter (1883-1950), memberikan sumbangan terhadap sosiologi
ekonomi, mengemukakan bahwa melihat mengapa sesorang melakukan tindakan tersebut
yaitu tindakan ekonomi, bagaimana orang bertingkah laku pada waktu tertentu dan apa
pengaruh dari pada tingkah laku tersebut. Hal ini, yang akan menjadi pondasi dasar
melihat tindakan ekonomi atau sosiologi ekonomi dalam masyarakat. Karl Polanyi
(1886-1964), pada tulisanya melihat kelahiran dan perkembangan suatu masyarakat
didominasi oleh pasar pada abad 19 dan 20. Polanyi melihat pada masyarakat primitif
kepada hubungan ekonomi dan masyarakat. Artinya Polanyi menilai pada masyarakat
primitif ada terjadi kontak sosial atau interaksi dalam tindakan ekonomi. Pada pandangan
tersebut bahwa pasar akan mengatur dirinya sendiri dan terlepas dari pada intitusi sosial
lainnya. Selain itu, Talcott Parson dan Neil J. Smelser memberikan padangannya bahwa
ekonomi merupakan salah satu subsistem dari masyarakat. Artinya ekonomi berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat. Maka perlu adanya subsistem yang saling berbahu
antara satu dengan yang lain.

3. Sosiologi Ekonomi Dewasa Ini (BAB 3)


Perkembnagan sosiologi ekonomi bermula dari pada fenomena dan aktivitas
ekonomi dalam masyarakat. Aktivitas tersebut yaitu aktivitas produksi, pengelolahan,
pemasaran dan lembaga perekonomian yang ada. Sehingga menimbulkan perdebatan
antara orang ekonom dan sosiolog pada pendekatan terhadap masyarakat dan ekonomi.
Hal tersebut terjadi pada tahun 1950-an, 1960-an dan 1970-an. Pada perdebatan tersebut
ditandai dengan masalahmasalah ilmu politik, demografi dan hukum. Sekitar tahun 1970
memunculkan istilah imperialisme ekonomi. Di mana ekonom memperkayakan bidang-

7
nya pada istilah tersebut dan sosiolog memperluas-kan model ekonomi pada analisis
sosial dan masalah sosial.
Dalam buku (Damsar, 2009: 29-33) menjelaskan ada beberapa pemikiran dalam
menganalisis perkembangan pada sosiologi ekonomi dewasa ini yaitu: 1. Sosiologi
Pilihan Rasional Pada aliran ini, bahwa aktor mempunyai tujuan dalam aktivitas yang
dilakukan. Ide yang dikembangkan pada aliran ini adalah pilihan rasional yang dilakukan
oleh individu untuk mencapai suatu tujuan. Aliran pemikiran dimo-tori oleh para ahli
ekonom yaitu Hirschman, Becker dan Downs. Adapun sosiologi yang mengikuti pada
aliran ini adalah James Colemen. 2. Sosio-Ekonomi Pemikiran ini mencoba melihat
bahwa dalam kehidupan masyarakat yang merupakan dupan yang dinamis, aliran
ekonomi neo-klasik tidak bisa memecahkan permasalah ekonomi dan perlu
menggunakan pemikiran yang lebih luas seperti pada kajian sosiologi, politik, hukum
dan lain-lain. aliran sosio-ekonomi dimotori oleh Amitai Etzioni. 3. PSA-Ekonomi
Pemikiran PSA-Ekonomi merupakan pemikiran yang menggunakan penemuan-
penemuan dari kajian ilmu sosial lainnya. Misalnya ilmu sosiologi, psikologi dan lain-
lain. Hal tersebut mengambarkan bahwa apa saja permasalahan yang dihadapi oleh para
ekonom dapat disele-saikan dengan baik. Pemikiran ini dimotori oleh George Akerlof. 4.
Biaya Transaksi Ekonomi Pemikiran ini muncul ketika Oliver Williamson
mempublikasikan karya-karya terutama tentang Market and Hierarchies (1975). Pada ide
tersebut adalah masalah yang terjadi pada ekonomi, hukum dan organiasi dapat
dipecahkan dengan mengurangi biaya transaksi. 5. Sosiologi Ekonomi Baru
Perkembangan pemucak sosiologi ekonomi baru pada tahun 1980-an adalah Mark
Gtanovetter, seorang tokoh yang mengembangkan secara luas ada tahun tersebut. Pada
tahun 1985 Gtanovtter mengembangkan sosiologi ekonomi dengan melalui artikelnya
Economic Action and Social Structure, menganalisis istilah peletakan dan mendukung
analisis jaringan sosial dalam sosiologi ekonomi.
Selain itu, ada tiga ide dasar pemikiran yang diajukan oleh Swedberg dan
Gtanovtter yaitu: 1. Tindakan ekonomi adalah suatu bentuk dari tindakan sosial. 2.
Tindakan ekonomi disituasikan secara sosial. 3. Institusi-institusi ekonomi dikonstruksi
secara sosial.
4. Perbandingan Pendekatan antara Ekonomi dan Sosiologi
Pendekatan merupakan salah satu untuk melihat ekonomi sebagai landasan
berpikir dari satu sisi ekonomi dan sosiologi. Untuk melihat perbandingan pendekatan
tersebut kita akan membicarakan tentang konsep aktor, konsep tindakan sosial, hambatan

8
pada tindakan ekonomi, hubungan ekonomi dan masyara-kat, tujuan analisis dan
penerapan metode.
Ekonomi adalah sebagai usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaan yang
berhubungan dengan sumber daya masyarakat. Kegiatan ekonomi merupakan gejala
bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap
barang dan jasa. Cara yang dimaksud di sini berkaitan dengan semua aktivitas orang dan
masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi
barang-barang jasa-jasa langka. Berbeda dengan dalam mendiskusikan individu,
sosiologi mengarahkan perhatiannya pada aktor sebagai kesatuan yang dikontruksi
secara sosial, yaitu aktor dalam suatu interaksi atau aktor dalam masyarakat. Aktor dalam
suatu interaksi adalah individu yang terlibat dalam suatu interaksi dengan individu atau
beberapa sekelompok individu lainnya. Adapun yang dimaksud dengan aktor dalam
masyarakat adalah individu yang identitas dirinya tidak tampil tetapi tersembunyi dalam
suatu kesatuan yang dinamakan masyarakat. Masyarakat merupakan satu kesatuan yang
utuh atau sebagai suatu identitas sendiri, dikenal sebagai suatu fenomena sui generis,
berbeda dari individu-individu yang membentuknya.
Dua tindakan ekonomi lainnya yang tidak dilihat oleh ekonomi, tetapi menjadi
perhatian sosiologi adalah tindakan ekonomi tradisional dan tindakan ekonomi
spekulatif-irrasional. Tindakan ekonomi tradisional bersumber dari tradisi atau konvensi.
Misalnya memberikan hadiah kepada tetangga yang melangsungkan pernikahan, ulang
tahun dan sebagainya. Tindakan ekonomi spekulatif-irrasional merupakan tindakan
berorientasi ekonomi yang tidak mempertimbangkan instrumen yang ada dengan tujuan
yang hendak dicapai. Perbedaan kedua antara ekonomi dan sosiologi adalah menganggap
rasionalitas sebagai asumsi, sementara sosiologi memandang rasionalitas sebagai
variabel (Stinchcombe, 1986:5-6).
Hambatan pada Tindakan Ekonomi. Dalam pandangan ekonomi tindakan
ekonomi dibatasi oleh selera dan kelangkaan sumber daya, termasuk teknologi. Secara
prinsip tersebut dikenal maka mudah untuk memprediksi tingkah laku aktor, karena dia
selalu memaksimalkan pemanfaatan dan keuntungan. Sedangkan sosiologi
memperhatikan tidak hanya pengaruh kelangkaan sumber daya, akan tetapi ada aktor
yang akan memudahkan, memperlancar, menghambat dan membatasi tindak-an ekonomi
dalam pasar. Dalam tindakan ekonomi terjadi konteks hubungan sosial dengan orang
lain. Dengan demikain, tindakan ekonomi dapat berlang-sung kerja sama, kepercayaan

9
dan jaringan. Sebalik-nya dalam tindakan ekonomi terdapat ketidak-percayaan,
perselisihan dan pemutusan hubungan.
Hubungan Ekonomi dan Masyarakat. Pusat perhatian dari kajian para ekonomi
adalah pertukaran ekonomi, pasar, dan ekonomi. Sedangkan masyarakat dianggap
sebagai “sesuatu yang di luar”, dia dipandang sebagai sesuatu yang telah ada (given),
sebaliknya, sosiologi memandang ekonomi sebagai bagian integral dari masyarakat. Oleh
sebab itu, sosiologi tidak terbiasa melihat kenyataan dengan melakukan ceteris paribus
terha-dap faktor-faktor yang dipandang berpengaruh terhadap suatu kenyataan sosial.
Dalam analisis ekonomi lebih cenderung melakukan ramalan tentang masa depan
dengan membentangkan kemungkinan kecenderu-ngan yang akan terjadi serta
menjelaskan hubungan atau pengaruh antarvariabel. Sedangkan sosiologi lebih
cenderung kepada deskripsi dan eksplanasi, dan sangat jarang melakukan prediksi.
Dengan kata lain, dalam analisis sosiologi lebih menekankan pada kedalaman suatu
fenomena secara kualitas, apa yang ada dibalik kenyataan, dan melihat tembus terhadap
realitas yang ada.
5. Perspektif Sosiologi sebagai Pendekatan (BAB 5)
Pembahasan berkisar pada baik teori sosiologi makro, maupun mikro: yaitu teori
struktural fungsional dan teori struktural konflik sebagai teori sosiologi makro serta teori
interaksionisme simbolik dan teori pertukaran sebagai teori sosiologi mikro. Pada teori
struktural fungsional menjelaskan bagaimana berfungsinya suatu struktur. Setiap struktur
(mikro seperti persahabatan, mezo seperti organisasi, dan makro seperti masyarakat
dalam arti luas seperti masyarakat Jawa) akan tetap ada sepanjang ia memiliki fungsi.
Oleh sebab itu, kemiskinan misalnya, akan tetap ada sepanjang ia memiliki fungsi.
Berdasarkan pandangan teori struktural fungsional, Anda dapat dipandang sebagai
elemen dalam masyarakat; seperti juga orang lain sebagai elemen dari masyarakat.
Jaringan hubungan antara Anda dan orang lain yang terpola dilihat sebagai masyarakat.
Jaringan hubungan yang terpola ini mencerminkan struktur elemen yang relatif mantap
dan stabil. Setiap Elemen dalam struktur Memiliki Fungsi yaitu Memberikan Sumbangan
pada Bertahannya struktur itu Sebagai Suatu Sistem. Setiap struktur yang Fungsional
Dilandaskan pada Suatu Konsensus Nilai di antara para anggotanya.
Asumsi Teori Struktural Konflik Pada teori konflik ini, mari kita menuju pada
tingkatan pemahaman yang lebih mendalam, mari kita dalami pendapat Ralp Dahrendorf
(1986: 197- 198) tentang asumsi dasar yang dimiliki oleh teori struktural konflik. Setiap
masyarakat, dalam setiap hal, tunduk pada proses perubahan; perubahan sosial terdapat

10
di mana-mana. Setiap masyarakat, dalam setiap hal, memperlihatkan pertikaian dan
konflik; konflik sosial terdapat di mana-mana. Setiap elemen dalam suatu masyarakat
menyumbang disintegrasi dan perubahan. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan
dari beberapa anggotanya atas orang lain. Keteraturan, keharmonisan, atau kenormalan
yang terlihat dalam masyarakat, dipandang oleh teoretisi konflik, sebagai suatu hasil
paksaan dari sebagian anggotanya terhadap sebagian anggota yang lainnya.
Teori interaksionisme simbolik memahami realitas sebagai suatu interaksi yang
dipenuhi berbagai simbol. Kenyataan merupakan interaksi interpersonal yang
menggunakan simbol-simbol. Asumsi Teori Interaksionisme Simbolik Manusia adalah
Makhluk yang Mampu Menciptakan dan Menggunakan Simbol, Manusia Menggunakan
simbol untuk saling Berkomunikasi. Manusia Berkomunikasi melalui Pengambilan
Reran (Role Taking), dimana Pengambilan peran (role taking) merupakan proses
pengambilan peran yang mengacu pada bagaimana kita melihat situasi sosial dari sisi
orang lain di mana memperoleh respons.
Teori pertukaran melihat dunia ini sebagai arena pertukaran, tempat orang-orang
saling bertu-kar ganjaran/hadiah. Apa pun bentuk perilaku sosial seperti persahabatan,
perkawinan, atau perceraian tidak lepas dari soal pertukaran. Semua berawal dari
pertukaran, begitu kata tokoh teori pertukaran. Manusia adalah makhluk yang rasional,
dia memperhitungkan untung dan rugi. Perilaku pertukaran sosial terjadi apabila: (l)
perilaku tersebut harus berorientasi pada tujuan yang hanya dapat dicapai melalui
interaksi dengan orang lain dan (2) perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana
bag! pencapaian tujuantujuan tersebut. Transaksi-transaksi pertukaran terjadi hanya
apabila pihak yang terlibat memperoleh keuntungan dari pertukaran itu.

6. Proses Ekonomi dalam Pandangan Sosiologi Ekonomi (Produksi, Distribusi


dan Konsumsi) (BAB6)
produksi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu production. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “produksi” diartikan sebagai proses mengeluarkan
hasil penghasilan. Pengertian produksi tersebut mencakup segala kegiatan, termasuk
prosesnya, yang dapat menciptakan hasil, penghasilan dan pembuatan. Kegiatan produksi
adalah suatu produk. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, produk didefinisikan sebagai
satu, suatu barang atau jasa yang dibuat ditambah gunanya atau nilainya dalam proses
pro-duksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu. Dua, benda atau yang bersifat
kebendaan seperti benda, bahan, barang, atau bangunan yang merupa-kan hasil

11
konstruksi. Tiga, hasil kerja, definisi dari produk tersebut dapat dipahami bahwa produk
berkaitan dengan suatu proses yang bernama kerja.
Pandangan Para Ahli Sosiologi tentang Produksi. Karl Mark (1818-1883)
Kapitalisme telah menyebabkan manusia, sebagai pekerja, tidak lagi mempunyai kontrol
atas potensi yang terkandung dalam bekerja mereka. Potensi ini disebut Marx sebagai
tenaga kerja (labour-power), kepada kapitalis dipertu-karkan dengan benda abstrak yang
terdapat dalam upah. Pertukaran tersebut menyebabkan tenaga kerja menjadi komunitas.
Sehingga manfaat tenaga kerja tidak lagi ditemukan pada kemampuan untuk
menghasilkan objek yang dapat memenuhi dan mengembangkan kebu-tuhan para
pekerja, namun sebagai benda abstrak yang dapat dipertukarkan dengan upah. Dengan
demikian, sistem upah kerja pada kapitalisme telah memisahkan kerja dengan kebutuhan
sehingga kerja (produksi) tidak lagi menjadi tindak pemenuhan kebutuhan (konsumsi)
namun sekadar sarana untuk memenuhi kebutuhan.
Emile Durkheim (1858-1017) Gagasan sosiologi Durkheim tentang produksi
dapat ditelusuri dari bukunya The Division Of labor in society, dalam bukunya tersebut,
Durkheim memperjelas tentang perubahan sosial. Dan teori perubahan tersebut,
durkheim mendiskusikan tentang dua tipe masyarakat yang berlandaskan solidaritas
organik dan solidaritas mekanik. Masyarakat yang berlan-daskan solidaritas mekanik
ditandai oleh pem-bagian kerja yang renggang kesadaran kolektif yang kuat,
individualitas yang rendah dan saling ketergantungan rendah. Sebaliknya pada
masyarakat yang berlandaskan solidaritas organik yang tinggi, individualitas yang tinggi,
dan saling ketergantungan tinggi. Pada Tabel di bawah ini menjelaskan perbedaan
mekanik dan organik.
Max Weber (1864-1920) Pemikiran sosiologi Weber tentang produksi dapat
dilihat salah satunya lewat bukunya tentang etika protestan dan semangat kapitalisme
(1958/2000). Dalam buku tersebut Weber melihat hubungan elektif affinity yaitu
hubungan yang memiliki konsistensi logis dan pengaruh motivasional yang bersifat
mendu-kung secara timbal balik, antara etika protestan dan semangat kapitalisme pada
awal perkem-bangan kapitalisme modern. Weber menemukan adanya aspek tertentu
dalam etika protestan sebagai perangsang kuat dalam tahap-tahap pembentukan.
Dalam kaitan itu adapun fenomena dan kenyataan yang menjadi fokus kajian
sosiologi tentang produksi adalah kerja (ideology, nilai, sikap, motivasi dan kepuasan)
faktor produksi (tanah, tenaga, kerja, teknologi capital dan organisasi) pembagian kerja,
cara-cara produksi hubunganhubungan produksi, proses teknologi (instrument,

12
pengetahuan, jaringan, operasi, kepemilikan) alie-nasi, teknologi dan kerja, pendidikan,
teknologi dan kerja.
Ada tiga bentuk masyarakat manusia yaitu masyarakat prakapitalis, masyarakat
kapitalis dan masyarakat pascakapitalis. Pada masyarakat kapitalis dan pascakapitalis
tidak dipisah disebabkan kedua masyarakat tersebut memiliki basis yang sama yaitu
ekonomi industri. Dengan demikian, kedua masyarakat tersebut dapat dibedakan pada
sistem fordisme dan pascafordisme.
Distribusi berakar dari bahasa Inggris distribu-tion, yang berarti penyaluran.
Sedangkan kata dasarnya to distribute, berdasarkan kamus Inggris Indonesia John M,
Echols dan Hassan Shadilly, bermakna membagikan, menyalurkan, menyebarkan,
mendistribusikan, mengageni. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
distribusi dimaksud-kan sebagai penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa
orang atau jasa kepada pihak lain. Dengan demikian, distribusi merupakan suatu proses
penyaluran barang atau jasa yang dilakukan oleh orang lain kepada pihak yang lain. Para
tokoh teori sosiologi klasik telah berbicara tentang distribusi sudut pandang dan isi dari
teori yang dikembangkan oleh para tokoh teori tersebut beragam. Beberapa pemikiran
dari tokoh teori yang akan didiskusikan adalah Karl Marx, Georg Simmel, Max Weber
dan Polanyi.
Pandangan Para Peneruka Sosiologi tentang Konsumsi
Berbicara masalah para peneruka sosiologi tentang konsumsi, pada kali ini
penulis akan mendiskusikan atas empat orang tokoh-tokoh sosiologi yang membicarakan
atau menyumbangkan pemikirannya untuk melihat masyarakat dari sudut pandang yang
berbeda. Beberapa tokoh yaitu
1) Karl Marx
Kajian Karl Marx melihat tentang konsumsi pada konsep atau karyanya
komunitas. Menurut Karl Marx bahwa dalam kajian komunitas ia mencobakan
membedakan antara alat-alat produksi dan alat-alat konsumsi. Kata Karl Marx bawa alat-
alat produksi adalah komunitas yang memiliki suatu bentuk di mana komunitas
memasuki konsumsi produktif. Sedangkan alatalat konsumsi adalah komunitas yang
memiliki suatu bentuk di mana komunitas memasuki konsumsi individu dari kelas
kapitalis dan pekerja.
2) Emile Durkheim
Gagasan sosiologi Durkheim tentang konsumsi dapat ditelusuri dari bukunya
The Division Of labor in society, dalam bukunya tersebut mengatakan bahwa masyarakat

13
terintegrasi karena adanya kesadaran kolektif. Setiap orang sangat tergantung kepada
kegiatan yang dilakukan individu dalam melakukan aktivitas kehidupannya.
3) Max Weber
Max Weber mencoba melihat kembali pada bagian konsumsi yang
memperlihatkan bagaimana cara konsumsi dan gaya hidup seseorang dikaitkan dengan
etika protestan. Kata lain, bahwa agama memberikan dorongan kepada masyarakat untuk
memiliki kerja keras dalam melakukan aktivitas.
4) Thorstein Veblen
Kajian mengenai konsumsi Thorstein Veblen menuliskan sebuah buku yang
berjudul The Theory Of The Leisure Class yang melihat kapitalisme industri
berkembang secara barbar karena properti privat tidak lain merupakan barang rampasan
yang diambil melalui kemenangan perang.

Budaya dan Konsumsi pada Masyarakat PraKapitalis


Pemikiran Don Slater mengatakan bahwa konsumsi dipandang sebagai suatu
proses budaya. Jika kita lihat pada masyarakat prakapitalis konsumsi bisa kita katakan
sebagai budaya. Pada masyarakat tersebut konsumsi dipandang tidak sekadar pemenuhan
kebutuhan semata melainkan sebagai objek budaya yang diwujud dengan benda-benda.
Kehidupan sosial memerlukan benda-benda karena dengan melakukan penukaran,
penggunaan dan sebagainya merupakan kehidupan sosial. Dengan demikian menurut
Lury serta Douglas dan Isherwood mengatakan terdapat beberapa pemaknaan sosial
terhadap konsumsi benda-benda dalam kehidupan sosial pada masyarakat prakapitalis

7. Keterlekatan (BAB 7)
1. Pengertian Keterlekatan
Di dalam kehidupan masyarakat saling berhu- bungan antara satu dengan yang
lain untuk menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Manu- sia sebagai makhluk yang
keratif, inovatif, dan pemikiran secara rasional mampu menciptakan dan melakukan
pekerjaan yang memberikan manfaat kehidupannya. Sebagai makhluk sosial yang tidak
bisa sendiri dalam menjalani kehidupanya, maka mereka memerlukan orang yang lain
untuk memban- tu mereka. Konsep keterlekatan ini, penulis mengambil salah seorang
tokoh sosiologi ekonomi yang mengembang- kan konsep sosiologi ekonomi dalam
masyarakat pada tahun 1985 yaitu Granovetter. Menurut Granovetter keterlekatan
merupakan “tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam

14
jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor” (Damsar, 2013:
139). Artinya tindakan yang dilakukan para aktor ekonomi tidak hanya dialokasikan
pada personal atau individu yang menentukan seleranya. Para aktor ekonomi tersebut,
dalam aktivitas ekonomi ditentu- kan oleh masyarakat luas. Misalnya penetap-an harga,
menjaga keamanan pasar, serta berhu- bungan dengan lembaga-lembaga lain.
Semua ini merupakan jaringan sosial yang terbangun dengan baik melakukan
aktivitas ekonomi. Granovetter menemukan sebuah konsep yang saling bertentangan
ketika melihat tindakan ekonomi dalam kehidupan sosial. Ketika masyarakat melaku-
kan tindakan ekonomi mereka mencari dan memilih apa yang semestinya akan mereka
kerjakan untuk mencapai suatu tujuan kehidupan. Konsep tersebut adalah
oversocialized dan undersocialized. Overso- cialized merupakan tindakan ekonomi yang
diatur oleh nilai atau norma dalam kehidupan masyarakat. Artinya masyarakat
melakukan tindakan ekonomi ada aturan yang membuat mereka tidak bisa melakukan
atau terjadinya transaksi jual dan beli. Misalnya wanita muslim menjual daging babi
kepada masyarakat. Maka tindakan yang dilakukan oleh wanita tersebut telah
melanggar aturan dan norma dalam kehidupanya. Ketika tindakan ekonomi berlangsung
di tengah-tengah kehidupan sebagian kita telah memikirkan apa yang akan menjadi
modal utama dan apa yang menjadi landasan utama. Tindakan oversocialized bukan
sematanya men- cari keuntungan di tengah kehidupan. Melainkan mereka mengikuti
segala aturan dan norma yang menjadi landasan dan pegangan. Pada tindakan
oversocialized memilih pekerjaan, menjual, membeli dan sebagiannya. Undersocialized
merupakan tindak- an ekonomi bersifat rasional dan memikirkan keun- tungan demi
pencapaian kehidupan ekonomi. Pada tindakan ini mereka tidak mengutamakan agama,
nilai, dan norma dalam kehidupan. Mereka menguta- makan keuntungan dan kerugian.
Ketika mereka untung ativitas ekonomi dilakukan dan apablia rugi mereka tidak
melakukan tindakan tersebut.
2. Keterlekatan-Ketidakterlekatan Vs Keterlekatan Lemah dan kuat
Konsep keterlekatan dan ketidakterlekatan merupakan konsep yang
dikembangkan oleh tokoh modern yaitu Polanyi. Polanyi melihat masyarakat atas dua
yaitu masyarakat praindustri dan industri. Pada masyarakat pramodern tindakan
ekonomi melekat dalam hubunganya antara institusi sosial, politik dan agama. Mereka
melakukan tindakan ekonomi bukan atas keuntungan akan tetapi, ada tujuan yang ingin
mereka capaikan secara bersama. Kehidupan ekonomi diatur oleh resiprositas dan
redistribusi. Bentuk Keterlekatan Granovetter pada Tahun 1990 dalam The Old and

15
New Economic Sociology membedakan antara dua bentuk keterlekatan yaitu: Pertama,
keterleka- tan relasional merupakan tindakan ekonomi disitua- sikan secara sosial dan
melekat dalam jaringan sosial di antara aktor (Damsar, 2013; 146). Artinya tin- dakan
ekonomi dalam masyarakat ibaratnya dua sisi yang tidak pernah putus untuk aktivitas
kehidupan. Baik berupa politik, agama, sosial, dan lainnya. Tin- dakan ekonomi sangat
berhubungan dengan orang lain atau kaitanya dengan individu lain. Kedua Keterlekatan
Struktural, merupakan keterlekatan yang terjadi dalam hubung- an yang sangat luas.
Artinya mereka tidak hanya berhubungan antara penjual dan pembeli akan tetapi telah
masuk kepada struktur. Misalnya pada swalayan, di mana pemasok, karyawan, penguasa
dan pembeli
8. Jaringan (BAB 8)
1. Definisi Jaringan
Ada banyak ahli yang telah mendefinisikan tentang jaringan untuk berbagai
bidang ilmu, di sini akan dikaji jaringan dalam bidang ilmu Sosiologi ekonomi. Dengan
meminjam terminologi Robert M. Z. Lawang (2004: 61-62) menjelaskan bahwa jaringan
merupakan terjemahan dari network, yang berasal dari dua suku kata yaitu net dan work.
Net diterjemahkan dalam bahasa sebagai jaring, yaitu tenunan seperti jala, terdiri dari
banyak ikatan antarsimpul yang saling terhubung antara satu sama lain. Sedangkan kata
work bermakna sebagai kerja. Gabungan kata net dan work, sehingga menjadi network,
yang penekanannya terletak pada kerja bukan pada jaring, dimengerti sebagai kerja
(bekerja) dalam hubungan antarsimpul-simpul seperti halnya jaring (net).
2. Tipe Jaringan Kerja
Untuk memahami lebih dalam, selanjutnya akan dibahas tentang tipe jaringan
kerja dan bagai- mana jaringan kerja “bermain” di pasar sebagai se- buah struktur dalam
sebuah marketplace, (Backer dalam Swedberg 1994) menjelaskan ada dua tipe jaringan
kerja, yaitu jaringan kerja luas dan tipe jaringan kerja sempit. a. Tipe jaringan kerja
sempit Merupakan suatu jaringan yang dibentuk di mana terdapat pelaku pasar yang
berkelompok atau klik (clique members) yang membentuk jaringan kerja sesama
mereka, dan pelaku pasar yang terisolasi (isolate) dari klik atau kelompok dipasar, tetapi
hanya memiliki interaksi dengan salah satu saja dari anggota klik/ kelompok. b. Tipe
jaringan kerja luas merupakan jaringan yang yang dibentuk di mana terdapat dua atau
lebih kelompok atau klik pelaku pasar yang saling berinteraksi dengan anggota kliknya
dan dengan anggota klik lainnya, bahkan mereka juga dapat berinteraksi dengan pelaku
pasar yang terisolasi, kelompok pelaku pasar peran- tara (liason), dan anggota kelompok

16
yang berpasangan. Bentuk jaringan kerja di pasar sangat ditentu- kan oleh seberapa
besar anggota suatu klik dan seberapa besar jumlah klik yang ada, serta seberapa banyak
klik dan anggota klik yang membangun jaringan dengan pelaku di luar kelompoknya
seperti dengan pelaku pasar yang terisolasi. Selanjutnya yang tidak kalah penting- nya
dalam melihat jaringan kerja di pasar ini adalah peran dari pelaku pasar yang bertindak
sebagai pemberi isyarat (tree node), dan anggota kelompok yang berpasangan.
9. Kepercayaan
1. Pengertian Kepercayaan
Kajian sosiologi konsep kepercayaan dikenal dengan trust. Menurut Oxford
English Dictionary bahwa confidence in yang berarti „yakin‟ dan reliance on berarti
„percaya‟. Jika kita lihat pendapat para ahli tentang kepercayaan seperti Torsvik
menyatakan kepercayaan adalah kecenderungan perilaku tertentu yang dapat
mengurangi risiko yang muncul dari pada perilakunya. Hal tersebut konsep risiko dan
kepercayaan dikembang oleh Luhmann (1979:1988). Pendapat Luhmann tentang risiko
dikritisi oleh Giddens kepercayaan bukan dikaitan dengan risiko tetapi kemungkinan.
Dalam kehidupan masyarakat kepercayaan selalu dikaitkan dengan keyakinan, apa
berhubungan dengan individu atau sistem. Jika kita lihat pendapat Giddens (2005: 45)
kepercayaan adalah keyakinan akan reliabilitas seseorang atau sistem terkait dengan
berbagai hasil atau perisitiwa di mana keyakinan intu mengekspresikan suatu iman
terhadap integritas atau kasih sayang kepada orang lain.
2. Kepercayaan dan Risiko
menurut Luhmann, bahwa antara kepercayaan dan risiko saling berkai- tan.
Giddens tidak setuju mengkaitkan antara keper- cayaan dengan risiko, akan tetapi
Giddens tidak menutup mata bahwa kepercayaan dan risiko saling mengisi.
Lingkungan Keprcayaan Kepercayaan memiliki lingkungan. Artinya Giddens (2005)
membagikan atas dua lingkungan kepercayaan yang tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat. Yaitu lingkungan keperca- yaan masyarakat pramodern dan
lingkungan keper- cayaan modern. Bentuk Keprcayaan Mengenai kepercayaan ada
beberapa bentuk kepercayaan yang dapat kita lihat yaitu: keperca- yaan askriptif
merupakan hubungan yang diperoleh berdasarkan atas ciri-ciri yang melekat para
pribadi seperti latar belakang kekerabatan, etnis dan keturunan yang dimiliki.
Sedangkan kepercayaan prosesual merupakan sutau proses interaksi sosial yang
dibangun oleh para aktor yang terlibat. Kepercayaan kompetensi, kepercayaan kontrak-
tual dan kepercayaan niat baik. Kepercayaan kom- petensi merupakan keyakinan bahwa

17
mitra dagang akan memperlihatkan kewajiban mereka berdasarkan kemampuan dan
keterampilan yang diakui mereka sendiri.
10. Kapital (BAB 10)
1. Kapital
Memahami makna kapital kita mencoba menelusuri pendapat para ahli apa itu
kapital? Menurut Lawang (2004: 3) dalam Damsar (2011: 205) kapital adalah modal.
Jika kita pahami kata modal berarti bisa dibawa ke mana saja apa keperluan hidup
untuk berbelanja atau yang lainnya. Kapital juga kita bisa maknai sebagai investasi.
Dalam kapital tersebut jika kita tidak ada uang bisa melakukan transaksi dalam rangka
belanja. Seperti kita pahami ada kapital sosial yang telah dibangun dengan baik.
2. Modal Sosial
Konsep modal sosial bernilai penting dalam proses tindakan ekonomi. Ketika
sesorang dalam melakukan tindakan ekonomi modal sosial merupakan suatu hal yang
menjadi perekat antara kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat
lainnya. Modal sosial menurut Aiyar ada beberapa bentuk yaitu:
1) Bonding capital merupakan modal sosial yang mengikat anggota masyarakat
dalam suatu kelompok tertentu
2) Bridging capital merupakan salah satu bentuk modal sosial yang
menghubungkan warga masyarakat dari kelompok sosial yang berbeda
3) Linking capital merupakan suatu ikatan antara kelompok warga masyarakat
yang lemah dan kurang berdaya dengan kelompok warga masyarakat yang lebih
berdaya misalnya bank, polisi, dinas pertanian, dan lain-lainnya.

3. Modal Budaya
Salah seorang ahli sosiologi yang mengembangkan atau tokoh peneruka kapital
budaya adalah Pierre Bourdieu. Menurut Pieere Bourdieu mengemu-kakan bahwa modal
budaya merupakan selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi.
4. Modal Simbolik
Pieere Bourdieu selain sebagai pengerak atau peneruka studi tentang modal
budaya ia juga mengembangkan modal simbolik. Oleh sebab itu, pandangan Pieere
Bourdieu masalah modal simbolik adalah suatu bentuk kapital ekonomi fisikal yang
telah mengalami transformasi, disebabkab karena telah tersamarkan, menghasilkan
efeknya yang telah sepanjang, menyembunyikan fakta bahwa tampil dalam bentuk
kapital material.

18
5. Modal Spritual
Modal spritual merupakan makna, tujuan, dan pandangan yang kita miliki
bersama mengenai hal- hal yang paling penting berarti dalam hidup. Modal spritual
sebagai penyemangat sekaligus kegelisahan,keperhatinan, kebutuhan dan pergualatan
dalam melakukan kehidupan ini.

11. Ekonomi Moral Dan Ekonomi Rasional (BAB 11)


Istilah “ekonomi moral” sebenarnya sudah cukup lama muncul dalam khasanah
ilmu sosial dan diperkenalkan pertama kali oleh E.P.Thompson pada tahun 1966 lewat
bukunya The Making of the English Working Class. Di Indonesia istilah ini baru
menjadi populer setelah diterjemahkannya buku James C. Scott Peasant, Moral
Economy ke dalam bahasa Indonesia. Jika dilihat dari persfektif sosiologi ekonomi,
konsep ekonomi moral, pertama kali diperkenalkan oleh Evers dan Schrader (dalam
Damsar 1997) dalam karyanya “The Moral Economy of Trade” sejalan dengan
pendapat Scott tentang ekonomi moral, Evers juga memandang bahwa munculnya
ekonomi moral pada pedagang, juga dikarenakan mereka dalam melakukan tindakan
ekonomi mengalami “dilema”. Persoalan dilematis muncul dalam diri para pedagang, di
saat mereka dihadapkan pada pilihan antara kewajiban moral untuk berbagi hasil dengan
tetangga dan kerabat-kerabatnya, di sisi lain ada kewajiban untuk mengakumulasi modal
dan barang dagang (Evers, 1994: cf. Damsar, 1997: 91 dan Effendi, 2001:16 dalam
Zusmelia, 2007:44).
Kajian tentang ekonomi moral dan ekonomi rasional merupakan berawal dari
tindakan sosial yang dilakukan oleh seorang individu dalam melakukan tindakan
ekonomi, dia bisa dikatakan tindakan sebagai tindakan ekonomi moral apabila nilai-nilai
“moral“ diletakkan sebagai pertimbangan ekonomi dalam setiap pengambilan keputusan
untuk menjalankan usaha (Kikuci dan Hayami dalam Putra, 2003: 127). Tindakan
moral di sini mengacu kepada aspek-aspek tindakan manusia yang dianggap baik dan
benar dalam masyarakat. Pola ekonomi moral di sini apabila ada membentuk hubungan
langganan, memdidik dan lain sebagainya. Sedangkan ekonomi rasional apabila dalam
tindakan ekonomi yang dilakukan oleh individu, lebih mengutamakan keuntungan dan
meminggirkan pertimbangan moral.

19
A. Buku Pembanding
1. Sejarah Sosiologi Ekonomi
Sosiologi ekonomi merupakan penggabungan dua disiplin, yaitu sosiologi dan
ekonomi. Sosiologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan masyarakat dan relasi yang
terdapat dalam masyarakat baik sebagai individu atau kelompok. Sementara ekonomi
membahas aspek konsumsi, distribusi dan produksi. Keterkaitan antara tindakan ekonomi
dengan fakta sosial dan sebaliknya menjadi pembahasan sosiologi ekonomi.
Faktor-faktor sosial seperti contoh di atas yang berkaitan dengan aktivitas
ekonomi menjadi pokok pembahasan dalam Sosiologi Ekonomi. Dalam bab ini kita akan
membahas bagaimana perkembangan Sosiologi Ekonomi. Jadi, Sosiologi Ekonomi akan
dikupas bukan sebagai disiplin yang berdiri sendiri. Sosiologi ekonomi didefinisikan
sebagai studi tentang bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup
mereka terhadap jasa dan barang dengan menggunakan pendekatan sosiologi.
Pada dasarnya, aktivitas ekonomi bertumpu pada tiga bidang kegiatan utama,
yaitu produksi, distribusi dan konsumsi. Tiga kegiatan kunci ini akan melingkupi segala
jenis usaha, pola organisasi, dan aneka transaksi yang berlangsung. Biasa juga dipakai
untuk menggambarkan atau menganalisis kegiatan-kegiatan yang dikaitkan dengan
ekonomi.
Yang sangat berpengaruh dalam sejarah perkembangan Sosiologi Ekonomi adalah
pemikiran Merkantilis yang mendominasi Eropa sepanjang abad ke-17 dan 18.
Merkantilisme adalah kumpulan besar (conglomeration) pendapat-pendapat mengenai
nilai, saran-saran kebijakan, dan pernyataan mengenai sifat kehidupan ekonomi.
Keanekaragaman merkantilisme ini disebabkan oleh orang-orang yang mendukungnya
yaitu para filosof, kepala negara, pembuat undang-undang (legislator) dan saudagar.
Kritik terhadap pemikiran kaum Merkantilis diajukan oleh Adam Smith dalam
karya monumentalnya The Wealth of Nation. Smith menolak penekanan Merkantilis
terhadap uang dan harta. Ia mengemukakan bahwa kekayaan suatu bangsa dijumpai
dalam basis produksinya, atau dalam kekuatannya untuk menghadirkan „barang-barang
keperluan, kesenangan dan kemudahan hidup‟. Uang adalah alat pertukaran yang
memudahkan alokasi barang-barang tersebut. Selanjutnya tingkat produksi bergantung
pada pembagian kerja. Bertambah tinggi spesialisasi tenaga kerja, maka semakin
produktiflah ia. Level spesialisasi tenaga kerja selanjutnya bergantung pada besarnya
pasar untuk produk tenaga kerja itu dan pada tersedianya modal.

20
Smith mengasumsikan bahwa beberapa kendala politik umum yaitu perlunya
mencegah para pengusaha terlalu mengejar kepentingannya sendiri dengan cara tidak
terkendali. Misalnya negara diharapkan mengatur undang-undang untuk menjamin bahwa
penjualan dan kontrak dihormati. Negara tidak pilih kasih pada kelompok-kelompok
tertentu dalam perekonomian. Jadi, bahkan berdasarkan asumsi laissez faire pun, negara
tidak boleh pasif sama sekali. Negara bertugas memberikan setting moral, legal, dan
institusional yang mendorong perusahaan secara keseluruhannya, tetapi tidak pada usaha-
usaha bisnis tertentu.
Perilaku sosial juga berpengaruh dalam tindakan ekonomi, jadi dalam spektrum
yang lebih luas. Ekonomi tidak hanya dipandang sebagai faktor-faktor produksi, tetapi
lebih dari itu bagaimana aktivitas ekonomi dipengaruhi oleh nilai-nilai dan orientasi
masyarakat. Jadi, banyak faktor yang memengaruhi kapabilitas seseorang dalam
mencapai tingkat ekonomi tertentu. Peran, status, nilai, tradisi, kebiasaan dan etos kerja
mendinamisasi kegiatan ekonomi. Hal inilah yang menjelaskan mengapa terjadi
perbedaan pencapaian ekonomi tiap individu, kelompok atau pun negara.

2. Ekonomi, Faktor-faktor Sosial, Para Pemikir Sosiologi yang Membangun


Fundamen Sosiologi Ekonomi
Agama dan nilai-nilai tradisional mendapat serangan dari para teoritis
modernisasi-klasik. Kedua hal itu dituding sebagai faktor yang tidak mendukung
industrialisasi karena sifatnya yang tidak rasional. Tetapi, kenyataannya, serangan
tersebut tidak sepenuhnya terbukti.

Beberapa penelitian tentang agama dan nilai-nilai tradisional dan budaya lokal
memperlihatkan betapa kedua hal tersebut menjadi pendorong bagi munculnya
kapitalisme. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Weber dalam bukunya Economic and
Society, dan secara gamblang dalam bukunya Christian Ethic and the Spirit of the
Capitalism. Dalam buku terakhir Weber memperlihatkan reifikasi dari agama Kristen
kepada kerja keras.
Masyarakat memiliki perhitungan rasionalitas tersendiri atas ekspektasi dari
pekerjaan yang dilakukan. Apalagi hasil dari pertanian adalah satu-satunya pendapatan
yang tidak boleh meleset. Maka, dapat dipahami jika mereka tidak mau berspekulasi
dalam pertanian ini. Jika meleset, mereka akan menanggung derita. Karena itu,
memperkenalkan teknologi baru kepada masyarakat petani dalam rangka mendorong ke

21
arah industrialisasi perlu memperhatikan secara seksama logika dan rasionalisasi yang
mereka pahami. Belajar dari berbagai pengalaman pengembangan dan pelatihan petani
dapat dikemukakan bahwa, jika ingin memodernisasi petani, jalan yang paling tepat
adalah memberi contoh dan menghadirkan langsung contoh-contoh sukses yang dapat
ditiru.
Selain agama dan tradisi, kelompok solider (solidarity group) yang bersumber
dari ikatan kekeluargaan (kinship) juga merupakan faktor sosial yang berhubungan
dengan ekonomi (Slater and Tonkiss; 2000). Ikatan kekeluargaan merepresentasikan
hubungan sosial-afektif yang sangat dalam berdasarkan fakta biologis kelahiran dan
hukum perkawinan, yang kemudian diikuti dengan intensitas hubungan yang tercipta
antara sesama anggota keluarga.
Sebagai bagian dari fakta sosial, etnisitas menjadi bagian dari interaksi sosial
tradisional. Etnisitas dapat dimengerti sebagai pengelompokan manusia karena bawaan
dan kelahiran dari aspek warna kulit, bahasa, lingkungan, yang kesemuanya itu
merupakan ciri-ciri bawaan. Para sosiolog menggunakan istilah etnis untuk menyebutkan
setiap bentuk kelompok –baik kelompok ras atau bukan kelompok ras- yang secara sosial
dianggap berada dan telah mengembangkan subkulturnya sendiri (Horton dan Hunt;
1992).
Interaksi anggota-anggota dalam satu etnis yang sama berlangsung intensif dan
relatif lebih tinggi daripada interaksi dengan anggota etnis yang berbeda. Pertimbangan
etnisitas dijadikan kriteria inisiasi untuk seleksi. Seperti dalam hubungan perkawinan
terdapat kecenderungan untuk lebih memilih dari kelompok atau golongan yang sama.
Suatu hal yang alami bahwa penilaian stereotip dan prasangka mewarnai bentuk
penilaian hubungan antara individu atau kelompok dengan etnis yang berbeda.
STRATIFIKASI DALAM EKONOMI
Dalam struktur sosial, terdapat stratifikasi yang membedakan kelas dan status
sosial antar individu atau kelompok. Istilah struktur sosial adalah suatu konsep yang
dipakai untuk menjelaskan karakteristik interaksi yang berulang di antara dua orang atau
lebih. Unit dasar dari struktur sosial itu tidaklah menunjuk pada pengertian orang, tetapi
pada aspek-aspek interaksi tertentu dari orang-orang, seperti peranan suami-istri dalam
rumah tangga. Konsep ini dipakai untuk mengindikasikan pola peranan seseorang dalam
masyarakat yang dapat diidentifikasi dari fungsi dan peran sosialnya, seperti struktur
agama, struktur pendidikan, dan struktur ekonomi.

22
Stratifikasi hadir dalam masyarakat, menurut Talcott Parson (1966, 1977),
sebagai bagian dari proses evolusi sosial. Masyarakat memiliki kapasitas untuk
beradaptasi dengan lingkungannya dan stratifikasi merupakan strategi masyarakat untuk
mengatasi keterbatasan-keterbatasan mereka. Menurut Parson, apabila setiap orang
diperlakukan dengan derajat yang sama, peran-peran seperti kepemimpinan yang
bertujuan untuk mengatasi tantangan dan permasalahan sosial tidaklah dibutuhkan.
Adanya stratifikasi menyebabkan peran pemimpin kepemimpinan dibutuhkan dan
berkonsekuensi mendatangkan reward dan prestise.
Kelas penguasa adalah yang secara resmi memiliki otoritas politik, ditandai
dengan penguasaan terhadap tanah dan menerima keuntungan dari kepemilikan tersebut.
Kelas penguasa dalam masyarakat agraris memiliki hak-hak dan prestise yang lebih
tinggi dari kelas lainnya. Surplus ekonomi sebagian besar mengalir ke tangan mereka.
Pada akhir abad ke-19, kelas penguasa atau elite dalam pemerintahan Cina diperkirakan
menerima pendapatan 24% dari GNP, atau dengan kata lain kelas penguasa di Cina saat
itu menerima surplus ekonomi lebih besar dari masyarakat Cina lainnya.
Aspek-aspek sosial seperti inilah dalam aktivitas ekonomi justru menjadi pelumas
bagi terbangunnya komitmen bisnis. Akhirnya, aktivitas ekonomi tidak dapat dianalisis
secara terpisah pada dataran praktis. Akan tetapi, untuk mengalkulasi rugi-laba, aktivitas
tersebut memang terpisah. Pada tingkat pelaksanaan, dinamika dan setting sosial para
aktor ekonomi akan terlibat dalam aktivitas tersebut. Itulah sebabnya kita dapat melihat
bahwa capaian ekonomi masing-masing individu, kelompok bahkan negara berbeda-
beda. Beberapa aspek sosial yang berasal dari sosialitas para pelaku ekonomi memainkan
peran dan menjadi spirit bagi perilaku ekonominya. Terdapat sikap, etika, kebiasaan,
tradisi dan aspek-aspek yang dikategorikan sebagai bagian dan properti sosial ternyata
mampu memengaruhi proses ekonomi.

23
BAB III

PEMBAHASAN

A. Keunggulan Buku
1. Keunggulan Buku Utama

Buku ini memiliki banyak keunggulan, yang pertama dari sisi bentuk buku, buku ini
memiliki ukuran yang sedang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar sehingga
memudahkan pembaca untuk membawa-bawa buku ini. Dalam segi isi, penjelasan dalam
buku ini memiliki kaidah bahasa yang bagus dan memudahkan pembaca dalam memahami
kajian-kajian setiap babnya, setiap bab memiliki keterkaitannya satu sama lain, selain itu
penjelasan yang singkat dan padat sangat menguntungkan pada buku ini. Untuk memahami
kemiskinan buku ini cukup mudah digunakan bagi para ekonom pemula karena
pembahasannya yang cukup ringan. Terdapat rangkuman di setiap akhir bab nya sehingga
memudahkan kita dalam menyimpulkan materi dan juga terdapat kuis di setiap akhir bab
untuk melatih pembaca.

2. Keuanggulan Buku Pembanding


Pada buku ini, kalimat yang digunakan cukup efektif dan memudahkan pembaca
dalam memahami materi. Selain itu, referensi yang digunakan pada buku ini juga cukup
banyak dan beradasarkan penulisan buku rapi baik itu dari daftar isi maupun pembagian
setiap babnya. Juga terdapat rangkuman . di setiap akhir bab nya sehingga memudahkan kita
dalam menyimpulkan materi dan juga terdapat kuis di setiap akhir bab untuk melatih
pembaca dan melatih ingatan pembaca.

B. Kelemahan Buku
1. Kelemahan buku utama
Selain memiliki keunggulan, tentunya buku ini memiliki beberapa kelemahan,
yakni sangat disayangkan sampul pada buku ini terlalu sederhana sehingga
pembaca tidak akan berekspektasi lebih pada buku ini, dan juga warna dalam
tulisan kurang menonjol.
2. Kelemahan buku pembanding
Buku e-book modul ini tidak memiliki bab yang lengkap dan juga tidak
melampirkan cover serta identitas yang lengkap.

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran


Jadi, yang dapat disimpulkan dari mereview buku ini, bahwa pengertian sosiologi
ekonomi ada dua hal definisi yaitu pertama sosiologi ekonomi merupakan sebuah kajian
yang mempelajari hubungan antara masyarakat yang di dalamnya terjadi interaksi sosial
dengan ekonomi. Kedua, sosiologi ekonomi merupakan pendekatan sosiologi yang
diterapkan kepada fenomena ekonomi.
Berikut saya lampirkan beberapa kelemahan dan kelebihan dari isi buku tersebut
guna memberikan masukan kepada penulis. Agar dalam penulisan berikutnya penulis
dapat memiliki ide-ide dan referensi guna membuat karyanya agar lebih baik ke
depannya. Semoga hasil review-an saya ini bermanfaat bagi para pembaca, semoga para
pembaca juga memberikan kritik dan sarannya guna membangun isi dari makalah ini,
terimakasih.

25

Anda mungkin juga menyukai