Anda di halaman 1dari 9

1.

Definisi Manajemen Berbasis Sekolah


Jawab :
Terdapat berbagai macam defenisi dari MBS ini terutama yang dikemukakan oleh
para ahli pendidika itu sendiri, namun defenisi meyeluruh dan kompleks tentang manajemen
berbasis sekolah ini yaitu dikemukakan oleh Neal (1997, h.17) yang dapat dapat dilihat dari
butir-butir yang terkandung dari defenisi yang dikemukakan tersebut yaitu :
a. Manajemen berbasis sekolah merupakan sekolah yang berdasarkan penelitian,
komitmen, sistem tertentu, dan pengoperasian sekolah dari suatu wilayah
memakai metode sentralisasi dan peran staf yang dipahami oleh pihak terlibat,
untuk memaksimalkan efektivitas penggunaan sumber daya.
b. Anggaran yang peruntukannya bagi sekolah, sebagian besar dipindahkan ke
sekolah masing-maing untuk dikelolah dalam sistem Rencana Anggaran dan
Pendapatan Belanja Sekolah.
c. Alokasi anggaran diberikan dalam bentuk secara adil, tidak terperinci,
berdasarkan alokasi per siswa yang berbeda setiap jenjang pendidikannya untuk
para siswa di sekolah tersebut.
d. Alokasi diberikan sesuai perencanaan dan anggaran sekolah yang dibuat oleh
seluruh yang berperan sebgai stakeholders dan disetujui oleh Dinas.
e. Perencanaan yang dirancang sebelumnya bertujuan untuk mencapai perbaikan
mutu pendidikan yang telah disepakati
f. Akuntabilitas diberlakukan bagi masingmasing sekolah
g. Evaluasi lebih pada hasil, bukan pada metodologi atau proses.
Selain itu juga terdapat penjelasan terkait defenisi manajemen berbasis sekolah
menurut UU Sisdiknas No. 21 Tahun 2003 Pasal 51, ayat (1) yang menurut defenisinya
sangat singkat dan sederhana sehingga memerlukan penjelasan lebih terperinci yang
menyebutkan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah/madrasah adalah bentuk otonomi
manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah/madrasah dan
guru dibantu oleh komite sekolah/madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan.

Terdapat empat aspek yang tercakup sebagai tujuan dari Manajemen Berbasis Sekolah
yang tersirat baik tersurat dalam kebijakan pemerintah dan Undang-undang Sisdiknas No. 20
Tahun 2003, serta aspirasi masyarakat yang berkembang, sebagai berikut :
1. Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan mencapai mutu dan relevansi pendidikan
yang setinggi-tingginya, dengan tolak ukur penilaian pada hasil melainkan bukan
pada metodologi atau prosesnya. Mutu lebih merujuk pada dicapainya tujuan
spesifik oleh siswa (lulusan) sedangkan relevansi lebih merujuk pada manfaat dari
apa yang diperoleh siswa melalui pendidikan dari berbagai lingkungan kehidupan
termasuk ranah pendidikan yang tidak diujikan.
2. Bertujuan menjamin keadilan bagi setiap anak utuk memperoleh layanan
pendidikan yang berutu disekolah yang bersangkutan. Antarsekolah harus saling
memacu prestasi dan tidak hanya melayani anak yang tergolong pandai dan
mengabaikan potensi anak yang kurang, secara keseluruhan sekolah harus
mencapai standar kompetensi minimal bagi setiap anak yang diluluskan. Keadilan
begitu penting sehingga para ahli sekolah efektif menyingkat tujuan sekolahnya
hanya dengan mutu dan keadilan atau quality and equity.
3. Bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Efektivitas dapat disingkat
bahwa pengelolaan dan penggunaan semua input dalam bentuk non-uang
dibandingkan/dihubungkan dengan hasil yang dicapai. Efektivitas berhubungan
dengan proses, prosedur, dan ketepatgunaan semua input yang dipakai dalam
proses pendidikan di sekolah sehingga menghasilkan hasil belajar siswa, seperti
yang diharapkan. Sedangkan efisiensi berhubungan dengan nilai uang yang
dikeluarkan atau biaya untuk memenuhi semua input yang digunakan dalam
semua proses dibandingkan atau dihubungkan dengan hasil belajar siswa. MBS
diharapkan dapat memenuhi efektivitas dan efisiensi sekolah karena perencanaan
dibuat sesuai dengan kebutuhan sekolah, sedangkan pelaksanaannya juga diawasi
oleh masyarakat.
4. Bertujuan meningkatkan akuntabilitas sekolah dan komitmen semua stake holders.
Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban atas semua yang dikerjakan sesuai
wewenang dan tanggung jawab yang diperolehnya. Akuntabilitas pendidikan dan
hasilnya diberikan bukan hanya kepada satu stakeholder, tapi kepada berbagai
pihak seperti orangtua, masyarakat, pengguna lulusan, kepada guru dan warga
sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan kepedulian terhadap apa yang
terjadi di sekolah, terutama dalam mutu, keadilan, efektivitas, efisiensi,
transparansi, dan sebagainya yang merupakan unsur-unsur yang dituntut oleh
konsep akuntabilitas pendidikan.
2. Bagaimana implikasi konsep mutu MBS dalam pendidikan ?
Jawab :
Mutu merupakan produk yang sempurna, bernilai dan meningkatkan kewibawaan. 
Mutu dalam konteks pendidikan sangat penting, karena berkaitan dengan lembaga yang
terdiri dari komponen peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan proses
penyelenggaraan pendidikan. Umaedi (2004) mengatakan bahwa mutu diartikan sebagai
derajat keunggulan sesuatu barang atau jasa dibandingkan dengan yang lain. Mutu dalam
pendidikan dapat ditinjau dari segi relevansinya dengan kebutuhan masyarakat, cepat
tidaknya lulusan memperoleh pekerjaan yang bergaji besar serta kemampuan seseorang
dalam mengatasi berbagai persoalan hidup. Mutu pendidikan dapat dikembalikan pada fungsi
pendidikan atau fungsi sekolah, seperti fungsi ekonomi/teknis, sosial, politik, budaya
pendidikan dan spiritual. Dari segi lingkup kompetensi yang luas harus dicapai maka
pandanga tentang mutu juga dalam arti yang luas meliputiberbagai spektrum, bukan hanya
menyangkut ranah kognitif, tetapi juga afektif, psikomotor, dan bahakan spiritual. Konsep
mutu dikemukakan oleh ahli dalam 3 pengertian. Pertama, mutu sebagai konsep yang absolut
(mutlak). Kedua, mutu dalam konsep yang relatif. Ketiga, mutu menurut konsumen.
Di indonesia terdapat sekolah-sekolah unggulan baik yang diprakarsai oleh
pemerintah maupun yang tumbuh atas prakarsa masyarakat termasuk duniausaha. Sekolah-
sekolah tersebut ingin tampil beda, dengan kekakhasan yang tidak dimiliki oleh sekolah lain
sehingga dapat menarik minat kelompok sosial ekonomi tertentu dan tidak sembarang
menerima calon siswa , dan secara relatif bersifat elitis. Menyelenggaran hal tersebut tentu
tidak asal persyaratan jelas dan terbuka, tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan
nasional serta ketentuan perundangan yang berlaku dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Jelasnya, wawasan mutu yang bersifat
menyeluruh, baik dari segi ranah kompetensi yang harus dicapai maupun ketiga konsep mutu,
secara terpadu semuanya dipakai dan saling mengisi. Wawasan tentang mutu lembaga
pendidikan, pada gilirannya akan sangat berpengaruh terhadap praktik manajemen satuan
pendidikan yang bersangkutan. Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam
implikasi konsep mutu dalam suatu pendidikan sebagai berikut :
Setiap penyelenggara dan pengelola pendidikan perlu memahami betul visi atau
wawasan tentang mutu pendidikan sehingga dapat mengarahkan ke mana satuan
yang dikelola akan diarahkan.
Konsep mutu dalam pengertian standar yang benar teliti sulit diterapkan dalam
dunia pendidikan. Konsep standar berarti penerapan sistem kualitas harus dapat
menjaga konsistensi mutu produk, agaknya secara metodologis sulit diterapkan di
dunia pendidikan. Terdapat kesulitan dalam menstandarkan input-proses-dan
output pendidikan meskipun ada yang berupaya kearah tersebut
Menurut Sallis (1993), ada konsumen eksternal maupun internal. Siswa merupaka
konsumen primer karena mereka yang memperoleh layanan langsung dari institusi
pendidikan. Orang tua dan pemerintah sebagai konsumen sekunder karena mereka
yang membiayai sehingga sangat penting dan menentukan. Pengguna lulusan,
pemerintah, dan masyarakat luas sebagai konsumen tersier karena tidak langsung
berhubungan dengan lembaga pendidikan namun berpengaruh penting. Dari
ketiga konsumen inilah yang dimaksud dengan konsumen eksternal. Untuk
konsumen internal termasuk yaitu guru/staf mengajar dan staf sekolah pada
umumnya. Peran mereka dalam mengupayakan layanan pendidikan yang bermutu
sangat penting. Maka dari itu, feedback dan kerjasama antar mereka sangat
penting dalam pengelolaan mutu pendidikan.
Konsep mutu pendidikan dapat dilihat dari berbagai perspektif maka pengertian
prestasi peserta didik yang selama ini hanya berupa prestasi akademik perlu diluruskan.
Disamping it, pelanggan tampaknya juga menjadi faktor yang menentukan output dan out
come lembaga pendidikan diterima atau tidak secara umum.

3. Bagaimana fungsi sekolah serta pendekatannya dalam memenuhi kriteria sekolah efektif
sesuai hubungannya dengan fungsi MBS ?
Jawab :
Terdapat beberapa fungsi dari sekolah, yaitu :
a. Fungsi teknis/ekonomi
Merujuk pada sejauh mana kontribusi sekolah di dalam pembangunan ekonomi bagi
individu, institusi, masyarakat, bangsa, dan dunia. Pada tingkat individu, sekolah
membantu siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup;
sebagai institusi sekolah erupakan organisasi layanan yang menyediakan produk jasa
layanan yang bermutu bagi klien, tempat bekerja bagi karyawan dan pengelola; pada
tingkat masyarakat baik lokal maupun nasional, sekolah turut mewarnai sistem dan
gerak ekonomi dengan menyediakan tenaga yang diperlukan dan sesuai
perkembangan ekonomi masyarakat, serta pada tingkat antar bangsa, sekolah
mensuplai tenaga terampil yang mampu bersaing dan diperlukan oleh negara-negara
lain.
b. Fungsi manusiawi/sosial
Berkaitan dengan sumbangan sekolah terhadap pengembangan manusia sebagai
pribadi dan dalam hubungan sosial. Bagi individu, sekolah membantu
pengembangan pribadi secara utuh secara psikologis, fisik maupun sikap dan
keterampilan sosial dengan pengembangan bakat secara optimal pada anak.
c. Fungsi politik
Mengacu pada kontribusi sekolah kepada mengembangan politik pada setiap
tingkatan atau tatanan masyarakat.
d. Fungsi budaya
Merujuk pada konstribusi sekolah dalam bentuk pembekalan sikap, kesadaran,
sosialisasi, dan praktik hidup berbudaya baik bagi individu, institusi, maupun
masyarakat lokal maupun lebih luas.
e. Fungsi pendidikan
Merjuk pada sumbangan sekolah atau lembaga persekolahan di dalam
memelihara, mempertahankan, dan mengembangkan sistem pendidikan dan
apresiasi serta komitmen akan pentingnya endidikan baik bagi individu, institusi,
lembaga masyarakat, bangsa dan antarbangsa
f. Fungsi spiritual
Merujuk pada konstribusi sekolah bagi kehidupan pribadi, kepentingan institusi,
kehidupan masyarakat bangsa yang lebih bermakna dalam hubungan dengan Sang
Maha Pencipta, serta hubungan antar bangsa dalam menjalin saling pengertian
antarpenganut agama sehingga turut menciptakan perdamaian yang sejati dan
lebih tulus karena landasan kepercayaan yang lebih hakiki.
Fungsi sekolah tidak lepas dari fungsi pendidikan karena sekolah dalam sistem
pendidikan nasional merupakan satuan pendidikan jalur formal, yang eran
utamanya adalah merealisasikan fungsi pendidikan nasional sesuai konteks
lingkungan dan masyarakat sekitar. Dalam rumusan formal, fungsi sekolah tidak
selalu eksplisit terkadang tersembunyi, namun maksudnya mencakup yang
dimaksud. Rumusan fungsi sekolah tersebut digabung dengan tujuan pendidikan
nasional yang tertuang dalam Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003, BAB II,
Pasal 3.
Terdapat empat pendekatan/kriteria dalam menilai efektif-tidaknya suatu organisasi yaitu :
1. Goal-attainment approach
Pendekatan ini disebut dengan goal model atau “pendekatan berdasarkan tujuan”.
Dalam pendekatan ini diyakini bahwa tujuan organisasi yang dinyatakan secara formal
merupakan kewajiban bagi sekolah tersebut untuk memenuhinya, sehingga efektivitas
sekolah dinilai tergantung dari derajat tercapainya tujuan (goal). Atau denga kata lain
pendekatan ini menilai efektivitas lebih menekankan pada hasil daripada proses atau cara
mencapai hasil dan pendekatan ini banyak diterima oleh berbagai pihak, termasuk
stakeholders. Persoalan yang muncul adalah manakala tujuan tidak jelas. Apanila pendekatan
ini digunakan maka terdpat beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan. Pertama,
tujuan sekolah baik yang berupa output maupun outcome harus jelas dan dapat diterima oleh
berbagai stakeholders. Kedua, proses perumusan tujuan melibatkan stakeholders. Ketiga,
upayakan merumusan tujuan yang mudah diukur, bukan sesuatu yang abstrak. Keempat,
perjelas mana tujuan jangka pendek dan mana tujuan jangka panjang dan perjelas
prioritasnya.
2. System approach atau pendekatan sistem
Organisasi merupakan sebuah sistem atau satuan keseluruhan yang terdiri atas bagian
kompinen yang mendukung dangan fungsi masing-masing yang saling tergantung dan
melengkapi untuk membentuk kesatuan. Pendekatan sistem ini mengakui hasil, tetapi baru
merupakan sabagian dari ukuran efektivitas. Organisasi/sekolah juga harus dinilai dari
kemampuannya memperoleh input, dan memprosesnya menjadi output untuk tetap stabil
dalam kehidupa organisasi jangka panjang. Pendekatan ini sekolah bukan hanya memelihara
dan mengelola input secara internal, tetapi jugaberhubungan dengan input eksternal atau
lingkungan. Dengan kata lain, pendekatan sistem tidak hanya memfokuskan pada tujuan
spesifik, tetapi kaitan dengan input, proses, dan perubahan lingkungan untuk menjamin
stabilitas tujuan jangka panjang memperoleh perhatian. Dengan demikian diperlukan analisis
berbagai input, bukan hanya siswa, tetapi juga sumber belajar, sumber daya manusia, praktik
manajemen, serta penyaluran hasil terhadap pengguna lulusan, serta respon masyarakat
terhadap lulusan.
3. Strategic constituencies approach atau pendekatan konstituen strategis
Konstituen adalah orang atau kelompok orang (masyarakat) yang diharapkan
dukungannya karena dukungan tersebut suatu institusi menjadi kuat. Sekolah memerlukan
dukungan orang tua/masyarakat yang saat ini dipresentasikan melalui Komite Sekolah,
kelompok birokrat tertentu atau persatuan guru setempat. Kelompok-kelompok yang sangat
mempengaruhi kebijakan sekolah tersebut adalah konstituen strategis karena kalau mereka
tidak senang pengelolaan sekolah (nasib sekolah) dapat terganggu. Apabila pendekatan ini
akan digunakan maka sekolah sejak awal berusaha menjaring masukan atau secara resmi
meminta masukan para konstituen yang dominan di dalam merumuskan visi misi, dan tujuan
sekolah. Dengan keterlibatan mereka di dalam menentukan arah pengembangan sekolah
maka efektivitas model ini akan tidak menyimpang dari idealisme dan fungsi-fungsi sekolah
yang sebenarnya. Peran konstituen strategis sangat penting, terutama pada saat seperti
sekarang ini di mana keberhasilan tidak hanya dinilai diklaim oleh satu pihak, tetapi
memerlukan pengakuan oleh beberapa pihak dan banyak di antaranya lebih bernuansa politis
daripada teknis.
4. Competing values approach atau pendekatan persaingan nilai
Dasar pendekatan ini adalah kriteria yang digunakan seseorang untuk menilai
efektivitas suatu organisasi ergantung dari siapa dia, dan kepentingan siapa yang dia wakili
Seorang guru menilai efektivitas sekolah kepala sekolah, dan orang tua siswa akan menilai
dari segi kepentinganmereka. Demikian pula birokrat pendidikan Sungguhpun terdapat
berbagai kepentingan yang saling bersaing, pendekatan ini berasumsi bahwa berbagai value
(nilai) yang direfleksikan dalam bentuk kepentingan dapat diorganisasikan dengan pola
tertentu. Pendekatan ini menekankan efektivitas pada empat wilayah perhatian yang
diinginkan para konstituen dan cocok dalam kondisi di mana organisasi kurang jelas
mengenai apa yang ingin ditekankan atau perubahan di dalam kriteria efektivitas dalam
perjalanan organisasi justru dianggap penting.
Dalam praktiknya, jarang terjadi sekolah secara ekstrem mengikuti salah satu pendekatan
dengan mengesampingkan pendekatan yang lain. Biasanya orang cenderung secara ideal
menghendaki semua unsur atau ciri-ciri yang baik dari kriteria atau pendekatan yang ada.
Sekolah ingin pencapaian hasil pendidikan yang jelas, ingin memperoleh dukungan semua
stakeholders sehigga posisinya mantap, tidak diganggu gugat. Di samping itu, sekolah juga
ingin kehidupan stabil, semua mengikuti aturan, tetapi juga ingin fleksibel mudah merespon
pembaruan dan tuntutan lingkungan.

4. Apakah kebijakan MBS ini sesuai dengan visi dan misi pemerintah dibidang pendidikan?
Dan mampukah MBS membenahi sistem pendidikan di negara kita ?
jawab :
Menurut saya kebijakan dari MBS ini sangat sesuai dengan visi dan misi dari
pemerintah dalam bidang pendidikan karena MBS merupakan suatu cara/jalan untuk
mencapai efektivitas dan efisiensi, bahkan dengan melibatkan berbagai pihak di dalam proses
pengambilan keputusan dan pendistribusian sebagian kewenangan kepada eksternal
stakeholders, seperti orang tua/masyarakat akan memperkuat komitmen dan tingkat kepuasan
konstituen strategis. Dengan kata lain tanpa adanya MBS ini efektivitas sekolah tidak akan
dapat terwujud atau MBS merupakan prasyarat bagi penerapan model sekolah efektif
sehingga dapat dikatakan saling terkait (berhubungan) satu sama lain antara efktivitas sekolah
dengan MBS. Melalui MBS perkembangan yang terjadi di bidang pendidikan yaitu
manajemen. MBS didorong bukan semata-mata oleh kalangan pendidik, tetapi lebih kuat
adanya dorongan unsur politis, kalangan dunia usaha, masyarakat yang menghendaki
partisipasi lebih besar dalam penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan, transparansi,
akuntabilitas, serta efisiensi di dalam penggunaan sumber daya pendidikan, yang semuanya
bukan hanya menekankan pada mutu , tetapi juga proses yang dapat diterima secara
luas.sebagaimana dalam visi pemerintah dalam pendidikan nasional yaitu “terwujudnya
sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah”. Serta misinya yaitu :
o Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
o Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak
usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
o Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
o Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahuan. keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai
berdasarkan standar nasional dan global.
o Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik
Inonesia.dari visi dan misi tersebut dapat dilhat bahwa MBS mencakup semua hal-
hal yang di inginkan pemerintah dalam visi dan misi pendidikan.
Kemudian mampukah MBS membenahi sistem pendidikan di negara kita ? Menurut
saya, ya MBS mampu membenahi sistem pendidikan di negara kita, karena MBS memiliki
semua hal yang dibutuhkan oleh sistem pendidikan kita terkait keterampilan, kreativitas,
efektivitas, manajemen, peran dari masyarakat/orangtua dan lain sebagainya. Intnya MBS ini
sangat penting dan sangatdibutuhkan dilihat dari kacamata pengelolaan pendidikan (sekiolah)
sebagai kerangka manajemen, sedangkan strategi operasionalnya perlu didukung oleh mdel
sekolah efektif, bahkan nilai-nilai manajemen mutu terpadu (Total Quality Management-
TMQ) juga perlu dikembangkan disekolah. Nilai-nilai penting TMQ dimaksud, antara lain
peningkatan mutu secara berkelanjutan, kepuasan pelanggan dan pengguna jasa pendidikan,
peningkatan mutu proses termasuk semua input yang terlibat dalam proses pendidikan, serta
kontrol kualitas berdasarkan standar yang dinamis.

Anda mungkin juga menyukai