N u ru l S u k m a L e sta ri ¹ ) , H a n a D e ssy N a ta l i n a ² )
ABSTRACK
Indonesia is a country that is very rich in culture and tradition. And a lot of traditional
foods and drinks are closely related to culture, or it can be said that they have been closely
attached to an area. Kawa Daun is one of them, a traditional drink from the Minangkabau
realm. It has become a culture for the people of West Sumatra to consume Kawa Daun,
a drink derived from dried coffee leaves. The purpose of this study is to explore the
history of Kawa Daun in terms of gastronomy and want to know whether tiramisu using
Kawa daun can be liked. The research was conducted by searching for references as much
as possible and drawing conclusions from existing references. The result is that Kawa daun
is well known from the colonial era and until now it is still widely consumed and the way
of making and serving that has not changed from time to time and Kawa daun can replace
coffee in making tiramisu.
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan budaya dan tradisinya. Dan
banyak makanan dan minuman tradisional yang erat hubungannya dengan budaya, atau
dapat dikatakan sudah melekat erat pada suatu daerah. Kawa Daun salah satunya,
minuman tradisional yang berasal dari ranah Minangkabau. Sudah menjadi budaya bagi
orang Sumatera Barat untuk mengkonsumsi Kawa Daun, yaitu minuman yang berasal
dari daun kopi yang sudah dikeringkan. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin menggali
sejarah dari Kawa Daun dilihat dari segi gastronomi dan ingin mengetahui apakah tiramisu
yang menggunakan Kawa daun dapat disukai. Penelitian dilakukan dengan cara mencari
refensi sebanyak-banyaknya dan mengambil kesimpulan dari referensi yang ada. Hasilnya
adalah Kawa daun sudah dikenal dari jaman penjajahan dan sampai sekarang masih
banyak dikonsumsi serta cara pembuatan dan penyajian yang tidak berubah dari jaman
ke jaman serta Kawa daun dapat menggantikan kopi dalam pembuatan tiramisu.
Riwayat Artikel :
Diajukan: 26 Juni 2019
Direvisi: 28 Juni 2019
Diterima: 15 Juli 2019
arabika (Coffea arabica L.) selain itu ada juga minuman teh herbal yang berasal dari daun
kopi Liberika (Coffee Liberica) yang masih kopi yang memiliki aroma, rasa dan
sangat terbatas jumlahnya (Abduh, et al. penampilan yang hampir sama dengan
2018). Dari tiga macam kopi yang ada, kopi minuman kopi (Novita, Kasim and
Robusta menempati tempat pertama untuk Anggraini, et al. 2018).
hasil yang didapat, yaitu 90% persen Kawa Daun muncul sekitar tahun 1840
(Gumulya and Helmi 2017). Indonesia yaitu pada saat tanam paksa dilakukan oleh
menjadi salah satu negara penghasil kopi Belanda dan pada saat itu harga kopi sedang
terbesar di dunia, dimana 67% hasil melambung tinggi di Eropa, maka seluruh
produksi di ekspor dan 33% nya menjadi biji kopi harus diserahkan ke penjajah dan
komsumsi lokal (Kurniawan 2017). Dimasa yang tersisa untuk orang pribumi adalah
ini terdapat 933 hektar perkebunan kopi daunnya yang kemudian dijadikan minuman
robusta dan 307 hektar perkebunan kopi (Ntonk 2013).
arabica (Indonesia Investments 2017).
rasa dengan timbulnya rasa pahit ( Fitriany atau yang kita kenal dengan gula merah
2019). Pengeringan daun kopi berbeda (Zulfitra 2017). Ada cara menyeduh daun
dengan pengeringan daun teh yang biasanya kawa dengan cara daun yang sudah kering
dilakukan dengan cara penjemuran dibawah diremas hingga menjadi serpihan kemudian
sinar matahari, di oven ataupun diangin- diseduh air panas dan setelah itu barulah
angin (Novita, Kasim and Anggraini, et al. disaring (Sada 2018). Cara penyajian yang
2018). menggunakan cangkir dari tempurung
Pada saaat pertamakali meminum Kawa kelapa dan penggunaan gula merah adalah
Daun rasa yang muncul akan mirip dengan filosofi dari keadaan masyarakat
teh karena memang sama-sama dari daun Minangkabau pada masa itu, yaitu hidup
yang dikeringkan kemudian barulah muncul serba kekurangan, tidak ada gelas dari kaca
rasa pahit tetapi tidak sepahit kopi dengan dan tidak ada gula pasir ( Fitriany 2019).
aromanya yang ringan dan warna yang lebih Sekarang ini ada rasa baru yang
jernih (Kementrian Pariwisata Indonesia disajikan untuk Kawa Daun, salah satunya
n.d.). Kawa Daun memiliki rasa sepat dan dengan penambahan susu, rasa jahe ataupun
pahit berbeda dengan minuman kopi yang kawa telur (Gatra.com 2019). Untuk
berasal dari biji nya (Marni 2019). penyajian Kawa daun atau yang disebut juga
Aia Kawa dapat disajikan tanpa gula, dengan
gula pasir, gula jawa dan susu (Oase 2017).
Penya ji a n Kawa Daun
dari tekstur kue yang lembut dengan rasa c. Gastronomi Teknis: pelaku di dalam
kopi dan keju yang kuat ( Zahra 2012). bidang ini melakukan penilain,
mengukur dan mengevaluasi secara
sistematis. Dapat menjadi penghubung
Gastro no m i antara industry kecil sampai industri
masal. Adapun kegiatan yang dilakukan
Gastronomi adalah suatu studi bisa berupa evaluasi dan menilai
mengenai hubungan antara makanan dan pembuatan makanan instan ataupun
budaya dimana berbagai aspek budaya sampai dengan membuat metode yang
dipertimbangkan dan makanan sebagai terbaik untuk instalasi peralatan yang
pusatnya (Maengkom 2015). Yang diperlukan sebelum suatu industry
membedakan antara gastronomi dengan makanan dimulai. Teknisi, ilmuwan
kuliner adalah adanya unsur budaya, sejarah makanan, konsultan professional dan
dan lansekap geografis (Ketaren 2017). spesialis operasional adalah orang-orang
Gastronomi juga dapat menjadi faktor yang biasa bekerja di bidang ini.
pendorong untuk kebangkitan pariwisata d. Gastronomi Molekuler: transformasi
suatu daerah (Zahari , et al. 2009). fisio-kimiawi dari bahan pangan yang
Gastronomi telah muncul sebagai elemen terjadi selama proses pemasakan dan
yang tidak dapat digantikan untuk lebih fenomena rasa saat dikonsumsi adalah
mengenal tentang budaya dan gaya hidup hal mutlak yang harus dipelajari jika
suatu daerah (Gheorghe, Tudorache and ingin mendalami bidang ini. Pelaku
Nistoreanu 2014). Gastronomi adalah suatu harus memahami dan dapat
ilmu tentang rasa dan bagaimana merasakan mengendalikan perubahan molekuler,
suatu makanan dan minuman (Klosse 2014). fisio-kimiawi dan struktur yang terjadi
Pada masa kini gastronomi menjadi salah pada makanan dimulai dari tahap awal
satu objek di daerah tujuan wisata (Gálvez, et sampai dikonsumsi. Tahap ini
al. 2017) dan menjadi suatu faktor penentu didapatkan melalui metode pengamatan,
bagi turis untuk menentukan tujuan eksperimen yang dikontrol, objektivitas
wisatanya (Sormaz, et al. 2015) . sains dan percobaan yang dilakukan
Berdasarkan Upaboga (Ketaren 2017) berulang-ulang. Pelaku dari bidang ini
ada beberapa sudut pandang gastronomi biasanya adalah ahli masak molekuler
yang dapat dipelajari, yaitu: yang menguasai molecular cooking.
a. Gastronomi Praktis: pekerjaan yang e. Gastronomi Makanan: pelaku di bidang
meliputi teknis dan merubah bahan ini adalah penikmat dan pengkaji
mentah menjadi makanan siap saji makanan yang dilihat dari proses dan
dimana para pelakunya adalah ahli peran sejarah, budaya, lansekap
masak professional ataupun mereka geografis dan metode memasak. Cara
yang belajar sendiri. Termasuk juga yang dilakukan adalah melakukan
didalamnya adalah orang-orang yang pencatatan akan kekayaan makanan
bekerja di bidang hospitality, seperti tradisional dengan cara menggali warisan
pemilik restoran, pramusaji, dll. nenekmoyang, mencari melalui tulisan
b. Gastronomi Teoritis: pelaku dari bidang ilmiah, dan catatan kitab lama mengenai
ini mempelajari teori-teori yang ada, inovasi ataupun modifikasi terhadap
mencatat proses dan resep tradisional. Pelaku bidang
mengimplemtasikan resep masakan gastronomi ini biasanya adalah penikmat
dalam bentuk tulisan ilmiah. Biasanya makanan, pemerhati dan pencinta
yang tergabung dalam bidang ini adalah makanan.
para konsultan dan Lembaga
Pendidikan.
adalah panel yang tidak didasarkan pada tingkat yang sudah dipetik diangin-angin terlebih dahulu
sensitivitas melainkan hal lain seperti keadaan kemudian dikeringkan dengan cara disangrai
sosial ekonomi, asal daerah dan lain – lain selama duabelas jam. Yang kedua dengan cara
(Sofiah and Achyar 2008). Panelis tidak terlatih daun kopi dijemur selama satu jam, kemudian
dapat digunakan untuk meguji tingkat kesukaan dilakukan pengasapan selama beberapa jam dan
atau kemauan pada suatu produk, apabila pengasapan dilakukan secara berulang tidak
jumlah anggota panel yang digunakan semakin terus menerus sampai daun kopi benar-benar
besar maka hasilnya akan semakin baik (Sofiah kering.
and Achyar 2008). Berdasarkan dari referensi yang ada, cara
menyajikan Kawa Daun adalah sama, yaitu
dengan menggunakan batok kelapa yang dibagi
Jumla h Panel i s dua dan beralaskan bambu yang dinamakan
dengan ‘sayak’. Sebelum disajikan dalam sayak
Menurut Committee on Sensory Evaluation ada dua macam cara pembuatan menjadi Kawa
of The Institute of Food Technologist dalam Daun. Yang pertama adalah daun yang sudah
(Sofiah and Achyar 2008, 85), untuk uji kering dituangkan air dingin kemudian
kesukaan/ uji hedonic, penelitian akan dilakukan dipanaskan sampai mendidih, sedangkan cara
terhadap 80 panelis tidak terlatih yang akan kedua adalah daun yang sudah kering diremas
menguji tingkat kesukaan terhadap hasil jadi kemudian dimasukan di dalam tabung bamboo
Tiramisu yang menggunakan Kawa Daun. lalu diseduh dengan air panas dan tabung ditutup
dengan ijuk. Kawa daun siap untuk disajikan.
Biasanya Kawa Daun akan disajikan Bersama
H A S IL D A N P E M BAHASAN dengan gorengan seperti pisang goreng, tahu,
tempe, tapai goreng, bika, dan ketan merah. Saat
Berdasarkan dari referensi yang ada, dapat ini Kawa Daun sudah memiliki rasa yang
diketahui bahwa pada awal mulanya kopi beragam seperti penambahan jahe, telur ataupun
bukanlah tanaman asli yang tumbuh di susu.
Indonesia. Tanaman kopi pada awalnya tumbuh Berdasarkan dari referensi yang ada, awal
di Africa dan barulah masuk ke Indonesia pada mula munculnya tradisi minum Kawa Daun
tahun 1696. Saat ini Indonesia merupakan adalah dimulai dengan adanya tradisi “Pai
negara penghasil kopi ketiga setelah negara Maanta Kawa”, yaitu mengantar makanan dan
Brazil dan Vietnam. Dan menempati urutan ke minuman untuk pekerja yang sedang bekerja di
enam untuk negara dengan konsumsi kopi sawah dan para pekerja biasanya meminum kawa
terbesar di dunia setelah Rusia. daun ini di dangau atau bilik-bilik yang terletak
Berdasarkan dari referensi yang ada, dapat di tepisawah atau lading yang sedang mereka
disimpulkan bahwa sejarah awal mulanya kerjakan. Sehingga tempat-tempat yang menjual
masyarakat Minangkabau mengkonsumsi Kawa Kawa Daun sekarang pun bentuknya
Daun belumlah terlalu jelas. Karena sebagian menyerupai dangau atau bilik-bilik bambu yang
dari referensi mengatakan bahwa masyarakat disebut dengan ‘Dangau Kawa”.
Minangkabau sudah terlebih dahulu mengenal Berdasarkan dari referensi yang ada, erat
Kawa Daun sebelum adanya bangsa Belanda hubungan antara Kawa Daun dengan budaya
(Zed 2010), sedangkan sebagian besar yang sudah melekat sangat lama di masyarakat
mengatakan bahwa masyarakat Minangkabau Minangkabau. Kawa Daun sudah ada dari masa
mulai mengkonsumsi Kawa Daun karena adanya yang lampau dimulai pada saat orang
monopoli kopi yang hanya dikhususkan untuk meminumnya sambal duduk-duduk di dangau
Ekspor dan bangsa Belanda (Ntonk 2013). tepi sawah atau ladang yang sedang mereka
Berdasarkan dari referensi yang ada, cara kerjakan hingga sekarang Kawa Daun yang dijual
pembuatan Kawa Daun menyebutkan bahwa di pinggir-pingir jalan dengan bentukan tetap
pemilihan daun yang akan diproduksi menjadi seperti dangau. Dengan penyajiannya yang
Kawa Daun haruslah yang sudah berwarna masih tradisional menyebabkan Kawa Daun
kuning dan sebentar lagi akan jatuh ke tanah. sekarang ini menjadi salah satu daya tarik
Kemudian ada dua macam cara untuk membuat pariwisata Sumatera Barat dan menjadi salah
Kawa Daun. Yang pertama adalah daun kopi satu tujuan wisata, dimana turis yang datang ke
Sumatera Barat khususnya yang berada di
268 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved
dataran tinggi ingin mencoba dan menikmati Salah satu alasan pemelihan panelis berupa
Kawa Daun. mahasiswa, siswa sekolah atas dan pekerja dalam
range umur 25 – 35 tahun adalah karena range
umur sedemikian adalah umur dimana mereka
Hasil kuision e r senang untuk berkumpul di suatu tempat sambal
menikmati kue-kue dan minuman seperti kopi.
Penelitian tentang Kawa Daun ini Terdapat delapan puluh responden yang
menggunakan kuisioner sebagai bahan dibagikan kuisioner dan melakakukan uji coba
pendukung untuk dapat mengetahui apakah terhadap tiramisu yang menggunakan kopi dan
Kawa Daun dapat disukai oleh masyarakat jika tiramisu yang menggunakan Kawa daun. Dari
diproduksi sebagai pengganti dari minuman tabel 1 dan tabel 2 dibawah ini dapat dilihat
kopi. Penyebaran kuisioner ini dilakukan di dua pilihan dari masing-masing panelis, dimana
tempat yaitu di seputar Bekasi yang terdiri dari pilihannya terdiri dari amat sangat suka (6),
orang-orang bekerja dan mahasiswa suatu sangat suka (5), suka (4), agak suka (3), netral (2),
perguruan tinggi dan tempat yang lain adalah di dan tidak suka (1)
sebuah sekolah menengah atas di daerah Bogor. Adapun hasil yang didapatkan adalah
sebagai berikut:
Dari tabel 1 dapat dilihat dari kategori rasa, terendah adalah skala netral. Dan yang terakhir
skala penilaian ‘suka’ memiliki nilai paling tinggi untuk kategori tekstur skala penilaian yang
sedangkan nilai paling rendah adalah pada dipilih paliang tinggi adalah’sangat suka’ dimana
penilaian’agak suka’ sedangkan untuk netral dan nilai terkecil masih pada skala netral.
tidak suka tidak ada satupun yang memilih. Dari Dari tabel diatas dapat dihitung bahwa
kategori aroma, skala penilaian’suka’ masih secara keseluruhan yang pemilihan tertinggi ada
memegang nilai tertinggi yaitu dipilih oleh 29 pada skala suka, baik dilihat dari kategori rasa,
orang sedangkan yang terendah adalah nilai aroma, warna dan tekstur. Sedangkan yang
untuk netral. Untuk kategori warna, panelis terendah adalah tidak suka karena tidak ada
banyak memilih untuk skala ‘suka’ dan yang satupun panelis yang memilih skala tersebut.
Dari tabel 2 dapat dilihat dari kategori rasa, penilaian’suka’ masih memegang nilai tertinggi
skala penilaian ‘agak suka’ memiliki nilai paling yaitu dipilih oleh 23 orang sedangkan yang
tinggi sedangkan nilai paling rendah adalah pada terendah adalah nilai untuk tidak suka sebanyak
penilaian’tidak suka’. Dari kategori aroma, skala 6 orang. Untuk kategori warna, panelis banyak
memilih untuk skala ‘suka’ dan yang terendah terendah adalah tidak suka karena ada sepuluh
adalah skala tidak suka. Dan yang terakhir untuk orang panelis yang memilih skala tersebut.
kategori tekstur skala penilaian yang dipilih Tabel berikut akan adalah tabel nilai mean,
paliang tinggi adalah’suka’ dimana nilai terkecil dimana nilai ini dalah nilai rata-rata dari semua
masih pada skala netral. kategori dari dua buah produk yang
Dari tabel diatas dapat dihitung bahwa dimaksudkan untuk melihat tingkat kesukaan
secara keseluruhan yang pemilihan tertinggi ada dari delapan puluh panelis terhadap produk
pada skala suka, baik dilihat dari kategori rasa, tiramisu yang menggunakan kopi dan yang
aroma, warna dan tekstur. Sedangkan yang menggunkan Kawa Daun.
Tabel 3 Total Uji Perbandingan Mean Tiramisu A (Kopi) dan Tiramisu B (Kawa Daun)
Perbandingan Tiramisu A (Kopi) Tiramisu B (Kawa Daun)
Rasa 4.67 3.87
Aroma 4.61 3.62
Warna 4.24 3.84
Tekstur 4.41 4.05
Total 4.48 3.85
Tabel 3 adalah menunjukan nilai mean Kawa Daun diantar dan dinikmati oleh para
untuk tiramisu dengan menggunakan kopi dan pekerja yang sedang beristirahat di dangau-
tiramisu yang menggunakan kawa daun. Dari dangau tepi sawah atau lading. Cara penyajian
hasil diatas didapatkan bahwa nilai mean untuk yang tradisional juga memiliki filosofi yang
tiramisu yang menggunakan kopi masih lebih menceritakan penderitaan masyarakat Sumatera
tinggi daripada yang menggunakan kawa daun. Barat dimasa penjajahan, yaitu tidak mampunya
Walau begitu tidak juga dapat dikatakan bahwa masyarakat pribumi untuk membeli gelas dari
panelis tidak menyukai tiramisu yang kaca, sehingga menggunakan bahan sederhana
menggunakan kawa daun, karena angkanyanya berupa batok kelapa yang telah dibagi dua dan
masih menunjukan agak suka yang sudah dialasi dengan menggunakan bambu agar cangkir
mengarah ke suka. tersebut dapat tetap berdiri. Dan sampai
sekarang penjual-penjual Kawa Daun tetap
mempertahankan cara penyajian tradisional
K E S IMPU LAN tersebut.
Adapun dari hasil penyebaran kuisioner
Dari semua referensi yang ada dapat didapatkan hasil bahwa adanya kesukaan
disimpulkan bahwa Kawa daun adalah minuman terhadap tiramisu dengan menggunakan kawa
tradisional berbahan dasar daun kopi yang sudah daun. Walaupun nilai kesukaan masih dibawah
di keringkan dan disajikan secara tradisional tiramisu yang menggunakan kopi, tetapi dapat
dengan menggunakan cangkir dari batok kelapa dilihat bahwa masih adanya kesukaan terhadap
yang dibagi dua dan dialasi dengan produk tiramisu yang menggunakan Kawa Daun.
menggunakan bambu. Daun kopi yang Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kawa Daun
digunakan harus benar-benar dalam keadaan dapat digunakan sebagai pengganti kopi dalam
kering jika tidak rasa yang dihasilkan hanyalah pembuatan tiramisu.
rasa pahit, tanpa ada rasa sepat yang biasa
muncul seperti pada daun teh yang dikeringkan.
Demikian juga tidak akan adanya aroma seperti SARAN
aroma kopi yang akan lebih muncul jika daun
sudah dikeringkan. Daun yang akan dipetikpun Sangat disarankan kepada semua pihak
haruslah daun yang sudah berwarna kuning dan terkait terutama pemerintah daerah setempat
sebentar lagi akan rontok. agar dapat menjaga kelestarian dari dangau-
Adapun Kawa daun merupakan minuman dangau Kawa yang masih menyajikan Kawa
tradisional yang sangat erat hubungannya dengan Daun dengan cara traditional. Dapat juga
budaya dari Masyarakat Sumatera Barat. Pai dilakukannya festival daerah yang akan lebih
Maanta Kawa, menjadi salah satu tradisi dimana
https://coffeeland.co.id/tak-hanya-
bijinya-daun-kopi-juga-banyak- Gálvez, Jesús ClaudioPérez, Tomás López-
manfaatnya/. Guzmán, Franklin Cordova Buiza,
and Miguel Jesús Medina-Viruel.
2019. CR1Coffee.com. 2017. "Gastronomy as an element
https://www.cr1coffee.com/sub/seki of attraction in a tourist destination:
las-info-tentang-perkebunan-kopi- the case of Lima, Peru." Journal of
terbesar-di-indonesia/. Ethnic Foods 4 (4): 254-261.