Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.4, No. 2,p. 262-276


@STPS 2019, All Rights Reserved

KAWA DAUN, KOPI YANG BUKAN BERASAL DARI BIJI KOPI

N u ru l S u k m a L e sta ri ¹ ) , H a n a D e ssy N a ta l i n a ² )

Hotel Management Department, Faculty of Economic and Communication


Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia 11480
Corresponding email: nurul.lestari@binus.edu*

ABSTRACK

Indonesia is a country that is very rich in culture and tradition. And a lot of traditional
foods and drinks are closely related to culture, or it can be said that they have been closely
attached to an area. Kawa Daun is one of them, a traditional drink from the Minangkabau
realm. It has become a culture for the people of West Sumatra to consume Kawa Daun,
a drink derived from dried coffee leaves. The purpose of this study is to explore the
history of Kawa Daun in terms of gastronomy and want to know whether tiramisu using
Kawa daun can be liked. The research was conducted by searching for references as much
as possible and drawing conclusions from existing references. The result is that Kawa daun
is well known from the colonial era and until now it is still widely consumed and the way
of making and serving that has not changed from time to time and Kawa daun can replace
coffee in making tiramisu.

Keywords: culture, Kawa Daun, Miangkabau, gastronomy , tiramisu

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan budaya dan tradisinya. Dan
banyak makanan dan minuman tradisional yang erat hubungannya dengan budaya, atau
dapat dikatakan sudah melekat erat pada suatu daerah. Kawa Daun salah satunya,
minuman tradisional yang berasal dari ranah Minangkabau. Sudah menjadi budaya bagi
orang Sumatera Barat untuk mengkonsumsi Kawa Daun, yaitu minuman yang berasal
dari daun kopi yang sudah dikeringkan. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin menggali
sejarah dari Kawa Daun dilihat dari segi gastronomi dan ingin mengetahui apakah tiramisu
yang menggunakan Kawa daun dapat disukai. Penelitian dilakukan dengan cara mencari
refensi sebanyak-banyaknya dan mengambil kesimpulan dari referensi yang ada. Hasilnya
adalah Kawa daun sudah dikenal dari jaman penjajahan dan sampai sekarang masih
banyak dikonsumsi serta cara pembuatan dan penyajian yang tidak berubah dari jaman
ke jaman serta Kawa daun dapat menggantikan kopi dalam pembuatan tiramisu.

Kata Kunci: Budaya, Kawa Daun, Minangkabau, gastronomi , tiramisu

Riwayat Artikel :
Diajukan: 26 Juni 2019
Direvisi: 28 Juni 2019
Diterima: 15 Juli 2019

262 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

Indonesia, walaupun tiramisu bukan


P E N DAHU LU AN merupakan makanan tradisional Indonesia
(Fizriyani 2016). Tiramisu terbuat dari
Indonesia merupakan negara yang lapisan savoiardi (ladyfingers) yang dicampur
sangat kaya akan hasil bumi, ditunjang oleh dengan mascarpone dan campuran bubuk
iklim tropis yang terdiri dari dua musim yang kopi (National Geographic Indonesia 2017).
membuat tanahnya menjadi sangat subur Ada suatu kekhasan dari tanaman kopi,
(Rustam, et al. 2014). Salah satunya yang yaitu tidak hanya biji kopinya yang dapat
tumbuh subur di tanah Indonesia adalah diolah menjadi minuman tetapi juga
tanaman kopi, walaupun pada awalnya kopi daunnya. Tetapi di Indonesia hanya di
bukanlah tanaman asli dari Indonesia daerah Sumatera Barat yang memanfaatkan
(Gumulya and Helmi 2017). Berdasarkan daun kopi sebagai minuman, yang dikenal
statistik, komoditas perkebunan sekarang dengan Aia Kawa atau Kawa Daun
menjadi sumber pendapatan nasional dan (Coffeeland Indonesia 2018). Kawa Daun
penghasil devisa negara (Direktorat Jenderal merupakan minuman tradisional khas
Perkebunan 2017). Salah satunya adalah Sumatera Barat yang disajikan dengan
kopi yang memegang peranan penting di menggunakan batok kelapa beralaskan
dalam roda ekonomi dan menjadi mata bambu, dimana minuman ini menjadi salah
pencaharian bagi sebagian masyarakat satu daya tarik pariwisata bagi wisatawan
Indonesia (Marhaenanto, Soedibyo and asing dan lokal (Rahmana, Zarni and Yarni
Farid 2015). Menurut Kementrian 2012). Kebiasaan meminum Kawa Daun
Pertanian pada tahun 2016 produksi kopi tersebar di daerah-daerah dataran tinggi
Indonesia telah mencapai 693,3 ribu ton seperti Batusangkar, Bukittinggi,
(Abduh, et al. 2018). Payakumbuh dan Sawahlunto (Rasyid,
Pada masa awal masuknya kopi yang Sanjaya and Zulharmita 2013).
dibawa oleh bangsa Belanda ke Indonesia Tujuan dari penelitian ini adalah:
pada tahun 1696 ditanam pertama kali di a. untuk mengetahui sejarah dari Kawa
pulau Jawa (Risnandar 2019). Karena Daun berikut dengan pengolahan dan
permintaan akan kopi semakin hari semakin cara penyajiannya serta tradisi yang
meningkat, maka penanaman kopi pun terkait di dalamnya,
mulai diperluas ke seluruh pulau Jawa, dan b. untuk mengetahui apakah Kawa Daun
beberapa daerah di Sumatera dan Sulawesi dapat digunakan sebagai pengganti kopi
(Gumulya and Helmi 2017). Indonesia dalam pembuatan Tiramisu
menjadi negara penghasil kopi ke tiga di
dunia setelah Brazil dan Vietnam
(CR1Coffee.com 2019). T IN JAUAN PU STA KA
Saat ini meminum kopi sudah menjadi
budaya di berbagai belahan dunia manapun Kopi di Indonesia
(Mubarok 2015). Menurut Data
International Coffee Organization (ICO), Pada abad ke 9 di benua Africa pertama
Indonesia pada tahun 2016-2017 kali ditemukannya perkebunan kopi yang
menempati posisi ke enam setelah Rusia berada di wilayah Ethiopia (Anggreawan
sebagai negara konsumsi kopi terbesar di 2017). Dan baru pada tahun 1696 kopi
Dunia dengan jumlah mencapai 4,6 juta Arabica pertamakali dibawa ke Indonesia
kemasan 60kg/lb (Databoks 2018). Banyak oleh Henricus Swaardecroon yang
produk makanan yang menggunakan kopi merupakan Komisaris VOC di Malabar-
sebagai salah satu bahan utama, salah Srilangka dan ditanam di Batavia (Yusianto
satunya adalah tiramisu. Tiramisu masih 2013).
menjadi favorit untuk makan penutup di Jenis kopi yang terkenal di Indonesia
adalah robusta (Coffea canephora) dan
263 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

arabika (Coffea arabica L.) selain itu ada juga minuman teh herbal yang berasal dari daun
kopi Liberika (Coffee Liberica) yang masih kopi yang memiliki aroma, rasa dan
sangat terbatas jumlahnya (Abduh, et al. penampilan yang hampir sama dengan
2018). Dari tiga macam kopi yang ada, kopi minuman kopi (Novita, Kasim and
Robusta menempati tempat pertama untuk Anggraini, et al. 2018).
hasil yang didapat, yaitu 90% persen Kawa Daun muncul sekitar tahun 1840
(Gumulya and Helmi 2017). Indonesia yaitu pada saat tanam paksa dilakukan oleh
menjadi salah satu negara penghasil kopi Belanda dan pada saat itu harga kopi sedang
terbesar di dunia, dimana 67% hasil melambung tinggi di Eropa, maka seluruh
produksi di ekspor dan 33% nya menjadi biji kopi harus diserahkan ke penjajah dan
komsumsi lokal (Kurniawan 2017). Dimasa yang tersisa untuk orang pribumi adalah
ini terdapat 933 hektar perkebunan kopi daunnya yang kemudian dijadikan minuman
robusta dan 307 hektar perkebunan kopi (Ntonk 2013).
arabica (Indonesia Investments 2017).

Pembu a t a n Kawa Daun


Sejarah Kawa Daun
Daun kopi yang berasal dari
Kopi Kawa adalah istilah yang sudah pemangkasan kemudian dikeringkan
sangat melekat bagi orang-orang dari tanah dengan cara pemanasan langsung dibawah
Minangkabau, yaitu minuman yang berasal sinar matahari, disangrai ataupun di
dari daun kopi (Yunillah 2015). Kawa daun panggang, kemudian direbus sampai
adalah minuman herbal yang terbuat dari menjadi suatu minuman yang berwarna
daun kopi yang dibuat oleh orang-orang dari kecoklatan yang dinamakan Kawa Kopi yang
Sumatera Barat (Novita, Kasim and berasal dari Payakumbuh (Khotimah 2014).
Anggraini, et al. 2018). Ada beberapa cara pembuatan Kawa daun,
Penggunaan daun kopi yang dijadikan salah satunya adalah dengan cara
minuman sebagai pengganti teh sudah dikeringkan dan disangrai selama duabelas
dikenal sejak lama oleh penduduk asli di jam, kemudian ketika akan disajikan daun
kepulauan timur (Hewitt 1872). Menurut yang sudah disangrai diberi air dingin lalu
AAK dalam (Khotimah 2014) pada awalnya dipanaskan hingga airnya mendidih.
orang meminum kopi adalah kopi yang Sedangkan sumber lain mengatakan bahawa
berasal dari daun kopi atau kulit buah yang daun kopi dikeringkan dengan cara
diseduh air panas yang dikenal dengan Kawa pengasapan kemudian diseduh air panas
Daun atau Kopi Kawa. Minuman Kawa didalam tabung bambu kemudian bisa
Daun merupakan minuman hasil dari ditambahkan pemanis dan jadilah Kawa
seduhan daun kopi yang berwarna lebih Daun ( Benmetan 2017).
gelap dari teh yang berasal dari Sumatera Untuk mendapatkan Kawa Daun yang
Barat (Novita, Kasim and Anggriani, et al. rasanya enak, maka daun kopi yang diambil
2018). Orang Minang sudah mengenal kopi haruslah yang sudah berwarna kuning dan
sejak awal abad 19 bahkan jauh sebelum hampir gugur, kemudian dijemur sekitar
kedatangan bangsa Belanda, tetapi satu jam dan barulah dikeringkan diatas
masyarakat setempat hanya mengkonsumsi tungku untuk beberapa jam dan diulang lagi
daun kopi atau yang disebut Kawa (Zed sebelum kopi dihidangkan dan daun kopi
2010). Asal mula nama Kawa Daun adalah harus benar-benar dalam keadaan kering
Bahasa Arab yaitu Qahwah yang berarti pada saat diseduh untuk menjadi minuman
kopi, dimana orang Minangkabau kemudian Kawa Daun (Rahmadhani 2017). Daun kopi
mengganti namanya sesuai dengan dialek tidak boleh langsung dikeringkan diatas
setempat (Zulfitra 2017). Kawa Daun adalah perapian karena akan berpengaruh pada

264 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

rasa dengan timbulnya rasa pahit ( Fitriany atau yang kita kenal dengan gula merah
2019). Pengeringan daun kopi berbeda (Zulfitra 2017). Ada cara menyeduh daun
dengan pengeringan daun teh yang biasanya kawa dengan cara daun yang sudah kering
dilakukan dengan cara penjemuran dibawah diremas hingga menjadi serpihan kemudian
sinar matahari, di oven ataupun diangin- diseduh air panas dan setelah itu barulah
angin (Novita, Kasim and Anggraini, et al. disaring (Sada 2018). Cara penyajian yang
2018). menggunakan cangkir dari tempurung
Pada saaat pertamakali meminum Kawa kelapa dan penggunaan gula merah adalah
Daun rasa yang muncul akan mirip dengan filosofi dari keadaan masyarakat
teh karena memang sama-sama dari daun Minangkabau pada masa itu, yaitu hidup
yang dikeringkan kemudian barulah muncul serba kekurangan, tidak ada gelas dari kaca
rasa pahit tetapi tidak sepahit kopi dengan dan tidak ada gula pasir ( Fitriany 2019).
aromanya yang ringan dan warna yang lebih Sekarang ini ada rasa baru yang
jernih (Kementrian Pariwisata Indonesia disajikan untuk Kawa Daun, salah satunya
n.d.). Kawa Daun memiliki rasa sepat dan dengan penambahan susu, rasa jahe ataupun
pahit berbeda dengan minuman kopi yang kawa telur (Gatra.com 2019). Untuk
berasal dari biji nya (Marni 2019). penyajian Kawa daun atau yang disebut juga
Aia Kawa dapat disajikan tanpa gula, dengan
gula pasir, gula jawa dan susu (Oase 2017).
Penya ji a n Kawa Daun

Daun kopi yang sudah dikeringkan Tradisi Meminum Kawa


kemudian direbus hingga mendidih dan Daun
berwarna coklat dapat disajikan dengan
menggunakan gula merah atau gula aren Pada awalnya tradisi minum kawa daun
untuk menambag kelezatan rasa (Rasyid, dilakukan oleh para pekerja pribumi di
Sanjaya and Zulharmita 2013). Kawa daun dangau di tepi sawah atau ladang yang sedang
disajikan dengan cangkir batok kelapa yang dikerjakan, ataupun di balai-balai bambu
dituangkan dari perian bamboo yang ditutup (Zulfitra 2017). Ada sebuah tradisi yaitu “Pai
dengan ijuk (Zed 2010). Kawa Daun Maanta Kawa”, yang berarti mengantarkan
merupakan suatu minuman khas makanan dan minuman untuk pekerja yang
Minangkabau yang disajikan dalam gelas ada di sawah, ini merupakan suatu tradisi
yang terbuat dari batok kelapa dengan mengirim makanan oleh istri kepada suami
beralaskan bambu (Rahmana, Zarni and yang sedang bekerja di sawah, makanan yang
Yarni 2012). dikirim berikut dengan minuman Kawa
Kawa daun yang disajikan dalam wadah (Ing786 2019).
batok kelapa biasanya didampingi dengan
pisang goreng, tahu, tempe, tapai goreng,
bika, dan ketan merah (Ahdiat 2015). Tiramisu
Minuman ini sangat nikmat jika disajikan
dalam keadaan panas dan ditemani dengan Tiramisu adalah potongan kue atau kue
makanan gorengan ( Asro Sikumbang cake yang berlapis-lapis terdiri dari
Minangkabau 2015). Daun kopi yang sudah mascarpone, sponge cake yang direndam
diseduh disajikan dengan menggunakan dalam kopi expresso dan ditaburi dengan
‘sayak’, yaitu gelas yang terbuat dari batok coklat bubuk (McCart 2016). Tiramisu
kelapa yang dibagi dua dan diberi tatakan berasal dari kota Sienna di provinsi
bambu agar tidak tumpah (Zulfitra 2017). Tuscanny di Italia yang pada awalnya disebut
Agar kawa daun terasa lebih enak pada saat sebagai zupa del duca (sup bangsawan)
dinikmati biasanya diberi sedikit gula ska karena teksturnya yang agak encer (Aprisa
2017). Ciri khas tiramisu adalah gabungan
265 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

dari tekstur kue yang lembut dengan rasa c. Gastronomi Teknis: pelaku di dalam
kopi dan keju yang kuat ( Zahra 2012). bidang ini melakukan penilain,
mengukur dan mengevaluasi secara
sistematis. Dapat menjadi penghubung
Gastro no m i antara industry kecil sampai industri
masal. Adapun kegiatan yang dilakukan
Gastronomi adalah suatu studi bisa berupa evaluasi dan menilai
mengenai hubungan antara makanan dan pembuatan makanan instan ataupun
budaya dimana berbagai aspek budaya sampai dengan membuat metode yang
dipertimbangkan dan makanan sebagai terbaik untuk instalasi peralatan yang
pusatnya (Maengkom 2015). Yang diperlukan sebelum suatu industry
membedakan antara gastronomi dengan makanan dimulai. Teknisi, ilmuwan
kuliner adalah adanya unsur budaya, sejarah makanan, konsultan professional dan
dan lansekap geografis (Ketaren 2017). spesialis operasional adalah orang-orang
Gastronomi juga dapat menjadi faktor yang biasa bekerja di bidang ini.
pendorong untuk kebangkitan pariwisata d. Gastronomi Molekuler: transformasi
suatu daerah (Zahari , et al. 2009). fisio-kimiawi dari bahan pangan yang
Gastronomi telah muncul sebagai elemen terjadi selama proses pemasakan dan
yang tidak dapat digantikan untuk lebih fenomena rasa saat dikonsumsi adalah
mengenal tentang budaya dan gaya hidup hal mutlak yang harus dipelajari jika
suatu daerah (Gheorghe, Tudorache and ingin mendalami bidang ini. Pelaku
Nistoreanu 2014). Gastronomi adalah suatu harus memahami dan dapat
ilmu tentang rasa dan bagaimana merasakan mengendalikan perubahan molekuler,
suatu makanan dan minuman (Klosse 2014). fisio-kimiawi dan struktur yang terjadi
Pada masa kini gastronomi menjadi salah pada makanan dimulai dari tahap awal
satu objek di daerah tujuan wisata (Gálvez, et sampai dikonsumsi. Tahap ini
al. 2017) dan menjadi suatu faktor penentu didapatkan melalui metode pengamatan,
bagi turis untuk menentukan tujuan eksperimen yang dikontrol, objektivitas
wisatanya (Sormaz, et al. 2015) . sains dan percobaan yang dilakukan
Berdasarkan Upaboga (Ketaren 2017) berulang-ulang. Pelaku dari bidang ini
ada beberapa sudut pandang gastronomi biasanya adalah ahli masak molekuler
yang dapat dipelajari, yaitu: yang menguasai molecular cooking.
a. Gastronomi Praktis: pekerjaan yang e. Gastronomi Makanan: pelaku di bidang
meliputi teknis dan merubah bahan ini adalah penikmat dan pengkaji
mentah menjadi makanan siap saji makanan yang dilihat dari proses dan
dimana para pelakunya adalah ahli peran sejarah, budaya, lansekap
masak professional ataupun mereka geografis dan metode memasak. Cara
yang belajar sendiri. Termasuk juga yang dilakukan adalah melakukan
didalamnya adalah orang-orang yang pencatatan akan kekayaan makanan
bekerja di bidang hospitality, seperti tradisional dengan cara menggali warisan
pemilik restoran, pramusaji, dll. nenekmoyang, mencari melalui tulisan
b. Gastronomi Teoritis: pelaku dari bidang ilmiah, dan catatan kitab lama mengenai
ini mempelajari teori-teori yang ada, inovasi ataupun modifikasi terhadap
mencatat proses dan resep tradisional. Pelaku bidang
mengimplemtasikan resep masakan gastronomi ini biasanya adalah penikmat
dalam bentuk tulisan ilmiah. Biasanya makanan, pemerhati dan pencinta
yang tergabung dalam bidang ini adalah makanan.
para konsultan dan Lembaga
Pendidikan.

266 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

Ciri kajian Gastro no m i skala numerik, dengan data numerik ini


dapat dilakukan analisis data statistik. Skala
Menurut (Ketaren 2017) kajian hedonik yang dipakai ada 6 yaitu amat sangat
gastronomi secara umum terdiri dari empat suka (6), sangat suka (5), suka (4), agak suka
komponen, yaitu: (3), netral (2), dan tidak suka (1) (Sofiah and
a. Budaya: faktor etnis lokal termasuk Achyar 2008).
agama, kepercayaan, tradisi adat istiadat
dan nilai-nilai kearifan lokal
b. Sejarah : asal usul budi-daya bahan baku Teknik Pengu m p u l a n Data
masakan dan kemampuan berinovasi
terhadap komponen, tekstur dan rasa Teknik pengumpulan data yang dilakukan
dalam makanan. adalah:
c. Lansekap geografis : faktor geografi & 1. Observasi adalah suatu proses peneliti
iklim serta tingkat keragaman suku lokal yang ikut terlibat dalam situasi sosial,
dan etnis pendatang. kemudian diungkapkan oleh peneliti
d. Metoda memasak : teknik dan proses seluruh apa yang dilihat, dialami, dan
memasak secara umum dirasakan langsung oleh peneliti
(Sugioyo 2015)
2. Dokumentasi adalah merupakan suati
M E TODE P E N E LITIAN metode untuk mengumpulkan data
kualitatif dengan cara melihat atau
Metode penelitian yang digunakan di menganalisis dokumen-dokumen yang
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dibuat oleh subjek sendiri atau oleh
dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah orang lain tentang subjek (Sugioyo 2015)
suatu penelitian yang menitikberatkan pada 3. Kuestioner adalah suatu teknik
kualitas dari sifat suatu barang atau jasa, pengumpulan data yang dilakukan
dimana yang terpenting dari barang atau jasa dengan cara memberikan seperangkat
itu berupa fenomena atau kejadian yang pertanyaan atau pernyataan tertulis
mempunyai arti dan dapat dijadikan kepada responden untuk dijawab
pembelajaran di kemudian hari untuk suatu (Sugioyo 2015)
pengembangan teori (Satori and Komariah 4. Sudi pustaka merupakan suatu studi
2009). Desain Penelitian dilakukan dengan yang berkaitan dengan kajian teoritis dan
cara ekperimental. Data didapatkan dengan referensi lain yang terkait dengan nilai,
cara penyebaran kuisioner untuk budaya, dan norma yang berkembang
mengetahui tingkat kesukaan pada tiramisu pada situasi sosial yang diteliti (Sugioyo
yang menggunakan kawa daun. Metode 2015).
penelitian kuantitatif menggunakan
intrumen penelitian, analisis data yang
digunakan untuk meneliti suatu populasi Teknik Analisa Data
atau sampel tertentu (Sugioyo 2015).
Pada penelitian ini, penulis akan Adapun Teknik Analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan 80 orang panelis yang tidak cara :1) Reduksi data, 2) Penyajian data dan 3)
terlatih (Sofiah and Achyar 2008) untuk Penarikan kesimpulan dan verifikasi
mengetahui apakah tiramisu dengan
menggunakan kawa daun disukai oleh Jenis Panel i s
panelis.
Pada penelitian ini digunakan skala Dalam penelitian ini peneliti akan
hedonic. Skala Hedonik atau tingkat menggunakan panelis tidak terlatih, karena yang
kesukaan akan ditransformasikan menjadi ingin diketahui adalah tingkat kesukaan terhadap
suatu produk. Panelis tidak terlatih adalah
267 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

adalah panel yang tidak didasarkan pada tingkat yang sudah dipetik diangin-angin terlebih dahulu
sensitivitas melainkan hal lain seperti keadaan kemudian dikeringkan dengan cara disangrai
sosial ekonomi, asal daerah dan lain – lain selama duabelas jam. Yang kedua dengan cara
(Sofiah and Achyar 2008). Panelis tidak terlatih daun kopi dijemur selama satu jam, kemudian
dapat digunakan untuk meguji tingkat kesukaan dilakukan pengasapan selama beberapa jam dan
atau kemauan pada suatu produk, apabila pengasapan dilakukan secara berulang tidak
jumlah anggota panel yang digunakan semakin terus menerus sampai daun kopi benar-benar
besar maka hasilnya akan semakin baik (Sofiah kering.
and Achyar 2008). Berdasarkan dari referensi yang ada, cara
menyajikan Kawa Daun adalah sama, yaitu
dengan menggunakan batok kelapa yang dibagi
Jumla h Panel i s dua dan beralaskan bambu yang dinamakan
dengan ‘sayak’. Sebelum disajikan dalam sayak
Menurut Committee on Sensory Evaluation ada dua macam cara pembuatan menjadi Kawa
of The Institute of Food Technologist dalam Daun. Yang pertama adalah daun yang sudah
(Sofiah and Achyar 2008, 85), untuk uji kering dituangkan air dingin kemudian
kesukaan/ uji hedonic, penelitian akan dilakukan dipanaskan sampai mendidih, sedangkan cara
terhadap 80 panelis tidak terlatih yang akan kedua adalah daun yang sudah kering diremas
menguji tingkat kesukaan terhadap hasil jadi kemudian dimasukan di dalam tabung bamboo
Tiramisu yang menggunakan Kawa Daun. lalu diseduh dengan air panas dan tabung ditutup
dengan ijuk. Kawa daun siap untuk disajikan.
Biasanya Kawa Daun akan disajikan Bersama
H A S IL D A N P E M BAHASAN dengan gorengan seperti pisang goreng, tahu,
tempe, tapai goreng, bika, dan ketan merah. Saat
Berdasarkan dari referensi yang ada, dapat ini Kawa Daun sudah memiliki rasa yang
diketahui bahwa pada awal mulanya kopi beragam seperti penambahan jahe, telur ataupun
bukanlah tanaman asli yang tumbuh di susu.
Indonesia. Tanaman kopi pada awalnya tumbuh Berdasarkan dari referensi yang ada, awal
di Africa dan barulah masuk ke Indonesia pada mula munculnya tradisi minum Kawa Daun
tahun 1696. Saat ini Indonesia merupakan adalah dimulai dengan adanya tradisi “Pai
negara penghasil kopi ketiga setelah negara Maanta Kawa”, yaitu mengantar makanan dan
Brazil dan Vietnam. Dan menempati urutan ke minuman untuk pekerja yang sedang bekerja di
enam untuk negara dengan konsumsi kopi sawah dan para pekerja biasanya meminum kawa
terbesar di dunia setelah Rusia. daun ini di dangau atau bilik-bilik yang terletak
Berdasarkan dari referensi yang ada, dapat di tepisawah atau lading yang sedang mereka
disimpulkan bahwa sejarah awal mulanya kerjakan. Sehingga tempat-tempat yang menjual
masyarakat Minangkabau mengkonsumsi Kawa Kawa Daun sekarang pun bentuknya
Daun belumlah terlalu jelas. Karena sebagian menyerupai dangau atau bilik-bilik bambu yang
dari referensi mengatakan bahwa masyarakat disebut dengan ‘Dangau Kawa”.
Minangkabau sudah terlebih dahulu mengenal Berdasarkan dari referensi yang ada, erat
Kawa Daun sebelum adanya bangsa Belanda hubungan antara Kawa Daun dengan budaya
(Zed 2010), sedangkan sebagian besar yang sudah melekat sangat lama di masyarakat
mengatakan bahwa masyarakat Minangkabau Minangkabau. Kawa Daun sudah ada dari masa
mulai mengkonsumsi Kawa Daun karena adanya yang lampau dimulai pada saat orang
monopoli kopi yang hanya dikhususkan untuk meminumnya sambal duduk-duduk di dangau
Ekspor dan bangsa Belanda (Ntonk 2013). tepi sawah atau ladang yang sedang mereka
Berdasarkan dari referensi yang ada, cara kerjakan hingga sekarang Kawa Daun yang dijual
pembuatan Kawa Daun menyebutkan bahwa di pinggir-pingir jalan dengan bentukan tetap
pemilihan daun yang akan diproduksi menjadi seperti dangau. Dengan penyajiannya yang
Kawa Daun haruslah yang sudah berwarna masih tradisional menyebabkan Kawa Daun
kuning dan sebentar lagi akan jatuh ke tanah. sekarang ini menjadi salah satu daya tarik
Kemudian ada dua macam cara untuk membuat pariwisata Sumatera Barat dan menjadi salah
Kawa Daun. Yang pertama adalah daun kopi satu tujuan wisata, dimana turis yang datang ke
Sumatera Barat khususnya yang berada di
268 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

dataran tinggi ingin mencoba dan menikmati Salah satu alasan pemelihan panelis berupa
Kawa Daun. mahasiswa, siswa sekolah atas dan pekerja dalam
range umur 25 – 35 tahun adalah karena range
umur sedemikian adalah umur dimana mereka
Hasil kuision e r senang untuk berkumpul di suatu tempat sambal
menikmati kue-kue dan minuman seperti kopi.
Penelitian tentang Kawa Daun ini Terdapat delapan puluh responden yang
menggunakan kuisioner sebagai bahan dibagikan kuisioner dan melakakukan uji coba
pendukung untuk dapat mengetahui apakah terhadap tiramisu yang menggunakan kopi dan
Kawa Daun dapat disukai oleh masyarakat jika tiramisu yang menggunakan Kawa daun. Dari
diproduksi sebagai pengganti dari minuman tabel 1 dan tabel 2 dibawah ini dapat dilihat
kopi. Penyebaran kuisioner ini dilakukan di dua pilihan dari masing-masing panelis, dimana
tempat yaitu di seputar Bekasi yang terdiri dari pilihannya terdiri dari amat sangat suka (6),
orang-orang bekerja dan mahasiswa suatu sangat suka (5), suka (4), agak suka (3), netral (2),
perguruan tinggi dan tempat yang lain adalah di dan tidak suka (1)
sebuah sekolah menengah atas di daerah Bogor. Adapun hasil yang didapatkan adalah
sebagai berikut:

Tabel 1. Penilaian Panelis Terhadap Tiramisu A (Tiramisu Kopi)


Sangat Tidak
Amat Sangat Suka Suka Suka Agak Suka Netral Suka Jumlah
Kategori
Frekuensi
(6) (5) (4) (3) (2) (1)
Rasa 18 24 32 6 0 0 80
Aroma 17 26 29 5 3 0 80
Warna 10 24 26 15 5 0 80
Tekstur 9 30 28 11 2 0 80

Dari tabel 1 dapat dilihat dari kategori rasa, terendah adalah skala netral. Dan yang terakhir
skala penilaian ‘suka’ memiliki nilai paling tinggi untuk kategori tekstur skala penilaian yang
sedangkan nilai paling rendah adalah pada dipilih paliang tinggi adalah’sangat suka’ dimana
penilaian’agak suka’ sedangkan untuk netral dan nilai terkecil masih pada skala netral.
tidak suka tidak ada satupun yang memilih. Dari Dari tabel diatas dapat dihitung bahwa
kategori aroma, skala penilaian’suka’ masih secara keseluruhan yang pemilihan tertinggi ada
memegang nilai tertinggi yaitu dipilih oleh 29 pada skala suka, baik dilihat dari kategori rasa,
orang sedangkan yang terendah adalah nilai aroma, warna dan tekstur. Sedangkan yang
untuk netral. Untuk kategori warna, panelis terendah adalah tidak suka karena tidak ada
banyak memilih untuk skala ‘suka’ dan yang satupun panelis yang memilih skala tersebut.

Tabel 2 Penilaian Panelis Terhadap Tiramisu B (Tiramisu Kawa Daun)


Amat Sangat Suka Sangat Suka Suka Agak Suka Netral Tidak Suka
Jumlah Frekuensi
Kategori (6) (5) (4) (3) (2) (1)
Rasa 14 16 15 19 13 3 80
Aroma 8 16 23 10 17 6 80
Warna 9 9 30 25 6 1 80
Tekstur 14 15 22 19 10 0 80

Dari tabel 2 dapat dilihat dari kategori rasa, penilaian’suka’ masih memegang nilai tertinggi
skala penilaian ‘agak suka’ memiliki nilai paling yaitu dipilih oleh 23 orang sedangkan yang
tinggi sedangkan nilai paling rendah adalah pada terendah adalah nilai untuk tidak suka sebanyak
penilaian’tidak suka’. Dari kategori aroma, skala 6 orang. Untuk kategori warna, panelis banyak

269 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

memilih untuk skala ‘suka’ dan yang terendah terendah adalah tidak suka karena ada sepuluh
adalah skala tidak suka. Dan yang terakhir untuk orang panelis yang memilih skala tersebut.
kategori tekstur skala penilaian yang dipilih Tabel berikut akan adalah tabel nilai mean,
paliang tinggi adalah’suka’ dimana nilai terkecil dimana nilai ini dalah nilai rata-rata dari semua
masih pada skala netral. kategori dari dua buah produk yang
Dari tabel diatas dapat dihitung bahwa dimaksudkan untuk melihat tingkat kesukaan
secara keseluruhan yang pemilihan tertinggi ada dari delapan puluh panelis terhadap produk
pada skala suka, baik dilihat dari kategori rasa, tiramisu yang menggunakan kopi dan yang
aroma, warna dan tekstur. Sedangkan yang menggunkan Kawa Daun.

Tabel 3 Total Uji Perbandingan Mean Tiramisu A (Kopi) dan Tiramisu B (Kawa Daun)
Perbandingan Tiramisu A (Kopi) Tiramisu B (Kawa Daun)
Rasa 4.67 3.87
Aroma 4.61 3.62
Warna 4.24 3.84
Tekstur 4.41 4.05
Total 4.48 3.85

Tabel 3 adalah menunjukan nilai mean Kawa Daun diantar dan dinikmati oleh para
untuk tiramisu dengan menggunakan kopi dan pekerja yang sedang beristirahat di dangau-
tiramisu yang menggunakan kawa daun. Dari dangau tepi sawah atau lading. Cara penyajian
hasil diatas didapatkan bahwa nilai mean untuk yang tradisional juga memiliki filosofi yang
tiramisu yang menggunakan kopi masih lebih menceritakan penderitaan masyarakat Sumatera
tinggi daripada yang menggunakan kawa daun. Barat dimasa penjajahan, yaitu tidak mampunya
Walau begitu tidak juga dapat dikatakan bahwa masyarakat pribumi untuk membeli gelas dari
panelis tidak menyukai tiramisu yang kaca, sehingga menggunakan bahan sederhana
menggunakan kawa daun, karena angkanyanya berupa batok kelapa yang telah dibagi dua dan
masih menunjukan agak suka yang sudah dialasi dengan menggunakan bambu agar cangkir
mengarah ke suka. tersebut dapat tetap berdiri. Dan sampai
sekarang penjual-penjual Kawa Daun tetap
mempertahankan cara penyajian tradisional
K E S IMPU LAN tersebut.
Adapun dari hasil penyebaran kuisioner
Dari semua referensi yang ada dapat didapatkan hasil bahwa adanya kesukaan
disimpulkan bahwa Kawa daun adalah minuman terhadap tiramisu dengan menggunakan kawa
tradisional berbahan dasar daun kopi yang sudah daun. Walaupun nilai kesukaan masih dibawah
di keringkan dan disajikan secara tradisional tiramisu yang menggunakan kopi, tetapi dapat
dengan menggunakan cangkir dari batok kelapa dilihat bahwa masih adanya kesukaan terhadap
yang dibagi dua dan dialasi dengan produk tiramisu yang menggunakan Kawa Daun.
menggunakan bambu. Daun kopi yang Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kawa Daun
digunakan harus benar-benar dalam keadaan dapat digunakan sebagai pengganti kopi dalam
kering jika tidak rasa yang dihasilkan hanyalah pembuatan tiramisu.
rasa pahit, tanpa ada rasa sepat yang biasa
muncul seperti pada daun teh yang dikeringkan.
Demikian juga tidak akan adanya aroma seperti SARAN
aroma kopi yang akan lebih muncul jika daun
sudah dikeringkan. Daun yang akan dipetikpun Sangat disarankan kepada semua pihak
haruslah daun yang sudah berwarna kuning dan terkait terutama pemerintah daerah setempat
sebentar lagi akan rontok. agar dapat menjaga kelestarian dari dangau-
Adapun Kawa daun merupakan minuman dangau Kawa yang masih menyajikan Kawa
tradisional yang sangat erat hubungannya dengan Daun dengan cara traditional. Dapat juga
budaya dari Masyarakat Sumatera Barat. Pai dilakukannya festival daerah yang akan lebih
Maanta Kawa, menjadi salah satu tradisi dimana

270 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

memperkenalkan Kawa Daun bagi masyarakat D3 Thesis, Yogyakarta: Universitas


umum.
Dapat juga dilakukan ekperimen pada Negeri Yogyakarta.
makanan atau minuman sehingga bisa juga
membantu agar Kawa Daun dapat lebih dikenal
lagi oleh masyarakat secara luas. Abduh, M Yusuf , Bagoes M. Inderaja,
Abdurrahman Adam, M Naufal
DAFTAR PU STAKA Hakim, and Lina Oktaviani. 2018.
Asro Sikumbang Minangkabau. 2015. Dari ITB untuk Indonesia:
GoodNewsfromIndonesia. Agustus Biorefinery Kopi. Output
25.https://www.goodnewsfromindo Penelitian dan Pengabdian
nesia.id/2015/08/25/minuman- Masyarakat, Pusat Penelitian
tradisional-aia-kopi-kawa-daun-dan- Biosains dan Bioteknologi-PPBB
inovasi-pemuda-kreatif. ITB, Bandung: Institute Teknologi
Bandung.
Benmetan, Thomas. 2017. Kawa Daun,
Ketika Daun Kopi Diracik Menjadi Ahdiat, Atman. 2015. AntaraNews.
Minuman. January 26. October 12.
https://www.goodnewsfromindones https://www.antaranews.com/berita/
ia.id/2017/01/26/kawa-daun-ketika- 523151/filosofi-kawa-daun.
daun-kopi-diracik-menjadi-
minuman. Anggreawan, Joni. 2017. Pengaruh Lama
Perendaman dan Konsentrasi
Fitriany, Anita. 2019 . Secangkir Kopi Kawa Asam Sulfat terhadap
Daun Meninggalkan Kisah. June Perkecambahan dan Vigor Bibit
15. Accessed June 21, 2019. Kopi Robusta. Skripsi, Yogyakarta:
https://www.gordi.id/blogs/updates/ Universitas Mercu Buana
secangkir-kopi-kawa-daun- Yogyakarta.
meninggalkan-kisah.
Aprisa, Gisca. 2017. Penggunaan Tape
Zahra, Siti Ulfatul. 2012. Substitusi Puree Ketan sebagai Pengganti Rum pada
Labu Kuning dalam Pembuatan Tiramisu Cake. KaryaTulis,
Cake Fruit (Fruit cup cake Bandung: Universitas Telkom.
pumpkin,Tiramisu pumpkin, dan
Pudding Sweety Pumpkin Cake). 2018. Coffeeland Indonesia. July 02.

271 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

https://coffeeland.co.id/tak-hanya-
bijinya-daun-kopi-juga-banyak- Gálvez, Jesús ClaudioPérez, Tomás López-
manfaatnya/. Guzmán, Franklin Cordova Buiza,
and Miguel Jesús Medina-Viruel.
2019. CR1Coffee.com. 2017. "Gastronomy as an element
https://www.cr1coffee.com/sub/seki of attraction in a tourist destination:
las-info-tentang-perkebunan-kopi- the case of Lima, Peru." Journal of
terbesar-di-indonesia/. Ethnic Foods 4 (4): 254-261.

2018. Databoks. December 12. Accessed 2019. Gatra.com. January 26.


June 11, 2019. https://www.gatra.com/detail/news/
https://databoks.katadata.co.id/data 384226-Menyeruput-Kawa-Daun-
publish/2018/12/12/indonesia- Kopi-Khas-Sumatera-Barat.
masuk-daftar-negara-konsumsi-
kopi-terbesar-dunia. Gheorghe, Georgică , Petronela
Tudorache, and Puiu Nistoreanu.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2017. 2014. "Gastronomic Tourism, A
Statistik Perkebunan Indonesia. New Trend for Contemporary
Statistik Perkebunan Kopi 2015- Tourism??" Cactus Tourism
2017, Kementerian Pertanian , Journal 9 (1): 12-21.
Direktorat Jenderal Perkebunan,
Jakarta: Sekretariat Direktorat Gumulya, Devanny, and Ivana Stacia
Jenderal Perkebunan. Helmi. 2017. "Kajian Budaya
http://ditjenbun.pertanian.go.id/tin Minum Kopi Indonesia." Jurnal
ymcpuk/gambar/file/statistik/2017/ Dimensi Seni Rupa dan Desain 13
Kopi-2015-2017.pdf. (2): 153-172.
Fizriyani, Wilda . 2016. Republika.co.id.
November 09. Accessed June 25, Hewitt, Robert G. 1872. Coffee its history,
2019.https://www.republika.co.id/b cultivation, and uses. New York: D.
erita/gaya- Appleton and company. Accessed
hidup/kuliner/16/11/09/ogcp0z328 June 14, 2019.
-asal-muasal-hadirnya-tiramisu-di- https://archive.org/details/coffeehist
dunia. ory00hewirich/page/n71.

272 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

Arabika dengan Menggunakan


2017. Indonesia Investments. November Analytical Hierarchy Process (Studi
13. https://www.indonesia- Kasus pada Perkebunan Kopi
investments.com/id/bisnis/komodit Lereng Gunung Kelir Jambu
as/kopi/item186. Ing786. Semarang." Jurnal SIMETRIS 8
(2): 519-528.
2019. Kompasiana.com. February 19.
https://www.kompasiana.com/ingvil Maengkom, Daniel . 2015.
lyan/5c69099343322f62af52af34/tr https://indogastronomi.wordpress.c
adisi-pai-maanta-kawa.n.d. om/2015/11/07/gastronomi/.
Kementrian Pariwisata Indonesia. November 17.
https://pesona.travel/keajaiban/960 https://indogastronomi.wordpress.c
/kawa-daun-kopi-rasa-teh. om/2015/11/07/gastronomi/.

Ketaren, Indrakarona . 2017. Gastronomi Marhaenanto, Bambang , Deddy Wirawan


Upaboga Indonesia. Vol. II. Soedibyo, and Miftahul Farid.
Jakarta: Indonesian Gastronomy 2015. "Penentuan lama Sangrai
Association. Kopi Terhadap Variasi Derajat
Sangrai Menggunakan Model
Khotimah, Khusnul . 2014. "Karakteristik Warna RGB pada Pengolahan
Kimia Kopi Kawa dari Berbagai Citra Digital (Digital Image
Umur Helai Daun Kopi yang di Processing)." Jurnal Agroteknologi
Proses dengan Metode Berbeda." 9 (02): 102-111.
Jurnal Teknologi Pertanian 9 (1): Marni, Nella . 2019. Gatra.com. January
40-48. 29.https://www.gatra.com/detail/ne
ws/384226-Menyeruput-Kawa-
Klosse, Peter. 2014. The Essence of Daun-Kopi-Khas-Sumatera-Barat.
Gastronomy: Understanding The
Flavor of Foods and Beverages. McCart, Melissa . 2016. Eater. October 24.
Florida: Taylor & Francis Group. Accessed June 25, 2019.
https://www.eater.com/2016/10/24/
Kurniawan, Wahyu Muhammad. 2017. 13314196/tiramisu-history.
"Penentuan Kualitas Biji Kopi
273 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

Mubarok, ZA Fachruriza . 2015. Ntonk. 2013. Sejarah Perih Kawa Daun


Pengembangan Kopi Kawa Minang (1840 - 1908). Juli 27.
dan Analisis Faktor yang http://minanglamo.blogspot.com/2
Menyebabkan Kopi Kawa Kurang 013/07/sejarah-perih-kawa-daun-
dikenal Masyarakat. Thesis, 1840-1908.html.
Department of Technopreneurship
Surya University, Surya University, Oase. 2017. Perpustakaan Digital Budaya
Banten: Surya University. Indonesia. November 07.
https://budaya-indonesia.org/Aia-
2017. National Geographic Indonesia. Kawa-1.
Maret 27. Accessed June 25, 2019.
https://nationalgeographic.grid.id/r Rahmadhani. 2017. Cerita di Balik Daun
ead/13307624/sejarah-seksi- Kawa, Kopi Seduhan Daun Khas
tiramisu-kuliner-italia-yang-lahir-di- Sumatera Barat (2). September 29.
kawasan-bordil?page=all. https://regional.kompas.com/read/
2017/09/29/07300031/cerita-di-
Novita, Rilma , Anwar Kasim, Tuty balik-daun-kawa-kopi-seduhan-
Anggraini, and Deddi P Putra. daun-khas-sumatera-barat-
2018. "Kahwa daun: traditional 2?page=all.
knowledge of a coffee leaf herbal
tea from West Sumatera,
Indonesia." Journal of Ethnic Rahmana, Ilham, Eli Zarni, and Fifi Yarni.
Foods 5: 286-291. 2012. "Pembuatan Teh Bubuk dari
http://journalofethnicfoods.net. Daun Kopi (Kawa Daun)." Jurnal
SMK-SMAK Padang 04 (01): 43-
Novita, Rilma , Anwar Kasim, Tuty 46.
Anggriani, and Deddi Prima Putra.
2018. "Survei Proses Pembuatan Rasyid, Roslinda , Winaldi Fitra Sanjaya,
Minuman Kahwa Daun di Propinsi and Zulharmita. 2013. "Penetapan
Sumatera Barat, Indonesia." Jurnal Kadar Koffein Daun Kopi Kawa."
Teknologi Pertanian Andalas 22 Jurnal Farmasi Higea 05 (02): 137-
(1): 32-36. 143.

274 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

Risnandar, Cecep . 2019. Ensiklopedia , Universitas Padjajaran, Bandung:


Jurnal Bumi. March 19. Accessed (2008). . Bandung:.
June 11, 2019.
https://jurnalbumi.com/knol/sejara Sofiah, Betty D, and S Tjutju Achyar. 2008.
h-kopi/. Penilaian Indera. Jatinangor:
Universitas Padjadjaran.
Rustam, Ema Tusianti, Anang Laksono,
Waris Marsisno, Haerani Natali Sormaz, Umit , Halil Akmese, Eda Gunes,
Agustini, Dyah Retno and Sercan Aras. 2015.
Prihatiningsih,, Kartiana Siregar, et "Gastronomy In Tourism." 3rd
al. 2014. Potensi Pertanian Global Conference on Business,
Indonesia :Analisis Hasil Economics, Managament and
Pencacahan Lengkap Sensus Tourism. Rome: Procedia
Pertanian 2013. Laporan Hasil Economics and Finance. 725-730.
Sensus Pertanian, Badan Pusat
Statistik, Jakarta: Badan Pusat Sugioyo. 2015. Metode Penelitian
Statistik.https://media.neliti.com/m Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
edia/publications/48853-ID- Yogyakarta: Alfabeta.
potensi-pertanian-indonesia-
analisis-hasil-pencacahan-lengkap- Yunillah, Nur Rizki A. 2015.
st2013.pdf. Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga
Melalui Pengolahan Daun Kopi
Sada. 2018. SadaCoffee. March 18. Menjadi Kopi Kawa di Desa
http://www.sadakoffie.com/daun- Harjomulyo Kecamatan Silo
kopi-atau-kawa-daun/. Kabupaten Jember. Skripsi,
Jember: Universitas Jember.
Satori, Djam’an , and Aan Komariah. 2009.
Metodologi penelitian kualitatif. Yusianto. 2013. "Karakteristik Kopi
Bandung: Alfabeta. Indonesia." agro.kemenperin.go.id.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Sofiah, B D, and T S Achyar. 2008. Indonesia. June.
Penilaian Indera . Bahan Ajar, http://webcache.googleusercontent.
Jurusan Teknologi Industri Pangan com/search?q=cache:TYAsGAxrZ

275 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019


Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Vol.4, No. 2,p. 262-276
@STPS 2019, All Rights Reserved

X4J:agro.kemenperin.go.id/media/ (2): 66-71.


download/465+&cd=6&hl=en&ct=c
lnk&gl=id. Zed, Mestika . 2010. "Dilemma Ekonomi
Melayu: Dari Melayu Kopi Daun
Hingga Kapitalisme Global." Jurnal
Zahari , Mohd Salehuddin Mohd , Mohd Tingkap VI (2): 67-78.
Hairi Jalis , Muhammad Izzat
Zulfifly, Salleh Mohd Radzi , and Zulfitra. 2017. Kawa Daun. Edited by
Zulhan Othman . 2009. Wenny Oktavia. Jakarta: Badan
"Gastronomy: An Opportunity for Pengembangan dan Pembinaan
Malaysian Culinary Educators." Bahasa.
International Education Studies 2

276 J-STP Vol.4 No. 2 | Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai