OLEH:
NAMIRA FITRIA
183110224
II. B
A. LATAR BELAKANG
Bronkopneumonia dapat dijumpai pada bayi dan anak dibawah usia 6 tahun.
Istilah untuk bronkopneumonia digunakan dalam menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru.
Menurut WHO, kasus pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada
anak- anak di seluruh dunia. Pneumonia membunuh 920.136 anak- anak di bawah usia
5 tahun pada tahun 2015, menyumbang 16% dari semua kematian anak balita (WHO,
2015). Angka prevalensi pneumonia di Indonesia pada balita adalah 18,5 permil.
Insiden tertinggi pneumonia balita terdapat pada kelompok umur 12- 30 bulan (21,7%)
(Depkes RI, 2013).
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada anak yang mengalami
Bronkopneumonia yaitu gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan bersihan jalan
napas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktivitas
dan resiko ketidakseimbangan elektrolit.. Proses peradangan dari proses penyakit
bronkopneumonia menimbulkan manifestasi klinis yang ada sehingga muncul
beberapa masalah keperawatan salah satunya adalah gangguan pertukaran gas.
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan/ kekurangan oksigen dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus- kapiler. (PPNI, 2017)
Tingginya kasus anak yang mengalami bronkopneumonia, meunjukkan
pentignya pemberian intervensi yang dapat tepat untuk menangani permasalahan yang
ditimbulkan oleh bronkopneumonia. Adapun rencana keperawatan dapat berfokus
pada pemeriksaan fisik untuk melihat tanda gangguan pertukaran gas seperti sianosis,
gelisah, pernapasan cuping hidung, pola napas abnormal. (PPNI, 2017)
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien bronkopneumonia di RSUP dr.
M. Djamil Padang
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
bronkopneumonia
2. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa Mampu mengetahui pengertian bronkopneumonia
2. Mahasiswa Mampu mengetahui Etiologi bronkopneumonia
3. Mahasiswa Mampu mengetahui Patofisilogi bronkopneumonia
4. Mahasiswa Mampu mengetahui tanda dan gejala bronkopneumonia
5. Mahasiswa Mampu mengetahui WOC brokpneumonia
6. Mahasiswa bisa melakukan pengkajian pada pasien dengan bronkopneumonia
berdasarkan konsep yang telah dipelajari
7. Mahasiswa mengetahui apa saja diagnosa yang mungkin muncul pada pada
pasien dengan bronkopneumonia
8. Mahasiswa bisa melakukan rencana keperawatan pada pasien dengan
bronkopnemonia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Pneumonia merupakan inflamasi akut pada parenkim paru yang mengganggu
pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-4 anak yang menderita penyakit
Pnemonia dan itu lebih sering terjadi selama akhir musim dingin dan awal musim
semi. Pneumonia diklasifikasikan menurut agen etiologinya.
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia
lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).
Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan
oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan
meluas ke parenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).
Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang paru-paru yang
mengenai pada bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak
bisa bekerja dan bisa mengakibatkan kematian.
B. Etiologi
Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan
protozoa.Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan, muntah
atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi :
1. Bakteri gram positif
a. Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada
penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
b. Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering
menyebabkan infeksi nasokomial).
D. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen
masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di
saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem
transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat
sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan
terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena
adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi
mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain.
Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat
yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler .
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi
kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan
compliance dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan
proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada
bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang
menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi
hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut
endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka
suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga
menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya
metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun
sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena
dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit
(keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi.Terdapat cairan
purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru
sehingga dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga
mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan
tingginya tekanan tersebut menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot interkosta)
yang menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih
dari 60 hembusan permenit.Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di
sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru.Setiap kali kemampuan
untuk membuang karbon dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2
darah.Hasilnya adalah asidosis pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak
untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya menormalkan pH darah.Kontras
dengan bradipnea.Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar selama ekspirasi,
penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi
napas.Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor.Contoh : suara ngorok.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi
peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan
anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik
secara mendadak sampai 39-40℃ dan disertai kejang karena demam yang tinggi
sehingga anak menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit
bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga
menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat (hipertermi).Adanya
hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah pun menurun dan terjadi
hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan menyebabkan
fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran nafas
bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi. Adanya infeksi
tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya meningkat, karena
hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga menyebabkan frekuensi BAB
bertambah per harinya.
E. WOC
Virus, bakteri, jamur dan
aspirasi benda asing
peradangan
Penurunan ekspansi
malabsorpsi Anoreksia Batuk kering/produktif, paru
Kelelahan dan keletihan
terdengar ronki
Frekuensi BAB > PO2 menurun Hipoksia
3x/hari, Intake menurun
Intoleransi Aktivitas
konsistensi encer Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Nafas hiperventilasi
Penurunan hipoksemia
Kekurangan Ketidakseimbangan kesadaran
Adanya retraksi dinding
Volume Cairan Nutrisi : Kurang dari
dada, sesak nafas, nafas
Kebutuhan Gangguan
cuping hidung Ketidakefektifan
Pertukaran Gas
Pola Nafas
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas. Sesak
nafas yang muncul akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan pada
lumen bronkus.
2. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari.Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai
39-40 C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
b. Riwayat penyakit dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita penyakit
infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
c. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit
infeksi saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya, keadaan
ini dapat memberikan petunjuk kemungkinan penyakit tersebut diuraikan.
3. Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau
kelainan pada kehamilan/persalinan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Pemantauan respirasi:
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 1. monitor frekuensi,
hambatan upaya napas jam diharapkan pola napas irama, kedalaman, dan
membaik, dengan kriteria upaya napas
Gejala dan tanda mayor hasil: 2. monitor pola napas
1. penggunaan otot bantu 1. diispnea menurun 3. monitor adanya
pernafasan 2. penggunaan otot bantu produksi sputum
2. fase ekspirasi pernapasan menurun 4. auskultasi bunyi napas
memanjang 3. pernapasan cuping 5. monitor saturasi
3. pola nafas abnormal. hidung menurun oksigen
(takipnea, bradipnea, 5. frekuensi napas 6. monitor nilai AGD
hiperventilasi. membaik 7. atur interval
6. kedalaman napas pemantauan respirasi
membaik sesuai kondisi pasien
(SLKI: 95) 8. jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
(SIKI: 247)
2. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan napas:
efektif berhubungan keperawatan selama 1x 24 1. Monitor pola napas
dengan sekresi yang jam diharapkan bersihan 2. Monitor bunyi napas
tertahan. jalan napas meningkat, 3. Monitor sputum
dengan kriteria hasil: 4. Pertahankan kepatenan
Gejala dan tanda mayor 1. batuk efektif meningkat jalan napas
a. batuk tidak efektif 2. produksi sputum 5. Posisikan semi-fowler
b. tidak mampu batuk menurun atau fowler
c. sputum berlebih 3. dispnea menurun 6. Berikan minum air
d. mengi, wheezing, Sn
ronki kering 4. sianosis menurun hangat
e. mekonium djalan 7. frekuensi napas 7. Berikan oksigen
napas(pada neonates) membaik 8. Anjurkan asupan
8. pola napas membaik cairan 2000 ml/ hari,
(SLKI: 18) jika tidak
kontraindikasi
9. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspekto
ran, mukolitik, jika
perlu.
(SIKI: 186)
3. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan Pemantauan respirasi:
berhubungan keperawatan selama 1x 24 1. monitor frekuensi,
denganketidakseimbangan jam diharapkan pertukaran irama, kedalaman, dan
ventilasi- perfusi gas meningkat, dengan upaya napas
kriteria hasil: 2. monitor pola napas
Gejala dan tanda mayor 1. dispnea menurun 3. monitor adanya
1.PCO2 2. bunyi napas tambahan produksi sputum
meningkat/menurun menurun 4. auskultasi bunyi napas
2. PO2 menurun 3. gelisah menurun 5. monitor saturasi
3. takikardia 4. napas cuping hidung oksigen
4. bunyi nafas tambahan menurun 6. monitor nilai AGD
5. PO2 membaik 7. atur interval
6. Sianosis membaik pemantauan respirasi
7. Pola napas membaik sesuai kondisi pasien
(SLKI: 94) 8. jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
9. (SIKI: 247)
4. Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi:
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 1. Identifikasi status
ketidakmampuan jam diharapkan status nutrisi
mencerna makanan nutrisi membaik, dengan 2. Identiikasi alergi dan
kriteria hasil: intoleransi aktivitas
1. Porsi makan yang 3. Monitor asupan
Gejala dan tanda mayor dihabiskan meningkat makanan
1.berat badan menurun 2. Berat badan membaik 4. Monitor berat badan
minimal 10 % dibawah 3. Indeks Massa Tubuh 5. Fasilitasi menentukan
rentang ideal (IMT) membaik pedoman diet\
4. Nafsu makan membaik 6. Ajarkan diet yang
5. Membran mukosa diprogramkan
membaik 7. Kolaborasi dengan ahli
(SLKI: 121) gizi untuk menetukan
jumlah kalori dan jenis
nutien yang
dibutuhkan, jika perlu
(SIKI: 200)
DAFTAR PUSTAKA
Nining,yuliastati. 2016.keperawatan anak..jakarta : Kementerian kesehatan RI
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika..
Nursalam.2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaram Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.