Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 043089112
1. Dalam kepabeanan impor disebutkan adanya fasilitas bagi perusahaan yang berorientasi
dan untuk pameran. Mohon jelaskan kedua hal tersebut.
Jawaban :
Mitra Utama kepabeanan atau disebut MITA adalah importir dan/atau eksportir
yang diberikan pelayanan khusus di bidang kepabeanan. Layanan khusus
tersebut di antaranya pemeriksaan pabean dilakukan secara minimal,
penyampaian pemberitahuan pabean dan dokumen pelengkap dapat dilakukan
secara paperless. MITA Kepabeanan merupakan penetapan atau penunjukan
langsung oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Importir yang telah
ditetapkan menjadi MITA Kepabeanan dapat memberi rekomendasi terhadap
perusahaan mitra dagangnya agar memperoleh pelayanan khusus di bidang
kepabeanan yang berhubungan dengan percepatan pengeluaran barang
(locomotif facility)
2. PT. XYZ (memiliki API) mengimpor bahan baku elektrik dari Korea Selatan dengan data
seperti berikut:
Jawaban :
Freight (10%(dari Asia non ASEAN) x FOB) = 10% x US$ 250.000 = US$ 25.000
Insurance (0.5% x (FOB+Freight)) = 0.5% x US$ 275.000 = US$ 1.375
CIF (Cost + Insurance + Freight) = US$ 250.000 + US$ 1.375 + US$ 25.000 = US$
276.375
Kurs = Rp 14.500
PPh Pasal 22 (dengan API 2.5%, tanpa API 7.5%) x nilai impor = 2.5% x 4.808.925.000=
Rp 120.223.125
3. PT Bimoli Indonesia, Tbk mengekspor crude palm oil sebanyak 3.500 MT telah berada di
kawasan pabean di pelabuhan muat siap untuk diekspor. Tetapi ternyata sebanyak 340
MT setelah dilaksanakan konsolidasi mengalami kerusakan dan harus diganti terlebih
dulu. Apa dan bagaimana caranya untuk mengganti dan memasukkan kembali ke dalam
kawasan pabean? Jelaskan secara lengkap!
Jawaban :
Apabila barang ekspor yang telah dimasukkan ke kawasan pabean mengalami
kerusakan, maka terhadap Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) tersebut dapat
dibetulkan dan dapat juga dibatalkan. Jika kerusakan menimpa sebagian barang dalam
PEB, maka terhadap PEB tersebut dilakukan pembetulan data PEB. Jika kerusakan
terjadi terhadap semua barang dalam PEB, maka PEB tersebut dapat dibatalkan. Dalam
kasus ini 340MT dari 3.500MT mengalami kerusakan, sehingga dilakukan Pemberitahuan
Pembetulan (PP) PEB. Barang yang rusak dilakukan pemeriksaan fisik. Setelah itu barang
dapat dikeluarkan dengan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang Ekspor (SPPBE).
4. Ekspor adalah suatu kegiatan mengeluarkan barang ke luar daerah pabean Indonesia
Suatu barang dianggap telah diekspor, apabila telah dimuat ke sarana pengangkut yang
akan berangkat ke luar daerah pabean. Jelaskan secara lengkap meliputi apa saja
tahapan urutan penyelesaian kewajiban pabean atas barang ekspor?
Jawaban :
a) Melakukan registrasi Kepabeanan sehingga memperoleh Nomor Identitas
Kepabeanan sebagai eksportir.
b) Membuat Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) secara elektronik yang
disampaikan kepada DJBC
c) Pemenuhan lartas ekspor atau barang-barang tertentu yang terkena aturan
larangan dan pembatasan. Apabila barang tidak termasuk dalam aturan larangan,
maka barang dapat di ekspor
5. PT Sejahtera Makmur Indonesia menanam dan mengekspor biji kakao sebanyak 7.000
Metric Ton dengan harga patokan ekspor adalah US$2,000/Metric Ton. Berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Tahun 2017 tarif bea keluar untuk biji kakao adalah 15%.
Kurs yang berlaku pada saat itu US$1 = Rp14.500,- Hitung besarnya bea keluar yang
harus dibayarkan oleh PT Sejahtera Makmur Indonesia?
Jawaban :
RUMUS BEA KELUAR
Tarif Bea Keluar x Harga Ekspor x Jumlah Satuan Barang x Nilai Tukar Mata Uang
15% x US$2,000 x 7.000 x 14.500 = Rp 30.450.000.000
6. PT Timber Borneo Indonesia memproduksi dan mengekspor kayu gergajian papan jenis
kayu Merbau dengan lebar (board) surface four side (S4S) dengan ukuran lebar ≥10 cm,
dan tebal < setengah lebar. Luas penampangnya 2.400 m² dan panjang ≤ 2.000 m²
sebanyak 5.500 m³ dengan tujuan ekspor ke Taipeh, Taiwan. Harga patokan ekspor saat
itu US$900/m³ dan kurs yang berlaku US$1 = Rp14.500,- Hitung berapa bea keluar yang
harus dibayarkan oleh PT Timber Borneo Indonesia?
Jawaban :
RUMUS BEA KELUAR
Tarif Bea Keluar x Harga Ekspor x Jumlah Satuan Barang x Nilai Tukar Mata Uang
5% (olahan kayu gergajian luas penampang 1000m2 s.d 4.000m2) x US$900 x 5.500 x
14.500 = Rp 3.588.750.000
7. PT Trimitra Nusa Engineering mengimpor trafo beban untuk tegangan menengah PT PLN
Persero dari Australia. Freight dari Australia FOB US$25,000 dan Insurance sebesar
US$2,300 ditutup di Jakarta. NDPBM US$1 = Rp14.500,- Barang tersebut sangat vital
untuk mengalirkan listrik ke ibukota Negara, sehingga bisa mendapatkan keringanan bea
masuk atau Bea Masuknya = 0%. Tetapi hingga tibanya sarana pengangkut di Tanjung
Priok, Jakarta SKEP dari DJBC untuk mendapat pembebasan bea masuk belum diterima.
Hitung besarnya total pungutan impor yang harus dibayarkan, dan bagaimana caranya
agar trafo beban tersebut tetap dapat segera dikeluarkan dari kawasan pabean dan aliran
listrik dapat segera normal kembali?
Jawaban :
FOB = US$ 25.000
Freight = 10% (freight dari Australia) x US$ 25.000 = US$
2.500
Insurance = 0 ( ditutup di Indonesia/Jakarta)
CIF (Cost + Insurance + Freight) = US$ 25.000 + 0 + US$ 2.500 = US$ 27.500
Kurs = Rp 14.500
Nilai Pabean (CIF x Kurs) = US$ 27.500 x 14.500 = Rp. 398.750.000
Bea Masuk (10%(tariff bea masuk trafo) x Nilai Pabean) = 10% x Rp. 398.750.000 =
Rp 39.875.000
Nilai impor ( CIF + Bea Masuk ) = Rp. 398.750.000 + Rp 39.875.000 = Rp 438.625.000
10. Fasilitas fiskal berupa pembebasan atau keringanan bea masuk terhadap barang impor
yang digunakan untuk keperluan bahan baku, pembangunan dan pengembangan dalam
rangka penanaman modal asing. Dalam hal ini adalah diberikan untuk mesin dan bahan
baku industri. Apakah syaratnya untuk barang yang dapat diberikan fasilitas pembebasan
atau keringanan bea masuk tersebut? Jelaskan lengkap!
Jawaban :
Syarat untuk barang yang diberikan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk
tersebut yaitu :
1) Belum diproduksi di dalam negeri
2) Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang
dibutuhkan, atau
3) Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan
industri.
Keputusan tentang poin-poin tersebut didasarkan pada daftar mesin, barang, dan bahan
yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang perindustrian atau
pejabat yang ditunjuk, setelah berkoordinasi dengan instansi teknis yang terkait.