Anda di halaman 1dari 3

Pertemuan Kedua

 Metode penyusunan usul fikih pasca Imam Syafii (h.40)


1. Metode Mutakallimin (h.40)
 Metode Mutakallimin ; dikenal juga sebagai metode “Syafiiyah” dalam
menyusun ilmu Ushul fiqh, yaitu : kaidah-kaidah dasar yang digunakan dalam
merumuskan hukum dengan menempuh prosedur sebagai berikut ;
Pertama : merumuskan kaidah-kaidah dasar hukum tanpa terpengaruh pada
persoalan cabang hukum (mazhab).
Kedua : menetapkan kaidah tersebut disertai argumentasi yang mendukungnya
setelah melalui kajian mendalam. Tidak memandang apakah kaidah yang
dihasilkannya mendukung pendapat mazhab yang ada, atau menolaknya.
 Keunggulan Metode Mutakkallimin; Objektif, menentukan hukum cabang
berdasarkan kaidah dasar, menghindari hal-hal yang tidak perlu diperdebatkan.
(h.41)
 Kekurangan metode Mutakallimin; terlalu teoritis, menyinggung banyak
persoalan fisafat dan mantik, menyoal terlalu dalam kaidah kebahasaan, larut pada
perdebatan persoalan baik dan buruk perbuatan manusia.(h.42)
 Kitab-kitab usul fiqh metode Mutakallimin ; Al ‘amd karya Abdul jabbar, Al
burhan karya Al juwayni, Almustasfa karya Al ghazali. (h.43)

2. Metode Hanafiyah ( h. 44)


 Metode Hanafiyyah; disebut juga metode Fuqaha, yaitu model perumusan hukum
fikih yang berorintasi pada praktek , dimana kaidah-kaidahnya disusun
berdasarkan dari kasus kasus hukum yang disimpulkan oleh Ulama Mazhab
Hanafi. (h.45)
 Adapun penyusunannya ditempuh melalui prosedur sebagai berikut ; (h.45)
Pertama: menyusun kaidah sesuai dari putusan-putusan hukum cabang
sebgaimana yang telah dirumuskan oleh Ulama mazhab hanafi.
Kedua : faktor yang mendorong hal ini, dikarenakan Ulama-ulama mazhab hanafi
sebelumnya, tidak membuat panduan kaidah rumusan hukum sendiri.
 Kitab kitab ushul fiqh Metode Hanafiyah : al fushul fil ushul karya al jasas, Ta’sis
nazar karya ad dabusi, Al ushul karya al bazdawi, Ushul karya as-sarakhsi, Al
manar karya an nasafi. (h.46)
 Persamaan dan perbedaan dua metode di atas(h.47)
 Persamaan dua metode tersebut ;
1. Mutakallimin ; mencari kaidah hukum lalu praktek. Kemudan kaidah yang ada
diterapkan pada hukum cabang lainnya.
2. Hanafiyah ; merumuskan kaidah hukum dari hukum cabang yang sudah ada.
Kemudian menetapkan hukum cabang lainnya berdasarkan kaidah hukum yang
telah dirumuskan.
 Perbedaan dua metode tersebut ;
Hanafiyyah Mutakalimin
Tunduk dan mengacu pada putusan Tidak mengacu pada putusan hukum
hukum furu’ furu’
Tidak selalu fokus pada gambaran Fokus pada satu gambaran hukum
hukum umum bersifat umum
Objek pembahasan ; ibarah nas, isyarah Objek pembahasan ; Mantuq, mafhum
nash, iqtida’ an nash

3. Metode Muta’akkhirin (h.49)


 Metode Mutaakhirin : pola penyusunan usul fiqh dengan menggabungkan dua metode
sebelumnya ( mutakallimin dan hanafiyah). Pola penyusunannya ;
Pertama : merumuskan kaidah usul dengan menyertai dalil yang dijadikan
argumentasinya.
Kedua : mengaplikasikan kaidah usul yang dibuat pada kasus hukum furu’ yang
muncul belakangan
 Kitab ushul fiqh metode mutaakhirin : badi’ an nizham al jami bayn al kitab al
bazdawi wal ihkam karya Ibnu as sa’ati al hanafi, Tanqih al fushul karya alBukhari al
hanafi, Jam’ al Jawami’ karya As subki.

4. Model Usul fikih maqasidi (h.50)


 Metode maqashid; pola penyusunan ushul fiqh yang berorientasi pada subtansi atau
tujuan hukum, serta hikmah-hikmah yang terkandung dalam putusan hukum yang
akan ditetapkan
 Ulama yang menginisiasi metode maqashid adalah Imam Syatibi. Ia menulis kita usul
fiqh yang dikenal dengan “ Al Muwafaqat”
 Kitab-kitab yang menggunakan metode ini ; Al furuq karya Ibnu daqiq, maqashid
syariah karya ibnu asyur, irsyad al fuhul karya as syaukani, ushul fiqh karya al
khudari, ushul fiqh karya abdul wahab khallaf, ushul fiqh karya abdul wahhab
khallaf.

 Ilmu Usul fikih (h.52)


 Ushul artinya dasar, pondasi, penopang. Secara bahasa bisa bermakna fisik seperti
dinding yang menopang atap, atau bisa bermakna non-fisik(maknawi) seperti
memutuskan hukum berdasarkan dalil. (h.54)
 Menurut istilah, ushul ; dalil (petunjuk), rajih (yang kuat), kaidah (formula), maqis
alaih (barometer), mustashab ( hukum asal).
 Fiqh artinya mengetahui seseuatu dan memahminya. Secara bahasa fikih adalah
pemahaman. (h.55)
 Menurut istilah, fikih : ilmu yang mempelajari tentang hukum islam berkaitan dengan
aktiffitas manusia ( amaliyah) yang diperoleh dari dalil terperinci.
 Ushul fiqh (Ibnu al hajib): ilmu yang mempelajari tentang kaidah-kaidah yang
digunakan untuk mengistinbat (menganalisa atau menyimpulka) hukum islam melalui
dalil-dalil terperinci. (h.60)
 Ushul fiqh (al baidhawi) : meengetahui bagaimana mengaplikasikan (al istifadah)
dalil-dalil fikih yang bersifat umum dan memahami keadaan orang yang
menggunakan dalil tersebut”. (definisi yang dipilih)
 Perbedaan Fiqh dan Ushul Fiqh (h.63)

Ushul Fiqh Fiqh


Kaidah atau rumusan yang digunakan Kesimpulan hukum yang diperoleh dari
untuk menganalisa hukum dari dalil dalil-dalil terperinci melalui kaidah yang
yang terperinci telah dirumuskan
Mengkaji dalil-dalil yang bersifat umum Mengkaji dalil-dalil yang bersifat
(ijmal) khusus (tafsil)
Objeknya dalil-dalil umum (kulliy) Objeknya perbuatan manusia
 Hukum mempelajarinya, fardhu ‘ain bagi mujtahid dan fardhu kifayah bagi pelajar.
(h.67)
 Objek kajiannya ; ada yang mengatakan dalil, ada yang mengatakan hukum, ada yang
mengatakan dalil dan hukum.
 Kegunaannya ; (h.70)
- Mujtahid ; membekalinya kemampuan untuk mengistinbat hukum islam.
- Muqallid : mengetahui landasan-landasan hukum yang diambil oleh setiap ulama
sehingga membuat dirinya lebih yakin untuk melaksanakan putusan hukum yang ada
- Pembanding : mengetahui secara detail metode rumusan hukum masing-masing
imam, serta dalil yang digunakan, dengan begitu terlihat sisi persamaan dan
perbedaan pada satu objek hukum yang dikaji, lalu mampu memilih pendapat yang
kuat (rajih), mana yang paling dekat pada maslahat yang ditujuh.
 Sumber pengetahuan ilmu Ushul Fiqh : ilmu kalam, bahasa arab, hukum islam, (h.74)
 Perbedaan kaidah ushul fiqh dan kaidah fiqh (h.77)

Kaidah Ushul Fiqh Kaidah Fiqh


Sarana yang digunakan untuk Standar umum (dawabit al kulliyah)
menyimpulkan hukum dalam putusan hukum yang dipakai oleh
mujtahid dalam menganalisa rumusan-
rumusah hukum
Berlaku umum yang teraplikasi pada Berlaku pada kebanyakan dengan ada
semua turunan hukum yang ada pengecualiann beberapa kondisi

Anda mungkin juga menyukai