Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN AKHIR

ANALISIS HASIL PENILAIAN BENCANA TANAH LONGSOR

DI KECAMATAN PONCOL, KABUPATEN MAGETAN

DISUSUN OLEH :

DESTRIA ARDIANA P

NIM. 18631655

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGI

TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ANALISIS
HASIL PENILAIN BENCANA yang telah dilaksanakan di Kelurahan
Sukowinangun Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetantanpa halangan
suatu apapun.

Laporan diajukan sebagai syarat bagi mahasiswa yang telah


melakukan kegiatan Analisis Penilaian bencana. Penulis menyadari
sepenuhnya tanpa bantuan berbagai pihak, laporan ini tidak akan berwujud.
Dalam laporan ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai
pihak, sehingga pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr. happy Susanto, M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah


Ponorogo.
2. Sulistyo Andarmoyo, S.Kep.,Ns.M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
3. Saiful Nurhidayat, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Kaprodi S1
Keparawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Ponorogo
4. Serta berbagai pihak yang telah membantu dan mencurahkan segala
waktu, tenaga dan fikiran dalam pelaksanaan Analisi Penilaian
Bencana sehingga dapat berjalan dengan baik.

Penulis menyadari banyak ketidaksempurnaan dalam penyusunan


laporan ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini mendapatkan ridho dari
Allah SWT dan bermanfaat bagi kita semua.

Magetan, 12 Maret
2022

ii
(Penlis)

Daftar Isi

Cover i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Orientasi Wilayah……………………………………………….1
1.2 Sebaran Dan Kepadatan Penduduk……………………………...1
1.3 Kondisi Perekonomian Daerah………………………………….2
1.4 Keuangan Daerah……………………………………………….3
1.5 Titik lokasi rawan longsor ……………………………………...3
1.6 Peta lokasi rawan bencana tanah longsor ………………………4
1.7 Pola permukiman masyarakat………………………………...…4
1.8 Jumalah curah hujan di Kabupaten Magetan…………………....6
BAB II TINJAUAN PERMASALAHAN 7
2.1 Paparan Permasalahan…………………………………………..7
2.2 Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan
Bencana…………...10

BAB III PERAN PERAWAT PENCEGAHAN BENCANA 13

3.1 Peran Perawat dalam Mitigasi, dan Kesiapsiaaan Bencana


13
3.2 Macam-Macam Aktivitas Kesiapsiagaan 14
3.3 Secara umum proses tanggap darurat…………………………17
3.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan selama tanggap darurat……..19
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 20
4.1 Kesimpulan 20
4.2 Saran 20

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1. ANALISIS SITUASI
1.1. Orientasi Wilayah
Poncol merupakan salah satu kecamatan di wilayah
Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Kecamatan Poncol terletak di bagian barat Kabupaten
Magetan, berjarak sekitar 14 Kilometer dari ibu kota
kabupaten ke arah barat daya melalui Kecamatan Plaosan.
Pusat pemerintahan kecamatan Poncol berada di Kelurahan
Alastuwo.  Kecamatan Poncol memiliki luas wilayah sebesar
51,31 km2. Wilayah Kecamatan Poncol terdiri dari dataran
tinggi dan pegunungan dengan ketinggian antara 612 s.d
1.104 meter di atas permukaan laut. Secara administratif,
Kecamatan Poncol dibagi menjadi 8 desa/kelurahan. Dari
jumlah delapan desa/kelurahan tersebut terdapat 44 Rukun
Warga (RW), 34 Lingkungan/Dusun, dan 231 Rukun
Tetangga (RT). Jumlah penduduk di Kecamatan Poncol
sebesar 31.487 jiwadengan kepadatan penduduk mencapai
613,78 jiwa per km2.

1.2. Sebaran Dan Kepadatan Penduduk

1
Tabel 1.1.
KK
jumlah
Rata-rata
sebaran Kecamatan
Penduduk Keluarga Anggota
penduduk
Keluarga
tahun 2021
Poncol 31694 10246 3,09
(https://mag
Parang 455873 15506 2,94
etankab.bps.
Lembeyan 42754 14868 2,88
go.id)
Takeran 39297 13744 2,86
1.3.
Nguntoronadi 21595 7559 2,86
Kawedanan 42654 15157 2,81
Magetan 45495 15714 2,90
Ngariboyo 39826 13392 2,97
Plaosan 52513 16540 3,17
Sidorejo 28605 9021 3,17
Panekan 58339 19259 3,03
Sukomoro 33036 11969 2,76
Bendo 41815 15460 2,70
Maospati 46510 17128 2,72
Karangrejo 24705 8992 2,75
Karas 37855 13189 2,87
Barat 31016 11335 2,74
Kartoharjo 25914 9508 2,73
Kabupaten 23858
689210 2,89
Magetan 7
Kondisi Perekonomian Daerah
Kabupaten Magetan telah mempunyai fasilitas
perdagangan yang lengkap, fasilitas tersebut berupa pasar dan
pertokoan yang terkonsentrasi di pusat kota. Khususnya
Pasar Kabupaten magetan seperti Pasar Sayur dijalan
Sukowati, Pasar Plaosan di jalan Raya Plaosan Sarangan dan

2
pasar modern yang terdapat di Jalan Ahmad Yani Kabupaetn
Magetan. Sebagian besar dari penduduk dikabupaten
Magetan Bekerja sebagai Petani dengan menggubakan Lahan
milik sendiri guna menyuplai berbagai kebutuhan komoditi di
pasar local maupun keluar kota. Selain menyediakan
kebutuhan pokok sehari-hari, keberadaan pasar tersebut
jugapenting dalam rangka menunjang kegiatan sistem koleksi
– distribusi terhadap barangbarang kebutuhan penduduk dan
beberapa komoditi pertanian yang dihasilkan oleh Kabupaten
Magetan dan wilayah sekitarnya. Hanya saja untuk
memenuhi kebutuhan akan barang-barang kebutuhan yang
sifatnya tersier seperti peralatan elektronik , otomotif dan
sebagainya, penduduk selain pergi ke Kota Magetan sendiri
juga pergi ke kota besar lainnya seperti Madiun dan
sekitarnya.
1.4. Keuangan Daerah
Berdasarkan data yang ada RAPD yang diperoleh untuk
kabupaten Magetan sebesar Rp. 1.187.915.609.240.30
1.5. Titik lokasi rawan longsor di kabupaten Magetan

Lokasi Jenis Gerakan tanah


Jalan menuju sarangan Rock Fall
Jalan menuju air terjun Sliding (Translational),
tittosari desa ngluweng Debrid flow
Kecamatan Plaosan
Jalan menuju desa Rock Fall
Wonomulyo, Kecamatan
Poncol
Jalan menuju desa Rational sliding
Genilangit, Kecamatan
Poncol

3
Desa Trosono Kecamatan Rational Sliding
Parang
Lereng tegak dikawasan Rational Sliding
Gunung Blego
Tepi jalan telaga Wahyu Rock Fall
Tepi jalan Cemorosewu Rational Sliding
Tepi jalan Tawangmangu- Rock Fall
Sarangan
Tikungan jalan Sarangan Rational sliding
RPH Campurejo,Desa Rock Fall, Rational Sliding
Jabung, Kecamatan Poncol
Tabel 1.2. studi pemetaan Kawasan rawan Bencana
Kabupaten Magetan Tahun 2016
1.6. Peta lokasi rawan bencana tanah longsor
kabupaten Magetan

1.7. Pola permukiman masyarakat


Pola pemukiman masyarakat memiliki variasi pola dari yang
sangat jarang hingga sangat padat, mengelompok, teratur dan
tidak teratur. Kawasan permukiman akan banyak terdapat
pada kawasan yang memiliki tingkat penunjang hidup yang
tinggi, misalnya pada kawasan yang subur untuk

4
menguntungkan pertanian. Menurut Dwi Ari dan Antariksa
(2005:79) pola permukiman membicarakan sifat persebaran
permukiman dengan kata lain pola permukiman secara
umum. merupakan susunan sifat berbeda dari hubungan
faktor-faktor yang menentukan persebaran permukiman.
Masyarakat dalam menentukan lokasi permukiman memiliki
dasar pertimbangan yang mempengaruhi mereka dalam
memilih lokasi untuk bermukim. Dasar pertimbangan tersebut
terdiri dari beberapa faktor menurut Drabkin dalam
Paruntung (2004) beberapa faktor tersebut adalah
aksesibilitas, lingkungan, peluang kerja, tingkat pelayanan.
Selain itu manusia memilih tempat tinggal untuk melakukan
kegiatan setiap individunya memiliki perbedaan masing-
masing terdapat beberapa alasan dalam pemilihan lokasi
dalam bermukim antara lain faktor psikologis, faktor sosial
ekonomi dan faktor kultural historis. Fenomena yang terjadi
berada pada kawasan lereng Gunung Lawu yang berada di
Kabupaten Magetan khususnya berada di Kecamatan Poncol
dan Kecamatan Plaosan. Sesuai dengan uraian RTRW
Kabupaten Magetan Kecamatan Poncol kawasan rawan
bencana terletak pada Desa Genilangit dan Desa Gonggang
sedangkan pada Kecamatan Plaosan berada pada Desa
Pacalan, Ngancar dan Sarangan yang semua kecamatan
berada di lereng Gunung Lawu jenis tanah yang berada pada
kawasan longsor di Kabupaten Magetan adalah jenis andosol
dan latosol yang mudah longsor apabila penggunaan lahan
yang tidak sesuai dan curah hujan yang tinggi sehingga
masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut harus berhati-
hati apabila curah hujan di kawasan tersebut tinggi. Pada
dasarnya letak permukiman maupun perumahan tidak
diperbolehkan berada pada daerah lereng gunung yang
berpotensi terjadi bencana longsor, namun masyarakat

5
memiliki pertimbanganpertimbangan sendiri terhadap
pemilihan lokasi bermukim yang menjadikan lereng gunung
menjadi pilihan bermukim. Penelitian ini bermaksud untuk
mengetahui pengaruh faktor-faktor bermukim masyarakat
terhadap terbentuknya pola permukiman di Kecamatan
Poncol dan Plaosan Kabupaten Magetan yang berada di
lereng Gunung Lawu.

1.8. Jumalah curah hujan di Kabupaten Magetan

6
Bulan Curah Hujan Hari Hujan

Januari/January
4.211 30

Februari/February
7.621 29

Maret/March
4.978 30

April/April
5.912 28

Mei/May
4.664 30

Juni/June
183 2
Juli/July - -

Agustus/August
639 1

September/September
84 3

Oktober/October
2.099 17

November/November
6.963 25

Desember/December
7.802 29
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab.
Magetan

BAB 2

7
TINJAUAN PERMASALAHAN

2.1.PAPARAN PERMASALAHAN
Berdasarakan Analisa situasi, terdapat permasalahan yang
bisa terjadi di Kabupaten Magetan salah satu diantaranya
yaitu tanah longsor. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa
Kawasan persebaran masyarakat dan bermkim yang cukup
padat dikawasan lereng gunung serta pengolahan lahan yang
kurang tepat. Selaian dari Kawasan permkiman juga
dilakukanya penebangan pohon tanpa melakukan kegiatan
tebang pilih dan reboisasi ulang sehingga ancaman longsor
akibat pergerakan tanah tanpa adanya cengkraman akar
pohon semakin besar serta digunakan sebagai resapan air
ketika curah hujan dengan intensitas tinggi. Berikut beberapa
faktor yang memungkinkan terjadinya bencana longsor
tanah :

Gambar 2.1 Hujan Lebat Dengan Intensitas Tinggi Di Kec.


Poncol

8
Gambar 2.2. Penebangan Pohon Di Lereng Gunung Wilayah
Kec. Poncol Yang Mengakibatkan Berkurangnya Daerah
Resapan Air.

Gambar 2.3. Pola Pemukiman Dan Persebaran Masyarakat


Yang Padat Di Lereng Gunung Lawu Tepatnya Di Daerah
Kecamatan Poncol Magetan.

9
Gambar 2.4 Tebing Di Pinggir Jalan Yang Rawan Longsor
Dapat Membahayakan Para Pengguna Jalah Di Arah Desa
Genilangit Kecamatan Poncol

Gambar 2.5 tebing menuju wisata Genilangit Paradise yang


rawan longsor

10
Gambar 2.5 tebing pinggir jalan Desa Wonomulyo
Kecamatan Poncol
2.2. Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana
Tanah Longsor
Pemerintahan Kabupaten Magetan telah melakukan berbagai
macam upaya untuk penanggulan bencana tanah longsor.
Penanggulangan yang dilakukan yang paling menonjol adalah
pemasangan Early Warning Sistem di titik lokasi yang rawan
bencana tanah longsor. Selain itu dilakukan pula penanaman
bibit pohon di lahan gundul untuk menambah daerah resapan
air di wilayah kerja Kabupaten Magetan. Tak luput dilakukan
juga pemasangan symbol di titik lokasi yang rawan longsor
sebagai salah satu tanda bagi masyarakat baik yang melintas
disekitaran lokasi maupun warga setempat untuk menghindari
timbulnya korban saat terjadi bencana tanah longsor. Berikut
kami lampirkan beberapa upaya yang dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Magetan :

11
Gambar 2.7 pemasangan early warning system (EWS) di titik
lokasi rawan bencana tanah longsor oleh BPBD Kab.
Magetan yang akan berbunyi secara otomatis ketika muncul
tanda dan gejala bahwa bencana tanah longsor akan terjadi.

Gambar 2.8 Penghijauan lahan yang gundul dilakukan oleh


Pemerintah Kabupaten Magetan berkolaborasi dengan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

12
Gambar 2.9 pemasangan tanda peringatan sebagai symbol
bagi pengendara yang melintas di sekitas lokasi rawan tanah
longsor.

13
BAB 3

PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN BENCANA

3.1 Peran Perawat dalam Mitigasi, dan Kesiapsiaaan Bencana

Perawat dituntut untuk bisa menjalankan perannya dengan baik,


sebagai edukator atau pendidik dengan melakukan penyuluhan tentang
bencana tanah longsor, sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
pengetahuan dan untuk merubah perilaku masyarakat dengan
mengetahui pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan bencana tanah
longsor

Langkah-Langkah Melakukan Pencegahan dan Mitigasi

Langkah-langkah untuk melakukan pencegahan dan mitigasi secara


khusus diarahkan pada ancaman yang ada dan kerentanan yang relevan
dengan ancaman tersebut. Langkah langkah ini dimaksudkan untuk
menghilangkan ancaman, mengurangi dampak ancaman ataupun
menghindari kerentanan (kondisi rentan) yang berhubungan ancaman
tersebut. Untuk mudahnya, langkah langkah pencegahan dan mitigasi
dapat dirangkum dalam akronim H2M yang merupakan singkatan dari
langkah langkah :

1. Hilangkan (H) = semua upaya yang mungkin dilakukan untuk


menghilangkan ancaman.
2. Hindari (H) = semua upaya menghindarkan masyarakat dari
ancaman dengan cara menghilangkan kerentanan yang diakibatkan
oleh adanya ancaman tersebut.
3. Mitigasi (M) = semua upaya untuk mengurangi dampak yang
buruk dan merugikan dari sebuah ancaman, dilakukan dengan
mengurangi kekuatan dan daya rusak ancaman. Tiap langkah
tersebut dapat dilihat dengan lebih jelas melalui 7 ilustrasi berikut
ini:

Langkah-langkah pencegahan dan mitigasi ancaman antara lain:

14
a. Melakukan analisis/kajian ancaman
b. Melakukan perencanaan pencegahan dan mitigasi.
c. Menentukan langkah pencegahan atau mitigasi yang bisa
dilakukan.

Kajian ancaman meliputi identifikasi:


a. Ancaman apa saja yang berpotensi mengenai wilayah tertentu?
b. Apa saja karakteristik dari ancaman-ancaman (variabel dalam
ancaman yang dapat meningkatkan risiko bencana)?
c. Apa yang menyebabkan ancaman-ancaman tersebut bisa berubah
menjadi bencana?
d. Mana saja ancaman yang perlu segera ditangani (bagaimana urutan
ancaman)?

Perencanaan pencegahan dan mitigasi, meliputi aktivitas :


a. Mengidentifikasi ancaman mana yang bisa di cegah dan
dihindari dan mana yang tidak.
b. Menentukan ancaman paling besar yang harus dihadapi dan
langkah lang kah untuk menghadapinya
c. Mengelaborasi langkah langkah untuk menghindari ancaman
tersebut dengan cara menghilangkan kerentanan yang relevan
dengan ancaman
d. Mengidentifikasi langkah langkah Mitigasi yang dapat
dilakukan sesuai dengan kondisi daerah dan kemampuan
masyarakat.
e. Menentukan Langkah Pencegahan dan Mitigasi, serta melakukan
rencana aksi.
3.2 Macam-Macam Aktivitas Kesiapsiagaan (9 Aspek Aktivitas)
Secara keseluruhan, Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
dapat dikategorikan dalam beberapa aspek berupa sembilan aktivitas
sebagai berikut
a. Pengukuran Awal

15
Proses yang dinamis antara masyarakat dan lembaga yang ada
untuk :
 Melakukan pengukuran awal terhadap Risiko Bencana
(bahaya dan keren- tanan)
 Membuat sumber data yang fokus pada bahaya
potensial yang mungkn memberikan pengaruh
 Mengantisipasi kebutuhan yang muncul dan sumber daya
yang tersedia
b. Perencanaan
Merupakan proses untuk :
 Memperjelas tujuan dan arah aktivitas kesiapsiagaan
 Mengidentifikasi tugas-tugas maupun tanggungjawab
secara lebih spesifik baik oleh masyarakat ataupun
lembaga dalam situasi darurat
 Melibatkan organisasi yang ada di masyarakat
(grassroots), LSM, pemer- intahan lokal maupun
nasional, lembaga donor yang memiliki komitmen jangka
panjang di area yang rentan tersebut
c. Rencana Institusional
Koordinasi baik secara vertikal maupun horizontal antara
masyarakat dan lembaga yang akan menghindarkan
pembentukan struktur kelembagaan yang baru dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana, melainkan saling
bekerjasama dalam mengembangkan jaringan dan sistem.
 Mengukur kekuatan dari komunitas dan struktur yang
tersedia.
 Mencerminkan tangungjawab terhadap keahlian yang ada.
 Memperjelas tugas dan tanggungjawab secara lugas dan
sesuai.
d. Sistem Informasi
 Mengkoordinasikan peralatan yang dapat mengumpulkan
sekaligus menyebarkan peringatan awal mengenai

16
bencana dan hasil pengukuran terhadap kerentanan yang
ada baik di dalam lembaga maupun antar organisasi yang
terlibat kepada masyarakat luas.
e. Pusat Sumber Daya
 Melakukan antisipasi terhadap bantuan dan pemulihan
yang dibutuhkan secara terbuka dan menggunakan
pengaturan yang spesifik. Perjanjian atau pencatatan
f. SistemPeringatan
Harus dikembangkan sebuah cara yang efektif dalam
menyampaikan peringatan kepada masyarakat luas meskipun
tidak tersedia sistem komunikasi yang memadai. Sebagai
pelengkap, masyarakat internasional juga harus diberikan
peringatan mengenai bahaya yang akan terjadi yang
memungkinkan masuknya bantuan secara internasional.
g. Mekanisme Respon
Respon yang akan muncul terhadap terjadinya bencana akan
sangat banyak dan datang dari daerah yang luas cakupannya
sehingga harus dipertimbangkan serta disesuaikan dengan
rencana kesiapsiagaan. Perlu juga dikomunikasikan kepada
masyarakat yang akan terlibat dalam koordinasi dan
berpartisipasi pada saat muncul bahaya.
h. Pelatihan dan Pendidikan Terhadap Masyarakat
Dari berbagai jenis program pengetahuan mengenai bencana,
mereka yang terkena ancaman bencana seharusnya mempelajari
dan mengetahui hal-hal apa saja yang diharapkan dan apa yang
harus dilakukan pada saat bencana tiba. Sebaiknya fasilitator
program pelatihan dan pendidikan sistem peringatan ini juga
mempelajari kebiasaan serta permasalahan yang ada di
masyarakat setempat serta kemungkinan munculnya
perbedaan/pertentangan yang terjadi dalam penerapan rencana.
i. Praktek

17
Kegiatan mempraktikkan hal-hal yang sudah dipersiapkan dalam
rencana kes- iapsiagaan dalam menghadapi bencana dibutuhkan
untuk menekankan kembali instruksi-instruksi yang tercakup
dalam program, mengidentifikasi kesenjangan yang mungkin
muncul dalam rencana kesiapsiagaan tersebut.

Selain itu, agar dida- patkan informasi tambahan yang berhubungan


dengan perbaikan rencana tersebut.

3.3 Secara umum proses tanggap darurat meliputi:


1. Siaga Darurat
Setelah ada peringatan maka aktivitas yang pertama kali
dilakukan adalah siaga darurat. Peringatan mengacu pada
informasi yang berkaitan dengan jenis ancaman dan
karakteristik yang diasosiasikan dengan ancaman tersebut.
Peringatan harus disebarkan dengan cepat kepada institusi-
institusi pemerintah, lembaga- lembaga, dan masyarakat yang
berada di wilayah yang berisiko sehingga tindakan- tindakan
yang tepat dapat diambil, baik mengevakuasi atau
menyelamatkan properti/aset dan mencegah kerusakan lebih
lanjut. Peringatan dapat disebarkan melalui radio, televisi, media
massa tulis (internet), telepon, dan telepon genggam.
2. Pengkajian Cepat
Tujuan utama pengkajian adalah menyediakan gambaran
situasi paska bencana yang jelas dan akurat. Dengan pengkajian
itu dapat diidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan seketika serta
dapat mengembangkan strategi penyelamatan jiwa dan pemulihan
dini. Oleh karena itu tools pengkajian cepat ini harus responsif
pada kebutuhan korban yang beragam dari sisi umur, gender dan
keadaan fisik dan kebutuhan khususnya. Sebab pengkajian
menentukan pilihan-pilihan bantuan kemanusiaan, bagaimana
menggunakan sumber daya sebaik-baiknya, atau
mengembangkan permintaan/proposal bantuan berikutnya. Kaji

18
cepat dialkukan pada umumnya dengan menggunakan beberapa
indikator diantaranya adalah :
 Jumlah korban meninggal dunia dan luka-luka
 Tingkat kerusakan infrastruktur
 Tingkat ketidakberfungsian pelayanan-pelayanandasar
 Cakupan wilayah bencan
 Kapasitas pemerintah setempat dalam merespon
bencanatersebut
3. Penentuan Status Kedaruratan
Penentuan status kedaruratan dilakukan setelah
pengkajian cepat dilakukan. Penentuan status dilakukan oleh
pemerintah setelah berkoordinasi dengan tim pengkaji. Penentuan
status dilakukan sesuai dengan skala bencana, dan status
kedaruratan dibagi menjadi tiga:
 Darurat nasional
 Darurat provinsi
 Darurat kbupaten / kota
4. Search and Rescue (SAR)
Search and rescue (SAR) adalah proses mengidentifikasikan
lokasi korban bencana yang terjebak atau terisolasi dan membawa
mereka kembali pada kondisi aman serta pemberian perawatan
medis. Dalam situasi banjir, SAR biasanya mencari korban yang
terkepung oleh banjir dan terancam oleh naiknya debit air. SAR
dilakukan baik dengan membawa mereka ke tempat aman atau
memberikan makanan dan pertolongan pertama lebih dahulu
hingga mereka dapat dievakuasi. Dalam kasus setelah gempa
bumi, SAR biasanya terfokus pada orang-orang yang terjebak
atau terluka di dalam bangunan yang roboh.
5. Pencarian, Penyelamatan dan Evakuasi (PPE)
Evakuasi melibatkan pemindahan warga/masyarakat dari zona
berisiko bencana ke lokasi yang lebih aman. Perhatian utama
adalah perlindungan kehidupan masyarakat dan perawatan segera

19
bagi mereka yang cedera. Evakuasi sering berlangsung dalam
kejadian seperti banjir, tsunami, konflik kekerasan, atau
longsor (yang bisa juga diawali oleh gempa bumi).

6. Respon and Bantuan (Response and Relief

Response and relief harus berlangsung sesegera mungkin;


penundaan tidak bisa dilakukan dalam situasi ini. Oleh karena itu,
sangat penting untuk memiliki rencana kontinjensi sebelumnya.
Relief adalah pengadaan bantuan kemanusiaan berupa material dan
perawatan medis yang dibutuhkan untuk menyelamatkan dan
menjaga keberlangsungan hidup. Relief juga memampukan
keluarga-keluarga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
seperti tempat tinggal, pakaian, air, makanan, dan medis. Perhatikan
kebutuhan khusus bagi bayi, perempuan yang baru
melahirkan/sedang mentsruasi atau perempuan manula. Kebutuhan
dasar juga harus mempertimbangkan hal-hal yang terkait dengan
keamanan dan kenyamanan. Penyediaan bantuan atau layanan
biasanya bersifat gratis pada hari-hari atau minggu- minggu
sesudah terjadinya bencana. Dalam situasi darurat yang
perlahan-lahan namun sangat merusak dan meningkatkan
pengungsian populasi, masa pemberian bantuan darurat dapat
diperpanjang.

6. Pengkajian untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.


Beberapa minggu sesudah berlangsungnya tanggap darurat,
pengkajian yang lebih mendalam tentang kondisi masyarakat korban
bencana harus dilakukan. Langkah ini berkaitan dengan identifikasi
kebutuhan pemulihan masyarakat.

3.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan selama tanggap darurat, yaitu :


1. Logistik dan Suplai2
2. Manajemen Informasi dan Komunikasi
3. Respon dan Kemampuan Korban

20
4. Keamanan

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Kesimpulan dalam laporan ini adalah banyak faktor sehingga
timbul bencana tanah longsor di beberapa tempat pada kecamatan
Poncol Kabupaten Magetan. Selain dari adanya faktor alam
berupa intensitas hujan yang cukup tinggi terutama di musim
penghujan yakni akibat dari perilaku manusia dengan dilakukanya
beberapa kegiatan penebangan pohon tanpa reboisasi ulang
tanaman akar tunjang dan pola pemukiman masyarakat di daerah
lereng yang cukup rapat.
4.2. Saran
Masyarakat harus lebih peka serta bersinergitas dengan
pemerintah dalam upaya pencegahan serta penanggulangan
bencana tanah longsor di Kecamatan Poncol Kabupaen Magetan.
Saran saya sebagai mahasiswa Keperawatan ada baiknya
dilakukan penyuluhan terkait pentingnya penghijauan lahan
terutama di daerah lereng gunung dengan intensitas hujan yang
lebat serta pengarahan dari Dinas Pemukiman terkait kerapatan
loka penduduk di lereng gunung.

21
DAFTAR PUSTAKA

BPBD. Renstra BPBD Magetan 2018-2023. 2021. p. 21–35.


Prabhakara G. Health Statistics (Health Information System). Short Textbook of
Preventive and Social Medicine. 2010. 28–28 p.
Teknik F, Maret US. P Engaruh F Aktor B Ermukim M Asyarakat D I K Awasan R
Awan B Encana L Ongsor. Pengaruh Fakt Bermukim Masy Terhadap
Pola Persebaran Permukim Di Kaw Rawan Bencana Longsor
Kabupaten Magetan. 2005;2–7.
Fatiatun F, Firdaus F, Jumini S, Adi NP. Analisis Bencana Tanah Longsor Serta
Mitigasinya. SPEKTRA J Kaji Pendidik Sains. 2019;5(2):134.
Aminatun S. Kajian Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor Sebagai Dasar. J Tek.
2017;XXII(2):372–82.

22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai