Anda di halaman 1dari 6

Assalamualaikum Wr.

Wb

Nama: Dewi Ruminingsih

NIM: 030040772

SOAL:
Skor Sumber Tugas
No Tugas Tutorial
Maksimal Tutorial
1 Sebutkan jenis-jenis interpretasi purposive 25 Modul 6
kemudian jelaskan secara singkat!
2 Jelaskan tahapan dalam interpretasi 25 Modul 6
kontekstual
3 Jelaskan pengertian hermeneutika hukum 25 Modul 5
besera urgensinya!
4 Sebutkan enam langkah utama 25 Modul 5
hermeneutika hukum?

JAWABAN:
1. interpersasi purposive adalah salah satu metode yang digunakan dalam
menetukan penafsiran sebuah undang - undang.
Jenis - jenis Interprestasi purposive
A. Interprestasi secara teologis
Interprestasi secara teologis digunakan dengan tujuan yaitu masyarakat itu sendiri
dalam sebuah penetapan undang - undang. Maka ketetapan berupa aturan di dalam
undang - undang harus disesuaikan dengan hubungan masyarakat dan aturan sosial.
B. Interprestasi secara sistematis
Yaitu undang - undang memiliki sebuah hubungan dan tidak dapat berdiri sendiri.
Undang - undang bagian atau keseluruhan dapat ditafsiran secara berkaitan.
C. Interprestais secara historis
Yaitu sebuah undang - undang yang akan dibuat hars terlebih dahulu mengetahui
sejarah negara tersebut.
D. Interprestasi komparatif
Undang - undang tersebut akan dibandingkan satu sama lain untuk menentukan
arah kejelasan/
E. Interprestasi antisipatif
Agar dapat menemukan sumbber hukum maka diperlukan pemecahan untuk
memulai rancangan undang - undang.

2. Sir Rupert Cross memberikan penjelasan bagaimana seorang hakim dalam


menafsirakn suatu undang-undang dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
A. pertama menganggap arti biasa dari kata-kata dalam konteks umum undang-
undang
B. Jika kata-kata akan memberikan hasil yang tidak masuk akal kemudian
menerapkan makna sekunder.
C. Hakim dapat membaca yang tersirat (elipsis). kekuasaan terbatas untuk
menambah / mengubah / menghapus kata-kata untuk menghindari dimengerti /
masuk akal / tidak bisa dijalankan / tidak masuk akal klausul atau mereka yang
tak terdamaikan dengan sisa patung. Lord Stockton "Jika kata-kata telah secara
tidak sengaja digunakan, itu adalah sah bagi pengadilan untuk menggantikan
apa yang tepat untuk menghindari niat legislatif dikalahkan."
D. Dalam menerapkan aturan hakim dapat menggunakan alat bantu interpretatif
dan praduga

3. Secara etimologis Hermeneutika berasal dari kata “Hermes” nama dewa dalam
mitologi Yunani, yang tugasnya menyampaikan/menafsirkan pesan dari para dewa
kepada manusia1. Yakni ketika bahasa langit diserahkan kepada dewa Hermes,
hanya dewa Hermes2 dianggap mampu menafsirkan bahasa- bahasa langit itu
sehingga dapat membumikan bahasa-bahasanya. Dalam kosa kata kerja hermeneo,
hermeneuin. Hermeneo artinya mengungkapkan pikiran-pikiran seseorang dalam
kata-kata dan hermeneuin bermakna mengartikan, menafsirkan, dan
menerjemahkan dan juga bertindak sebagai Penafsir.
Kata “hermeneutics” juga berasal dari turunan kata benda “hermeneia”
(bahasa Yunani) yang secara harafiah dapat diartikan sebagai “penafsir” atau
“interpretasi”3. Dalam perspektif filosofis, hermeneutika merupakan aliran filsafat
yang mempelajari hakikat hal mengerti/memahami “sesuatu”. Sesuatu yang
sekaligus juga sebagai objek penafsiran hermenutik dapat berupa teks (dokumen
resmi negara), naskah-naskah kuno, lontar, peristiwa, pemikiran dan wahyu atau
kitab suci. Jika objek penafsiran itu berupa teks hukum, doktrin hukum, asas
hukum, atau norma hukum, maka esensinya ia adalah hermeneutika hukum4.
Terminologi kata “hermeneutika” cukup lama dikenal dalam perkembangan
ilmu pengetahuan yaitu ilmu sastra, teologi, filsafat, politik, dan baru masuk dalam
ranah ilmu hukum sekitar abad ke 20 melalui kajian Filsafat Hukum sekaligus
sebagai lompatan yang besar ka-rena perdebatannya lebih mengarah pada per-
soalan ontologi dan epistemologi. Gaung lompatan hermeneutika modern
dipelopori oleh para filsuf besar seperti Hans George Gadamer, Jugen Habermas,
Paul Ricoeur, Martin Heideg-ger, dan Richard E. Palmer5.
Setelah membahas terminologi atau asal kata dari hermeneutika, maka
selanjutnya kita akan membahas mengenai definisi atau pengertian dari
Hermeneutika Hukum dari beberapa pakar hukum.
Menurut Gregory Ley dalam bukunya yang berjudul “Hermeneutika Hukum
Sejarah, Teori Dan Paktiknya” mengemukakan legal heremeneutics is, then, in
reality no special case but is, on the contrary, fitted to restore the full scope of the
hermeneutical problem and so to restrieve the former unity of hermeneutics, in
which jurist and theologian meet the student of the humanities (hermeneutika
hukum dalam kenyataannya bukanlah merupakan suatu kasus yang khusus/ baru,
tetapi sebaliknya, ia hanya merekonstruksi kembali dari seluruh problema
hermeneutika dan kemudian membentuk kembali kesatuan hermeneutika secara
utuh, dimana ahli hukum dan teologi bertemu dengan para ahli humaniora/ ilmu
kemanusiaan).6
Lalu Gregory menjelaskan lebih lanjut bahwa Hermeneutika hukum
membahas intepretasi hukum dalam kerangka intepretasi yang lebih luas
cakupannya. Upaya mengkontektualisasikan teori hukum dengan cara
mengisyaratkan mengandung manfaat tertentu bagi yurisprudensi (ilmu hukum)7.
Upaya memandang problema hukum dari kacamata sejarah hukum, konstitusi
linguistik hukum, dan implikasi politis dari cara membaca dan pemahaman hukum
ini mencoba membangun intepretasi hukum yang benar dalam tradisi yang
humanis8.
Secara umum Hermeneutika adalah ilmu atau seni menafsirkan suatu pasal
atau ketentuan (schriftverklaring), terutama dalam bidang hukum dan agama9.
Berbeda dengan halnya pendapat mengenai Hermeneutika Hukum, menurut
pendapat dari M. Natsir Asnawi Hermeneutika dalam ranah hukum merupakan
metode interpretasi yang digunakan oleh para yuris, khususnya hakim, terhadap
teks-teks hukum (pasal-pasal dalam perundang-undangan maupun dalam sumber
hukum lainnya)10. Selain interpretasi, hermeneutika juga menjadi patron hakim
dalam menyusun atau mengkonstruksi teks atau kaidah hukum tertentu terhadap
kasus atau perkara in konkreto.11
Sedangkan menurut N. Forster mendefinisikan hermeneutika dengan
mengemukakan:
(…hermeneutics means the theory of interpretation, i.e the theory of achieving an
understanding of teks, utterance, and so on (it does not mean a certain twentieth-
century philosophical movement)12.
(Dalam terjemahan bebas hermeneutika berarti teori penafsiran, atau disebut juga
sebagai teori mencapai pemahaman Teks, ucapan, dan sebagainya (bukan berarti
gerakan filosofi pada abad kedua puluh).
Masih membahas pengertian dari Hermeneutika Hukum. Menurut Jazim
Hamidi menjelaskan bahwa untuk mengetahui definisi hermeneutika hukum itu
seperti apa, kita dapat kembali kepada definisi hermeneutika secara umum diatas.
Dari sini dapat ditarik definisi hermeneutika hukum adalah ajaran filsafat
mengenai hal mengerti /memahami sesuatu, atau sebuah metode interpretasi
terhadap teks dimana metode dan teknik menafsirkannya dilakukan secara holistik
dalam bingkai keterkaitan antara teks, konteks, dan kontekstualisasi. Teks tersebut
bisa berupa teks hukum, peristiwa hukum, fakta hukum, dokumen resmi negara,
naskah kuno atau kitab suci.
Urgensi Hermeneutika Hukum
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam penyelesaian suatu perkara,
tugas hakim adalah mengonstatir, mengualifisir, dan kemudian mengonstituir25.
Dengan demikian tentunya dalam memutus perkara yang dihadapkan kepadanya
tentu akan mempertimbangkan banyak hal, tidak hanya teks-teks dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan yang relevan dengan pokok-pokok perkara,
namun juga nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang hidup dimasyarakat. Dalam
suatu konteks yang sederhana, hakim akan memutus dengan memperhatikan teks
dan konteks suatu perkara, sehingga dalam hal ini diperlukan metode atau
pendekatan hermeneutika hukum juga dimungkinkan.
Sebagaimana diketahui bahwa pada Pasal 5 ayat (1) dalam Undang- Undang
No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, menyebutkan “Hakim dan
hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum
dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”. Ketentuan tersebut secara tidak
langsung memberikan ruang kepada hakim dalam memeriksa perkara untuk
menggunakan metode atau pendekatan hermeneutika hukum dalam mengonstatir,
mengualifisir, dan kemudian mengonstituir suatu perkara yang dihadapkannya,
khususnya pada ketentuan pasal yang terdapat pada peraturan perundang-
undangan. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari adanya hubungan antara hukum
dengan perkembangan kehidupan yang tidak menutup kemungkinan terdapat
kekosongan hukum dalam memeriksa perkara. hal tersebut dikarenakan
sedemikian pentingnya untuk membangun pemahaman yang utuh mengenai teks-
teks hukum, sehingga para hakim dituntut untuk menggali nilai-nilai dan
keyakinan yang hidup di dalam masyarakat dalam rangka dialektika teks-teks
hukum. Teks hukum tersebut dipahami dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang
hidup di masyarakat, sehingga pada setiap proses memutus perkara. Seorang
hakim dalam memutus suatu perkara tentunya akan memperhatikan banyak hal,
tidak hanya teks hukum yang relevan dengan pokok perkara, namun juga
terhadap nilai-nilai dan keyakinan yang hidup dimasyarakat hal ini dilakukan
guna mencapai keadilan dalam masyarakat.
Terakhir, hermeneutika bagi hakim pada dasarnya berperan penting dalam
menghindari hakim dari kesesatan dalam menafsir teks-teks hukum (mislead).
Dengan Hermeneutika, hakim akan berupaya menemukan substansi atau makna
hakiki dari teks-teks tersebut, dan karenanya hakim tidak akan salah menafsir dan
menerapkannya pada kasus atau perkara in konkreto.

4. Langkah utama hermeneutika hukum:


a. Merupakan ajaran filsafat hukum untuk memahami makna hakiki “teks‟ atau sesuatu.
b. Merupakan metode penemuan hukum dengan cara interpretasi atas „teks‟ atau „sesuatu‟
c. Teks atau sesuatu itu dapat berupa: teks hukum, peraturan perundang- undangan, peristiwa
hukum, fakta hukum, dokumen resmi negara, naskah- naskah hukum klasik, ayat-ayat al- ahkam
dalam kitab suci, yurisprudensi, doktrin hukum, dan hasil ijtihadiyah hukum lainnya
d. Lingkup kajiannya meliputi hermeneutika umum (metode penafsiran kitab suci, filologi,
linguistik, ilmu-ilmu humaniora, fenomenologi, das sein/eksistensial, sistem penafsiran) dan
hermeneutika hukum itu sendiri sendiri.
e. Cara penggunaannya secara holistik dan komprehensif dalam bingkai keterkaitan antara teks,
konteks, dan kontekstualisasinya.
f. . Hermeneutika hukum dapat digunakan kapan saja, karena objek kajiannya tidak saja berupa teks
otoritatif, tetapi juga berupa peristiwa hukum, fakta hukum, ayat-ayat al-ahkam dalam kitab suci,
doktrin hukum, dan hasil ijtihad hukum lainnya.

Anda mungkin juga menyukai