Menurut saya, melakukan sinkronisasi antara SKL, KI, KD merupakan hal penting yang harus
dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran, baik menggunakan Kurikulum
2013 ataupun kurikulum merdeka belajar. Dasar dalam melakukan analisis tersebut yaitu
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang SKL dan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016
tentang Standar Isi. Analisis SKL ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui arah capaian setiap
peserta didik dalam menuntaskan pembelajaran yang dilakukan. Demikian juga dengan analisis
KI bertujuan untuk mengetahui apakah KI yang telah dirumuskan telah menujang dalam
pencapaian SKL. Sinkronisasi atau kesesuaian antara SKL – KI dan KD merupakan hal yang
urgen dalam mensukseskan tujuan pendidikan sekolah dan tujuan pendidikan nasional.
Dalam kurikulum 2013, SKL merupakan pondasi dalam pengembangan Kompetensi Inti (KI),
selanjutnya KI dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kemudian KD tersebut kemudian
dijabarkan kembali menjadi beberapa Indikator yang digunakan dalam pembelajaran di kelas.
Hal ini penting dilakukan di awal karena terkait penyusunan perencanaan strategi, teknik,
pendekatan pembelajaran dan model pembelajaran yang akan dilakukan seorang guru dalam
pembelajaran di kelas.
Kurikulum Merdeka belajar hadir sebagai jawaban atas penyempurnaan kekurangan Kurikulum
2013. Konsep Kurikulum Merdeka Belajar ini menyederhanakan administrasi pembelajaran
guru, pembelajaran berbasis minat dan bakat siswa, dan dalam pembelajarannya mengacu
kepada profil pelajar Pancasila dalam rangka penguatan karakter peserta didik selama
pembelajaran berlangsung. Profil pelajar Pancasila ini memuat enam dimensi pembelajaran yaitu
1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, 2) berkebinekaan
global, 3) bergotong-royong, 4) mandiri, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif. SKL berperan penting
yang berguna sebagai pedoman penentuan kelulusan Peserta Didik dari satuan pendidikan. Hal
ini merupakan standarisasi kualitas lulusan minimal yang dimiliki pada satuan pendidikan.
Perubahan dan penyempurnaan kurikulum kedepannya nanti tetap memerlukan SKL sebagai alat
ukur mutu pendidikan.
DISKUSI 2
Pengembangan Materi Ajar : Materi apa yang dikembangkan dan bagaimana
mengembangkannya?
Pengembangan materi ajar mengacu Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang merupakan
turunan dari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang telah ditentukan dan telah sinkron
dengan SKL yang dibuat oleh satuan pendidikan. Pengembangan materi ini bertujuan peserta
didik mempunyai kompetensi minimal yang telah memenuhi Standar Kelulusan sekolah yang
mencakup sikap (spritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan.
Materi ajar dikembangkan bertujuan tujuan untuk memberi pengalaman kongkret dan abstrak
kepada peserta didik. Dalam pengembangan materi ajar, bukan hanya aspek kognitif saja namun
juga dari aspek afektif dan psikomotorik. Adapun langkah-langkahnya yaitu pertama, melakukan
identifikasi kompetensi inti dan kompetensi dasar meliputi ranah kognitif, ranah psikomotor dan
ranah afektif. Kedua, melakukan identifikasi jenis-jenus materi pembelajaran untuk ranah
kognitif meliputi fakta, konsep, prinsip dan prosedur, untuk ranah afektif menekankan aspek
perasaan dan semosi seperi minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri. Untuk yang
psikomotrik menekankan gerakan awal, semi rutin dan rutin, misalnya tulisan tangan, mengetik,
berenang, mengoperasikan komputer dan sebagainya.
Bagaimana pengembangan metode pembelajaran?
Metode pembelajaran merupakan cara penyampaian materi ajar kepada peserta didik agar
mencapai tujuan pendidikan. Langkah-langkah pengembangan metode pembelajaran yaitu 1)
menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa, 2) merumuskan tujuan pembelajaran, 3)
merumuskan butir-butir materi secara rinci yang mendukung tercapainya tujuan, 4)
mengembangkan instrumen penilaian dan 5) mengadakan tes dan revisi.
Bagaimana sinkronisasi pengembangan materi ajar dan metode pembelajaran dalam teori
maupun praktik?
Materi ajar dan pelaksanaan metode pembelajaran sangat erat hubungannya. Secara sederhana,
materi ajar merupakan bahan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Sementara itu, metode pembelajaran merupakan sarana untuk mempermudah penyampaian
materi ajar yang dilakukan oleh seorang guru kepada peserta didik. Materi ajar dan metode
pembelajaran ini harus sinkron. Sebagai contoh, dalam materi prakik shalat, zakat atau haji bisa
menggunakan metode berbasis demontrasi. Contoh lain, apabila menyampaikan materi kisah
Nabi, Khulafaurrasyidin ataupun walisongo bisa menggunakan metode problem based learning,
jigsaw atau diskusi.
DISKUSI 3
Bagaimana menurut Anda, media pembelajaran PAI sesuai dengan pesatnya
perkembangan IT, dan bagaimana pula disain LKPDnya?
Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT
Menurut saya sebagai pendidik Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pengembangan Media
Pembelajaran berbasis Information and Communication Technology (ICT) merupakan jawaban
dari tantangan revolusi industri 4.0 sehingga lahirlah sistem pendidikan 4.0 yang berkembang
begitu pesat. Penggunaan media pembelajaran berbasis Information and Communication
Technology (ICT) memerlukan peran aktif pendidik profesional yang SDMnya telah teruji
unggul. Bimbingan dari guru profesional kepada peserta didik menggunakan media
pembelajaran bertujuan mempermudah pemahaman peserta didik dari yang abstrak menjadi
konkret atau nyata.
Pengembangan media pembelajaran didukung oleh teori kerucut pengalaman (cone of
experience) yang berpedoman semakin konkrit peserta didik dalam mempelajari bahan pelajaran
maka semakin banyak pengalaman yang didapatkan. Klasifikasi media pembelajaran ada tiga
aspek yaitu media penyaji, media objek dan media interaktif. Media pembelajaran berbasis ICT
menggunakan perpaduan dari klasifikasi tersebut. Pengembangan media pembelajaran ICT kini
menggunakan berbagai platform seperti Google Classroom, Microsoft Team, Rumah Belajar,
Ruang Guru, youtube yang berisi video pembelajaran, dan media pembelajaran interaktif
lainnya. Penggunaan berbagai platform pembelajaran bukan berarti guru lepas tangan dan peserta
didik belajar mandiri tanpa bimbingan. Hendaknya guru tetap mengajar di kelas sebagaimana
biasanya kemudian didukung dengan platform pendidikan digital tersebut.
Desain LKPD
Dalam membuat LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) setidaknya memuat judul, kompetensi
dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan
yang harus dikerjakan. Beberapa langkah-langkah persiapan LKPD sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Depdiknas (2008b: 23-24) yaitu: 1) analisis kurikulum, 2) menyusun peta
kebutuhan LKPD, 3) menentukan judul-judul LKPD sesuai materi pokok dan pengalaman
belajar, 4) penulisan LKPD dengan langkah perumusan KD, menentukan instrumen penilaian,
penyusunan materi dari berbagai sumber dan memperhatikan struktur LKPD.
LKPD ini dibuat oleh seorang pendidik bertujuan untuk meningkatkan aktivitas peserta didik
dalam pembelajaran karena didalamnya peserta didik dapat belajar secara mandiri terbimbing
mengembangkan konsep materi pembelajaran yang ada. Selain itu juga bertujuan sebagai
pedoman pendidik dan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dalam satu
semester secara sistematis. Desain LKPD di era pendidikan 4.0 bukan hanya menggunakan
kertas dan dibentuk seperti buku seperti biasa saja. Namun lebih dari itu, LKPD berbasis ICT
dapat didesain dengan menggunakan paperless dari berbagai platform digital seperti Google
Form, Live worksheets (LKPD interaktif), Microsoft Team dan sebagainya.
DISKUSI 4
Intruksi
Intruksi
Daftar Pustaka
Muhammad Yusuf, Tasman Hamami, 2022, Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Mentiapkan Peserta Didik dalam Menghadapi Tes Asesmen Kompetensi
Minimum, Jurnal Basicedu, Vol 6 No. 2, 2022
Novrizal, Ma’rufatun. Implikasi Asesmen Nasional Terhadap Pengajaran Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Jurnal Tarbawi. Vol. 5 No. 1, 2022