Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI PEMBELAJARAN

Jurusan PAI STAI Al-falah Cicalengka Bandung

Aden Rifqi, Raisa Nurahima Gunawan, Syifa Nurfadillah

raisanurahimagunawan@gmai.com syifanurfadillah121@gmail.com

Abstract

The implementation of learning in the classroom has consequences for a teacher


to increase his role and competence, because a competent teacher will be better
able to manage the class and carry out evaluations for students both individually
and in class. Evaluation is an attempt to obtain information about student
learning outcomes as a whole, both knowledge, concepts, attitudes, values, and
process skills. This can be used by teachers as feedback or decisions that are
needed in determining teaching and learning strategies. For this purpose,
teachers need to conduct evaluations, both on the process and on student learning
outcomes.

Keywords : Competence, evaluation, learning

Abstrak

Pelaksanaan pembelajaran di kelas membawa konsekuensi kepada seorang guru


untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya, sebab guru yang kompeten akan
lebih mampu mengelola kelas dan melaksanakan evaluasi bagi siswanya baik
secara individu maupun kelas. Evaluasi merupakan usaha untuk memperoleh
informasi tentang perolehan belajar siswa secara menyeluruh, baik pengetahuan,
konsep, sikap, nilai, maupun keterampilan proses. Hal ini dapat digunakan oleh
guru sebagai balikan maupun keputusan yang sangat diperlukan dalam
menentukan strategi belajar mengajar. Untuk maksud tersebut guru perlu
mengadakan evaluasi, baik terhadap proses maupun terhadap hasil belajar siswa.

Kata Kunci : Kompetensi, evaluasi, pembelajaran.


A. Pendahuluan

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evalution”. Dalam buku


Essentials of Educational Evaluation karangan Edwin Wand dan Gerald W.
Brown dikatakan bahwa: evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk
menentukan nilai daripada sesuatu. Dari pendapat tersebut maka evaluasi
pendidikan adalah tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.

Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan


keberhasilan sebuah proses adalah penilaian dan evaluasi. Melalui penilaian dan
evaluasi orang akan mengetahui sampai sejauh mana penyampaian pembelajaran
atau tujuan pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan
dan penafsiran infomasi unuk menilai (assess) keputusan-keputusan yang dibuat
dalam merancang satu sistem pengajaran. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah
suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan.1

B. Pembahasan

Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti penilaian,


Nurgiyantoro menyebutkan bahwa evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar
pencapaian tujuan. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu mengandung
pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Banyak literatur yang memberikan pengertian tentang evaluasi ini. 2 Evaluasi
pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan dalam menentukan sejauh mana dan bagaimana pembelajaran yang
telah berjalan agar dapat membuat penilaian (judgement) dan perbaikan yang

1
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2010), hlm. 210

2
Anas Sudijono,Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2013) hlm.1
dibutuhkan untuk memaksimalkan hasilnya. Definisi tadi didasari oleh pendapat
Mahrens & Lehmann (1978 dalam Purwnto, 2013, hlm. 3) yang menyatakan
bahwa evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.

Kedudukan Evaluasi Dalam Pembelajaran

Lalu apa dan bagaimana sebetulnya kedudukan evaluasi dalam


pembelajaran? Untuk mengetahuinya, kita dapat merujuk pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 57 ayat 1 yang menyatakan bahwa “evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak berkepentingan, di antaranya
terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan”. Sehingga kedudukan
evaluasi pendidikan mencakup semua komponen, proses pelaksanaan dan produk
pendidikan secara total, dan di dalamnya setidaknya terakomodir tiga konsep,
yakni: memberikan pertimbangan (judgement), nilai (value), dan arti (worth).

Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Tujuan dari penilaian hasil belajar tentunya sama bersinggungan dengan


tujuan evaluasi belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan. Evaluasi merupakan
faktor penting yang menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan proses
pembelajaran. Oleh karena itu, sangat penting untuk benar-benar mengetahui
tujuan evaluasi, agar hal yang ingin dicapai dalam proses evaluasi dapat terjadi.
Tujuan evaluasi hasil belajar menurut Arifin (2017, hlm. 15) adalah sebagai
berikut.

1. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah


diberikan.

2. Mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap peserta didik terhadap
program pembelajaran.
3. Mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

4. Mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti


kegiatan pembelajaran.

5. Seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis
pendidikan tertentu.

6. Menentukan kenaikan kelas.

7. Menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Selain itu, tujuan evaluasi dalam pembelajaran menurut  Nana Sudjana (2017,
hlm. 4) adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui


kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran
yang ditempuhnya.

2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni


seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah
tujuan pendidikan yang diharapkan.

3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan


penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi
pelaksanaannya.

4. Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang


berkepentingan.

Fungsi Evaluasi Pembelajaran


Selain berbagai tujuan di atas, pentingnya evaluasi dalam pembelajaran dapat
dilihat dari fungsi atau kegunaan yang dimilikinya. Menurut Arifin (2017, hlm.
15) fungsi atau kegunaan yang dimiliki oleh evaluasi pembelajaran adalah sebagai
berikut.

1. Fungsi formatif, yakni untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai
dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial
jika diperlukan bagi peserta didik.

2. Fungsi sumatif, yaitu menentukan nilai kemajuan atau hasil belajar peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan
kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan lulus tidaknya
peserta didik.

3. Fungsi diagnostik, yakni untuk memahami latar belakang meliputi latar


psikologis, fisik, dan lingkungan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar,
yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-
kesulitan tersebut.

4. Fungsi penempatan, yaitu menempatkan peserta didik dalam situasi


pembelajaran yang tepat (misalnya dalam menentukan program spesialisasi)
sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.

Sementara itu fungsi evaluasi menurut Sudjana (2017, hlm. 3) dikelompokkan


menjadi tiga fungsi, yakni sebagai berikut.

1. Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional.


2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.

3. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang
tuanya.

Jenis Evaluasi dalam Pembelajaran


Membicarakan jenis evaluasi sebetulnya sangatlah bergantung dari pembeda atau
dikotomi apa yang digunakan dalam membedakan jenisnya. Namun, pada
umumnya evaluasi dalam pembelajaran biasa dibagi dari segi teknik terlebih
dahulu. Kemudian, masing-masing teknik akan memiliki penilaian dan alat
penilaian yang berbeda pula.

Menurut (Arikunto, 2016, hlm. 41) Teknik evaluasi dibagi menjadi dua, yakni
teknik tes dan teknik non-tes. Berikut adalah penjelasannya.

Evaluasi Tes

Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan


dengan alat-alat yang lain, tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan
batasanbatasan. Tes mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur peserta didik
dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.

Menurut Heaton (dalam Arifin, 2017, hlm. 118) membagi tes menjadi
empat bagian, yakni tes prestasi belajar, tes penguasaan, tes bakat, dan tes
diagnostik. Untuk melengkapi pembagian jenis tes tersebut, Brown menambahkan
satu jenis tes lagi yang disebut tes penempatan. Masing-masing penjelasan
mengenai jenis tes tersebut sama saja dengan penjelasan fungsi evaluasi yang
telah dijelaskan sebelumnya di atas.

Evaluasi jenis tes sendiri dapat dibagi setidaknya menjadi dua jenis, yakni: tes
uraian (esai), dan tes objektif. Berikut adalah pemaparannya.

Tes Bentuk Uraian (Esai)

Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan,


mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam
bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Dilihat dari luas atau
sempitnya materi yang dinyatakan, bentuk tes uraian dapat dibagi menjadi dua
jenis, yakni sebagai berikut.

Uraian Terbatas
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus
mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat
jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting
yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah
ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.

Uraian Bebas

Peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika
sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan
kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan
sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan dan
patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti.

Tes Objektif

Tes objektif adalah pengukuran yang berdasarkan pada penilaian atas


kemampuan siswa dengan soal menjelaskan jawaban yang benar atau yang salah
soal dengan bobot nilai yang tetap. Dalam tes ini subjektivitas guru ketika
melakukan pemberian nilai tidak ikut ambil bagian atau ikut berpengaruh.
Terdapat beragam macam tes objektif meliputi beberapa jenis di bawah ini.

1. Tes Pilihan Alternatif

Bentuk tes pilihan alternatif ditandai oleh butir soal yang diikuti oleh dua
penilaian. Dari dua pilihan siswa diminta memilih salah satu yang dianggap paling
tepat.

2. Tes Pilihan Ganda

Tes jenis pilihan ganda adalah suatu bentuk tes dengan jawaban tersedia atas 3
atau 4 serta option pilihannya dan hanya satu jawaban yang tepat.

3. Tes Objektif Menjodohkan


Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis,
suatu daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan
masing-masing premis itu dengan suatu kemungkinan jawaban. Biasanya nama,
tanggal/tahun, istilah, frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan sejenisnya
digunakan sebagai premis.

4. Tes Bentuk Benar atau Salah

Benar Tes benar salah ditekankan mengandung atau tidaknya kebenaran


dalam pernyataan yang hendak dinilai peserta didik. Peseta didik menjawab
dengan menetapkan apakah pernyataan yang disajikan itu salah atau benar dalam
arti mengandung atau tidak mengandung kebenaran.

Evaluasi Non Tes

Menurut Hasyim (dalam Zein & Darto, 2012, hlm.47) evaluasi non test
adalah penilaian yang mengukur kemampuan peserta didik secara langsung
dengan tugas-tugas yang riil. Evaluasi non tes memiliki sifat yang lebih
komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu
sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan
psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran berlangsung (Sudjana. 2017, hlm.
67). Beberapa jenis evaluasi non tes menurut Arikunto (2016, hlm. 41) adalah
sebagai berikut.

1. Skala Bertingkat

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu


hasil pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan “Rating gives a numerical
value to some kind of judgement” maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk
angka.

2. Angket
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang
akan diukur (responden). Angket merupakan instrumen evaluasi nontes yang
berupaya mengukur diranah afektif di dalam kelas maupun diluar kelas.

3. Daftar Cocok

Yakni deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana


responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√ ) ditempat yang
sudah disediakan.

4. Wawancara

Merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari


responden dengan cara tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam
wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan
pertanyaan.

5. Pengamatan atau Observasi

Pengamatan atau observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh


pendidik dengan menggunakan indra secara langsung. Pengamatan atau observasi
merupaka suatu kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan
suatu tindakan telah dilaksanakan dan untuk mengevaluasi ketepatan tindakan
yang dilakukan. Pengamatan dilakukan dengan cara menggunakan instrumen
(formulir) yang sudah dirancang sebelumnya.

C. Kesimpulan

Perkembangan baru terhadap pandangan pelaksanaan belajar mengajar


membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan
kompetensinya, karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian
besar ditentukan oleh peran guru yang kompeten. Salah satu peran guru dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai evaluator. Dalam satu kali proses belajar
mengajar guru hendaknya menjadi seorang evalutor yang baik. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai
atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua
pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.

Tujuan lain dari penilaian diantaranya adalah untuk mengetahui


kedudukan siswa, di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian, guru dapat
mengkalsifikasikan apakah seoarang siswa termasuk kelompok siswa yang
pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan
teman-temannya. Penelaahan pencapaian tujuan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dapat diketahui, apakah proses belajar mengajar yang dilakukan cukup
efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya. Jadi jelaslah
bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena
dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah
ia melaksanakan proses belajar.

Tijauan Pustaka

Arifin, Zainal. (2017). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Asrul, Ananda, R., Rosnita. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Medan: Citapustaka


Media.

Febriana, Rina. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2016). Dasar-dasar Evaluasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nana Sudjana. (2017). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai