Anda di halaman 1dari 9

ETIKA PENDIDIKAN

TUGAS ARTIKEL PENDIDIKAN

Nama: Endang Adi Ningsih

NIM : 19103241029

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2021
Meningkatnya Angka Putus Sekolah di Masa Pandemi

Abstrak

Adanya pandemi diawal 2020 telah mengguncang perekonomian. Kondisi keluarga yang
berada dibawah tekanan ekonomi berpeluang untuk mempekerjakan anak-anaknya untuk
bekerja. Apabila ketersediaan layanan sosial menurun dan kemiskinan meningkat mengakibatkan
anak didorong kedalam angkatan kerja bukan ke pendidikan. Beban antara kebutuhan sehari-hari
dan membiayai pendidikan anak membuat orang tua berada pada kondisi dilematis, sehingga
terpaksa orang tua menyuruh anak untuk bekerja. Hal ini telah berpotensi meningkatnya angka
putus sekolah. Upaya yang telah dilakukan pemerintah seperti peningkatan Dana BOS dan
peningkatan pemberian beasiswa tidak sepenuhnya membuat urusan pendidikan masyarakat
semakin mudah. Pandemi membuat terjadinya ketimpangan pembelajaran. Kesulitan mengakses
pendidikan dialami oleh mereka yang berpenghasilan rendah. Pemerintah diharapkan
menggiatkan berbagai program penuntasan kasus putus sekolah dengan menciptakan berbagai
strategis yang sesuai dengan kondisi saat ini. Perguruan tinggi yang memiliki peran penting
dalam membantu pemerintah melakukan investasi SDM, diharapkan mampu menggerakkan
mahasiswa untuk mengurangi angka putus sekolah terutama bagi mereka yang terkena dampak
pandemi.

Kata Kunci: Pendidikan, ekonomi, pandemi, putus sekolah


Pendahuluan

Latarbelakang

Pendidikan merupakan bagian terpenting dari aspek pembangunan suatu bangsa.


Indonesia telah menempatkan pendidikan sebagai salah satu prioritas utama dalam pembangunan
nasional. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan pemerintah wajib memenuhi hak warga negara untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin baik sumber
daya manusia sehingga pembangunan nasional dapat tercapai. Upaya kesejahteraan bangsa dapat
terlaksana melalui pendidikan, salah satunya yaitu untuk mengatasi masalah kemiskinan. Akan
tetapi, awal tahun 2020 telah mengubah tatanan pendidikan di Indonesia. Merebaknya pandemi
Covid-19 mengharuskan pelaksanaan pendidikan secara online. Pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan baru melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akhirnya
menerapkan sistem E-learning from home atau kebijakan pembelajaran dari rumah. Pelaksanaan
pembelajaran secara online bukan tanpa hambatan, keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana
yang digunakan dalam menunjang proses pembalajaran secara online. Tidak hanya siswa, orang
tua juga terkena dampak dari adanya pembelajaran daring. Banyak orang tua yang masih gagap
teknologi atau gaptek sehingga mereka harus beradaptasi . Orang tua perlu melakukan
pendampingan pembelajaran kepada anak-anak, hal tersebut sangat memengaruhi aktivitas
harian orang tua. Keterbatasan dalam hal finansial juga menjadi penghambat dalam mengakses
pembelajaran daring.

Pandemi menyebabkan angka kemiskinan meningkat cukup tajam, hal tersebut


mengancam tingginya angka putus sekolah. Adanya pandemi diawal 2020 telah mengguncang
perekonomian. Banyak lapangan pekerjaan yang berkurang, seperti pekerja yang kena PHK dan
pendapatan yang menurun. Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa kemiskinan di Indonesia
meningkat yakni menjadi 26,42 juta orang. Kondisi tersebut, mengakibatkan persentase
penduduk miskin per Maret 2020 naik menjadi 9,78%. Naiknya harga kebutuhan pokok dan
adanya pandemi Covid-19 menyebabkan persentase kemiskinan meningkat. Menurut ILO
(International Labour Organization) kondisi keluarga yang berada dibawah tekanan ekonomi
berpeluang untuk mempekerjakan anak-anaknya untuk bekerja. Apabila ketersediaan layanan
sosial menurun dan kemiskinan meningkat mengakibatkan anak didorong kedalam angkatan
kerja bukan ke pendidikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik jumlah pekerja anak di Indonesia
mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan pada tahun 2017 terdapat 1,2 juta pekerja anak
dibawah umur dan pada tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 1,6 juta jiwa.

Hal yang dikhawatirkan yaitu apabila angka jumlah pekerja anak dibawah umur
meningkat secara drastis. Berdasarkan hasil survey Badan Pusat Statistik latar belakang
pendidikan orang tua, kurangnya minat anak terhadap pendidikan, dan lemahnya ekonomi
keluarga menjadi faktor penyebab tingginya angka putus sekolah. Tujuan pemerintah dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia akan terhambat jika angka putus sekolah semakin
meningkat. Krisis ekonomi berdampak pada penerimaan jumlah anak yang dapat menempuh
pendidikan. Hal ini dikarenakan krisis ekonomi memaksa anak di tuntut untuk bekerja atau anak
perempuan yang dipaksa menikah dini demi mengurangi beban keluarga. Beban antara
kebutuhan sehari-hari dan membiayai pendidikan anak membuat orang tua berada pada kondisi
dilematis, sehingga terpaksa orang tua menyuruh anak untuk bekerja. Hal ini telah berpotensi
meningkatnya angka putus sekolah.
Pembahasan

Kondisi Perekonomian di Masa Pandemi

Pendidikan, pendapatan, dan kesehatan merupakan hal yang tidak dapat


dipisahkan. Rendahnya tingkat pendidikan berpangaruh pada rendahnya sumber daya manusia
yang berpengaruh pada besar kecilnya penghasilan. Rendahnya pendapatan berdampak pada
kecilnya tabungan. Kecilnya tabungan dan investasi akan memengaruhi kualitas pendidikan,
begitu pula akan berputar seterusnya. (Ratnasari, 2013) menyebutkan kondisi ekonomi
merupakan kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh
jenis aktifitas ekonomi, pendapatan, dan kemampuan memenuhi kebutuhan. Tinggi rendahnya
tingkat pendidikan anak dipengaruhi oleh kondisi orang tua. Anak dari keluarga menengah
biasanya akan mendapat bimbingan dan arahan tentang pentingnya pendidikan. Anak-anak yang
berlatar belakang ekonomi rendah, kurang dapat mendapat pengarahan yang cukup dari orang
tua mereka karena orang tua lebih memusatkan perhatiannya pada bagaimana untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Tempat pemenuhan segala kebutuhan anak selama sekolah adalah orang
tua. Orang tua tidak akan kesulitan memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya jika ekonominya
tingga, berbeda dengan orang tua yang keadaan ekonominya rendah.

Pada awal tahun 2020 telah terjadi wabah penyebaran virus Covid-19 yang membawa
dampak cukup serius termasuk pada perekonomian dunia. Cina telah memegang kegiatan ekspor
terbesar di dunia, padahal Indonesia telah memiliki salah satu mitra dagang terbesar yaitu Cina.
Munculnya Covid-19 yang diduga berasal dari China telah membawa dampak negative pada
system perdagangan di China yang berdampak juga pada Indonesia. Terhambatnya sektor impor
bahan mentah dari China juga berdampak pada kegiatan ekspor di Indonesia, sehingga
menyebabkan turunya harga barang tambang dan komoditas lain (Iswahyudi,2018). Penurunan
juga terjadi pada penerimaan pajak, Hal ini berdampak sangat serius karena dalam penerimaan
pajak sektor perdagangan sangat memiliki kontribusi besar dalam mendongkrak penerimaan
negara tepatnya yaitu berada pada urutan kedua terbesar (Sugarda & Rifky, 2017).

Sektor pariwisata telah mendapat ancaman serius dari dampak Covid-19, wisatawan yang
berkunjung ke Indonesia mengalami penurunan. Operasional dan kelangsungan bisnis hotel juga
terancam karena mengalami penurunan hingga 40%. Pendapatan rumah makan atau restoran juga
mengalami penurunan karena pengunjung rumah makan kebanyakan dari mancanegara. Insutri
retail juga terdampak dari lemahnya pertumbuhan pariwisata. Usaha mikro, kecil, dan menengah
diperkirakan juga akan terkena pengaruh pandemic Covid-19, hal tersebut terjadi karena
biasanya para pengunjung yang datang ke suatu destinasi akan membeli cinderatama. Usaha
mikro, kecil, dan menengah merupakan jenis usaha yang mempu menyep banyak tenaga kerja,
sehingga jika pandemi Covid-19 berdampak buruk pada usaha tersebut akan menyebabkan
meningkatkan angka pengangguran di Indonesia.

Upaya Pemerintah Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Pemerintah telah meluncurkan penambahan dana bos dan pemberian Kartu Indonesia
Pintar dalam rangka mengurangi angka putus sekolah. Tahun 2020 pemerintah telah menambah
anggaran dana APBN untuk dana pendidikan, total anggaran tahun 2020 sekitar 508,1 triliun
yang mana dialokasikan untuk KIP sebesar 11,1 triliun, KIP kuliaj 6,7 triliun, beasiswa LPDP
1,8 triliun, keperluan riset LPDP sebesar 284,1 triliun, anggaran bos sebesar 64 triliun serta
pembangunan kepada sekolah maupun pembangunan kampus sebesar 4,4 triliun. Sebagai
dampak kebijakan pemerintah dalam realokasi dan realokasi dan refocussing Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) khusus untuk Kemendikbud tahun 2020 anggaran
pendidikan mengalami penurunan sebesar 4,9 triliun. Pemotongan biaya tersebut meliputi rapat-
rapat dan acara yang tidak dapat dilakukan diwilayah kementrian, biaya kunjungan dinas.
Anggaran tersebut lebih diprioritaskan untuk program KIP, PJJ, dan membantu siswa yang
terdampak Covid-19.

Upaya yang telah dilakukan pemerintah seperti peningkatan Dana BOS dan peningkatan
pemberian beasiswa tidak sepenuhnya membuat urusan pendidikan masyarakat semakin mudah.
Pandemi membuat terjadinya ketimpangan pembelajaran. Kesulitan mengakses pendidikan
dialami oleh mereka yang berpenghasilan rendah. Orang dengan ekonomi kebawah cenderung
tidak peduli dengan urusan pendidikan anaknya, Seperti contohnya orang tua dengan penghasilan
rendah tidak memperhatikan dan acuh terhadap perkembangan anak dalam penguasaan materi
pembelajaran. Kondisi yang terjadi dimasa pandemi membuat ancaman putus sekolah semakin
meningkat. Namun, bagi mereka yang memiliki motivasi dan semangat belajar tinggi tidak akan
menyerah begitu saja agar tetap bisa melanjutkan pendidikan ditengah ekonomi yang mencekik.
Banyak aliansi mahasiswa yang melakukan demo untuk meminta keringanan UKT, sebelumnya
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud 25 Tahun 2020 terkait ketentuan
penyesuaian Uang Kuliah Tunggal ( UKT), kebijakan tersebut diberikan dengan tujuan
memberikan peringanan bagi mahasiswa yang terdampak Covid-19. Berbagai kampus di
Indonesia telah serentak melakukan demo, meskipun telah ada kebijakan terkait penurunan UKT
tetapi sulitnya persyaratan yang diberikan membuat mahasiswa tidak memiliki kesempatan untuk
mendapat keringanan UKT.

Dalam Permendikbud 25 Tahun 2020 telah memberikan kampus untuk meringankan


beban UKT mahasiswa, akan tetapi kebijakan tersebut dinilai kurang mangakomodir para
mahasiswa yang orang tuanya secara ekonomi terdampak akibat Covid-19. Dalam orasi banyak
mahasiswa yang mengatakan kondisi mahasiswa sejauh ini sangat mecekik, orang tua yang
terdampak ekonomi mulai dari PHK sampai tidak punya penghasilan. Mahasiswa menuntut agar
UKT diturunkan lantaran selama kuliah daring mereka tidak mendapat fasilitas kampus yang
memadai dan beranggapan bahwa hak yang diterima mahasiswa selama pembelajaran daring tak
sebanding dengan biaya kuliah yang dibayarkan. Menurut (Darmangtyas,2020) menyebutkan
pihak kampus bisa memanfaatkan bantuan operasional pendidikan ( BOP) untuk pembayaran
hal-hal teknis di kampus, seperti pemeliharaan listrik, kebersihan, dan lain-lain. Dalam hal ini
pemerintah diharapkan untuk terus menggiatkan berbagai program penuntasan kasus putus
sekolah serta menciptakan berbagai kebijakan strategis sehingga angka putus sekolah dapat
menurun.

Kesimpulan

Pendidikan sebagai faktor terpenting dalam pembangunan suatu negara, oleh karena itu
diperlukan langkah strategis sebagai upaya mencegah meningkatnya angka putus sekolah.
Memutus rantai kemiskinan dengan meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga kualitas sumber
daya manusia di Indonesia bisa lebih baik. Apabila sumber daya manusia baik maka sumber
daya alam yang tersedia dapat diolah secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pemerintah diharapkan menggiatkan berbagai program penuntasan kasus putus
sekolah dengan menciptakan berbagai strategis yang sesuai dengan kondisi saat ini. Perguruan
tinggi yang memiliki peran penting dalam membantu pemerintah melakukan investasi SDM,
diharapkan mampu menggerakkan mahasiswa untuk mengurangi angka putus sekolah terutama
bagi mereka yang terkena dampak pandemi Covid-19.

Daftar Pustaka

Shihab, N. Wajah Pendidikan Indonesia di Tengah Pandemi. ( Terdapat pada : http://bemfeb-


unud.com/wp-content/uploads/2020/12/Wajah-Pendidikan-Indonesia-di-Tengah-Pandemi1.pdf).
Diakses tanggal 10 Junia 2021 pukul 20:15:10 WIB

Khasanah, D. R. A. U., Pramudibyanto, H., & Widuroyekti, B. (2020). Pendidikan dalam masa
pandemi covid-19. Jurnal Sinestesia, 10(1), 41-48.

Republika. Jutaan Anak Beresiko Jadi Pekerja Bawah Umur Akibat Pandemi. (Terdapat pada :
https://republika.co.id/berita/qbtctb459/jutaan-anak-berisiko-jadipekerja-bawah-umur-akibat-
pandemi). Diakses tanggal 11 Juni 2021 pukul 16:20:06 WIB

Kemendikbud.go.id. Komisi X DPR RI Sepakat Perubahan Anggaran Kemendikbud 4,9 Triliun


(Terdapat pada :https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/05/komisi x-dpr-ri-sepakat-
perubahan-anggaran-kemendikbud-rp49-triliun). Diakses tanggal 11 Juni 20:35:00 WIB

Anda mungkin juga menyukai