Endang Adi Ningsih - Revisi Artikel Pendidikan
Endang Adi Ningsih - Revisi Artikel Pendidikan
NIM : 19103241029
Abstrak
Adanya pandemi diawal 2020 telah mengguncang perekonomian. Kondisi keluarga yang
berada dibawah tekanan ekonomi berpeluang untuk mempekerjakan anak-anaknya untuk
bekerja. Apabila ketersediaan layanan sosial menurun dan kemiskinan meningkat mengakibatkan
anak didorong kedalam angkatan kerja bukan ke pendidikan. Beban antara kebutuhan sehari-hari
dan membiayai pendidikan anak membuat orang tua berada pada kondisi dilematis, sehingga
terpaksa orang tua menyuruh anak untuk bekerja. Hal ini telah berpotensi meningkatnya angka
putus sekolah. Upaya yang telah dilakukan pemerintah seperti peningkatan Dana BOS dan
peningkatan pemberian beasiswa tidak sepenuhnya membuat urusan pendidikan masyarakat
semakin mudah. Pandemi membuat terjadinya ketimpangan pembelajaran. Kesulitan mengakses
pendidikan dialami oleh mereka yang berpenghasilan rendah. Pemerintah diharapkan
menggiatkan berbagai program penuntasan kasus putus sekolah dengan menciptakan berbagai
strategis yang sesuai dengan kondisi saat ini. Perguruan tinggi yang memiliki peran penting
dalam membantu pemerintah melakukan investasi SDM, diharapkan mampu menggerakkan
mahasiswa untuk mengurangi angka putus sekolah terutama bagi mereka yang terkena dampak
pandemi.
Latarbelakang
Hal yang dikhawatirkan yaitu apabila angka jumlah pekerja anak dibawah umur
meningkat secara drastis. Berdasarkan hasil survey Badan Pusat Statistik latar belakang
pendidikan orang tua, kurangnya minat anak terhadap pendidikan, dan lemahnya ekonomi
keluarga menjadi faktor penyebab tingginya angka putus sekolah. Tujuan pemerintah dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia akan terhambat jika angka putus sekolah semakin
meningkat. Krisis ekonomi berdampak pada penerimaan jumlah anak yang dapat menempuh
pendidikan. Hal ini dikarenakan krisis ekonomi memaksa anak di tuntut untuk bekerja atau anak
perempuan yang dipaksa menikah dini demi mengurangi beban keluarga. Beban antara
kebutuhan sehari-hari dan membiayai pendidikan anak membuat orang tua berada pada kondisi
dilematis, sehingga terpaksa orang tua menyuruh anak untuk bekerja. Hal ini telah berpotensi
meningkatnya angka putus sekolah.
Pembahasan
Pada awal tahun 2020 telah terjadi wabah penyebaran virus Covid-19 yang membawa
dampak cukup serius termasuk pada perekonomian dunia. Cina telah memegang kegiatan ekspor
terbesar di dunia, padahal Indonesia telah memiliki salah satu mitra dagang terbesar yaitu Cina.
Munculnya Covid-19 yang diduga berasal dari China telah membawa dampak negative pada
system perdagangan di China yang berdampak juga pada Indonesia. Terhambatnya sektor impor
bahan mentah dari China juga berdampak pada kegiatan ekspor di Indonesia, sehingga
menyebabkan turunya harga barang tambang dan komoditas lain (Iswahyudi,2018). Penurunan
juga terjadi pada penerimaan pajak, Hal ini berdampak sangat serius karena dalam penerimaan
pajak sektor perdagangan sangat memiliki kontribusi besar dalam mendongkrak penerimaan
negara tepatnya yaitu berada pada urutan kedua terbesar (Sugarda & Rifky, 2017).
Sektor pariwisata telah mendapat ancaman serius dari dampak Covid-19, wisatawan yang
berkunjung ke Indonesia mengalami penurunan. Operasional dan kelangsungan bisnis hotel juga
terancam karena mengalami penurunan hingga 40%. Pendapatan rumah makan atau restoran juga
mengalami penurunan karena pengunjung rumah makan kebanyakan dari mancanegara. Insutri
retail juga terdampak dari lemahnya pertumbuhan pariwisata. Usaha mikro, kecil, dan menengah
diperkirakan juga akan terkena pengaruh pandemic Covid-19, hal tersebut terjadi karena
biasanya para pengunjung yang datang ke suatu destinasi akan membeli cinderatama. Usaha
mikro, kecil, dan menengah merupakan jenis usaha yang mempu menyep banyak tenaga kerja,
sehingga jika pandemi Covid-19 berdampak buruk pada usaha tersebut akan menyebabkan
meningkatkan angka pengangguran di Indonesia.
Pemerintah telah meluncurkan penambahan dana bos dan pemberian Kartu Indonesia
Pintar dalam rangka mengurangi angka putus sekolah. Tahun 2020 pemerintah telah menambah
anggaran dana APBN untuk dana pendidikan, total anggaran tahun 2020 sekitar 508,1 triliun
yang mana dialokasikan untuk KIP sebesar 11,1 triliun, KIP kuliaj 6,7 triliun, beasiswa LPDP
1,8 triliun, keperluan riset LPDP sebesar 284,1 triliun, anggaran bos sebesar 64 triliun serta
pembangunan kepada sekolah maupun pembangunan kampus sebesar 4,4 triliun. Sebagai
dampak kebijakan pemerintah dalam realokasi dan realokasi dan refocussing Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) khusus untuk Kemendikbud tahun 2020 anggaran
pendidikan mengalami penurunan sebesar 4,9 triliun. Pemotongan biaya tersebut meliputi rapat-
rapat dan acara yang tidak dapat dilakukan diwilayah kementrian, biaya kunjungan dinas.
Anggaran tersebut lebih diprioritaskan untuk program KIP, PJJ, dan membantu siswa yang
terdampak Covid-19.
Upaya yang telah dilakukan pemerintah seperti peningkatan Dana BOS dan peningkatan
pemberian beasiswa tidak sepenuhnya membuat urusan pendidikan masyarakat semakin mudah.
Pandemi membuat terjadinya ketimpangan pembelajaran. Kesulitan mengakses pendidikan
dialami oleh mereka yang berpenghasilan rendah. Orang dengan ekonomi kebawah cenderung
tidak peduli dengan urusan pendidikan anaknya, Seperti contohnya orang tua dengan penghasilan
rendah tidak memperhatikan dan acuh terhadap perkembangan anak dalam penguasaan materi
pembelajaran. Kondisi yang terjadi dimasa pandemi membuat ancaman putus sekolah semakin
meningkat. Namun, bagi mereka yang memiliki motivasi dan semangat belajar tinggi tidak akan
menyerah begitu saja agar tetap bisa melanjutkan pendidikan ditengah ekonomi yang mencekik.
Banyak aliansi mahasiswa yang melakukan demo untuk meminta keringanan UKT, sebelumnya
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud 25 Tahun 2020 terkait ketentuan
penyesuaian Uang Kuliah Tunggal ( UKT), kebijakan tersebut diberikan dengan tujuan
memberikan peringanan bagi mahasiswa yang terdampak Covid-19. Berbagai kampus di
Indonesia telah serentak melakukan demo, meskipun telah ada kebijakan terkait penurunan UKT
tetapi sulitnya persyaratan yang diberikan membuat mahasiswa tidak memiliki kesempatan untuk
mendapat keringanan UKT.
Kesimpulan
Pendidikan sebagai faktor terpenting dalam pembangunan suatu negara, oleh karena itu
diperlukan langkah strategis sebagai upaya mencegah meningkatnya angka putus sekolah.
Memutus rantai kemiskinan dengan meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga kualitas sumber
daya manusia di Indonesia bisa lebih baik. Apabila sumber daya manusia baik maka sumber
daya alam yang tersedia dapat diolah secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pemerintah diharapkan menggiatkan berbagai program penuntasan kasus putus
sekolah dengan menciptakan berbagai strategis yang sesuai dengan kondisi saat ini. Perguruan
tinggi yang memiliki peran penting dalam membantu pemerintah melakukan investasi SDM,
diharapkan mampu menggerakkan mahasiswa untuk mengurangi angka putus sekolah terutama
bagi mereka yang terkena dampak pandemi Covid-19.
Daftar Pustaka
Khasanah, D. R. A. U., Pramudibyanto, H., & Widuroyekti, B. (2020). Pendidikan dalam masa
pandemi covid-19. Jurnal Sinestesia, 10(1), 41-48.
Republika. Jutaan Anak Beresiko Jadi Pekerja Bawah Umur Akibat Pandemi. (Terdapat pada :
https://republika.co.id/berita/qbtctb459/jutaan-anak-berisiko-jadipekerja-bawah-umur-akibat-
pandemi). Diakses tanggal 11 Juni 2021 pukul 16:20:06 WIB