Penulis Fathul Lubabin Nuqul, Risky Ananda Ariyati
Nama jurnal Psikoislamika Tahun 2006 Volume dan nomor 13, 02 Revie rahmatillah Tanggal dan tahun 2006 Latar belakang Cinta akan selalu menjadi topic yang digandrungi oleh setiap kalangan , baik yang muda maupun yang tua, terbukti dari lirik lagu, drama teater, puisis, sajak, komik, novel, bahkan gossip tentang cinta (isnuardani, 2012). Cinta adalah salah satu bentuk emosi yang megandung ketertarikan , hasrat seksual, dan perhatian pada seseorang. Cara seseorang dalam mencintai dan mengekspresikan rasa cintanya berbeda-beda, yang kemudian disebut dengan gaya cinta Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gaya cinta mahasisa ditinjau dari jenis kelamin Metode penelitian Metode pengumpulan data dengan adaptasi skala love attitude scale (LAS) yang teradaptasi untuk mengukur gaya cinta mahasisa, skala ini berjimlah 24 item. Penelitian ini melibatkan 190 subjek yang merupakan mahasisa dengan rincian 81 laki- laki dan 109 perempuan. Subjek merupakanmahasisa s1 di universitas islam negri Maulana Malik Ibrahim Malang. Subjek dipilih yang memiliki hubungan cinta (pacaran, pernikahan dan lain sebagainya) Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian ini meunjukan baha subjek berkecenderungan mempunyai gaya cinta yang kombinatid 120 responden atau 63,2%. Penelitian ini menemukan baha laki-laki lebih memilih gaya cinta ludos (cinta main-main) dan agape (cinta tanpa pamrih) dibandingkan perempuan Diskusi Cinta adalah salah satu bentuk emosi yang megandung ketertarikan , hasrat seksual, dan perhatian pada seseorang. Cara seseorang dalam mencintai dan mengekspresikan rasa cintanya berbeda-beda, yang kemudian disebut dengan gaya cinta. Hasil penelitian ini meunjukan baha subjek berkecenderungan mempunyai gaya cinta yang kombinatid 120 responden atau 63,2%. Penelitian ini menemukan baha laki-laki lebih memilih gaya cinta ludos (cinta main-main) dan agape (cinta tanpa pamrih) dibandingkan perempuan Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisis data dan pembahasan atas hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Gaya cinta yang dimiliki mahasisa menunjukkan kebanykan dua atau lebih gaya cinta yang dominan dalam dirinya, akan tetapi terdapat pula gaya cinta murni pada enam gaya cinta yakni eros (cinta romantik), ludos (cinta main-main), storge (cinta kan baik), mania (cinta posesive), pragma ( cinta realitas), dan agape (cinta tanpa pamrih). Kombinasi gaya cinta mahasisa yang paling tingi ditunjukkan pada kombinasi gaya cinta storge-pragma yaitu cinta kaan baik dan realistis. 2) perbedan gaya cinta yang dimiliki pada mahasisa menunjukkan terdapat perbedaan pada gaya cinta ludos (cinta main-main) dan agpe (cinta tanpa pamrih) antara laki-laki dan perempuan sedangkan, dimana laki-laki lebih dominan dibandingkan perempuan. Hal ini ditunjukan dengan jumlah responden laki-laki lebih dominan kepada gaya tersebutdaripada perempuan. Sedangkan gaya cinta eros (cinta romantic), storge (cinta kan baik), mania (cinta posesif), dan pragma (cinta realitas) tidak memiliki perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Jumlah referensi 20 Judul UANG NAI’: ANTARA CINTA DAN GENGSI Penulis Sri Rahayu, Yudi Nama jurnal Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Tahun 2015 Volume dan nomor 6 no2 Revie rahmatillah Tanggal dan tahun 14 juli 2015 Latar belakang Jurnal ini menelaah bagaima-na akuntansi penetapan uang nai’ atau harga suatu pernikahan dilandasi oleh nilai-nilai budaya lokal Budaya Panai’ merupa-kan proses penentuan jumlah uang belanja pesta perkawinan yang berasal dari daerah Provinsi Sulawesi Selatan Budaya ini juga masih kuat dipertahankan oleh sebagian be-sar orang Bugis-Makassar perantauan Wa- laupun sudah meninggalkan daerah nenek moyang bertahun- tahun, bahkan telah lahir di daerah perantauan, budaya panai’ tetap juga digunakan dalam proses lamaran sebe-lum pernikahan Budaya ini menimbulkan kegelisahan bagi pihak laki-laki baik dari masyarakat Bugis maupun dari luar ma- syarakat Bugis berkaitan dengan mahalnya uang nai’ yang akan diberikan oleh pihak keluarga laki-laki Bagi orang tua sederhana yang mempunyai anak laki-laki akan mera-sa gelisah oleh masalah pendanaan yang harus disediakan untuk doi menre Semen-tara pihak wanita yang menunggu datang-nya lamaran dari seorang laki-laki juga akan gelisah karena kekhawatiran tidak adanya laki-laki yang menyanggupi doi menre yang ditetapkan oleh keluarganya Tujuan penelitian Studi ini bertujuan memahami doi menre atau uang Nai’ dalam Budaya Panai’ Bugis Makas-sar saat menentukan besaran uang belanja perkawinan Metode penelitian Studi ini merupakan studi dengan pendekatan kualitatif, peneliti langsung menjadi instrumen studi Data dianalisis dengan menggunakan pola budaya perkawinan adat masyarakat Bugis yang dikemukakakan oleh Lamallongeng Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian menemukan bahwa fenomena tingginya uang Nai’, mahar dan sompa dipandang kaum muda Bugis dan orang luar sebagai bentuk harga Lamaran dianggap transaksi antara kedua keluarga calon pengantin Pandangan ini keliru, sebab budaya panai’ merupakan bentuk penghargaan budaya Bugis ter-hadap wanita, siri’, prestise dan status sosial Uang nai’ merupakan ben-tuk penghargaan keluarga pihak pria terhadap keluarga wanita karena telah mendidik anak gadisnya dengan baik Diskusi Jurnal ini menelaah bagaima-na akuntansi penetapan uang nai’ atau harga suatu pernikahan dilandasi oleh nilai-nilai budaya lokal Budaya Panai’ merupa-kan proses penentuan jumlah uang belanja pesta perkawinan yang berasal dari daerah Provinsi Sulawesi Selatan Hasil penelitian menemukan bahwa fenomena tingginya uang Nai’, mahar dan sompa dipandang kaum muda Bugis dan orang luar sebagai bentuk harga Lamaran dianggap transaksi antara kedua keluarga calon pengantin Pandangan ini keliru, sebab budaya panai’ merupakan bentuk penghargaan budaya Bugis ter-hadap wanita, siri’, prestise dan status sosial Uang nai’ merupakan ben-tuk penghargaan keluarga pihak pria terhadap keluarga wanita karena telah mendidik anak gadisnya dengan baik Kesimpulan Budaya Panai’ bagi masyarakat Bugis perantauan memahaminya sebagai bagian dari prosesi lamaran untuk membiayai pesta perkawinan Penentuan uang nai’ umumnya ditentukan oleh status sosial yang disandang oleh keluarga mempelai perempuan Status sosial tersebut antara lain: keturunan bang-sawan, status pendidikan, status pekerjaan, dan status ekonomi Semakin baik status sosial yang dimiliki pihak keluarga mempe-lai perempuan, semakin tinggi uang belanja yang harus ditanggung oleh pihak laki-lakiPertimbangan
besarnya uang belanja seba-gai syarat adat menjadi dominasi
bagi kaum muda Sebagian kaum muda menganggap adanya proses transaksional dalam pro-sesi lamaran Kepentingan dua muda mudi yang saling mencintapun harus tunduk pada keputusan-keputusan yang muncul dari adat istiadat warisan leluhur Keputu-san yang lebih mengutamakan materialisme berupa gengsi dan prestise keluarga me-nimbulkan resistensi muda-mudi terhadap budaya panai’ Materialisme menjadi dasar berkembangnya budaya komersial Ukuran kemakmuran ditentukan oleh banyaknya kekayaan yang dimiliki Dalam sistem ini, tidak ada ruang untuk melakukan dan mengembangkan nilai-nilai sosial dan saling membantu Kompromi melalui komunikasi yang baik akan menghasilkan kesepakatan yang melegakan kedua belah pihak dan ti-dak juga akan memberatkan Komunikasi dan kesepakatan sangat penting dilakukan dalam interaksi sebelum pernikahan dilak- sanakan Melalui interaksi, akan terbangun sebuah regulasi yang menata bagaimana se-harusnya kehidupan relasi sosial disepakati oleh orang tua sang penjaga adat dan kaum muda sang pelestari adat Jumlah referensi 23 Judul Regulasi Emosi pada Wanita Dewasa Awal yang Ditolak Cintanya (Studi Kasus Pada Cinta Tak Terbalas) Penulis Alifa Astari HendrianaWiwin Hendriani Nama jurnal Jurnal psikologi pendidikan dan perkembangan Tahun 2015 Volume dan nomor 4 no1 Revie rahmatillah Tanggal dan tahun April 2015 Latar belakang Cinta tak terbalas atau unrequited lovedikatakan marak karena beberapa penelitian mengatakan bahwa cinta tak terbalas dialami oleh hampir 95% wanita dan pria (Regan, 2009). Cinta tak terbalas menjadi menarik untuk dibahas karena menurut Jones & Wortman (1973; Kenny & Nasby, 1980 dalam Baumeister, dkk., 1993) seseorang yang disukai memiliki kecenderungan untuk membalas perasaan yang diberikan oleh orang yang menyukainya. Sedangkan pada fenomena cinta tak terbalas, penolak cinta tidak membalas perasaan pendamba cinta. Akan menjadi wajar jika dua orang yang tidak saling menyukai tidak mungkin untuk membangun suatu hubungan romantis karena tidak ada yang menginisiasi agar hubungan tersebut dapat terbentuk. Pada cinta tak terbalas, pendamba cinta mungkin saja akan berinisiatif untuk memulai hubungan romantis dengan penolak cinta (Baumeister, dkk., 1993).Unrequited love atau cinta yang tak terbalas merupakan sebuah fenomena dimana si pendamba cinta, atau yang oleh Baumeister diberi istilah would-be lover, tidak mendapatkan balasan dari si penolak cinta atau rejector. Inti dari cinta yang tak terbalas adalah adanya ketertarikan yang bersifat satu arah (Bringle, dkk., 2013). Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui regulasi emosi pada wanita dewasa awal yang ditolak cintanya dalam situasi cinta tak terbalas. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif studi kasus intrinsik dengan analisis tematik theory driven. Penelitian ini melibatkan tiga orang partisipan wanita dewasa awal yang pernah berada dalam situasi cinta tak terbalas. Partisipan 1 berusia 22 tahun, partisipan 2 berusia 23 tahun, dan partisipan 3 berusia 23 tahun. Ketiga partisipan memiliki pengalaman yang sama yaitu pernah berada dalam situasi cinta tak terbalas ketika mereka sudah masuk ke dalam masa dewasa awal. Teknik penggalian data pada penelitian ini menggunakan wawancara dengan pertemuan sebanyak dua kali pada masing-masing partisipan. Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga partisipan pernah berada dalam situasi cinta tak terbalas dimana partisipan 1 dan partisipan 2 belum pernah berpacaran dengan si penolak cinta, sedangkan partisipan 3 sudah pernah berpacaran tetapi kemudian ditinggalkan oleh si penolak cinta. Ketiga partisipan memiliki beberapa kesamaan dalam melakukan regulasi emosi pada setiap situasi yang ada Diskusi Cinta tak terbalas menjadi menarik untuk dibahas karena menurut Jones & Wortman (1973; Kenny & Nasby, 1980 dalam Baumeister, dkk., 1993) seseorang yang disukai memiliki kecenderungan untuk membalas perasaan yang diberikan oleh orang yang menyukainya. Sedangkan pada fenomena cinta tak terbalas, penolak cinta tidak membalas perasaan pendamba cinta. Akan menjadi wajar jika dua orang yang tidak saling menyukai tidak mungkin untuk membangun suatu hubungan romantis karena tidak ada yang menginisiasi agar hubungan tersebut dapat terbentuk Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga partisipan pernah berada dalam situasi cinta tak terbalas dimana partisipan 1 dan partisipan 2 belum pernah berpacaran dengan si penolak cinta, sedangkan partisipan 3 sudah pernah berpacaran tetapi kemudian ditinggalkan oleh si penolak cinta. Ketiga partisipan memiliki beberapa kesamaan dalam melakukan regulasi emosi pada setiap situasi yang ada Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga partisipan pernah berada dalam situasi cinta tak terbalas dimana partisipan 1 dan partisipan 2 belum pernah berpacaran dengan si penolak cinta, sedangkan partisipan 3 sudah pernah berpacaran tetapi kemudian ditinggalkan oleh si penolak cinta. Ketiga partisipan memiliki beberapa kesamaan dalam melakukan regulasi emosi pada setiap situasi yang ada Jumlah referensi 15 Judul FENOMENA CINTA LESBIAN Penulis Anita Susanti1,Mochamad Widjanarko2 Nama jurnal Jurnal Psikologi Undip Tahun Oktober 2015, Volume dan nomor Vol.14 No.2 Revie rahmatillah Tanggal dan tahun Oktober 2015, Latar belakang Kodrat manusia diciptakan berpasang-pasangan antara laki-lak dan perempuan untuk membangun sebuah keluarga yang harmonis (Budiarty,2011). Idealnya seorang lelakiakan berpasangan dan jatuh cinta pada seorang wanita begitu pula sebaliknya wanita idealnya berpasangan dan jatuh cinta pada seorang lelaki. Seperti sebuah keluarga terdiri dari seorang ayah yang berjenis kelamin lelaki, seorang ibu yang berjenis kelamin wanita dan memainkan perannya sesuai dengan jenis kelaminnya (Novena, 2011). Budiarty (2011) menyebutkan bahwa dalam kehidupan masyarakatterdapat permasalahan- permasalahan yang begitu komplesks, muncul suatu hal berbeda serta dianggap tidak wajar, dikarenakan dua insan yang sejenis menjalin hubungan percintaan yang dikenal dengan homoseksual wanita atau lesbian. Homoseksual adalah kelainan terhadap orientasi seksual yang ditandai dengan timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai jenis kelamin yang sejenis atau identitas gender yang sama (Handayani, 2010). Carol (dalam Prima & Ika, 2011)mengatakan orientasi seksual merupakan istilah yang mengarah kepada jenis kelamin, yang ditandai denganketertarikan secara emosional, fisik, seksual dan cinta yang bertahan lama terhadap individutersebut. Orientasi seksual terbagi tiga yaitu heteroseksual, homoseksual dan biseksual. Heteroseksual merujuk kepada ketertarikan terhadap jenis kelamin yang berbeda, sementara itu homoseksual merujuk kepada ketertarikan terhadap jenis kelamin yang sama dan biseksual merujuk kepada ketertarikan kepada kedua jenis kelamin. Heteroseksual disebut juga dengan istilah straight, sedangkan pria homoseksual dikenal denganistilah gay, dan wanita homoseksual disebut dengan lesbian. Fenomena lesbian kini semakin marak di Indonesia, terutama di kota-kota besar.Di Indonesia sendiri, data statistik menyatakan bahwa 8 dari 10 juta populasi pria Indonesia pada suatu waktu pernah terlibat pengalaman homoseksual. Hasil survaiYPKN (Yayasan Pendidikan Kartini Nusantara) menunjukkan, ada 4000 hingga 5000 penyuka sesama jenis di Jakarta. Sedangkan Gaya Nusantara memperkirakan, 260.000 dari enam juta penduduk Jawa Timur adalah homo.Angka-angka itu belum termasuk kaum homo di kota-kota besar lainnya (Gatra dalam Mutmainnah & Ismi, 2012). Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan fenomena cinta lesbian di kota Kudus. Adapun subj Metode penelitian orang lesbian yang berdomisili di kota Kudus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis mengunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara.Teknik pengambilan sampel menggunakanteknik snowballsampling, artinya pengambilan sampel dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai atau dihubungi sebelumnya. Sedangkan metode analisis data menggunakanmatriks oleh Miles & Hubbermanyang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman cinta lesbian pernah dialami sebelumnya oleh kedua subjek sedangkan satu subjekbaru pertama kalimengalaminya. Dalam cinta lesbian terdapat keintiman, hasrat dan komitmen. Kemudian muncul konflik yang berpengaruh pada hubungannya. Tetapi muncul juga harapan mengenai masa depan lesbian terutama mengenai cinta mereka. Diskusi Carol (dalam Prima & Ika, 2011)mengatakan orientasi seksual merupakan istilah yang mengarah kepada jenis kelamin, yang ditandai denganketertarikan secara emosional, fisik, seksual dan cinta yang bertahan lama terhadap individutersebut. Orientasi seksual terbagi tiga yaitu heteroseksual, homoseksual dan biseksual. Heteroseksual merujuk kepada ketertarikan terhadap jenis kelamin yang berbeda, sementara itu homoseksual merujuk kepada ketertarikan terhadap jenis kelamin yang sama dan biseksual merujuk kepada ketertarikan kepada kedua jenis kelamin. Heteroseksual disebut juga dengan istilah straight, sedangkan pria homoseksual dikenal denganistilah gay, dan wanita homoseksual disebut dengan lesbian. Fenomena lesbian kini semakin marak di Indonesia, terutama di kota-kota besar.Di Indonesia sendiri, data statistik menyatakan bahwa 8 dari 10 juta populasi pria Indonesia pada suatu waktu pernah terlibat pengalaman homoseksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman cinta lesbian pernah dialami sebelumnya oleh kedua subjek sedangkan satu subjekbaru pertama kalimengalaminya. Dalam cinta lesbian terdapat keintiman, hasrat dan komitmen. Kemudian muncul konflik yang berpengaruh pada hubungannya. Tetapi muncul juga harapan mengenai masa depan lesbian terutama mengenai cinta mereka. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai cinta yang dimiliki lesbianmenunjukkan bahwa fenomena cinta lesbian dalam penelitian ini, pada subjekA ketertarikannya terhadap sesama jenis sudah terlihat ketika subjekremaja. Dalam hubungan cinta lesbiannya, subjekmencapai dua level keintiman, tiga dorongan hasrat dan dua aspek komitmen. Namun disamping itu juga muncul berbagai permasalahan yang mempengaruhi hubungan subjek. Tetapi subjekjuga masih memiliki harapan untuk bisa menikah dengan pasangan sejenisnya yang sekarang. Pada subjekB, ketertarikannya terhadap sejenis muncul dari rasa kagum terhadap perempuan. Pengalaman cinta terhadap sesama jenis dialami subjeksejak remaja. Subjek. memiliki tujuh pengalaman cinta dan dalam cinta lesbiannya yang sekarang, subjekmencapai tiga level keintiman, dua level hasrat, dan dua aspek komitmen. Terdapat konflik yang berpengaruh pada hubungannya, tetapi subjekjuga memiliki harapan untuk tetap bisa hidup bersama dengan pasangan sejenisnya.Kemudian pada subjekC, ketertarikannya dengan sesama jenis juga muncul ketika remaja. Pengalaman cinta pertama dengan sejenis, dialami subjek ketika lulus SMP.Subjekmemiliki tiga pengalaman cinta dan dalam cinta lesbiannya yang sekarang, subjekmencapai dua level ketintiman, dua dorongan hasrat dan dua aspek komitmen. Konflik juga muncul serta berpengaruh pada hubungannya dan subjekmemiliki harapan untuk bisa menikah dengan sesama jenis tetapi yang ingin dinikahi subjekadalah mantan sejenisnya yang masih dicintai. Jumlah referensi 20 Judul Gambaran Cinta dan Kepuasan Pernikahan Pada Istri Pertama yang Dipoligami Penulis Irma Maryani1 Nama jurnal Psikoborneo Tahun 2018 Volume dan nomor Vol 6, No 3, Revie rahmatillah Tanggal dan tahun 2018 Latar belakang Pernikahan adalah hubungan yang paling intim dari semua hubungan dekat, yang didalamnya terdapat komitmen dan keintiman dengan pasangan yang dicintainya. Dalam pandangan masyarakat, pernikahan sebagai institusi yang didalamnya terdapat tanggung jawab serta hak dan kewajiban yang disahkan dalam perjanjian sipil, dan hanya bisa diakhiri jika ada kesepakatan dari kedua belah pihak (Levenson dkk, 1993).Menurut Muhyidin (dalam Yuliantini dkk, 2008) tujuan pernikahan yang diharapkan bagi seseorang yang menikah adalah agar terpenuhinya kebutuhan- kebutuhan psikologis, yaitu salah satunya tercapainya ketenangan ruh dan diri. namun usaha pemenuhan dari kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi, khususnya bagi perempuan. Mereka dihadapkan pada dua pilihan konsep pernikahan yang ada di Indonesia, monogami dan poligami. Umumnya perempuan berharap bahwa mereka akan dinikahi oleh laki-laki yang dapat mencintainya secara sepenuhnya, dan berharap bahwa suami tidak akan pernah menikah lagi dengan perempuan lain sehingga menghadirkan ‘madu’dalam kehidupan rumah tangganya. Walaupun pada kenyataan harapan tersebut menjadi tidak terpenuhi, sehingga pada akhirnya istri dihadapkan dengan keputusan suaminya untuk menikah lagi atau berpoligami. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menemukan cinta dan kepuasan pernikahan dengan istri poligami pertama. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang yang dipilih berdasarkan teknik purposivitas dengan karakteristik subjek, wanita yang merupakan istri pertama dari suami poligami. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi partisipan dan wawancara mendalam. Temuan?/ hasil penelitian Studi ini menunjukkan hasil yang berbeda dari cinta dan kepuasan pernikahan dari empat mata pelajaran tergantung pada pengalaman mereka dalam hubungan cinta dan kehidupan pernikahan. Subjek pertama memiliki cinta kosong kecuali komitmen dengan suami. Tanggung jawab suami, manajemen keuangan, dan dukungan dari keluarga dan teman membuatnya puas dengan kehidupan pernikahannya. Subjek kedua memiliki cinta fatuous dengan kurang keintiman dalam hubungannya dengan suami karena kurangnya komunikasi, subjek hampir tidak bisa mengungkapkan perasaannya kepada suami tetapi hanya menerima apa yang telah dilakukan suami kepadanya. Subjek ketiga memiliki kasih sayang bersama dengan suami, mereka selalu berhubungan dan saling menjaga. Komunikasi yang baik dengan suami, anak-anak, dan orientasi agama membuatnya puas dengan kehidupan pernikahannya. Subjek keempat memiliki cinta kosong kecuali komitmen kepada suami, tetapi merasa bahagia dengan pernikahannya setelah memutuskan untuk menjadi lebih religius dan meningkatkan komunikasi dengan suami. Diskusi Pernikahan adalah hubungan yang paling intim dari semua hubungan dekat, yang didalamnya terdapat komitmen dan keintiman dengan pasangan yang dicintainya. Dalam pandangan masyarakat, pernikahan sebagai institusi yang didalamnya terdapat tanggung jawab serta hak dan kewajiban yang disahkan dalam perjanjian sipil, dan hanya bisa diakhiri jika ada kesepakatan dari kedua belah pihak (Levenson dkk, 1993).Menurut Muhyidin (dalam Yuliantini dkk, 2008) tujuan pernikahan yang diharapkan bagi seseorang yang menikah adalah agar terpenuhinya kebutuhan- kebutuhan psikologis, yaitu salah satunya tercapainya ketenangan ruh dan diri. Studi ini menunjukkan hasil yang berbeda dari cinta dan kepuasan pernikahan dari empat mata pelajaran tergantung pada pengalaman mereka dalam hubungan cinta dan kehidupan pernikahan. Subjek pertama memiliki cinta kosong kecuali komitmen dengan suami. Tanggung jawab suami, manajemen keuangan, dan dukungan dari keluarga dan teman membuatnya puas dengan kehidupan pernikahannya. Subjek kedua memiliki cinta fatuous dengan kurang keintiman dalam hubungannya dengan suami karena kurangnya komunikasi, subjek hampir tidak bisa mengungkapkan perasaannya kepada suami tetapi hanya menerima apa yang telah dilakukan suami kepadanya. Subjek ketiga memiliki kasih sayang bersama dengan suami, mereka selalu berhubungan dan saling menjaga. Komunikasi yang baik dengan suami, anak-anak, dan orientasi agama membuatnya puas dengan kehidupan pernikahannya. Subjek keempat memiliki cinta kosong kecuali komitmen kepada suami, tetapi merasa bahagia dengan pernikahannya setelah memutuskan untuk menjadi lebih religius dan meningkatkan komunikasi dengan suami. Kesimpulan Gambaran mengenai cinta dan kepuasan pernikahan pada istri pertama yang dipoligami dapat disimpulkan dari keempat subjek yaitu sebagai berikut:
1. Setelah dipoligami, perasaan cinta EW terhadap suami
berkurang bahkan EW tidak lagi merasa cemburu dan tidak perduli jika suami bersama istri-istrinya yang lain. Hal itu disebabkan karena EW merasa harga dirinya telah terluka dan sakit hati. EW tetap menjalankan tugasnya sebagai istri sebagai bentuk komitmen dari pernikahannya. Kepuasan pernikahan yang dirasakan EW ada pada peran suami yang tetap bertanggung jawab dalam memberi perhatian dan nafkah terhadapnya dan anak-anaknya. Ditambah lagi orang tua, mertua, saudara, dan teman-teman EW selalu mendukung dan mendorong EW untuk tetap bertahan menjalani pernikahan poligami.
2. Walaupun merasakan sakit hati karena dikhianati oleh
suaminya, perasaan cinta SF pada suami tidak berubah. SF tetap memberikan perhatian dan melayani suaminya seperti biasanya. SF bersikap seolah-olah tidak terjadi masalah diantara mereka. Hal itu ia lakukan karena ia begitu menyayangi dan mencintai suaminya dan SF tidak ingin suaminya pergi meninggalkannya. SF tidak pernah bertanya lebih lanjut mengenai hubungan suami dengan wanita selingkuhan yang telah menjadi madunya tersebut untuk menghindari pernyataan yang dapat membuat hatinya lebih sakit. Hal itu menyebabkan komunikasi SF dan suami menjadi tidak terbuka walaupun tujuannya untuk menghindari konflik. Selain itu SF juga telah kehilangan kepercayaan pada suaminya. SF bahkan mencari nafkah sendiri untuk memnuhi kebutuhan rumah tangganya. Kekhawatiran akan ditinggalkan oleh suami membuat SF lebih banyak memendam perasaannya dan mengalah pada suami. Oleh karena itu SF menjadi kurang merasakan kepuasan dalam pernikahannya. 3. Walaupun mengaku telah ikhlas, TS tetap merasakan cemburu saat suaminya menikahi wanita pilihannya tersebut. Meskipun awalnya TS menikah dengan suaminya karena dijodohkan, namun TS merasakan cinta terhadap suami selama pernikahan. Bahkan setelah berpoligami, TS tetap merasakan cinta pada suami dan selalu memberikan perhatian pada suami. Komunikasi yang terbuka dan saling bertukar pikiran membuat TS tetap merasa dekat dengan suaminya meskipun waktunya bersama suami harus terbagi dengan istri kedua. TS tetap merasakan kepuasan dalam pernikahannya karena suami tetap memberikan perhatian padanya dan anakanaknya. TS merasa bahagia karena ia dan suami dapat menerapkan syariat Islam dalam hubungan pernikahan dan dalam mendidik anak-anak mereka. 4. Akibat sakit hati karena dua kali dikhianati oleh suaminya, NL menjadi tidak percaya lagi pada suami dan perasaan cinta terhadap suami telah berkurang. NL tidak lagi merasa cemburu dan cenderung tidak perduli jika suami lebih lama bersama istri kedua. Namun NL merasa kehidupannya lebih tenang setelah berpoligami karena komunikasi NL dan suaminya menjadi lebih terbuka. NL merasa puas dalam pernikahannya setelah suaminya hijrah dan lebih bertanggung jawab sebagai imam dalam keluarga. Belajar agama membuat NL telah ikhlas dipoligami dan akan merelakan suami jika suaminya ingin menambah istri lagi. NL juga memaafkan istri kedua yang awalnya menjadi orang ketiga dalam pernikahannya. Jumlah referensi 17 Judul KEBAHAGIAAN PADA REMAJA WANITA YANG BERULANG-ULANG PUTUS CINTA Penulis RebeccaPramudianti Nama jurnal Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Tahun Oktober 2020 Volume dan nomor Vol. 9, No. 2 Revie rahmatillah Tanggal dan tahun 31Oktober2020 Latar belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar (2018)terjadi peningkatan proporsi gangguan jiwa dari 1,7% pada tahun 2013 naik menjadi 7% di tahun 2018. Sedangkan menurut program kesehatan Jakarta, terdapat sekitar 4000 warga Jakarta yangterindikasi mengalami gangguan jiwa. Salah satu pemicu gangguan tersebut adalah putus cinta(Fajri, Kumparan News 2018).Selain itu, putus cinta juga menjadi faktor utama kasus bunuh diri di wilayah Semarang. Menurut Kasubag Humas, Polrestabes Semarang, penyebab aksi bunuh diri rata-rata diakibatkan stres atau depresi lantaran himpitan ekonomi dan persoalan asmara. Namun pada remaja dilatar belakangi adanya persoalan asmara (Nurchamim, Radar Semarang 2018). Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kebahagiaan yang dimiliki pada remaja wanita yangberulang kalimengalami putus cinta. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek adalahdua orang remaja wanita berusia20tahun dan19tahun yang mengalami putus cinta lebih dari lima kali dan hal tersebut membuatnya mengalami sakit hati yang mendalam.Penggalian datapada penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan menggunakan teknik analisis tematik theory driven Temuan?/ hasil penelitian Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa remaja wanita yang mengalami putus cinta berulang sempat mengalami sakit hati mendalam dan kecewa hingga ia mengambil keputusan untuk tidak ingin berpacaran lagi bahkan ingin menutup hatinya. Kebahagiaan yang dimiliki mulai nampak ketika seseorang dapat memiliki resiliensi dalam menghadapi permasalahan, memiliki temperance, serta sikap optimisme untuk kehidupan yang akan datang. Diskusi Menurut Riset Kesehatan Dasar (2018)terjadi peningkatan proporsi gangguan jiwa dari 1,7% pada tahun 2013 naik menjadi 7% di tahun 2018. Sedangkan menurut program kesehatan Jakarta, terdapat sekitar 4000 warga Jakarta yangterindikasi mengalami gangguan jiwa. Salah satu pemicu gangguan tersebut adalah putus cinta(Fajri, Kumparan News 2018).Selain itu, putus cinta juga menjadi faktor utama kasus bunuh diri di wilayah Semarang. Menurut Kasubag Humas, Polrestabes Semarang, penyebab aksi bunuh diri rata-rata diakibatkan stres atau depresi lantaran himpitan ekonomi dan persoalan asmara. Namun pada remaja dilatar belakangi adanya persoalan asmara (Nurchamim, Radar Semarang 2018). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa remaja wanita yang mengalami putus cinta berulang sempat mengalami sakit hati mendalam dan kecewa hingga ia mengambil keputusan untuk tidak ingin berpacaran lagi bahkan ingin menutup hatinya. Kebahagiaan yang dimiliki mulai nampak ketika seseorang dapat memiliki resiliensi dalam menghadapi permasalahan, memiliki temperance, serta sikap optimisme untuk kehidupan yang akan datang. Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa kebahagiaan pada remaja wanita yang mengalami putus cinta berulang kali dapat tercerminkan melalui sikap resiliensi dalam hidupnya. Ketika seseorang mampu bertahan dalam masalah, kuat menghadapinya, ia akan mampu untuk berpikir dan berperilaku dalam menghadapi masalahnya. Perilaku selanjutnya yang ia tunjukkan adalah suatu sikap temperance dengan memaafkan dan mengikhlaskan orang yang menyakiti hatinya. Setelah ia dapat melakukan hal tersebut, ia akan dapat menanamkan sikap optimis dan hal positif untuk kehidupannya yang lebih baik di masa mendatang.Meskipun sempat mengalami sakit hati yang terlalu dalam hingga memunculkan respon tertentu yang mengganggu aktivitas sehari-hari, hal ini dapat teratasi dengan adanya kebahagiaan. Sebuah kebahagiaan mampu untuk meminimalisir sakit hati seseorang yang disebabkan karena putus cinta dan membawa perubahan menuju yang lebih baik. Jumlah referensi 19 Judul Kesempurnaan Cinta dan Tipe Kepribadian Kode Warna Penulis Yamin Setiawan Nama jurnal Persona, Jurnal Psikologi Indonesia Tahun Januari 2014, Volume dan nomor Vol. 3, No. 01, hal 90 - 96 Revie rahmatillah Tanggal dan tahun 2014 Latar belakang Menurut Sternberg (1988), cinta itu mengandung komponen keintiman (intimacy), gairah (passion) dan komitmen (commitment). Dari ketiga komponen tersebut dapat membentuk delapan kombinasi jenis cinta yaitu nonlove, liking, Infatuation love, empty love, romantic love, companionate love, fatous love, consummate love. Cinta yang ideal adalah cinta yang memiliki komponen keintiman, gairah dan komitmen yang seimbang, oleh karena itu peneliti menggunakan consummate love (cinta yang sempurna) sebagai acuan untuk penelitian ini. Orang-orang yang sedang jatuh cinta mempunyai kadar cinta yang berbeda-beda, ada yang sangat intim dan mesra, tetapi tidak jarang terlihat pasangan tersebut sering bertengkar bahkan ada yang bercerai walaupun sudah menikah. Perbedaan kadar cinta ini mempunyai banyak faktor penyebab, salah satu diantaranya karena adanya pengaruh dari tipe kepribadian. Kepribadian memang bersifat unik, sehingga tidak ada satu orangpun yang sama persis dengan orang yang lain, meski mereka terlahir kembar satu telur. Memang ada jutaan variasi kepribadian, namun menurut Hartman (2004) kepribadian setiap orang dapat digolongkan menurut motif dasar, kebutuhan dan keinginan yang cenderung stabil sepanjang hayat. Di pandang dari sudut perbedaan motif dasar, kebutuhan dan keinginan maka setiap orang dapat digolongkan kedalam tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning. Penggolongan berdasarkan warna ini dengan maksud agar lebih mudah untuk diingat. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah benar ada perbedaan kesempurnaan cinta antara individu yang bertipe kepribadian warna merah, biru, putih dan kuning. Metode penelitian Subjek penelitian ini adalah 77 orang yang belum menikah. Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap tipe-tipe kepribadian subjek adalah skala profil kepribadian kode warna, dan untuk mengungkap kesempurnaan cinta subjek digunakan skala likert. Data yang diperoleh kemudian di analisis dengan teknik Analisis Variansi (Anava) 1 jalur. Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kesempurnaan cinta ditinjau dari tipe kepribadian kode warna. Diskusi Menurut Sternberg (1988), cinta itu mengandung komponen keintiman (intimacy), gairah (passion) dan komitmen (commitment). Dari ketiga komponen tersebut dapat membentuk delapan kombinasi jenis cinta yaitu nonlove, liking, Infatuation love, empty love, romantic love, companionate love, fatous love, consummate love. Cinta yang ideal adalah cinta yang memiliki komponen keintiman, gairah dan komitmen yang seimbang, oleh karena itu peneliti menggunakan consummate love (cinta yang sempurna) sebagai acuan untuk penelitian ini. Kepribadian memang bersifat unik, sehingga tidak ada satu orangpun yang sama persis dengan orang yang lain, meski mereka terlahir kembar satu telur. Memang ada jutaan variasi kepribadian, namun menurut Hartman (2004) kepribadian setiap orang dapat digolongkan menurut motif dasar, kebutuhan dan keinginan yang cenderung stabil sepanjang hayat. Di pandang dari sudut perbedaan motif dasar, kebutuhan dan keinginan maka setiap orang dapat digolongkan kedalam tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning. Penggolongan berdasarkan warna ini dengan maksud agar lebih mudah untuk diingat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kesempurnaan cinta ditinjau dari tipe kepribadian kode warna Kesimpulan Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian kode warna biru dan putih memiliki tingkat kesempurnaan cinta yang paling tinggi baik dari aspek keintiman, gairah maupun dari aspek komitmen, sedangkan tipe kepribadian merah dan kuning memiliki tingkat kesempurnaan cinta yang paling rendah. Diharapkan agar tiap pasangan memiliki pengetahuan tentang tipe kepribadian pasangannya masing- masing agar dapat mengelola hubungan dan memupuk kesempurnaan cinta mereka. Seseorang yang memiliki pasangan yang bertipe kepribadian merah dan kuning harus lebih hati-hati dalam menjaga keintiman berhubungan, karena orang-orang yang bertipe kepribadian warna merah dan kuning memiliki. keintiman, gairah dan komitmen yang paling rendah diantara semua tipe kepribadian kode warna. Kombinasi delapan jenis cinta sangat kaya dan menarik untuk dibahas, bagi peneliti selanjutnya bisa meneliti delapan jenis kombinasi cinta (non love, liking, Infatuation love, empty love, romantic love, companionate love, fatous love dan consummate love) yang dikaitkan dengan variabel-variabel yang lain Banyak faktor yang mempengaruhi kesempurnaan cinta, peneliti selanjutnya bisa meneliti variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap kesempurnaan cinta tersebut selain tipe kepribadian dan jenis kelamin. Faktor-faktor tersebut misalnya : usia pernikahan, kestabilan ekonomi, rasa tanggung jawab, kehadiran anak, status sosial, dan lain sebagainya. Jumlah referensi 17 Judul Apakah Ekspresi Cinta Memprediksi Perasaan Dicintai? Kajian Bahasa Cinta Pasif dan Aktif Penulis Edwin Adrianta Surijah, Ni Kadek Prema Dewi Sabhariyanti, Supriyadi Nama jurnal PSYMPATHIC : Jurnal Ilmiah Psikolog Tahun J u n i2019 Volume dan nomor olume 6, Nomor 1, 2019:1-14 Revie rahmatillah Tanggal dan tahun 2021 Latar belakang Cinta dan relasi romantis merupakan komponen penting kehidupan manusia. Cinta dan relasi romantis membawa dampak bagi kesejahteraan psikologis (Weisskirch, 2017) dan kesehatan manusia (Kiecolt-Glaser & Wilson, 2017). Cinta sebagai komponen penting kehidupan manusia menjadi topik yang menarik untuk dikaji secara empirik. Sebagai contoh, penelitian mencoba memahami keterkaitan antara proses kognitif intuisi dan perasaan cinta (Grant-Jacob, 2016) atau hubungan antara perasaan cinta dan benci (Jin,Xiang, & Lei, 2017). Penelitian kali ini mengkaji cinta dari sudut pandang tipologi. Tujuan penelitian Penelitian ini ingin menguji apakah seseorang yang merasa dicintai berdasarkansalah satu konsep FLL juga akan menunjukkan perasaan cinta dengan cara yang serup Metode penelitian Skala FLL dibagi menjadi bentuk pasif (merasa dicintai) dan aktif (menunjukkan cinta) dan diisi oleh 637 partisipan yang pernah/sedang dalam hubungan romantis. Analisis regresi dilakukan untuk menguji masing-masing aspek skala FLL aktif memprediksi aspek-aspek pada skala FLL pasif. Temuan?/ hasil penelitian Hasil analisis menunjukkan bahasa cinta pasif seseorang ditentukan dari ekspresi aktifnya dan aspek pasif-aktif yang serupa menunjukkan hubungan/prediksi yang paling kuat. Penelitian ini memberi implikasi pada penelitian selanjutnya maupun cara memahami kebutuhan pasangan untuk merasa dicintai Diskusi Cinta dan relasi romantis merupakan komponen penting kehidupan manusia. Cinta dan relasi romantis membawa dampak bagi kesejahteraan psikologis (Weisskirch, 2017) dan kesehatan manusia (Kiecolt-Glaser & Wilson, 2017). Cinta sebagai komponen penting kehidupan manusia menjadi topik yang menarik untuk dikaji secara empirik. Sebagai contoh, penelitian mencoba memahami keterkaitan antara proses kognitif intuisi dan perasaan cinta (Grant-Jacob, 2016) atau hubungan antara perasaan cinta dan benci (Jin,Xiang, & Lei, 2017). Penelitian kali ini mengkaji cinta dari sudut pandang tipologi. Hasil analisis menunjukkan bahasa cinta pasif seseorang ditentukan dari ekspresi aktifnya dan aspek pasif- aktif yang serupa menunjukkan hubungan/prediksi yang paling kuat. Penelitian ini memberi implikasi pada penelitian selanjutnya maupun cara memahami kebutuhan pasangan untuk merasa dicintai Kesimpulan Bahasa cinta berbeda dengan konsep tipologi cinta lain yang umumnya menggambarkan kondisi relasi romantis yang dialami seperti relasi yang penuh komitmen atau relasi yang intim. Bahasa cinta mengungkap hal-hal yang membuat seseorang merasa dicintai. Simpulan penelitian ini adalah individu yang merasa dicintai dengan suatu cara tertentu relatif akan menunjukkan rasa cintanya dengan cara yang sama. Seseorang dengan tendensi FLL receiving gift (menerima hadiah) juga cenderung akan menunjukkan perasaannya dengan memberikan hadiah. Contoh yang lain, seseorang yang merasa dicintai saat menerima pujian juga akan cenderung mengekspresikan perasaannya secara verbal (words of affirmation). Bagi pasangan dan praktisi konseling pasangan, temuan ini membantu memahami dan memenuhi kebutuhan untuk merasa dicintai. Simpulan lain yang didapat dari penelitian ini adalah berkaitan dengan sumber bukti empiris. Kendati penelitan terdahulu belum mendapatkan hasil analisis faktor yang konvergen dengan lima aspek awal FLL, studi kali ini menunjukkan bahwa bahasa cinta seseorang dapat diprediksi dari cara seseorang menunjukkan perasaannya. Relasi antara kedua konsep tersebut menjadi suatu sumber bukti pendukung validasi konsep bahasa cinta walau studi lebih lanjut di masa mendatang masih dibutuhkan. Jumlah referensi 30 Judul ANALISIS TEORI CINTA STERNBERG DALAM KEHARMONISAN RUMAH TANGGA Penulis Debora Kesia Sanu1, Joris Taneo1 Nama jurnal JKKP(Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan) Tahun Oktober2020 Volume dan nomor Volume 7, Nomor 02 Revie rahmatillah Tanggal dan tahun 2021 Latar belakang Keharmonisan rumah tangga adalah suatu keinginan yang ingin dicapai oleh setiap pasangan. Tetapi dalam rumah tangga sering terjadi permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diatasi sehingga mengakibatkan perceraian. Tingkat perceraian dikota kupang sendiri tergolong besar dan selalu meningkat setiap tahunnya. Namun cinta sangat berperan untuk menjaga keharmonisan dalam sebuah rumah tangga. Teori cinta Sternberg mengungkapkan tentang ketiga kompenen cinta yang dapat menjadi fondasi dalam keharmonisan sebuah rumah tangga, yaitu komponen keintiman, komponen hasrat, dan komponen komitmen Tujuan penelitian tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kaitan teori cinta Sternberg dalam keharmonisan rumah tangga Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data adalah wawancara. Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian, menunjukan bahwa implementasi dan dampak teori cinta Sternberg dalam keharmonisan rumah tangga. Sekalipun dalam sebuah rumah tangga tidak mengetahui dengan jelas apa itu teori cinta Sternberg namun diimplementasikan oleh setiap pasangan dalam membangun dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Dalam rumah tangga yang harmonis membutuhkan keintiman, hasrat dan komitmen. Ketiga hal tersebut merupakan komponen teori cinta yang dikemukakan oleh Sternberg. Namun dalam mengatasi setiap masalah-masalah yang terjadi dalam sebuah rumah tangga juga membutuhkan keterlibatan Tuhan, dengan begitu maka masalah-masalah yang terjadi dapat diatasi dengan percaya dan berserah kepada Tuhan. Diskusi Keharmonisan rumah tangga adalah suatu keinginan yang ingin dicapai oleh setiap pasangan. Tetapi dalam rumah tangga sering terjadi permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diatasi sehingga mengakibatkan perceraian. Tingkat perceraian dikota kupang sendiri tergolong besar dan selalu meningkat setiap tahunnya. Namun cinta sangat berperan untuk menjaga keharmonisan dalam sebuah rumah tangga. Teori cinta Sternberg mengungkapkan tentang ketiga kompenen cinta yang dapat menjadi fondasi dalam keharmonisan sebuah rumah tangga, yaitu komponen keintiman, komponen hasrat, dan komponen komitmen . Hasil penelitian, menunjukan bahwa implementasi dan dampak teori cinta Sternberg dalam keharmonisan rumah tangga. Sekalipun dalam sebuah rumah tangga tidak mengetahui dengan jelas apa itu teori cinta Sternberg namun diimplementasikan oleh setiap pasangan dalam membangun dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Dalam rumah tangga yang harmonis membutuhkan keintiman, hasrat dan komitmen. Ketiga hal tersebut merupakan komponen teori cinta yang dikemukakan oleh Sternberg. Namun dalam mengatasi setiap masalah-masalah yang terjadi dalam sebuah rumah tangga juga membutuhkan keterlibatan Tuhan, dengan begitu maka masalah-masalah yang terjadi dapat diatasi dengan percaya dan berserah kepada Tuhan. Kesimpulan Berdasarkanhasil temuan penelitian ditemukan bahwa adanya kaitan antara teori cinta Sternberg dalam keharmonisan rumah tangga di jemaat GPT. Kristus Gembala Kupang. Dari hasil analisa dan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa keharmonisan rumah tangga erat kaitannya dengan teori cinta Sternberg. Sekalipun subjek yang diteliti tidak mengetahui tentang teori cinta Sternberg, namun dalam kehidupan rumah tangganya teori ini teraplikasi. Dalam membangun keharmonisan dibutuhkan ketiga komponen yang terdapat dalam teori cinta Sternebrg. Keharmonisan didasarkan pada komponen keintiman pasangan suami-istri, yang tidak dekat secara fisik dan psikis maka keharmonisannya tidak dapat dibangun. Begitupun juga dengan komponen hasrat, dalam sebuah rumah tangga tidak memiliki hasrat satu dengan lain, tidak memiliki keinginan untuk melakukan hubungan seksual dengan baik maka keharmonisan akan menjadi hambar. Dan dalam sebuah rumah tangga juga dibutuhkan komponen komitmen, yaitu komitmen dalam menjaga keharmonisan, komitmen untuk tetap menjaga cinta kepada pasangan, komitmen untuk saling mempertahankan hubungan dalam rumah tangga. Namun kenyataannya dalam rumah tangga tentu mengalami permasalahan-permasalahan yang dapat merusak keharmonisan seperti percekcokan antara suami dan istri dalam hal mengurus anak, mengurus makan-minum, menyatukan pendapat, tempat tinggal yang berbeda atau hubungan jarak jauh karena pekerjaan, masalah komunikasi yang kurang. Dari masalah-masalah yang dialami tersebut sehingga diperlukan ke tiga kompenen teori cinta agar dapat membantu mempertahankan keharmonisan dalam sebuah rumah tangga. Hal lain yang juga penulis temukan adalah sebuah rumah tangga yang harmonis membutuhkan keterlibatan Tuhan. Masalah-masalah yang terjadi dapat diatasi dengan percaya dan berserah kepada Tuhan. Jumlah referensi 22 Judul HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DAN KEBAHAGIAAN PADAREMAJA YANG MENGALAMI PUTUS CINTA Penulis DiniAmaliaUlfah Nama jurnal Jurnal ilmiah psikologi Tahun Juni 2016 Volume dan nomor Volume 9 nomor1 Revie rahmatillah Tanggal dan tahun 2021 Latar belakang Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mulai mengenal lawan jenis dan jatuh cinta. Berbicara mengenai jatuh cinta pasti juga akan berbicara mengenai putus cinta. Menurut data statistic ditemukan factor utama yang menjadi alasan remaja bunuh diri adalah masalah percintaan. Oleh karena itu para remaja perlu memiliki kematangan emosi yang baik sebelum memutuskan untuk berpacaran karena dengan kematangan emosi yang baik remaja akan mampu mengendalikan segala bentuk emosi negatif yang muncul setelah berpisah dari mantan pacar dan mengedepankan emosi positif yang mampu memicu timbulnya kebahagiaan.
Tujuan penelitian tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kematangan
emosi dan kebahagian pada remaja yang mengalami putus cinta Metode penelitian Populasi dalam penelitian ini merupakan remaja dengan kategori usia 17-21 tahun yang pernah putus cinta maksimal 2 tahun yang lalu dengan jumlah sampel sebanyak 84 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Product Moment Pearson dengan koefesien sebesar 0.721 dan P= 0,000 (p<0,05). Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan dengan arah hubungan positif antara kematangan emosi dan kebahagiaan pada remaja yang mengalami putus cinta, bahwa semakin tinggi kematangan emosi maka akan semakin tinggi pula kebahagiaan dan semakin rendah kematangan emosi maka akan semakin rendah kebahagiaan pada remaja yang mengalami putuscinta. Diskusi Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mulai mengenal lawan jenis dan jatuh cinta. Berbicara mengenai jatuh cinta pasti juga akan berbicara mengenai putus cinta. Menurut data statistic ditemukan factor utama yang menjadi alasan remaja bunuh diri adalah masalah percintaan. Oleh karena itu para remaja perlu memiliki kematangan emosi yang baik sebelum memutuskan untuk berpacaran karena dengan kematangan emosi yang baik remaja akan mampu mengendalikan segala bentuk emosi negatif yang muncul setelah berpisah dari mantan pacar dan mengedepankan emosi positif yang mampu memicu timbulnya kebahagiaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan dengan arah hubungan positif antara kematangan emosi dan kebahagiaan pada remaja yang mengalami putus cinta, bahwa semakin tinggi kematangan emosi maka akan semakin tinggi pula kebahagiaan dan semakin rendah kematangan emosi maka akan semakin rendah kebahagiaan pada remaja yang mengalami putuscinta. Kesimpulan Berdasarkanhasil temuan penelitian ditemukan bahwa adanya kaitan antara teori cinta Sternberg dalam keharmonisan rumah tangga di jemaat GPT. Kristus Gembala Kupang. Dari hasil analisa dan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa keharmonisan rumah tangga erat kaitannya dengan teori cinta Sternberg. Sekalipun subjek yang diteliti tidak mengetahui tentang teori cinta Sternberg, namun dalam kehidupan rumah tangganya teori ini teraplikasi. Dalam membangun keharmonisan dibutuhkan ketiga komponen yang terdapat dalam teori cinta Sternebrg. Keharmonisan didasarkan pada komponen keintiman pasangan suami-istri, yang tidak dekat secara fisik dan psikis maka keharmonisannya tidak dapat dibangun. Begitupun juga dengan komponen hasrat, dalam sebuah rumah tangga tidak memiliki hasrat satu dengan lain, tidak memiliki keinginan untuk melakukan hubungan seksual dengan baik maka keharmonisan akan menjadi hambar. Dan dalam sebuah rumah tangga juga dibutuhkan komponen komitmen, yaitu komitmen dalam menjaga keharmonisan, komitmen untuk tetap menjaga cinta kepada pasangan, komitmen untuk saling mempertahankan hubungan dalam rumah tangga. Namun kenyataannya dalam rumah tangga tentu mengalami permasalahan-permasalahan yang dapat merusak keharmonisan seperti percekcokan antara suami dan istri dalam hal mengurus anak, mengurus makan-minum, menyatukan pendapat, tempat tinggal yang berbeda atau hubungan jarak jauh karena pekerjaan, masalah komunikasi yang kurang. Dari masalah-masalah yang dialami tersebut sehingga diperlukan ke tiga kompenen teori cinta agar dapat membantu mempertahankan keharmonisan dalam sebuah rumah tangga. Hal lain yang juga penulis temukan adalah sebuah rumah tangga yang harmonis membutuhkan keterlibatan Tuhan. Masalah-masalah yang terjadi dapat diatasi dengan percaya dan berserah kepada Tuhan. Jumlah referensi 22