Anda di halaman 1dari 26

Judul Gaya Cinta (LOVE STYLE) Mahasisa

Penulis Fathul Lubabin Nuqul, Risky Ananda Ariyati


Nama jurnal Psikoislamika
Tahun 2006
Volume dan nomor 13, 02
Revie rahmatillah
Tanggal dan tahun 2006
Latar belakang Cinta akan selalu menjadi topic yang digandrungi oleh setiap
kalangan , baik yang muda maupun yang tua, terbukti dari lirik
lagu, drama teater, puisis, sajak, komik, novel, bahkan gossip
tentang cinta (isnuardani, 2012). Cinta adalah salah satu bentuk
emosi yang megandung ketertarikan , hasrat seksual, dan
perhatian pada seseorang. Cara seseorang dalam mencintai dan
mengekspresikan rasa cintanya berbeda-beda, yang kemudian
disebut dengan gaya cinta
Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gaya cinta mahasisa
ditinjau dari jenis kelamin
Metode penelitian Metode pengumpulan data dengan adaptasi skala love attitude
scale (LAS) yang teradaptasi untuk mengukur gaya cinta
mahasisa, skala ini berjimlah 24 item. Penelitian ini melibatkan
190 subjek yang merupakan mahasisa dengan rincian 81 laki-
laki dan 109 perempuan. Subjek merupakanmahasisa s1 di
universitas islam negri Maulana Malik Ibrahim Malang. Subjek
dipilih yang memiliki hubungan cinta (pacaran, pernikahan dan
lain sebagainya)
Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian ini meunjukan baha subjek berkecenderungan
mempunyai gaya cinta yang kombinatid 120 responden atau
63,2%. Penelitian ini menemukan baha laki-laki lebih memilih
gaya cinta ludos (cinta main-main) dan agape (cinta tanpa
pamrih) dibandingkan perempuan
Diskusi Cinta adalah salah satu bentuk emosi yang megandung
ketertarikan , hasrat seksual, dan perhatian pada seseorang.
Cara seseorang dalam mencintai dan mengekspresikan rasa
cintanya berbeda-beda, yang kemudian disebut dengan gaya
cinta. Hasil penelitian ini meunjukan baha subjek
berkecenderungan mempunyai gaya cinta yang kombinatid 120
responden atau 63,2%. Penelitian ini menemukan baha laki-laki
lebih memilih gaya cinta ludos (cinta main-main) dan agape
(cinta tanpa pamrih) dibandingkan perempuan
Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisis data dan pembahasan atas hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Gaya
cinta yang dimiliki mahasisa menunjukkan kebanykan dua atau
lebih gaya cinta yang dominan dalam dirinya, akan tetapi
terdapat pula gaya cinta murni pada enam gaya cinta yakni eros
(cinta romantik), ludos (cinta main-main), storge (cinta kan
baik), mania (cinta posesive), pragma ( cinta realitas), dan
agape (cinta tanpa pamrih). Kombinasi gaya cinta mahasisa
yang paling tingi ditunjukkan pada kombinasi gaya cinta
storge-pragma yaitu cinta kaan baik dan realistis. 2) perbedan
gaya cinta yang dimiliki pada mahasisa menunjukkan terdapat
perbedaan pada gaya cinta ludos (cinta main-main) dan agpe
(cinta tanpa pamrih) antara laki-laki dan perempuan sedangkan,
dimana laki-laki lebih dominan dibandingkan perempuan. Hal
ini ditunjukan dengan jumlah responden laki-laki lebih
dominan kepada gaya tersebutdaripada perempuan. Sedangkan
gaya cinta eros (cinta romantic), storge (cinta kan baik), mania
(cinta posesif), dan pragma (cinta realitas) tidak memiliki
perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Jumlah referensi 20
Judul UANG NAI’: ANTARA CINTA DAN GENGSI
Penulis Sri Rahayu, Yudi
Nama jurnal Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL
Tahun 2015
Volume dan nomor 6 no2
Revie rahmatillah
Tanggal dan tahun 14 juli 2015
Latar belakang Jurnal ini menelaah bagaima-na akuntansi penetapan uang nai’
atau harga suatu pernikahan dilandasi oleh nilai-nilai budaya
lokal Budaya Panai’ merupa-kan proses penentuan jumlah uang
belanja pesta perkawinan yang berasal dari daerah Provinsi
Sulawesi Selatan Budaya ini juga masih kuat dipertahankan
oleh sebagian be-sar orang Bugis-Makassar perantauan Wa-
laupun sudah meninggalkan daerah nenek moyang bertahun-
tahun, bahkan telah lahir di daerah perantauan, budaya panai’
tetap juga digunakan dalam proses lamaran sebe-lum
pernikahan Budaya ini menimbulkan kegelisahan bagi pihak
laki-laki baik dari masyarakat Bugis maupun dari luar ma-
syarakat Bugis berkaitan dengan mahalnya uang nai’ yang akan
diberikan oleh pihak keluarga laki-laki Bagi orang tua
sederhana yang mempunyai anak laki-laki akan mera-sa gelisah
oleh masalah pendanaan yang harus disediakan untuk doi
menre Semen-tara pihak wanita yang menunggu datang-nya
lamaran dari seorang laki-laki juga akan gelisah karena
kekhawatiran tidak adanya laki-laki yang menyanggupi doi
menre yang ditetapkan oleh keluarganya
Tujuan penelitian Studi ini bertujuan memahami doi menre atau uang Nai’ dalam
Budaya Panai’ Bugis Makas-sar saat menentukan besaran uang
belanja perkawinan
Metode penelitian Studi ini merupakan studi dengan pendekatan kualitatif,
peneliti langsung menjadi instrumen studi Data dianalisis
dengan menggunakan pola budaya perkawinan adat masyarakat
Bugis yang dikemukakakan oleh Lamallongeng
Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian menemukan bahwa fenomena tingginya uang
Nai’, mahar dan sompa dipandang kaum muda Bugis dan orang
luar sebagai bentuk harga Lamaran dianggap transaksi antara
kedua keluarga calon pengantin Pandangan ini keliru, sebab
budaya panai’ merupakan bentuk penghargaan budaya Bugis
ter-hadap wanita, siri’, prestise dan status sosial Uang nai’
merupakan ben-tuk penghargaan keluarga pihak pria terhadap
keluarga wanita karena telah mendidik anak gadisnya dengan
baik
Diskusi Jurnal ini menelaah bagaima-na akuntansi penetapan uang nai’
atau harga suatu pernikahan dilandasi oleh nilai-nilai budaya
lokal Budaya Panai’ merupa-kan proses penentuan jumlah uang
belanja pesta perkawinan yang berasal dari daerah Provinsi
Sulawesi Selatan Hasil penelitian menemukan bahwa fenomena
tingginya uang Nai’, mahar dan sompa dipandang kaum muda
Bugis dan orang luar sebagai bentuk harga Lamaran dianggap
transaksi antara kedua keluarga calon pengantin Pandangan ini
keliru, sebab budaya panai’ merupakan bentuk penghargaan
budaya Bugis ter-hadap wanita, siri’, prestise dan status sosial
Uang nai’ merupakan ben-tuk penghargaan keluarga pihak pria
terhadap keluarga wanita karena telah mendidik anak gadisnya
dengan baik
Kesimpulan Budaya Panai’ bagi masyarakat Bugis perantauan
memahaminya sebagai bagian dari prosesi lamaran untuk
membiayai pesta perkawinan Penentuan uang nai’ umumnya
ditentukan oleh status sosial yang disandang oleh keluarga
mempelai perempuan Status sosial tersebut antara lain:
keturunan bang-sawan, status pendidikan, status pekerjaan, dan
status ekonomi Semakin baik status sosial yang dimiliki pihak
keluarga mempe-lai perempuan, semakin tinggi uang belanja
yang harus ditanggung oleh pihak laki-lakiPertimbangan

besarnya uang belanja seba-gai syarat adat menjadi dominasi


bagi kaum muda Sebagian kaum muda menganggap adanya
proses transaksional dalam pro-sesi lamaran Kepentingan dua
muda mudi yang saling mencintapun harus tunduk pada
keputusan-keputusan yang muncul dari adat istiadat warisan
leluhur Keputu-san yang lebih mengutamakan materialisme
berupa gengsi dan prestise keluarga me-nimbulkan resistensi
muda-mudi terhadap budaya panai’ Materialisme menjadi dasar
berkembangnya budaya komersial Ukuran kemakmuran
ditentukan oleh banyaknya kekayaan yang dimiliki Dalam
sistem ini, tidak ada ruang untuk melakukan dan
mengembangkan nilai-nilai sosial dan saling membantu
Kompromi melalui komunikasi yang baik akan menghasilkan
kesepakatan yang melegakan kedua belah pihak dan ti-dak juga
akan memberatkan Komunikasi dan kesepakatan sangat
penting dilakukan dalam interaksi sebelum pernikahan dilak-
sanakan Melalui interaksi, akan terbangun sebuah regulasi yang
menata bagaimana se-harusnya kehidupan relasi sosial
disepakati oleh orang tua sang penjaga adat dan kaum muda
sang pelestari adat
Jumlah referensi 23
Judul Regulasi Emosi pada Wanita Dewasa Awal yang Ditolak
Cintanya (Studi Kasus Pada Cinta Tak Terbalas)
Penulis Alifa Astari HendrianaWiwin Hendriani
Nama jurnal Jurnal psikologi pendidikan dan perkembangan
Tahun 2015
Volume dan nomor 4 no1
Revie rahmatillah
Tanggal dan tahun April 2015
Latar belakang Cinta tak terbalas atau unrequited lovedikatakan marak karena
beberapa penelitian mengatakan bahwa cinta tak terbalas
dialami oleh hampir 95% wanita dan pria (Regan, 2009). Cinta
tak terbalas menjadi menarik untuk dibahas karena menurut
Jones & Wortman (1973; Kenny & Nasby, 1980 dalam
Baumeister, dkk., 1993) seseorang yang disukai memiliki
kecenderungan untuk membalas perasaan yang diberikan oleh
orang yang menyukainya. Sedangkan pada fenomena cinta tak
terbalas, penolak cinta tidak membalas perasaan pendamba
cinta. Akan menjadi wajar jika dua orang yang tidak saling
menyukai tidak mungkin untuk membangun suatu hubungan
romantis karena tidak ada yang menginisiasi agar hubungan
tersebut dapat terbentuk. Pada cinta tak terbalas, pendamba
cinta mungkin saja akan berinisiatif untuk memulai hubungan
romantis dengan penolak cinta (Baumeister, dkk.,
1993).Unrequited love atau cinta yang tak terbalas merupakan
sebuah fenomena dimana si pendamba cinta, atau yang oleh
Baumeister diberi istilah would-be lover, tidak mendapatkan
balasan dari si penolak cinta atau rejector. Inti dari cinta yang
tak terbalas adalah adanya ketertarikan yang bersifat satu arah
(Bringle, dkk., 2013).
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui regulasi emosi pada
wanita dewasa awal yang ditolak cintanya dalam situasi cinta
tak terbalas.
Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif studi kasus intrinsik dengan analisis tematik theory
driven. Penelitian ini melibatkan tiga orang partisipan wanita
dewasa awal yang pernah berada dalam situasi cinta tak
terbalas. Partisipan 1 berusia 22 tahun, partisipan 2 berusia 23
tahun, dan partisipan 3 berusia 23 tahun. Ketiga partisipan
memiliki pengalaman yang sama yaitu pernah berada dalam
situasi cinta tak terbalas ketika mereka sudah masuk ke dalam
masa dewasa awal. Teknik penggalian data pada penelitian ini
menggunakan wawancara dengan pertemuan sebanyak dua kali
pada masing-masing partisipan.
Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga partisipan
pernah berada dalam situasi cinta tak terbalas dimana partisipan
1 dan partisipan 2 belum pernah berpacaran dengan si penolak
cinta, sedangkan partisipan 3 sudah pernah berpacaran tetapi
kemudian ditinggalkan oleh si penolak cinta. Ketiga partisipan
memiliki beberapa kesamaan dalam melakukan regulasi emosi
pada setiap situasi yang ada
Diskusi Cinta tak terbalas menjadi menarik untuk dibahas karena
menurut Jones & Wortman (1973; Kenny & Nasby, 1980
dalam Baumeister, dkk., 1993) seseorang yang disukai
memiliki kecenderungan untuk membalas perasaan yang
diberikan oleh orang yang menyukainya. Sedangkan pada
fenomena cinta tak terbalas, penolak cinta tidak membalas
perasaan pendamba cinta. Akan menjadi wajar jika dua orang
yang tidak saling menyukai tidak mungkin untuk membangun
suatu hubungan romantis karena tidak ada yang menginisiasi
agar hubungan tersebut dapat terbentuk Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ketiga partisipan pernah berada dalam
situasi cinta tak terbalas dimana partisipan 1 dan partisipan 2
belum pernah berpacaran dengan si penolak cinta, sedangkan
partisipan 3 sudah pernah berpacaran tetapi kemudian
ditinggalkan oleh si penolak cinta. Ketiga partisipan memiliki
beberapa kesamaan dalam melakukan regulasi emosi pada
setiap situasi yang ada
Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga partisipan
pernah berada dalam situasi cinta tak terbalas dimana partisipan
1 dan partisipan 2 belum pernah berpacaran dengan si penolak
cinta, sedangkan partisipan 3 sudah pernah berpacaran tetapi
kemudian ditinggalkan oleh si penolak cinta. Ketiga partisipan
memiliki beberapa kesamaan dalam melakukan regulasi emosi
pada setiap situasi yang ada
Jumlah referensi 15
Judul FENOMENA CINTA LESBIAN
Penulis
Anita Susanti1,Mochamad Widjanarko2
Nama jurnal Jurnal Psikologi Undip
Tahun Oktober 2015,
Volume dan nomor Vol.14 No.2
Revie rahmatillah
Tanggal dan tahun Oktober 2015,
Latar belakang Kodrat manusia diciptakan berpasang-pasangan antara laki-lak
dan perempuan untuk membangun sebuah keluarga yang
harmonis (Budiarty,2011). Idealnya seorang lelakiakan
berpasangan dan jatuh cinta pada seorang wanita begitu pula
sebaliknya wanita idealnya berpasangan dan jatuh cinta pada
seorang lelaki. Seperti sebuah keluarga terdiri dari seorang
ayah yang berjenis kelamin lelaki, seorang ibu yang berjenis
kelamin wanita dan memainkan perannya sesuai dengan jenis
kelaminnya (Novena, 2011). Budiarty (2011) menyebutkan
bahwa dalam kehidupan masyarakatterdapat permasalahan-
permasalahan yang begitu komplesks, muncul suatu hal
berbeda serta dianggap tidak wajar, dikarenakan dua insan
yang sejenis menjalin hubungan percintaan yang dikenal
dengan homoseksual wanita atau lesbian. Homoseksual adalah
kelainan terhadap orientasi seksual yang ditandai dengan
timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai jenis
kelamin yang sejenis atau identitas gender yang sama
(Handayani, 2010). Carol (dalam Prima & Ika,
2011)mengatakan orientasi seksual merupakan istilah yang
mengarah kepada jenis kelamin, yang ditandai
denganketertarikan secara emosional, fisik, seksual dan cinta
yang bertahan lama terhadap individutersebut. Orientasi
seksual terbagi tiga yaitu heteroseksual, homoseksual dan
biseksual. Heteroseksual merujuk kepada ketertarikan terhadap
jenis kelamin yang berbeda, sementara itu homoseksual
merujuk kepada ketertarikan terhadap jenis kelamin yang sama
dan biseksual merujuk kepada ketertarikan kepada kedua jenis
kelamin. Heteroseksual disebut juga dengan istilah straight,
sedangkan pria homoseksual dikenal denganistilah gay, dan
wanita homoseksual disebut dengan lesbian. Fenomena lesbian
kini semakin marak di Indonesia, terutama di kota-kota
besar.Di Indonesia sendiri, data statistik menyatakan bahwa 8
dari 10 juta populasi pria Indonesia pada suatu waktu pernah
terlibat pengalaman homoseksual. Hasil survaiYPKN (Yayasan
Pendidikan Kartini Nusantara) menunjukkan, ada 4000 hingga
5000 penyuka sesama jenis di Jakarta. Sedangkan Gaya
Nusantara memperkirakan, 260.000 dari enam juta penduduk
Jawa Timur adalah homo.Angka-angka itu belum termasuk
kaum homo di kota-kota besar lainnya (Gatra dalam
Mutmainnah & Ismi, 2012).
Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan fenomena cinta
lesbian di kota Kudus. Adapun subj
Metode penelitian orang lesbian yang berdomisili di kota Kudus. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologis mengunakan
teknik pengumpulan data observasi dan wawancara.Teknik
pengambilan sampel menggunakanteknik snowballsampling,
artinya pengambilan sampel dilakukan secara berantai dengan
meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai atau
dihubungi sebelumnya. Sedangkan metode analisis data
menggunakanmatriks oleh Miles & Hubbermanyang terdiri dari
tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman cinta lesbian
pernah dialami sebelumnya oleh kedua subjek sedangkan satu
subjekbaru pertama kalimengalaminya. Dalam cinta lesbian
terdapat keintiman, hasrat dan komitmen. Kemudian muncul
konflik yang berpengaruh pada hubungannya. Tetapi muncul
juga harapan mengenai masa depan lesbian terutama mengenai
cinta mereka.
Diskusi Carol (dalam Prima & Ika, 2011)mengatakan orientasi seksual
merupakan istilah yang mengarah kepada jenis kelamin, yang
ditandai denganketertarikan secara emosional, fisik, seksual
dan cinta yang bertahan lama terhadap individutersebut.
Orientasi seksual terbagi tiga yaitu heteroseksual, homoseksual
dan biseksual. Heteroseksual merujuk kepada ketertarikan
terhadap jenis kelamin yang berbeda, sementara itu
homoseksual merujuk kepada ketertarikan terhadap jenis
kelamin yang sama dan biseksual merujuk kepada ketertarikan
kepada kedua jenis kelamin. Heteroseksual disebut juga dengan
istilah straight, sedangkan pria homoseksual dikenal
denganistilah gay, dan wanita homoseksual disebut dengan
lesbian. Fenomena lesbian kini semakin marak di Indonesia,
terutama di kota-kota besar.Di Indonesia sendiri, data statistik
menyatakan bahwa 8 dari 10 juta populasi pria Indonesia pada
suatu waktu pernah terlibat pengalaman homoseksual. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengalaman cinta lesbian
pernah dialami sebelumnya oleh kedua subjek sedangkan satu
subjekbaru pertama kalimengalaminya. Dalam cinta lesbian
terdapat keintiman, hasrat dan komitmen. Kemudian muncul
konflik yang berpengaruh pada hubungannya. Tetapi muncul
juga harapan mengenai masa depan lesbian terutama mengenai
cinta mereka.
Kesimpulan Hasil penelitian mengenai cinta yang dimiliki
lesbianmenunjukkan bahwa fenomena cinta lesbian dalam
penelitian ini, pada subjekA ketertarikannya terhadap sesama
jenis sudah terlihat ketika subjekremaja. Dalam hubungan cinta
lesbiannya, subjekmencapai dua level keintiman, tiga dorongan
hasrat dan dua aspek komitmen. Namun disamping itu juga
muncul berbagai permasalahan yang mempengaruhi hubungan
subjek. Tetapi subjekjuga masih memiliki harapan untuk bisa
menikah dengan pasangan sejenisnya yang sekarang. Pada
subjekB, ketertarikannya terhadap sejenis muncul dari rasa
kagum terhadap perempuan. Pengalaman cinta terhadap sesama
jenis dialami subjeksejak remaja. Subjek. memiliki tujuh
pengalaman cinta dan dalam cinta lesbiannya yang sekarang,
subjekmencapai tiga level keintiman, dua level hasrat, dan dua
aspek komitmen. Terdapat konflik yang berpengaruh pada
hubungannya, tetapi subjekjuga memiliki harapan untuk tetap
bisa hidup bersama dengan pasangan sejenisnya.Kemudian
pada subjekC, ketertarikannya dengan sesama jenis juga
muncul ketika remaja. Pengalaman cinta pertama dengan
sejenis, dialami subjek ketika lulus SMP.Subjekmemiliki tiga
pengalaman cinta dan dalam cinta lesbiannya yang sekarang,
subjekmencapai dua level ketintiman, dua dorongan hasrat dan
dua aspek komitmen. Konflik juga muncul serta berpengaruh
pada hubungannya dan subjekmemiliki harapan untuk bisa
menikah dengan sesama jenis tetapi yang ingin dinikahi
subjekadalah mantan sejenisnya yang masih dicintai.
Jumlah referensi 20
Judul Gambaran Cinta dan Kepuasan Pernikahan Pada
Istri Pertama yang Dipoligami
Penulis Irma Maryani1
Nama jurnal Psikoborneo
Tahun 2018
Volume dan nomor Vol 6, No 3,
Revie rahmatillah
Tanggal dan tahun 2018
Latar belakang Pernikahan adalah hubungan yang paling intim dari semua
hubungan dekat, yang didalamnya terdapat komitmen dan
keintiman dengan pasangan yang dicintainya. Dalam
pandangan masyarakat, pernikahan sebagai institusi yang
didalamnya terdapat tanggung jawab serta hak dan kewajiban
yang disahkan dalam perjanjian sipil, dan hanya bisa diakhiri
jika ada kesepakatan dari kedua belah pihak (Levenson dkk,
1993).Menurut Muhyidin (dalam Yuliantini dkk, 2008) tujuan
pernikahan yang diharapkan bagi seseorang yang menikah
adalah agar terpenuhinya kebutuhan- kebutuhan psikologis,
yaitu salah satunya tercapainya ketenangan ruh dan diri. namun
usaha pemenuhan dari kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak
selalu dapat terpenuhi, khususnya bagi perempuan. Mereka
dihadapkan pada dua pilihan konsep pernikahan yang ada di
Indonesia, monogami dan poligami. Umumnya perempuan
berharap bahwa mereka akan dinikahi oleh laki-laki yang dapat
mencintainya secara sepenuhnya, dan berharap bahwa suami
tidak akan pernah menikah lagi dengan perempuan lain
sehingga menghadirkan ‘madu’dalam kehidupan rumah
tangganya. Walaupun pada kenyataan harapan tersebut menjadi
tidak terpenuhi, sehingga pada akhirnya istri dihadapkan
dengan keputusan suaminya untuk menikah lagi atau
berpoligami.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menemukan cinta dan kepuasan
pernikahan dengan istri poligami
pertama.
Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Subjek dalam
penelitian ini adalah empat orang yang dipilih berdasarkan
teknik purposivitas dengan karakteristik subjek,
wanita yang merupakan istri pertama dari suami poligami. Data
dalam penelitian ini dikumpulkan melalui
observasi partisipan dan wawancara mendalam.
Temuan?/ hasil penelitian Studi ini menunjukkan hasil yang berbeda dari cinta dan
kepuasan pernikahan dari empat mata pelajaran tergantung
pada pengalaman mereka dalam hubungan cinta dan kehidupan
pernikahan. Subjek pertama memiliki cinta kosong kecuali
komitmen dengan suami. Tanggung jawab suami, manajemen
keuangan, dan dukungan dari keluarga dan teman membuatnya
puas dengan kehidupan pernikahannya. Subjek kedua memiliki
cinta fatuous dengan kurang keintiman dalam hubungannya
dengan suami karena kurangnya komunikasi, subjek hampir
tidak bisa mengungkapkan perasaannya kepada suami tetapi
hanya menerima apa yang telah dilakukan suami kepadanya.
Subjek ketiga memiliki kasih sayang bersama dengan suami,
mereka selalu berhubungan dan saling menjaga. Komunikasi
yang baik dengan suami, anak-anak, dan orientasi agama
membuatnya puas dengan kehidupan pernikahannya. Subjek
keempat memiliki cinta kosong kecuali komitmen kepada
suami, tetapi merasa bahagia dengan pernikahannya setelah
memutuskan untuk menjadi lebih religius dan meningkatkan
komunikasi dengan suami.
Diskusi Pernikahan adalah hubungan yang paling intim dari semua
hubungan dekat, yang didalamnya terdapat komitmen dan
keintiman dengan pasangan yang dicintainya. Dalam
pandangan masyarakat, pernikahan sebagai institusi yang
didalamnya terdapat tanggung jawab serta hak dan kewajiban
yang disahkan dalam perjanjian sipil, dan hanya bisa diakhiri
jika ada kesepakatan dari kedua belah pihak (Levenson dkk,
1993).Menurut Muhyidin (dalam Yuliantini dkk, 2008) tujuan
pernikahan yang diharapkan bagi seseorang yang menikah
adalah agar terpenuhinya kebutuhan- kebutuhan psikologis,
yaitu salah satunya tercapainya ketenangan ruh dan diri. Studi
ini menunjukkan hasil yang berbeda dari cinta dan kepuasan
pernikahan dari empat mata pelajaran tergantung pada
pengalaman mereka dalam hubungan cinta dan kehidupan
pernikahan. Subjek pertama memiliki cinta kosong kecuali
komitmen dengan suami. Tanggung jawab suami, manajemen
keuangan, dan dukungan dari keluarga dan teman membuatnya
puas dengan kehidupan pernikahannya. Subjek kedua memiliki
cinta fatuous dengan kurang keintiman dalam hubungannya
dengan suami karena kurangnya komunikasi, subjek hampir
tidak bisa mengungkapkan perasaannya kepada suami tetapi
hanya menerima apa yang telah dilakukan suami kepadanya.
Subjek ketiga memiliki kasih sayang bersama dengan suami,
mereka selalu berhubungan dan saling menjaga. Komunikasi
yang baik dengan suami, anak-anak, dan orientasi agama
membuatnya puas dengan kehidupan pernikahannya. Subjek
keempat memiliki cinta kosong kecuali komitmen kepada
suami, tetapi merasa bahagia dengan pernikahannya setelah
memutuskan untuk menjadi lebih religius dan meningkatkan
komunikasi dengan suami.
Kesimpulan Gambaran mengenai cinta dan kepuasan pernikahan pada istri
pertama yang dipoligami dapat disimpulkan dari keempat
subjek yaitu sebagai berikut:

1. Setelah dipoligami, perasaan cinta EW terhadap suami


berkurang bahkan EW tidak lagi merasa cemburu dan tidak
perduli jika suami bersama istri-istrinya yang lain. Hal itu
disebabkan karena EW merasa harga dirinya telah terluka dan
sakit hati. EW tetap menjalankan tugasnya sebagai istri sebagai
bentuk komitmen dari pernikahannya. Kepuasan pernikahan
yang dirasakan EW ada pada peran suami yang tetap
bertanggung jawab dalam memberi perhatian dan nafkah
terhadapnya dan anak-anaknya. Ditambah lagi orang tua,
mertua, saudara, dan teman-teman EW selalu mendukung dan
mendorong EW untuk tetap bertahan menjalani pernikahan
poligami.

2. Walaupun merasakan sakit hati karena dikhianati oleh


suaminya, perasaan cinta SF pada suami tidak berubah. SF
tetap memberikan perhatian dan melayani suaminya seperti
biasanya. SF bersikap seolah-olah tidak terjadi masalah
diantara mereka. Hal itu ia lakukan karena ia begitu
menyayangi dan mencintai suaminya dan SF tidak ingin
suaminya pergi meninggalkannya. SF tidak pernah bertanya
lebih lanjut mengenai hubungan suami dengan wanita
selingkuhan yang telah menjadi madunya tersebut untuk
menghindari pernyataan yang dapat membuat hatinya lebih
sakit. Hal itu menyebabkan komunikasi SF dan suami menjadi
tidak terbuka walaupun tujuannya untuk menghindari konflik.
Selain itu SF juga telah kehilangan kepercayaan pada
suaminya. SF bahkan mencari nafkah sendiri untuk memnuhi
kebutuhan rumah tangganya. Kekhawatiran akan ditinggalkan
oleh suami membuat SF lebih banyak memendam perasaannya
dan mengalah pada suami. Oleh karena itu SF menjadi kurang
merasakan kepuasan dalam pernikahannya. 3. Walaupun
mengaku telah ikhlas, TS tetap merasakan cemburu saat
suaminya menikahi wanita pilihannya tersebut. Meskipun
awalnya TS menikah dengan suaminya karena dijodohkan,
namun TS merasakan cinta terhadap suami selama pernikahan.
Bahkan setelah berpoligami, TS tetap merasakan cinta pada
suami dan selalu memberikan perhatian pada suami.
Komunikasi yang terbuka dan saling bertukar pikiran membuat
TS tetap merasa dekat dengan suaminya meskipun waktunya
bersama suami harus terbagi dengan istri kedua. TS tetap
merasakan kepuasan dalam pernikahannya karena suami tetap
memberikan perhatian padanya dan anakanaknya. TS merasa
bahagia karena ia dan suami dapat menerapkan syariat Islam
dalam hubungan pernikahan dan dalam mendidik anak-anak
mereka. 4. Akibat sakit hati karena dua kali dikhianati oleh
suaminya, NL menjadi tidak percaya lagi pada suami dan
perasaan cinta terhadap suami telah berkurang. NL tidak lagi
merasa cemburu dan cenderung tidak perduli jika suami lebih
lama bersama istri kedua. Namun NL merasa kehidupannya
lebih tenang setelah berpoligami karena komunikasi NL dan
suaminya menjadi lebih terbuka. NL merasa puas dalam
pernikahannya setelah suaminya hijrah dan lebih bertanggung
jawab sebagai imam dalam keluarga. Belajar agama membuat
NL telah ikhlas dipoligami dan akan merelakan suami jika
suaminya ingin menambah istri lagi. NL juga memaafkan istri
kedua yang awalnya menjadi orang ketiga dalam
pernikahannya.
Jumlah referensi 17
Judul KEBAHAGIAAN PADA REMAJA WANITA YANG
BERULANG-ULANG PUTUS CINTA
Penulis RebeccaPramudianti
Nama jurnal Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora
Tahun Oktober 2020
Volume dan nomor Vol. 9, No. 2
Revie rahmatillah
Tanggal dan tahun 31Oktober2020
Latar belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar (2018)terjadi peningkatan
proporsi gangguan jiwa dari 1,7% pada tahun 2013 naik
menjadi 7% di tahun 2018. Sedangkan menurut program
kesehatan Jakarta, terdapat sekitar 4000 warga Jakarta
yangterindikasi mengalami gangguan jiwa. Salah satu pemicu
gangguan tersebut adalah putus cinta(Fajri, Kumparan News
2018).Selain itu, putus cinta juga menjadi faktor utama kasus
bunuh diri di wilayah Semarang. Menurut Kasubag Humas,
Polrestabes Semarang, penyebab aksi bunuh diri rata-rata
diakibatkan stres atau depresi lantaran himpitan ekonomi dan
persoalan asmara. Namun pada remaja dilatar belakangi adanya
persoalan asmara (Nurchamim, Radar Semarang 2018).
Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kebahagiaan
yang dimiliki pada remaja wanita yangberulang kalimengalami
putus cinta.
Metode penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode studi kasus. Subjek adalahdua orang remaja wanita
berusia20tahun dan19tahun yang mengalami putus cinta lebih
dari lima kali dan hal tersebut membuatnya mengalami sakit
hati yang mendalam.Penggalian datapada penelitian ini
menggunakan teknik wawancara dan menggunakan teknik
analisis tematik theory driven
Temuan?/ hasil penelitian Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa remaja wanita yang
mengalami putus cinta berulang sempat mengalami sakit hati
mendalam dan kecewa hingga ia mengambil keputusan untuk
tidak ingin berpacaran lagi bahkan ingin menutup hatinya.
Kebahagiaan yang dimiliki mulai nampak ketika seseorang
dapat memiliki resiliensi dalam menghadapi permasalahan,
memiliki temperance, serta sikap optimisme untuk kehidupan
yang akan datang.
Diskusi Menurut Riset Kesehatan Dasar (2018)terjadi peningkatan
proporsi gangguan jiwa dari 1,7% pada tahun 2013 naik
menjadi 7% di tahun 2018. Sedangkan menurut program
kesehatan Jakarta, terdapat sekitar 4000 warga Jakarta
yangterindikasi mengalami gangguan jiwa. Salah satu pemicu
gangguan tersebut adalah putus cinta(Fajri, Kumparan News
2018).Selain itu, putus cinta juga menjadi faktor utama kasus
bunuh diri di wilayah Semarang. Menurut Kasubag Humas,
Polrestabes Semarang, penyebab aksi bunuh diri rata-rata
diakibatkan stres atau depresi lantaran himpitan ekonomi dan
persoalan asmara. Namun pada remaja dilatar belakangi adanya
persoalan asmara (Nurchamim, Radar Semarang 2018). Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa remaja wanita yang
mengalami putus cinta berulang sempat mengalami sakit hati
mendalam dan kecewa hingga ia mengambil keputusan untuk
tidak ingin berpacaran lagi bahkan ingin menutup hatinya.
Kebahagiaan yang dimiliki mulai nampak ketika seseorang
dapat memiliki resiliensi dalam menghadapi permasalahan,
memiliki temperance, serta sikap optimisme untuk kehidupan
yang akan datang.
Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa kebahagiaan pada remaja
wanita yang mengalami putus cinta berulang kali dapat
tercerminkan melalui sikap resiliensi dalam hidupnya. Ketika
seseorang mampu bertahan dalam masalah, kuat
menghadapinya, ia akan mampu untuk berpikir dan berperilaku
dalam menghadapi masalahnya. Perilaku selanjutnya yang ia
tunjukkan adalah suatu sikap temperance dengan memaafkan
dan mengikhlaskan orang yang menyakiti hatinya. Setelah ia
dapat melakukan hal tersebut, ia akan dapat menanamkan sikap
optimis dan hal positif untuk kehidupannya yang lebih baik di
masa mendatang.Meskipun sempat mengalami sakit hati yang
terlalu dalam hingga memunculkan respon tertentu yang
mengganggu aktivitas sehari-hari, hal ini dapat teratasi dengan
adanya kebahagiaan. Sebuah kebahagiaan mampu untuk
meminimalisir sakit hati seseorang yang disebabkan karena
putus cinta dan membawa perubahan menuju yang lebih baik.
Jumlah referensi 19
Judul Kesempurnaan Cinta dan Tipe Kepribadian Kode Warna
Penulis Yamin Setiawan
Nama jurnal Persona, Jurnal Psikologi Indonesia
Tahun Januari 2014,
Volume dan nomor Vol. 3, No. 01, hal 90 - 96
Revie rahmatillah
Tanggal dan tahun 2014
Latar belakang Menurut Sternberg (1988), cinta itu mengandung komponen
keintiman (intimacy), gairah (passion) dan komitmen
(commitment). Dari ketiga komponen tersebut dapat
membentuk delapan kombinasi jenis cinta yaitu nonlove, liking,
Infatuation love, empty love, romantic love, companionate love,
fatous love, consummate love. Cinta yang ideal adalah cinta
yang memiliki komponen keintiman, gairah dan komitmen
yang seimbang, oleh karena itu peneliti menggunakan
consummate love (cinta yang sempurna) sebagai acuan untuk
penelitian ini. Orang-orang yang sedang jatuh cinta mempunyai
kadar cinta yang berbeda-beda, ada yang sangat intim dan
mesra, tetapi tidak jarang terlihat pasangan tersebut sering
bertengkar bahkan ada yang bercerai walaupun sudah menikah.
Perbedaan kadar cinta ini mempunyai banyak faktor penyebab,
salah satu diantaranya karena adanya pengaruh dari tipe
kepribadian. Kepribadian memang bersifat unik, sehingga tidak
ada satu orangpun yang sama persis dengan orang yang lain,
meski mereka terlahir kembar satu telur. Memang ada jutaan
variasi kepribadian, namun menurut Hartman (2004)
kepribadian setiap orang dapat digolongkan menurut motif
dasar, kebutuhan dan keinginan yang cenderung stabil
sepanjang hayat. Di pandang dari sudut perbedaan motif dasar,
kebutuhan dan keinginan maka setiap orang dapat digolongkan
kedalam tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning.
Penggolongan berdasarkan warna ini dengan maksud agar lebih
mudah untuk diingat.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah benar ada
perbedaan kesempurnaan cinta antara individu yang bertipe
kepribadian warna merah, biru, putih dan kuning.
Metode penelitian Subjek penelitian ini adalah 77 orang yang belum menikah.
Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap tipe-tipe
kepribadian subjek adalah skala profil kepribadian kode warna,
dan untuk mengungkap kesempurnaan cinta subjek digunakan
skala likert. Data yang diperoleh kemudian di analisis dengan
teknik Analisis Variansi (Anava) 1 jalur.
Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
kesempurnaan cinta ditinjau dari tipe kepribadian kode warna.
Diskusi Menurut Sternberg (1988), cinta itu mengandung komponen
keintiman (intimacy), gairah (passion) dan komitmen
(commitment). Dari ketiga komponen tersebut dapat
membentuk delapan kombinasi jenis cinta yaitu nonlove, liking,
Infatuation love, empty love, romantic love, companionate love,
fatous love, consummate love. Cinta yang ideal adalah cinta
yang memiliki komponen keintiman, gairah dan komitmen
yang seimbang, oleh karena itu peneliti menggunakan
consummate love (cinta yang sempurna) sebagai acuan untuk
penelitian ini. Kepribadian memang bersifat unik, sehingga
tidak ada satu orangpun yang sama persis dengan orang yang
lain, meski mereka terlahir kembar satu telur. Memang ada
jutaan variasi kepribadian, namun menurut Hartman (2004)
kepribadian setiap orang dapat digolongkan menurut motif
dasar, kebutuhan dan keinginan yang cenderung stabil
sepanjang hayat. Di pandang dari sudut perbedaan motif dasar,
kebutuhan dan keinginan maka setiap orang dapat digolongkan
kedalam tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning.
Penggolongan berdasarkan warna ini dengan maksud agar lebih
mudah untuk diingat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ada perbedaan kesempurnaan cinta ditinjau dari tipe
kepribadian kode warna
Kesimpulan Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian
kode warna biru dan putih memiliki tingkat kesempurnaan
cinta yang paling tinggi baik dari aspek keintiman, gairah
maupun dari aspek komitmen, sedangkan tipe kepribadian
merah dan kuning memiliki tingkat kesempurnaan cinta yang
paling rendah. Diharapkan agar tiap pasangan memiliki
pengetahuan tentang tipe kepribadian pasangannya masing-
masing agar dapat mengelola hubungan dan memupuk
kesempurnaan cinta mereka. Seseorang yang memiliki
pasangan yang bertipe kepribadian merah dan kuning harus
lebih hati-hati dalam menjaga keintiman berhubungan, karena
orang-orang yang bertipe kepribadian warna merah dan kuning
memiliki. keintiman, gairah dan komitmen yang paling rendah
diantara semua tipe kepribadian kode warna. Kombinasi
delapan jenis cinta sangat kaya dan menarik untuk dibahas,
bagi peneliti selanjutnya bisa meneliti delapan jenis kombinasi
cinta (non love, liking, Infatuation love, empty love, romantic
love, companionate love, fatous love dan consummate love)
yang dikaitkan dengan variabel-variabel yang lain Banyak
faktor yang mempengaruhi kesempurnaan cinta, peneliti
selanjutnya bisa meneliti variabel-variabel lain yang
berpengaruh terhadap kesempurnaan cinta tersebut selain tipe
kepribadian dan jenis kelamin. Faktor-faktor tersebut
misalnya : usia pernikahan, kestabilan ekonomi, rasa tanggung
jawab, kehadiran anak, status sosial, dan lain sebagainya.
Jumlah referensi 17
Judul Apakah Ekspresi Cinta Memprediksi Perasaan Dicintai? Kajian
Bahasa Cinta Pasif dan Aktif
Penulis Edwin Adrianta Surijah, Ni Kadek Prema Dewi Sabhariyanti,
Supriyadi
Nama jurnal PSYMPATHIC : Jurnal Ilmiah Psikolog
Tahun J u n i2019
Volume dan nomor olume 6, Nomor 1, 2019:1-14
Revie rahmatillah
Tanggal dan tahun 2021
Latar belakang Cinta dan relasi romantis merupakan komponen penting
kehidupan manusia. Cinta dan relasi romantis membawa
dampak bagi kesejahteraan psikologis (Weisskirch, 2017) dan
kesehatan manusia (Kiecolt-Glaser & Wilson, 2017). Cinta
sebagai komponen penting kehidupan manusia menjadi topik
yang menarik untuk dikaji secara empirik. Sebagai contoh,
penelitian mencoba memahami keterkaitan antara proses
kognitif intuisi dan perasaan cinta (Grant-Jacob, 2016) atau
hubungan antara perasaan cinta dan benci (Jin,Xiang, & Lei,
2017). Penelitian kali ini mengkaji cinta dari sudut pandang
tipologi.
Tujuan penelitian Penelitian ini ingin menguji apakah seseorang yang merasa
dicintai berdasarkansalah satu konsep FLL juga akan
menunjukkan perasaan cinta dengan cara yang serup
Metode penelitian Skala FLL dibagi menjadi bentuk pasif (merasa dicintai) dan
aktif (menunjukkan cinta) dan diisi oleh 637 partisipan yang
pernah/sedang dalam hubungan romantis. Analisis regresi
dilakukan untuk menguji masing-masing aspek skala FLL aktif
memprediksi aspek-aspek pada skala FLL pasif.
Temuan?/ hasil penelitian Hasil analisis menunjukkan bahasa cinta pasif seseorang
ditentukan dari ekspresi aktifnya dan aspek pasif-aktif yang
serupa menunjukkan hubungan/prediksi yang paling kuat.
Penelitian ini memberi implikasi pada penelitian selanjutnya
maupun cara memahami kebutuhan pasangan untuk merasa
dicintai
Diskusi Cinta dan relasi romantis merupakan komponen penting
kehidupan manusia. Cinta dan relasi romantis membawa
dampak bagi kesejahteraan psikologis (Weisskirch, 2017) dan
kesehatan manusia (Kiecolt-Glaser & Wilson, 2017). Cinta
sebagai komponen penting kehidupan manusia menjadi topik
yang menarik untuk dikaji secara empirik. Sebagai contoh,
penelitian mencoba memahami keterkaitan antara proses
kognitif intuisi dan perasaan cinta (Grant-Jacob, 2016) atau
hubungan antara perasaan cinta dan benci (Jin,Xiang, & Lei,
2017). Penelitian kali ini mengkaji cinta dari sudut pandang
tipologi. Hasil analisis menunjukkan bahasa cinta pasif
seseorang ditentukan dari ekspresi aktifnya dan aspek pasif-
aktif yang serupa menunjukkan hubungan/prediksi yang paling
kuat. Penelitian ini memberi implikasi pada penelitian
selanjutnya maupun cara memahami kebutuhan pasangan untuk
merasa dicintai
Kesimpulan Bahasa cinta berbeda dengan konsep tipologi cinta lain yang
umumnya menggambarkan kondisi relasi romantis yang
dialami seperti relasi yang penuh komitmen atau relasi yang
intim. Bahasa cinta mengungkap hal-hal yang membuat
seseorang merasa dicintai. Simpulan penelitian ini adalah
individu yang merasa dicintai dengan suatu cara tertentu relatif
akan menunjukkan rasa cintanya dengan cara yang sama.
Seseorang dengan tendensi FLL receiving gift (menerima
hadiah) juga cenderung akan menunjukkan perasaannya dengan
memberikan hadiah. Contoh yang lain, seseorang yang merasa
dicintai saat menerima pujian juga akan cenderung
mengekspresikan perasaannya secara verbal (words of
affirmation). Bagi pasangan dan praktisi konseling pasangan,
temuan ini membantu memahami dan memenuhi kebutuhan
untuk merasa dicintai. Simpulan lain yang didapat dari
penelitian ini adalah berkaitan dengan sumber bukti empiris.
Kendati penelitan terdahulu belum mendapatkan hasil analisis
faktor yang konvergen dengan lima aspek awal FLL, studi kali
ini menunjukkan bahwa bahasa cinta seseorang dapat
diprediksi dari cara seseorang menunjukkan perasaannya.
Relasi antara kedua konsep tersebut menjadi suatu sumber
bukti pendukung validasi konsep bahasa cinta walau studi lebih
lanjut di masa mendatang masih dibutuhkan.
Jumlah referensi 30
Judul ANALISIS TEORI CINTA STERNBERG DALAM
KEHARMONISAN RUMAH TANGGA
Penulis Debora Kesia Sanu1, Joris Taneo1
Nama jurnal JKKP(Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan)
Tahun Oktober2020
Volume dan nomor Volume 7, Nomor 02
Revie rahmatillah
Tanggal dan tahun 2021
Latar belakang Keharmonisan rumah tangga adalah suatu keinginan yang ingin
dicapai oleh setiap pasangan. Tetapi dalam rumah tangga
sering terjadi permasalahan-permasalahan yang tidak dapat
diatasi sehingga mengakibatkan perceraian. Tingkat perceraian
dikota kupang sendiri tergolong besar dan selalu meningkat
setiap tahunnya. Namun cinta sangat berperan untuk menjaga
keharmonisan dalam sebuah rumah tangga. Teori cinta
Sternberg mengungkapkan tentang ketiga kompenen cinta yang
dapat menjadi fondasi dalam keharmonisan sebuah rumah
tangga, yaitu komponen keintiman, komponen hasrat, dan
komponen komitmen
Tujuan penelitian tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kaitan teori cinta
Sternberg dalam keharmonisan rumah tangga
Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data adalah
wawancara.
Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian, menunjukan bahwa implementasi dan dampak
teori cinta Sternberg dalam keharmonisan rumah tangga.
Sekalipun dalam sebuah rumah tangga tidak mengetahui
dengan jelas apa itu teori cinta Sternberg namun
diimplementasikan oleh setiap pasangan dalam membangun
dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Dalam rumah tangga
yang harmonis membutuhkan keintiman, hasrat dan komitmen.
Ketiga hal tersebut merupakan komponen teori cinta yang
dikemukakan oleh Sternberg. Namun dalam mengatasi setiap
masalah-masalah yang terjadi dalam sebuah rumah tangga juga
membutuhkan keterlibatan Tuhan, dengan begitu maka
masalah-masalah yang terjadi dapat diatasi dengan percaya dan
berserah kepada Tuhan.
Diskusi Keharmonisan rumah tangga adalah suatu keinginan yang ingin
dicapai oleh setiap pasangan. Tetapi dalam rumah tangga
sering terjadi permasalahan-permasalahan yang tidak dapat
diatasi sehingga mengakibatkan perceraian. Tingkat perceraian
dikota kupang sendiri tergolong besar dan selalu meningkat
setiap tahunnya. Namun cinta sangat berperan untuk menjaga
keharmonisan dalam sebuah rumah tangga. Teori cinta
Sternberg mengungkapkan tentang ketiga kompenen cinta yang
dapat menjadi fondasi dalam keharmonisan sebuah rumah
tangga, yaitu komponen keintiman, komponen hasrat, dan
komponen komitmen . Hasil penelitian, menunjukan bahwa
implementasi dan dampak teori cinta Sternberg dalam
keharmonisan rumah tangga. Sekalipun dalam sebuah rumah
tangga tidak mengetahui dengan jelas apa itu teori cinta
Sternberg namun diimplementasikan oleh setiap pasangan
dalam membangun dan menjaga keharmonisan rumah tangga.
Dalam rumah tangga yang harmonis membutuhkan keintiman,
hasrat dan komitmen. Ketiga hal tersebut merupakan
komponen teori cinta yang dikemukakan oleh Sternberg.
Namun dalam mengatasi setiap masalah-masalah yang terjadi
dalam sebuah rumah tangga juga membutuhkan keterlibatan
Tuhan, dengan begitu maka masalah-masalah yang terjadi
dapat diatasi dengan percaya dan berserah kepada Tuhan.
Kesimpulan Berdasarkanhasil temuan penelitian ditemukan bahwa adanya
kaitan antara teori cinta Sternberg dalam keharmonisan rumah
tangga di jemaat GPT. Kristus Gembala Kupang. Dari hasil
analisa dan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa keharmonisan rumah tangga erat kaitannya dengan teori
cinta Sternberg. Sekalipun subjek yang diteliti tidak
mengetahui tentang teori cinta Sternberg, namun dalam
kehidupan rumah tangganya teori ini teraplikasi. Dalam
membangun keharmonisan dibutuhkan ketiga komponen yang
terdapat dalam teori cinta Sternebrg. Keharmonisan didasarkan
pada komponen keintiman pasangan suami-istri, yang tidak
dekat secara fisik dan psikis maka keharmonisannya tidak
dapat dibangun. Begitupun juga dengan komponen hasrat,
dalam sebuah rumah tangga tidak memiliki hasrat satu dengan
lain, tidak memiliki keinginan untuk melakukan hubungan
seksual dengan baik maka keharmonisan akan menjadi hambar.
Dan dalam sebuah rumah tangga juga dibutuhkan komponen
komitmen, yaitu komitmen dalam menjaga keharmonisan,
komitmen untuk tetap menjaga cinta kepada pasangan,
komitmen untuk saling mempertahankan hubungan dalam
rumah tangga. Namun kenyataannya dalam rumah tangga tentu
mengalami permasalahan-permasalahan yang dapat merusak
keharmonisan seperti percekcokan antara suami dan istri dalam
hal mengurus anak, mengurus makan-minum, menyatukan
pendapat, tempat tinggal yang berbeda atau hubungan jarak
jauh karena pekerjaan, masalah komunikasi yang kurang. Dari
masalah-masalah yang dialami tersebut sehingga diperlukan ke
tiga kompenen teori cinta agar dapat membantu
mempertahankan keharmonisan dalam sebuah rumah tangga.
Hal lain yang juga penulis temukan adalah sebuah rumah
tangga yang harmonis membutuhkan keterlibatan Tuhan.
Masalah-masalah yang terjadi dapat diatasi dengan percaya dan
berserah kepada Tuhan.
Jumlah referensi 22
Judul
HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DAN
KEBAHAGIAAN PADAREMAJA YANG MENGALAMI
PUTUS CINTA
Penulis
DiniAmaliaUlfah
Nama jurnal Jurnal ilmiah psikologi
Tahun Juni 2016
Volume dan nomor Volume 9 nomor1
Revie rahmatillah
Tanggal dan tahun 2021
Latar belakang Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mulai mengenal
lawan jenis dan jatuh cinta.
Berbicara mengenai jatuh cinta pasti juga akan berbicara
mengenai putus cinta.
Menurut data statistic ditemukan factor utama yang menjadi
alasan remaja bunuh diri adalah masalah percintaan.
Oleh karena itu para remaja perlu memiliki kematangan emosi
yang baik sebelum memutuskan untuk berpacaran karena
dengan kematangan emosi yang baik remaja akan mampu
mengendalikan segala bentuk emosi negatif yang muncul
setelah berpisah dari mantan pacar dan mengedepankan emosi
positif yang mampu memicu timbulnya kebahagiaan.

Tujuan penelitian tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kematangan


emosi dan kebahagian pada remaja yang mengalami putus cinta
Metode penelitian Populasi dalam penelitian ini merupakan remaja dengan
kategori usia 17-21 tahun yang pernah putus cinta maksimal 2
tahun yang lalu dengan jumlah sampel sebanyak 84 responden.
Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Product
Moment Pearson dengan koefesien sebesar 0.721 dan P= 0,000
(p<0,05).
Temuan?/ hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
sangat signifikan dengan arah hubungan positif antara
kematangan emosi dan kebahagiaan pada remaja yang
mengalami putus cinta, bahwa semakin tinggi kematangan
emosi maka akan semakin tinggi pula kebahagiaan dan
semakin rendah kematangan emosi maka akan semakin rendah
kebahagiaan pada remaja yang mengalami putuscinta.
Diskusi Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mulai mengenal
lawan jenis dan jatuh cinta.
Berbicara mengenai jatuh cinta pasti juga akan berbicara
mengenai putus cinta.
Menurut data statistic ditemukan factor utama yang menjadi
alasan remaja bunuh diri adalah masalah percintaan.
Oleh karena itu para remaja perlu memiliki kematangan emosi
yang baik sebelum memutuskan untuk berpacaran karena
dengan kematangan emosi yang baik remaja akan mampu
mengendalikan segala bentuk emosi negatif yang muncul
setelah berpisah dari mantan pacar dan mengedepankan emosi
positif yang mampu memicu timbulnya kebahagiaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
sangat signifikan dengan arah hubungan positif antara
kematangan emosi dan kebahagiaan pada remaja yang
mengalami putus cinta, bahwa semakin tinggi kematangan
emosi maka akan semakin tinggi pula kebahagiaan dan
semakin rendah kematangan emosi maka akan semakin rendah
kebahagiaan pada remaja yang mengalami putuscinta.
Kesimpulan Berdasarkanhasil temuan penelitian ditemukan bahwa adanya
kaitan antara teori cinta Sternberg dalam keharmonisan rumah
tangga di jemaat GPT. Kristus Gembala Kupang. Dari hasil
analisa dan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa keharmonisan rumah tangga erat kaitannya dengan teori
cinta Sternberg. Sekalipun subjek yang diteliti tidak
mengetahui tentang teori cinta Sternberg, namun dalam
kehidupan rumah tangganya teori ini teraplikasi. Dalam
membangun keharmonisan dibutuhkan ketiga komponen yang
terdapat dalam teori cinta Sternebrg. Keharmonisan didasarkan
pada komponen keintiman pasangan suami-istri, yang tidak
dekat secara fisik dan psikis maka keharmonisannya tidak
dapat dibangun. Begitupun juga dengan komponen hasrat,
dalam sebuah rumah tangga tidak memiliki hasrat satu dengan
lain, tidak memiliki keinginan untuk melakukan hubungan
seksual dengan baik maka keharmonisan akan menjadi hambar.
Dan dalam sebuah rumah tangga juga dibutuhkan komponen
komitmen, yaitu komitmen dalam menjaga keharmonisan,
komitmen untuk tetap menjaga cinta kepada pasangan,
komitmen untuk saling mempertahankan hubungan dalam
rumah tangga. Namun kenyataannya dalam rumah tangga tentu
mengalami permasalahan-permasalahan yang dapat merusak
keharmonisan seperti percekcokan antara suami dan istri dalam
hal mengurus anak, mengurus makan-minum, menyatukan
pendapat, tempat tinggal yang berbeda atau hubungan jarak
jauh karena pekerjaan, masalah komunikasi yang kurang. Dari
masalah-masalah yang dialami tersebut sehingga diperlukan ke
tiga kompenen teori cinta agar dapat membantu
mempertahankan keharmonisan dalam sebuah rumah tangga.
Hal lain yang juga penulis temukan adalah sebuah rumah
tangga yang harmonis membutuhkan keterlibatan Tuhan.
Masalah-masalah yang terjadi dapat diatasi dengan percaya dan
berserah kepada Tuhan.
Jumlah referensi 22

Anda mungkin juga menyukai