Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi (JIKG)

Vol. 2 No. 1 Bulan Maret 2021


ISSN: 2721-2033

PERAN IBU DALAM MENJAGA KESEHATAN GIGI ANAK


PRASEKOLAH DENGAN ANGKA KARIES DI TK ISLAM AL-
KAUTSAR SURABAYA

Niken Laraswati1 Ida Chairanna Mahirawatie2Agus Marjianto3


123
Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya
Email :nikenlaras03@gmail.com

ABSTRAK
Kesehatan gigi dan mulut pada anak merupakan faktor yang harus
diperhatikan sedini mungkin, karena kerusakan gigi pada usia anak
dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi pada usia selanjutnya.
Masalah pada penelitian initingginya prevalensi karies gigi di TK
Kata Kunci : Islam Al-Kautsar Tahun 2019 (80%). Keikut sertaan orang tua dalam
Peran ibu, Angka karies memelihara kesehatan gigi dan mulut anak dapat diterapkan dengan
memperhatikan perilaku anak mengenai kesehatan gigi dan mulut
serta pola makan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peran ibu dalam menjaga kesehatan gigi anak prasekolah terhadap
tingginya angka karies di TK AL Kautsar Surabaya. Jenis penelitian
yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
Dengan jumlah responden dalam penilitian ini adalah 39 ibu yang
ada di TK Islam Al-Kautsar Surabaya. Metode : Pengumpulan data
pada penelitian inimenggunakan pembagian kuesioner kepada ibu.
Teknik analisis data : yang digunakan menggunakan perhitungan
statistik denganmenggunakan uji Chis quare. Hasil : penelitian
menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara peran
ibu dalam angka karies di TK Islam Al-Kautsar Surabaya.
ABSTRACT
Key word: Background : Dental and oral health in children is a factor that must
Mother's role, caries rate be considered as early as possible, because tooth decay at a child's
age can affect tooth growth at a later age. Problems : in this study are
the high prevalence of dental caries in Al-Kautsar Islamic
Kindergarten in 2019 (80%). Parental involvement in maintaining
dental and oral health of children can be applied by paying attention
to children's behavior regarding oral health and children's eating
patterns. This study aims to: determine the role of mothers in
maintaining the health of preschool children 's teeth against the high
rate of caries in TK AL Kautsar Surabaya. The type of research used
is analytic with Cross Sectional approach. With the number of
respondents in this study are 39 mothers in Al-Kautsar Islamic
Kindergarten, Surabaya. Methods: Data collection in this study used
a questionnaire to mothers. Data analysis technique: used using
statistical calculations using the Chis quare test. Results: the study
showed no significant relationship between the role of mothers in
caries rates in Islam Al-Kautsar Kindergarten Surabaya

9
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut pada anak merupakan faktor yang harus diperhatikan sedini
mungkin, karena kerusakan gigi pada usia anak dapat mempengaruhi pertumbuhan
gigi pada usia selanjutnya. Kesehatan gigi dan mulut untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan yaitu dalam membentuk peningkatan kesehatan
gigi,pencegahan, dan pengobatan penyakit gigi serta pemulihan kesehatan gigi secara
terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan (Oktarina, et al., 2017)

Prevalensi gigi berlubang pada anak usia dini sangat tinggi yakni 93% artinya hanya
7% anak Indonesia yang bebas dari karies ggi.jumlah itu masih jauh dari target Badan
Organisasi Dunia (WHO) yang menginginkan 93% anaknusia 5-6 tahun bebas karies
gigi. Adapun rata-rata karies gigi pada anak usia 5-6 tahun sebanyak 8 gigi ataupun
lebih (KEMENKES RI, 2018).

Orangtua khususnya ibu, memiliki peran penting dalam mengembangkan perilaku


positif anak terhadap kesehatan gigi dan mulut. Keikutsertaan orang tua dalam
memelihara kesehatan gigi dan mulut anak dapat diterapkan dengan memperhatikan
perilaku anak mengenai kesehatan gigi dan mulut serta pola makan anak.
Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu secara signifikan mempengaruhi pengetahuan,
sikap dan perilaku anak (Mentari et al., 2016).

Kesehatan gigi dan mulut sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap, dan
perilaku. Lingkungan sangat berperan dalam pembentukan sikap dan perilaku untuk
anak usia prasekolah (anak usia TK). Lingkungan terdekat dimana anak usia
prasekolah berada adalah keluarga (orang tua dan saudara) dan lingkungan sekolah.
Peran orang tua dan guru sangat menentukan dalam melakukan perubahan sikap dan
perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak (Suratri et al., 2016).

Kesehatan gigi adalah gigi yang bebas dari karies ataupun yang sudah mendapatkan
perawatan yang tepat sehingga tidak menggangu fungsinya. Dengan adanya gigi yang
sehat maka, fungsi gigi untuk mengunyah maupun untuk fonetik dan estetik dapat
berjalan dengan baik. Kondisi gigi yang sehat harus di dukung oleh jaringan
periodontal, karena jaringan periodontal adalah jaringan pendukung gigi (Santik,
2015).

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang di tandai dengan kerusakan jaringan,
dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fissure, dan daerah interproksimal) meluas kearah
pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat ditimbulkan pada suatu
permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi,
misalnya dari enamel ke dentin atau ke pulpa (Tarigan, 2014).

Karies gigi adalah penyakit pada gigi yang paling sering ditemui di masyarakat yang
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh demineralisasi email dan dentin
yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan yang kariogenik. Terjadinya
karies gigi akibat peran dari bakteri penyebab karies yang terdapat pada golongan
Streptokokus mulut yang secara kolektif disebut Streptokokus mutans.. Disamping itu

10
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

status kesehatan gigi dan mulut juga meliputi jaringan penyangga gigi dan jaringan
lunak di sekitarnya ( Suratri et,al., 2014).

Peran serta orangtua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan


pengertian, meningkatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat
memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orangtua juga mempunyai peran
yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya karies pada anak. Pengetahuan
oragtua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau
tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Orangtua dengan pengetahuan
rendah mengenai kesehatan gigi dan ulut merupakan faktor perilaku yang tidak
mendukung kesehatan gigi dan mulut anak (Husna, 2016).

Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi yang dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2019
pada anak prasekolah di TK Islam Al-Kautsar Surabaya dengan jumlah 10 anak di
dapatkan 8 anak prasekolah mengalami karies gigi (80%), dan 2 anak yang mengalami
bebas karies (20%). Dengan demikian permasalahan dalam penelitian ini adalah
kondisi karies gigi yang parah pada anak prasekolah di TK Islam Al-Kautsar
Surabaya.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
Sasaran pada penelitian ini adalah ibu di TK Islam Al-Kautsar Surabaya dengan
jumlah sampel dalam penilitian ini adalah 39 ibu yang ada di TK Islam Al-Kautsar
Surabaya. Lokasi penelitian laksanakan di TK Islam Al-Khautsar Surabaya. Yang
berada di Jl. Bratang Gede III No.29, Ngagelrejo,Wonoromo, Surabaya. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 sampai April 2020. Metode pengumpulan data
yang dilakukan menggunakan lembar pemeriksaan untuk mengidentifikasi angka
karies anal prasekolah di TK Islam Al-Kautsar Surabaya dan lembar kuesioner
kuesioner untuk mengukur peran orangtua dalam menjaga kesehatan gigi anak
prasekolah di TK Islam Al-Kautsar Surabaya. Instrument pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan lembar pemeriksaan dan lembar kuesioner. Prosedur
pengumpulan data untuk mengidentifikasi angka karies pada anak prasekolah di TK
Islam Al-Kautsar Surabaya adalah mengunjungi anak prasekolah di TK Islam Al-
Kautsar Surabaya, melakukan pemeriksaan gigi anak prasekolah, mencatat hasil
pemeriksaan pada lembar pemeriksaan yang telah di buat. Prosedur pengumpulan
data untuk mengidentifikasi peran ibu sdalam menjaga kesehatan gigi anak prasekolah
di TK Islam Al-Kautsar Surabaya adalah mengunjungi anak prasekolah beserta
ibunya di TK Islam Al-Kautsar Surabaya, memberikan lembar kuesioner kepada ibu,
memberikan penjelasan dalam pengisian kuesioner, setelah lembar kuesioner di isi,
selanjutnya di ambil kembali. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan
uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan peran ibudalam menjaga kesehatan gigi
anak prasekolah dengan angka karies di TK Islam Al-Kautsar Surabaya, karena kedua
skala pengukuran data yaitu kategorik yang berskala nominal dan ordinal dengan
derajat .

11
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

HASIL PENELITIAN

Tabel.1: Distribus frekuensi usia ibu di TK Islam Al-Kautsar Surabaya Tahun 2020.
No. Usia Frekuensi %
1. 25 - 30 th 2 5,1
2. 30 – 35 th 6 15,4
3. 35 – 40th 22 56,4
4. 45 – 50 th 9 23,1

Analisa : Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu dengan usia
antara 35–40 th sebanyak 56,4%. Kemudian dengan usia antara 45-40 th sebesar
23,1%.

Tabel.2: Distribusi frekuensi pendidikan terakhir ibu di TK Islam Al-Kautsar Surabaya Tahun
2020.
No. Pendidikan Frekuensi %
1. Tidak sekolah 1 2,6
2. D1 1 2,6
3. D3 2 5,1
4. MTS 1 2,6
5. S1 16 41,0
6. SMP 2 5,1
7. SMK 6 15,4
8. SMU 2 5,1
Total 39 100,0

Analisa : Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat


pendidikan ibu paling banyak adalah S1 yaitu sebesar 41,0%. Kemudian dengan
tingkat pendidikan SMK yaitu sebesar 15,4%.

Tabel.3: Distribusi Hasil Kuesioner Peran Ibu Dalam Menjaga Kesehatan Gigi Anak
Prasekolah Di TK Islam Al-Kautsar Surabaya Tahun 2020.
No. Pertanyaan SR SL JR TP % Kriteria
Penelitian
Pengasuh
1. Saya menyediakan sikat gigi 124 24 0 0 94,8% Kriteria penelitian
khusus untuk anak-anak. menurut
2. Saya memberikan buah 76 33 18 0 81,4% (Arikunto, 2010)
untuk mengganti permen Baik = 76-100%
agar gigi anak sehat. Kurang = 20- 75%
3. Saya memeriksakan gigi 28 9 28 11 48,7%
anak 6 bulan sekali ke poli
gigi.
4. *Saya tidak membantu anak 7 16 30 64 75%
untuk menggosok gigi setiap
hari.
5. * Saya tidak membiasakan 3 16 48 48 73,7%
anak mengkonsumsi buah
dan sayur, agar gigi sehat
dan tidak mudah berlubang.
6. Saya membiasakan anak 52 66 12 1 84%
menggosok gigi sejak dini
atau awal tumbuh gigi.

12
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

No. Pertanyaan SR SL JR TP % Kriteria


Penelitian
Pendidik
1. Saya mendidik anak untuk 56 60 10 0 80,7% Kriteria penelitian
menggosok gigi sebelum menurut
tidur. (Arikunto, 2010)
2. Saya mendidik anak untuk 40 48 33 2 78,8% Baik = 76-100%
menggosok gigi setelah Kurang = 20- 75%
sarapan pagi.
3. Saya mendidik anak untuk 64 54 8 1 81,4%
mengurangi makan permen,
agar gigi tidak mudah
berlubang.
4. *Saya tidak mengajari anak 16 14 15 40 54,4%
minimal berkumur setelah
mengkonsumsi makanan
atau minum yang manis dan
lengket, agar sisa makanan
tidak menempel pada gigi.
5. *Saya tidak mendidik anak 26 14 15 36 58,3%
tentang makanan yang
membuat gigi berlubang.
6. *Saya tidak mengajari anak 21 8 15 36 51,2%
cara mengosok gigi yang
benar.
Pendorong
1. Ibu mengingatkan anak 60 66 2 0 82% Kriteria penelitian
untuk menggosok gigi menurut
minimal 2x sehari. (Arikunto, 2010)
2. Saya memberikan pujian 68 66 2 1 87,8% Baik = 76-100%
terhadap anak jika rajin Kurang = 20- 75%
menggosok gigi.
3. Saya memperhatikan 36 30 24 8 62,8%
kesehatan gigi anak sejak
dini, dengan cara rutin
periksa gigi 6 bulan sekali ke
poli gigi.
4. *Saya tidak memarahi anak, 8 32 18 52 70,5%
jika tidak mau menggosok
gigi sebelum tidur.
5. *Saya tidak mengingatkan 19 12 12 40 53,2%
anak ketika anak makan
permen terlalu banyak.
No. Pertanyaan SR SL JR TP % Kriteria
Penelitian
Pengawas
1. Saya mengawasi makanan 52 75 2 0 82,6% Kriteria penelitian
yang di konsumsi anak menurut
setiap hari. (Arikunto, 2010)
2. Saya mengawasi anak saat 60 51 4 5 76,9% Baik = 76-100%
menggosok gigi. Kurang = 20- 75%
3. *Saya tidak mengawasi 18 10 12 48 56,4%
kesehatan gigi anak sejak
awal tumbuh gigi.
4. *Saya tidak mengawasi anak 22 8 9 40 50,6%
dari lingkungan yang kurang
sehat dan dapat
13
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

mengakibatkan kebiasaan
buruk.
Rata-rata 40,7 33,9 14,7 19,4 61,2%

Analisa : Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui peran ibu dalam menjaga kesehatan gigi
anak prasekolah di TK Islam Al-Kautsar Surabaya dalam kategori kurang yaitu
sebesar 61,2 %.

Tabel.4: Distribusi Angka Karies Gigi Anak Prasekolah di TK Islam Al-Kautsar Surabaya
Tahun 2020.
No Karies gigi Frekuensi %
1. Tidak Ada karies 6 15,4%

2. Ada Karies 33 84,6%


Total 39 100,0%

Analisa : Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar anak prasekolah
di TK Islam Al-Kautsar Surabaya mengalami karies gigi sebesar 84,6% dan hanya
15,4% anak prasekolah yang tidak mengalami karies gigi

PEMBAHASAN

Peran Ibu Dalam Menjaga Kesehatan Gigi Anak Prasekolah Di TK Islam Al-
Kautsar Surabaya.
Setelah dilakukan analisis data yang di peroleh dari pembagian lembar kuesioner
kepada ibu di TK Islam Al-Kautsar Surabaya, maka diketahui peran ibu dalam
menjaga kesehatan gigi anak prasekolah termasuk dalam kategori kurang. Hal ini
disebabkan karena sebagian ibu tidak mengajari anak minimal berkumur setelah
mengkonsumsi makanan atau minuman yang manis dan lengket, agar sisa makanan
tidak menempel pada gigi, ibu tidak mendidik anak tetang makanan yang membuat
gigi berlubang, ibu tidak mengajari anak cara menggosok gigi yang benar, ibu tidak
memarahi anak, jika anak tidak mau menggosok gigi sebelum tidur, ibu tidak
mengingatkan anak ketika anak makan permen terlalu banyak, ibu tidak mengawasi
kesehatan gigi anak sejak awal tumbuh gigi, ibu tidak mengawasi anak dari
lingkungan yang kurang sehat dan dapat mengakibatkan kebiasaan buruk

Peran ibu yang kurang dapat di sebabkan karena sebagian besar ibu di TK Al-Kautsar
Surabaya memilih untuk menitipkan anaknya kepada orangtua atau babysitter karena
sebagian besar ibu bekerja. Sehingga ibu tidak dapat mengasuh, mendidik,
mendorong, mengawasi tumbuh kembang anak secara langsung

Menurut pernyataan (Handayani et all., 2017) kesibukan orang tua bekerja


memengaruhi pola asuh sehingga akan berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan anak. Bahkan ibu bekerja seringkali diasosiasikan dengan
meningkatnya kenakalan remaja. Orang tua padahal memiliki peran kunci dalam
perkembangan anak

14
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

(Mustika et all., 2015) menyatakan ibu yang bekerja akan memiliki ketersediaan waktu
yang berbeda dengan ibu yang tidak bekerja. Ibu yang tidak bekerja relatif akan
memiliki waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi dengan anak-anaknya

Pemeliharaan kesehatan gigi pada anak sangat bergantung kepada orang tua
khususnya ibu sebagai orang terdekat anak, sehingga ibu harus mengetahui cara
merawat gigi (Mukhbitin, 2015). (Putri et all., 2016) menyatakan adanya kebiasaan
anak pra sekolah menyukai makanan manis,menjadi salah satu faktor resiko
terjadinya karies gigi. Pada usia tersebut umumnya anak menyukai makanan
manis.Dengan keterbatasan anak pra sekolah dalam menggosok gigi secara
bersih,maka dibutuhkan peran orang tua dalam membantu, mengarahkan,dan
mengajarkan cara menggosok gigi dengan benar. Pengajaran dari orang tua mengenai
cara menggosok gigi yng baik dan benar akan memberikan pengaruh yang baik bagi
anak, dan diharapkan terbentuk perilaku bersih dalam diri anak.

Hal ini di dukung oleh hasil penelitian (Sari et all., 2017) yang menunjukan orang tua
yang memberikan makanan manis 2-3 kali sehari memiliki risiko terkena ECC lebih
tinggi. Pada anak balita memerlukan peranan orang tua untuk membantu proses
pembelajaran menggosok gigi secara rutin dan benar, karena dengan bimbingan dan
penanaman kebiasaan menggosokgigi, akan bermanfaat untuk menjaga kesehatan
giginya yang putih bak mutiar (Fatimawati, 2015). Anak dapat menggosok gigi tanpa
pengawasan orang tua mulai umur 9 tahun, tetapi orang tua tetap harus memastikan
bahwa kegiatan anak terkait gosok gigi sudah benar dan orang tua juga harus
mengetahui perkembangan cara gosok gigi anak paling tidak sampai usia 14 tahun
(KEMENKES RI, 2012). Kebiasaan baik dalam menggosok gigi pada anak-anak
dapat ditingkatkan melalui pengajaran dan penguatan perilaku dari orang tua (Arianto
et al. , 2016)

Selain mengajarkan anak untuk menggosok gigi sebaiknya ibu juga mengajarkan anak
untuk minimal berkumur setelah makan. Agar sisa makanan tidak menumpuk pada
sela-sela gigi dan dapate mengakibatkan karies gigi. Hal ini di dukung oleh hasil
penelitian (Sari et all., 2017)yang menunjukan frekuensi orang tua yang menuntun
anak untuk berkumur setelah makan berpengaruh secara signifikan karena memiliki p-
value 0.0433. Orang tua yang terkadang menuntun naknya untuk berkumur setelah
makan memiliki nilai oods rasio 0,563 yang berarti anak umur 3-5 tahun yang
terkadang dituntun oleh orang tuanya untuk berkumur setelah makan mempunyai
risiko 0,563 kali lebih tinggi terkena ECC dibandingkan dengan anak yang selalu
dituntun oleh orang tuanya untuk berkumur, serta orang tua yang tidak pernah
menuntun anaknya untuk berkumur setelah makan memiliki nilai oodsrasio 0,150 yang
berarti anak umur 3-5 tahun yang tidak pernah dituntun oleh orang tuanya untuk
berkumur setelah makan mempunyai risiko 0,150 kali lebih tinggi terkena ECC
dibandingkan dengan anak yang selalu dituntun oleh orang tuanya untuk berkumur.

Peran orangtua memberikan pengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada
anak. Peran orangtua sendiri sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang menjadikan baik atau buruknya perilaku orangtua dalam
menanamkan perilaku PHBS pada anak (Hastutiet all., 2011).

15
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Angka Karies Gigi Anak Prasekolah Di TK Islam Al-Kautsar Surabaya.


Setelah dilakukan analisis data di dapatkan hasil bahwa sebagian besar
anakprasekolah di TK Islam Al-Kautsar Surabaya mengalami karies gigi. Hal ini di
sebabkan karena sebagian besar anak prasekolah belum mengetahui cra merawat gigi
dengan benar, sebagian anak prasekolah masih banyak mengkonsumsi makanan
manis dan lengket, dan sebagian besar anak prasekolah masih belum benar cara
menggosok giginya. Peneitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Sari, 2016) yang
menunjukan responden yang mengalami Karies Gigi sebanyak 46 orang 82,1% dan
yang tidak mengalami Karies Gigi sebanyak 10 orang 17,9%. Hasil penelitian (Putri et
all., 2016) menunjukan sebagian besar anak (64,3%) pra sekolah mengalami karies
gigi. Ini berarti bahwa kebersihan gigi anak dalam kondisi yang buruk. Terbentuknya
karies gigi dikarenakan makanan dan minuman yang masih menempel di gigi anak,
dan tidak dilakukan penggosokan gigi dengan bersih dalam jangka waktu yang lama.
Ditandai dengan munculnya plak hitam disela gigi.

Pada anak usia TK pada penelitian ini ditemukan juga hasil bahwa anak TK di
Provinsi Banten lebih banyak yang mengeluh sakit gigi (57,45%) dari pada anak TK di
Povinsi DIY (39%) (Lely et all., 2016). Hasil penelitian (Andhiniet all., 2014)
menunjukkan bahwa responden lebih banyak yang sangat sering mengonsumsi
jajanan berpotensi sedang menyebabkan karies (49,7%). Sebanyak 45,6% responden
mengonsumsi jajanan berpotensi tinggi menyebabkan karies dan jajanan yang
menghambat karies yaitu 4,7%. Umumnya jajanan berpotensi tinggi menyebabkan
karies seperti permen, coklat, keripik, kue, biskuit, dan jajanan berpotensi sedang
menyebabkan karies seperti minumam manis, bakso, kerupuk, dan goreng-gorengan
merupakan jajanan yang selalu disediakan di kantin sekolah dengan harga yang dapat
dijangkau oleh anak sekolah, karena rasanya enak dan dapat memberi rasa kenyang
sehingga disukai anak-anak. (Sumini et all., 2014) menyatakan sebagian besar anak-
anak balita mengalami karies gigi. Hal ini diakibatkan terutama adanya komponen
karbohidrat dalam susunan makanan merupakan faktor utama untuk timbulnya gigi
berlubang. Karbohidrat yang lengket dan dapat melekat pada permukaan gigi bersifat
lebih kariogenik dibanding dengan gula yang dilarutkan dalam air. Gula murni (refined
sugars) yang diolah menjadi lebih kariogenik di antara berbagai jenis karbohidrat
tersebut. Kariogenisitas karbohidrat bevariasi menurut frekuensi makan, bentuk fisik,
komponen kimia, cara masuk dan adanya zat makanan lain. Karena sintesa
polisakararida ekstrasel dari sukrosa lebih tepat dari pada glukosa, fruktosa, dan
laktosa, maka sukrosa bersifat paling kariogenik dan karena paling banyak di
konsumsi, maka dianggap sebagai etiologi utama penyebab karies gigi
obesitas.(Ramayanti et all., 2013) menyatakan frekuensi mengkonsumsi makanan
kariogenik yang sering menyebabkan meningkatnya produksiasarnpada mulut. Setiap
kalimengonsumsi makanan karbohidrat yang terfermentasi menyebabkan turunya pH
salivayang dimulai 5-15 menit setelah mengkonsumsi makanan tersebut.

Hal ini di dukung oleh hasil penelitian (Worotitjanet all., 2013) yaitu pola makan
makanan kariogenik dengan persentase terbesar pola makan permen yaitu terdapat 19
anak (31.66%) mengonsumsi permen > 3 kali per hari. Kebiasaan mengonsumsi
Snackbanyak dilakukan oleh anak-anak sekolah yaitu sebanyak 20 anak dengan
frekuensi waktu konsumsi yaitu 2-3 kali per hari. Menurut pendapat (Angela, 2005)
pada anak di bawah umur 5 tahun, usaha untuk melakukan pencegahan primer
diberikan kepada ibu seperti meningkatkan pengetahuan ibu tentang menjaga
16
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

kebersihan mulut anak, pola makan anak yang baik dan benar serta tindakan
perlindungan terhadap gigi anak yang dapat diberikan. Hal ini berhubungan karena
kemampuan anak terbatas dan anak lebih dekat kepada ibunya. Pada anak 6 tahun ke
atas, dokter gigi harus lebih menekankan kepada anak mengenai tanggung jawabnya
untuk memelihara kesehatan mulut. (Sari, 2016) menyatakan, untuk mengatasi caries
gigi pada anak dapat dilakukan dengan meningkatkan daya tahan gigi dengan
pemberian atau pengolesan flour yang teratur pada gigi anak, mengurangi jumlah
mikroorganisme dengan membiasakan menggosok gigi untuk membersihkan sela-sela
gigi, kontrol makanan dan minuman dengan mengurangi jumlah makanan atau
minuman yang mengandung karbohidrat pada waktu makan. (Mariati, 2015)
menyatakan, pada anak yang terkena karies rampan dan sudah tidak dapat dilakukan
perawatan, harus dilakukan pencabutan. Hal ini berguna untuk menghindari fokus
infeksi yang ditimbulkan pada kavitas maupun abses.

Hubungan Peran ibu Dalam Menjaga Kesehatan Gigi Anak Prasekolah Dengan
Angka Karies Di TK Islam Al-Kautsar Surabaya.
Setelah dilakukan analisis data maka didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara peran ibu dengan karies gigi di TK Islam Al-Kautsar Surabaya.
Hal ini sebabkan karena sebagian besar ibu memiliki peran yang kurang dalam
menjaga kesehatan gigi anak prasekolah dan hanya sebagian kecil ibu yg memiliki
peran yang baik dalam menjaga kesehatan gigi anak prasekolah. Hal ini sejalan
dengan pendapat (Sulistyaningrum et al., 2019) yang menyatakan bahwa peran orang
tua terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya kebanyakan kurang baik (65,7%).
Peresentase ini menunjukkan kebanyakan orang tua siswa masih kurang
berperanterhadap kesehatan gigi dan mulut anak terutama dalam membimbing atau
memberikan pengetahuan kepada anak.

Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan (Eddy et al., 2015) peran orang tua terutama
ibu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku anak dalam menjaga
kesehatan gigi khususnya terhadap status karies gigi Menurut (Suciariet all., 2014)
peran orangtua tidak ada hubungan dengan kejadian karies gigi pada anak prasekolah,
hal ini dikarenakan adanya faktor internal dari anak yang bisa menyebabkan
terjadinya karies gigi. Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan
bebas dan terbuka. Orang tua cenderung lebih menuruti apa yang diinginkan anak
dengan memberikan makanan yang diinginkan anak terutama makanan yang dapat
menyebabkan karies gigi seperti permen dan coklat. Kebiasaan anak makan makanan
manis tanpa diimbangi peran orang tua yang baik dalam mengajarkan menyikat gigi
pada anaknya akan menyebabkan terjadinya karies gigi. Sebagian besar peran orang
tua dalam aspek frekuensi dan waktu membimbing menggosok gigi pada anak juga
kurang, hal ini dibuktikan dengan kurangnya pemahaman ibu terhadap frekuensi yang
tepat dalam membimbing menyikat gigi, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan
orang tua untuk membimbing menyikat gigi.

Hal ini didukung oleh penelitian (Arianto et al. , 2016) menunjukkan bahwa perilaku
menggosok gigi yang kurang lebih banyak terdapat pada kelompok siswa sekolah
dasar yang sikap dan perilaku orang tuanya kurang 54,3% dibandingkan dengan siswa
sekolah dasar yang sikap dan perilaku orang tuanya baik 38,1%. Sikap dan perilaku
orang tua tentang menggosok gigi yang kurang adalah menurut responden orang tua
tidak menyediakan sikat gigi dengan ukuran kecil sebesar 54,0%. Sebesar 28,8%
17
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

responden menjawab bahwa orang tua tidak menyediakan sikat gigi yang tangkainya
lurus. Sebesar 24,2% responden menjawab bahwa orang tua dirumah tidak mengawasi
responden dalam menggosok gigi dan 18,9% responden menjawab bahwa orang tua
tidak menyediakan sikat gigi yang berbulu lembut.

Perilaku anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya ditentukan oleh perilaku
orang tuanya di rumah. Peran serta orang tua sangat diperlukan dalam membimbing,
memberi pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat
memelihara kesehatan gigi dan mulut (Miftakhun et al., 2016). Peran serta orang tua
sangat diperlukan dalam mengasuh, mendidik, mendorong dan mengawasi. Ibu
berperan penting terhadap menjaga kesehatan gigi anak dalam mendasari
terbentuknya prilaku positif yang mendukung kesehatan gigi anak. Sikap dan perilaku
orang tua dalam menjaga kesehatan gigi memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku anak (Mentari et al., 2016). Peran orang tua diharapkan mampu
menjadi role model bagi anak. Orang tua dapat memberikan contoh menggosok gigi
dengan tepat. Orang tua juga perlu mengajak anak untuk menggosok gigi bersama.
Hal ini akan menjadikan kebiasaan menggosok gigi yang baik. Apabila perilaku
menggosok gigi dilakukan dengan terarah dan teratur, maka kejadian karies gigi akan
mengalami penurunan. Namun sebaliknya. Apabila anak tidak mendapatkan
pengajaran dan panutan yang benar dari orang tua mengenai gosok gigi, maka
perilaku tersebut akan dapat meningkatkan kejadian karies gigi pada anak (Mukhbitin,
2015) .

Pentingnya peranan orang tua dalam membantu memelihara kesehatan gigi dan
mulut untuk mengurangi terjadinya karies dimaksudkan agar responden anak usia dini
mampu dan dapat memelihara kesehatan gigi dan mulutnya dengan baik. Peran orang
tua dan pola asuh terhadap responden sejak dini, baik itu berupa bimbingan dan
pengawasan akan dapat memotivasi anak (Husna, 2016). Dalam keadaan di
masyarakat masih ada para ibu yang kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut
pada anak balitanya meskipun peralatan menggosok gigi sudah tersedia dirumah dan
para ibu juga Cuma sekedar menyuruh anaknya untuk menggosok gigi tanpa
mendampinginya. Sebaiknya para ibu tersebut harus mempunyai langkah inovatif
dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anaknya (Fatimawati, 2015).

Rendahnya partisipasi berkaitan dengan kurangnya pengetahuan orang tua


tentang karies gigi dan perawatannya,urangnya sikap orang tua terhadap upaya
perawatan kesehatan gigi dan mulut serta kurangnya motivasi orang tua untuk
memeriksakan gigi dan mulut anak (Sumantiet al., 2013). Ketidaktahuan orangtua
atau kemampuannya dan beberapa orangtua memiliki waktu yang lebih sedikit untuk
memberi pengawasan dan berkomunikasi dengan anaknya, sehingga anak akan
memilih sumber informasi pada teman sebaya yang belum tentu kebenarannya
(Arianto et al. , 2016). Saat gigi anak mulai tumbuh, terkadang orangtua belum
sepenuhnya menyadari hal tersebut. Akibatnya, mereka kurang memperhatikan
kebersihan rongga mulut serta gigi anak, terutama setelah makan. Disinilah orang tua
memegang peranan besar. Mereka harus mencermati segala perubahan yang mungkin
timbul pada buah hatinya sehingga kemungkinan timbulnya gangguan di kemudian
hari dapat dihindari (Miftakhunet al., 2016) .

18
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Hal ini di dukung oleh pernyataan (Ajeng, 2017) bahwa banyak dari responden yang
kurang memperhatikan cara pemeliharaan kesehatan anak balitanya. Hampir seluruh
responden tidak pernah membersihkan gigi anak balita ketika anak balita selesai
meminum susu botol mereka menjawab perilaku tersebut adalah sesuatu yang
merepotkan bahkan sebagian ibu menganggap membersihkan gigi balita dengan
meminum air putih dapat menyebabkan anak mudah terserang flu. Perawatan
pemeliharaan kesehatan gigi sangat penting dilakukan agar terhindar dari penyakit
gigi. Pengetahuan responden yang sebagian besar juga rendah, karena pengetahuan
yang rendah membuat peranan respons seorang ibu yang baik akan dipengaruhi oleh
pengetahuan ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi.

Anak usia sekolah merupakan kelompok rentan mengalami karies gigi. Peran orang
tua sangat diperlukan untuk memberikan dorongan kepada anak untuk menjaga
kesehatan gigi. Faktor pengetahuan, sikap, dan motivasi orang tua terhadap
perawatan kesehatan gigi dan mulut pada anakmerupakan faktor yang paling
berpengaruh (Sulistyaningrumaet al., 2019). Prevalensi gigi rampan karies akan rendah
apabila masyarakat tahu tentang cara memelihara kesehatan gigi dan mulut serta
menghindari kebiasaan yang dapat mengakibatkan terjadinya rampan karies. Dengan
rajin memelihara kebersihan gigi dan mulutnya maka peluang terjadinya rampan
karies pun dapat diminimalkan. Namun pada kenyataannya sarana pelayanan
kesehatan seperti puskesmas belum banyak diminati masyarakat karena kurangnya
informasi dan promosi kesehatan dari saranapelayanan kesehatan yang terlibat
langsung di dalamnya (Sadimin et al, 2017).

Menurut teori Lawrence Green dalam (Notoatmodjo, 2018) perilaku seseorang


dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi (predisposing factors) terdiri dari
pengetahuan dan sikap. Faktor pendorong (reinforcing factors) berisi peran guru,
petugas kesehatan dan peran ibu, serta faktor pendukung (enabling factors) berisi sarana
dan prasarana. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain sehingga
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Sehingga banyak faktor yang
menyebabkan tingginya prevalensi kariesgigi. Tidah hanya dari faktor pendorong
(reinforcing factors) yaitu peran ibu saja. Pengetahuan, sikap dan sarana yang tersedia
kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang. Masih diperlukan
faktor lain yaitu faktor penguat yang mendorong terjadinya suatu perilaku. Contohnya
faktor penguat perilaku menggosok gigi siswa adalah orang tua, teman, guru dan
petugas kesehatan (Arianto et al. , 2016).

Para guru di sekolah menjadi sasaran, dalam kapasitasnya sebagai sosok panutan
sekaligus sebagai sumber informasi bagi para siswa. Intervensi yang ditujukan pada
siswa, akan efektif dilakukan melalui para guru terlebih dahulu. Guru dapat berperan
sebagai konselor, pemberi instruksi, motivator dalammenunjukkan sesuatu yang baik
misalnya dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Guru sebagai pendidik ataupun
pengajar merupakan faktor penentu atau pemegang kunci keberhasilan siswa dalam
berperilaku sehat di sekolah. Guru di sekolah tidak hanya mengajarkan tetapi juga
terus mengikuti proses perubahan perilaku siswa serta para guru berperilaku sehat
dengan menerapkan menggosok gigi di sekolah agar dapat ditiru oleh siswa dan
membuat suatu kegiatan yang lebih mengintegrasikan pesan-pesan tentang menggosok
gigi. Selain itu perlu ditingkatkan program kampanye sikat gigi pada siswa melalui

19
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

program UKGS yang dilakukan oleh guru diantaranya pelaksanaan sikat gigi
massal(Arianto, 2017).

Peran puskesmas sebagai sistem pelayanan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan
mulut, yang salah satu tujuannya adalah pelayanan promotif (peningkatan kesehatan)
dengan sasaran masyarakat belum terlaksana dengan baik, padahal penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat merupakan hal yang sangat penting karena
dapat menambah informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan gigi dan mulut sehingga masyarakat sadar akan pentingnya memelihara
kesehatan gigi dan mulut serta memiliki pemahaman tentang gigi rampan karies
(Sadimin et al., 2017). Untuk meningkatkan partisipasi orang tua dalam perawatan
kesehatan gigi dan mulut anak, perlu dilakukan upaya penyuluhan secara terus
menerus dengan metode yang mempertimbangkan tingkat pendidikan masyarakat dan
memanfaatkan kegiatan-kegiatan seperti posyandu balita dan pertemuan-pertemuan
yang biasa dilakukan oleh masyarakat(Sumanti et al., 2013). Yang perlu disampaikan
adalah agar tenaga kesehatan mengupayakan untuk meningkatkan promosi kesehatan
kepada masyarakat khususnya cara menggosok gigi pada balita yang tepat di berbagai
tempat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, BPS (Fatimawati,
2015). Dengan diberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut akan lebih
peduli tentang kesehatan gigi dan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut akan
bertambah. Sehingga diharapkan dapat mengubah perilaku menjadi baik di bidang
kesehatan gigi dan mulut sehingga angka karies dapat menurun (Miftakhun et al.,
2016).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang peran ibu dalam menjaga kesehatan gigi anak
prasekolah Di TK Islam Al-Kautsar Surabaya, dapat disimpulkan bahwa ::
1. Peran Ibu Dalam Menjaga Kesehatan Gigi Anak Prasekolah Di TK Islam Al-
Kautsar Surabaya dalam kategori kurang.
2. Angka Karies Gigi Anak Prasekolah Dengan Angka Karies Di TK Islam Al-
Kautsar Surabaya dalam kategori rendah.
Dari hasil kesimpulan diatas, secara keseluruhan dapat dikatakan peran ibu dalam
menjaga kesehatan gigi anak prasekolah di TK Islam Al-Kautsar Surabayan
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran ibu dengan karies
gigi anak

SARAN
1. Bagi Anak Prasekolah.
1. Diharapkan anak prasekolah untuk mengurangi makan makanan dan
minuman manis dan lengket. Karena makanan yang sering dikonsumsi dapat
mempengaruhi keparahan karies gigi seperti makanan yang mengandung
karbohidrat dan gula terolah seperti glukosa.
2. Diharapkan setelah mengkonsumsi makan makanan manis dan lengket anak
prasekolah melakukan minimal kumur-kumur dengan air putih untuk
membersihkan sisa makanan yang menempel pada gigi.

20
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

3. Diharapkan anak prasekolah rajin menggosok gigi 2x sehari pagi setelah


sarapan dan malam sebelum tidur, dengan cara yang benar sesuai yang di
ajarkan oleh ibu atau orangtua lainnya

2. Bagi Ibu
1. Diharapkan ibu rutin memeriksakan gigi anak ke poli gigi selama 6 bulan sekali
sejak awal tumbuh gigi. Agar gigi anak sehat dan tidak mengalami lubang gigi
atau masalah kesehatan gigi lainnya.
2. Diharapkan ibu membiasakan anak untuk mengkonsumsi buah dan sayur
untuk mengganti permen,es cream dan coklat. Agar gigi anak terhindar dari
lubang gigi.
3. Diharapkan ibu mengajari anak cara menggosok gigi dengan benar agar gigi
anak tetap bersih dan sehat.
4. Diharapkan ibu mengajari anak minimal kumur dengan air putih setelah
makan untuk membersihkan sisa makanan yang menempel pada gigi.
5. Diharapkan ibu mengawasi anak dari lingkungan yang kurang sehat, agar anak
tidak terpengaruh dalam pola hidup yang tidak sehat.

3. Bagi Petugas Kesehatan


1. Diharapkan petugas kesehatan untuk sering melakukan penyuluhan tentang
kesehatan gigi dan mulut anak usia dini kepada orangtua terutama ibu. Agar
ibu mendapatkan informasi tentang cara menjaga kesehatan gigi anaknya sejak
dini dan tindakan yang harus dilakukan jika anak mengalami masalah gigi
terutama lubang gigi yang sering di abaikan
2. Diharapkan petugas kesehatan untuk melakukan demonstrasi sikat gigi ke
sekolah dan mengajak anak prasekolah untuk melakukan sikat gigi masal. Agar
anak prasekolah tau cara menggosok gigi dengan benar dan waktu menggosok
gigi yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Ajeng, cahyaningrum N. (2017). Hubungan perilaku ibu terhadap kejadian karies gigi
pada balita di paud putra sentosa. (August 2017), 142–151.
https://doi.org/10.20473/jbe.v5i2.2017.142-151
Andhini, D., & Permatasari, I. (2014). Hubungan Perilaku Menggosok Gigi dan
Pola Jajan Anak Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Murid SD Negeri 157
Palembang. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 1(1), 39–46
Angela, A. (2005). Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi
(Primary prevention in children with high caries risk). Dental Journal (Majalah
Kedokteran Gigi), 38(3), 130. https://doi.org/10.20473/j.djmkg.v38.i3.p130-
134
Arianto. (2017). Peran Orang Tua , Teman , Guru , Petugas Kesehatan Terhadap
Perilaku Menggosok Gigi Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan
21
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Sumberejo The Role Of Parents , Friends , Teacher ’ s , Health Worker


Influencing Teeth Brushing Behavior On The Elementary School St. Jurnal
Analis Kesehatan, 2(2), 270–275.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26630/jak.v2i2.433
Arianto, A., Shaluhiyah, Z., & Nugraha, P. (2016). Perilaku Menggosok Gigi pada
Siswa Sekolah Dasar Kelas V dan VI di Kecamatan Sumberejo. The
Indonesian Journal of Health Promotion, 9(2), 127–135.
https://doi.org/10.14710/jpki.9.2.127-135
Eddy, F. N. E., & Mutiara, H. (2015). Peranan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Anak dengan Status Karies Anak Usia Sekolah Dasar. Medical Journal of
Lampung University, 4(8), 1–6. Diambil dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1464
Fatimawati, I. (2015). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG
PERAWATAN GIGI DAN MULUT DENGAN CARA IBU MENGGOSOK
GIGI PADA BALITA DI DUSUN LOSARI MOJOKERTO. 7(1), 49–61.
Handayani, D. S., Sulastri, A., Mariha, T., & Nurhaeni, N. (2017). Penyimpangan
Tumbuh Kembang Anak dengan Orang Tua Bekerja. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 20(1), 48–55. https://doi.org/10.7454/jki.v20i1.439
Hastuti P, Aishah S., Santosa, B. (2011). Eka Puji Hastuti*Siti Aisah**, Budi
Santosa*** ABSTRAK 1. Fikkes Jurnal Keperawatan, 4(2), 106–120.
Husna, A. (2016). Peranan Orang tua Dan Perilaku Anak DAlam Menyikat Gigi
Dengan Kejadian Karies. Jurnal Vokasi Kesehatan, 2(1), 17–23.
https://doi.org/https://doi.org/10.30602/jvk.v2i.4
KEMENKES RI. (2012). Buku panduan pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut di
masyarakat.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan
Dasar 2018. 1–582.
Lely Suratri, M. A., Sintawati, F., & Andayasari, L. (2016). Pengetahuan, Sikap,
dan Perilaku Orang Tua tentang Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia
Taman Kanak-kanak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi
Banten Tahun 2014. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 26(2), 119–
126. https://doi.org/10.22435/mpk.v26i2.5449.119-126
Mariati, N. W. (2015). Pencegahan Dan Perawatan Karies Rampan. Jurnal Biomedik
(Jbm), 7(1). https://doi.org/10.35790/jbm.7.1.2015.7288
Mentari Suci, Bany Usman Zuraida, N. F. C. (2016). Hubungan Peran Orang Tua
Terhadap Indeks DMF-T Siswa Sekolah Dasar Dengan UKGS (Studi Pada
SDN 20 Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh). J o u r n a l C a n i n u s D
e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 6 3 - 6 9, 1(November), 63–69.
https://doi.org/http://www.jim.unsyiah.ac.id
Miftakhun, N. F., Sunarjo, L., & Mardiati, E. (2016). FAKTOR EKSTERNAL
PENYEBAB TERJADINYA KARIES GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH DI
PAUD STROWBERRY RW 03 KELURAHAN BANGETAYU WETAN KOTA
SEMARANG TAHUN 2016 PENDAHULUAN Masalah kesehatan gigi di
22
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Indonesia masih sangat perlu penanganan lebih lanjut . Hasil Riskesdas. 03(2).
https://doi.org/https://doi.org/10.31983/jkg.v3i2.1781
Mukhbitin, F. (2015). DESCRIPTION OF DENTAL CARIES IN THIRD CLASS
STUDENTS OF MI AL-MUTMAINNAH. 155–166.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20473/jpk.V6.I2.2018.155-166
Mustika, T. D., & Wahini, M. (2015). Pola Asuh Makan Antara Ibu Bekerja dan
Tidak Bekerja dan Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Anak Usia
Sekolah Dasar. E-Journal, 4(1), 162–166.
Notoatmodjo, S. (2018). PROMOSI KESEHATAN TEORI dan APLIKASI (3 ed.).
jakarta.
Oktarina, O., Tumaji, T., & Roosihermiatie, B. (2017). Korelasi Faktor Ibu Dengan
Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Taman Kanak-Kanak Di Kelurahan
Kemayoran Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 19(4), 226–235.
https://doi.org/10.22435/hsr.v19i4.6815.227-235
Putri, R. M., Maemunah, N., & Rahayu, W. (2016). Pemeriksaan Pertumbuhan
dan Personal Hygiene. Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 1 No 1: 55 – 64,
2016 PEMERIKSAAN, 1(1), 55–64.
Ramayanti, S., & Purnakarya, I. (2013). Peran Makanan terhadap Kejadian Karies
Gigi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 89–93.
https://doi.org/https://doi.org/10.24893/jkma.v7i2.114
Sadimin, Wiyatini, T., Nugraheni, H., & Santoso, B. (2017). Faktor-faktor
Penyebab rampan Karies pada Siswa TK Pertiwi Jembungan 1 kanupaten
Boyolali. jurnal kesehatan Gigi, 04(1), 38–48.
https://doi.org/http://ejournal.poltekkes.smg.ac.id/ojs/index.php/jkg/arti
cle/view/2714
Santik, Y. D. P. (2015). Pentingnya Kesehatan Gigi dan Mulut dalam Menunjang
Produktivitas Atlet. Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 5(2), 13–17.
https://doi.org/https://doi.org/10.15294/miki.v5i2.7880
Sari, M., & Yudhatama, Y. (2017). Pola Asuh Orang Tua terhadap Kejadian ECC
(Early Childhood Caries) pada Anak Usia 3-5 Di Kelurahan Purwosari Kota
Surakarta. The 6th University Research Colloquium 2017, 303–310.
Sari, R. (2016). DI DESA BANJAR NEGERI KECAMATAN WAY LIMA
KABUPATEN PESAWARAN STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung Jl .
KH Ghalib No . 122 Pringsewu Lampung 35373. 1(1).
Suciari, A., Arief, Y. S., & Rachmawati, P. D. (2014). Peran Orang Tua dalam
Membimbing Meyikat Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak
Prasekolah. Jurnal STIKES, 4(November), 1–19. https://doi.org/=
http://dx.doi.org/10.20473/pmnj.v3i2.11750
Sulistyaningrum, A. T., & Martha, E. (2019). Peranan Jajanan Sekolah dan Orang
Tua terhadap Karies Gigi Siswa SD di Banda Aceh. Hasanuddin Journal of
Midwifery, 1(1), 14. https://doi.org/10.35317/hajom.v1i1.1789
Sumanti, V., Widarsa, T., & Duarsa, P. (2013). Laporan hasil penelitian Faktor
23
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

yang berhubungan dengan partisipasi orang tua dalam perawatan kesehatan


gigi anak di Puskesmas Tegallalang I Factors related to parent ’ s
participation in child dental health care in Tegallalang I community health
centre P. Public Health and Preventive Medicine Archive, 1(1), 1–7.
https://doi.org/10.1111/ropr.12119
Sumini, Amikasari, B., & Nurhayati, D. (2014). Hubungan Konsumsi Makanan
Manis Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Di TK B RA
Muslimat PSM Tegalrejodesa Semen Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten
Magetan. Jurnal Delima Harapan, 3(2), 20–27. Diambil dari
http://akbidharapanmulya.ac.id/atm/konten/editor/samples/jurnal/file_ju
rnal/t_24.pdf
Suratri lely, M. A., Sintawati, F., & Andayasari, L. (2016). Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Orang Tua tentang Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia
Taman Kanak-kanak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi
Banten Tahun 2014. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 26(2), 119–
126. https://doi.org/10.22435/mpk.v26i2.5449.119-126
Tarigan. (2014). Karies Gigi. Jakarta.
Worotitjan, I., Mintjelungan, C. N., & Gunawan, P. (2013). Pengalaman Karies
Gigi Serta Pola Makan Dan Minum Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa
Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara. e-GIGI, 1(1), 59–68.
https://doi.org/10.35790/eg.1.1.2013.1931

24

Anda mungkin juga menyukai