Anda di halaman 1dari 141

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG 1-10

MELALUI MEDIA ULAT ANGKA DI KELOMPOK A

TK CANDRA PUSPITA KECANDRAN KECAMATAN

SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

IRNA ISNAINI SUSANTI

NIM 23050150013

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

iv
MOTTO

ِ ِ‫الناس َأْن َفعُ ُه ْم ل‬


‫لناس‬ ِ ‫َخ ْي ُر‬
“Sebaik-baik Manusia adalah yang paling bermanfaat bagi

manusia”. (HR Ahmad)

v
PERSEMBAHAN

Dengan ridho Allah SWT, karya ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapakku Jumarun yang senantiasa memberikan kasih sayang yang tulus ,

mendidik dan mendoakan, Ibukku tercinta Alm. Binti Musonah semoga

mendapat tempat terbaik disisi Allah SWT. Mas Muhammad Ainul Yakin

dan mba Siti Syamsiatun yang terus memberikan semangat selama study.

2. Kepada bapak, ibu dosen yang telah membimbing proses skripsi

3. Kepada Bu Lia, Bu Tami, Bu Ana, dan Bu Indah yang telah menjadi

bagian dari keluarga, teman, sahabat, dan selalu membimbing, terima

kasih telah membantu terselesainya skripsi ini.

4. Kepada Sahabat mba Aryana, mba Anis R, mba Istiana, Nurul R, mba

Dian, mba Indana, Alfa alfi, ata dan Putri yang selalu memberikan

dukungan dan doa pada penulis, terima kasih sudah menjadi yang terbaik

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim

Puji syukur Alhamdilillahirobbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah

SWT yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Pengembangan Kemampuan Berhitung 1-10 Melalui Media Ulat Angka di

Kelompok A TK Candra Puspita Kecandran Sidomukti Kota Salatiga Tahun

Pelajaran 2018/2019”.

Tidak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Nabi Agung Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta para

pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana

beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari

zaman kegelapan menuju zaman terang benderang ini.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari semua

pihak yang telah membimbing rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Bapak Imam Mas Arum, S.Pd., M.Pd. Selaku Ketua Prodi Studi Pendidikan

Islam Anak Usia Dini IAIN Salatiga.

4. Bapak Agung Hidayatullah, S.S,.M.Pd.I. Selaku Pembimbing Akademik

dengan ketulusan dan kesabaran mengarahkan dalam memberikan bimbingan.

vii
5. Ibu Peni Susapti, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

memberi motivasi dan dengan sabar memberikan bimbingan hingga skripsi

selesai.

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini, yang telah

memberikan bekal ilmu yang tak ternilai selama belajar di IAIN Salatiga.

7. Ibu Nur Chalia Mufida, S.Pd. Selaku kepala sekolah TK Candra Puspita yang

telah memberikan ijin penelitian dan membantu penyusun skripsi.

8. Ibu Aryana Wahyu Safrita, S. Pd. Guru kelompok A TK Candra Puspita.

9. Kepada keluarga, sahabat yang selalu memberikan perhatian, semangat, dan

dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Teman-teman PIAUD angkatan 2015 seperjuangan dalam penyusunan skripsi

ini. Dan Semua pihak yang membantu penyusunan penelitian ini.

11. Terimakasih kepada siswa siswi TK Candra Puspita yang tidak bisa

disebutkan satu persatu terkhusus kelompok A

12. Almamater tercinta, Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Semoga segala amal baik di terima Allah SWT dan menjadi keberkahan

serta mendapat balasan yang tak terhingga. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan skripsi ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun dengan

harapan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi sumbangan

pengetahuan untuk pendidikan.

Salatiga, 22 Agustus 2019

Penulis

viii
ABSTRAK

Susanti Irna Isnaini. 2019. (Pengembangan Kemampuan Berhitung 1-10 Melalui


Media Ulat Angka Di Kelompok A TK Candra Puspita Kecandran
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019).
Skripsi, Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Peni
Susapti, M.Si.
Kata Kunci: Berhitung, dan Media Ulat Angka
Kemampuan berhitung pada anak sejak dini berguna untuk membekali
kehidupan anak di masa yang akan datang. Kemampuan berhitung yang belum
berkembang menjadi masalah yang dihadapi guru kelompok A. Rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu apakah penerapan pembelajaran dengan menggunakan
media ulat angka dapat meningkatan kemampuan berhitung 1-10 pada siswa
kelompok A di TK Candra Puspita Kecandran Kecamatan Sidomukti Tahun
Pelajaran 2018/2019? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
pembelajaran dengan menggunakan media ulat angka dalam meningkatan
kemampuan berhitung 1-10 pada siswa kelompok A di TK Candra Puspita
Kecandran Kecamatan Sidomukti Tahun Pelajaran 2018/2019.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 4 tahap
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Subjek dalam penelitian
ini adalah anak uisa 4-5 tahun yang berjumlah 23 anak di TK Candra Puspita.
Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, dokumentasi, tes.
analisis data penelitian ini deskriptif kualitatif. Indikator keberhasilan dalam
penelitian ini adalah minimal 85% siswa memperoleh nilai BSH (Berkembang
Sesuai Harapan) atau BSB (Berkembang Sangat Baik).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan kemampuan
berhitung 1-10 melalui media ulat angka di Kelompok A TK Candra Puspita
Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 telah
terbukti berhasil dan ada peningkatan di setiap siklusnya. Dengan menggunakan
media ulat angka anak akan lebih mudah dalam memahami angka 1-10 karena
didalam media ulat angka tersebut ada jumlah benda yang sesuai angka yang di
tempel. Persentase keberhasilan pada kondisi awal (pra siklus) dari 23 anak ada
13 anak yang dinyatakan (Mulai Berkembang) kemampuan berhitungnya dengan
rata-rata 44,58%. Pada Siklus I terdapat 15 anak yang dinyatakan (Berkembang
Sesuai Harapan) dengan sebanyak rata-rata 67,42%. Hasil penelitian di Siklus II
terdapat 22 anak yang berhasil (Berkembang Sesuai Harapan) dan (Berkembang
Sangat Baik) atau sebanyak 93,56% yang memenuhi indikator keberhasilan
penelitian kelas sebesar 85% sehingga tindakan dihentikan pada siklus II.

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...........................................................iii
PENGESAHAN KELULUSAN..........................................................................iv
MOTTO...............................................................................................................v
PERSEMBAHAN................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................ix
DAFTAR ISI........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 9

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan...................................... 9

E. Kegunaan Penelitian................................................................................ 10

F. Definisi Operasional................................................................................ 11

G. Metode Penelitian.................................................................................... 17

H. Sistematika Penulisan.............................................................................. 27

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori.............................................................................................. 28

1. Pendidikan Anak Usia Dini................................................................ 28

2. Aspek Perkembangan Kognitif.......................................................... 31

3. Media Pembelajaran........................................................................... 37

4. Hakikat Berhitung Permulaan............................................................ 40

x
5. Pengertian Bermain............................................................................ 49

6. Alat Peraga Edukatif.......................................................................... 52

7. Media Ulat Angka.............................................................................. 54

B. Kajian Pustaka........................................................................................... 57

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................................... 60

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian.............................................................. 66

C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Pra Siklus............................................ 67

D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I................................................ 69

E. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II............................................... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus.................................................................................. 80

1. Ketentuan Penilaian dan Pengolahan Data........................................ 80

2. Data Hasil Penelitian Siklus I ........................................................... 82

3. Data Hasil Penilaian Siklus II............................................................ 89

B. Pembahasan.............................................................................................. 97

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................100

B. Saran........................................................................................................101

Daftar Pustaka......................................................................................................102

Lampiran-Lampiran

Riwayat Hidup Penulis

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penilaian Indikator Keberhasilan..........................................25

Tabel 2.1 Lingkup Perkembangan Kognitif..........................................33

Tabel 3.1 Data Nama Siswa Kelompok A............................................60

Tabel 3.2 Data Nama Siswa Kelompok B............................................61

Tabel 3.3 Daftar Nama Guru TK Candra Puspita.................................63

Tabel 4.1 Penilaian Indikator Keberhasilan..........................................79

Tabel 4.2 Indikator Pencapaian Perkembangan....................................80

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Siklus I.........................................................82

Tabel 4.4 Data Perkembangan Permainan Ulat Angka........................85

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I...........................87

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I..........................89

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Siklus II.......................................................92

Tabel 4.8 Data Perkembangan Permainan Ulat Angka........................95

Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Guru Siklus II..........................................97

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II.........................99

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart..........17

Gambar 3.1 Data Struktur Kepengurusan.....................................................64

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan................................................................48

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Lampiran 3 Surat Pengajuan Pembimbing

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Harian (RPPH) Siklus I

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Harian (RPPH) Siklus II

Lampiran 7 Catatan Anekdot

Lampiran 8 Penilaian Hasil Karya Anak

Lampiran 9 Penilaian Pencapaian Harian

Lampiran 10 Dokumentasi Foto Penilaian

Lampiran 11 Daftar SKK

Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pada bab 1 pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa

“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan

kepada anak sejak lahir sampai dengan anak usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah

pendidikan yang diselengarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi

pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau

menekankan pada perkembangan seluruh aspek kepribadian anak. Dengan

adanya lembaga PAUD perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat

mengembangkan berbagai aspek perkembangan seperti: kognitif, bahasa,

sosial, emosi, fisik, dan motorik. Pendidikan Anak Usia Dini juga dapat

diartikan sebagai salah satu bentuk penyelengaraan pendidikan yang

menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan

perkembangan, baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan

emosi, kecerdasan jamak (mutiple intelligences) maupun kecerdasan

spiritual (Ulfah, 2012:17). Karena itulah di perlukan stimulasi yang tepat

dan diberikan sejak dini. Salah satu aspek perkembangan yang perlu

1
dikembangkan adalah kognitif, suatu proses berpikir yaitu beripa

kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan

sesuatu.

Menurut Hasnida (2014: 43) mengungkapkan perkembangan

kognitif merupakan perkembangan pikiran. Pikiran adalah bagian dari

proses berpikir dari otak, pikiran yang digunakan untuk mengendali,

memberi alasan rasional, mengatasi dan memahami kesempatan penting.

Perkembangan kognitif anak usia dini dapat diartikan sesuatu yang

merujuk kepada perubahan-perubahan pada proses berpikir.

Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orang tualah anak-

anak tumbuh dan menemukan jalannya. Saat si kecil tumbuh dan

berkembang, ia begitu lincah dan memikat. Lima tahun pertama yang

disebut dengan The Golden Years, seseorang anak mempunyai potensi

yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini, 90% dari fisik otak

anak sudah terbentuk di masa-masa inilah, anak seyogianya mulai

diarahkan. Saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali. Sebagai orang tua

yang proaktif, orang tua hendaknya memerhatikan hal-hal yang berkenaan

dengan perkembangan sang buah hati, yang merupakan amanat Tuhan

(Hasan, 2009:29). Mengingat betapa pentingnya periode kanak-kanak bagi

seseorang inilah stimulasi yang sangat diperlukan. Stimulasi yang tepat ini

akan membantu anak-anak tumbuh, berkembang dan belajar secara

maksimal.

2
Masa anak usia dini sering disebut dengan “golden age” atau masa

emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka

untuk tumbuh dan berkembang secara tepat dan hebat. Perkembangan

setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan

yang berbeda makanan yang bergizi seimbang serta stimulasi yang intensif

sangat dibutuhkan anak untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut,

apabila anak diberikan stimulasi atau gizi yang baik maka proses

pertumbuhan dan perkembangan anak akan terjadi secara baik (Hasnida,

2014:168-169). Istilah-istilah yang dikenal diantaranya pengembangan

kognitif, daya pikir atau ada juga yang menyebutnya sebagai

pengembngan kognitif, daya pikir atau ada juga yang menyebutnya

sebagai pengembangan matematika. Kegiatan pengembangan

pembelajaran matematika untuk anak usia dini dirancang agar anak

mampu menguasi berbagai pengetahuan dan ketrampilan matematika dan

mengenal angka 1-10.

Dijelaskan oleh Nia Fatmawati dalam Jurnal Pendidikan Anak Usia

dini tentang pentingnya kemampuan berhitung merupakan kemampuan

sebagai satu daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari

pembawaan latihan. Standar NCTM (National Council of Teacher of

Mathematics) memberikan gambaran rinci mengenai proses dan isi

matematika, fokus pada siswa usia dini adalah pemahaman angka, sistem

angka dan oprasi hitung, khususnya penambahan dan pengurangan. Dasar

pembelajaran berhitung bagi usia dini salah satunya terdapat dalam teori

3
perkembangan kognitif. Pada tahap perkembangan kognitif anak, piaget

menjelaskan bahwa pada uisa 7 tahun perkembangan kognitif anak

memasuki operasional konkret.

Menurut Susanto yang mengutip dari Suriasumantri (2000: 204),

mengungkapkan tentang pengertian matematika, bahwa matematika pada

hakikatnya merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang

dengan maksud melalui matematika ini seseorang akan dapat mengatur

jalan pikirannya. Matematika bisa menguasai dari berbagai teorinya, maka

dimungkinkan seseorang dapat lebih sistematis dalam me-manage jalan

pirkirannya. Atau dengan kata lain, orang yang mahir atau menguasai

teori-teori dalam matematika, maka orang ini akan mudah untuk mengatur

jalan pikirnya, akan mudah dalam memecahkan berbagai kesulitan dan

permasalahan yang dihadapinya. Sehingga kemampuan yang dimiliki anak

tersebut mampu berlanjut ke tahap pengertiann mengenai angka bilangan

1-10.

Menurut Hurlock (1978:51-52), seiring dengan perkembangan

pemahaman bilangan permulaan ini, menyatakan bahwa konsep yang

dimulai dipahami anak sejalan dengan bertambahnya pengalaman yang

dialami anak, di antaranya konsep bilangan. Konsep bilangan berhubungan

dengan kata-kata, ketika anak mulai bicara. Pengalaman yang dialami

seseorang anak memengaruhi konsep bilangan anak, karena itulah secara

umum anak yang memulai pendidikan di taman kanak-kanak umumnya

belajar arti bilangan lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak

4
mengalami pendidikan di taman kanak-kanak. Materi yang terdapat dalam

Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul

Athfal. Materi yang diberikan di antaranya: membilang, menyebut urutan

bilangan dari 1 sampai 10, membilang (mengenal konsep bilangan dengan

benda-benda) sampai 10; membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-

benda; menghubungkan/ memasangkan lambang blangan dengan benda-

benda hingga sepuluh (anak tidak diseuruh menulis); membedakan dan

membuat dua kumpulan benda yang sama jumplahnya, yang tidak sama,

lebih banyak, lebih sedikit; menyebutkan hasil penambahan dan

pengurangan dengan benda 10 (Susanto,2011:107-108). Kemampuan

berhitung untuk anak uisa dini diperlukan untuk mengembangkan

pengetahuan dasar matematika, seperti pengenalan angka 1-10, warna,

bentuk, ukuran, dan dapat membentuk sikap logis, kritis dan kreatif pada

anak

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik

sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran secara efektif (Sukiman,2012:29). Melalui

penggunaan media pembelajaran anak dengan pengalaman sehari-hari

anak dapat membantu pemahaman mengenal konsep matematika berhitung

1-10.

5
Bermain bagi anak usia dini sudah tidak asing lagi. Setiap ada

anak usia dini, di situ pasti dijumpai kegiatan bermain. Bermain adalah

serangkaian kegiatan atau aktivitas anak untuk bersenang-senang. Apapun

kegiatannya, selama itu terdapat unsur kesenangan atau kebahagiaan bagi

anak usia dini, maka bisa disebut sebagai bermain. Bermain menjadi

prioritas utama dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini. Melalui

bermain seseorang anak dapat belajar berbagai hal baru yang belum ia

ketahui sebelumnya. Selain itu, bermain dapat pula menstimulsi berbagai

perkembangan anak, seperti fisik-motorik, kognitif, logika-matematika,

bahasa, moral-agama, sosial-emosional, dan seni. Melalui bermain pula

kreativitas anak akan terbangun dan berkembang dengan maksimal

(Fadlillah, 2017: 6).

Banyak jenis permainan yang beredar di masyarakat, dari

permainan yang harganya murah sampai permainan yang mahal, dari

permainan tradisional sampai permainan modern. Semua jenis permainan

tersebut tentu dapat menimbulkan dampak yang positif maupun negatif.

Pendidikan harus bisa mengarahkan peserta didik ke arah yang positif.

Sehingga secara tidak langsung ketika mereka bermain sambil belajar.

Berdasarkan hasil observasi di TK Candra Puspita pada tanggal 11

Maret 2019 sendiri masih terdapat permasalahan mengenai aspek

perkembangan. Aspek perkembangan yang terkait diantaranya adalah

permasalahan menghitung angka 1-10, anak-anak di TK Candra Puspita

kebanyakan hanya menghafal bilangan, tetapi untuk angka anak belum

6
mengetahui angka dengan bilangannya. Berdasarkan observasi kelompok

A juga masih terdapat anak yang berhitung dengan loncat-loncat atau

tidak urut sesuai urutan angka dan guru hanya menggunakan papan tulis

dalam proses pembelajaran terkait berhitung yang digunakan, sehingga

masih menggunakan media yang sama, yaitu jari tangan dan pengerjaan

lembar kegiatan siswa. Contohnya terdapat gambar buku berjumlah 6 dan

anak diminta menghitung jumlah gambar buku kemudian menuliskan

angkanya dilembar kertas, ternyata antara jumlah gambar buku dan angka

yang dituliskan dikertas masih salah.

Penggunaan media dalam pengajaran di kelas merupakan sebuah

kebutuhan yang tidak diabaikan. Hal ini dapat dipahami mengingat proses

belajar yang dialami siswa tertumpu pada berbagai kegiatan menambah

ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa akan

datang. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah bagaimana

menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses

pengalaman belajar pada diri siswa dengan menggerakan segala sumber

belajar dan cara belajar yang efektif dan efesien, dalam hal ini, media

pengajaran merupakan salah satu pendukung efektif dalam membantu

terjadinya proses belajar. Berdasarkan uraian di atas, dapat diyakini betapa

pentingnya media dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran

merupakan alat bantu yang dapat mempermudah proses permainan materi

pembelajaran yang disampaikan dan sudah barang tentu akan

7
mempermudah pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran (Usep, 2016:

8).

Ulat angka sendiri adalah media yang dirancang untuk

mengembangkan kemampuan berhitung dengan benda nyata, di iringi

bernyanyi dan melompat dalam lingkaran sambil menyebutkan warna.

Oleh sebab itu, perlu adanya cara terkait kemampuan berhitung

dengan menggunakan media yang berbeda, agar siswa aktif dan tidak

bosan dalam mengikuti kegiatan belajar. Untuk itu peneliti mengambil

judul Pengembangkan Kemampuan Berhitung 1-10 Melalui Media Ulat

Angka Di Kelompok A TK Candra Puspita Kecandran Kecamatan

Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 2018/2019. Hal ini diharapkan

untuk meningkatkan pemahaman konsep menghitung dan membilang pada

anak serta untuk memberikan salah satu cara untuk menatasi permasalahan

yang ada di TK Candra Puspita tersebut. Penggunaan media ulat angka

anak akan mampu mengahadapi persoalan untuk menghitung benda nyata,

hal ini akan lebih mudah di pahami oleh anak.

A. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah Apakah

penerapan pembelajaran dengan menggunakan media ulat angka dapat

meningkatan kemampuan berhitung 1-10 pada siswa kelompok A di TK

Candra Puspita Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun

Pelajaran 2018/2019?

8
B. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakanya penelitian ini adalah untuk mengetahui

penerapan pembelajaran dengan menggunakan media ulat angka dalam

meningkatan kemampuan berhitung 1-10 pada siswa kelompok A di TK

Candra Puspita Kecandran Kecamatan Sidomukti Tahun Pelajaran

2018/2019.

C. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Menurut Sujiono (2009) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis dikatakan sementara

karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori.

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

hipotesis adalah suatu dugaan atau kesimpulan sementara terhadap

permasalahan penelitian, yang mungkin benar atau salah. Hipotesis ini

akan diterima jika benar dan akan ditolak jika salah.

Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah dengan menggunakan media ulat angka sebagai media

pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berhitung 1-10 pada siswa

kelompok A TK Candra Puspita Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota

Salatiga tahun pelajaran 2018/2019.

Untuk menganilisis tingkat keberhasilan atau persentasi

keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya

9
dilakukan dengan cara memberikan bernyanyi sambil berhitung 1-10,

mampu membilang angka 1-10 dan mengenal konsep bilangan 1-10

dengan jumlah benda dan menyebutkan warna yang berada dalam

lingkaran. Dengan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir

putaran dan melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah minimal 85% siswa

memperoleh nilai BSH (Berkembang Sesuai Harapan) atau BSB

(Berkembang Sangat Baik).

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang

baik secara teoritis maupun praktis:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti yang dapat

menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan pembelajaran

dengan menggunakan metode, hasil penelitian dapat dijadikan

pedoman dalam pengembangan konsep kognitif anak terutama dalam

bidang matematika yaitu berhitung permulaan melalui media ulat angka

serta memudahkan siswa dalam berhitung 1-10 dan menghitung benda

dengan lebih mudah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik

Membantu peserta didik dalam meningkatkan kognitif dan

fisik motorik anak untuk minat belajar dengan adanya penggunaan

10
media dalam pembelajaran dan meningkatkan pemahaman dalam

konsep berfikir anak dalam berhitung saat pembelajaran.

b. Bagi guru

Memberikan inovasi dan inspirasi dalam memuat media

pembelajaran yang unik, kreatif dan dapat meningkatkan

kemampuan dalam menciptakan alat peraga edukatif dan

meningkatkan aspek perkembangan untuk kegiatan belajar

mengajar di Taman kanak-kanak.

c. Bagi sekolah

Meningkatkan kreatifitas dalam mengembangkan alat

peraga edukatif sebagai pendukung dalam pembelajaran dan

sebagai bahan untuk bisa menerapkan metode bermain sambil

belajar dengan menggunakan media pembelajaran.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan pemahaman judul ini, maka penulis

memberikan pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang digunakan

dalam judul penelitian ini:

a. Kemampuan Berhitung

Menurut Munandar (1999: 17), bahwa kemampuan merupakan

daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan

dan latihan. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya

kemampuan yang dimiliknya. Dalam kemampuan yang dimilikinya.

Dalam pandangan Munandar, kemampuan ini ialah potensi seseorang

11
yang merpakan bawaan sejak lahir serta dipermatang dengan adanya

pemibasaan dan latihan, sehingga ia mampu melakukan sesuatu.

Senada dengan Robin (1978:13) juga menyatakan bahwa

kemampuan merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu

pekerjaan tertentu. Dengan demikian, dari kedua keterangan di atas,

dapat dipahami bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau

kesangkupan dalam diri setiap individu dimana daya ini dihasilkan dari

pembawaan dan juga latihan yang mendukung individu dalam

menyelesaikan tugasnya.

Memberi bekal kemampuan berhitung pada anak sejak dini, guna

untuk membekali kehidupan anak di masa yang akan datang, di masa

yang sangat penting untuk pendidikan yang berjenjang. Dalam istilah

salah satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak-anak

usia tiga, empat, dan lima tahun ialah pengembangan kepekaan pada

bilangan. Peka dalam bilangan berarti lebih dari sekedar menghitung.

Kepekaan bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan

pemahaman kesesuaian satu lawan satu (Hartnett & Gelman, 1998).

Cara meningkatkan kemampuan berhitung adalah kemampuan

untuk menggunakan keterampilan berhitung. Tahapan yang dilakukan

untuk membantu mempercepat penugasan berhitung melalui jalur

matematika, misalnya: tahap penugasan konsep, tahap transisi, dan

tahap pengenalan lambang (Depdiknas, 2000: 7-8).

12
b. Alat Peraga Edukatif

Kamtini dan Tanjung menjelaskan, bahwa alat peraga edukatif

adalah alat permainan yang secara optimal mampu merangsang dan

menarik minat anak sekaligus mampu mengembangkan berbagai

potensi anak dan dimanfaatkan dalam berbagai aktivitas. Pendapat lain

dijelaskan oleh Soetjiningsih, yang mendefinisikan alat permainan

edukatif sebagai alat yang mengotimalkan perkembangan anak sesuai

usia dan tingkat perkembangan dan yang berguna untuk

pengembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan sosial anak

(Rahmawati, 2014).

Dengan demikian, alat permainan edukatif adalah alat permainan

yang mampu menarik anak-anak, tapi di sisi lain juga mempunyai

nilai-nilai pendidikan dalam merangsang berbagai aspek

perkembangan anak sesuai dengan tingkat usianya.

c. Ulat Angka

Dijelaskan pengertian ulat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

ulat yaitu salah satu tahap bentuk dalam daur kehidupan kupu-kupu,

berupa binatang kecil melata, gilik memanjang, dan umumnya berkaki

enam, adakalanya berbulu-bulu, memakan daun, buah, atau bingkai,

jika sudah waktunya berubah bentuk menjadi kepompong lalu menjadi

kupu-kupu (termasuk juga anak serangga, bernga, lundi, dan

sebagainya).

13
Ulat adalah tehap larva dari spesies dalam ordo lepidoptera, yang

mencakup kupu-kupu dan ngengat, kebanyakan adalah pemakan

tumbuhan walaupun beberapa spesies merupakan pemakan serangga.

Kebanyakan ulat dianggap sebagai hama dalam pertanian. Banyak

spesies mhemhat dikenal karena tahap ulatnya menyebabkan

kerusakan pada buah dan produk pertanian lainnya. Kebanyakan ulat

memiliki badan panjang dan berbentuk giling (silinder). Ulat memiliki

tiga pasang tungkai yang sejati pada tiga segmen dada, ditambah

dengan empat pasang tungkai semu yang disebut tungkai perut pada

segmen tengah perut dan sering sepasang tungkai perut pada segmen

perut terakhir. Ulat mempunyai sepuluh segmen perut.

Dijelaskan dalam Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, dalam proses

pembelajaran, pendidik diharapkan tidak hanya sekedar menggunakan

metode ceramah dan pemberian tugas, namun dituntut dapat

memanfaatkan media pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Media merupakan bagian yang tak terpisahkan dan

berkaitan erat dengan proses mengajar. Pemilihan media dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar anak. oleh karena itu, guru

perlu cermat dan kreatif dalam memilih serta memanfaatkan media

pembelajaran yang akan digunakan untuk membantu meningkatkan

minat, pemahaman dan pencapaian hasil belajar anak.

Menurut Putri (2015: 157) permainan ulat angka adalah melatih

kemampuan mengurutkan angka, belajar mengenali angka dan

14
menyusun puzzle. Permainan ulat angka merupakan suatu permainan

tiruan yang berbentuk seperti binatang ulat yang badannya berbentuk

lingkaran untu melakukan mengenal lambang bilangan 1-10.

Belajar angka merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi

keberhasilan anak di masa yang akan datang. Menurut Burns dan

Larton (2000: 22) kelompok matematika yang sudah di perkenalkan

mulai dari usia tiga tahun adalah kelompok bilangan (Aritmatika

berhitung), pola dan fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, grafik,

estimasi, probabilitas, pemecahan masalah.

Media ulat angka merupakan alat permainan edukatif yang terbuat

dari kardus di bentuk persegi panjang, kertas lipat, karton, spidol, lem

kertas, double tape. Dengan cara bermin yaitu secara bergantian,

setelah itu saat bermain anak melewati 3 lingkaran yang sudah di

warnai, waktu berada di lingkaran anak sambil mengucapkan warna

yang ada di dalam lingkaran itu, dan anak mengucapkan angka 1-10

yang berada di ulat angka secara urut dan sambil bernyanyi, setelah itu,

anak memilih angka, sambil menghitung banyaknya benda yang ada di

dalam ulat angka tersebut. dengan ini penggunaan media ulat angka

lebih difokuskan menggunakan indikator menyebutkan bilangan 1-10

dan menghitung benda-benda yang di dalam ulat angka.

Kelebihan dari media ulat angka ini adalah bersifat mudah diingat,

dapat berguna untuk melatih perkembangan motorik kasar saat

melompat di dalam lingkaran, melatih perkembangan kognitif saat

15
berhitung angka 1-10 dan menghitung banyaknya benda, dan melatih

anak dalam bersosialisasi saat bergantian. Sedangkan kelemahan dari

edia ulat angka yaitu, memungkinkan menimbulkan kejenuhan saat

menunggu giliran, proses pembuatannya lama, dan sangat perlu adanya

pengawasan agar tidak salah langkah saat bermain.

Tujuan media ulat angka adalah meningkatkan minat anak untuk

belajar, memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran,

meningkatkan kemampuan berhitung 1-10 dengan baik, dan

memberikan gambaran seni pada anak.

d. Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan

selanjutnya. Pendidikan Anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh

upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam

proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan

menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi

pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk

mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari

lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang

berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan

kecerdasan anak.

16
F. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research). Dari namanya penelitian tindakan kelas, sudah dapat

dipahami isi yang ada di dalamnya, yaitu suatu kegiatan penelitian

yang dilakukan di dalam kelas.

Menurut Arikunto (2009: 2), Penelitian Tindakan Kelas merupakan

kegiatan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas yang

sehari-hari dipegangnya. Pembicaraan penelitian tindakan kelas

dimulai sejak digulirnya Proyek Pengembangan Pendidikan Guru

(P3G). Dan menyebutkan bahwa di dalam penelitin tindakan kelas ada

tiga istilah yang membentuk pengertian tindakan tersebut, yakni:

1. Penelitian, merujuk pada suatu kegiatan mencermati suatu

objek dengan menggunakan cara atau aturan metodologi

tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal/masalah.

2. Tindakan, merujuk pada suatu usaha/kegiatan yang sengaja

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Kelas, adalah suatu tempat yang tidak terbatas pada ruang

tertentu, tetapi menggandung pengertian pada sejumlah siswa

dalam kelompok yang mengikuti kegiatan pembelajaran yang

dirancang oleh guru.

17
Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara

pengembangan profesionalisme guru dengan jalan memberdayakan

mereka untuk memahami kinerjanya sendiri dan menyusun rencana

untuk melakukan perbaikan secara terus menerus, Suhaenah (1998).

Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1988) mengatakan bahwa PTK

adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-

pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan

praktik sosial.

Alasan penulis menggunakan penelitian tindakan kelas

dikarenakan penulis terlibat langsung di dalam penelitian. Dalam

penelitian ini siswa merupakan populasi. Untuk lebih jelasnya

tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai

berikut:

18
Skema Siklus Penelitian

Gambar 1. 1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan


Taggart
Sumber: (Yonny, 2012: 168)

Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yakni perencanaan

(planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi

(reflecting).

2. Subjek Penelitan

Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok A di TK Candra

Puspita yang beralamat di Dusun Karang Padang, Desa Kecandraan,

Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Jawa

Tengah. Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 23 anak, Yang

terdiri dari 13 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Peneliti memilih

kelompok A, karena pada usia atau tahapan ini sesuai dengan aspek

19
perkembangan kognitif atau berhitung pada anak dan aspek fisik

motorik kasar. Dengan adanya penugasan berhitung atau

perkembangan kognitif dan aspek fisik motorik kasar maka anak akan

belajar berfikir secara logika dan bergerak untuk menyelesaikan suatu

masalah, anak juga mengoptimalkan kemampuan berhitungnya sebagai

bekal untuk melanjutkan ke sekolah dasar atau jenjang yang lebih

tinggi. Adapun model pembelajaran yang digunakan TK Candra

Puspita menggunakan model klasikal.

3. Langkah-langkah penelitian

Pada dasarnya penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan yaitu,

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan

dilakukan dalam penelitian yaitu meliputi prasurvai, menentukan

tujuan pembelajaran, membuat rencana pembelajaran, merancang

instrumen, membuat lembar observasi dan alat evaluasi untuk

setiap pertemuan (Acep, 2010:56).

Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan perencanaan

antara lain sebagai berikut:

1. Membuat konsep atau sekenario pembelajaran dengan media

ulat angka, yaitu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Harian (RPPH)

20
2. Membuat dan menyiapkan media ulat angka yang akan

digunakan dalam penelitian dan diajarkan kepada anak didik.

b. Pelaksanaan

Pada tahap kedua ini peneliti melakukan kegiatan penelitian

sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Hal penting yang

perlu diingat dalam tahap pelaksanaan ini ialah guru harus

berusaha semaksimal mungkin untuk merealisasikan semua hal

yang telah direncanakan, dengan catatan guru harus tetap bersikap

wajar, jangan dibuat-buat (Johni,201:126).

Tahap ini merupakan pelaksanaan yang telah dibuat berupa

penerapan pembelajaran sesuai konsep dan sekenario yang telah

tertulis pada RPPH dan pelaksanaan tahap perencanaan.

c. Pengamatan

Pada tahap ketiga, yakni melakukan pengamatan oleh

peneliti terhadap proses tindakan yang sedang dilakukan guru.

Guru yang sedang melakukan tindakan tersebut sebagai guru

pelaksana, dan pengamat yang mengadakan observasi terhadap

proses tindakan peneliti.

Pada tahap ini pengamatan dilakukan selama proses segala

aktivitas anak didik diamati, dicatat, dan dinilai hasil proses belajar

anak didik sehingga dapat menjadi masukkan untuk peneliti dalam

melaksanakankegiatan belajar mengajar.

21
d. Refleksi

Pada tahap keempat, merupakan kesempatan untuk

mengemukakan potret atau gambaran secara utuh jalannya

tindakan pada siklus yang telah dilaksanakan. Pada kegiatan

refleksi pengamat membeberkan segala hal yang berkaitan dengan

jalannya tindakan pada pertemuan yang telah dilaksanakan (Johni,

2013:127).

Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan

penelitian, maka pada tahap refleksi ini peneliti melakukan:

1. Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.

2. Evaluasi hasil observasi

3. Analisis hasil observasi, apabila pada siklus1 belum tercapai

indikatornya, maka peneliti akan melakukan perbaikan pada

siklus 2.

4. Teknik Pengumpulan Data

Ada sejumlah teknik pengumpulan data yang dapat digunakan

dalam penelitian, akan tetapi tidak semua cocok untuk semua jenis data.

Oleh karena itu, peneliti harus memilih teknik pengumpulan data yang

dapat digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini. Teknik yang

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian

tindakan kelas ini antara lain:

22
a. Teknik Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke

objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat

dilakukan dengan partisipasi ataupun non partisipasi. Dalam

observasi partisipasi pengamat ikut serta dalam kegiatan yang

sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau

peserta pelatihan. Dalam observasi non partisipasi pengamat tidak

ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan,

tidak ikut dalam kegiatan (Suaryono,2013:38).

Dalam hal ini peneliti mengamati proses pembelajaran,

bagaimana cara guru mengajarkan berhitung pada anak dan juga

alat perjaga apa yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan

materi pembelajaran.

b. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data

penelitian mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkip, buku, surat, koran, majalah, prasasti, notulen rapat, leger

nilai, agenda, dan lain-lain (Johni,2013:100).

Dokumentasi dilakukan sebagai salah satu tekhnik

pengumpulan data pengamatan hasil kemampuan berhitung 1-10

23
dan evaluasi soal tes tertulis untuk anak dan pada masing-masing

siklus dan hasil lembar pengesahan anak kelompok A di TK

Candra Puspita dengan menggunakan media ulat angka.

c. Teknik Tes

Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian

pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Secara umum tes

diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur

pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat

konten atau materi tertentu.

Dalam hal ini peneliti merancang lembar penugasan untuk

anak didik sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk

mendapatkan data kuantiatif berupa nilai hasil penerpan media ulat

angaka dalam upaya peningkatan kempuan berhitung 1-10, yang

kemudaian akan dianalisis dan diambil kesimpulannya (Suryono,

2013:40).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan

kelas ini antara lain:

a. Lembar observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk

mengamati aktifitas siswa secara langsung selama proses

pembelajaran.

24
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), yang

merupakan panduan bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran.

c. Tes buatan peneliti yaitu berupa lembar tugas yang harus

dikerjakan oleh sisiwa yang digunakan untuk mengukur

kemampuan siswa terhadap materi yang disampaikan yakni

mengenai materi berhitung permulaan.

d. Dokumentasi, dalam hal ini dokumentasi yang peneliti butuhkan

meliputi:

1) Foto kegiatan pembelajaran.

2) Foto alat permainan edukatif

3) Data siswa, data guru, dan data profil sekolah.

6. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode nalaisis yang

bersifat diskriptif kualitatif, yaitu mendiskripsikan data yang diperoleh

melalui instrumen penelitian. Setelah data terkumpul kemudian

diklasifikasikan ke dalam dua kelompok data yaitu kuantitatif yang

berbentuk angka-angka dan kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata

simbol.

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini

menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode

penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai

25
dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi

belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa

terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran (Daryanto, 2018:194).

Menurut Mulyasa (2009: 70), analiais data yaitu dilakukan sejak

awal dan mencakup setiap aspek kegiatan penelitian. Ketika pencatatan

lapangan melalui observasi atau pengamatan tentang kegiatan

pembelajaran di kelas, peneliti dapat langsung menganalisis apa yang

diamatinya, iklim kelas, suasana pembelajaran, cara guru mengajar, dan

interaksi pembelajaran. Guru peneliti perlu memahami teknik analisis

data yang tepat agar hasil penelitiannya dapat memberikan manfaat

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran secara tepat, sesuai dengan

kondisi yang terjadi di dalam kelas.

Tabel 1.1

Ketentuan penilaian kemampuan berhitung 1-10 dengan

menggunakan media ulat angka

Skor/
Simbol Bintang Kategori Kriteria/ketentuan
Nilai

Jika anak mencoba,


Belum kurang tepat atau anak
1 Berkembang tidak mau mencoba.
(BB)

Mulai Jika anak bisa dengan


2 Berkembang bantuan meniru teman
(MB)

26
Berkembang Jika anakmelakukannya
Sesuai dengan mandiri dan
3
Harapan konsisten tanpa harus
(BSH) dicontohkan guru
Berkembang Jika anak bisa tanpa
Sangat Baik bantuan dan bisa
4
(BSB) membantu teman yang
belum bisa.

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari V bab yang dapat

diuraikan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang berisi : latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, Hipotesis tindakan, kegunaan penelitian,

definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori, yang berisi: kajian teori, dan kajian pustaka.

BAB III : Pelaksanaan Penelitian, yang berisi: tentang gambaran umum

lokasi penelitian, deskripsi pelaksanaan siklus I (perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi), dan deskripsi

pelaksanaan siklus II

BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan

BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

27
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Anak Usia Dini

a. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan

selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada

masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek

sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup

manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan

pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap

tahapan perkembangan anak (Nurani, 2009: 6).

Menurut Trianto (2011:6) usia dini merupakan periode awal yang

paling penting dan mendasar di sepanjang rentang pertumbuhan dan

perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai

periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya

sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi

penciri masa usia dini adalah the golden ages atau periode keemasan.

Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan

periode keemasan pada masa usia dini, di mana semua potensi anak

berkembang paling cepat. Beberapa konsep yang disandingkan untuk

masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi,

28
masa peka, masa bermain, dan masa trozt alter 1 (masa membangkang

tahap 1).

b. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah

pendidikan yang diselelenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi

pertubuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan

pada pengembanganseluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu,

PAUD memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan

kepribadian dan potensi secara maksimal.

Pendidikan bagi Anak Usia Dini adalah pemberian upaya untuk

menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan

pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan

anak. Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh

upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam

proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan

menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengksplorasi

pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui

dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan,

melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung

secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan

anak (Nuraini, 2009: 7).

Secara institusional, Pendidikan Anak Usia Dini juga dapat

diartikan sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang

29
menitik beratkan, baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan

emosi, kecerdasan jamak (mutiple intelligences) maupun kecerdasan

spiritual.

Secara yuridis, istilah anak usia dini di Indonesia ditunjukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Lebih lanjut

pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan anak usia dini

adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak usia dini

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut”.

c. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Suyadi (20013: 19) secara umum tujuan Pendidikan Anak

Usia Dini ialah memberikan stimulasi atau rangsangan bagi

perkembangan potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara

yang demokratis dan bertanggung jawab. Senada dengan tujuan diatas,

Solehuddin (1997) menyatakan bahwa tujuan pendidikan anak usia dini

ialah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal

dan menyeluruh sesuai dengan norma dan nilai-nilai kehidupan yang

dianut. Melalui pendidikan anak usia dini, anak diharapkan dapat

30
mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya seperti, Intelektual

(kognitif), sosial, emosi, moral-agama dan fisik-motorik).

PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar

kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai falsafah suatu

bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mulau mulai

mengenal dunia. Ia belum mengetahui tata krama, sopan santun, aturan,

norma, etika, dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang berjalan

berkomunikasi dengan orang lain dan belajar memahami orang lain, anak

perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan

isinya (Suyanto, 2005: 3).

2. Aspek perkembangan kognitif

a. Pengertian perkembangan

Setiap mahluk hidup pasti mengalami proses perkembangan

selama hidupnya. Perkembangan yang dialami proses perkembangan

selama hidupnya. Perkembangan yang dialami oleh makhuk hidup tidak

hanya dalam aspek psikologis saja, tetapi juga pada aspek biologis.

Susanto (2011:19), mengemukakan bahwa, Perkembangan

merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif,

melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material,

melainkan pada segi fungsional.

Menurut Mirroh (2013: 9), perkembangan merupakan proses yang

tidak akan berhenti dan setiap perkembangan memiliki tahapan-tahapan

yaitu: tahap dikenangkan, tahap kandungan, tahap anak, tahap remaja,

31
tahap dewasa, dan tahap lansia, ada juga yang menggunakan patokan

umur yang dapat pula digolongkan dalam masa intraterin, masa bayi,

masa anak sekolah, masa remaja dan masa adonelen yang lebih lanjut

akan disebut dengan periodesasi perkembangan.

Teori Periodesasi Perkembangan dapat digolongkan menjadi 3

macam yakni:

1. Periodesasi Perkembangan Biologis

Periodesasi berdasarkan biologis adalah Periodesasi yang

pembahasannya berdasarkan pada kondisi atau proses pertumbuha

biologis anak, karena pertumbuhan biologis ikut berpengaruh terhadap

perkembangan kejiwaan seseorang anak.

2. Periodesasi Perkembangan Didaktis

Periodesasi berdasarkan didaktis adalah Periodesasi yang

pembahasannya berdasarkan pada segi keperluan/ materi apa kiranya

yang tepat diberikan kepada anak didik pada masa-masa terentu, serta

memikirkan tentang kemungkinan metode yang paling efektif untuk

masa tertentu tersebut.

3. Periodesasi Perkembangan Psikologis

Pada pembagian ini para ahli membahas gejala perkembangan jiwa

anak, berorientasi dari sudut pandang psikologis, mereka tidak lagi

mendasarkan pada sudut pandang biologis ataupun didaktis, sehingga

para ahli nengembalikan masalah kejiwaan dalam kedudukan yang

murni.

32
Adapun menurut Yusuf Syamsu (dalam Susanto, 2011:19),

mengemukakan bahwa perkembangan adalah perubahan-perubahan

yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat

kedewasaannya atau kematengannya (maturation) yang berlangsung

secara sistematis, progesif dan berkesinambungan, baik menyangkut

fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).

b. Pengertian Kognitif

Para ahli yang berkecimbung dalam bidang pendidikan, banyak

yang berbeda pendapat dalam mendefinisikan kognitif. Orang awam

biasanya lebih mengenal kognitif dengan kata kecerdasan intelektual.

Perkembangan kognitif setiap indvidu pun berbeda-beda.

Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu

untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian

atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan

(intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama

sekali ditunjukan kepada ide-ide (Susanto, 2011: 47).

Menurut Mirroh (2013:48), “Kognitif adalah proses manusia

memperoleh pengetahuan tentang dunia, yang meliputi proses berfikir,

belajar, menangkap, mengingat, dan memahami”. Perkembangan kognitif

merupakan pertumbuhan dan perkembangan kapasitas intelektual.

Adapun lampiran perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun

dalam permendikbud no 137 tahun 2014 adalah sebagai berikut:

33
Tabel 2.1 Lingkup Perkembangan kognitif menurut Permendikbud

no 137 tahun 2014

Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak


Lingkup Perkembangan
Usia 4-5
1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi,
bentuk atau ukuran
2. Mengenal kejala sebab akibat yang terkait
dengan dirinya
3. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok
A. Berpikir logis yang sejenis atau kelompok yang berpasangan
dengan 2 fariasi
4. Mengenal pola (misalnya AB-AB dan ABC-
ABC) dan mengulanginya
5. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi
ukuran atau warna
1. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh
B. Berpikir 2. Mengenal konsep bilangan
simbolik 3. Mengenal lambang bilangan
4. Mengnal lambang huruf

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan kognitif

yang sesuai dengan tema penelitian berdasarkan permendikbud no 137

tahun 2014 adalah termasuk dalam kemampuan berpikir simbolik’.

Kesimpulannya pembelajaran berhitung pada anak diberikan oleh

guru/pendidik harus sesuai dengan standar tingkat pencapaian dan

perkembangan anak yang sudah ditetapkan.

c. Urgensi Perkembangan Kognitif

Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak

mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekiitar melalui panca

inderanya, sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya tersebut

anak akan dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang

34
utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang harus

memperdayakan apa yang ada di dunia ini untuk kepentingan dirinya

dan orang lain (Susanto, 2011:48).

Proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti presepsi, ingatan,

pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Sehubungan

dengan hal ini Pieget berpendapat, bahwa pentingnya guru

mengembangkan kognitif pada anak adalah:

1. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan

apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, sehingga anak akan

memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif.

2. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan

kejadian yang pernah dialaminya.

3. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam

rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.

4. Agar anak mampu memahami simbol-simbol yang tersebar di dunia

sekitarnya.

5. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi

secara alamiah (spontan), maupun melalui proses ilmiah (percobaan)

6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya,

sehingga pada akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu

menolong dirinya sendiri.

35
d. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif, namun

sedikitnya faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor Herditas/ keturunan

Teori herditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli

filsafat Schopenhauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah

membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh

lingkungan.

b. Faktor Lingkungan

Teori lingkungan atau emperisme dipelopori oleh Jhon Locke,

Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci

seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan atau noda

sedikit pun.

c. Faktor Kematangan

Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah

mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).

d. Faktor Pembentukan

Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat

dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan

pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga

36
manusia berbuat intelegen karena untuk mempertahankan hidup

ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.

e. Faktor Minat dan Bakat

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan

dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat

diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih

perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang

yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan cepat

mempelajarinya.

f. Faktor Kebebasan

Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berfikir divergen

(menyebar) yang berarti bahwa manusia dapat memilih metode-

metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebas

dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media merupakan kata jamak dari medium yang artinya pengantar

atau perantara yang digunakan oleh komunikator untuk

menyampaikan pesan kepada komunikan dalam mencapai efek

tertentu. Kata media berasal dari bahasa Latin “medio” dalam bahasa

latin media diartikan sebagai antara. Secara khusus kata tersebut dapat

diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa

informasi dari satu sumber kepada penerima. Dikaitkan dengan

37
pembelajaran, media diartikan sebagai alat komunikasi yang

digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi

berupa materi ajar dari guru kepada murid sehingga murid menjadi

lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran (Usep, 2016: 6).

Latif (2013:151) Berpendapat media dalam proses pembelajaran

dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang

pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang

dicapainya. Jika diartikan dengan pendidikan anak usia dini, maka

media pembelajaran berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan bahan

(software) dan alat (hardware) untuk bermain yang membuat AUD

mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan menentukan

sikap. Media yang digunakan dalam PAUD adalah alat permainan

edukatif (APE). APE terbagi menjadi dua golongan yaitu: (1) APE

luar: Alat permainan edukatif yang disediakan di luar ruangan

(halaman/taman); (2) APE dalam: alat permainan edukatif yang

disediakan untuk anak bermain di dalam ruangan.

b. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat media pembelajaran anak usia dini, banyak manfaat yang

dapat diperoleh dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran,

yaitu:

1. Pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih

jelas, menarik, konkret dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata

tertulis atau lisan berlaka (verbalitas).

38
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, misalnya

objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realitas, gambar,

film bingkai, film atau model. Kejadian atau peristiwa yang terjadi

di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, vidio, dan

lain-lain. Objek yang teralu kompleks dapat disajikan dengan

model, diagram, dan lain-lain.

3. Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.

4. Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.

5. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar siswa dengan

lingkungan dan kenyataan.

6. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan

dan minatnya.

7. Memberikan perangsang, pengalaman, dan presepsi yang sama

bagi siswa.

c. Macam-macam Media Pembelajaran Anak Usia Dini

Bila dikatkan dengan pembelajaran anak usia dini, media

dimasukan sebagai alat yang menjadi perantara dalam menyampaikan

pembelajaran pada anak usia dini. Hal ini terdapat banyak media yang

digunakan untuk pembelajaran anak usia dini. Prinsipnya, media yang

akan digunakan tersebut dapat memberikan rangsangan semangat atau

motivasi anak usia dini untuk dapat belajar dengan mudah dan

menyenangkan sehingga mereka tidak merasa jenuh atau bosan dalam

mengikuti proses pembelajaran.

39
Adapun macam-macam media pemebelajaran untuk anak usia dini

dapat digolongkan menjadi tiga, sebagai berikut:

1. Media Audio adalah sebuah media pembelajaran yang mengandung

pesan dalam bentuk audiktif (pendengaran), serta hanya

mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio dan kaset.

2. Media Visual

Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indra

pengelihatan.

3. Media Audiovisual

Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara

dan unsur gambar. Seperti ulat angka yaitu melatih kemampuan

mengurutkan angka dan belajar mengenali angka.

Diantara ketiga macam media tersebut yang baik untuk

digunakan pada pembelajran anak usia dini ialah media

audiovisual. Sebab, media ini telah memadukan antara media

pendengaran dan pengelihatan. Media ini anak akan lebih mudah

dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan (Fadlillah,

2012: 212).

4. Hakikat Berhitung Permulaan

a. Pengertian Berhitung

Salah satu kemampuan yang sangat penting bagi anak yang perlu

dikembangkan dalam rangka membekali mereka, untuk masa depan dan

saat ini ialah memberikan bekal kemampuan berhitung.

40
Munandar (1999:17), Berpendapat bahwa kemampuan merupakan

daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan

dan latihan. Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berhitung

permulaan ialah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk

mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya

dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan

perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ketahap

pengertian mengenai jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah dan

pengurangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu

daya untuk kesanggupan dalam diri seseorang dimana daya tersebut

dihasilkan dari pembawaan dan latihan yang mendukung dalm

menyelesaikan suatu tugas.

Susanto (dalam Suriasumantri (2000: 204), mengeungkapkan

tentang pengertian matematika, bahwa matematika pada hakikatnya

merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang dengan

maksud melalui matematika ini seseorang akan dapat mengatur jalan

pikirannya. Menguasai matematika dan berbagai teorinya, maka

dimungkinkan seseorang dapat lebih sistematis dalam me-manage jalan

pirkirannya. Atau dengan kata lain, orang yang mahir atau menguasai

teori-teori dalam matematika, maka orang ini akan mudah untuk

mengatur jalan pikirnya, akan mudah dalam memecahkan berbagai

kesulitan dan permasalahan yang dihadapinya.

41
Pada umumnya, anak hafal angka 1-10, tetapi mereka mengalami

kesulitan ketika dihadapkan pada kegiatan berhitung yang

sesungguhnya, oleh karena itu, kegiatan berhitung harus dibuat menarik

dan mudah dipahami. Anak usia 4 tahun telah dapat mengklasifikasikan

benda berdasarkan satu kategori, mereka juga mulai menunjukkan

keterkaitan pada anak dan kuantitas, seperti menghitung, mengukur,

dan membandingkan. Meskipun demikian, mereka sering kali

menggunakan angka-angka tanpa pemahaman.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, adapun tingkat pencapaian

perkembangan anak pada lingkup perkembangan kognitif untuk

meningkatkan konsep angka anak pada usia 4-6 tahun, menurut

kepmendikbud dalam pedoman pengembangan progam pembelajaran di

taman kanak-kanak Tahun 2010, yaitu:

1. Mengetahui konsep banyak dan sedikit

2. Mengenal konsep bilangan.

3. Mengnal lambang bilangan.

4. Menyebutkan lambang bilangan 1-10

5. Mencocokan bilangan dengan lambang bilangan (Suryana,

2016:108).

b. Tahapan Kemampuan Berhitung

Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru dan orang tua untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan berhitung permulaan,

kemampuan berhitung merupakan kemampuan untuk menggunakan

42
ketrampilan berhitung. Tahapan yang dapat dilakukan untuk membantu

mempercepat penguasaan berhitung melalui jalur matematika,

misalnya: tahap penguasan konsep, tahap transisi, dan tahap pengenalan

lambang (Depdiknas, 2000: 7-8).

Tahapan bermain hitung atau matematika anak usia dini, dengan

mengacu pada hasil penelitian Jean Piaget tentang intelektual, yang

menyatakan bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap operasional,

maka penguasaan kegiatan berhitung/matematika pada anak usia taman

kanak-kanak akan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Tahap konsep/ pengertian

Pada tahap ini anak berekspresi untuk menghitung segala macam

benda-benda yang dapat dihitung dan yang dapat dilihatnya. Kegiatan

menghitung-hitung ini harus dilakukan dengan memikat, sehingga

benar-benar dipahami oleh anak. Pada tahap ini guru atau orang tua

harus dapat memberikan pembelajaran yang menarik dan berkesan,

sehingga anak tidak menjadi reda atau bosan.

2. Tahap transmisi/ peralihan

Tahap transisi merupakan masa peralihan dari konkret ke lambang,

tahap ini ialah saat anak mulai benar-benar memahami. Untuk itulah

maka tahap ini diberikan apabila tahap konsep sudah dikuasai anak

dengan baik, yaitu saat anak mampu menghitung yang terdapat

kesesuaian antara benda yang dihitung dan bilangan yang disebutkan.

43
Tahap transisiinipun harus terjadi dalam waktu yang cukup untuk

dikusai anak.

3. Tahap lambang

Tahap di mana anak sudah diberi kesempatan menulis sendiri tanpa

paksaan, yakni berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk, dan

sebagainya jalur-jalur dalam mengenalkan kegiatan berhitung atau

matematka.

Konsep matematika yang perlu diberikan pada anak adalah berupa

bilangan atau berhitung, pola dan fungsinya, geometri, ukuran-ukuran,

grafis, estimasi, probabilitas, dan pemecahan masalah. Konsep ini perlu

diperkenalkan kepada anak secara bertahap sesuai dengan tingkat

menghubungkan kosnsp konkret dengan lambang bilangan dan tingkat

lambang bilangan. Ketiga tingkat penguasaan tahapan ini dimulai dari

memahami konsep matematika, kemudian menghubungkan benda-benda

nyata dengan lambang bilangan dan akhirnya anak akan memahami

lambang bilangan (Susanto, 2011: 100-101).

Mengingat sangat pentingnya kemampuan berhitung bagi anak, maka

kemampuan berhitung perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai media

dan metode yang tepat jangan sampai merusak pola perkembangan anak.

c. Prinsip-prinsip kemampuan berhitung

Berhitung permulaan untuk mengembangkan kemampuan

berhitung permulaan pada amak dikenalkan melalui permainan

44
berhitung, dikenal ada beberapa prinsip mendasar yang perlu dipahami

dalam menerapkan permainan berhitung, yaitu:

1. Dimulai dari menghitung benda.

2. Berhitung dari yang lebih mudah ke yang lebih sulit.

3. Anak berpatisipasi aktif dan adanya rangsangan untuk

menyelesaikan masalah sendiri.

4. Suasana yang menyenangkan

5. Bahasa yang sederhana dan menggunakan contoh-contoh.

6. Anak dikelompokan sesuai dengan tahapan berhitungnya.

7. Evaluasi dari awal sampai akhir kegiatan (Depdiknas, 2000: 8).

Prinsip-prinsip tersebut dapat di kemukakan bahwa pelajaran

berhitung bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi merupakan

pembelajaran yang disenangi dinilai dari hati nuraninya sehingga anak

akan merasa membutuhkan karena mengasyikan dan cara

mengajarkannya pun harus tepat. Namun proses intelektualnya masih

sempit dan cara berpikirnya masih belum terarah, dan harus diingat

pula anak usia 6 tahun sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan

sederhana, seperti telah dapat menghitug 1-10.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan berhitung permulaan adalah kemampuan yang dimiliki

oleh setiap anak yang berkaitan dengan konsep matematika sederhana,

yang meliputi kegiatan mengurutkan bilangan atau membilang, dan

mengenali jumlah, serta bertujuan untuk menumbuh kembangkan

45
keterampilan yang sangat diperlukan dalah kehidupan sehari-hari

sebagai dasar pengembangan kemampuan matematika untuk

pendidikan selanjutnya.

d. Metode Pengembangan Berhitung

Mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak

dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang dikembangkan

dalam mengenalkan dan mengembangkan kemampuan berhitung

permulaan.

Renew (2002:1), berpendapat metode yang perlu diterapkan dalam

mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak

dilakukan dengan permainan-permainan yang menyenangkan, suasana

belajar yang mengembirakan dan bagaimana anak tertarik untuk

belajar. Suasana yang nyaman dan menyenangkan, dapat membuat anak

akan belajar angka dengan cara kreatif dalam suatu permainan

berdasarkan tahapan-tahapan tertentu.

e. Perkembangan Kemampuan Berhitung

1. Pengertian berhitung

Belajar berhitung sebenarnya telah dimulai ketika anak

masih kecil,misalnya saat orangtua mengajarkan lagu balonku, anak

sudah belajar berhitung. Yang perlu diperhatikan oleh guru dan

orang tua adalah menyiapkan anak untuk menyukai pelajaran

berhitung. Oleh karena itu dalam pelajaran berhitung harus disertai

dengan media yang menarik. Sebelum anak diajarkan untuk

46
berhitung, terlebih dahulu anak harus bisa menghitung dan

mengetahui angka-angka dalam menghitung tersebut, baik itu

urutannya maupun arti dari setiap angka tersebut. belajar

menghitung adalah langkah pertama dalam mengerti angka. Saat

anak-anak mulai menghitung mereka menganggap itu rima.

Mungkin mereka mengerti 1-2-3, tetapi tidak membayangkan 6-7-8.

Bila si anak sudah tahu urutan 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10, dia bisa mulai

mengerti apa arti angka-angka tersebut.

Pada umumnya, anak hafal angka 1 sa,pai 10, tetapi mereka

mengalami kesulitan, oleh karena itu, kegiatan berhitung harus

dibuat menarik dan mudah dipahami. Anak usia 4 tahun telah dapat

mengklasifikan benda berdasarkan satu kategori, mereka juga mulai

menunjukkan keterkaitan pada angka dan kuantitas, seperti

menghitung, mengukur, dan membandingkan. Meskipun demikian,

mereka sering kali menggunakan angka-angka tanpa pemahaman.

Berdasarkan penjelasan diatas, berhitung merupakan bagian

dari matematika. Kemampuan berhitung sangat diperlukan untuk

mengembangkan pengetahuan anak tentang angka, bilangan,

penjumlahan, dan pengurangan. Selain itu, berhitung juga

merupakan dasar bagi perkembangan kemampuan matematika anak

untuk mengikuti pendidikan selanjutnya, Suryana (2016:106).

47
2. Karakteristik Berhitung

Kecerdasan berhitung seseorang anak ditandai dengan

kemampuannya untuk berinteraksi dengan angka-angka dan

bilangan, berpikir dan ilmiah serta adanya konsistensi dalam

pemikiran.

Anak dapat mempelajari berhitung melalui konsep

matematika, yaitu melalui berhitung benda dengan konkret,

menghubungkan jumlah dengan lambang bilangan, dan

mengembangkan konsep menambah serta mengurang. Suyanto

(2005: 162) konsep matematika anak usia dini, meliputi:

a. Menghitung, yaitu menghubungkan antara benda dan konsep

bilangan, dimulai dari satu. Jika sudah mahir anak dapat

menghitung kelipatannya.

b. Angka, yaitu simbol dari kuantitas. Anak bisa menghubungkan

antara banyaknya benda dan simbol angka.

c. Klasifikasi, yaitu mengklompokan bendabenda kedalam

beberapa kelompok, untuk matematika bisa berdasarkan ukuran

atau bentuknya

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan ciri anak cerdas

berhitung adalah anak memiliki kemampuan memahami angka dan

bilangan. Selain itu anak juga mengklasifikasi benda berdasarkan

simbol, ukuran, serta bentuknya.

48
3. Tujuan Berhitung

Berhitung merupakan bagian dari matematika yang secara

umum di TK bertujuan agar anak mengetahui dasar-dasar

pembelajaran berhitung pada jenjang selanjudnya, sehingga pada

saatnya nanti anaklebih siap mengikuti pembelajaran matematika,

Suryana (2016: 109).

5. Pengertian Bermain

A. Pengertian Bermain

Meningkatkan aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran serta

meningkatkan kemampuan mengenal angka 1 sampai 10 perlu

diupayakan sebuah perbaikan dalam pemberian stimulus. Salah satunya

adalah bermain, merupakan kebutuhan bagi anak usia dini. Selain

sebagai aktivitas bersenang-senang, bermain juga dimaksudkan untuk

belajar anak, karena belajarnya anak melalui aktivitas bermain. Bermain

menjadi prioritas utama dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini.

Melalui bermain seseorang anak dapat belajar berbagai hal baru yang

belum anak ketahui sebelumnya.

Fadlillah (2017: 6), berpendapat bermain adalah serangkaian

kegiatan atau aktivitas anak untuk bersenang-senang. Ada pun

kegitannya, selama itu terdapat unsur kesenangan atau kebahagiaan

bagi anak usia dini, maka bisa disebut sebagai bermain. Senada dengan

pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 857),

49
disebutkan bahwa istilah bermain berasal dari kata dasar main yang

berarti melakukan aktivitas atau kegiatan untuk menyenangkan hati.

Fadlillah (2012:168) Metode bermain adalah metode yang

menerapkan permainan atau mainan tertentu sebagai wahana

pembelajaran siswa dan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil

akhir. Piaget menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang

diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.

Hal ini perkembangan anak usia dini, bermain dapat dikategorikan

menjadi dua jenis sebagai berikut:

a. Bermain aktif

Bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan

individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat

sesuatu dengan lilin atau cat.

b. Bermain pasif

Bermain pasif (hiburan), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang

lain. Pemain menghabiskan sedikit energi. Anak-anak yang menikmati

temannya bermain, memandang orang atau hewan di televisi,

menonton adegan lucu atau membaca buku adalah bermain tanpa

mengeluarkan tenaga, tetapi kesenangannya hampir seimbang dengan

anak yang menghabiskan tenagannya di tempat olahraga atau tempat

bermain.

50
B. Tujuan Bermain

Tujuan bermain dimaksudkan untuk mengetahui peran bermain

dalam perkembangan anak usia dini. Fadlillah (2017:9), Adapun secara

umum tujuan bermain dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk

sebagai berikut:

a. Eksplorasi secara bahasa berarti mengelarkan. Maksudnya

mengeluarkan atau mencurahkan seluruh kemampuan yang

dimiliki. Jiwa anak adalah suka berpetualang, anak suka melakukan

hal-hal yang baru diinginkan dan dianggap menarik bagi dirinya.

Karakteristik anak ingin mempunyai rasa ingin tahu cukup kuat

membuat anak cenderung bereksplorasi untuk mencurahkan segala

kreativitasnya.

b. Eksperimen, secara etimologi, eksperimen berarti uji coba. Adapun

secara terminologi yaitu melakukan serangkaian percobaan-

percobaan demi menghasikan sesuatu yang diharapkan. Hal ini

dikarenakan rasa ingin tahu anak sangat tinggi, sehingga anak

sering kali melampiaskan ke dalam bentuk-bentuk permainan yang

dimainkannya.

c. Imitation, imitasi dimaksudkan sebagai bentuk tiruan anak-anak,

dengan kata lai, bermain merupakan suatu bentuk peniruan anak-

anak terhadap permainan yang dimainkan. Selain kegiatan bermain,

anak bebas berekspresi untuk menirukan berbagai hal uang ada

dalam imajinasinya.

51
d. Adaptasi, tujuan lain dari kegiatan bermain ialah untuk melatih

adaptasi anak-anak dengan lingkungan sekitar. Adaptasi sendiri

bermakna mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Adapun

kondisi anak berupaya untuk bisa beradaptasi dengan teman-

temannya dalam rangka menciptakan suasana keakraban dan

kegembiraan.

Demikian besar peran bermain dalam kehidupan anak

sebagaimana diungkapkan oleh banyak ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa bermain atau permainan merupakan sarana

utama dalam pengembangan berbagai aspek perkembangan anak

yaitu Nilai Agama dan Moral, Bahasa, Fisik Motorik, Sosial

Emosi, Kognitif dan Seni, yang memiliki pengertian, tujuan

sebagai persiapan untuk menghadapi kehidupan sebenarnya.

6. Alat Peraga Edukatif

Kegiatan pembelajaran anak usia dini, alat permainan edukatif

memiliki peran cukup penting bagi anak usia dini, karena melalui alat

permainan edukatif ini kegiatan pembelajaran akan berlangsung dengan

lancar, menarik, kreatif, dan menyenangkan, sehingga dapat

mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran.

Istilah alat permainan edukatif memiliki dua makna pokok, yaitu

alat permainan dan edukatif. Alat permainan adalah semua alat yang

digunakan anak memenuhi naluri bermainnya. Adapun kata edukatif

mempunyai arti nilai-nilai pendidikan. Maka jika dipadukan alat

52
permainan edukatif ialah segala sesuatu yang dijadikan sebagai sarana

bermain yang sekaligus bermanfaat bagi perkembangan anak.

Menurut Mayke sebagaimana dikutip Badru Zaman alat permainan

edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk

kepentingan pendidikan. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan alat

peraga edukatif adalah setiap alat atau bentuk permainan yang dalamnya

mengandung nilai-nilai pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan

anak (Fadlillah, 2017: 56).

A. Pentingnya Alat Peraga Edukatif

Bagi anak-anak alat permainan edukatif sangat penting dan

bermanfaat bagi tumbuh kembang mereka. Tidak hanya menyangkut

fisik melainkan juga psikis, dengan menggunakan alat peraga edukatif,

semua itu bisa dikembangkan dengan mudah dan aktivitas yang

dilakukan anak adalah bermian, namun dalam bermian itu

sesungguhnya anak telah belajar. Bermainnya anak merupakan proses

belajarnya anak.

Ismail (2012: 139-140) beberapa hal yang menjadikan alasan

mengapa alat permainan edukatif penting bagi anak usia dini adalah:

1. APE dapat meningkatkan pemahaman terhadap totalitas kediriannya

atau mengembangkan kepribadian anak.

2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak dan menciptakan

kemampuan anak untuk hal-hal baru.

53
3. Meningkatkan kemampuan berpikir anak dan mempertajam

perasaan anak.

4. Memperkuat rasa percaya diri dan merangsang imajinasi dan

bahasa anak.

5. Meltih motorik halus dan motorik kasar

6. Membentuk moralitas dan ketrampilan anak

7. Mengembangkan sosialisasi dan membentuk spiritual anak.

Kegunaan bermian bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,

seperti kognitif, bahasa, imajinasi, kreativitas, sosial emosional, dan

spiritual. Namun secara umum pentingnya alat peraga edukatif bagi

anak usia dini dapat dilihat melalui seberapa manfaatnya alat permainan

tersebut bagi pertumbuhan dan perkembangan anak (Fadlillah, 2017:

62).

7. Media Ulat Angka

Charner (2012: 40), permainan ulat angka adalah melatih kemampuan

mengurutkan angka, belajar mengenali angka dan menyusun puzzle.

Permainan ulat angka merupakan suatu permainan tiruan yang berbentuk

seperti binatang ulat yang badannya berbentuk lingkaran untu melakukan

mengenal lambang bilangan 1-10.

Belajar angka merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi

keberhasilan anak di masa yang akan dating. Menurut Burns dan Larton

(2000:22) Kelompok matematika yang sudah di perkenalkan mulai dari

usia tiga tahun adalah kelompok bilangan (Aritmatika berhitung), pola dan

54
fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, grafik, estimasi, probabilitas,

pemecahan masalah.

Media ulat angka yang digunakan dalam pembelajaran anak uisa dini

untuk merangsang perkembangan kognitif khususnya pada kemampuan

berhitung 1-10. Media ulat angka yang dibuat oleh tangan dan karya

sendiri untuk itu ulat angka dapat mengikuti sesuai tema dan

perkembangan anak. diharapkan saat anak-anak melakukan permainan

tidak merasa jenuh dan bosan karena pembelajaran berhitung identik

dengan angka-angka saja, namun dengan alat peraga tersebut anak-anak

lebih tertarik, senang dan bersemangat dalam belajar sehingga kemampuan

berhitung 1-10 yang disampaikan berkembang dengan baik.

a. Alat dan Bahan

Kardus bekas, kertas lipat, karton, spidol, lem, double tape, tutup

botol

b. Cara membuat media ulat angka

1. Ambil kardus bekas kemudian potong, menjadi persegi panjang

2. Dilapisi kertas warna, supaya lebih menarik anak-anak

3. Setelah itu di tempel kertas origami yang berbentuk lingkaran,

bentuk seperti awan, rumput dan di tempel tutup botol bekas

yang sesuai jumlah angka

4. Setelah itu membuat bentuk yang seperti tabung dan di tulisi

angka 1-10, gunanya tabung menutupi tutup botol bekas yang

sesuai jumlahnya

55
5. Potong karton warna yang berukuran 25 cm dan berbentuk

lingkaran, karena buat melompat menuju ulat angka

6. Lubangi kedua sisi untuk membuat tempat digantung di tembok

c. Cara menggunakan media ulat angka

1. Jelaskan kepada anak tentang cara bermain ulat angka

2. Suruh anak melompat 3 lingkaran dan sambil menyebutkan

warna yang berada dalam lingkaran

3. Setelah anak melompat, anak langsung bermain ulat angka

dengan mengucapkan angka 1-10 sambil bernyanyi, setelah

bernyanyi, anak memilih angka, sambil menghitung banyaknya

tutup botol yang berada di dalam tabung atau badab ulat angka.

d. Tujuan media ulat angka

1. Meningkatkan minat anak untuk belajar

2. Memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran

3. Meningkatkan kemampuang berhitung 1-10 dengan baik

4. Memberikan gambaran seni kepada anak

e. Kelebihan media ulat angka

1. Bahan mudah di dapat

2. Bersifat mudah diingat

3. Dapat berguna untuk melatih aspek perkembangan motorik

kasar saat melompat lingkaran

4. Melatih aspek perkembangan kognitif saat berhitung angka 1-

10 dan menghitung banyaknya tutup botol

56
5. Melatih anak dalam bersosialisasi saat bergantian

f. Kekurangan media ulat angka

1. Proses pembuatan media lama

2. Memungkinkan menimbulkan kejenuhan saat menunggu

giliran bermain

3. Sangat perlu adanya pengawasan agar tidak salah langkah saat

bermain

B. Kajian Pustaka

Ada beberapa artikel skripsi yang memiliki kemiripan dengan skripsi

penulis. Diantarannya adalah:

1. Artikel Ockti Syafitri, Nila Firia. “Peningkatan Kemampuan Mengenal

Konsep Lambang Bilangan 1-10 Melalui Permainan Pohon Hitung pada

Anak Usia 4-5 Tahun di BKB PAUD Harapan Bangsa, Jurusan Pendidikan

Guru Anak Usia Dini, Fakultas Psikologi dan Pendidikan, Universitas Al

Azhar Indonesia. Berdasarkan hasil penilitian ini dapat dikatakan bahwa

mengenal konsep lambang bilangan bagi anak, dengan memberikan

stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan dan melalui media media pohon

hitung ini dapat mempermudah guru dalam memberikan materi

pembelajaran kepada anak seperti berhitung, mengenal angka, dan

mengenal bentuk angka dengan menggunakan metode bermain sesuai

dengan prinsip pembelajaran anak usia dini, selain itu mengenalkan

konsep lambang bilangan melalui permainan pohon hitung akan lebih

bermakna dan menyenangkan bagi anak.

57
2. Artikel Dias Syafitri Nurinta, Yasniwarti, Zaenal Muftie. “Upaya

Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1 Sampai 10 Melalui

Permainan Kartu Angka Pada Anak Usia Dini” di RA Nurul Amal,

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Berdasarkan hasil

penelitian ini dapat dikatakan bahwa kartu angka merupakan alat bermain

yang digunakan untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar

dan bertujuan untuk mempermudah anak dalam mengnal angka 1 sampai

10. Kartu angka yang bertulisan angka 1 sampai 10 mempunyai variasi

gambar, dan berwarna-warni dirancang untuk meningkatkan aspek kognitif

anak terutama dalam kemampuan mengenal angka 1 sampai 10.

Berdasarkan kedua penelitian di atas terdapat persamaan yaitu

sama-sama mengembangkan kemampuan berhitung anak, hanya saja

penggunaan media pembelajaran yang membedakan kedua penelitian

tersebut. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada

media yang digunakan pada penelitian pertama menggunakan media

pohon hitung ini dapat mempermudah guru dalam memberikan materi

pembelajaran kepada anak seperti berhitung, mengenal angka, dan

mengenal bentuk angka, dalam penelitian kedua dengan menggunakan

media Kartu angka yang bertulisan angka 1 sampai 10 mempunyai variasi

gambar, dan berwarna-warni dirancang untuk meningkatkan aspek

kognitif anak terutama dalam kemampuan mengenal angka 1 sampai 10.

Media ulat angka yang digunakan dalam penelitian ini dapat

mengembangkan beberapa kemampuan anak diantaranya adalah dapat

58
digunakan untuk pengembangan aspek kognitif dan motorik kasar,

mengembangkan kemampuan berhitung sambil bernyanyi, menghitung

banyaknya jumlah tutup botol, dan dapat melompat di dalam lingkaran

sambil mengucapkan warna.

59
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Lembaga

Profil atau identitas sekolah adalah sebagai berikut:

a. Nama Satuan PAUD TK Candra Puspita


b. Status Satuan PAUD Swasta
c. Nama Yayasan TIM Penegak PKK
Penyelenggara
d. Surat Keputusan / SK Nomor: 003/103.22/II/87
Tgl: 12 Mei 1987
e. Nomor SK Penetapan AHU-OO55594.AH.01.07 Tahun
Badan Hukum 2016
f. Nomor Akta Notaris 11
g. Alamat Satuan PAUD :
Jalan / Dusun Kyai Nur Wahid RT 02/RW 03
Kelurahan Kecandran
Kecamatan Sidomukti
Kota Salatiga
Provinsi Jawa Tengah
Kode Pos 50723
h. Nomor Ijin Operasional 003/I03.22/I/87
i. NPWP 00.599.266.4-505.000
j. NPSN 69819007
k. Waktu Penyelenggaraan Pagi
l. Kedudukan Dalam Gugus Imbas
m. Nama Kepala TK Nur Chalia Mufida, S.Pd
n. Nomor Tlp/Hp 0856 4031 7107

Data bersumber dari TK Candra Puspita

2. Visi, Misi dan Tujuan TK Candra Puspita

Adapun visi, misi, dan tujuannya yaitu:

60
a. Visi

Bersama dengan masyarakat membangun karakter anak menjadi

generasi yang unggul dalam prestasi, santun dalam prilaku, berbudi

luhur berdasarkan iman dan taqwa serta berakhlak mulia

b. Misi

1) Menumbuhkembangkan anak didik menjadi siswa yang cerdas,

kreatif, beriman dan berakhlak mulia serta siap memasuki

pendidikan dasar.

2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk

mengoptimalkan kemampuan yang didik.

3) Menumbuh kembangkan dalam perbuatan dan pengalaman

pribadatan.

4) Memberi keteladanan dalam perbuatan dan ucapan, sehingga

tercipta perilaku anak didik yang santun dan berbudi luhur.

5) Memberikan budi pekerti yang di landasi nilai agama dan budaya.

6) Membiasakan anak bersikap santun dalam segala kegiatan.

7) Mengembangkan daya kreatif, kecerdasan dan kompetensi

melalui kegiatan pembelajaran.

8) Menyiapkan anak didik yang memiliki kecakapan dalam

mengatur perilaku kesehariannya sesuai usianya.

61
c. Tujuan

1) Turut berpartisipasi dalam program pemerintah dibidang

pelayanan masyarakat khususnya dalam bidang pendidikan dan

sosial.

2) Membantu dan berpartisipasi pada pemerintah dalam membentuk

manusia Indonesia yang trampil, tangkas dan mampu mandiri.

3) Mempersiapkan anak didik untuk memasuki pendidikan dasar

dengan belajar sambal bermain.

4) Mengembangkan minat anak agar cerdas, kreatif, trampil mandiri

dan beriman.

3. Keadaan Siswa dan Guru

a. Data Nama Siswa

Siswa di TK Candra Puspita berjumlah 45 yang terbagi menjadi 2

kelas yaitu kelompok A dan kelompok B. Nama-nama siswa di TK

Candra Puspita sebagai berikut:

Tabel. 3.1 Data Nama Siswa Kelompok A

NO NAMA TTL

1. Al Salatiga, 15-07-2013

2. Tiq Salatiga, 09-06-2013

3. Znal Salatiga, 28-03-2013

4. Dla M Salatiga, 13-11-2012

5. Bma Kendal, 30-08-2013

6. Nta Salatiga, 02-05-2013

7. Dla S Salatiga, 03-09-2013

8. Fdil Salatiga, 01-02-2014

9. Bgs Salatiga, 15-12-2013

62
10. Bntg Salatiga, 23-06-2013

11. Cha Salatiga, 12-09-2014

12. Dvn Salatiga, 29-11-2013

13. Dwi Boyolali, 01-01-2014

14. Nla Salatiga, 08-04-2012

15. Farie Salatiga, 05-09-2014

16. Lky Salatiga, 26-10-2013

17. Syfa Salatiga, 27-05-2013

18. Rzki Salatiga, 01-06-2013

19. Dra Salatiga, 11-10-2013

20. Nya Salatiga, 18-08-2013

21. Slwa Salatiga, 12-12-2013

22. Tlita Salatiga, 12-12-2013

23. Zdni Magelang, 11-06-2013

Data bersumber dari TK Candra Puspita

Tabel. 3.2 Data Nama Siswa Kelompok B

NO NAMA TTL

1. Alf Salatiga, 21-05-2012

2. Amr Salatiga, 10-09-2012

3. Ans Kab. Semarang, 28-10-2012

4. Utm Salatiga, 30-04-2012

5. Bsm Semarang, 24-04-2012

6. Ad Kab. Semarang, 26-05-2013

7. Brn Salatiga, 14-09-2012

8. Dns Salatiga, 12-12-2012

9. Eln Salatiga, 21-04-2012

10. Hnf Salatiga, 22-02-2013

11. Ryhn Salatiga, 22-04-2012

12. Fdhl Salatiga, 26-01-2013

13. Nnd Salatiga, 15-04-2012

14. Ajk Salatiga, 12-03-2012

63
15. Rfq Salatiga, 08-04-2013

16. Slm Salatiga, 20-12-2012

17. Dhl Salatiga, 12-07-2012

18. Syf Salatiga, 15-01-2013

19. Bl Salatiga, 08-06-2013

20. Tni Salatiga, 10-07-2012

21. El Salatiga, 08-06-2013

22. Rnl Salatiga, 10-12-2012

Data bersumber dari TK Candra Puspita


b. Data Nama Guru

Data guru di TK Candra Puspita sebagai berikut:

Tabel. 3.3 Daftar Nama Guru TK Candra Puspita

NO NAMA TTL TMT


Kab. Semarang, 01-01-
1. Nur Chalia Mufida, S.Pd 01-11-2004
1985
Kab. Semarang, 19-09-
2. Sri Utami 01-07-2013
1975
Kab. Semarang, 06-07-
3. Aryana Wahyu S, S.Pd 23-07-2015
1995
Temanggung, 17-01-
4. Indah Setiyowati, S.Pd 23-07-2015
1996
5. Irna Isnaini Susanti Boyolali, 25-03-1997 01-08-2017

Data bersumber dari TK Candra Puspita

4. Struktur Kepengurusan

TK Candra Puspita berada di bawah naungan Perkumpulan

Taman Kanak-Kanak Candra Puspita yang beralamat di Jl. Kyai Nur

Wahid RT 02 RW 03 Karang Padang Kecandran Sidomukti Salatiga.

Pengurus Perkumpulan Taman Kanak-Kanak Candra Puspita, Di ketuai

64
oleh Hasbullah yang merupakan tokoh masyarakat setempat. Adapun

susunan pengurusnya sesuai SK Kemenkumham, di sekolah dapat dilihat

pada gambar sebagai berikut:

65
KEPALA SEKOLAH
Nur Chalia Mufida, S.Pd

BENDAHARA SEKRETARIS
Aryana Wahyu Safrita. S.Pd Indah Setiyowati. S.Pd

GURU KELOMPOK A GURU KELOMPOK B


Aryana Wahyu Safrita. S.Pd Sri Utami

GURU PENDAMPING GURU PENDAMPING


KELOMPOK A KELOMPOK B
Irna Isnaini Susanti Indah Setiyowati. S.Pd

TENAGA KEPENDIDIKAN
M. Sodiq Anwar

Gambar 3.1 Data Stuktur Kepengurusan


(Sumber dari TK Candra Puspita)

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 02 Mei 2019 sampai dengan

selesainya peneliti mendapatkan hasil sesuai dengan kemampuan yang

telah ditentukan. Penelitian dilaksanakan di TK Candra Puspita

Kecandraan Sidomukti Kota Salatiga pada kelompok siswa A.

66
C. Deskripsi Pra Siklus

Langkah pertama yang di lakukan peneliti melakukan permohonan

izin kepada sekolah dan wali kelas untuk melakukan penelitian di TK

tersebut dengan menyerahkan surat izin penelitian serta menjelaskan

pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.

Pelaksanaan pra siklus ini dilakukan untuk mengatahui

kemampuan awal anak sebelum di laksanakannya tindakan. Peneliti

melakukan pra tindakan pada waktu sebelum pelaksanaan siklus I yaitu

pada tanggal 02 Mei 2019, penelitian dalam dua Siklus yaitu, Siklus I pada

tanggal 08 Mei 2019 dan Siklus II pada tanggal 15 Mei 2019.

Peneliti melakukan pengamatan pra siklus untuk membandingkan

nilai yang diperoleh dari kemampuan awal sebelum tindakan yang

nantinya akan dibandingkan dengan nilai yang diperoleh setelah

diadakannya suatu tindakan kemampuan berhitung 1-10 dengan

menggunakan media ulat angka. Dengan adanya perbandingan antara nilai

sebelum tindakan dan setelah dilakukan tindakan maka diharapkan akan

terlihat lebih jelas suatu peningkatan sebelum dan sesudah dilakukan

tindakan.

Penelitian pra siklus ini menggunakan teknik tes dan menggunakan

kertas hvs bergambar ulat angka. Peneliti melakukan kegiatan menulis

angka dan mewarnai untuk mengetahui bagaimana tingkat dalam

berhitung, menulis angka dan mewarnai.

67
Tabel 3.4 Hasil Penilaian Pra Siklus

Menulis Jumlah
No Nama Berhitung Mewarnai Peresentase Kriteria
Angka Skor

1 Al 2 1 1 4 33,33% MB
2 Tiq 3 2 2 7 58,33% BSH
3 Znal 2 2 1 5 41,67% MB
4 Dla M 2 2 2 6 50% MB
5 Bma 1 1 2 4 33,33% MB
6 Nta 3 2 2 7 58,33% BSH
7 Dla S 2 1 2 5 41,67% MB
8 Fdil 2 1 1 4 33,33% MB
9 Bgs 3 2 2 7 58,33% BSH
10 Bntg 2 3 2 7 58,33% BSH
11 Cha 2 1 2 5 41,67% MB
12 Dvn 2 2 2 6 50% MB
13 Dwi 1 2 2 5 41.67% MB
14 Nla 0 0 0 0 0 -
15 Farie 1 1 1 3 25% BB
16 Lky 2 2 2 6 50% MB
17 Syfa 0 0 0 0 0 -
18 Rzki 2 1 1 4 33,33% MB
19 Dra 3 2 2 7 58,33% BSH
20 Nya 2 1 1 4 33,33% MB
21 Slwa 1 2 1 4 33,33% MB
22 Tlita 2 3 2 7 58,33% BSH
23 Zdni 0 0 0 0 0 -
Jumlah 107 44,58 MB
Keterangan:

Belum Berkembang (BB) antara 0% -25%

Mulai Berkembang (MB) antara 26% -50%

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) antara 51%- 75%

Berkembang Sangat Baik (BSB) antara 76% -100%

Hasil pembelajaran Pra Siklus yang di lakukan di TK Candra Puspita

Kecandran Sidomukti Kota Salatiga khususnya pada kelompok A pada hari

68
Kamis tanggal 02 Mei 2019 diperoleh bahwa dalam penilaian berhitung,

menulis angka, dan mewarnai mencapai 44,58% dari indikator yang

ditetapkan dalam pembelajaran yaitu 85%. Apabila dalam pembelajaran

belum mencapai indikator yang ditetapkan berarti pembelajaran pra siklus

belum berhasil dan dilanjutkan tindakan siklus I.

D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan saat

pembelajaran di semester II pada hari Rabu 8 Mei 2019 dari pukul 07.30-

10.30 WIB. Pembelajaran pada pertemuan pertama diikuti oleh 21 anak.

Kegiatan penelitian dilakukan sesuai dengan pembelajaran seperti

biasanya. Namun, pada kegiatan inti disisipkan kegiatan berhitung 1-10

dengan menggunakan media.

Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada Pra Pembelajaran.

a. Menyiapkan RPPH

b. Menyiapkan lembar kerja

c. Guru mengkondisikan anak agar tenang dan fokus

1) Siklus I

a) Pembukaan (45 menit)

(1) Kegiatan pembukaan guru membimbing anak berbaris di

depan kelas dengan rapi kemudian anak-anak masuk satu

persatu ke dalam kelas

(2) Guru memberikan tanda supaya anak dapat duduk rapi. Ketika

semua anak sudah duduk rapi guru memulai meminpin anak

69
dengan mengajak bernyanyi “Assalamualaikum” dan

menanyakan kabar pada pagi hari.

(3) Guru melakukan aperiasi untuk membangkitkan semangat

anak dan mengajak untuk melafalkan Pancasila dan

menyanyikan lagu kebangsaan.

(4) Guru memanggil satu anak yang sebelumnya sudah memimpin

berbaris untuk selanjutnya memimpin berdoa. Anak mulai

memimpin doa dengan hikmat dan rapi. Anak memimpin

dengan mengucapkan salam dan membaca doa.

(5) Setelah bedoa selesai peneliti memimpin ulang kegiatan awal

kegiatan, dengan mengajak anak bersama-sama untuk

membaca hadist, surat-surat pendek dan di teruskan dengan

asmaul husna.

b) Kegiatan senam (15 menit)

Kegiatan dilanjudkan dengan senam pagi bersama-sama.

Pagi itu anak-anak bersama guru melaksanakan senam “gemari”.

Senam pagi di awali dengan gerakan pemanasan sederhana yang

dipimpin oleh guru kelas, dengan penuh semangat anak-anak

mengikuti gerakan sesuai dengan hitungan dan irama musik. Anak-

anak mengikuti dengan penuh semangat dari awal hingga akhir

kegiatan senam.

c) Kegiatan inti (60 menit)

70
(1) Guru menunjukkan Alat Permainan Ulat Angka dan bertanya

tentang seputar permainan dan alat-alat penunjang permainan.

Kemudian guru menyampaikan bagaimana tata cara beserta

tata tertib bermain dalam permainan ulat angka. Dan

mengingatkan agar tetap tertib dalam permainan dan mengikuti

permainan sampai selesai.

(2) Setelah itu sebelum permainan dimulai terlebih dahulu

membaca Basmallah. Lalu guru mengajak anak-anak untuk

berhitung bersama-sama, kemudaian menyanyikan lagu

“Angka”. Sambil bernyanyi anak-anak diajak untuk

menunjukkan jari tangannyasebanyak bilangan ang disebutkan.

Lagu yang dinyanyika dalam pertemuan pertama ini adalah: “

one satu, two dua, three tiga, four empat, five lima, six enam,

seven tujuh, eight delapan, nine sembilan, ten sepuluh.

(3) Guru mengambil media ulat angka dan bentuk lingkaran

warna, anak-anak diajak menebak angka dan bentuk lingkaran

warna.

(4) Guru menerangkan bagaimana cara memainkan dengan

menggunakan media ulat angka yaitu, dengan mengambil

media ulat angka yang tertulis bilangan dari 1-10 dan lingkaran

warna, lalu guru mencontohkan dengan melompat lingkaran

dan menyebutkan warna, setelah itu anak berhitung sambil

71
bernyanyi 1-10, setelah bernyanyi anak memilih angka dan

berhitung banyaknya buah yang berada di dalamnya.

(5) Anak-anak mempraktekkan jalannya permainan ulat angka

dimulai dengan urutan absensi kelas. Anak yang dipanggil

namanya mulai meloncat di dalam lingkaran warna sambil

menyebutkan warna dan berhitung sambil bernyanyi 1-10,

setelah bernyanyi anak memilih angka dan berhitung

banyaknya buah yang berada di dalamnya.

(6) Semua anak sudah mendapatkan giliran, permainan telah usai.

Guru mengajak anak untuk membereskan alat main yang sudah

digunakan dan duduk ke tempat semula.

(7) Guru menanyakan persaan anak-anak setelah bermain ulat

angka. Guru menutup permainan ulat angka dengan

menyanyikan kembali lagu angka. Kemudian membaca

Hamdalah bersama-sama.

(8) Guru membagikan lembar tugas yang harus dikerjakan anak.

(9) Guru menguatkan konsep permainan ulat angka terutama

mengenal angka, urutan angka, dan menghitung banyaknya

benda.

(10) Guru memberikan pujian dengan memberikan nilai bintang

kepada anak yang sudah mau mengikuti permainan ulat angka

dan sebagai motivasi pada anak.

72
(11) Anak membaca doa masuk kamar mandi untuk mencuci

tangan dan dilanjutkan dengan membaca doa keluar dari kamar

mandi.

d) Istirahat (30 menit)

Guru mengawasi anak-anak yang sedang bermain. Bermain

dilakukan didalam kelas maupun diluar kelas.

e) Penutup (30 menit)

Pada kegiatan akhir ini guru mengajak anak untuk tanya jawab

tentang kegiatan yang sudah dilakukan. Mengajak anak-anak

bernyanyi tentang “Angka” dan tepuk semangat. Guru

menyampaikan kegiatan untuk esok hari, dan dilanjudkan membaca

doa, janji pulang sekolah dan doa berpergian serta doa naik

kendaraan. Dan kegiatan di tutup dengan salam.

Demikian proses pembelajaran pada Siklus I.

d. Pengamatan

Pengamatan dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Dalam

penelitian ini pengamat berkolabolator dengan guru kelas. Pengamatan

terhadap jalannya pembelajaran mencakup aktivitas, perhatian dan

motivasi siswa. Permainan ulat angka ini yang akan dituangkan dalam

observasi dengan menggunakan media ulat angka dengan berpedoman

pada 3 komponen, yaitu melompat dengan mengucapkan warna,

bernyanyi angka 1-10 dan berhitung. Selain kegiatan anak peneliti juga

mengamati aktivitas yang dilakukan guru di dalam pembelajaran.

73
e. Refleksi

Guru melakukan refleksi dan evaluasi mengenai keberhasilan

tindakan yang telah dilakukan di kelas. Berdasarkan hasil refleksi, dapat

diketahui kelemahan atau kekurangan kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru pada Siklus I, sehingga hal tersebut dapat

digunakan untuk menentukan tindakan kelas berikutnya.

Ada beberapa kendala yang dihadapi saat tindakan kelas di Siklus I

dan peneliti berusaha unuk mencari solusi untuk mengatasi kendala

yang dihadapi.

Apapun beberapa kendala yang dihadapi antara lain:

1. Ada bebrapa anak yang bercanda dan mengobrol dengan temannya

2. Beberapa anak kurang memperhatikan saat guru menjelaskan tata

tertib dan jalannya pembelajaran

3. Ada beberpa anak yang tidak mau mengikuti permainan karena

malu dan badmood.

Cara mengatasi kendala yang muncul

1. Mengkondisikan anak agar memperhatikan dan sesekali mengajak

melakukan tepuk konsentrasi

2. Memberikan motovasi pada anak agar mau mengikuti permainan

dan mengajak anak untuk melakukan tepuk semangat.

Dari hasil analisis tersebut peneliti dan kolaborator merasa

bahwa hasil peneliti belum maksimal, oleh karena itu peneliti dan guru

membuat perencanaan untuk tindakan selanjutnya. Di Siklus II yang

74
akan dilakukan peneliti dan kolaborator berharap kemampuan berhitung

pada anak kelompok A dapat mengalami peningkatan.

E. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Pada siklus II tindakan kelas yang akan dilakukan pada tanggal 15 Mei

2019

Adapun pelaksanaan pada Siklus II adalah sebagai berikut:

a. Perncanaan

1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

2. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan yaitu

media Ulat Angka

3. Menyiapkan instrumen pengamatan berupa panduan observasi

untuk mengetahui kemampuan berhitung permulaan pada anak

dan aktivitas guru dalam pembelajaran.

4. Menyiapkan lembar tugas untuk anak

5. Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan setiap kegiatan

pembelajaran.

b. Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan Siklus II dilakukan pada hari rabu tanggal 15 Mei

2019 pukul 07.30-10.30. Peneliti melaksanakan siklus II dengan guru

kelas dengan tehnik yang sama namun dengan bentuk yang berbeda.

Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan pada Pra Pembelajaran

1) Menyiapkan RPPH

2) Menyiapkan lembar kerja

75
3) Guru mengkondisikan agar anak tetap tenang dan fokus

1. Siklus II

a. Kegiatan Pembukaan (45 menit)

1. Kegiatan pembukaan guru membimbing anak berbaris di depan

kelas dengan rapi kemudian anak-anak masuk satu persatu ke

dalam kelas

2. Guru memberikan tanda supaya anak dapat duduk rapi. Ketika

semua anak sudah duduk rapi guru memulai meminpin anak

dengan mengajak bernyanyi “Assalamualaikum dan Indonesia

Raya” dan menanyakan kabar pada pagi hari.

3. Guru melakukan aperiasi untuk membangkitkan semangat anak

dan mengajak untuk melafalkan Pancasila dan menyanyikan

lagu kebangsaan.

4. Guru memanggil satu anak yang sebelumnya sudah memimpin

berbaris untuk selanjutnya memimpin berdoa. Anak mulai

memimpin doa dengan hikmat dan rapi. Anak memimpin

dengan mengucapkan salam dan membaca doa.

5. Setelah doa selesai peneliti memimpin ulang kegiatan awal

kegiatan, dengan mengajak anak bersama-sama untuk

membaca hadist, surat-surat pendek dan di teruskan dengan

asmaul husna.

76
b. Kegiatan senam (15 menit)

Pada pagi itu peneliti, guru serta anak-anak melakukan senam

“Sehat Ceria” dengan diawali pemanasan yang dipimpin oleh guru,

c. Kegiatan inti (60 menit)

1. Setelah berdoa guru mengajak anak berdiri sambil memegang

tangan temannya, lalu berjalan memutar dan bernyanyi

lingkaran besar, setelah bernyanyi, guru memanggil anak satu

persatu untuk duduk di bangkunya masing-masing.

2. Guru mengajak anak anak untuk terlebih dahulu membaca

Basmallah kemudian menyanyikan lagu “Angka”,sambil

bernynyi dan anak-anak diajak untuk menunjukkan jari-jari

tangannya sebanyak bilangan yang disebutkan.

Anak-anak mulai mempraktekkan jalannya permainan ulat

angka dimulai dari anak yang duduknya anteng. Anak yang

dipanggil namanya mulai melompat lingkaran warna sambil

menyebutkan warna yang berada dalam lingkaran setelah itu

bernyanyi sambil berhitung angka 1-10, setelah bernyanyi anak

memilih angka dan berhitung banyaknya buah yang berada di

dalamnya. Hal ini anak mengetahui angka dan jumlah

banyaknya benda.

3. Semua anak sudah mendapat giliran, permainan telah usai.

Guru mengajak anak untuk membersihkan alat main yang

sudah digunakan dan duduk ke tempat seperti semula.

77
4. Guru menanyakan perasaan anak-anak setelah bermain media

ulat angka. Guru menutup permainan Ulat Angka dengan

menyanyikan kembali lagu “Angka”.

5. Guru membagikan lembar tugas anak. setelah selesai anak-anak

mengerjakan lembar tugas, dan dikumpulkan, lalu guru

bertanya pada anak-anak tentang apa saja kegiatan yang sudah

dilakukan.

6. Guru menguatkan konsep permainan ulat angka terutama

mengenal angka, berhitung, mengurutkan angka dan

menghitung banyaknya benda.

7. Guru memberikan pujian dan bintang pada anak yang sudah

mau mengikuti permainan ulat angka dan sebagai motivasi

pada anak.

8. Anak membaca doa masuk kamar mandi untuk mencuci tangan

dan dilanjudkan dengan membaca doa keluar dari kamar

mandi.

d. Istirahat (30 menit)

Guru mengawasi anak-anak yang sedang bermain. Bermain

dilakukan didalam kelas maupun diluar kelas.

e. Penutup (30 menit)

Kegiatan akhir guru mengajak anak untuk tanya jawab

tentang kegiatan yang sudah dilakukan. Mengajak anak-anak

menyanyi lagu”Angka”, dan tepuk semangat. Guru menyampaikan

78
kegiatan untuk esok hari, dan dilanjudkan membaca doa, janji

pulang sekolah dan doa berpergian serta doa naik kendaraan. Dan

kegiatan di tutup dengan salam.

Demikian proses pembelajaran pada Siklus II.

c. Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan guru saat permainan ulat

angka berlangsung berkolaborasi dengan guru kelas. Pada kegiatan

permainan ulat angka anak sudah mengalami peningkatan dari pra

siklus dan siklus I. Anak terlihat sudah memahami angka,

mengurutkan angka sambil bernyanyi dan menghitung banyakya

benda. Anak terihat tertarik dengan permainan ulat angka, karena

menggunakan media yang sangat menarik dengan berbentuk seperti

ulat yang ada angkanya dan sesuai dengan tema pada siklus II.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I dan II berjalan

dengan baik. Peneliti menganalisis bersama dengan guru bahwa

pada siklus II mengalami peningkatan yang jauh lebih baik dari

sebelumnya dan memenuhi indikator yang telah ditentukan. Anak-

anak lebih antusias dalam belajarnya. Anak-anak yang semula

semula suka mengobrol dan bermain sendiri sekarang lebih fokus

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui permainan ulat

angka. Hal ini terlihat bahwa siklus I dan siklus II mengalami

peningkatan.

79
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus

1. Ketentuan Penilaian dan Pengelolaan Data

Penilaian yang akan dituangkan pada lembar kerja siswa berupa

syimbol bintang yang nantinya akan diubah menjadi data yang bersifat

angka atau kualitatif dan akan diolah dalam bahasa kualitatif, sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Ketentuan penilaian kemampuan berhitung 1-10

dengan menggunakan media ulat angka

Skor/
Simbol Bintang Kategori Kriteria/ketentuan
Nilai

Jika anak mencoba,


Belum kurang tepat atau anak
1 Berkembang tidak mau mencoba.
(BB)

Mulai Jika anak bisa dengan


2 Berkembang bantuan meniru teman
(MB)
Berkembang Jika anakmelakukannya
3 Sesuai dengan mandiri dan
Harapan konsisten tanpa harus
(BSH) dicontohkan guru
Berkembang Jika anak bisa tanpa
4 Sangat Baik bantuan dan bisa
(BSB) membantu teman yang
belum bisa.

80
Adapun kegiatan yang diamati penelitian selama pembelajaran di

tiap siklus adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Indikator Pencapaian Perkembangan

Indikator Pencapaian Siklus Siklus


No Kegiatan yang dinilai
Perkembangan I II
Mengucapkan warna
 
1. Mengidentifikasi warna yang berada dalam
lingkaran
Bernyanyi dan  
2. Bernyanyi angka 1-10
mengurutkan angka 1-10
Berhitung angka 1-10  
3. Berhitung angka 1-10
dan banyaknya benda

Dalam penentuan indikator keberhasilan untuk mengembangkan

kemampuan kognitif anak dengan kegiatan permainan ulat angka, maka

diputuskan indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran anak

mampu dan mencapai hasil yang lebih.

Nilai hasil belajar siswa kelompok A di TK Candra Puspita

Kecandran indikatornya sebesar 85% dan penilaian menggunakan

simbol bintang 1-4. Untuk menghitung data terhadap anak dilakukan

beberapa tahap seperti Mulyasa (2009:101) yaitu:

1. Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir muatan.

2. Menghitung persentase peningkatan permainan berhitung pada

anak.

3. Persentase pencapaian kemampuan permainan berhitung pada

anak rumusnya adalah:

Jumlah Skor Maksimum= Skor maksimum butir muatan x Jumlah butir amatan

81
Persentase Keberhasilan Kelas= Total persentase pencapaian kelas x 100%
Jumlah siswa

Persentase Pencapaian Anak= Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%
Jumlah skor maksimum

4. Penelitian pada setiap siklus akan berhasil bila kemampuan

anak sudah mencapai persentase yang telah ditentukan.

Dari hasil perhitungan yang telah diperoleh, selanjutnya

diinterpretasikan ke dalam 4 kriteria interpretasinya adalah sebagai

berikut:

1. Kriteria Belum Berkembang (BB) antara 0%-25%

2. Kriteria Mulai Berkembang (MB) antara 26%-50%

3. Kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH) antara 51%-75%

4. Kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB) antara 76%-100%

2. Data Hasil Penelitian Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data, dan

pengelolaan pada siklus I bahwa hasil yang diperoleh dalam

mmeningkatkan kemampuan kognitif pada kegiatan permainan ulat angka

sebagai berikut:

82
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Siklus I

Mengidentif Bernyanyi Berhitung Jumlah


No Nama Peresentase
ikasi Warna angka 1-10 1-10 Skor
2
1 Al 2 2 6 50%
2 Tiq 2 3 3 8 66,67%
3 Znal 2 3 2 7 58,33%
4 Dla M 3 2 3 8 66,67%
5 Bma 2 2 2 6 50%
6 Nta 4 4 3 11 91,67%
7 Dla S 3 3 2 8 66,67%
8 Fdil 2 3 2 7 58,33%
9 Bgs 4 3 4 11 91,67%
10 Bntg 3 4 4 11 91,67%
11 Cha 3 2 2 7 58,33%
12 Dvn 2 3 3 8 66,67%
13 Dwi 2 3 2 7 58,33%
14 Nla 2 3 2 7 58,33%
15 Farie 2 2 2 6 50%
16 Lky 3 3 2 8 66,67%
17 Syfa 4 4 3 11 91,67%
18 Rzki 2 2 3 7 58,33%
19 Dra 2 3 3 8 66,67%
20 Nya 0 0 0 0 0
21 Slwa 3 3 2 8 66,67%
22 Tlita 3 4 3 10 58,33%
23 Zdni 2 3 3 8 66,67%
Jumlah 178 64,49%

Keterangan:

Jumlah Skor Maksimum= Skor maksimum butir muatan x Jumlah butir muatan

= 4 x 3= 12

Jumlah Skor yang dicapaitiap amatan


Nama Anak = ×100
Jumlah Skor maksimum
%

83
6
Contoh: Ali = ×100 %=50 %
12

Seluruh Anak yang hadir = 22

Sm = 12 x 22= 264

Total presentase pencapaian kelas


Peresentase Keberhasilan Kelas = ×100
Jumlah Kelas

178
Keberhasilan Kelas = × 100 %=67,42 %
264

Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa

permainan ulat angka pada siklus I, anak yang berada pada kriteria MB

ada 3 anak, kriteria BSH ada 15 anak. Rata-rata Permainan Ulat Angka di

kelompok A TK Candra Puspita diperoleh rata-rata 67,42% sehingga

berada kriteria BSH (Berkembang Sesuai Harapan).

Tabel 4.4 Data Perkembangan Permainan Ulat Angka

No Nama Persentase Indikator


Status Pencapaian
Pencapaian Keberhasilan
1. Al 50% 85 % Mulai Berkembang
Berkembang Sesuai
2. Tiq 66,67% 85 %
Harapan
Berkembang Sesuai
3. Znal 58,33% 85 %
Harapan
Berkembang Sesuai
4. Dla M 66,67% 85 %
Harapan
5. Bma 50% 85 % Mulai Berkembang
6. Nta 91,67% 85 % Berkembang Sangat

84
Baik
Berkembang Sesuai
7. Dla S 66,67% 85 %
Harapan
Berkembang Sesuai
8. Fdil 58,33% 85 %
Harapan
Berkembang Sangat
9. Bgs 91,67% 85 %
Baik
Berkembang Sangat
10. Bntg 91,67% 85 %
Baik
Berkembang Sesuai
11. Cha 58,33% 85 %
Harapan
Berkembang Sesuai
12. Dvn 66,67% 85 %
Harapan
Berkembang Sesuai
13. Dwi 58,33% 85 %
Harapan
Berkembang Sesuai
14. Nla 58,33% 85 %
Harapan
15. Farie 50% 85 % Mulai Berkembang
Berkembang Sesuai
16. Lky 66,67% 85 %
Harapan
Berkembang Sangat
17. Syfa 91,67% 85 %
Baik
Berkembang Sesuai
18. Rzki 58,33% 85 %
Harapan
Berkembang Sesuai
19. Dra 66,67% 85 %
Harapan
20. Nya 0 85 % -
Berkembang Sesuai
21. Slwa 66,67% 85 %
Harapan
Berkembang Sesuai
22. Tlita 58,33% 85 %
Harapan
Berkembang Sesuai
23. Zdni 66,67% 85 %
Harapan

Keterangan:

Belum Berkembang (BB) ntara 0%-25%

Mulai Berkembang (MB) antara 26%-50%

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) antara 51%-75%

Berkembang Sangat Baik (BSB) antara 76%-100%

85
Berdasarkan hasil tersebut maka pada Siklus I belum berhasil

maksimal karena 19 anak hasil penilaian masih di bawah indikator

keberhasilan yaitu 85%. Kurangnya keberhasilan ini anak masih bercanda

dan mengobrol dengan temannya, anak kurang memperhatikan saat guru

menjelaskan tata tertib dan jalannya pembelajaran dan ada anak yang

enggan mengikuti permainan karena malu dan badmood. Peningkatan dari

rata-rata pencapaian peresentase pada pra siklus sebesar 44,58% dan pada

siklus I sebesar 67,42%, hal ini dapat disimpulkan bahwa dari pra siklus

dan sikus I mengalami peningkatan.

3. Lembar Pengamatan Guru dan Siswa Siklus I

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh wali kelas kelompok A

yaitu Ibu ana selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I

dapat diketahui melalui tabel berikut:

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I

Skor
No Aspek yang diamati
1 2 3 4
1. Persiapan guru dalam mengajar
a. Guru mempersiapkan RPPH ˅

b. Guru mempersiapkan media pembelajaran ˅


c. Guru mempersiapkan setting kelas untuk ˅
pembelajaran
d. Guru mempersiapkan siswa secara fisik dan mental ˅
lewat kegiatan gerak dan lagu
2. Penyampaian Pembelajaran
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran ˅
b. Guru memotivasi siswa ˅
c. Guru menjelaskan materi pembelajaran ˅
d. Pembelajatan dilaksanakan secara sistematis ˅
e. Petunjuk-petunjuk pembelajaran dilsampaikan ˅
dengan singkat
f. Materi pembelajaran disesuaikan dengan tingkat ˅
86
perkembangan siswa
g. Selama proses pembelajaran guru memberikan ˅
kesempatan untuk bertanya kepada siswa
h. Guru memberikan jawaban yang sesuai ketika ada ˅
siswa bertanya
3. Pelaksanaan Pembelajaran
a. Pembelajaran dilakukan tidak monoton /sesuai tema ˅
b. Jika terjadi “gaduh” guru bisa mengambil tindakan ˅
yang tepat
c. Menggunakan media pembelajaran yang bervariasi ˅
menggunakan media asli, gambar dan awet
d. Membimbing siswa dalam kegiatan pengamatan ˅
e. Membimbing siswa dalam kegiatan diskusi ˅
4. Penutup
a. Melaksanakan evaluasi pembelajaran ˅
b. Memberi penghargaan/ penguatan kepada siswa ˅
c. Mampu mengelola waktu selama proses ˅
pembelajaran
d. Menutup pembelajaran ˅
Jumlah Skor 60

Rata-rata hasil pengamatan guru Siklus I

Presentase Nilai Rata-Rata


( 60 ) Jumlah Skor
¿ X 100 %
( 84 ) Skor Maksimal

= 71,42%

Taraf Keberhasilan:

90%-100%: Sangat Baik

80%-90%: Baik

70%-80%: Cukup

60%-70%: Kurang
0%-60%: Sangat Kurang
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I
No Aspek Pengamatan Skor
1 2 3 4

87
1. Siswa menjawab salam dengan semangat ˅
2. Siswa merespon panggilan presensi dari guru ˅
3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru ˅
4. Siswa semangat dan aktif mengikuti pembelajaran ˅
dan bermain ulat angka dengan baik
5. Anak mampu bekerja sama dengan teman ˅
6. Memiliki sikap menghargai orang lain ˅
Jumlah Skor 18

Rata-rata pengamatan terhadap siswa Siklus I


( 18 ) Jumlah Skor
Presentase Nilai Rata-Rata ¿ X 100 %
( 24 ) Skor Maksimal

= 75%
Taraf Keberhasilan:

0%-25%: Belum Berkembang

26%-50%: Mulai Berkembang

51%-75%: Berkembang Sesuai Harapan

76%-100%: Berkembang Sangat Baik

Berdasarkan tabel diatas, maka diketahui bahwa rata-rata hasil pengamatan

guru terhadap model pengajaran peneliti sebesar 71,42% yang dapat diartikan

cukup dan rata-rata hasil pengamatan guru terhadap siswa sebesar 75% yang dapat

diartikan Berkembang Sesuai Harapan. Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa

aspek sudah dapat dikatan baik namun ada beberapa aspek yang belum, maka

perlu adanya perbaikan pada Siklus II.

4. Refleksi

Tahap akhir dari siklus pertama ini, peneliti dapat menemukan beberapa

keberhasilan yang dicapai, diantaranya:

1. Sebagian besar siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru.

2. Sebagian siswa dapat menjawab soal-soal yang diberikan guru


88
3. Sebagian siswa mengikuti proses pembelajaran

Walaupun sudah ada beberapa keberhasilan dalam pembelajaran

namun masih ada banyak kekurangan dalam pembelajaran tersebut,

diantaranya:

1. Beberapa siswa kurang memperhatikan saat guru menjelaskan tata tertib

dan jalannya pembelajaran

2. Ada beberapa siswa yang tidak mau mengikutipermainan karena malu dan

badmood.

3. Ada beberapa siswa yang bercanda dan mengobrol dengan temannya.

Untuk mengatasi kekurangan Siklus I peneliti melakukam ide

perbaikan.hal ini dilakukansupaya pada sikls berikutnya tidak terjadi

kekurangan yang sama, diantaranya:

1. Guru lebih terampil dalam mengkondisikan anak

2. Memberikan motivasi pada anak agar mau mengikuti permainan dan

mengajak anak untuk melakukan tepuk semangat

3. Mengkondisikan agar anak memperhatinkan dan sesekali mengajak

melakukan tepuk konsentrasi

4. Menemukan strategi yang dapat menarik perhatian anak.

2. Data Hasil Penilaian Siklus II

1. Data Hasil Pengamatan Siklus II

Nilai hasil belajar siswa kelompok A di TK Candra Puspita

Kecandran indikatornya sebesar 85% dan penilaian menggunakan

89
simbol bintang 1-4. Untuk menghitung data terhadap anak dilakukan

beberapa tahap seperti Mulyasa (2009:101) yaitu:

1. Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir muatan.

2. Menghitung persentase peningkatan permainan berhitung pada

anak.

3. Persentase pencapaian kemampuan permainan berhitung pada

anak rumusnya adalah:

Jumlah Skor Maksimum= Skor maksimum butir muatan x Jumlah butir amatan

Persentase Keberhasilan Kelas= Total persentase pencapaian kelas x 100%


Jumlah siswa

Persentase Pencapaian Anak= Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%
Jumlah skor maksimum

Berdasarkan hasil dari pengamatan data, dan pengelolaan pada

siklus I bahwa hasil yang diperoleh dalam peningkatan permainan ulat

angka sebagai berikut:

Tabel. 4.7 Hasil Penilaian Siklus II

Mengidentifi Bernyanyi Berhitung Jumlah Peresentase


No Nama
kasi Warna angka 1-10 1-10 Skor pencapaian
1. Al 3 3 3 9 75%
2. Tiq 4 4 4 12 100
3. Znal 4 3 4 11 91,67%
4. Dla M - - - - -
5. Bma 3 3 3 9 75%
6. Nta 4 4 4 12 100%
7. Dla S 4 4 4 12 100%
90
8. Fdil 4 4 3 11 91,67%
9. Bgs 4 4 4 12 100%
10. Bntg 4 4 4 12 100%
11. Cha 4 4 3 11 91,67%
12. Dvn 4 4 4 12 100%
13. Dwi 4 3 4 11 91,67%
14. Nla 4 4 4 12 100%
15. Farie 3 3 3 9 75%
16. Lky 4 4 4 12 100%
17. Syfa 4 4 4 12 100%
18. Rzki 4 3 4 11 91,67%
19. Dra 4 4 4 12 100%
20. Nya 3 4 4 11 91,67%
21. Slwa 4 3 4 11 91,67%
22. Tlita 4 4 4 12 100%
23. Zdni 4 4 3 11 91,67%
Jumlah 247 89,49%

Keterangan:

Jumlah Skor Maksimum= Skor maksimum butir muatan x Jumlah butir muatan

4 x 3= 12

Jumlah Skor yang dicapaitiap amatan


Nama Anak = ×100
Jumlah Skor maksimum

91
12
Contoh: Nta= ×100 %=100 %
12

Seluruh Anak yang hadir = 22

Persentase Keberhasilan Kelas =

Total Persentase pencapaian kelas


× 100 %
Jumlah Kelas

247
Keberhasilan Kelas = × 100 %=93,56 %
264

Sm = 12 x 22= 264

247
Keberhasilan Kelas = × 100 %=93,56 %
264

Berdasarkan data pada tabel di atas dijelaskan bahwa pada kegiatan

permainan ulat angka untuk meningkatkan kognitif anak pada siklus II,

bahwa anak yang berasa pada kriteria BSH ada 3 anak. Rata-rata

Permainan Ulat Angka di kelompok A TK Candra Puspita pada siklus II

diperoleh rata-rata sebesar 93,56% sehingga berada kriteria BSB

(Berkembang Sangat Baik).

Tabel 4.8 Data Perkembangan Permainan Ulat Angka

Presentase Indikator
No Nama Status Pencapaian
Pencapaian Keberhasilan
Berkembang
1. Al 75% 85%
Sesuai Harapan

92
Berkembang
2. Tiq 100% 85%
Sangat Baik
Berkembang
3. Znal 91,67% 85%
Sangat Baik
4. Dla M - 85% -
Berkembang
5. Bma 75% 85%
Sesuai Harapan
Berkembang
6. Nta 100% 85%
Sangat Baik
Berkembang
7. Dla S 100% 85%
Sangat Baik
Berkembang
8. Fdil 91,67% 85%
Sangat Baik
Berkembang
9. Bgs 100% 85%
Sangat Baik
Berkembang
10. Bntg 100% 85%
Sangat Baik
Berkembang
11. Cha 91,67% 85%
Sangat Baik
Berkembang
12. Dvn 100% 85%
Sangat Baik
Berkembang
13. Dwi 91,67% 85%
Sangat Baik
Berkembang
14. Nla 100% 85%
Sangat Baik
Berkembang
15. Farie 75% 85%
Sesuai Harapan
Berkembang
16. Lky 100% 85%
Sangat Baik
Berkembang
17. Syfa 100% 85%
Sangat Baik
Berkembang
18 Rzki 91,67% 85%
Sangat Baik
Berkembang
19. Dra 100% 85%
Sangat Baik
Berkembang
20. Nya 91,67% 85%
Sangat Baik
Berkembang
21. Slwa 91,67% 85%
Sangat Baik
Berkembang
22. Tlita 100% 85%
Sangat Baik
Berkembang
23. Zdni 91,67% 85%
Sangat Baik

Keterangan:

93
Belum Berkembang (BB) antara 0%-25%

Mulai Berkembang (MB) antara 26%-50%

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) antara 51%-75%

Berkembang Sangat Baik (BSB) antara 76%-100%

Berdasarkan hasil siklus II bahwa anak sudah mencapai

kriteria keberhasilan 85% yang berada pada kriteria BSH, dan hasil

3 anak masih di bawah kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan

berada pada kriteria BSH namun belum mencapai 85%. Maka pada

siklus II dapat disimpulkan bahwa penelitian sudah berhasil karena

rata-rata hasil penelitian sudah mencapai kreteria keberhasilan

yaitu 85%. Dan tidak perlu melakukan perbaikan.

2. Lembar Pengamatan Guru dan Siswa Siklus II

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh wali kelas kelompok A yaitu

ibu Ana selama proses pembelajaran berlangsung pada Siklus II dapat

diketahui melalui tabel berikut:

Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Guru Siklus II

No Aspek yang diamati Skor


1 2 3 4
1. Persiapan guru dalam mengajar
a. Guru mempersiapkan RPPH ˅

b. Guru mempersiapkan media pembelajaran ˅


c. Guru mempersiapkan setting kelas untuk ˅
pembelajaran
d. Guru mempersiapkan siswa secara fisik dan mental ˅
lewat kegiatan gerak dan lagu
2. Penyampaian Pembelajaran ˅
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Guru memotivasi siswa ˅
c. Guru menjelaskan materi pembelajaran ˅

94
d. Pembelajatan dilaksanakan secara sistematis ˅
e. Petunjuk-petunjuk pembelajaran dilsampaikan dengan ˅
singkat
f. Materi pembelajaran disesuaikan dengan tingkat ˅
perkembangan siswa
g. Selama proses pembelajaran guru memberikan ˅
kesempatan untuk bertanya kepada siswa
h. Guru memberikan jawaban yang sesuai ketika ada ˅
siswa bertanya
3. Pelaksanaan Pembelajaran
a. Pembelajaran dilakukan tidak monoton /sesuai tema ˅
b. Jika terjadi “gaduh” guru bisa mengambil tindakan ˅
yang tepat
c. Menggunakan media pembelajaran yang bervariasi ˅
menggunakan media asli, gambar dan awet
d. Membimbing siswa dalam kegiatan pengamatan ˅
e. Membimbing siswa dalam kegiatan diskusi ˅
4. Penutup
a. Melaksanakan evaluasi pembelajaran ˅
b. Memberi penghargaan/ penguatan kepada siswa ˅
c. Mampu mengelola waktu selama proses pembelajaran ˅
d. Menutup pembelajaran ˅
Jumlah Skor 75

Rata-rata hasil pengamatan guru Siklus II

( 75 ) Jumlah Skor
Peresentase Nilai Rata-Rata ¿ X 100 %
( 84 ) Skor Maksimal

= 89,28%

Taraf Keberhasilan:

90%-100%: Sangat Baik

80%-90%: Baik

70%-80%: Cukup

60%-70%: Kurang
0%-60%: Sangat Kurang
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II

95
No Aspek Pengamatan Skor
1 2 3 4
1. Siswa menjawab salam dengan semangat ˅
. Siswa merespon panggilan presensi dari guru ˅
3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru ˅
4. Siswa semangat dan aktif mengikuti pembelajaran ˅
dan bermain ulat angka dengan baik
5. Anak mampu bekerja sama dengan teman ˅
6. Memiliki sikap menghargai orang lain ˅
Jumlah Skor 24
Rata-rata hasil pengamatan terhadap siswa Siklus II

( 24 ) Jumlah Skor
Peresentase Nilai Rata-Rata ¿ X 100
( 24 ) Skor Maksimal

= 100%
Taraf Keberhasilan:

0%-25%: Belum Berkembang

26%-50%: Mulai Berkembang

51%-75%: Berkembang Sesuai Harapan

76%-100%: Berkembang Sangat Baik

Berdasarkan tabel tersebut diatas, maka diketahui bahwa rata-rata hasil

pengamatan guru terhadap model pengajaran peneliti sebesar 89,28% yang dapat

diartikan Baik. Dan rata-rata hasil pengamatan guru terhadap siswa sebesar 100%

yang dapat diartikan BSB. Berdasarkan pengamatan, beberapa aspek sudah

banyak mengalami peningkatan dari Siklus I.

3. Refleksi

Berdasarkan pada lembar hasil penelitian yang diperoleh, nilai pada siklus

II lebih meningkatkan jika dibandingkan dengan Siklus I. Pada siklus II ini

hanya tiga siswa yang belum dapat menjapai ketuntasan. Hal ini membuktikan

PTK telah berhasil dan hasilnya sangat baik. Maka pada siklus II ini telah

96
cukup untuk memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar , sehingga

peneliti tidak perlu melanjudkan siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil perbandingan antara permainan ulat angka pada tabel

pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat digambarkan pada grafik di bawah ini

sebagai berikut:

Grafik Perbandingan
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00% Grafik Perbandingan
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan

Peningkatan dari rata-rata pencapaian peresentase kelas pada grafik

di atas dapat dijelaskan bahwa pada pra siklus sebesar 44,58% pada siklus I

sebesar 67,42%, dan pada siklus II sebesar 93,56% hal ini dapat disimpulkan

bahwa pra siklus, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dikalukan oleh peneliti dan

berkolaborasi dengan guru kelas TK A yang dilakukan selama dua pertemuan

dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa

perkembangan aspek kognitif pada anak melalui Permainan Ulat Angka

mengalami peningkatan.

97
Hal ini dapat dibuktikan oleh adanya peningkatan capaian

perkembangan kemampuan berhitung dengan mengerjakan lembar tugas.

Keadaan anak pada Pra Siklus sebesar 44,58%, pada Siklus I dilakukan

tindakan melalui media Permainan Ulat Angka dengan hasil pencapaiannya

adalah 67,42% dan harus dilakukan perbaikan, kendala pada siklus I yaitu ada

beberapa anak yang masih bercanda dan mengobrol dengan temannya, anak

kurang memperhatikan saat guru menjelaskan tata tertib dan ada beberapa

anak yang enggan mengikuti permainan karena malu dan badmood.

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti dan guru melakukan

perbaikan pada siklus II dengan hasil pencapaiannya adalah 93,56%.

Kemampuan berhitungnya sikap, motivasi dan semangat anak dalam

mengikuti permainan ulat angka banyak mengalami perkembangan yang jauh

lebih baik dari sebelumnya. Anak-anak lebih antusias dalam belajarnya.

Anak-anak yang semula suka ngobrol dengan temannya sekarang lebih fokus

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui permainan. Anak yang

tadinya malu dan tidak mau melakukan permainan, sekarang sudah berani dan

mau melakukan permainan seperti yang dilakukan oleh teman-temannya.

Penelitian Tindakan Kelas melalui media Permainan Ulat Angka telah

terbukti dapat mengembangkan kemampuan berhitung pada anak kelompok

A di TK Candra Puspita Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga

Tahun Ajaran 2018/2019.

Selain pengamatan terhadap siswa mengenai kemampuan berhitungnya

peneliti juga mengamati aktivitas ketika akan dan saat berlangsung kegiatan

98
pembelajaran. Sikap dan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan permainan

dengan media permainanpun tidak luput dari pengamatan peneliti.

Adapun hasil pengamatan terhadap aktivitas dan sikap anak tiap siklus

juga mengalami peningkatan. Mulai dari mengikuti kegiatan pembuka,

menjawab pertanyaan guru, mengikuti pembelajaran yang disampaikan guru,

mengikuti pembelajaran melalui permainan ulat angka, dan menyelesaikan

lembar tugas.

Pada Siklus I anak masih belum terkondisikan dengan baik. Namun di

Siklus II anak-anak tertarik dan merasa senang mengikuti pembelajaran

mmelalui permainan. Metode bermain melibatkan siswa secara aktif sehingga

anak tidak merasa jenuh dan bosan. Penyampaian pembelajaran berhitung

pada anak melalui permainan tidak membebani anak walaupun tidak secara

langsung anak diajak untuk berpikir dalam kegiatan tersebut.

99
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Pengembangan Kemampuan Berhitung Ulat Angka 1-10 di Kelompok A TK

Candra Puspita Kecandran Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran

2018/2019 menggunakan permainan ulat angka terbukti dapat meningkatkan

perkembangan kognitif. Anak lebih mudah dalam memahami angka 1-10

karena di dalam media ulat angka tersebut ada jumlah benda yang sesuai

angka yang ditempel. Permainan Ulat Angka dapat mengembangkan

kemampuan berhitung, hal ini dapat dibuktikan dari hasil peresentase capaian

perkembangan kemampuan berhitung anak. Pada kondisi awal (pra siklus)

dari 23 anak ada 13 anak yang dinyatakan (Mulai Berkembang) kemampuan

berhitungnya dengan rata-rata 44,58%, pada Siklus I terdapat 15 anak yang

dinyatakan (Berkembang Sesuai Harapan) dengan sebanyak rata-rata 67,42%,

sedangkan hasil penelitian di Siklus II terdapat 22 anak yang berhasil

(Berkembang Sesuai Hrapan) dan (Berkembang Sangat Baik) atau sebanyak

93,56%. Dengan demikian pengembangan kemampuan berhitung 1-10

100
melalui media ulat angka di kelompok A TK Candra Puspita Kecandran

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 telah

terbukti berhasil dan ada peningkatan di setiap Siklusnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang diperoleh maka

terdapat beberapa saran antara lain:

1. Kepada Siswa

Siswa diharapkan dapat berpatisipasi aktif dalam permainan sehingga

dapat meningkatkan kemampuan berhitung lebih maksimal. Reward

terhadap anak hendaknya diberikan agar termotivasi dan semangat

mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Bagi guru

Guru hendaknya dapat memberikan kegiatan pembelajaran berhitung

dengan metode yang sesuai agar anak dapat menerima pembelajaran

dengan baik dan guru menciptakan media pembelajaran yang menarik

dan inovatif agar anak tertarik dan senang saat mengikuti kegiatan

pembelajaran berhitung.

101
DAFTAR PUSTAKA

Bob, Susanto. 2016: 10. Pengertian hipotesis menurut para ahli, ( http:// www.
Spengetahuan.com /2016/04/10 ). Di akses pada jumat, 08-03-2019.

Burn dan larton. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT Grasindo

Daryanto. 2018. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.


Yogyakarta: Gava Media.

Dimyati, Johni. 2013. Metodologi Penelitan Pendidikan & Aplikasinya pada


Pendidikan Anak Usia (PAUD). Jakarta: Kencana

Fadillah. 2017. Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana.

. 2017. Buku Ajar Bermain dan Permainan. Jakarta: Kencana.

Fadlillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Yogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

Fikriyati, Mirroh. 2013. Perkembangan Anak Usia Dini (Golden Age).


Yogyakarta: Laras Media Prima.

Hasan, Maimunah. 2009. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Yogyakarta: Diva
press.

http://kbbi.web.id/ulat. Diakses 15 september 2019

https://id.wikipedia.org/wiki/ulat. Diakses 15 september 2019

Kustiawan, Usep. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia Dini.


Malang: Gunung Samudera.

Latif, dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

102
Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Muthmainnah, dkk. Pengembangan Ular Tangga Modifikasi (Ultamod) untuk


Mengoptimalkan Perkembangan Anak. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan,
Vol 9 No 1, Maret 2016. Diakses 15 september 2019

Nia Fatmawati. Peningkatan Kemampuan Berhitung melalui Pendekatan


Realistic Mathematic Education, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Volume 8, edisi 2, November 2014, diakses 8 Januari 2019.

Nunu, Mahnun. Media Pembelajaran, Jurnal Pemikiran Islam Volume 37, No 1


Januari- Juni 2012, diakses 30 Maret 2019.

Nurinta, dkk. Upaya Meningkatan Kemampuan Mengenal Angka 1 sampai 10


melalui Permainan Kartu Angka pada Anak Usia Dini, Volume 1, Nomor
1, September 2018, diakses 11 April 2019.
Putri, Yosi Prima. Efektifitas Permainan Ulat Angka untuk Meningkatkan
Lambang Bilangan 1-10 bagi anak Tunagrahita Ringan, Jurnal Ilmiah
Pendidikan Khusus Volume 5 Nomor 2 Juni 2016, diakses 30 Maret 2019.

Risaldy, Sabil. (2015). Bermain, bercerita & menyanyi bagi anak usia dini.
Jakarta: Luxima Metro Media.

Sudaryono, dkk. (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.

Suryana, Dadan. (2016). Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi & Aspek
Perkembangan Anak. Jakarta: Kencana.

Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Sujiono, Yuliani Nuraini. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia


Dini. Jakarta: Indeks

Suyadi, Maulidya. (2013). Konsep Dasar PAUD. Yogjakarta: PT Remaja


Rosdakarya.

Syafitri, dkk. Peningkatan Kemampuan Mengenal Konsep Lambang Bilangan 1-


10 Melalui Permainan Pohon Hitung pada Anak Usia 4-5 Tahun di BKB
PAUD Harapan Bangsa. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI
HUMANIORA, Vol. 4 No 3, Maret 2018. Diakses 11 april 2019.

103
Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi AUD TK/RA
& Anak Usia Kelas Awal SD/MI. JAKARTA: Kencana.

Ulfah, Suyadi. (2015). Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wiyani, Novan Ardy. (2014). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini.


Yogyakarta: Gava Media.

Yoni, Acep. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.

Yonny, Acep. (2012). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Group


Relasi Media.

104
LAMPIRAN
PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
KETERANGAN MELAKUKAN PENELITIAN
PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
RPPH PENELITIAN SIKLUS I
,
RPPH PENELITIAN SIKLUS II
Catatan Anekdot Siklus I
Catatan Anekdot Siklus II
Penilaian Hasil Karya Siklus I
Penilaian Hasil Karya Siklus II
Penilaian Skala Pencapaian Harian Siklus I
Penilaian Skala Pencapaian Harian Siklus I
Penilaian Skala Pencapaian Harian Siklus II
Penilaian Skala Pencapaian Harian Siklus II

Anda mungkin juga menyukai