Memiliki keturunan merupakan salah satu tujuan dari dilaksanakannya pernikahan.
Bukan hanya sekedar sebagai salah satu tujuan dalam pernikahan, memiliki keturunan juga merupakan salah satu hal yang dianjurkan dalam agama Islam. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala َب هَّللا ُ لَ ُك ْم َ َوا ْبتَ ُغوا َما َكت “ …dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kamu (yaitu anak)” [Al-Baqarah/2 : 187] Selanjutnya Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya umat muslim memiliki keturunan sebagai upaya regenerasi tongkak kepemipinan umat muslim. Dalam sabdanya, Rasulullah menjelaskan, اش ٌر بِ ُك ُم اُأل َم َم ِ تَ َز َّوجُوا ْال َو ُدوْ َد ْال َولُوْ َد فَِإنِّ ْي ُم َك “Nikahilah perempuan yang pecinta (yakni yang mencintai suaminya) dan yang dapat mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kamu di hadapan umat-umat (yang terdahulu)” [Shahih Riwayat Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim dari jalan Ma’qil bin Yasar]. Selain hal tersebut, setiap insan yang telah melangsungkan pernikahan pasti mendambakan lahirnya seorang anak. Seorang anak yang akan menjadi penggenap kebahagiaan, penyejuk mata, juga sebagai harapan menjadi generasi penerus pembawa kemaslahatan dizamannya. Pun tak terkecuali saya, seseorang yang baru beberapa bulan mengecap pernikahan. Kehadiran buah hati tentu menjadi hal yang ditunggu- tunggu. Dan selang tiga bulan pernikahan, Allah memberikan amanah itu kepada saya dan suami. Sebelumnya saya adalah seorang istri yang bekerja sebagai abdi negara dan tengah menyelesaikan tugas akhir magsiter. Tulisan ini sengaja dibuat sebagai healing untuk meredam kekhawatiran dan ketakutan diawal-awal kehamilan terutama setelah kami mengetahui hasil usg yang kedua. Baikalah, awalnya semua tampak normal tidak ada tanda-tanda mual atau muntah sebagai tanda-tanda kehamilan pada umumnya. Hingga akhirnya tanggal 3 Maret 2020 saya dan kawan-kawan CPNS di wilayah kab. Sleman diinformasikan untuk melakukan medical check up guna keperluan pengangkatan menjadi PNS. Dari situlah saya berfikir bagaimana kalau-kalau hamil, sementara bagi ibu hamil rontgen thorax adalah hal yang tidak diperbolehkan. Setelah berdiskusi dengan suami akhirnya saya melakukan tes kehamilan dengan tespek. Dan hasilnya adalah dua garis merah tapi masih samar. Untuk memastikan kami bahkan sampai melakukan cek 4 kali dengan berbagai merek. Untuk lebih meyakinkan lagi, akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke dokter kandungan. Dan disanya kami tidak melakukan usg dikarenakan usia kehamilan masih teramat dini yaitu sekitar 3-4 minggu. Jadi kami disanapun kami dites kehamilan dengan menggunakan tespek, dan hasilnya tidak berbeda jauh dengan yang sudah saya lakukan sebelumnya saat dirumah. Hanya saja, karena dokter bilang itu sudah postif ya kami akhinya mantap kalau saya benar-benar hamil. Bagaimana rasanya? Seneng, khawatir, takut semua seolah bercampur jadi satu. Tapi suami benar-benar supportif, dan keyakinan yang dia berikan juga yang pada akhirnya membuat saya tenang dan penuh syukur menjalani kehamilan ini. Tentu saja kabar ini juga menjadi kabar yang teramat membahagiakan untuk kedua orang tua kami masing-masing. Dengan Allah menitipan janin dirahmi saya, itu tandanya Allah percaya. Dan ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Kehamilan adalah hal yang teramat patut untuk disyukuri namun perlu dipersiapkan segala sesuatunya. Saat ini usia kehamilan saya menginjak usia 11 weeks dengan mual-muntah, migrain, dan mood swings yang masya Allah. Tapi semua dapat dilalui dengan lancar, dengan penuh syukur. Tentunya semua berkat dukungan suami yang full banget dan juga keluarga. Sebagai catatan, saya tidak pernah merasakan hamil sendirian. Saya hamil berdua dengan suami. Kami menjalani dan menikmati setiap prosesnya bersama. Dia menyiapkan segala yang dibutuhkan, memberikan kasih sayang perhatian yang tidak pernah berkurang, bahkan bertambah, dan insha Allah kami juga sama-sama belajar untuk menjadi orang tua yang baik nantinya- Semoga Allah meridloi, memberikan kekuatan dan kemampuan untuk mnejalani proses ini, hingga 6 bulan kedepan hingga anak-anak dewasa, hingga sepanjang hayat. Karena hakikatnya, menjadi orang tua bukan perihal 9bulan 10 hari, melainkan tanggung jawab yang terus melekat hingga akhir hanyat. Bismillah, ya Allah mampukan kami. Sleman, 7 Mei 2020