Anda di halaman 1dari 6

Nama : M.

Febrianto

NIM : D1A019330

Matkul : Hukum Kesehatan

Kelas : A2

1. Sebutkan dan jelaskan asas –asas hukum kesehatan!

2. Sebutkan subyek hukum kesehatan, hak dan kewajiban tenaga kesehatan serta pasien!

3. Sebutkan pengertian informed consent dan perjanjian terapeutik!

4. Sebutkan pengertian resultant verbintennis dan inspaning verbintennis serta

contohnya!

5. Sebutkan dasar hukum Karantina wilayah, PSBB dan PPKM! Sebutkan pula

perbedaannya?

6. Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, Vaksinasi apakah bersifat wajib

atau sukarela. Jelaskan!

Jawaban

1. Secara umum terdapat beberapa asas yang sangat penting yang perlu dipahami dalam
mempelajari hukum kesehatan diantaranya yaitu:
a. Asas peri kemanusiaan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Bahwa di dalam penyelenggaraan dan pelayanan kesehatan hendaknya
memperhatikan setiap manusia adalah makhluk Tuhan yang maha esa yang wajib
diperlakukan sama dengan harkat dan martabatnya
b. Asas manfaat bagi kemanusiaan
Negaraan dan pemanfaatan kesehatan hendaknya dilakukan dengan prinsip
kemanfaatan bagi manusia
c. Asas usaha bersama dan kekeluargaan
Bahwa penyelenggaraan dan pelayanan kesehatan didasarkan pada usaha bersama
yaitu dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yaitu pemerintah, badan
hukum, maupun perseorangan.
d. Asas adil dan merata
Maksudnya penyelenggaraan dan pelayanan kesehatan dilakukan secara adil tanpa
diskriminasi
e. Asas perikehidupan dalam keseimbangan, yaitu antara kepentingan individu dan
masyarakat
Dalam penyelenggaraan dan pelayanan kesehatan kedua kepentingan itu harus
diselaraskan, Jangan sampai karena kepentingan penguasa/perorangan kepentingan
kelompok dan perseorangan diabaikan.
f. Asas Kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan sendiri
Bahwa dalam gerakan dan pelayanan kesehatan masing-masing pihak harus percaya
pada kemampuan diri sendiri.

2. Subjek hukum kesehatan adalah pasien dan tenaga kesehatan termasuk institusi
kesehatan, diantaranya yaitu:
1) Tenaga kesehatan
 Tenaga kesehatan pasca sarjana
 Tenaga kesehatan Sarjana
 Tenaga kesehatan Sarjana Muda
 Tenaga kesehatan non sarjana
2) Rumah sakit/ puskesmas /klinik /apotek merupakan suatu Lembaga yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat baik yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh pemerintah maupun dimiliki oleh swasta.
3) Pasien dan keluarganya adalah orang-orang yang membutuhkan pelayanan kesehatan
rumah sakit/ Puskesmas /klinik /apotek
4) Masyarakat, adalah pada umumnya masyarakat mempunyai peran dan tanggung jawab
terhadap terselenggaranya pelayanan kesehatan dengan baik.
5) Pemerintah yaitu suatu instansi pemerintah pusat dan daerah yang menurut undang-
undang bertanggung jawab penuh penyelenggaraan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat.

Adapun hak tenaga kesehatan adalah:

 Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.


 Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

Sedangkan kewajiban tenaga kesehatan adalah:

 Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum


 Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tenaga kesehatan wajib memiliki izin
dari pemerintah
 Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak
penggunaan pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar prosedur
operasional
 Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan
dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
 Untuk kepentingan umum tenaga kesehatan wajib melakukan pemeriksaan
kesehatan atas permintaan penegak hukum dengan biaya ditanggung oleh negara

Adapun hak yang dimiliki pasien adalah:


 Mendapatkan informasi secara benar jelas dan jujur tentang tindakan
keperawatan yang akan dilakukan
 Meminta pendapat perawat lain atau tenaga kesehatan lainnya
 Mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kode etik, standar
pelayanan ,standar profesi, standar prosedur dan ketetapan peraturan
perundang-undangan
 Memberikan persetujuan atau penolakan keperawatan yang akan dilakukan
kepadanya
 Memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya

Secara garis besar kewajiban pasien itu adalah :

o Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya


kepada dokter
o Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi dan perawat dalam
pengobatannya
o Mematuhi ketentuan atau peraturan dan tata tertib yang berlaku di rumah sakit
o Atas pelayanan yang diterima
o Berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah disepakati

3. Informed consent atau persetujuan medik adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien sesuai dengan pasal 1 (a) Permenkes RI Nomor 585/MEN.KES/PER/X/1989.
Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45 serta
Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008 informed consent adalah
persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya
setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang
akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

Perjanjian terapeutik adalah perjanjian antara dokter dengan pasien berupa hubungan
hukum yang melahirkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak, berbeda dengan
perjanjian yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya perjanjian terapeutik
memiliki objek dan sifat yang khusus
4. Inspanning verbintenis, yaitu perjanjian upaya, artinya kedua belah pihak berjanji atau
sepakat untuk berdaya upaya secara maksimal untuk mewujudkan apa yang
diperjanjikan. Contohnya Transaksi terapeutik termasuk inspanning verbintenis atau
perjanjian upaya, karena dokter tak mungkin menjanjikan kesembuhan kepada pasien.
Dokter melakukan pelayanan kesehatan sebagai upaya menyembuhkan pasien. Upaya
ini harus dilakukan dengan penuh kesungguhan, mengerahkan seluruh kemampuan
berpedoman pada standar profesi.
Resultaat verbintenis, yaitu suatu perjanjian yang akan memberikan resultaat atau hasil
yang nyata sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Contohnya ketika rumah sakit
menjanjikan ruang rawat inap kelas utama dengan fasilitas tempat tidur pasien, tempat
tidur penunggu pasien, kamar mandi dengan pemanas air, kulkas, dispenser, televisi 20
inci, dan telepon. Bila janji itu tidak ditepati karena kenyataannya tidak ada kulkas
misalnya maka rumah sakit telah melakukan wanprestasi, dan pasien mempunyai hak
menggugat.

5. Peraturan tentang karantina wilayah sudah tertuang dalam UU Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan. Di dalamnya, terdapat penjelasan karantina
kesehatan yang berarti membatasi suatu wilayah yang diduga terinfeksi suatu penyakit.
Sama halnya seperti PSBB dan PPKM, karantina wilayah adalah bentuk respon demi
mencegah adanya penyebaran penyakit dalam hal ini Covid-19. Namun, perbedaannya
adalah jika PSBB hanya membatasi kegiatan masyarakat, maka karantina wilayah
dilakukan untuk tegas melarang setiap orang keluar dari wilayah tinggalnya.

Dari sisi regulasi, PPKM tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
2021 kepada seluruh kepala daerah di Jawa dan Bali. PPKM menyasar pada pembatasan
kegiatan masyarakat secara terbatas berbasis pada kota dan kabupaten. PPKM
(Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) adalah sebuah langkah pembatasan
kegiatan masyarakat dalam upaya menekan penyebaran Covid-19 pada skala yang lebih
kecil.
PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar
dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19. PSBB yang tertera di dalamnya memiliki
artian pembatasan yang dilakukan di beberapa wilayah tertentu yang disinyalir terjadi
lonjakan kasus Covid-19. PSBB harus diterapkan untuk mencegah penyebaran kasus itu.

6. Pada dasarnya, ketentuan vaksinasi merupakan pilihan bagi masyarakat atau sukarela
tanpa paksaan. Pasal 5 Ayat 3 UU 36/2009 tentang Kesehatan menyatakan, “Setiap
orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan
kesehatan bagi dirinya”. Aturan tersebut menerangkan vaksinasi merupakan hak pilihan
seseorang untuk memilih cara pengobatan termasuk menggunakan vaksin atau tidak.
Namun pada kenyataannya, Pemerintah merencanakan kewajiban program vaksinasi
untuk mencegah penyebaran Covid-19. Kebijakan tersebut menimbulkan polemik
karena vaksinasi seharusnya bersifat sukarela karena berkaitan kebebasan individu
warga negara. Terlebih lagi kualitas vaksin tersebut masih dipertanyakan dalam
keandalan dan efek sampingnya.
Ancaman sanksi denda hingga pidana diberikan kepada masyarakat yang menolak
vaksinasi tersebut. Ancaman sanksi pidana mengacu pada Pasal 9 jo Pasal 93 Undang
Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Untuk pidana,
ancaman sanksi tersebut juga mengacu pada Pasal 14 UU Nomor 4/1984 tentang
Wabah Penyakit Menular.

Anda mungkin juga menyukai