Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelompok 10:
Disusun oleh:
1. Amara Husnah Choirun Nisa (B.131.21.0213)
2. Nurzahra Kirieda Rizelly Susanti (B.132.21.0237)
3. Vivi Purba Jati (B.131.18.0080)
4. Faried Ramandhika Prima (B.131.21.0235)
5. M.Sholahuddin Anwar (B.131.21.0357)
LATAR BELAKANG
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu
produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran / marketing mix
(4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Harga
adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam
satuan moneter.
B. Fungsi
Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimalisasi laba. Dalam era persaingan global
yang kondisinya sangat kompleks dan banyak variabel yang berpengaruh terhadap
daya saing setiap perusahaan, maksimalisasi laba sangat sulit dicapai, karena sukar
sekali untuk memperkirakan secara akurat jumlah penjualan yang dapat dicapai pada
tingkat harga tertentu.
Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan, nilai
penjualan atau pangsa pasar. Tujuan ini banyak diterapkan oleh perusahaan
penerbangan, lembaga pendidikan, perusahaan tour and travel, pengusaha bioskop dan
pemilik bisnis pertunjukan lainnya, serta penyelenggaraan seminar-seminar.
Citra perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat
menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius.
Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk nilai citra tertentu
(image of value), misalnya dengan memberikan jaminan bahwa harganya merupakan
harga yang terendah di suatu wilayah tertentu.
Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam
industri-industri tertentu yang produknya sangat terstandarisasi (misalnya mnyak
bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga
pemimpin industri.
5. Tujuan-tujuan lainnya
Secara garis besar metode penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi empat
kategori utama, yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan, berbasis biaya, berbasis
laba, dan berbasis persaingan.
c. Posisi suatu produk dalam gaya hidup pelanggan, yakni menyangkut apakah produk
tersebut merupakan simbol status atau hanya produk yang digunakan sehari-hari;
Paling sedikit ada tujuh metode penetapan harga yang termasuk dalam metode
penetapan harga berbasis permintaan, yaitu skimming pricing, penetration pricing, prestige
pricing, price lining pricing, odd-even pricing, demand-backward pricing, dan bundle
pricing.
a. Skimming Pricing
Strategi ini diterapkan dengan jalan menetapkan harga tinggi bagi suatu produk baru atau
inovatif selama tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga tersebut pada saat persaingan
mulai ketat
b. Penetration Pricing
Dalam strategi ini perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru dengan harga
rendah dengan harapan akan dapat memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu
relatif singkat. Selain itu strategi ini juga bertujuan untuk mencapai skala ekonomis dan
mengurangi biaya per unit
c. Prestige Pricing
Prestige pricing merupakan strategi menetapkan tingkat harga yang tinggi sehingga
konsumen yang sangat peduli dengan statusnya akan tertarik dengan produk, dan kemudian
membelinya.
d. Price Lining
Price Lining digunakan apabila perusahaan menjual produk lebih dari satu jenis. Harga untuk
lini produk tersebut bisa bervariasi dan ditetapkan pada tingkat harga tertentu yang berbeda.
Dalam metode ini faktor penentu harga yang utama adalah aspek penawaran atau
biaya, bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran
yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya langsung, biaya
overhead, dan laba.
Dalam standard markup pricing, harga ditentukan dengan jalan menambahkan persentase
tertentu dari biaya pada semua item dalam suatu kelas produk.
Metode ini banyak diterapkan di supermarket dan toko-toko eceran lainnya yang
menawarkan banyak lini produk. Persentase markup bervariasi besarnya, tergantung pada
jenis toko eceran (pakaian , grosery, atau furniture) dan jenis produk yang dijual. Biasanya
produk-produk yang tingkat perputarannya tinggi dikenakan markup yang lebih kecil
daripada produk-produk yang tingkat perputarannya rendah.
Metode ini dikembangkan atas dasar konsep efek belajar (learning effect) yang
menyatakan bahwa unit cost barang dan jasa akan menurun antara 10 hingga 30% untuk
setiap peningkatan sebesar dua kali Jipat pada pengalaman perusahaan dalam
memproduksi dan menjual barang atau jasa tersebut. Pengalaman perusahaan tersebut
dinyatakan dalam volume produksi dan penjualan. Berdasarkan konsep ini biaya rata-rata
per unit dapat diperkirakan secara matematis.
Target profit pricing umumnya berupa ketetapan atas besarnya target laba tahunan yang
dinyatakan secara spesifik. Contoh penerapan metode ini:
Dalam metode ini, perusahaan menetapkan tingkat harga tertentu yang dapat
menghasilkan laba dalam persentase tertentu terhadap volume penjualan. Biasanya
metode ini banyak digunakan oleh jaringan-jaringan supermarket.
Dalam metode ini perusahaan menetapkan besarnya suatu target ROI tahunan, yaitu rasio
antara laba dengan investasi total yang ditanamkan perusahaan pada fasilitas produksi dan
aset yang mendukung produk tertentu. Kemudian harga ditentukan agar dapat mencapai
target ROI tersebut.
1. Customary Pricing
Metode ini digunakan untuk produk-produk yang harganya ditentukan oleh faktor faktor
seperti tradisi, saluran distribusi yang terstandarisasi, atau faktor persaingan lainnya.
Penetapan harga yang dilakukan berpegang teguh pada tingkat harga tradisional. Perusahaan
berusaha untuk tidak mengubah harga di luar batas-batas yang diterima.
Above-market pricing dilaksanakan dengan jalan menetapkan harga yang lebih tinggi
daripada harga pasar. Metode ini hanya sesuai digunakan oleh perusahaan yang sudah
memiliki reputasi atau perusahaan yang menghasilkan barang ini, barang prestise. Ini
dikarenakan konsumen kurang memperhatikan aspek harga dalam pembeliannya, tetapi
mereka lebih mengutamakan kualitas atau faktor garga prestise yang terkandung dalam
produk yang dibeli.
Kadangkala untuk keperluan promosi khusus, ada perusahaan yang menjual harga suatu
produk di bawah biayanya. Tujuannya bukan untuk meningkatkan penjualan produk yang
bersangkutan, tetapi untuk menarik konsumen supaya datang ke toko dan membeli pula
produk-produk lainnya, khususnya produk-produk yang bermarkup cukup tinggi. Jadi, suatu
produk dijadikan semacam penglaris (pancingan) agar produk lainnya juga laku.
a. Skimming Price
Strategi ini merupakan strategi yang menetapkan harga tinggi pada suatu produk
baru. Biasanya strategi ini dilengkapi dengan aktivitas promosi yang gencar.
Produk-produk yang harganya ditetapkan dengan strategi ini, diantaranya produk-
produk yang berkaitan dengan teknologi baru (stereo set, ponsel, hardware)
b. Penetration Pricing
Dalam Strategi ini harga ditetapkan relatif rendah pada tahap awal Product Life
Cycle. Tujuannya adalah agar dapat meraih pangsa pasar yang bebas dan sekaligus
menghalangi masuknya para pesaing
Strategi ini dilakukan dengan jalan menetapkan harga suatu lini produk
berdasarkan hubungan dan dampak setiap produk terhadap lininya, apakah
kompetitif atau komplementer. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan laba dari
keseluruhan lini produk.
ANALISIS KASUS
A. Profil Perusahaan
Perseroan memperoleh hak waralaba KFC dari Yum! Restaurants International (YRI),
sebuah badan usaha milik Yum! Brands Inc., yaitu sebuah perusahaan publik di Amerika
Serikat yang juga pemilik waralaba dari empat merek ternama lainnya, yakni Pizza Hut,
Taco Bell, A&W, dan Long John Silvers. Lima merek yang bernaung dibawah satu
kepemilikan yang sama ini telah memproklamirkan Yum! Group sebagai fast food chain
terbesar dan terbaik di dunia dalam memberikan berbagai pilihan restoran ternama,
sehingga memastikan kepemimpinannya dalam bisnis multi-branding. Untuk kategori
produk daging ayam cepat saji, KFC tak terkalahkan.
B. Analisis KASUS
Di dalam makalah ini, kami mengambil kasus perbedaan harga antara harga KFC
dengan harga pesaingnya yaitu McDonald, dan mengambil kasus perbedaan harga antara
KFC Indonesia dengan KFC di Negara lain, yaitu Negara Malaysia dan Singapura.
Semua itu kami cantumkan dibawah ini.
BigMac Rp 20 .727
Melihat contoh data diatas kami membandingkan antara produk KFC yaitu Kombo
Hitlist dengan harga Rp 26.364 dan produk McD yaitu Chiken McD dengan harga
26.000, jika dilihat komponen komponen yang ditawarkan dua jenis produk itu hampir
sama yaitu : 2 ayam+1 nasi + 1 minuman maka harga yang ditetapkan KFC akan hampir
sama dengan harga yang ditetapkan oleh pesaingnya. Oleh karena itu sebenarnya KFC
tidak mempunyai keunikan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan pesaingnya
dan oleh karena itu harga keduanya hampir sama.
iskriminasi harga terjadi apabila (price discrimination) suatu perusahaan menjual dua produk
atau lebih yang berbeda. Dalam diskriminasi ini , penjual (KFC) tersebut mengenakan harga
yang terpisah dan berbeda tergantung daripada intensitas kualitasnya. Semakin bagus
kualitasnya maka harganya akan semakin mahal dibandingkan dengan produk yang lainnya,
dan sebaliknya.
Tetapi dalam contoh kasus KFC ini, KFC menetapkan dan membeda-bedakan
harga tergantung daripada intensitas kualitasnya.
Kesimpulan
KFC (Kentucky Fried Chicken) adalah salah satu perusahaan fast food global yang memiliki
anak perusahaan di Indonesia. Di dalam strategi penetapan harganya maka perusahaan KFC
haruslah menggunakan method-methode yang tepat dalam menentukan harganya karena
harga merupakan unsur penting bauran pemasaran. Harga adalah satu-satunya yang
menghasilkan pendapatan dan yang unsure yang lainnya menghasilkan biaya.
Penetapan harga yang tepat sangatlah penting untuk perusahaan global seperti KFC,
ini dikarenakan wilayah-wilayah dimana tempat KFC beropersi memiliki kemampuan daya
beli yang berbeda-beda, sehingga dalam penetapan harganya haruslah tepat supaya bisa
diterima oleh masyarakat setempat, dan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya yang
sejenis dan menjadi pesaing di wilayah dimana KFC beroperasi dan itulah yang
menyebabkan adanya perbedaan perbedaan harga produk KFC antara satu Negara dengan
Negara yang lainnya tergantung dari kemampuan daya beli masyarakat di Negara tersebut.
Adapun dalam menetapkan harga, KFC menggunakan tiga methode, yang pertama
adalah methode penetapan harga umum, method penetapan harga geografis dan methode
penetapan harga diskriminatif.
Methode penetapan harga umum adalah methode penetapan harga berdasarkan harga
pesaing. Selanjutnya methode penetapan harga geografis, methode penetapan harga geografis
adalah methode dimana perusahaan (KFC) menentukan harga yang berbeda-beda diantara
Negara-negara yang menjadi tempat beroperasinya tergantung daripada kemampuan daya
beli masyarakatnya. Dan selanjutnya adalah methode penetapan harga diskriminatif, method
ini dapat diartikan sebagai methode dimana perusahaan menetapkan harga yang berbeda beda
untuk setiap produknya tergantung dari intensitas permintaan ataupun intensitas kualitasnya.