Full File Lomba Sinkronisasi KSA
Full File Lomba Sinkronisasi KSA
Objek formal
Objek material
ABSTRAK
Tujuan
Metode
Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini terfokus pada sinkronisasi hierarki Peraturan Perundang-
undangan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada tingginbya angka kasus kekerasan
seksual anak ( KSA) yang terjadi di Indonesia. Metode penelitian pada artikel ini
menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach) dan pendekatan
konseptual (conseptual approach). Hasil yang diperoleh dari pembahasan yaitu terdapat
beberapa poin. Dalam sinkronisasi vertikal dapat dilihat bahwa antara hierarki peraturan
perundang undangan tertinggi hingga terendah terdapat sinkronisasi. Namun dalam
sinkronisasi horizontal terdapat beberapa aspek yang kurang sinkron, yaitu aspek pidana
dan pendamping hukum yang bisa dikatakan tumpang tindih antara satu dengan lainnya.
Dari munculnya problematika tersebut, poin kedua berfokus pada penyelesaian dan
solusi dari pembahasan pertama serta upaya- upaya Preventif yang harus dilakukan.
Upaya lainnya bisa dengan edukatif, kuratif, dan rehabilitatif. Selain itu peran
orang tua, aparat, lembaga pendampingan anak sangat dibutuhkan dalam
mengatasi problematika kekerasan seksual anak (KSA) di Indonesia. Dibutuhkan
juga keterlibatan pemerintah dalam mengkampanyekan gerakan anti kekerasan
seksual pada anak dan dengan menerbitkan peraturan perundang-undangan yang
sanksi pidananya benar-benar membuat jera pada pelaku kekerasan seksual anak
(KSA).
PENDAHULUAN
penomena
Kekerasan seksual dapat diartikan sebagai kejahatan yang merenggut hak asasi
manusia dan melanggar hak kesusilaan Sejauh ini sudah banyak kebijakan peraturan
perlindungan tentang kekeraan seksual pada anak (KSA). Kekerasan seksual dapat
terjadi karena berbagai macam bentuk modus dan iming-iming yang merujuk pada
ancaman kepada korban. Dari data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),
sebanyak 182 kasus pada tahun 2018, korban kekerasan seksual menjadi 190 kasus
terhitung pada tahun 2019. Kekerasan seksual per Desember 2020 tercatat sebanyak 419
kasus. Dan dapat diketahui bahwa jumlah kasus kekerasan seksual mengalami
peningkatan yang terhitung sejak 2019 menjadi 237 kasus. Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) mencatat jumlah kasus pelanggaran hak anak selama 2021
mencapai 5.953 kasus, 859 kasus di antaranya merupakan kekerasan. Kasus
kekrasan seksual pada anak juga terjadi di berbagai pro vinsi yang ada di Indonesia.
Data dari Kompas.com, wilayah dengan kekerasan angka kekerasan anak tertinggi di
Indonesia, dimana Jawa Timur menduduki peringkat pertama dengan 562 korban anak,
di susul Jawa Tengah dengan 488 korban anak, Sulawesi Selatan dengan 398 korban,
DKI Jakarta dengan 369 korban, kemudian Jawa Barat dengan 359 korban.
(Catatan Hari Anak Nasional, Ada 5.463 Anak Alami Kekerasan Pada 2021
Halaman 2 - Kompas.Com, n.d.) Banyaknya kasus yan terjadi pun sudah
seharusnya menjadi peran serius Pemerintah dan sem ua pihak dalam mengatasi
permasalahan KSA yang angkanya terus naik. Dari peningkatan kasus tersebut dapat
dilihat bahwa kurangnya perhatian dari beberapa pihak dalam upaya menekan angka
KSA yang terjadi.
Kekerasan seksual menjadi momok menakutkan pada anak. Kekerasan seksual
anak (KSA) merupakan keterkaitan anak ke dalam kegiatan seksual yang dimana anak
tersebut belum mencapai cukup umur yang telah ditentukan oleh hukum negara, yang
mana orang dewasa justru memanfaatkannya untuk kesenangan seksual. KSA
(Kekerasan seksual anak) dapat diketahui dengan melibatkan, membujuk, atau memaksa
anak untuk berperilaku dalam ranah seksual yang tidak pantas, termasuk sudah terjadi
atau masih dalam bentuk usaha tindakan seksual dengan adanya interaksi seksual tidak
bersentuhan langsung dengan seorang anak oleh orang dewasa. Kekerasan seksual ini
diketahui dilakukan oleh orang terdekatnya dan tidak sedikitnya adalah orang yang
mendominasi atas korban seperti orang tua dan guru. Terjadinya kekerasan seksual pada
anak dapat disebabkan oleh adanya faktor rendahnya pendidikan dan ekonomi, faktor
lingkungan atau tempat tinggal, faktor minuman keras, faktor emosi yang ada dalam diri
pelaku, faktor pergaulan yang semakin bebas serta tingkat kontrol masyarakat yang
masih rendah.(Darmini, 2021)
Dampak yang ditimbulkan akibat kekerasan seksual pada anak yaitu merasa
rendah diri, menimbulkan rasa trauma yang hebat, ada kebencian terhadap laki-laki,
merasa tidak aman, depresi, kecemasan, perilaku seksual yang tidak pantas, kehilangan
kemampuan bersosialisasi, gangguan kognitif, masalah citra tubuh, dan
penyalahwgunaan zat. Anak adalah sebuah asset bangsa dan negara untuk menjadi
generasi penerus. Ada kesamaan untuk memiliki hak asasi selayaknya manusia pada
umumnya.(Farida Kustanty, 2018) Berbagai peraturan pun telah dikeluarkan pemerintah
dalam mengatasi problematika tentang Kekerasan Seksual Anak(KSA). Namun dengan
bergonta-gantiya peraturan yang ada menjadikan tanda tanya di kalangan masyarakat
tentang apakah keberadaan Peraturan Perundang-undang sinkron dengan undang-
undang sebelumnya dan bagaimana upaya preventif dalam mengatasi problematika
tersebut?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah yuridis-normatif yakni
menjelaskan secara deskriptif terkait permasalahan yang ada dengan mengaitkan aturan
perundang-undangan tentang perlindungan pada anak terhadap kekerasan seksual dan
kemudian dianalisis kedalam sinkronisasi peraturan perundang undangan sebagai upaya
preventif kekerasan seksual pada anak yang bersumber baik primer maupun sekunder.
Bahan-bahan hukum primer yakni peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang Perlindungan Anak. Bahan-bahan sekunder meliputi jurnal-jurnal serta karya-
karya ilmiah yang menyinggung keberadaan peraturan perundang-undangan dalam
upaya preventif pada kekerasan seksual anak. Pendekatan penelitian yang digunakan
dalam artikel ini yaitu pendekatan perundang-undangan (statue approach) dan
pendekatan konseptual (conseptual approach). Peneliti mengumpulkan bahan-bahan
hukum dengan cara membaca, mempelajari, serta memahami serta menganalisis baik itu
dari jurnal maupun literatur ataupun dari internet yang sesuai dengan topik pembahasan,
kemudian dilanjutkan dengan pengambilan atau pengutipan bagian dari hal yang
sekiranya penting.
Pada tahap analisis data, penulis ingin menggunakan metode analisis suatu kasus
dan sebisa mungkin mengaitkan kelebihan dan kelemahan yang belum dikaji secara
mendalam di masyarakat. Sesudah menganalisis data, artikel ini akan merujuk pada
perumusan masalah, tujuan, dan diskusi. Teknik analisis data yang digunakan dengan
cara menganalisis data penelitian yang diperoleh. Penelitan ini bersifat kualitatif, oleh
karenanya dengan analisis teknik deskriptif dimungkinkan memberikan gambaran
secara luas dan umum terkait sinkronisasi peraturan perundang undangan sebagai upaya
preventif dalam kekerasan seksual pada anak. Setelah mengumpulkan informasi,
kemudian menggunakan metode induksi, yaitu dari umum ke khusus, menuangkan dan
menganalisis hasil penelitian dalam bentuk tabel data dan deskripsi, sehingga dapat
menarik hasil dan menarik kesimpulan.
Definisi Setiap orang Pasal 1 ayat Anak Korban Kekerasan adalah Pelindungan Kekerasan Terhadap
Perlindu berhak untuk 15a.Kekerasan adalah Kejahatan Seksual setiap perbuatan Anak adalah Anak adalah setiap
ngan hidup setiap perbuatan adalah Anak yang terhadap Anak segala kegiatan perbuatan terhadap
KSA serta berhak m terhadap Anak yang mengalami yang berakibat untuk menjamin anak yang berakibat
empertahankan berakibat timbulnya pemaksaan timbulnya dan melindungi timbulnya
hidup kesengsaraan atau hubungan seksual, kesengsaraan atau anak dan haknya kesengsaraan atau
dan kehidupan penderitaan secara pemaksaan penderitaan agar dapat hidup, penderitaan secara
nya fisik, psikis, seksual, hubungan seksual secara fisik, tumbuh, fisik, mental,
dan/atau penelantaran, dengan cara tidak psikis, seksual, berkembang, dan seksual, psikologi,
termasuk ancaman wajar dan/atau tidak dan/atau berpartisipasi termasuk
untuk melakukan disukai, dan penelantaran, secara optimal penelantaran dan
perbuatan, pemaksaan, pemaksaan termasuk sesuai dengan perlakuan buruk
atau perampasan hubungan seksual ancaman untuk harkat dan yang mengancam
kemerdekaan secara dengan orang lain melakukan martabat integritas tubuh dan
melawan hukum. untuk tujuan perbuatan, kemanusiaan, merendahkan
martabat anak yang
dilakukan oleh
pihak-pihak yang
seharusnya
pemaksaan, atau bertanggungjawab
serta mendapat
perampasan atas anak tersebut
komersial dan/atau pelindungan dari
kemerdekaan atau mereka yang
tujuan tertentu. kekerasan dan
secara melawan memiliki kuasa atas
diskriminasi.
hukum. anak tersebut, yang
seharusnya dapat
dipercaya dan/atau
masyarakat pada
umumnya.
Batas 1.Usia: Anak adalah 1.Usia:Anak adalah 1.Usia: Anak 1.Usia:Anak 1.Usia: Anak adalah
Usia/Uns seseorang yang belum seseorang yang adalah seseorang adalah seseorang seseorang yang
ur-Unsur berusia 18 (delapan belum berusia 18 yang belum yang belum belum berusia 18
belas) tahun, termasuk (delapan belas) berusia 18 berusia 18 (delapan belas)
anak yang masih tahun, termasuk (delapan belas) (delapan belas) tahun, termasuk anak
dalam kandungan. Anak yang masih tahun, termasuk tahun, termasuk yang masih dalam
anak yang masih anak yang masih
dalam kandungan dalam kandung dalam kandungan. kandungan.
an.
Aspek Larangan: Pasal 76 Diatur dalam Diatur dalam Diatur dalam Diatur dalam
Pidana D Setiap Orang peraturan perudang- peraturan peraturan peraturan perudang-
dilarang melakukan undangan diatasnya perudang- perudang- undangan diatasnya
Kekerasan atau yaitu Undang- undangan undangan yaitu Undang-
ancaman Kekerasan Undang No. 35 diatasnya yaitu diatasnya yaitu Undang No. 35
memaksa Anak Tahun 2014 Undang-Undang Undang-Undang Tahun 2014
melakukan No. 35 Tahun No. 35 Tahun
persetubuhan 2014 2014
dengannya atau
dengan orang lain.
Ketentuan Pidana :
Pasal 81: (1) Setiap
orang yang
melangggar ketentuan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
76D dipidana dengan
pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun
dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan
denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
(2) Ketentuan pidana
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) berlaku pula bagi
Setiap Orang yang
dengan sengaja
melakukan tipu
muslihat, serangkaian
kebohongan, atau
membujuk Anak
melakukan
persetubuhan
dengannya atau
dengan orang lain. (3)
Dalam hal tindak
pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh
Orang Tua, Wali,
pengasuh Anak,
pendidik, atau tenaga
kependidikan, maka
pidananya ditambah
1/3 (sepertiga) dari
ancaman pidana
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1).
Tujuan Setiap Setiap anak berhak Untuk melaksanakan Untuk Untuk Untuk melaksanakan
anak berhak atas kelangsungan ketentuan Pasal 7lC melaksanakan melaksanakan ketentuan Undang-
atas hidup, tumbuh dan Undang-Undang ketentuan ketentuan Undang Nomor 35
kelangsungan berkembang serta Nomor 35 Tahun Undang-Undang Undang-Undang Tahun 2Ol4 tentang
hidup, berhak atas 2Ol4 tentang Nomor 35 Tahun Nomor 35 Tahun Perubahan atas
tumbuh, dan b perlindungan dari Perubahan atas 2Ol4 tentang 2Ol4 tentang Undang-Undang
kekerasan dan Nomor 23 Tahun
erkembang diskriminasi Perubahan atas 2OO2 tentang
Perubahan atas U
serta berhak at sebagaimana Undang-Undang Undang-Undang Perlindungan Anak,
U No. 23 Tahun
as perlindunga diamanatkan dalam Nomor 23 Tahun Nomor 23 Tahun
2OO2 tentang
n dari kekerasa Undang-Undang 2OO2 tentang 2OO2 tentang
Perlindungan
n dan diskrimi Dasar Negara Perlindungan Anak. Perlindungan
Anak,
nasi Republik Indonesia Anak,
Tahun 1945
Penjabaran tabel diatas merupakan sinkronisasi vertikal yang disesuaikan dengan hierarki peraturan perundang-undangan
tertinggi sampai terendah. Dari beberapa penjelasan pada poin diatas terdapat sinkronisasi, dimana peraturan dari yang tertinggi
sampai yang terendang saling melengkapi.
2. Tabel Sinkronisasi Horizontal Peraturan Perundang-undangan Perlindungan Kekerasan Seksual Anak
Sinkronisas UU NO.11 Tahun 2012 UU NO. 39
UU NO. 35 Tahun 2014 tentang UU NO.23 Tahun 2004
i tentang Sistem Peradilan Tahun 1999 tentang
Perlindungan Anak tentang PKDRT
Horizontal Pidana Anak Hak Asasi Manusia
Definisi Perlindungan Anak adalah segala Perlindungan adalah segala Anak yang menjadi Setiap anak berhak
Perlindung kegiatan untuk menjamin dan upaya yang ditujukan untuk korban Tindak Pidana Untuk mendapatkan
an KSA melindungi Anak dan hak- memberikan rasa aman yang selanjutya disebut Perlindungan hukum
haknya agar dapat hidup, kepada korban yang anak korban adalah anak Dari segala bentuk
tumbuh, berkembang, dan dilakukan oleh pihak yang belum berumur 18
berpartisipasi secara optimal keluarga, advokat, lembaga tahun yang mengalami Kekerasan fisik atau
sesuai dengan harkat dan sosial, kepolisian, penderitaan fisik, Mental,
martabat kemanusiaan, serta kejaksaan, pengadilan, atau mental, dan/atau Penelantaran,
mendapat perlindungan dari pihak lainnya baik kerugian ekonomi Perlakuan buruk,
kekerasan dan diskriminasi. sementara maupun disebabkan oleh tindak dan pelecehan
berdasarkan penetapan pidana seksual selama
pengadilan. dalam pengasuhan
orang tua atau
walinya, atau
pihak lain maupun
yang bertanggung
jawab atas
pengasuhan
anak tersebut
Batas 1.Usia:Anak adalah seseorang 1.Usia: Lingkup Rumah 1.Usia: Anak yang 1.Usia :Anak adalah setiap
Usia/Unsur yang belum berusia 18 (delapan tangga Undang-undang ini belum berusia 18 manusia yang berusia di bawah
-Unsur belas) tahun, termasuk anak yang meliputi; a. Suami, Istri tahun(UNDANG- 18 (delapan belas) tahun dan
masih dalam kandungan. dan Anak. UNDANG REPUBLIK belum menikah, termasuk anak
(UNDANG-UNDANG INDONESIA NOMOR yang masih dalam kandungan
REPUBLIK INDONESIA 11 TAHUN 2012 apabila hal tersebut adalah
TENTANG SISTEM demi
NOMOR 35 TAHUN 2014
PERADILAN PIDANA kepentingannya(UNDANG-
TENTANG PERUBAHAN
ANAK, 2012) UNDANG REPUBLIK
ATAS UNDANG-UNDANG
INDONESIA NOMOR 39
NOMOR 23 TAHUN 2002
TAHUN 1999 TENTANG HAK
TENTANG PERLINDUNGAN
ASASI MANUSIA, 1999)
ANAK, 2014)
Aspek Larangan: Pasal 76 D Setiap Pasal 8 Kekerasan seksual Pasal 89 Anak Korban Pasal 58 ayat 2
Pidana Orang dilarang melakukan sebagaimana dimaksud dan/atau Anak Saksi Dalam hal orang tua, wali, atau
Kekerasan atau ancaman Kekerasan dalam Pasal 5 huruf c berhak atas semua pengasuh anak melakukan
memaksa Anak melakukan meliputi : a. pemaksaan perlindungan dan hak segala bentuk penganiayaan
persetubuhan dengannya atau hubungan seksual yang yang diatur dalam fisik atau mental, penelantaran,
dengan orang lain. dilakukan terhadap orang peraturan perundang- perlakuan bentuk, dan
Ketentuan Pidana : yang menetap dalam undangan pelecehan seksual termasuk
lingkup rumah tangga pemerkosaan, dan atau
Pasal 81: (1) Setiap orang yang
tersebut; pembunuhan terhadap anak
melangggar ketentuan sebagaimana
Ketentuan Pidana: yang seharusnya dilindungi,
dimaksud dalam Pasal 76D
Pasal 46; Setiap orang yang maka harus dikenakan
dipidana dengan pidana penjara
melakukan perbuatan pemberatan hukuman.
paling singkat 5 (lima) tahun dan
kekerasan seksual Pasal 66 ayat 2
paling lama 15 (lima belas) tahun
dan denda paling banyak Hukuman mati atau hukuman
sebagaimana dimaksud
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar seumur hidup tidak dapat
dalam Pasal 8 huruf a
rupiah). (2) Ketentuan pidana dijatuhkan untuk pelaku tindak
dipidana dengan pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat pidana yang masih anak
penjara paling lama 12
(1) berlaku pula bagi Setiap Orang
(dua belas) tahun atau
yang dengan sengaja melakukan Pasal 66 ayat 4
denda paling banyak Rp
tipu muslihat, serangkaian Penangkapan, penahanaan, atau
36.000.000,00 (tiga puluh
kebohongan, atau membujuk Anak pidana penjara anak hanya
enam juta
melakukan persetubuhan boleh dilakukan sesuai dengan
rupiah).Pasal47 ;Setiap
dengannya atau dengan orang lain. hukum yang berlaku dan hanya
orang yang memaksa orang
(3) Dalam hal tindak pidana dapat dilaksanakan sebagai
yang menetap dalam rumah
sebagaimana dimaksud pada ayat upaya akhir.
tangganya melakukan
(1) dilakukan oleh Orang Tua,
hubungan seksual
Wali, pengasuh Anak, pendidik,
sebagaimana dimaksud
atau tenaga kependidikan, maka
dalam Pasal 8 huruf b
pidananya ditambah 1/3 (sepertiga)
dipidana dengan pidana
dari ancaman pidana sebagaimana
penjara paling singkat 4
dimaksud pada ayat (1).
(empat) tahun dan pidana
penjara paling lama 15
(lima belas) tahun atau
denda paling sedikit Rp
12.000.000,00 (dua belas
juta rupiah) atau denda
paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).
Tujuan Setiap anak berhak atas Mencegah segala bentuk Memberikan Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan kekerasan dalam rumah perlindungan pada anak perlindungan oleh orang tua,
berkembang serta berhak atas tangga, khususnya pada yang berhadapan dengan keluarga, masyarakat, dan
perlindungan dari kekerasan dan anak hukum negara yang telah tercermin
diskriminasi sebagaimana dalam Pembukaan UUD 1945
diamanatkan dalam UUD 1945
Penjabaran tabel diatas merupakan sinkronisasi horizontal perdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang sejenis tentang
KSA di Indonesia. Dari beberapa penjelasan pada poin diatas terdapat sinkronisasi, dimana peraturan dari hierarki yang sama.
Dimana dalam penjelasan diatas terdapat ketidaksinkronan antara UU satu dengan lainnya dalam aspek pidana dan pendamping
hukum maupun pembinaan pasca terjadi tindak kekerasan bagi anak yang menjadi korban KSA.
B. SOLUSI DAN UPAYA PREVENTIF TERHADAP SINKRONISASI
PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN KEKERASAN SEKSUAL ANAK
a.Problematika yang Muncul terhadap Sinkronisasi
Dari segi sinkronisasi vertikal tidak terdapat miss sinkronisasi. Karena antara
Peraturan dari yang tertinggi sampe yang terendah memiliki sinkronisasi dalam
beberapa aspek diatas. Namun dalam sinkronisasi horizontal terdapat permasalahan Hal
tersebut bisa dilihat pada:
1.Aspek Pidana
a. Undang-undang no. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang memberikan
sanksi 15 tahun penjara dan 5 miliar denda pada pelaku KSA.
b. Undang-undang PKDRT no.23 Tahun 2004 sanksi bagi pelaku KSA hanya 12
tahun penjara dan denda tiga ratus juta.
c. Undang-undang NO. 39Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang pada pasal
66 ayat 2 dapat dikenakan hukuman mati atau seumur hidup bagi pelaku KSA, kecuali
anak-anak(dibawah umur)
3. Pemerintah
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Catatan Hari Anak Nasional, Ada 5.463 Anak Alami Kekerasan pada 2021 Halaman 2 -
Kompas.com. (n.d.). Retrieved February 27, 2022, from
https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/23/204500965/catatan-hari-anak-
nasional-ada-5.463-anak-alami-kekerasan-pada-2021?
amp=1&page=2&jxconn=1*1nu2ync*other_jxampid*T0p0T01ibUgtcEgyWWNJ
QWV6RHN2N1Qtc2Q5aTZCcHpGVms2YjVnNVQ4blJBeC03WU41MllIb3hWZ
VNrNU9oWQ
Darmini. (2021). Peran pemerintah dalam pencegahan kekerasan seksual terhadap anak.
QAWWAM: JOURNAL FOR GENDER MAINSTREAMING, 15(1), 45–68.
https://doi.org/10.20414/qawwam.v15i1.3387