JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 02, No. 01, Januari 2014
Pengaruh Proses Pemanasan Dengan Variasi Media Pendingin
Terhadap Nilai Kekerasan Dan Struktur Mikro Pada Baja
Karbon Sedang
Dina Restia Ningrum, Ediman Ginting Suka, Suprihatin
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung
JI, Sumantri Brojonegoro No. | Bandar Lampung
Email:dina.restia@yahoo.com, suprihatin@unila.co.id
Diterima (6 Mei 2013), direvisi (6 November 2013)
Abstract. Research has been carried out with variations of the cooling media to hardness
value and microstructure of leaf spring steel. Leaf spring steel was heated at temperature of
780 °C for 20 minutes. Further process, steel was cooled quickly (quenching) with kinds of
cooling medium, those were air, water, salt water, and oil, Samples of heating and cooling
treatment were tested by chemical composition test, hardness test, and microstructure test.
The results of chemical composition test showed that leaf spring steel include medium
carbon steel (0.57567% C), after the heat treatment process samples were not occurred
change of composition. The hardness testing revealed that highest average value in sample
using salt water quenching HRC at 61.25, the lowest value in the sample using air quenching,
at 22.94 HRC, water quenching at 59.45 HRC and oil quenching at 58.54 HRC.
Microstructure results in sample of air quenching produces grains of ferrite and pearlite,
whereas the quenching samples of water , salt water, and oil produces grains of martensite
and residual austenite.
Keywords: leaf spring steel, heat treatment, quenching, hardnes
5 test, micro structure.
Abstrak, Telah dilakukan penelitian dengan variasi media pendingin terhadap_nilai
kekerasan dan struktur mikro pada baja pegas daun. Baja pegas daun dilakukan proses heat
treatment pada temperatur 780 °C selama 20 menit. Setelah baja langsung didinginkan secara
cepat (quenching) dengan media pendinginan yang berbeda yaitu udara, air, air garam, dan
oli, Sampel hasil proses heat treatment dilakukan uji komposisi kimia, uji kekerasan, dan uji
struktur mikro. Hasil penclitian menunjukkan bahwa pengujian komposisi kimia, baja pegas
daun termasuk baja karbon sedang (0,57567% C), setelah proses heat treatment tidak
‘mengalami perubahan komposisi. Uji kekerasan nilai rata-rata tertinggi pada sampel yang
‘menggunakan quenching air garam 61.25 HRC, nilai terendah pada sampel quenching udara
22.94 HRC, untuk quenching air sebesar $9.45 HRC dan untuk quenching oli 58.54 HRC.
Hasil struktur mikro pada sampel quenching udara menghasilkan butir-butir ferit dan perlit
kasar sedangkan pada sampel quenching air, ait garam, dan oli menghasilkan butir-butir
‘martensit dan austenite sisa halus.
Kata Kunci: Baja pegas daun, proses heat treatment, quenching, wii kekerasan, struktur
rmikroDina Restia Ningrum: Pengaruh Proses Pemanasan Dengan Variasi Media Pendingin
‘Terhadap Nilai Kekerasan Dan Struktur }
PENDAHULUAN
Dalam —aplikasi
semua struktur
pengaruh gaya
penggunaan
logam akan terkena
luar berupa tegangan-
tegangan gesek sehingga menimbulkan
deformasi atau perubahan bentuk. aha
untuk menjaga agar logam lebih tahan
gesekan atau tekanan adalah dengan cara
perlakuan panas pada baja. Proses ini
meliputi_pemanasan baja pada suhu
tertentu, dipertahankan pada waktu tertentu,
dan didinginkan pada media tertentu pula.
Perlakuan panas mempunyai tujuan untuk
meningkatkan keuletan, _menghilangkan
tegangan internal, menghaluskan _butir
Kristal, meningkatkan Kekerasan, dan
sebagainya. Tujuan ini akan tercapai jika
memperhatikan —faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti suhu pemanasan
dan media pendingin (Djafrie, 1983).
Perlakuan panas (heat treatment) adalah
suatu proses mengubah sifat mekanis logam
dengan cara mengubah strukturmikro
melalui proses pemanasan dan pengaturan
kecepatan pendinginan dengan atau tanpa
mengubah komposisi kimia (Mizhar dan
Suherman, 2011).
Perlakuan panas biasanya menggunakan
pemanasan dan pendinginan hingga suhu
untuk mencapai hasil yang diinginkan
seperti pengerasan atau pelunakan baja
logam,
(Choudhry et al, 2001). Pada saat
pendinginan mengalami —_transformasi
martensit’ yang dapat meningkatkan
kekerasan (Zinn and Seniatin, 1988),
Hasil penelitian Nurtanti Indah Lestari
(2012) tentang pengaruh pemanasan, lama
pemanasan dan pendinginan dengan cepat
pada baja fhypoeutectoid menyimpulkan
bahwa nilai kekerasan tertinggi 62,7 HRC
dari kekerasan awal sebesar 30,1 HRC pada
temperatur 780 °C selama 20 menit.
Dalam penelitian ini baja pegas daun
akan dipanaskan pada temperatur 780 °C
*Coresponding author:
E-mail: dina restia@vahoo.com
36
ikro Pada Baja Karbon Sedang
selama 20 menit. Kemudian langsung
didinginkan secaracepat (quenching)
dengan media pendinginan yang berbeda
yaitu udara, ait, air garam, dan oli.
Selanjutnya dilakukan uji kekerasan dan
struktur mikro baja berdasarkan perbedaan
media pendingin, Pengujian ini dilakukan
untuk mendapatkan sifat baja yang
diharapkan tethadap pengaruh pemanasan
dengan media pendingin yang baik.
METODE PENELITIAN
Preparasi Sampel
Preparasi sampel dilakukan dengan
pomotongan baja pegas daun dengan
panjang 55 mm; lebar 20 mm; tinggi 10
mm sebanyak 12 buah, Untuk raw material
satu sampel dengan panjang 100 mm; lebar
50 mm; tinggi 10mm.
Uji Komposisi Kimia
Untuk mengetabui kandungan unsur-
unsur dalam bajapegas daun. Pengujian
dilakukan menggunakan mesin Optical
Emision Spectroscopy (OES). Sebelum
pengujian dilakukan, terlebihdahulu
permukaan sampel dibersihkan dengan
pengikiran, pengamplasan dan kemudian
dilakukan kalibrasi_ peralatan, Selanjutnya
sampel ditempatkan pada dudukan dan
divakumkan.
Perlakuan Panas
Proses perlakuan panas _dilakukan
menggunakan tungku pemanas atau
furnace. Dilakukan pemanasan awal (Pre-
Heating) pada temperatur 600 “C dengan
waktu tahan selama 30 menit. Pemanasan
dilanjutkan hingga temperatur 780. °C
selama 20 menit. Selanjutnya proses
pendinginan cepat dilakukan pada media
pendinginan udara, air, air garam, dan ol.JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika
Uji Kekerasan
Pengujian kekerasan dilakukan dengan
metode Rockwell. Pada metode ini
digunakan kerucut intan sebagai pendesak
permukaan — logam —sehingga__nilai
kekerasannya terbaca. Nilai kekerasan yang
diambil adalah nilai dari harga rata-rata,
dengan lima kali perlakuan pada daerah
yang berdekatan.
Uji Struktur Mikro
Untuk mengetahui struktur mikro dari
sampel digunakan mikroskop —_optik.
Preparasi sampel dikakukan dengan
memotong sampel sesuai dengan ukuran
alat uji struktur mikro, Selanjutnya sampel
dimounting, lalupengamplasan pada
sampel memakai kekasaran amplas dengan
nomor : #120, #240, #400, #600, #800,
#1000 dan #2000. Selanjutnya pemolesan
pada sampel menggunakan kain poles yang
ditempel pada piringan yang berputar pada
mesin poles, kemudian kain diberi diamon
pasta. Selanjutnya melakukan pengetsaan
dimana permuksan sampel dicelup dalam
Jarutan nital (larutan ctanol+asam_nitrit)
selama 5 detik, setelah itu dibersihkan
dengan air dan alkohol kemudian
dikeringkan dengan alat_pengering.
Kemudian dilakukan pengamatan struktur
mikro dengan pembesaran 300x.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Komposisi Kimia
Untuk mengetahui unsur-unsur_kimia
yang terkandung pada sampel dilakukan uji
komposisi. kimia menggunakan Optical
Emision Spectroscopy (OES). Tabel 1
merupakan hasil komposisi kimia sampel
tanpa perlakuan panas, baja ini termasuk
jenis baja Karbon sedang, dengan
kandungan karbon 0,57567%,
sehingga memungkinkan untuk dikeraskan
melalui proses perlakuan panas yang sesuai
(Amanto, 1999).
unsur
Vol. 02, No. 01, Januari 2014
‘Tabel 1. Hasil sampel tanpa pemanasan
c 057567 W 0,00702
0.27130 Ti 0,00324
s 0.01528 = Sn—0,01391
P 0.02468 AL 0,02379
Mn 0,85832 Pb_—S0,00135
Ni 0,09458 —Sb_——(0,00245
Cr 0.77200 Nb 0,00064
Mo 021192 0,00032
Vv 0,00524—Zn_———(0,00208
Cu 022377 Fe 97,0831
‘Tabel 2. Hasil sampel setelah pemanasan dan
quenching
Unsur_“éKomposisi _Unsur_YeKomposish
Cc 055532 W 0,00607
Si 0.26590 Ti_———0,00313,
s 0.01333. Su 0.01354
P0213. AL 002271
Mn 0.85065 Ph_=(0,00108
Ni 0.09458 Sb_0,00335
Cr 0.75837 Nb 000068
Mo 002108. Zr_~——0,00023
v 000511 Zn_——0,00179
Cu 022578 Fe 97,1332
Mangan (Mn) hasil uji komposisi sampel
sebesar 0,85832%. Unsur mangan dalam
baja dapat menyebabkan butiran lebih
halus, dapat meningkatkan kuat tarik tanpa
mengurangi regangan, schingga baja
bersifat kuat dan kenyal (Amanto, 1999),
Unsur mangan sangat diperlukan dalam
proses peleburan baja sebagai deoxider
(pengikat 02). Krom (Cr) sebesar 0,77200%
berpengaruh meningkatkan kekuatan tarik
dan keplastisan, menambah mampu keras,
meningkatkan tahan korosi dan tahan suhu
tinggi (Kurniawan, 2007). Unsur-unsur lain
dalam presentase kecil tidak begitu
berpengaruh pada sifat mekanik baja. Dari
hasil yang diperoleh, komposisi hanya
mengalami perubahan sedikit, rata-rata
0,014% schingga dapat disimpulkan bahwa
pada proses perlakuan panas pada sampel
37Dina Restia Ningrum: Pengaruh Proses Pemanasan Dengan Variasi Media Pendingin
‘Terhadap Nilai Kekerasan Dan Struktur }
tidak mengalami _perubahan komposisi
kimia (Adriansyah, 2007),
Hasil Pengujian Kekerasan
Dari hasil proses pemanasan (heat
treatment) sampel pada temperatur 780 °C
selama 20 menit dan quenching dengan
variasi media pendingin diperoleh_nilai
kekerasan yang _ berbeda-beda. uk
sampel raw material memiliki kekerasan
rata-rata sebesar 43.06 HRC. Setelah proses
heat treatment nilai__kekerasannya
mengalami peningkatan, Nilai kekerasan
tertinggi terdapat pada sampel yang
menggunakan media pendingin air garam
dengan kekerasan rata-rata sebesar 61,25
HRC. Untuk sampel yang menggunakan
media pendingin air memiliki kekerasan
rata-rata sebesar 59.45 HRC. Air yang
ditambahkan garam akan menyerap panas
lebih cepat daripada air karena titik didih
air garam lebih besar dari udara dan air.
Titik didih air garam, dimana garam yang
digunakan sebanyak 1000 gram dan pelarut
air 5 liter, memiliki titik didih air garam
tersebut 103,7°C.
Pendinginan menggunakan air akan
menyebabkan tegangan dalam, distorsi dan
retak (Gary 2011).
‘Tabel 3. Hasil uji kekerasan
Raiaraia
Nomor Nila
Sampel Spel 8 ata rata
sampel
Raw
material 1 43.06 oe
T a
Quenching 23.95 22.94
ware?
Quenchi ;
Quenching 3 594s
3
Quenchi ;
Quenching 5 61.25
airgam 3
Quenchi ;
Quenching 5854
3
38
ikro Pada Baja Karbon Sedang
Gambar 1. Terjadi Keretakan pada sampel untuk
(A) quenching air dan (B) quenching air garam
Hal ini disebabkan — perbedaan laju
pendinginan antara bagian permukaan dan
bagian inti dari sampel, sehingga terjadi
kontraksi termal. Bagian permukaan akan
lebih dulu— mengalami_—_penurunan
temperatur, sehingga terjadi pengembangan
pada inti dan menarik bagian permukaan
(Hadi, 2010). Retak dapat terjadi pada baja
dengan kadar karbon lebih besar dari 0.5%
(Vlack, 1984), Sampel yang digunakan
memiliki kadar karbon 0,57567% sehingga
pada permukaan sampel__ mengalami
keretakan,
Untuk sampel yang menggunakan media
pendingin oli memiliki kekerasan rata-rata
sebesar 58,54 HRC dan hasil warna pada
sampel lebih gelap. Hal ini terjadi karena
pada saat penyerapan panas pada oli akan
memberikan lapisan karbon pada kulit
(permukaan) benda kerja yang diolah
(Soedjono, 1978). Oli memiliki titik didih
lebih dari 100 °C, atau lebih tinggi dari titik
didih air dan air garam, Namun_ nilai
kekerasan pada media pendingin oli lebih
rendah dari air dan air garam, Selain titik
didih larutan, viskositas juga berpengaruh
terhadap lajupendinginan pada sampel
(Syaefudin, 2001). Viskositas pada oli
lebih tinggi dari air dan air garam sehingga
penyerapan panas akan lebih lambat.
Nilai kekerasan terendah terdapat pada
sampel yang — menggunakan media
pendingin udara dengan kekerasan rata-rata
sebesar 22,94 HRC. Udara memiliki_titik
didih -194 °C dan nilai_koefisien
viskositasnya 0,018 x 10° Pas (Giancoli,
1999), Titik didih udara paling rendah dari
media pendingin yang lain sehinggaJURNAL Teori dan Aplikasi Fisika
penyerapan panas pada sampel akan lebih
lambat (Soedjono, 1978).
‘Hasil Pengamatan Struktur Mikro
Hasil struktur mikro baja karbon sedang
dengan pembesaran 300x.
Pada Gambar 2A menunjukkan bahwa
baja Karbon sedang tanpa perlakuan panas
(raw material) memiliki fasa martensit
Vol. 02, No. 01, Januari 2014
seperti jarum, ferit yang berwara terang
dan perlit yang berwama gelap. Dari
Gambar 2A terlihat fasa perlit yang lebih
banyak daripada ferit dan martensit, Karena
baja karbon sedang bersifat keras dan
memiliki unsur karbon lebih tinggi yang
terdapat dalam perlit, Perlit_ merupakan
campuran ferit dan sementit yang berlapis
dalam suatu struktur butir dan mengandung,
karbon. Perlit memiliki sifat keras dan liat.
Fasa martensit merupakan hasil_ temper
sampel sebelumnya,
Gambar 2, Hasil struktur mikro pada sampel (A) raw material; (B) quenching udara; (C)
quenching air; (D) quenching air garam; (E) quenching oli
39Dina Restia Ningrum: Pengaruh Proses Pemanasan Dengan Variasi Media Pendingin
‘Terhadap Nilai Kekerasan Dan Struktur }
Pada Gambar 2C-E sampel proses
pemanasan dengan pendinginan cepat
menggunakan media air, air garam, dan oli
menghasilkan struktur mikro _berupa
martensit yang berwarna gelap dengan butir
yang seperti jarum. Selain itu juga terdapat
asa austenit sisa yang berwarna putih, Pada
Gambar 2C terlihat persebaran fasa
martensit tidak merata dan tidak tersusun
rapat, Selain itu juga tampak kondisi batas
butir yang berukuran besar. Sedangkan
pada Gambar 2D hasil untuk butir
martensitnya relatif runcing daripada
sampel yang menggunakan media air dan
oli, Pada quencing air garam martensit yang
dihasilkan penyebarannya lebih merata
dengan struktur butir yang halus. Hal ini
dipengaruhi oleh laju pendinginan air
garam yang lebih cepat dan teratur daripada
laju pendinginan air. Pada Gambar 2E fasa
martensit yang dihasilkan lebih merata dan
relatif tumpul daripada fasa martensit yang
menggunakan media pendingin air dan air
garam. Penyerapan panas pada oli tidak
cepat turun Karena viskositas oli lebih
tinggi dari air dan air garam.
Fase martensit merupakan peralihan fasa
austenit dengan struktur kristal FCC (Face
Center Cubic) menjadi struktur kristal BCC
(Body Center Cubic). Namun waktu
pendinginan yang relatif cepat, tidak
memberikan kesempatan karbon untuk
berdifusi keluar dari struktur kristal BCC.
Akibatnya karbon terjebak dalam struktur
Kristal BCC yang mengalami tegangan,
sehingga struktur kristal menjadi BCT
(Body Center Tetragonal). Austenit sisa
merupakan austenit- yang tidak sempat
berubah menjadi martensit (Mizhar dan
Suherman, 2011).
Hal ini membuktikan bahwa pada
sampel dengan butir kristal yang halus
memiliki kekerasan yang lebih tinggi dan
keuletan yang lebih’ rendah dibandingkan
dengan sampel yang memiliki butir kristal
yang lebih besar.
40
ikro Pada Baja Karbon Sedang
KESIMPULAN
Berdasarkan basil penelitian dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil pengujian komposisi_ kimia,
baja pegas daun termasuk baja karbon
sedang dimana karbon (C) mengandung
0,57567% C, setelah perlakuan panas (heat
treatment) tidak mengalami _perubahan
komposisi kimia, Untuk hasil uji kekerasan
nilai tertinggi rata-rata pada sampel yang
menggunakan quenching air garam sebesar
61.25 HRC, nilai terendah pada sampel
quenching dara sebesar 22.94 HRC.
Sedangkan nilai rata-rata untuk quenching
air sebesar 59.45 HRC dan untuk quenching
oli sebesar 58.54 HRC. Media pendingin oli
merupakan media pendingin yang relatif
baik, Karena dapat meningkatkan nilai
kekerasan tanpa mengalami keretakan pada
sampel. Hasil struktur mikro pada sampel
quenching udara menghasilkan butir-butir
ferit dan perlit sedangkan pada sampel
quenching air, air garam, dan oli
menghasilkan butir-butir martensit dan
austenite sisa. Semakin cepat laju
pendinginan pada sampel, maka semakin
halus butir-butir kristal dengan nilai
kekerasan yang lebih tinggi yang
dihasilkan, dan sebaliknya semakin lambat
laju. pendinginan pada sampel_ maka
semakin besar butir-butir Kristal yang
dihasilkan dengan nilai kekerasan_ yang,
rendah,
DAFTAR PUSTAKA
Adriansyah, (2007), Pengaruh Temperatur
Pada Proses Heat Treatment Untuk
Meningkatkan Ketahanan Aus Baja
Karbon Rendah Pada Pena Pegas Daun.
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa.Vol. I.
NO. 1.
Amanto, H. (1999).
Aksara, Jakarta.
Ilmu Bahan, BumiJURNAL Teori dan Aplikasi Fisika
Djafri, S. (1983). Terjemahan dari
Manufacturing Processes: Teknologi
Mekanik Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Gary, M. (2011). Heat Tretment, (Makalah
Proses Produksi). Universitas Sriwijaya.
incoli, D. C. (1999). Fisika Jilid I Edisi
Kelima. Erlangga. Jakarta.
Hadi, Q. (2010). Pengaruh Perlakuan Panas
pada Baja Konstruksi ST37_terhadap
Distorsi, Kekerasan dan Perubahan
Struktur Mikro. Seminar Nasional
Tahunan Teknik Mesin SNTTM ke-9.
ISBN 978-602-97742-0-7.
Kumiawan P., 1. (2007). Perbedaan Nilai
Kekerasan pada roses Double
Hardening dengan Media Pendingin Air
dan Oli SAE 20 pada Baja Karbon.
(Skripsi). Universitas Negeri Semarang,
Lestari, N. 1 (2012). Pengaruh
PemanasanLama — Pemanasan dan
Pendinginan Secara Cepat Terhadap
Sifat Kekerasan dan Mikrostruktur pada
Baja Hypoeutectiod. —_(Skripsi).
Universitas Lampung.
Mizhar, S. dan Suherman, (2011), Pengaruh
Perbedaan Kondisi Tempering Terhadap
Vol. 02, No. 01, Januari 2014
Struktur Mikro dan Kekerasan dari Baja
AISI 4140, Jurnal Dinamis. Vol. II. No.
8. ISSN 0216-7492.
Schonmetz, dan Gruber, A. K. (1985).
Pengetahuan Bahan dalam Pengerjaan
Logam. Aksara, Bandung. Hal 85 dan
82.
Soejdono, (1978). Pengetahuan Logam 1.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Viack, V. (1992). Iimu dan Teknologi
Bahan. Erlangga: Jakarta.
Yogantoro, A. (2010). Penelitian Pengaruh
Variasi Temperatur Pemanasan Low
Tempering, Medium Tempering dan
High Tempering pada Medium Carbon
Steel Produksi Pengecoran Batur-Klaten
terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan
Ketangguhan, (Skripsi). UMS.
Surakarta,
Zinn, S., and Semiatin, S. L. (1988).
Elements of Induction Heating: Design,
Control, and application. ASM
International.
41