Anda di halaman 1dari 8

Nama : Novia Rahma

NIM : 1210621018

Kelas : A SI-1

Tugas UAS Resensi 2 Buku Sejarah Sastra Indonesia

Judul : Sejarah Sastra Indonesia

Penulis : Rosida Erowati, M. Hum dan Ahmad Bahtiar, M. Hum

Penerbit : UIN Syarif Hidayatullah

Tahun Terbit : 2011

Tebal Buku : 97 hlm

Bahasa : Indonesia

Sejarah Sastra Indonesia merupakan buku karya Rosida Erowati M. Hum dan Ahmad
Bahtiar M. Hum. dimana keduanya orang ini memiliki latar belakang pendidikan pada bidang
sastra Indonesia. Buku ini adalah buku non-fiksi, yang dimana di dalamnya membahas ilmu
sejarah dan sastra. Rosida Erowati adalah pengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk mata kuliah Teori Sastra dan Kajian Drama. Sedangkan Ahmad Bahtiar pengajar di UIN
Syarif Hidayatullah dan beberapa kampus lainnya untuk mata kuliah Bahasa Indonesia dan
Sastra Indonesia. Beliau juga menulis buku selain lain yang terkait dengan sastra seperti Kajian
Puisi (2012).

Membahas Sejarah sastra merupakan pengetahuan yang terdiri fungsi sastra, riwayat para
sastrawan, riwayat pendidikann sastra, sejarah munculnya genre sastra, kritik, perbandingan
gaya, dan perkembangan kesusastraan. Dan tidak lupa mengulas pendapat dari para ahli yang
berkaitan dengan perkembangan sejarah dan periodisasi sastra Indonesia.
Buku ini cukup menambah pengetahuan saya tentang sejarah sastra Indonesia, dan
membantu saya dalam mengerjakan tugas, khususnya pada Mata Kuliah Sejarah Sastra
Indonesia. Secara garis besar informasi dalam buku ini cukup lengkap, dan sudah terdapat
informasi terbaru.

Bab1 merupakan awal dari pembahasan mengenai sejarah sastra indonesia yang akan dimulai
dengan hakikat sejarah sastra. Pada bab ini membahas pengertian sejarah sastra, fungsi sejarah
sastra, kedudukan sejarah sastra, pandangan dalam penulisan sejarah sastra, dan juga
problematika yang dialami para penulis sejarah sastra.

Sejarah sastra adalah pengetahuan yang mencakup uraian dan uraian tentang fungsi sastra
dalam masyarakat, sejarah pengarang, sejarah pendidikan sastra, sejarah munculnya genre sastra,
kritik sastra, membandingkan dan membedakan gaya dan perkembangan sastra. Oleh karena itu,
untuk mengkaji dan mengkaji sastra Indonesia, kita perlu memahami sejarah sastra Indonesia
sejak lahir hingga saat ini dari segi tokoh dan kepribadian serta berbagai peristiwa dan persoalan
yang terkandung di dalamnya.

Sejarah sastra adalah ilmu yang menunjukkan perkembangan karya sastra pada setiap
periode, pengarang menyeleksi karya-karya yang menonjol, karya-karya terbaik dalam suatu
kurun waktu, ciri-ciri khusus karya sastra. Dalam kajian teori sastra tidak mungkin mengabaikan
sejarah sastra suatu negara atau daerah, karena munculnya teori sastra yang dimulai dari
kehidupan masyarakat tercermin dalam karya sastra.

Bab2 membahas tentang kelahiran dan periode sastra indonesia. Di dalamnya membahas
pengertian dari pengertian dari sastra indonesia, beberapa pendapat kelahiran sastra indonesia,
beberapa pendapat periodesasi sastra, dan karakteristik periode sastra indonesia.

Untuk kepraktisan pengajaran maka pengertian Sastra Indonesia ialah sastra berbahasa
Indonesia yang sudah berkembang abad ke20 sebagaimana tampak penerbitan pers (surat kabar
dan majalah) dan buku, baik dari usaha swasta maupun pemerintah kolonial. Dengan demikian
penulisan Sejarah Kesusastraan Indonesia pada buku ini tidak dimulai oleh penerbitan-penerbitan
Balai Pustaka tetapi ditarik mundur ke tahun1850an sejak hadirnya karya-karya para aktivis
pergerakan nasional yang dikenal dengan bacaan liar dan penulis para Tionghoa yang dikenal
Sastra Indonesia Tionghoa atau sastra MelayuTionghoa.

Adapun beberapa tokoh yang berpendapat kelahiran sastra Indonesia contohnya menurut
Umar Junus : 1928, Ajip Rosidi : 1922, A. Teeuw : 1920. Maka penulisan sejarah sastra
Indonesia dalam buku sejarah sastra ini membagi periode sebagai berikut:

 Periode 1850 –1933


 Periode 1933 –1942
 Periode 1942 -1945
 Periode 1945 –1961
 Periode 1961 –1971
 Periode 1971 –1998
 Periode 1998 – Sekarang

Bab3 membahas tentang periode 1950-1933. Dimana didalamnya membahas sastra melayu
tionghoa, bacaan liar, sastra koran, politik etis dan juga balai pustaka.

Pada kurun awal perkembangannya, terbit karya-karya terjemahan sastra Cina dan Eropa
yang dikerjakan oleh Lie Kim Hok, antara lain: Kapten Flamberge setebal 560 halaman,
Kawanan Bangsat setebal 800 halaman, Pembalasan Baccarat setebal 960 halaman, sebelum
terbit roman-roman Balai Pustaka di Indonesia telah tumbuh dan berkembang sastra Melayu-
Tionghoa

Karya tersebut muncul 20 tahun lebih awal dibandingkan karya Sastra Balai Pustaka yang
antara lain ditandai dengan terbitnya novel Azab dan Sengsara: Kisah kehidupan Anak Gadis
karya Merari Siregar pada 1920 dan Siti Nurbaya karya Marah Rusli pada tahun 1922.
Perkembangan Kesusastraan Indonesia pada periode awal ditandai dengan produksi bacaan kaum
pergerakan yang sering disebut oleh negara kolonial sebagai "Bacaan Liar". Yang terpenting dari
reaksi pemerintah kolonial ini adalah--terutama setelah Balai Poestaka direformasi pada tahun
1917--pemberian label "bacaan liar" untuk tulisan-tulisan pemimpin pergerakan. Sementara itu
tugas utama Balai Poestaka adalah menyiapkan bahan bacaan bagi masyarakat, antara lain
menggunakan hasil penelitian dan pikiran para ilmuwan orientalis ini, sehingga jelas kedua
institusi ini tidak dapat terpisahkan secara organisasi apalagi dari segi kepentingan politik
danideologi. .

Bab4 membahas tentang periode 1933-1942. Dimana membahas pujangga baru, dan polemik
kebudayaan.

Pujangga Baru terbit sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai
Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang
menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran bangsa. Sekadar menyebut dua contoh, majalah
Panji Pustaka (1922– 1945) dan Pedoman Masyarakat (1935–1942), misalnya, merupakan
majalah mingguan dengan tiras yang jauh lebih banyak dibandingkan Pujangga Baru. Lahirnya
majalahPujangga Baru itu sendiri, di samping memang dimaksudkan untuk menampung aspirasi
sastrawanan yang tersebar di pelosok Nusantara.

Sumbangan Pujangga baru terhadap pemikiran kebudayaan Indonesia adalah


diberikannya kesempatan pada sastrawan dan budayawan untuk menyalurkan pendapatnya
sehingga menjadi polemik yang hebat dan meluas. Artikel ini pula yang belakangan menjadi titik
pangkal terjadinya polemik kebudayaan yang melebar dari Pujangga Baru lewat Poerbatjaraka
(3/III/ September 1935) sampai ke mediamassa lain, seperti Suara Umum (Surabaya), Bintang
Timur (Ja-karta), Pewarta Deli (Medan) dan Wasita (Yogyakarta).
Bab 5 membahas periode 1942-1945. Di dalamnya membahas masa kependudukan jepang dan
sastra propaganda.

Beberapa pengarang yang masih menulis pada periode lebih banyak menulis karya-karya
untuk kepentingan Jepang sebagai bagian dari propaganda Jepang. Pada periode yang melahirkan
warna pelarian, kegelisahan, dan peralihan ini pula berhentinya majalah berpengaruh, Pujangga
Baru, yang menghasil polemik hebat tentang pandangan orientasi kebudayaan Indonesia :
haruske Barat (kubu Sutan Takdir Alisyahbana) atau ke Timur (kubu Sanusi Pane).Polemik
tersebut akhirnya berhenti dengan kedatangan Jepang. Kemudian untuk memperbanyak karya
proganda, Jepang mengadakan sayembara penulisan cerita baik cerpen maupun naskah
sandiwara yang bekerja sama dengan berbagai harian seperti Jawa Baru.

Bab6 membahas periode 1945-1961. Yang membahas gelanggang seniman merdeka, lembaga
kebudayaan rakyat, kritis sastra, dan majalah kisah.

Lewat Gelanggang itu para seniman yang dimotori Chairil Anwar, Asrul sani, dan Idrus
berkumpul dan merealisasikan kemerdekaan dan mengisinya dengan menciptakan karya-karya
penting sehingga melahirkan sebuahgenerasi baru yang berbeda dengan pujangga baru dan
generasi sebelumnya. Chairil juga menjadi bagian tersendiri dalam kajian atau penelitian
mengenai sastra yang ditulis sastrawan. Untuk pertama kali dibicarakan tentang “Impasse
(kemacetan) dan “krisis sastra Indonesia” sebagai akibat dari gagalnya revolusi Indonesia, tetapi
persoalan tentang krisis baru menjadi bahan pembicaraan yang ramai ketika terbit majalah
konfrontasi pada pertengahan tahun 1954. Dalam tulisan berjudul “Situasi 1954”.

Bab7 membahas periode 1961-1971. Dalamnya membahas menifestasi kebudayaan, majalah


horson, dan heboh sastra

Bagian ini menjelaskan periode yang penuh pergolakan dengan banyaknya pertentangan
para sastrawan yang mewakili kepentingan dan golongannya masing-masing. Polemik itu
berawal dari penolakan 26 sastrawan dan budayawan yang dimotori Taufiq Ismail menolak
penganugrahan Masagsay kepada salah satu tokoh Lekra tersebut. Karena menghargai perbedaan
adalah pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh generasi muda dalam menyikapi konflik Lekra
dan Manikebu. Dan juga dihidupkannya kembali majalah sastra yang pernah menjadi bulan-
bulan Lekra.

Bab8 membahas periode 1971-1998. Dimana membahas sastra populer, sastra eksperimentasi,
pengadilan puisi, dan sastra akademik/fakultas sastra.

Selain munculnya majalah yang memuat puisi-puisi mbeling, semarak pula periode ini
dengan majalah-majalah khusus wanita yang itu mengentalkan tradisi sastra populer di
Indonesia. Merespon hal itu maka, di beberapa universitas banyak dibuka jurusan sastra untuk
melahirkan sarjana sastra yang memahami berbagai teori dan metode sastra. Sarjana-sarjana
tersebut diharapkan akan menjadi kritikus-kritikus yang andal yang tidak hanya dibutuhkan
masyarakat untuk memandu memahami karya sastra tetapi juga dibutuhkan oleh sastrawan untuk
memberi rangsangan untuk menulis karya sastra lebih baik lagi. Diharapkan dengan kritik yang
baik perkembangan kesusastraan Indonesia berjalan dalam koridor yang sehat sehingga akan
lahir karya-karya penting mungkin masuk menjadi sastra dunia.

Bab9 membahas periode 1998-sekarang. Dimana didalamnya membahas perempuan penggarang,


sastra cyber, dan banjir cerpen.

Pada periode akhir ini kesusastraan Indonesia modern ini ditandai dengan adanya
pengarang-pengarang perempuan yang banyak diapresiasikan masyarakat. Karena perkembangan
teknologi yang cukup pesat, internet menjadi ruang menulis untuk para penulis yang tidak
tertampung du majalah, koran, atau penerbit. Hal ini juga menjadi lahirnya Sastracyber di
Indonesia. Yang berfungsi untuk perkembangan sebuah media penerbitan lainnya. Dengan
adanya banjir cerpen dapat memperkaya majakag khasanah sastra Indonesia, hal ini akan di catat
agar masa lalu cerpen tidak terulang lagi yaitu banyaknya cerpen tidak terlacak.

Dalam buku Sejarah Sastra Indonesia membahas tentang pengertian dari sastra itu
sendiri, perkembangan sastra Indonesia, dan juga beberapa periode . Struktur penulisannya sudah
sangat teratur, sesuai dengan urutan perkembangannya sehingga para pembaca lebih mudah
memahami mengenai urutan sejarah sastra Indonesia .

Keunggulan dalam buku ini, memiliki informasi yang lebih lengkap dan terbaru yang
membuat pembaca menerima pengetahuan baru dan juga detail. Seperti pada sejarah melayu
tionghoa, macam-macam harga produksi bacaannya di cantumkan yaitu f.0,75, f.0,80 dan f.1.

Kelemahan dari buku ini sendiri adalah ada beberapa kata yang mungkin sulit dipahami
oleh para pembaca karena informasi yang diberikan lebih detail dan tidak semua pembaca
memahaminya secara langsung.

Secara keseluruhan buku sudah memenuhi kelayakan untuk dibaca oleh para mahasiswa
menambah sebuah pengetahuan baru. Dari segi penulisan yang sudah terstruktur dengan rapih,
kelengkapan materi, dan detail terkecil yang diberikan.
Judul : Pengantar Sejarah Sastra Indonesia

Penulis : Yudiono K. S.

Penerbit : Grasindo

Tahun Terbit : 2007

Tebal Buku : 366 hlm

Bahasa : Indonesia

Buku Pengantar Sejarah Satra Indonesia adalah buku karya Yudiono K.S. yang dimana di
dalamnya membahas tentang ilmu sejarah dan sastra Indonesia. Dengan berisikan ilmu
pengetahuan buku ini termasuk dalam buku non-fiksi. Yudiono K.S merupakan seorang
sastrawan, kritikus, penulis cerpen, wartawan, dan dosen sastra. Yang lahir pada tanggal 27
Oktober 1948, di Temanggung, Jawa Tengah.

Sastra Indonesia ialah sastra yang berbentuk bahasa Indonesia, sedangkan puisi, cerpen,
novel naskah drama merupakan hasil dari sastra itu sendiri. Sastra Indonesia tidak hanya
mengenai keseluruhan sastra yang berkembang di Indonesia, melainkan sastra daerah juga sudah
berkembang.

Buku ini sangat cocok dijadikan sebagai buku pendamping atau buku bacaan khususnya
pada mata kuliah Sastra Indonesia, karena sangat membantu dalam pengetahuan dan penugasan
yang diberikan oleh buku tersebut.

Berbeda dari buku Sejarah Sastra Indonesia pada periode-nya dibagi menjadi 7 sedangkan buku
Pengantar Sastra Indonesia ini terbagi menajdi 4 periode yaitu :

 Masa Pertumbuhan Sastra Indonesia (1900-1945)


 Masa Pergolakan Sastra Indonesia (1945-1965)
 Masa Pemampanan Sastra Indonesia (1965-1998)
 Masa Pembebasan Sastra Indonesia (1998-sekarang)

Bab1 membahas tentang pendahuluan, yaitu menjelaskan sastra Indonesia dan pengertian sastra
Indonesia. Tidak hanay iut didalamnya juga membahas definisi sastra, jenis-jenis sastra, dan
permasalahan dan periodesasi sejarah sastra.

Bab2 didalamnya membahas sejarah sastra Indonesia. Yang meliputi pengertian sastra, sejarah
sastra dunia, dan juga periodesasi sejarah sastra di Indonesia. Periodesasi yang dikemukakakn
pada buku ini berdasaran dari beberapa ahli, yaitu Ajip Rosidi, jakob Sumardjo, dan lain-lain.

Bab3 membahas masa pertumbuhan sastra Indonesia pada tahun 1990-1945. Di dalamnya
membahas mengenai sekolah dan pers, balai pustaka, pujangga baru sdan sastra pendudukan
jepang. Pada masa itu juga beberapa bacaan terpilih diperiodesasi ini, yaitu Azab dan Sengsara,
Belenggu, Di Bawah Lindungan Kabah, Layar Terkembang, Nyai Dasima, Salah Asuhan, Sitti
Nurbaya, Student Hijo, Sukerni Gadis Bali, Tenggelamnya kapal Van Der Wijck.

Bab4 merupakan bab yang membahas masa pergolakan sastra Indonesia pada tahun 1945-1965,
yang menjelaskan mengenai surat kepercayaan gelanggang dimana surat tersebut merupakan
pernyataan sikap seniman, dan juga membahas lembaga kebudayaan rakyat, majalah kisah, dan
manifest kebudayaan.

Bab5 membahas masa pemapanan Sastra Indonesia pada tahun 1965-1998. Pada periode ini
membahas majalah Horison, dan redaksinya yang tidak terlepas dari nama besar H.B. Jassin.
Majalah sastra diterbitkan pertama kali pada tanggal 1 Mei 1961, kemudian berdirinya pusat
bahasa di Rawamangun, Jakarta Timur. Pusat Bahasa ini menjadi pusat pengambangan
penelitian, dan pembeljaran bahasa.

Bab6 membahas masa pembebasan sastra Indonesia pada tahun 1998- sekarang. Didalamnya
membahas sastra yang terbaru di Indonesia. Masa ini dipenuhi dengan krisis sastra, karena ada
perubahan sosial-politik akibat reformasi.

Bab7 berisikan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan rangkuman dari amteri yang sudah
dijabarkan dalam buku ini.

Buku ini sudah sangat cukup dalam penyampaian materi yang sudah sesuai dengan topik
yang ingin dibahas. Materi yang diberikan juga terperinci dari peridtiwa, tokoh, dan hasil
karyanya. Penggunaan bahasa di buku ini menggunakan bahasa Indonesia dengan ejaan dan
tanda baca yang sudah pas.
Keunggulan pada buku ini sendiri penjelasan pembahasan dijelaskan secara rinci setiap
babnya, kemudian pada bab terakhir disajikan beberapa lampiran dan disetiap akhir materi
terdapat uji pemahaman yang membuat kita akan semakin paham materinya setalah
mengerjakannya. Kelemahan buku ini adalah adanya beberapa materi yang menurut saya tidak
penting dan memiliki banyak sumber yang sedikit sulit untuk dipahami. Kemudian perbedaan
dari buku sebelumnya ialah materi dari buku sebelumnya lebih terbaru dari buku Pengantar
Sastra Indonesia.

Secara keseluruhan buku sudah memenuhi kelayakan untuk dibaca oleh para mahasiswa
menambah sebuah pengetahuan baru. Dari kelengkapan materi dan keunggulan-keunggulan
lainnya.

Kesimpulannya Buku Sejarah Sastra Indonesia karya Rosida Erowati, M.Hum dan
Ahmad Bahtiar, M.Hum, membahas mengenai sejarah sastra Indonesia menjelaskan segala
konflik yang ada, pendapat para sastrawan atau ahli dan lainnya, dan juga materi yang lebih
terbaru dari Buku Pengantar Sastra Indonesia karya Yudiono K.S dalam bukunya menggunakan
banyak sumber. Menurut saya buku ini harus ada yang diperbaiki lagi dari segi penulisannya, ada
beberapa kesalahan penulisan yang ada dibuku ini. Kedua buku ini sangat cocok untuk siapa pun
kalangan yang ingin mendapat informasi lebih jauh mengenai sejarah sastra Indonesia terutama
bagi para Mahasiswa Sastra Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai