Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinetika Kimia

Kinetika kimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang

proses yang berhubungan dengan kecepatan atau laju suatu reaksi dan faktor-faktor

yang mempengaruhi laju reaksi. Dalam praktek suatu reaksi kimia dapat berlangsung

dengan laju atau kecepatan yang berbeda-beda (Baharuddin, 2013: 120).

Kinetika kimia adalah bagian ilmu kimia yang mempelajari laju reaksi kimia,

faktor-faktor yang mempengaruhi serta menjelaskan hubungannya terhadap

mekanisme reaksi. Besi lebih cepat berkarat dalam uadara lembab dari pada dalam

udara kering, makanan lebih cepat membusuk apabila tidak didinginkan. Untuk

penjumlahan tahap-tahap dalam suatu reaksi di sebut mekanisme reaksi

(Keenam, 1984: 512).

Kinetika merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang proses yang

berhubungan dengan kecepatan atau laju syatu reaksi faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi. Pada praktek suatu reaksi kimia dapat berlngsung dengan

laju dan kecepatan yang berbeda-beda (Syahrul, 2007: 122).

B. Laju Reaksi

Menurut Baharuddin (2013: 127) laju reaksi adalah perubahan jumlah

pereaksi dan hasil reaksi per satuan waktu. Laju reaksi atau kecepatan reaksi dapat

pula didefinisikan sebagai berkurangnya konsentrasi reaktan per satuan waktu,

bertambahnya konsentrasi produk per satuan waktu, perubahan konsentrasi zat-zat

reaktan/produk per satuan waktu. Misal untuk reaksi berikut:

3
4

aA + bB cC +dD…………………..(II.1)

Menurut teori tumbukan, reaksi kimia selalu diawali dengan tumbukan

antarmolekul, namun tidak setiap tumbukam efektif (menghasilkan reaksi). Reaksi

akan terjadi bilamana molekul yang bertabrakan memiliki energi kinetik yang cukup

besar sehingga melampaui suatu harga yang disebut energi aktifasi atau energi

pengaktifan (Ea) (Baharuddin, 2013: 127).

Mekanisme reaksi merupakan perincian serangkaiaan reaksi elementer,

dengan laju yang digabungkan untuk menghasilkan reaksi keseluruhan. Sangat

mungkin untuk menuliskan beberapa mekanisme reaksi, masing-masing sesuai

dengan reaksi keseluruhan yang ada. Salah satu tujuan kinetika kimia adalah

menggunakan laju reaksi hasil pengamatan untuk memilih berbagai mekanisme reaksi

yang dapat diterima. Reaksi fasa gas dari nitrogen dioksida dengan karbon monoksida

merupakan contoh yang baik untuk mekanisme reaksi. Mekanisme yang umumnya

diterima pada suhu rendah terjadi dalam dua langkah, keduanya bimolekular :

NO2 + NO2 →NO3 + NO (lambat)

NO3 + CO → NO2 + CO2 (cepat)

Untuk setiap mekanisme reaksi, gabungan kedua langkah ini seharusnya

menghasilkan reaksi keseluruhan. Bila setiap langkah elementer terjadi dengan

jumlah yang sama selama berlangsungnya reaksi, maka persamaan kimia dapat

dijumlahkan saja (Oxtoby, 2001 : 426).

Suatu mekanisme reaksi (reaction mechanism) adalah deskripsi rinci langkah

demi langkah suatu reaksi kimia. Setiap langkah dalam mekanisme dinamakan proses

erlementer (elementary process), yang mendeskripsikan setiap kejadian molekular


5

yang secara signifikan mengubah energi atau geometri molekul atau menghasilkan

molekul baru (Petrucci, 2008: 220).

C. Orde Reaksi
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari) konsentrasi dalam

persamaan laju. Jika laju suatu reaksi kimia berbanding lurus dengan pangkat satu

konsentrasi dari hanya satu pereaksi, maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde
pertama. Jika laju reaksi itu berbanding lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi atau

berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari dua pereaksi, maka reaksi itu

disebut reaksi orde kedua. Dapat juga disebut orde terhadap masing-msing pereaksi.

(Keenan, 1984: 531).

Menurut Petrucci (2008:205) Orde reaksi dibedakan menjadi:

1. Reaksi Orde Nol

Reaksi orde ke-nol (zero order reaction) keseluruhan mempunyai hukum

laju yang jumlah eksponennya, m+n…. sama dengan 0. Sebagai contoh, kita ambil

reaksi dengan reaktan tunggal A yang terdekomposisi menjadi produk

A Produk

Jika reaksi mempunyai orde ke nol, hukum lajunya adalah

Laju reaksi= k[A]° = k = konstan (II.2)

Ciri lain reaksi orde ke-nol adalah

a. Grafik konsentrasi- waktu merupakan garis lurus dengan kemiringan

negatif

b. Laju reaksi yang sama dengan k dan tetap konstan di sepanjang reaksi

adalah negative dari kemiringan garis ini.

c. Satuan k sama dengan satuan laju reaksi mol L-1 (waktu)-1, misalnya
6

mol L-1 s-1 atau M s-1.

Persamaan (II.2) adalah hukum laju reaksi orde ke nol. Persamaan lain yang berguna

yang disebut hukum laju terintegrasi (integrated rate law), menyatakan konsentrasi

reaktan sebagai fungsi waktu.

2. Reaksi Orde Pertama

Suatu reaksi orde pertama keseluruhan memiliki laju dengan jumlah

eksponen, m+n… sama dengan 1. Jenis yang sangat umum dari reaksi orde pertama

adalah reaksi dengan satu reaktan terdekomposisi menjadi beberapa produk.

3. Reaksi orde Dua

Reaksi orde kedua keseluruhan mempunyai hukum laju dengan jumlah

eksponen, m+n…, sama dengan 2.

Untuk menghitung orde reaksi dapat digunakan metode seperti gunakan metode laju

awal jika data percobaan diberikan dalam bentuk laju reaksi pada konsentrasi awal

yang berbeda-beda, ditemukan grafik data laju yang menghasilkan garis lurus, ujilah

kekonstanan waktu paruh (hanya baik untuk orde pertama) dan substitusikan data laju

ke dalam hukum laju terintegrasi untuk menemukan dan memberikan nilai k konstan(

Petrucci,2008:213)

Menurut Petrucci (2008: 213), untuk menemukan konstanta laju k reaksi,

gunakan salah satu metode berikut

a. Dapatkan k dari kemiringan pada grafik garis-lurus.

b. Substitusikan data konsentrasi-waktu ke dalam hukum laju terintegrasi yang

cocok.

c. Dapatkan k dari waktu paruh reaksi (hanya baik untuk reaksi orde ertama).
7

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Laju suatu reaksi kimia secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain sifat dan konsntrasi pereaksi, suhu, ukuran partikel (pada reaksi heterogen)

dan katalisator. Sifat-sifat zat, baik sifat kimia maupun sifat fisikanya, merupakan

faktor yang sangat menentukan laju reaksi. Jika zatnya berbeda, maka laju reaksinya

dapat berbeda terhadap suatu pereaksi yang sama. Sebagai contoh logam natrium

dengan air. Demikian pula jika kedua logam tersebut direaksikan dengan gas oksigen.

Magnesium dapat bereaksi dengan cepat dengan adanya bantuan nyala, tetapi logam

natrium tidak. Reaksi antara bahan logam dengan oksigen, yang non polar dengan

istilah korosi atau pengkaratan, berlangsung dengan laju yang sangat lambat. Berbeda

halnya dengan proses oksidasi logam natrium yang berlangsung dengan laju yang

sangat tinggi. Jadi, laju reaksi sangat dipengaruhi oleh sifat zat/bahan yang bereaksi

(Baharuddin, 2007:125).

Menurut (Tim Dosen, 2013: 134 – 36) laju reaksi kimia secara umum

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Sifat pereaksi

Sifat – sifat zat, baik sifat kimianya maupun sifat fisikanya, merupakan faktor

yang sangat menentukan laju reaksi. Jika zatnya berbeda, maka laju reaksinya dapat

berbeda terhadap suatu pereaksi yang sama.

2. Konsentrasi

Larutan dengan konsentrasi yang besar (pekat) mengandung partikel yang

lebih rapat, jika dibandingkan dengan larutan encer. Semakin tinggi konsentrasi

berarti semakin banyak molekul – molekul dalam setiap satuan luas ruangan,

akibatnya tumbukan antar molekul makin sering terjadi dan reaksi berlangsung
8

semakin cepat. Hubungan kuantitatif perubahan konsentrasi dengan laju reaksi tidak

dapat ditetapkan dari persamaan reaksi, tetapi harus melalui percobaan.

3. Suhu

Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi, jika suhu dinaikkan maka

molekul – molekul bergerak lebih cepat sehingga memiliki energi kinetik lebih besar,

sehingga semakin besar pula kemungkinannya untuk menghasilkan tumbukan efektif.

Dengan naiknya suhu, energi gerak (kinetik) pertikel ikut meningkat sehingga

semakin banyak partikel yang memiliki energi kinetik di atas harga energi aktivitas.

4. Luas permukaan

Suatu zat akan bereaksi apabila bercampur dan bertumbukan. Pada

pencampuran reaktan yang terdiri dari dua fasa atau lebih, tumbukan berlangsung

pada bagian permukaan zat. Padatan berbentuk serbuk halus memiliki luas

permukaan bidang sentuh yang lebih besar dari pada padatan berbentuk lempeng atau

butiran. Semakin luas permukaan partikel, maka frekuensi tumbukan kemungkinan

akan semakin tinggi sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat.

5. Katalisator

Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak mengalami

perubahan kimia secara permanen, sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat

diperoleh kembali. Katalis mempercepat reaksi dengan cara menurunkan harga energi

aktivasi. Katalisis adalah peristiwa peningkatan laju reaksi sebagai akibat

penambahan suatu katalis. Meskipun katalis menurunkan energi aktivasi reaksi, tetapi

ia tidak mempengaruhi perbedaan energi antara produk dan pereaksi. Dengan kata

lain, penggunaan katalis tidak akan mengubah entalpi reaksi .


9

Katalisator mempengaruhi kecepatan reaksi kimia dalam satu atau dua jalan,

dengan pembentukan senyawa antara dengan adsorpsi. Proses esterifikasi dipercepat

dengan penambahan asam kuat, seperti asam sulfat atau asam klorida. Titik

keseimbangan reaksi tidak diubah oleh katalis, hanya kecepatan esterifikasinya

ditingkatkan. Dalam setiap kasus, sekarang secara umum digunakan sebuah katalis,

yang biasanya asam sulfat, dalam pencampuran dengan alkohol dan asam yang akan

direaksikan (Setyawardhani, 2012: 64).

Ketergantungan konstanta laju reaksi terhadap suhu dapat dinyatakan dengan

persamaan yang dikenal sekarang sebagai persamaan Arrhenius:

k = Ae –Ea/RT

dimana Ea adalah energi aktivitas dari reaksi (KJ/mol), R adalah konstanta gas

(8,314 J/K.mol), T adalah suhu mutlak dan e adalah basis dari skala logaritma

natural. Besaran A menyatakan frekuensi tumbukan dan dinamakan faktor frekuensi.

Faktor ini dapat dianggap sebagai konstanta untuk sistem reaksi tertentu dalam

kisaran suhu yang cukup lebar. Konstanta laju berbanding lurus dengan faktor

frekuensi dan dengan begitu, berbanding lurus dengan frekuensi tumbukan. Selain itu,

karena tanda minus untuk eksponen Ea/RT, maka konstanta laju menurun dengan

meningkatnya energi aktivitas dan meningkat dengan meningkatnya suhu (Chang,

2004: 45).

Anda mungkin juga menyukai