Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN TRIASE

PUSKESMAS KARANG DAPO

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA

UPT PUSKESMAS KARANG DAPO


TAHUN 202
BAB I

DEFINISI
1. DEFINISI

Triase berasal dari bahasa Prancis yaitu trier dan bahasa Inggris yaitu triage, ditirukan
dalam bahasa Indonesia yaitu triase yang berarti sortir. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk
menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas, peralatan serta fasilitas
yang paling efisien terhadap orang yang memerlukan perawatan di UGD.

Triase adalah suatu sistem seleksi penderita sesuai dengan kegawat daruratan sehingga
menjamin penderita untuk mendapatkan prioritas pelayanan gawat darurat secara cepat dan akurat.
Penderita yang masuk dalam sistem triase, segera diserahkan ke ruang periksa sesuai dengan sifat
kegawatan penyakit dan jenis pertolongan yang dibutuhkan. Dokter dan perawat mempunyai
batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu
waktu 10 menit.

2. TUJUAN TRIASE

Tujuan dari triase adalah untuk memastikan bahwa tingkat dan kualitas pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat adalah sesuai dengan kriteria klinis, bukan didasarkan pada kebutuhan
organisasi atau administrasi. Standar sistem triase bertujuan untuk mengoptimalkan keselamatan
dan efisiensi pelayanan darurat berbasis puskesmas dan untuk menjamin kemudahan akses terhadap
pelayanan kesehatan di seluruh lapisan masyarakat.

3. FUNGSI TRIASE

Triage adalah mempunyai fungsi dalam pemberian pelayanan di instalasi gawat darurat, dimana
sejumlah orang dengan berbagai kondisi yang sama dapat datang ke UGD pada waktu yang
bersamaan. Meskipun sistem triase mungkin berfungsi dengan cara yang sedikit berbeda tergantung
sejumlah faktor lokal, namun sistem triase yang efektif memberikan dampak yang penting berikut
ini:

1. Sebagai sebuah tempat masuk tunggal untuk semua pasien datang (bersifat ambulans dan
non ambulans), sehingga semua pasien memperoleh proses penilaian yang sama.
2. Lingkungan fisik yang sesuai untuk melakukan pemeriksaan singkat, juga di perlukan
lingkungan yang memberikan kemudahan untuk pasien menyampaikan kondisi klinis,
memperoleh rasa aman dan persyatan administrasi, serta ketersediaan peralatan pertolongan
pertama serta tersedianya fasilitas cuci tangan.
3. Sebuah sistem penerimaan pasien yang terorganisir akan memungkinkan kemudahan aliran
informasi kepada pasien dari unit triase sampai seluruh komponen instalasi gawat darurat,
dari pemeriksaan sampai penanganan pasien.
4. Didapatnya data yang tepat waktu untuk kebutuhan pemberian pelayanan termasuk sistem
untuk memberitahukan kedatangan pasien dengan ambulan dan pelayanan gawat darurat
lainnya.

4. PRINSIP TRIASE

Prinsip yang harus di terapkan dalam pelaksanaan triase:

1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu


Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang mengancam
kehidupan adalah hal yang terpenting dalam unit gawat darurat.
2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat
Intinya ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam proses anamnese.
3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian
Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bila terdapat
informasi adekuat serta data yang akurat.
4. Melakukan intervensi berdasrkan keakuratan dan kondisi pasien.
Tanggung jawab utama dalam pelaksanaan triase adalah mengkaji secara akurat seorabg
pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien tersebut. Hal tersebut termasuk
intervensi terapeutik, prosedur diagnostik dan tugas terhadap suatu tempat yang dapat
diterima untuk suatu pengobatan.
5. Tercapainya kepuasan pasien
Petugas kesehatan yang melakukan triase seharusnya mememnuhi semua yang ada diatas
saat menetapkan hasil secara serempak dengan pasien dan menghindari keterlambatan
penanganan yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehtan pada seseorang yang
sakit dalam keadaan kritis serta memberikan dukungan emosional kepada pasien dan
keluarganya.

6. SKALA/LABEL TRIASE

1. Label Merah
Pasien yeng memerlukan resuisitasi dan stabilisasi
a. Gangguan jantung yang mengancam
b. Gangguan pernafasan
c. Syock oleh beberapa causa
d. Trauma kepala dengan pupil anisokor
e. Perdarahan eksternal masif
f. Luka bakar >50 % atau luka bakar di daerah thorak
g. Tension pneumothorak
2. Label Kuning
Pasien yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat ditunda sementara.
a. Pasien dengan resiko syock
b. Fraktur multiple
c. Fraktur femur/pelvis
d. Luka bakar derajat II dan III
e. Gangguan kesadaran/trauma kepala
f. Pasien dengan status yang tidak jelas
3. Label Hijau
Pasien yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda
a. Fraktur minor
b. Luka bakar minor dan luka minor
c. Medical/non medical

4. Label Hitam
Pasien yang telah meninggal dunia

7. STANDAR SARANA

1. Sarana Non Medis (alat / bahan ) :

a. Ruang Triase memenuhi ketentuan :

Ruangan : 3 x 4 m

Ada penyekat/kelambu : 3 buah

Wastafel dengan air mengalir : 1 buah

Ventilasi udara baik


Cahaya / penerangan baik
Lantai keramik dan bersih
Ada stop kontak listrik : 1 buah
Pembersih tangan : 1 buah
b. Brancart : 2 – 4 buah
c. Meja kursi : 1 set
d. Alat tulis ( ballpoin, penghapus, penggaris ) : 2 buah
e. Rekam Medik minimal : 10 set
f. Tempat sampah non medis beralas plastik : 1 buah
g. Tempat sampah medik beralas plastik dan tertutup, tutup dapat dibuka dengan menginjak
pembuka tutup di bagian bawah tempat sampah : 1 buah
h. Label / bendera 4 warna ( merah, kuning, hijau dan hitam ) masing-masing warna minimal
10 biji ( kasus KLB )

2. Sarana Medis
a. Kit Pemeriksaan Sedarhana minimal berisi :
Tensimeter : 2 buah
Stetoskop : 2 buah
Reflek Hammer : 2 buah

b. Handscoon
BAB II
RUANG LINGKUP TRIASE

Menurut Brooker (2008), dalam prinsip triase diberlakukan sistem prioritas. Prioritas adalah
penentuan atau penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang mengau
pada tingkat ancaman jiwa yang ttimbul dengan seleksi pasien berdasarkan:

1. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.


2. Dapat meninggal dalam hitungan jam.

3. Trauma ringan.
4. Sudah meninggal.
Ruang lingkup triase di puskesmas dibagi menjadi dua yaitu:

1. Triase sehari-hari
Semua yang datang akan dilakukan triase oleh dokter jaga UGD atau perawat yang
kompeten untuk mendapatkan prioritas pelayanan yang sesuai dengan kegawatdaruratnya.
2. Dalam keadaan bencana
Pasien yang datang dapat dari keadaan bencana baik dari dalam maupun dari luar rumah
sakit.

b. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Dokter, perawat dan bidan di Puskesmas wajib dapat melakukan triase. Penanggung
jawab UKP merupakan koordinator dari pelaksanaan Triase di Pelayanan Kesehatan
Perseorangan di Puskesmaskarang dapo.

Pelaksanaan Triase dilakukan oleh dokter, perawat, dan bidan. Pelaksanaan Triase
di mulai sejak pasien masuk ke puskesmas dan pasien dengan atau tanpa gangguan
kesadaran yang disertai penyulit akan di arahkan ke ruang tindakan untuk dilaksanakan
pemeriksaan lebih lanjut
BAB IV

TATALAKSANAAN TRIASE

A. PENATA LAKSANA

Proses dimulai ketika pasien masuk ke pintu Ruang Tindakan Gawat Darurat Puskesmas
Karang dapo, perawat harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat
dan melakukan pengkajian serta pemeriksaan tanda-tanda vital, misalnya melihat sekilas
kearah pasien yang berada di brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.

Pengumpulan data subyektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit
karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat penanggung jawab pasien. Perawat
dan dokter bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat.
Tanpa memikirkan dimana pasien pertamakali ditempatkan setelah triase, setiap pasien
tersebut harus dikaji ulang oleh perawat sedikitnya setiap 30 menit. Untuk pasien yang
dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat, pengkajian dilakukan setiap
1 menit. Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru
akan mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan.

Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda obyektif bahwa pasien
mengalami gangguan pada airway, breathing dan circulation, maka pasien ditangani dahulu.
Pengkajian awal hanya didasarkan atas data obyektif dan data subyektif sekunder dari pihak
keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan
data subyektif yang berasal langsung dari pasien.

Kategori triase
Kegawatan pasien berdasarkan skala triase :

a. Segera - Immediate

Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila
ditolong segera.
b. Tunda - Delayed

Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi tidak ada ancaman jiwa segera.
c. Minimal
Pasien mendapat edera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari
pertolongan.

d. Expectant

Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meskipun mendapat pertolongan.
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang
membutuhkan stabilisasi segera dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat
diselamatkan dengan pembedahan darurat (life-saving surgery). Dalam
aktivitasnya, digunakan label pasien merah, hijau dan hitam sebagai kode
identifikasi korban, seperti berikut:
a. Merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera
dan korban yang mengalami:

▪ Syok oleh berbagai kausa

▪ Gangguan pernapasan

▪ Trauma kepala dengan pupil anisokor

▪ Perdarahan eksternal massif.

Pemberian perawatan lapangan intensif ditujukan bagi korban yang mempunyai


kemungkinan hidup lebih besar, sehingga setelah perawatan di lapangan ini penderita lebih
dapat mentoleransi proses pemindahan ke Rumah Sakit, dan lebih siap untuk menerima
perawatan yang lebih invasif. Triase ini korban dapat dikategorisasikan kembali dari status
“merah” menjadi “kuning” (misalnya korban dengan tension pneumothorax yang telah
dipasang drain thoraks (WSD).

b. Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi


perawatan dapat ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini:
▪ Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen)
▪ Fraktur multipel

▪ Fraktur femur / pelvis

▪ Luka bakar luas

▪ Gangguan kesadaran / trauma kepala


▪ Korban dengan status yang tidak jelas

Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat terhadap
kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin.

c. Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau
pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup korban yang mengalami:
▪ Fraktur minor

▪ Luka minor, luka bakar minor

▪ Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau pemasangan bidai
dapat dipindahkan pada akhir operasi lapangan.
▪ Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi
lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan.
d. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia.

B. ALUR TATALAKSANA

1. Proses triase dimulai ketika pasien masuk pintu UGD.


2. Petugas UGD menanyakan riwayat penyakit dan melakukan pengkajian singkat (tidak lebih
dari 5 menit) untuk menentukan sifat kegawat daruratan penyakit dan jenis pertolongan yang
diberikan.
3. Pasien ditempatkan sesuai denga label:
a. Label Merah
1) Dokter dan perawat melakukan resuistasi sesuai dengan keadaan pasien
2) Monitor tanda-tanda vital (tensi, suhu, nadi dan pernafasan)
3) Cyto pemeriksaan laboratorium dan rasiologi (bila dibutuhkan)
4) Permintaan darah ke PMI (bila dibutuhkan)
5) Setelah diberikan pertolongan darutat dan kondisi pasien memungkinkan
untuk ditransfer pasien dapat dipindahkan
b. Label Kuning
1) Dokter dan perawat melakukan pertolongan medik sementara sesuai dengan
kondisi pasien
2) Setelah pertolongan pertama dilakukan, dokter melakukan pemeriksaan fisik
dan perawat melakukan tindakan keperawatan
3) Setelah diberikan pertolongan darutat dan kondisi pasien memungkinkan
untuk ditransfer pasien dapat dipindahkan
c. Label Hijau
1) Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan oerawat melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan keadaan pasien
2) Pasien diberi penjelasan mengenai keadaan penyakitnya
3) Pasien diberi resep obat dan penjelasan mengenairawat jalan
4) Apabila diperlukan dokter dapat mengadakan pemeriksaan lanjutan
d. Label Hitam
Pasien yang meninggal dunia di UGD selanjutnya dilakukan visum et repertum.

4. Apabila pasien perlu dirujuk ke Rumah Sakit dilakukan sesuai dengan prosedur rujukan
BAB VII
DOKUMENTASI

Dokumentasi yang dijadikan bukti bahwa petugas sudah melakukan pemantauan dengan tepat
dan mengkomunikasikan perkembangan kepada tim kesehatan.
Pada tahap pengkajian, pada proses triase yang
mencakup dokumentasi :

a. Waktu dan datangnya pasien

b. Keluhan utama

c. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan

d. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang


tepat

e. Penempatan di area penanganan yang tepat

f. Permulaan intervensi.

Petugas Ruang Tindakan Gawat Darurat harus mengevaluasi secara kontinue perawatan
pasien berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk penentuan perkembangan pasien ke
arah hasil dan tujuan serta harus mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi
pengobatan dan perkembangannya.
Proses dokumentasi triase menggunakan :

a. Form pengkajian pasien masuk UGD

b. Form perkembangan terintegrasi.

Ditetapkan
Di :
Karang
Dapo
Pada
Tanggal
:
MEI 2020
Kepala UPT
Puskesmas
Karang
Dapo

Dr. Yoza
Fadhila
NIP.
19860426
201504 2 002

Anda mungkin juga menyukai