Anda di halaman 1dari 8

Sebatik Vol. 25 No.

1 Juni 2021
Rasyid, E. and Chaerudin, I. (2021) “Inovasi Disruptif Transportasi di Jakarta”, ISSN: 1410-3737(p) 2621-069X(e)
Sebatik, 25(1). Open access article licensed under CC-BY
Submitted: 2021/05/11 Accepted: 2021/05/27 Published: 2021/06/01 DOI:10.46984/sebatik.v25i1.1346

INOVASI DISRUPTIF TRANSPORTASI DI JAKARTA


1) 2)
Erwin Rasyid dan Iman Chaerudin
1,2)
Program Studi Manajemen, STIE Unisadhuguna
1,2
Jalan Terogong Raya No.32, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12430, Indonesia
E-mail : erwin.rasjid@ubs-usg.ac.id1), iman.chaerudin@ubs-usg.ac.id2)

ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena dampak Krisis Keuangan Asia Tenggara antara tahun 1997 dan 1998.
Dampak negatif tidak pernah hilang sama sekali. Selama periode itu, banyak bisnis, besar dan menengah terpaksa gulung
tikar karena ketidakmampuan mereka dalam menghadapi waktu percobaan. Jutaan, buruh dan karyawan, terkena PHK
besar-besaran. Pada masa tersebut, Indonesia mengalami lonjakan kegiatan ekonomi informal yang dilakukan oleh mereka
yang memiliki keterampilan teknis dan nonteknis. PT Go-Jek Indonesia (Go-Jek) merupakan anomali yang berkembang
menjadi fenomena ekonomi inovatif. Meski ada keraguan, Go-Jek mampu memberikan peluang, meski secara informal
kepada 200.000 pengendara ojek, 100.000 beroperasi di Jakarta, angka tersebut tidak termasuk mereka yang bertugas di
divisi operasi dan manajerial. Internet telah secara signifikan menurunkan penghalang masuk bagi banyak inovator yang
mengganggu, termasuk Go-Jek. Perusahaan, yang mematuhi tiga prinsip utama: kecepatan, inovasi, dan dampak sosial,
berdiri dibandingkan dengan pengganggu populer lainnya yang muncul dan bercabang di negara-negara di mana
kapitalisme liberal berkembang. Go-Jek terus menerus menuai kontroversi, seperti halnya inovator pengganggu lainnya di
seluruh dunia, karenanya, dialog dan bimbingan dari pemerintah, untuk mencegahnya menerapkan praktik monopoli serta
mencegahnya menerima serangan balik di masa depan dari para pesaing lama. Serangan balik yang terjadi baru-baru ini
dari salah satu pesaing lama telah menempatkan pelanggan dan masyarakat Jakarta dalam persaingan yang ketat. Populasi
dalam penelitian ini adalah kelompok warga Jakarta dan mitra Go-Jek, kecuali di wilayah Kepulauan Seribu yang belum
tersedia jaringan Go-Jek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap fenomena Go-Jek sangat
positif. Hal ini terlihat dari respon konsumen yang menganggap Go-Jek merupakan alternatif transportasi yang sudah lama
dicari, ketika angkutan umum semakin menjadi permasalahan yang pelik di Jakarta. Go-Jek telah membuka kesempatan
kerja bagi mereka yang menginginkan keleluasaan dalam menentukan waktu kerja dan juga kebutuhan. Ketegasan
pemerintah dalam membuat kerangka kerja agar pengguna (masyarakat) dan inovator tidak melanggar hukum dan
mematuhi ketentuan yang ada.

Kata Kunci: Inovasi Disruptif, Transportasi Online, Kualitas Pelayanan, Go-Jek

1. PENDAHULUAN pendatang baru, pendatang baru tersebut berkompetisi


Dewasa ini sering kita mendengar istilah disruptif, dengan perusahaan incumbent yang sudah mapan.
banyak sekali yang mengatakan disruptif adalah era Inovasi yang mengganggu tersebut digambarkan dengan
gangguan. Era “Gangguan” yang dianggap bayak sebuah kemampuan untuk memanfaatkan sesuatu yang
merugikan beberapa orang, komunitas, lembaga bahkan baru dalam satu lini. Sedangkan Agung dan Darma
sebuah Negara. Banyak sekali kita mendengar dan (2019); Ferdiana, A.M.K., dan Darma, G.S. (2019)
membaca berita perusahan mengalami penurunan mengungkapkan bahwa lini yang dimanfaatkan dalam
pendapatan dan bahkan tidak sedikit yang mengalami inovasi ini adalah lini terendah yakni para pelanggan
gulung tikar. Era disruptif tidak dapat dilepaskan seiring yang cepat mendapatkan rasa kepuasan. Sedangkan lini
perkembangan teknologi yang begitu pesat, dimana tertinggi dalam hal ini digambarkan dengan pelanggan
teknologi ini memberikan warna, dan pembaruan yang yang memiliki tuntutan yang tinggi. Distribusi pelanggan
cukup mengguncang peradaban di berbagai belahan ini yang secara median dapat diambil sebagai garis
dunia. Teknologi memunculkan berbagai inovasi, putus-putus untuk menerapkan teknologi baru.
memunculkan kebaruan dan meninggalkan berbagai Ditambahkan pula Darma (2018) dan Schor, J. (2016)
sistem konvensional. Taxi konvensional mulai bahwa inovasi dikatakan sebagai hal yang mengganggu
ditinggalkan, ojek pangkalan mulai tersingkirkan, seiring jika inovasi tersebut membawa teknologi baru yang lebih
munculnya sarana transportasi berbasis aplikasi seperti murah dan memudahkan dibanding teknologi
Go-Jek dan Grab. Koran ditinggalkan beralih pada berita sebelumnya. Efisiensi yang ditawarkan karena harga
online. yang murah akhirnya mengganggu teknologi lama yang
Menurut Dewi dan Darma (2019) inovasi yang mahal dan tidak efisien (Kostakis, V., & Bauwens, M.
mengganggu merupakan bentuk gangguan oleh 2014). Pemahaman kedua mengenai inovasi yang

138
Sebatik Vol. 25 No. 1 Juni 2021
ISSN: 1410-3737(p) 2621-069X(e)
Open access article licensed under CC-BY
jurnal.wicida.ac.id/index.php/sebatik

mengganggu ini apabila terjadi pada industri yang sama. yang datang dari penyedia moda transportasi berbasis
Jika inovasi yang dilakukan tidak membuat pelaku aplikasi smartphone, yang menjadi dark horse
industri lama terganggu atau di lain pihak secara tidak penggerogot pangsa pasar, juga dari komunitas para
langsung mengganggu industri lain, maka inovasi transportasi (misalnya: ojek pangkalan, bajaj, bemo, dll.)
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai inovasi yang (Setyanti, 2015).
mengganggu. Peer-to-peer economy (P2P economy) yang sering
Inovasi disruptif bukan saja datang mengganggu, juga disebut sharing economy merupakan fenomena
menghancurkan dan menggantikan teknologi lama. kontemporer yang berakar dari paham disruptive
Keberhasilan incumbent dalam melakukan persaingan innovation yang diperkenalkan oleh Clayton Christensen
menghadapi serangan para pelaku usaha bisnis baru tidak (2013). Popularitas sharing economy terpicu krisis
ada jaminan dapat bertahan untuk waktu yang panjang. ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2008. Inflasi dan
Kasali (2017); Darma (2019) mengungkapkan bahwa ada harga kebutuhan dasar yang meningkat, membuat banyak
enam perangkap, pertama success trap atau complacency orang terpaksa “berbagi” aset-aset mereka yang jarang
trap, perangkap yang datang dari keberhasilan pada masa digunakan (underutilized) untuk menambah pemasukan
lalu. Success trap adalah satu dari enam perangkap yang (Schor, J., 2016).
terlihat sangat mengemuka pada era disruption sekarang Kemiskinan dan minimnya lapangan kerja di
ini. Lima perangkap lainnya adalah the competency trap, Indonesia, khususnya ibukota Jakarta telah menjadi isu
the sunk-cost trap, the blame trap, the cannibalization dan problema yang berkepanjangan. Banyak diantara
trap dan the confirmation trap. Pengusaha yang telah mereka yang kurang beruntung dalam berkompetisi di
mapan seharusnya menyadari bahwa adanya globalisasi dunia bekerja memilih untuk bekerja secara informal
dan modernisasi Goodman, J. A. (2014). Keberadaan bahkan serabutan guna menutupi kebutuhan keseharian
inovasi yang mengganggu di Indonesia adalah sebuah mereka dan keluarga mereka. Salah satu pekerjaan
keniscayaan. Berbagai konflik muncul karena adanya informal yang banyak dilakukan di Indonesia adalah
inovasi yang mengganggu ini dan berujung pada Ojek Motor. Ojek bukan fenomena unik Indonesia, lebih
kekerasan (Setyanti, 2015). Peran pemerintah sebagai cenderung disebut fenomena Asia, dimana terdapat
regulator tentunya sangat diperlukan untuk menemukan negara-negara berpenduduk terpadat di dunia. Ojek,
solusi melalui konsolidasi. Hal tersebut terungkap dalam apapun sebutan lokal mereka (motodops di Kamboja,
penelitian yang berjudul Inovasi Disruptif di Industri habal-habal di Filipina, vin mosai di Thailand, dll.),
Perhotelan (Bayudin. 2019). dapat ditemukan seantero Asia Tenggara.
. Inovasi Disruptif ini biasanya mengambil segmen Freakonomics, sebuah buku yang dikarang Steven
pasar tertentu yang kurang diminati atau dianggap Levitt, ekonom di Universitas Chicago, dan Steven J.
kurang penting bagi penguasa pasar, namun inovasinya Dubner, seorang jurnalis ekonomi, menggunakan teori
bersifat breakthrough dan mampu me-redefinisi sistem ekonomi ke sejumlah fenomena sosial yang biasanya
atau pasar yang existing. Munculnya Inovasi Disruptif tidak diteliti oleh para ekonom konvensional. Levitt dan
jika tidak diantisipasi dengan baik oleh dunia usaha Dubner menyatakan bahwa pada dasarnya, ekonomi
dapat menyebabkan kejatuhan (Widia Darma, 2018). merupakan penelusuran/studi tentang insentif, yakni
Inovasi dan teknologi kini menjadi faktor-faktor bagaimana cara orang-orang mendapatkan apa yang
baru pembuka lapangan kerja (Cosseboom, L. 2015). mereka inginkan atau butuhkan, terutama ketika orang
Teknologi informatika kini bukan hanya menjadi jalur lain menginginkan atau membutuhkan hal yang sama (J.
komunikasi, namun menjadi media bagi jutaan orang K. 2012).
untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, kendati PT. Go-Jek Indonesia (Go-Jek) merupakan salah
mereka tidak memiliki pendidikan tinggi. Indonesia satu contoh sukses bentuk usaha rintisan yang disruptif
merupakan salah satu negara di dunia dengan penetrasi namun memiliki akar-akar social entrepreneurship
smartphone terbesar. Menurut survei Google Indonesia inovatif yang menjawab tantangan yang sudah ada sejak
yang bekerja sama dengan TNS Global Market Research lama dialami di DKI Jakarta, antara lain: kerisauan
tahun 2015, penetrasi smartphone melonjak tajam di Q1 masyarakat akibat kemacetan yang parah, keterbatasan
2015 menjadi 43% dibandingkan di periode yang sama moda transportasi instan (dapat ditemui di mana saja)
tahun sebelumnya, yaitu 28%. Menurut survei tersebut, dan time sensitive (dapat ditemui kapan saja), serta tidak
empat dari sepuluh orang Indonesia kini menggunakan adanya standar tarif layanan ojek konvensional yang
smartphone. menyebabkan proses tawar menawar yang alot antara
Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika penumpang dan pengemudi ojek. Namun dalam
(Kemenkominfo, 2016) yang mengutip survei perkembangannya, Gojek sering menemui resistensi baik
eMarketeer, mengatakan bahwa populasi smartphone dari elemen masyarakat (pengemudi ojek pangkalan, dll),
Indonesia diproyeksikan mencapai 100 juta pada tahun maupun dari pihak legislator (Hanggoro, 2015).
2018. Oleh sebab itu perusahaan-perusahaan penyedia Hal yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian
jasa berbasis aplikasi smartphone berlomba-lomba untuk ini adalah bagaimana fenomena Inovasi disruptif di
menguasai pasar. Namun, senada dengan yang terjadi di bidang transportasi. Yang penulis harapkan akan
berbagai negara lain, resistensi terjadi, baik resistensi memberikan kepada industri transportasi, pelanggan dan

139
© 2021, The Author(s). This is an open access article, free of all copyright, that anyone can freely read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full
texts or use them for any other lawful purpose. This article is made available under a Creative Commons Attribution 4.0 International License, which permits
unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. SEBATIK is a journal of the STMIK Widya Cipta
Dharma

juga pemerintah sebagai regulator yang akan di dunia. Jenis transportasi ini juga amat popular di Asia,
menerbitkan kebijakan-kebijakan pada industri termasuk di Indonesia. Di Jakarta, ada berbagai jenis
transportasi online. Juga kepada pengusaha diharapkan transportasi umum informal seperti bemo, bajaj, ojek
setelah membaca penelitian ini dapat mendapatkan sepeda, dan ojek motor. Tidak banyak yang mengetahui
masukan untuk mengembangkan usahanya. kapan dan bagaimana tepatnya ojek motor bermula.
Menurut majalah Historia (2016), ojek merupakan
2. RUANG LINGKUP fenomena yang telah berlangsung beberapa dekade
Lingkup penelitian ini dibatasi dalam lingkup lamanya. Sejak awal, baik ojek sepeda maupun ojek
wilayah DKI Jakarta, dan hanya membahas isu persepsi motor tidak pernah memiliki izin resmi dari pemerintah.
pelanggan dan mitra Go-Jek di wilayah DKI Jakarta, Meski tahun 1979. Hingga saat ini, penelitian tentang
tidak termasuk Kepulauan Seribu. ojek amat jarang dan seringkali terfokus dengan kasus-
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah sebagai kasus dalam skala kecil di luar kota Jakarta.
berikut:
1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat sehubungan 3.3. Transportasi Online
dengan appeal Go-Jek sebagai moda transportasi Transportasi online merupakan transportasi yang
berbasis aplikasi bagi sebagian warga Jakarta berbasis suatu aplikasi tertentu, dimana konsumen
dibandingkan dengan transportasi umum memesan suatu sarana transportasi melalui sistem
konvensional aplikasi di dalam smartphone. Transportasi online
2. Untuk mengetahui sejauh mana peran Go-Jek memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
sebagai disruptor dengan prinsip Social dibandingkan transportasi umum informal. Adapun
Entrepreneurship merupakan pola bisnis padat kelebihan transportasi Online (Hendrayanti,2018) :
karya dan membantu perekonomian mitra-mitra 1. Lebih mudah dan praktis tidak perlu menghampiri
mereka, dan memiliki corak bisnis yang berbeda pangkalan ojek ataupun menunggu di pinggir jalan
dengan sharing economy di negara-negara kapitalis; untuk mendapatkan angkutan umum konvensional
3. Untuk mengetahui sejauh mana pelanggan di 2. Selain itu, para penumpang juga tidak terlibat dalam
Jakarta semakin mengandalkan Go-Jek sebagai proses tawar-menawar karena tarif yang sudah
moda transportasi yang efisien, menggeser moda ditentukan berdasarkan jarak tempuh.
transportasi konvensional; 3. Pergerakan kendaraan yang ditumpanginya
4. Untuk mengetahui mengetahui sejauh mana termonitor oleh kantor pusat.
kesiapan regulasi dalam menghadapi tantangan Sedangkan kelemahan dari Transportasi Online
kemunculan disruptor seperti Go-Jek. (Hendrayanti, 2018) :
1. Kesalahan dalam jaringan sehingga membuat
3. BAHAN DAN METODE penumpang kesulitan
Untuk mendukung penelitian ini, penulis telah 2. Data penumpang mudah tersebar
menyertakan beberapa teori pendukung, diantaranya: 3. Tidak dapat berpindah lokasi tujuan
4. Tidak bisa memilih ojek yang akan dinaiki
3.1. Inovasi Disruptif
Inovasi disruptif (disruptive innovation), 3.4 Kualitas Pelayanan
menjelaskan proses dimana produk/jasa yang awalnya Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui
sepele dan tidak dihiraukan berubah dan bertumbuh pesat dengan cara membandingkan persepsi para konsumen
menjadi pemain utama yang mampu bersaing dengan atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima/peroleh
kompetitor-kompetitor incumbent (Christensen, C., dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka
2013). harapkan/inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan
Inovasi disruptif bisa dikatakan sebagai proses suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan
natural selection bagi bisnis di era berbasis teknologi (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka
sekarang ini: berinovasi atau mati. Sesuatu yang menarik kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan,
dari paham inovasi disruptif ini adalah fakta yang jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen,
mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan
konvensional tidak lagi menjadi “superhero” dalam hal berkualitas. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih
job creation. Perusahaan-perusahaan rintis/startup, rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas
terutama yang berbasis teknologi, pun mampu pelayanan dipersepsikan buruk.
menciptakan lapangan kerja, serta menciptakan Kualitas pelayanan memiliki beberapa dimensi atau
kesempatan pemasukan yang demokratis. unsur kualitas pelayanan. Unsur-unsur kualitas
pelayanan merupakan hasil temuan penelitian dari teori
3.2. Transportasi Umum Informal kualitas pelayanan (A. Pasuraman, 2014). Sebagai salah
Transportasi umum informal adalah moda satu tokoh pionir dalam pengukuran kualitas pelayanan,
transportasi yang dapat ditemui hampir di seluruh benua Pasuraman mencetuskan dimensi servqual. Dimensi ini

140
Sebatik Vol. 25 No. 1 Juni 2021
ISSN: 1410-3737(p) 2621-069X(e)
Open access article licensed under CC-BY
jurnal.wicida.ac.id/index.php/sebatik

dibuat untuk mengukur kualitas pelayanan dengan Adapun kriteria informan yang telah ditentukan sebagai
menggunakan suatu kuesioner. Teknik servqual dapat berikut: Individu yang pernah, kadang, dan sering
mengetahui seberapa besar jarak harapan pelanggan menggunakan Go-Jek sebagai pemilihan moda
dengan ekspektasi pelanggan terhadap pelayanan yang transportasi. Usia dalam penelitian bervariasi, mulai dari
diterima. Servqual memiliki 5 dimensi, yaitu: pengguna yang masih dalam usia produktif seperti
1. Reliability (Kehandalan) pelajar, mahasiswa, karyawan hingga pengguna yang
Reliability adalah kemampuan perusahaan untuk sudah tidak dalam usia produktif seperti lansia. Variasi
memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan latar belakang kondisi sosial dan ekonomi pengguna juga
konsumen terkait kecepatan, ketepatan waktu, tidak menjadi kriteria dalam penelitian ini.
ada kesalahan, sikap simpatik, dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan jawaban yang mendalam, akurat,
2. Responsiveness (Daya tanggap) dan dapat dipertanggung jawabkan dari informan
Responsiveness adalah tanggap memberikan penelitian, peneliti melakukan pengumpulan data dengan
pelayanan yang cepat atau responsif serta diiringi menggunakan wawancara mendalam. Wawancara
dengan cara penyampaian yang jelas dan mudah mendalam (in-depth interview) adalah teknik
dimengerti. pengumpulan data dengan cara melakukan percakapan
3. Assurance (Jaminan) secara intensif dengan informan penelitian. Wawancara
Assurance adalah jaminan dan kepastian yang ini dilakukan secara terbuka dengan menggunakan
diperoleh dari sikap sopan santun karyawan, pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya.
komunikasi yang baik, dan pengetahuan yang Hasil dari wawancara mendalam tersebut akan menjadi
dimiliki, sehingga mampu menumbuhkan rasa data primer dalam penelitian ini.
percaya pelanggan. Selain wawancara mendalam, peneliti juga
4. Emphaty melakukan observasi lapangan untuk mendapatkan data-
Empathy adalah memberikan perhatian yang tulus data pendukung. Observasi lapangan dilakukan peneliti
dan bersifat pribadi kepada pelanggan, hal ini pada saat sebelum merancang proposal penelitian ini.
dilakukan untuk mengetahui keinginan konsumen Peneliti melakukan observasi dengan cara selalu
secara akurat dan spesifik. memperhatikan setiap pengguna yang sedang memesan
5. Tangible dan menggunakan Go-Jek di lokasi tertentu, selain itu
Tangibles adalah bukti konkret kemampuan suatu observasi juga dilakukan peneliti dengan cara peneliti
perusahaan untuk menampilkan yang terbaik bagi juga menggunakan Go-Jek, dengan begitu peneliti dapat
pelanggan. Baik dari sisi fisik tampilan bangunan, mengetahui juga pengalaman-pengalaman yang dialami
fasilitas, perlengkapan teknologi pendukung, hingga pengguna Go-Jek lainnya dalam menggunakan Go-Jek.
penampilan karyawan. Selain wawancara mendalam dan observasi, dalam
pengumpulan data peneliti juga menggunakan jurnal
3.5. Metode Penelitian ilmiah dan buku untuk mendukung temuan penelitian.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif Jurnal dan buku digunakan sebagai data pendukung
dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian yang dalam perancangan penelitian dan proses analisis data.
menggunakan tipe penelitian deskriptif bertujuan untuk Jurnal ilmiah dan buku dapat dijadikan panduan sehingga
mendapatkan gambaran umum tentang tindakan sosial dalam proses merancang hasil penelitian mendapatkan
yang dilakukan pengguna Go-Jek dalam pemilihan hasil yang akurat.
transportasi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif Setelah semua data terkumpul, akan dilakukan
juga bertujuan untuk memahami makna yang terdapat analisis data dengan mengelompokkan data dari hasil
dibalik setiap tindakan manusia sebagai hasil melakukan wawancara mendalam. Pengelompokan disesuaikan
interaksi dengan masyarakat lainnya. Penelitian dengan item pertanyaan yang telah dibuat untuk
menggunakan pendekatan kualitatif juga dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. .
mendapatkan jawaban yang lebih mendalam tentang (Sugiyono 2017)
individu sebagai pengguna Go-Jek dalam memberikan Langkah – langkah dalam analisis data, antara lain:
jawaban tindakan sosial yang dilakukan dalam pemilihan 1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis.
transportasi yang dilihat melalui perspektif teori tindakan 2. Membaca keseluruhan data.
sosial Max Weber. 3. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data.
Informan merupakan elemen penting dalam sebuah 4. Menerapkan proses coding untuk mendeskripsikan
penelitian karena informan merupakan sumber utama setting, subjek, kategori dan tema yang akan
dalam mendapatkan data yang akurat dan dapat dianalisis.
memberikan informasi dan menjawab permasalahan 5. Menyajikan kembali deskripsi dan tema dalam narasi
yang diangkat dalam penelitian ini. Di dalam penelitian atau laporan secara kualitatif dengan menerapkan
ini, pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil
metode purposive, di mana informan yang terpilih sesuai analisis yang meliputi kronologi peristiwa, tema
dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. tertentu, atau keterhubungan antar tema. Setelah data

141
© 2021, The Author(s). This is an open access article, free of all copyright, that anyone can freely read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full
texts or use them for any other lawful purpose. This article is made available under a Creative Commons Attribution 4.0 International License, which permits
unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. SEBATIK is a journal of the STMIK Widya Cipta
Dharma

terkumpul dan telah dikategorisasikan, data kemudian aplikasi moda transportasi Go-Jek dengan incumbent
akan ditampilkan dalam bentuk kutipan dengan narasi transportasi urban, Taksi Bluebird. Meski berbeda alat
agar lebih mudah dipahami. transportasi yang digunakan kedua perusahaan tersebut.
6. Interpretasi atau pemaknaan data. Interpretasi dalam Inovasi disruptif, sering kali tidak memiliki platform
penelitian kualitatif dapat berupa banyak hal yang dialog dan sering disepelekan. Namun, ketika kehadiran
dapat diadaptasi untuk jenis rancangan yang berbeda mereka mulai dirasakan secara signifikan, maka sering
dan dapat bersifat pribadi, berbasis penelitian kali hal-hal buruk mulai timbul, menjadi sorotan
maupun tindakan. Dalam hal ini, ketika temuan data masyarakat, bahkan menuai resistensi kompetitor.
telah selesai dijabarkan dalam bentuk kutipan dan Contohnya demonstrasi penolakan aplikasi moda
telah dijelaskan, hasil temuan data tersebut kemudian transportasi oleh Paguyuban Pengemudi Angkutan Darat
dapat di interpretasi dan dimaknai dengan dasar teori (PPAD) yang terjadi di Jakarta tanggal 22 Maret 2016.
yang sesuai dengan fokus penelitian yang telah Jika sebelumnya telah terjadi resistensi Ojek
ditentukan konvensional terhadap Go-Jek, secara sporadis di
berbagai tempat di Jakarta dan kota-kota lain,
4. PEMBAHASAN demonstrasi PPAD tanggal 22 Maret 2016 menuntut
PT. Go-Jek Indonesia Go-Jek adalah perusahaan penutupan masif aplikasi moda transportasi UBER dan
teknologi berbasis aplikasi telepon genggam yang GRAB. PPAD menganggap bahwa aplikasi moda
bertujuan untuk memperbaiki harkat hidup para pekerja transportasi mengancam pemasukan mereka dan
sektor informal di Indonesia. Berbeda dengan pelayanan perusahaan tempat mereka bekerja.
jasa ojek, perusahaan ini melayani berbagai kebutuhan Mogok massal penyedia jasa angkutan urban akibat
yang diperlukan masyarakat di daerah-daerah padat kehadiran bisnis-bisnis disruptif, bukanlah hal yang baru
penduduk seperti megalopolis Jabodetabek, Bandung, lagi. Sebelum Jakarta, tentangan terhadap disruptor telah
Surabaya, Medan, Yogyakarta, Makassar, Denpasar, terjadi di berbagai negara termasuk Amerika Serikat,
Semarang, Balikpapan, Palembang. dimana konsep inovasi disruptif pertama kali
Perusahaan ini melakukan inovasi yang tak henti, diperkenalkan. Hal ini terjadi karena pada umumnya
baik dalam hal layanan maupun sarana utama pendukung regulator (pemerintah) tidak begitu memperhatikan
usaha, yaitu aplikasi. Saat ini Go-Jek memiliki kurang potensi dan dampak yang mungkin terjadi berkat (atau
lebih 200.000 mitra di Indonesia, separuhnya berada di akibat) bisnis-bisnis disruptor. Di sisi lain, para disruptor
JABODETABEK. Pengemudi Go-Jek yang sering kita tidak mau dan tidak mampu menunggu para regulator
lihat tidak berstatus karyawan, namun mitra. Aplikasi untuk membakukan aturan untuk jenis-jenis bisnis baru
Go-Jek merupakan salah satu aplikasi lokal yang paling terutama setelah menimbang bahwa transportasi bagi
banyak diunduh. PT. Go-Jek menargetkan 10 juta masyarakat urban seperti Jakarta dan kota-kota besar
unduhan aplikasi di tahun 2016. Indonesia lainnya merupakan kebutuhan penting dan
Go-Jek dapat dikategorikan sebagai inovasi mendesak, dan tidak bisa ditangani sepenuhnya oleh
disruptif. Inovasi Disruptif (disruptive innovation), pada perusahaan-perusahaan incumbent
esensinya adalah perubahan, sebuah gangguan bagi yang Penelitian ini mengandalkan pengumpulan data
pemain pasar yang telah lama mapan dan memaksa berbentuk wawancara. Terdapat dua macam wawancara,
mereka untuk mempertimbangkan opsi mereka dalam yaitu observational survey dengan metode electronic
membendung sepak terjang pemain baru. Inovasi survey (e-survei), dan wawancara mendalam (Sugiyono:
Disruptif merupakan istilah yang diperkenalkan oleh 2017). E-survei dibuat menggunakan platform Google
seorang professor dari Universitas Harvard, Clayton Forms, dan disebar via e-mail kepada pelanggan Go-Jek
Christensen. Dijelaskan, bahwa dalam sebuah industri, di Jakarta.
pemain utama cenderung mencurahkan energi mereka Hasil wawancara survei pelanggan adalah sebagai
pada inovasi berkesinambungan, yakni menambahkan berikut:
fitur-fitur baru pada produk mereka yang telah lama 1. Sebagian besar pelanggan Go-Jek adalah karyawan
menguasai pasar. Inovasi-inovasi yang mereka letakkan swasta
pada produk jawara mereka, bertujuan agar pelanggan 2. Berusia antara 18-40 tahun, dan mayoritas mencoba
membayar lebih mahal untuk barang/jasa tersebut. Go-Jek atas rekomendasi teman/kerabat.
Namun risiko yang sering dipandang sebelah mata oleh 3. Sebagian besar rutin menggunakan satu atau lebih
para pemain ini adalah kenyataannya, pelanggan layanan Go-Jek, selama kurang-lebih 6 (enam) bulan.
seringkali menginginkan solusi yang tepat guna 4. Ketika ditanya alasan mereka memilih Go-Jek,
sekaligus terjangkau oleh kantong mereka. Pada saat jawaban umum pertama adalah “efisiensi waktu”
itulah, kompetitor baru mulai bermunculan. Mereka (21% dari total jawaban), diikuti dengan “tarif
menawarkan hal-hal sederhana yang dibutuhkan murah” (20% dari total jawaban). Alasan favorit lain
pelanggan dan sesuai dengan bujet yang pelanggan yang disebut responden, antara lain: coba-coba (“rasa
inginkan. Dari contoh ini dapat kita bercermin dengan penasaran”, 14% dari total jawaban), dan app
contoh yang kini ramai diperdebatkan di Indonesia yaitu

142
Sebatik Vol. 25 No. 1 Juni 2021
ISSN: 1410-3737(p) 2621-069X(e)
Open access article licensed under CC-BY
jurnal.wicida.ac.id/index.php/sebatik

convenience and usefulness (“efisiensi aplikasi” Informan I masih menggunakan moda transportasi
(11% dari total jawaban). konvensional lain, namun untuk beberapa hal
5. Layanan terpopuler Go-Jek menurut informan menurut Informan I, Go-Jek menawarkan
wawancara survei adalah Go-Ride (51% dari total kenyamanan yang dicari pelanggan seperti dirinya.
jawaban), disusul dengan Go-Food (30% dari total 2. Bagi Informan II Go-Jek sebagai moda transportasi
jawaban), Go-Send (13% dari total jawaban), dan memiliki sisi negatif dan positif. Dari sudut pandang
Go-Mart (5%). Beberapa layanan Go-Jek masih positif, Go-Jek mempercepat penggunanya berangkat
belum popular karena baru diperkenalkan ke dalam dari titik A menuju titik B, namun moda transportasi
pasar. seperti halnya Go-Jek masih memiliki banyak
E-survei kedua ditujukan kepada para mitra Go-Jek, kekurangan salah satunya ketidaktertiban mitra
dimana hasil wawancara survei Mitra Go-Jek adalah menggunakan trotoar yang adalah fasilitas kota
sebagai berikut: sebagai lahan parkir, sehingga berkontribusi
1. Sebagian besar mitra Go-Jek adalah lulusan menimbulkan kemacetan baru. Dia beranggapan
SMA/sederajat dan 50% dari informan survei bahwa adalah wajar apabila penyedia jasa
memiliki tanggungan. transportasi konvensional protes terhadap kehadiran
2. Sebagian besar dari mereka memiliki pengalaman inovasi transportasi, namun ada kesalahpahaman dari
kerja, baik dalam perusahaan lain maupun pihak demonstran tentang apa yang seharusnya
berwiraswasta dibenahi. Perusahaan-perusahaan transportasi
3. Sebagian dari mereka (64% dari jumlah informan) incumbent telah lama dimanjakan oleh peraturan,
mengakui kisaran pemasukan bulanan mereka adalah sehingga mereka menutup mata terhadap
2-4 juta Rupiah. Sebagai perbandingan, Upah ketidakadilan yang dialami pelanggan akibat sopir-
Minimum Provinsi DKI Jakarta yang disetujui untuk sopir taksi yang berperilaku tidak profesional.
tahun 2016 adalah 3,1 juta Rupiah, meningkat dari 3. Informan III, yang adalah pengusaha kuliner
2,7 juta Rupiah di tahun 2015. Ketika ditanya hal-hal Indonesia, Go-Jek sebagai disruptor memiliki poin-
menarik apa yang ditawarkan Go-Jek, jawaban poin istimewa, bahkan jenius, jika dilihat dari sudut
dominan adalah “kesempatan bekerja” (19% dari pandang pengusaha. Lebih lanjut lagi, Go-Jek sebagai
total jawaban), disusul dengan jawaban “kebebasan disruptor memiliki potensi yang besar untuk terus
menentukan waktu kerja”, “pemasukan tambahan”, berinovasi. Saat ini, menurutnya, Go-Jek telah
dan “keahlian baru” (masing-masing 14% dari total mempermudah mobilitas para pelanggannya, dan
jawaban). ragam layanan yang mereka tawarkan pun amat
Selain menyebar e-survei, peneliti melakukan menarik. Menanggapi perihal regulasi, Informan III
wawancara mendalam terhadap 6 (enam) orang berpendapat bahwa pemerintah tidak sampai menutup
informan, yang adalah pelanggan Go-Jek di Jakarta. paksa Go-Jek.
Untuk menggali pendapat informan dan 4. Informan IV mengaku bahwa dirinya bukanlah orang
mengekspos fenomena inovasi disruptif, peneliti yang akrab dengan teknologi baru, dan pada awalnya
menggunakan pokok-pokok pertanyaan Apa, Dimana, menggunakan ojek konvensional sebelum mulai
Kapan, Siapa, Mengapa, dan Bagaimana (ADIK menggunakan Go-Jek. Informan IV mengaku sudah
SIMBA) atau yang dikenal sebagai rumus 5W+1H yang terbiasa dengan prosedur tawar menawar di jalan
biasa digunakan dalam teknik penggalian ide penulisan. sebelum dengan ojek konvensional. Hambatan ojek
Wawancara menggunakan gaya bahasa wawancara konvensional terjadi saat pengemudi ojek yang bukan
informal, disampaikan dalam bahasa Indonesia dan langganan seringkali mencoba “memerasnya” dengan
Inggris. Seluruh hasil wawancara dalam bahasa Inggris cara mematok harga yang tidak wajar. Alasan
yang diikuti sertakan dalam bab ini telah diterjemahkan. utamanya menggunakan Go-Jek adalah faktor
Semua informan wawancara mendalam adalah efisiensi waktu, sedangkan faktor tarif Go-Jek
mereka yang berdomisili di Jakarta, baik Warga Negara dianggapnya sebagai faktor sekunder.
Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing (WNA) 5. Informan V mengatakan bahwa sejauh ini dirinya
yang pernah menggunakan aplikasi Go-Jek. lebih banyak diuntungkan dengan fenomena Go-Jek.
Adapun hasil wawancara dengan 6 (enam) Menurutnya, Go-Jek menjadi alat pembelajaran bagi
Informan dapat dijelaskan sebagai berikut: para Orang, terutama dalam hal berinteraksi dengan
1. Menurut Informan I, fenomena Go-Jek adalah penumpang dan calon penumpang. Para mitra Go-Jek
fenomena pembangunan yang tidak terelakkan memiliki hubungan pertemanan yang erat dan
(inevitable), namun amat disayangkan pemerintah solidaritas yang tinggi. Menurut Informan V, saling
Indonesia lambat mengantisipasi resistensi yang telah menolong diantara mereka, sudah menjadi peraturan
terjadi di negara-negara lain. menurut Informan I, tidak tertulis yang dihormati oleh seluruh mitra Go-
kenyamanan merupakan faktor utama Informan I Jek.
memilih Go-Jek di hampir satu tahun terakhir. Hasil 6. Informan VI beranggapan bahwa dalam menyikapi
wawancara mendalam dapat dilihat sebagai berikut: disruptive innovation, tantangan sebenarnya adalah

143
© 2021, The Author(s). This is an open access article, free of all copyright, that anyone can freely read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full
texts or use them for any other lawful purpose. This article is made available under a Creative Commons Attribution 4.0 International License, which permits
unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. SEBATIK is a journal of the STMIK Widya Cipta
Dharma

memahami makna perubahan yang sebenarnya. Go-Jek memiliki social impact yang mulai dirasakan
Indonesia, menurutnya masih belum sepenuhnya sedikit demi sedikit, namun Go-Jek perlu menerapkan
siap. Inovasi disruptif seperti Go-Jek bisa menjadi pola komunikasi inklusif untuk meningkatkan semangat
alternatif, tetapi bukan solusi. Bagi Informan VI, mitra-mitranya sekaligus memperlakukan aspirasi
salah satu inovasi dari Go-Jek adalah pemberdayaan mereka sebagai bagian yang tidak integral dari tiap
pengemudi. Lebih lanjut lagi, Informan VI menggaris tahapan inovasi Go-Jek.
bawahi pentingnya bagi pemerintah untuk Diversifikasi Go-Jek memang menarik namun baik
memberikan ruang untuk pertarungan kompetisi yang adanya bila tiap inovasi yang luncurkan, melalui proses
adil. audit dan Quality Assurance berkala, alih-alih melakukan
Berdasarkan hasil wawancara di atas, mitra Go-Jek penanganan insidental.
merupakan suatu fenomena inovasi disruptif yang positif Sangat mungkin bila Go-Jek akan menjadi salah satu
dan dianggap sebagai alternatif yang telah lama mereka perusahaan transportasi yang berpotensi melakukan IPO
cari, yaitu transportasi aman, nyaman, cepat dan tepat. di bursa saham, untuk menyikapi kemungkinan ini,
Selain itu juga diharapkan peran serta pemerintah penting bagi pemerintah untuk memberikan kepastian
hukum bagi moda transportasi ini.
5. KESIMPULAN Salah satu kelemahan Sharing economy adalah online
Dari hasil penelitian yang sudah dijabarkan reputation management. Artinya, mitra Go-Jek yang
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara memiliki rating tinggi tidak bisa membawa reputasinya
umum, persepsi masyarakat terhadap fenomena Go-Jek ke perusahaan lain apabila dia memutuskan untuk
terlihat positif. Hal ini terlihat dari respons para berhenti bermitra dengan Go-Jek. Tidak aneh apabila
pelanggan, yang menganggap bahwa Go-Jek adalah sharing economy sering dianggap sebagai bibit praktik
alternatif yang telah lama dicari, ketika transportasi monopoli baru. Baik adanya apabila Go-Jek mampu
umum semakin menjadi problema pelik di Jakarta. Para berinovasi dan menjadi pionir sharing economy dimana
pelanggan menganggap bahwa solusi Go-Jek online reputation adalah sepenuhnya milik individu
menghadirkan solusi efisien dengan menggunakan moda masing-masing.
transportasi yang familiar di masyarakat. Kemampuan Dalam menetapkan regulasi, penting bagi pemerintah
Go-Jek dalam membidik problema masyarakat yang untuk mengingat sebagian ide-ide usaha disruptor belum
tepat menjadikan perusahaan disruptor. Go-Jek telah ada di era pemerintahan yang lalu. Jika mereka mulai
membuka peluang bekerja bagi mereka yang bermunculan di era pemerintahan saat ini, ada baiknya
menginginkan keleluasaan dalam menentukan waktu jika pemerintah terus menerus melakukan dialog dengan
kerja. mereka, alih-alih memaksakan peraturan-peraturan yang
Pelanggan Jakarta mulai menyadari adanya aplikasi dipetik dari pengalaman perusahaan-perusahaan
moda transportasi Go-Jek, namun tidak sontak aplikasi konvensional yang tidak bergantung dengan Internet dan
ini menggantikan moda transportasi umum konvensional. teknologi.
Berkat Internet, inovasi disruptif kini terjadi di
berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia. 7. DAFTAR PUSTAKA
Fenomena inovasi disruptif perlu disikapi dengan bijak
oleh semua pihak yang terlibat, termasuk masyarakat, Bayudin. 2019. Inovasi Disruptif di Industri Perhotelan.
pemerintah dan perusahaan-perusahaan incumbent Retrieved March 26, 2021 from
beserta elemen-elemennya. Internet telah menurunkan http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-
secara signifikan barrier of entry bagi perusahaan- manajemen/
perusahaan rintisan yang kemudian disebut sebagai Christensen, C. 2013. The innovator's dilemma: when
disruptor bagi perusahaan-perusahaan incumbent. new technologies cause great firms to fail.
Harvard Business Review Press.
6. SARAN Cosseboom, L. 2015. Tech in Asia - Connecting Asia's
Go-Jek merupakan fenomena, namun persepsi startup ecosystem. Retrieved March, 2021, from
masyarakat masih cenderung positif atasnya, oleh sebab https://www.techinasia.com/southeast-asia-
itu fenomena ini sebaiknya jangan diperlakukan sebagai millennials-technology-adoption
fenomena negatif. Sebagai perusahaan yang Darma, G.S. 2019. Kacamata Media, Kesuksesan
mengutamakan prinsip-prinsip social entrepreneurship, Bersyarat. Indonesia: Pustaka Larasan Press.
akan sulit sekali bagi Go-Jek untuk memiliki bidang Darma, G.S., Apollo, A., Rusmanda, G., and Umar, Y.
usaha yang berbasis kapitalisme seperti UBER dan 2019. Digital Education 4.0. Indonesia: Cakra
AirBnB. Bagaimanapun juga, Go-Jek merupakan Media Utama Press.
perusahaan baru yang membutuhkan framework hukum Darma, G.S. 2018. Seuntai Pesan, Menjawab Zaman.
yang mendukungnya berkembang dan namun Indonesia: Pustaka Larasan Press.
membatasinya untuk mempraktikkan kompetisi yang Dewi, M.V.K., and Darma, G.S. 2019. The Role of
tidak sehat dengan perusahaan-perusahaan incumbent. Marketing & Competitive Intelligence In

144
Sebatik Vol. 25 No. 1 Juni 2021
ISSN: 1410-3737(p) 2621-069X(e)
Open access article licensed under CC-BY
jurnal.wicida.ac.id/index.php/sebatik

Industrial Revolution 4.0, Jurnal Manajemen & Kostakis, V., & Bauwens, M. 2014. Network society and
Bisnis, 16 (1): 1-12 future scenarios for a collaborative economy.
Ferdiana, A.M.K., and Darma, G.S. 2019. Understanding Palgrave Macmillan.
Fintech Through Go-Pay, International Journal Schor, J. 2016 The sharing economy: Hyper-capitalism
of Innovative Science and Research or a sustainable alternative? Retrieved March
Technology, 4 (2): 257-260 28, 2021, from
Goodman, J. A. 2014. Customer Experience 3.0: High- https://www.youtube.com/watch?v=-
profit Strategies in the Age of Techno Service. Qq7GyF3smc
AMACOM Div American Mgmt Assn. Setyanti, E. P. (n.d.). 2015. Tech in Asia Indonesia -
Hanggoro, H. T. 2015. Mengorek Sejarah Ojek | Komunitas Online Startup di Asia. Retrieved
Historia. Retrieved March, 2021, from March, 2021, from
http://historia.id/kota/mengorek-sejarah-ojek https://id.techinasia.com/survei-google-
Hendrayanti, Alberta, J.A., 2018. Pengaruh Angkutan indonesia-penetrasi-smartphone-dalam-negeri
Umum di Daerah Istimewa Yogyakarta – Sugiyono. 2017, Statistika Untuk Penelitian, Bandung:
Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya CV. ALFABETA.
Yogyakarta. Widia Darma, Inovasi Diskruptif (Disruptive Innovation)
J. K. 2012. Tech in Asia - Connecting Asia's startup Dalam Pendidikan, 2018 from
ecosystem. Retrieved March 28, 2021, from https://osf.io/pqk79/download/?format=pdf
https://www.techinasia.com/Go-Jek-indonesia
Kasali, Rhenald. 2017. Manajemen Public Relations.
Jakarta: PT Pustaka UtamaGrafiti UCAPAN TERIMA KASIH
Kemenkominfo. 2016. Indonesia Raksasa Teknologi Terima kasih kepada keluarga besar STIE UniSadhuguna
Digital Asia. Retrieved March, 2021, from yang telah mendukung penelitian ini sampai
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/6 diterbitkannya jurnal penelitian ini. Tak lupa kami
095/Indonesia Raksasa Teknologi Digital ucapkan banyak terima kasih kepada keluarga kami
Asia/0/sorotan_media masing-masing atas support baik secara materi dan non
materi hingga penelitian ini dapat terwujud.

145

Anda mungkin juga menyukai