STEP 1:
Ronki Basah :
- Suara dari auskultasi yg terdengar mirip dengkur didalam leher Karena terjadi penimbunan cairan
(biasanya di paru)
- Bunyi tambahan yg tidak continue pada waktu inspirasi , bunyi seperti ranting kering yg terbakar
disebabkan oleh secret dalam alveoli / bronkiolus.
Step 2:
- Wanita 35 th
- Batuk berdahak kental disertai badan panas terus menerus sejak 10 hari
- Px.Paru : Keredupan pada perkusi
- DD:
Pneumonia
Bronkhitis
Bronkiektasis
TBC
Edema Paru
Orang dewasa normal membentuk mucus sekitar 100 ml dlm saluran nafas setiap hari. Mucus ini diangkut
menuju faring oleh gerakan pembersihan normal dr silia yg membatasi saluran pernafasan. Kalau
terbentuk mucos yg berlebihan maka proses normal pembersihan mungkin tdk efektif lagi sehingga
akhirnya mucus tertimbun. Bila hal ini terjd maka membran mucus terangsang dan mucus ini dibatukkan
keluar sbg sputum
- Mengapa batuk tidak kunjung reda setelah diobati obat batuk diobatik?
Karena obatnya tidak sesuai dg sensitivitas bakteri
STEP 3:
PNEUMONIA
a. Definisi
Peradangan / inflamasi akut pada parenkim paru (pada distal bronkiolus terminalis, dari bronkiolus
respiratorius sampai alveolus dan jaringan interstitial)
- Pneumonia : jika ada infeksi
- Pneumonitis : Jika non infeksi
Peradangan yg mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yg mencakup bronkiolus
respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat
(IPD FKUI Jilid 2 Edisi IV)
b. Etiologi
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Protozoa
5. Alergi
6. Bahan kimia
7. Radiasi
8. Obat : Nitrofurantoin, Busulfan, Methotrexate,dll
ISNBA dapat disebabkan oleh berbagai jenis MO tersering disebabkan oleh bakteri.
Diagnosis kuman penyebab akan lebih cepat terarah bila diagnosis pneumonia yang dibuat dikaitkan
dengan interaksi faktor-faktor terjadinya infeksi dan cara pasien terinfeksi, misalnya :
o infeksi melalui droplet Streptococcus pneumoniae,
o melalui selang infus Staphylococcus aureus
o infeksi pada pemakaian ventilator P. aeruginosa dan Enterobacter.
Penyebab PK tersering (1987) adalah S.pneumoniae (60-70%), H.influenzae (5%), Mycoplasma (5-
20%). Bila disertai gangguan imunitas atau terdapat penyakit dasar paru kronik dapat disebabkan
oleh S.aureus, kuman gram negatif seperti K.pneumoniae, P.aeruginosa atau kuman-kuman yang
biasa menyebabkan PN. Pada sejumlah 30-50% tidak diketahui penyebabnya.
Penyebab PN tersering juga oleh bakteri. Kuman penyebabnya sering berbeda jenisnya antara di
ruangan biasa dengan ruangan perawatan intensif (ICU).
PN bakterial dapat dibagi atas :
1) PN awitan awal (waktu < 3 hari) yang kumannya sering juga didapat di luar RS, biasanya
disebabkan oleh :
S.pneumoniae (5-10%)
M.catarrhalis (<5%)
H.influenzae.
2) PN awitan lanjut (waktu >3 hari) sering disebabkan oleh :
kuman gram negatif aerob sebesar 60 %, berupa :
P. aeruginosa, Enterobacter spp., K.pneumoniae, Serratia spp.
S.aureus (20-25%).
Kelompok kedua ini biasanya merupakan kuman yang resisten terhadap antibiotik.
Kuman anaerob dapat menjadi penyebab pada kedua kelompok (35%).
Akhir-akhir ini sejumlah kuman baru/oportunis telah menimbulkan infeksi pada pasien dengan kekebalan
tubuh yang rendah, misalnya Legionella, Chlamydia trachomatis, M.atypical, berbagai jenis jamur (C.
albicans, Aspergillus fumigatus) dan virus.
(IPD FKUI Jilid 2 Edisi IV)
c. Pathogenesis
Pd saluran nafas bawah dikeluarkan dg mekanisme batuk,
Ada bbrp bakteri yg tidak bisa dikeluarkan (s.pneumonia) infeksi inflamasi paru bagian bawah
terjadi penumpukan sel2 inflamasi suara meredup
(PATOLOGI FKUI)
e. Stadium
Menurut Pneumonia (yg disebabkan pneumokokkus)
1. Hiperesemia
mulanya inflamasi –>inflamasi
2. Hepatisasi merah
Ada penumpukan sel2 darah merah, fibrin, eksudat dari proses inflamasi
3. Hepatisasi abu-abu
Terjadi kolonisasi dari sel2 darah merah, fibrin, eksudat akibat dari proses fagositosis makrofag
4. Resolusi
Dari aktivitas fagositosis tidak terjadi
f. Manifestasi Klinis
- Demam, menggigil
- Terdapat nyeri pada pleura
- Sering timbul abses pada paru
- Batuk berdahak
- Tanda tanda konsolidasi paru spt
Perkusi paru yg pekak
Ronkhi nyaring
Suara pernafasan bronchial
Berdasarkan sputum :
- Pneumonia atipikal Dahak kental, translucent, putih keabu-abuan
- Pneumonia Pneumokokkus Warna karat
- Pneumonia Staphylokokkus warna kuning pucat
- Pneumonia Bakteri kuning kehijauan
- Pneumonia Anaerob Purulent, bau busuk
Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah:
batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah)
nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik nafas dalam
atau terbatuk)
menggigil
demam
mudah merasa lelah
sesak nafas
sakit kepala
nafsu makan berkurang
mual dan muntah
merasa tidak enak badan
kekakuan sendi
kekakuan otot.
(PATOLOGI FKUI)
g. Diagnosis
- Anamnesis
- PF
- Px.Penunjang
Anamnesis
Usia pasien
Bayi (virus), muda (M.pneumoniae), dewasa (S.pneumoniae)
Awitan
Cepat, akut dengan rusty coloured sputum (S.pneumoniae), perlahan dengan batuk, dahak sedikit
(M.pneumoniae).
Pemeriksaan Fisik
Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S.pneumoniae, Streptococcus spp.,
Staphylococcus. Pneumonia virus ditandai dengan mialgia, malaise, batuk kering, dan nonproduktif.
Awitan lebih insidious dan ringan pada orang tua/imunitas menurun akibat kuman yang kurang
patogen/oportunistik misalnya Klebsiella, Pseudomonas, jamur.
Tanda-tanda fisis pada tipe pneumonia klasik bisa didapatkan berupa demam, sesak nafas, tanda-
tanda konsolidasi paru (perkusi paru yang pekak, ronki nyaring, suara pernafasan bronkial). Bentuk
klasik pada PK primer berupa bronkopneumonia, pneumonia lobaris atau pleuropneumonia. Gejala
atau bentuk yang tidak khas dijumpai pada PK sekunder ataupun PN. Dapat diperoleh bentuk
manisfestasi lain infeksi paru seperti efusi pleura, pneumothorax/hidropneumothorax. Pada pasien
PN atau dengan gangguan imun dapat dijumpai gangguan kesadaran oleh hipoksia.
Warna, konsistensi, dan jumlah sputum pentig untuk diperhatikan.
(Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Vol.3.)
1) Anamnesis :
Dari anamnesis ini paling tidak dapat diketahui tentang :
1. Keadaan umum penderita, mengenai :kesadaran, derajat sakit, sikap terpaksa, sianosis
2. Tanda-tanda vital yang penting : tensi, nadi, suhu badan, frekuensi dan keadaan pernafasan
3. Kelainan fisik :
a. Paru : bentuk kelainan fisik, lobus mana yang terkena dan luasnya kelainan serta komplikasi
yang ada ( efusi pleura, pneumotoraks, hidropneumotoraks )
b. Ektra paru : organ ekstra paru apa yang terdapat kelainan
( misalnya pembesaran jantung, tanda-tanda emboli bakterial, komplikasi meningitis, dll)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace
disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae, bronkopneumonia oleh a.l staphylococcus, virus
atau mikoplasma dan neumonia intertisisal oleh virus dan ikoplasma. Ulangan foto perlu dilakukan
untuk melihat kemungkinan adanya infeksi sekunder atau tambahan, efusi pleura penyerta atau
pembentukan abses. Pada pasien yang mengalami perbaikan linis ulangan foto dada dapat ditunda
karena resolusi pneumonia berlangsung 4-12 minggu.
Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi, leukosit normal/rendah dapat disebabkan oleh
infeksi virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berat tidak terjadi respon leukosit.
Pemeriksaan bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis,
bronkoskopi, atau biopsi. Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama pra terapi dan bermanfaat
untuk evaluasi terapi selanjutnya.
Pemeriksaan khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer tinggi atau ada
kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2.
Antibiotik
Pada prinsipnya terapi utama adalah pemberian antibiotik terhadap ISNBA dengan manifestasi
apapun, yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
1. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96% berdasarkan pemeriksaan
BGA
2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dapat disertai nebulizer
untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme.
3. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan nafas dalam. Bila
perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan ekspirasi dan pengeluaran CO2. Posisi
tidur setengah duduk untuk melancarkan pernafasan.
4. Pengaturan cairan
5. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan. Terapi ini tidak bermanfaat pada
keadaan renjatan septik).
6. Obat inotropik seperti dobutamin dan dopamin (bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau
gagal ginjal prerenal).
7. Ventilasi mekanis, indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia adalah :
Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100% dengan menggunakan masker.
Gagal nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress dengan atau didapat
asidosis respiratorik.
Respiratory arrest
Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif
8. Drainase empiema bila ada
9. Bila terdapat gagal nafas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang didapatkan terutama
dari lemak (>50%) hingga dapat dihindari pembentukan CO2 yang berlebihan.
10. (IPD FKUI Jilid 2 Edisi IV)
1. Pencegahan
Pneumonia Komunitas(PK)
Di luar negeri dianjurkan pemberian vaksinasi influenza dan pneumokokus terhadap orang
dengan resiko tinggi misalnya pasien dengan gangguan imunologis, penyakit berat termasuk
penyakit paru kronik, hati, ginjal, dan jantung. Vaksinasi juga perlu diberikan untuk penghuni
rumah jompo, rumah penampungan penyakit kronik dan usia > 65 tahun.
Pengawasan
Pendidikan
Mencuci tanagn
Desinfektasi peralatan
Perawatan saluran nafas yang benar
8. Dekontaminasi selektif saluran cerna
(IPD FKUI Jilid 2 Edisi IV)
i. Komplikasi
- Herpes Labialis
- Efusi pleura
- Emfisema
- Abses paru
-
Efusi pleura dan empiema
Komplikasi sistemik
Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakterimia berupa meningitis. Dapat juga terjadi
dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peninggian ureum dan enzim hati.
Kadang-kadang terjadi peninggian fosfatase alkali dan bilirubin akibat klestaiss intrahepatik.
Penatalaksanaan
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan
klinis
baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor
modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan risiko infeksi dengan mikroorganisme
patogen
yang spesifik misalnya S. pneumoniae . yang resisten penisilin. Yang termasuk dalam faktor
• Pecandu alkohol
c.Pseudomonas aeruginosa
• Bronkiektasis
• Gizi kurang
c.Pneumonia virus
a.Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua.
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh
obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan
disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang
dihubungkan
c.Pneumonia interstisial
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai 'salah satu atau lebih' kriteria di bawah ini.
Kriteria minor:
-faktor resiko
1.merokok
3.kanker
4.peny kronis ex dm
5.alkohol
6.imunodefisiensi
7.disfungsi cilia
♣ Usia di atas 65 th
♣ Kanker paru
♣ AIDS
♣ Riwayat merokok
♣ Alkoholisme
♣ Malnutrisi
PATOFIOLOGY
Sekresi,edem,bronkospasme dispnea,batuk
Partial oclusi
Hipoksi
Hepatisasi merah :
Secara perlahan2 erirosit yang mati dan eksudat fobrin di buang ke alveolus sehingga terjadi
pemulihan sempuarna.shg paru2 norman tanpa kehilangan kendali dalam peertukaran gas.
Patogenesis
⎫ Stadium awal(4- 12 jam): eksudat serosa masuk kedalam alveoli dr pembuluh darah yang bocor
⎫ Hepatisasi merah (4 jam pertama) paru2 tampak merah karena eritrosi,fibrin dan leukosi PMN
megisis alveolus
⎫ Hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru2 tampak berwarna abu2 karena leukosit dan fibrin mengalami
konsolidasi di dalam alveolus yang terserang
⎫ Pemulihan (7-11 hari )eksudat mengalami lisis dan diabsorbsi oleh makrofag shg jaringan kembali
ke struktur semula
Pneumoni bacterial
1. Oleh pneumokokus
♣ Commen cold
♣ Deman mendadak(38,5-39,5)
♣ Nyeri dada
♣ Sesak nafas
2. Oleh Strafilokokus
• Panas
• Menggigil
• Demam
• Demam
• Myalgia
• Sakit kepala
• Sesak nafas
• Sianosis
1. pneumoni lobularis
• Panas hebat
2. Bronkopneumonia
• Sianosis
• Takikardi,
o Batuk + sputum
o Pernapasan bronkial
o Takipnea
o Confusion
o hipotensi
-diagnosa :
ANAMNESIS :
Dahaknya : kental Warna dahak kayak karat besi ( karena sel darah merah yang mati ) , mukopurulen ,
px fisik
Perkusi : redup
Inspeksi : dada tertinggal yg terkena inspirasi banyak cairan shg udara susah masuk di tipikal
Px penunjang :
a.Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat
melebihi 400C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat
bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada
perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi.
Pemeriksaan penunjang
a.Gambaran radiologis
diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air
broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
b.Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari
10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-
25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia,
-penatalaksanaan :
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik pada penderita
pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi
karena
2. bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia.
maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara umum pemilihan
antibiotik
Golongan Penisilin
TMP-SMZ
Makrolid
Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
Aminoglikosid
Tikarsilin, Piperasilin
Siprofloksasin, Levofloksasin
Vankomisin
Teikoplanin
Linezolid