Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Kesehatan rongga mulut saling berhubungan dengan kesehatan umum dan kesadaran untuk menjaga
kesehatan rongga mulut berperan penting dalam menentukan kesehatan rongga mulut seorang individu.
Penuaan pada manusia mempengaruhi perubahan fungsional, psikologis, dan social dalam berbagai
proses multidimensi. Kehilangan seluruh gigi atau edentulous pada lansia sering mengurangi kualitas
hidup secara substansial. Kehilangan seluruh gigi juga berdampak pada penurunan fungsional, psikologis,
dan social. Kondisi kehilangan seluruh gigi mempunyai dampak negatif terhadap kualitas hidup
mencakup fungsi pengunyahan, penampilan, kemampuan berbicara dan percaya diri. Pada makalah ini
akan di bahas mengenai masalahmasalah yang ada pada pasien yang kehilangan seluruh giginya
Penyusun : Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros (K), Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM, dan Indra Basar
Siregar, drg., M.Kes.
Seorang perempuan berusia 68 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan sulit mengunyah
karena seluruh gigi sudah dicabut. Anamnesis: pasien memakai gigi tiruan sebagian lepasan
akrilik pada rahang atas, tetapi gigi penyangganya rusak dan goyang sehingga harus dicabut dan
gigi tiruan tidak bisa digunakan lagi. Pasien menderita penyakit diabetes mellitus. Pemeriksaan
intra oral, terlihat :
- Edentulus RA dan RB
- Penonjolan tulang pada regio kaninus rahang atas yang baru dicabut
Pertanyaan:
1. Jelaskan prosedur diagnosis untuk kasus tersebut!
4. Bagaimana cara pemeriksaan laju aliran saliva yang sesuai untuk kasus ini?
7. Jelaskan pengaruh saliva yang sedikit dan kental terhadap perawatan GTL!
8. Jelaskan pengaruh mukosa yang pucat dan tipis terhadap perawatan GTL!
10. Jelaskan perawatan pendahuluan dan persiapan jaringan pendukung yang tepat untuk kasus
di atas!
BAB II
ISI
Untuk memiliki dugaan prognosis yang baik, perawatan dalam kedokteran gigi memerlukan
perencanaan awal yang tepat. Perencanaan ini termasuk diagnosis, pemeriksaan yang teliti, dan
membuat rencana perawatan. Keberhasilan perawatan gigi tiruan penuh dimulai dengan adanya
pemeriksaan secara menyeluruh, yaitu terhadap fisik dan kondisi psikologis pasien, yang
nantinya akan menghasilkan perawatan yang baik, berupa gigi tiruan penuh yang fungsional dan
memenuhi harapan pasien.
Hal-hal berikut harus dievaluasi untuk mendapatkan diagnosis dan rencana perawatan yang
adekuat:
1. Identitas pasien
Identitas pasien yang penting untuk diketahui terdiri dari nama, usia, jenis kelamin,
pekerjaan, alamat, dan nomor telepon.
2. Riwayat medis
Riwayat medis berperan besar terhadap prognosis penyakit pasien. Beberapa penyakit
sistemik yang dapat memengaruhi perawatan gigi tiruan penuh diantaranya adalah diabetes
mellitus, anemia, penyakit yang berhubungan dengan kekurangan nutrisi, adanya terapi
radiasi, penyakit sendi, kardiovaskular, hipertensi, penyakit jantung, paru-paru, dan lainnya.
Pada kasus ini, pasien menderita diabetes mellitus, maka diperlukan adanya control
glikemik. kontrol glikemik yang buruk yang tidak bisa menekan keadaan hiperglikemia. Hal
ini dapat dicegah dengan mengontrol dengan baik glikemik indeks yaitu glukosa darah puasa
dan 2 jam pp serta HbA1c. Kontrol glikemik menentukan keberhasilan perawatan di
kedokteran gigi. Kontrol glikemik dapat dilakukan dengan obat-obatan atau mengatur pola
hidup.
3. Riwayat dental
Pada riwayat dental, perlu ditanyakan mengenai alasan kehilangan seluruh gigi, seperti
penyakit periodontal, karies gigi, atau penyebab lainnya. Keluhan utama pasien termasuk
didalamnya karena rencana perawatan akan sangat bergantung pada tahap ini. Pengalaman
pasien yang sudah memakai gigi tiruan sebelumnya, alasan mengapa pasien memerlukan
gigi tiruan baru, jumlah, durasi pemakaian, informasi terkait estetik, fonetik, mastikasi,
retensi, dan vertikal dimensi gigi tiruan sebelumnya penting untuk diketahui. Terakhir, gigi
tiruan yang ada harus dievaluasi dan dokter gigi perlu mendiskusikan mengenai apa yang
pasien harapkan dengan gigi tiruan barunya. Selain itu, dalam tahap ini dokter gigi juga
melakukan evaluasi terhadap psikologis pasien. MM House (1950) mengklasifikasi
psikologis pasien menjadi empat kategori, yaitu philosophical, exacting, hysterical, dan
indifferent.
4. Pemeriksaan klinis
a. Pemeriksaan ekstraoral
Pemeriksaan ekstraoral dilakukan terhadap bentuk wajah, profil wajah, simetri wajah, tinggi
wajah, otot wajah, warna kulit, ketebalan dan panjang dari bibir, dan sendi
temporomandibular.
b. Pemeriksaan intraoral
Pemeriksaan intraoral dilakukan terhadap bentuk lengkung rahang, bentuk linggir sisa
alveolar, mukosa, daya lentur jaringan, relasi linggir alveolar, jarak antar rahang, mukosa,
bentuk dari palatum, tuberositas maksila, saliva, ukuran lidah, dan perlekatan frenulum.
5.Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan radiografi akan memberikan informasi mengenai keberadaan sisa akar yang
tertinggal, adanya foreign bodies atau benda asing, kondisi patologis dan keadaan
osteoporosis menyeluruh pada tulang pendukung. Pemeriksaan radiografi yang dilakukan
adalah radiografi panoramik yang pada umumnya bertujuan untuk melihat resorpsi dari
linggir alveolar
2. Sebutkan diagnosis dari beberapa kasus pada pasien tersebut!
Diagnosis dari kasus tersebut antara lain xerostomia dan full edentulous. Serostomiadapat
disebabkan karena beberapa hal, antara lain, terapi penyinaran, pemakaian obat-obatan,
penyakit sistemik dan penyakit yang terkait kelenjar saliva. Pada penderita serostomia, saliva
menjadi sangat berkurang sehingga akan mengurangi retensi yang berakibat pada berkurangnya
stabilisasi dan proteksi mekanis gigi tiruan dukungan jaringan oleh selapis tipis saliva.
Serostomia dapat bersifat reversible atau sementara,dan irreversible atau permanen. Kehilangan
gigi sebagian atau seluruhnya (edentulous), merupakann suatu keadaan lepasnya satu atau lebih
gigi dari soketnya atau tempatnya. kehilangan gigi pada usia lanjut umumnya disebabkan oleh
penyakit periodontal. Penyakit periodontal adalah penyakit pada jaringan pendukung gigi
meliputi jaringan gingival, tulang alveolar, sementum, dan ligament periodontal. Penyakit
periodontal mempengaruhi hilangnya gigi, yang disebabkan oleh infeksi pada jaringan
pendukung gigi yang apabila tidak dirawat menyebabkan resorbsi tulang alveolar dan resesi
gingiva sehingga menyebabkan lepasnya gigi dari soket
Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan tersebut merupakan suatu keadaaan normal
pada proses penuaan manusia. Lansia mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada
keadaan istirahat, saat berbicara, maupun saat makan. Keluhan berupa xerostomia atau mulut
kering sering ditemukan pada orang tua daripada orang muda yang disebabkan oleh perubahan
karena usia pada kelenjar itu sendiri. Berdasarkan penelitian terjadinya degenerasi epitel saliva,
atrofi, hilangnya asini dan fibrosis terjadi dengan frekuensi dan keparahan yang meningkat
dengan meningkatnya usia. Secara umum dapat dikatakan bahwa saliva nonstimulasi (istirahat)
secara keseluruhan berkurang volumenya pada usia tua. Pengurangan aliran saliva ini juga akan
mengganggu retensi jika dibuatkan gigitiruan, karena mengurangi ikatan adhesi saliva diantara
dasar gigitiruan dan jaringan lunak dan menyebabkan iritasi mukosa.
4. Bagaimana cara pemeriksaan laju aliran saliva yang sesuai untuk kasus ini?
Sekresi saliva setiap hari dalam keadaan normal berkisar antara 1000-1500 cc (1000 - 1500
ml). Kecepatan aliran saliva istirahat atau unstimulated yang normal adalah 0,38±0,21
mL/menit. Gangguan sekresi saliva atau serostomia terjadi jika kecepatan aliran istirahat kurang
dari 0,12 mL/menit. Dari seluruh saliva istirahat, 40% berasal dari kelenjar submandibularis
dan 8% dari kelenjar mukosa. Kecepatan aliran saliva terstimulasi yang normal adalah
kurang dari 0,60 mL/menit dari seluruh saliva terstimulasi, dan 50 sampai 60% berasal dari
kelenjar parotis.
Sebelum mengumpulkan saliva, pasien diinstruksikan untuk tidak makan, minum dan merokok
selama 1 jam sebelumnya. Kemudian pasien diinstruksikan untuk berkumur dengan air putih
selama beberapa kali kemudian beristirahat selama 3 menit. Posisi pasien dipersiapkan dalam
keadaan duduk pada posisi tegak lurus dengan kepala menunduk sehingga saliva dapat
terakumulasi pada dasar mulut. Beberapa metode pengumpulan saliva adalah :
1. Metode draining Pasien diinstruksikan untuk menelan terlebih dahulu. Kemudian, saliva
dibiarkan mengalir dari bibir kedalam botol yang diletakkan pada mulut pasien.
2. Metode spitting Pasien diinstruksikan untuk menelan terlebih dahulu. Kemudian saliva
diakumulasikan dalam dasar mulut pasien dengan keadaan bibir tertutup. Pasien meludahkan
saliva yang telah terakumulasi kedalam botol pada akhir setiap menit.
3. Metode suction Saliva diaspirasi dari dasar mulut kedalam botol dengan menggunakan saliva
ejektor yang diletakkan dibawah lidah, vestibulum, dan didasar mulut.
4. Metode absorbent Saliva dikumpulkan pada tampon atau sponges dengan ukuran 0,2x0,6 cm
yang telah ditimbang sebelumnya. Kemudian tampon atau sponges akan diletakkan didalam
rongga mulut dan akan ditimbang kembali pada akhir pengumpulan saliva.
Sumber:
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/17802/120600050.pdf?sequence=1&isAl
lowed=y
Volume saliva sedikit mengurangi gaya adhesi dan kohesi. Retensi dan stabilisasi menjadi
kurang baik pada rahang bawah, linggir alveolaris rahang bawah rendah. Resorpsi linggir
alveolus yang parah akan menyebabkan perubahan pada bentuk dan ukuran linggir alveolus.
Bentuk linggir alveolus yang parah umumnya datar dan ukuran linggir alveolus akan berkurang
baik dalam arah vertical maupun horizontal. Selain itu, dijumpai pergeseran perlekatan otot
buksinator, milohloid, tuberkulum genialis terletak lebih dekat ke puncak linggir alveolus
sehingga mengurangi kedalaman vestibulum dan sulkusorolingualis. Juga terjadi pergeseran
papilla insisivum, palatum, sisa-sisa krevis palatal.
Resorbsi yang berlebihan dari tulang alveolar rahang bawah menyebabkan foramen mentale
mendekati puncak alveolar ridge. Puncak tulang alveolar yang mengalami resorbsi berbentuk
konkaf atau datar dengan akhir seperti ujung pisau. Resorbsi berlebihan pada puncak tulang
alveolar mengakibatkan bentuk ridge yang datar akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang
Sumber:
Puspitadewi SR. Perawatan prostodontik pada kondisi ridge yang kurang menguntungkan. Jurnal B Dent.
2015;2(2):152
7. Jelaskan pengaruh saliva yang sedikit dan kental terhadap perawatan GTL!
Menurunnyaaliran saliva menyebabkan mukosa mulut menjadi kering dan tidak elastis, bibir
pecah-pecah, pembentukan fissure pada lidah dan mukosa oral, denture sore di bawah gigi
tiruan, retensi gigi tiruan buruk, serta kesulitan menelan, bicara, dan makan. Berkurangnya
sekresi saliva akan menyulitkan pemakaian gigi tiruan lepasan. Kualitas dan kuantitas yang
tidak memadai pada saliva menyulitkan dalam pemakaian gigi tiruan lengkap. Saliva mucus
yang dihasilkan oleh kelenjar saliva minor di bagian palatinal bermanfaat untuk
mempertahankan dan memberikan lubrikasi pada gigi tiruan. Sejumlah kekuatan dan faktor
bergabung untuk mempertahankan gigi tiruan lengkap pada posisinya di dalam mulut. Tekanan
fisik berhubungan dengan sifat lapisan tipis saliva yang ada diantara mukosa dan gigi tiruan.
Tekanan ini terutama berperan di antara permukaan gigi tiruan dan jaringan mukosa di
bawahnya, dan sampai batas tertentu tergantung pada rapatnya penutupan seal antara
mukosa dan daerah tepi gigi tiruan. Tekanan-tekanan fisik antara lain adesi dan kohesi. Adesi
adalah kekuatan tarik menarik antara molekul - molekul yang berbeda seperti saliva dan resin
akrilik atau saliva dan mukosa, serta kohesi adalah suatu kekuatan tarik - menarik antara
molekul - molekul yang sama. Efektivitas adesi tergantung pada adaptasi basis gigi tiruan ke
jaringan pendukung dan fluiditas saliva. Saliva yang cair cukup efektif dalam membasahi
basis gigi tiruan. Saliva yang cair membentuk lapisan yang tipis yang efektif untuk retensi.
Kekuatan gaya adesi dan kohesi menimbulkan tegangan permukaan. Tegangan permukaan
adalah tegangan atau resistensi terhadap suatu pelepasan, masuknya cairan film diantara
keduanya merupakan adaptasi permukaan yang baik. Tegangan permukaan terdapat pada lapisan
saliva yang tipis antara fitting surface basis gigi tiruan dan mukosa sebagai dasar dudukan. Laju
aliran saliva dan viskositas penting dalam keberhasilan pemakaian gigi tiruan. Aliran saliva
dengan viskositas medium memberikan lubrikan pada mukosa dan membantu retensi pada gigi
tiruan lengkap.
Sumber:
Arpa S, Jubhari EH. Sifat Saliva dan Hubungannya terhadap Pemakaian Gigi Tiruan. Makassar
Dent J. 2017;6(2):78-82
8. Jelaskan pengaruh mukosa yang pucat dan tipis terhadap perawatan GTL!
Mukosa yang pucat dan tipis memiliki dampak dalam perawatan GTL. Secara klinis, mukosa
mulut memperlihatkan kondisi yang menjadi lebih pucat, tipis kering, dengan proses
penyembuhan yang melambat. Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami
iritasi terhadap tekanan ataupun gesekan, yang diperparah dengan berkurangnya aliran saliva
Epitel mukosa mudah terkelupas dan jaringan ikat di bawahnya sembuh lambat. Atropi jaringan
ikat menyebabkan elastisitas menurun sehingga menyulitkan pembuatan protesa yang baik.
Klasifikasi linggir berdasarkan bentuk ada 3 bagian yaitu linggir dengan tinggi yang cukup,
linggir yang rata, dan linggir berbentuk knife edge. Hasil beberapa penelitian, para peneliti
menyatakan bahwa bentuk dan ukuran linggir alveolar memengaruhi retensi dan stabilisasi gigi
tiruan, dan menjelaskan bentuk linggir alveolar yang paling mendukung untuk pembuatan gigi
tiruan. bentuk linggir alveolar yang ideal untuk memberi dukungan pada gigi tiruan penuh adalah
linggir yang memiliki tulang yang berbentuk membulat dan sedikit persegi pada region labial,
bukal, lingual serta ditutupi oleh perlekatan mukosa yang baik
Pada kasus rahang bawah dengan lingir datar karena mengalami resorbsi, perlekatan otot-
otot terletak pada puncak lingir sehingga dengan mudah melepaskan gigi tiruan. Pembuatan
gigi tiruan lengkap pada rahang bawah yang berlingir datar mempunyai suatu masalah
tersendiri dalam mencapai hasil yang baik dan memuaskan. Kesulitan-kesulitan terutama
ditemukan dalam memperoleh retensi, stabilisasi dan dukungan gigi tiruan lengkap.
Pada kasus resorbsi lingir alveolar yang kontinyu, otot-otot wajah (bibir dan pipi)
akhirnya tidak ditopang dan cenderung untuk jatuh ke dalam rongga mulut (collaps). Pada
waktu yang bersamaan lidah membesar untuk mengisi ruang yang sebelumnya ditempati
oleh gigi dan tulang alveolar. Selanjutnya akan terbentuk suatu ruangan di dalam rongga mulut
pada pasien yang tidak bergigi yang disebut ruangan gigi tiruan. Resorbsi lingir alveolar akan
mengurangi jumlah perlekatan mukoperiosteum pada tulang sehingga vestibulum bukal dan
lingual berkurang. Perubahan-perubahan ini mempersulit operator untuk membedakan batas-
batas anatomis dan fungsional dari rongga mulut.
Sumber:
Angelia V, Syafrinani. Penatalaksanaan gigi tiruan lengkap dengan linggir datardan hubungan
klas III disertai cerebrovascular accident.Jurnal B-Dent.2015;2(1):44-50
10. Jelaskan perawatan pendahuluan dan persiapan jaringan pendukung yang tepat untuk
kasus di atas!
Perawatan pendahuluan yang harus dilakukan pada pasien di scenario adalah dengan mengatur
kadar glikemik. Diketahui bahwa pasien tersebut menderita diabetes mellitus. Manajemen
prostodonti sebelum melakukan perawatan antara lain:
Pada kunjungan pertama kali, dokter gigi seharusnya melakukan pemeriksaan dan anamnesa
yang tepat. Doketr gigi harus mampu menggali riawayat medis penderita diabetes mellitus.
Ini digunakan untuk menelusuri riwayat fluktuasi kadar glukosa darah, kontrol glikemik,
frekuensi episode hipoglikemia, perawatan yang diberikan, dosis obat, dan lamanya
perawatan. Selain itu, juga menggali riwayat kesehatan dan perawatan gigi dan mulut serta
komplikasi yang pernah terjadi.
Dokter gigi seharusnya mempunyai glukometer sebagai alat skrening untuk melihat kadar
glukosa sebelum dilakukan perawatan, sehingga dokter gigi mengetahui kadar glukosa
terkini. Apabila kadar glukosa menunjukkan lebih dari normal, penderita dapat dikonsulkan
ke internist untuk mendapatkan persetujuan dapat dilakukan perawatan di prostodonsia atau
tidak. Selain itu, pasien dianjurkan untuk membawa hasil pemeriksaan laboratorium terbaru.
3. Menegemen stress.
Penderita diabetes mellitus seringkali merasa cemas akan keadaan rongga mulutnya, dimana
terjadi luksasi gigi yang berhubungan dengan periodontitis dan hiperglikemia, xerostomia
dan sensasi mulut terbakar. Dokter gigi harus mampu mengurangi kecemasan dan nyeri yang
dirasakan oleh penderita. Kecemasan dan nyeri dapat memperparah hiperglikemia oleh
karena pelepasan hormon stress seperti efinefrin dan kortisol.
Dokter gigi harus menginstruksikan penderita diabetes mellitus untuk menjaga kebersihan
rongga mulut dan gigi tiruan mereka secara rutin. Penderita diabetes mellitus mempunyai
kecenderungan mempunyai kebersihan rongga mulut yang buruk berhubungan dengan
keadaan hiperglikemia, xerostomia dan gigi tiruan.
6. Kosultasi diet.
Dokter gigi harus mengkonsultasikan pasiennya ke ahli gizi untuk mengatur diet dan
memberikan instruksi untuk mengubah dan menjaga pola makannya.
Dokter gigi harus melakukan pemeriksaan secara lengkap dan menyeluruh tentang kondisi
rongga mulut dan sistemiknya. Hal ini digunakan untuk menentukan bahan, jenis dan design
gigi tiruan yang akan digunakan.
Perawatan pendahuluan selanjutnya adalah untuk menangani kasus xerostomia pada pasien. Pada
penderita serostomia yang akan dibuatkan GTL, perawatan pendahuluannya ditujukan kepada
penanganan serostomia. Terdapat dua kemungkinan pembuatan GTL untuk pasien edentulus
penderita serostomia ,yaitu GTL konvensional bagi pasien yang mengalami reversible
serostomia dan GTL dengan penampung saliva sebagai wadah untuk menyimpan sediaan saliva
buatan untuk pasien serostomia yang irreversible. Gigi buatan yang dilengkapi dengan
penampung yang mengandung saliva tiruan memiliki tingkat kesuksesan yang berbeda.
Sumber
Riksavianti F, Utama MD, Jubhari EH. Penatalaksanaan serostomia pada pasien edentulous
totalis dengan penampung saliva buatan. Makassar Dent J. 2015;4(5):152-7
Suci AW. Manajemen pasien diabetes mellitus di prostodonsia. Stomatognatic (J. K. G Unej)
Vol. 10 No. 3 2013: 125-130
BAB III
KESIMPULAN
1. Gigi berperan penting untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah ditelan serta
meringankan kerja proses pencernaan, apabila kehilangan seluruh gigi geligi dapat
mempengaruhi fungsi pengunyahan.
2. Kehilangan gigi akan mempengaruhi penampilan pasien, seperti pipi kempot, dagu menjadi
maju dan sudut mulut menjadi turun.
4. Dengan menggunakan gigi tiruan dapat memperbaiki kualitas hidup pada lansia.