Anda di halaman 1dari 13

Nama : Nur Raika Syafitri

Nim : B011201172

JUDUL PRESENTASI

Melawan Hukum Formil, Materil,


Objektif dan Subjektif
Melawan Hukum
Sifat melawan hukum merupakan sebuah problematika dalam ranah
peradilan di Indonesia, khususnya dalam penanganan kasus tindak
pidana korupsi. Sebab sifat melawan hukum dipahami dalam dua
pengertian, yakni secara formil maupun materiil. Sebagaimana
Penjelasan Pasal 2 ayat 1 UU No. 31 tahun 1999 Jo. UU No. 20 Tahun
2001 menjabarkan bahwa yang dimaksud dengan ‚secara melawan
hukum‛ dalam pasal ini mencakup perbuatan melawan hukum dalam
arti formil maupun dalam arti materiil.
Melawan Hukum Formil
Sifat melawan hukum formil atau Formeel wederrechtelijkheid mengandung
arti semua bagian (unsur-unsur) dari rumusan delik telah di penuhi. Demikian
pendapat Jonkers yang menyatakan “Melawan hukum formil jelas adalah
karena bertentangan dengan undang-undang tetapi tidak selaras dengan
melawan hukum formil, juga melawan hukum materil, diantara pengertian
sesungguhnya dari melawan hukum, tidak hanya didasarkan pada hukum
positif tertulis, tetapi juga berdasar pada asas-asas umum hukum, pula
berakar pada norma-norma yang tidak tertulis.
Melawan Hukum Formil

Sebagaimana yang diatur dengan Pasal 1 ayat (1)


KUHP, untuk dipidananya setiap perbuatan
menganut sifat melawan hukum formil”. Para
penganut sifat melawan hukum formil mengatakan,
bahwa pada setiap pelanggaran delik sudah dengan
sendirinya terdapat sifat melawan hukum dari
tindakan pelanggaran tersebut.
Melawan Hukum Materil
Sifat melawan hukum materil atau materiel wederrechtelijkheid terdapat dua

pandangan. Pertama. Sifat melawan hukum materiil dilihat dari sudut perbuatanya. Hal

ini mengandung arti perbuatan yang melanggar atau membahayakan kepentingan

hukum yang hendak dilindungi oleh pembuat undang-undang dalam rumusan delik

tertentu. Biasanya sifat melawan hukum materil ini dengan sendirinya melekat pada

delik-delik yang dirumuskan secara materil. Kedua. Sifat melawan hukum materil dilihat

dari sudut sumber hukumnya. Hal ini mengandung makna bertentangan dengan hukum

tidak tertulis atau hukum yang hidup dalam masyarakat, asas-asas kepatutan atau

nilai-nilai keadilan dan kehidupan sosial dalam masyarakat.


Melawan Hukum Materil

Dengan demikian, bahwa pandangan sifat melawan hukum


formilmengatakan bahwa setiap pelanggaran delik sudah dengan
sendirinya terdapat sifat melawan hukum dari pelanggaran tersebut.
Berbeda dengan pandangan sifat melawan hukum materil yang
menyatakan bahwa “melawan hukum” merupakan unsur mutlak
dalam perbuatan pidanaserta melekat pada delik-delik yang
dirumuskan secara materil sehingga membawa konsekuensi harus
dibuktikan oleh penuntut umum.
Melawan Hukum Materil
Mengenai pengertian melawan hukum yang materiil dapat dibedakan:
A. Dalam fungsinya yang negatif Ajaran sifat melawan hukum yang
materiil dalam fungsinya yang negatif mengakui kemungkinan
adanya halhal yang ada di luar undang-undang melawan
hukumnya perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang,
jadi hal tersebut sebagai alasan penghapus sifat melawan hukum.
B. Dalam fungsinya yang positif Pengertian sifat melawan hukum
yang materiil dalam fungsinya yang positif menganggap sesuatu
perbuatan tetap.
Melawan Hukum Objektif
Unsur obyektif yang meliputi:

 A. Perbuatan manusia, yaitu suatu perbuatan positif, atau suatu perbuatan


negatif, yang menyebabkan pelanggaran pidana. Perbuatan positif
misalnya: mencuri (Pasal 362 KUHP), penggelapan (Pasal 372 KUHP) dan
sebagainya, sedangkan contoh-contoh dari perbuatan-perbuatan negatif,
yaitu : tidak melaporkan kepada pihak berwajib, sedangkan ia mengetahui
ada komplotan yang berniat merobohkan negara (Pasal 165 KUHP),
membiarkan orang dalam keadaan sengsara, sedangkan ia berkewajiban
memberikan pemeliharaan kepadanya (Pasal 304 KUHP) dan sebagainya.
Melawan Hukum Objektif
 B. Akibat perbuatan manusia, yaitu akibat yang terdiri atas

merusakkan atau membahayakan kepentingan hukum menurut

norma hukum pidana itu perlu ada supaya dapat dipidana.

Akibat ini ada yang muncul seketika bersamaan dengan

perbuatannya, misalnya dalam pencurian, hilangnya barang

timbul bersamaan dengan perbuatan mengambil barang, akan

tetapi ada juga akibat muncul selang beberapa waktu kemudian.


Melawan Hukum Objektif

 C. Keadaan-keadaan sekitar perbuatan itu, hal ini bisa terjadi pada waktu
melakukan perbuatan, misalnya dalam Pasal 362 KUHP: "bahwa barang yang dicuri
itu kepunyaan orang lain, adalah suatu keadaan yang terdapat pada waktu
perbuatan mengambil itu dilakukan".

 D. Sifat melawan hukum dan sifat dapat dipidana. Perbuatan itu melawan hukum,
jika bertentangan dengan undang-undang. Sifat dapat dipidana artinya bahwa
perbuatan itu harus diancam dengan pidana. Sifat dapat dipidana bisa hilang jika
perbuatan yang diancam dengan pidana itu dilakukan daiam keadaan-keadaan
yang membebaskan, misalnya dalam Pasal 44, 48, 49, 50 dan 51 KUHP.
Melawan Hukum Subjektif
Yang dimaksud dengan Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri
sipelaku atau yang berhubungan dengan diri sipelaku dan termasuk kedalamnya
yaitu segala sesuatu yang terkandung didalam hatinya, dimana unsur-unsur
subjektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah :
1. Kesengajaan atau tidak kesengajaan (dolus atau culpa)
2. Maksud (voornemen) pada suatu percobaan atau poging seperti yang
dimaksud didalam Pasal 53 ayat 1 KUHP,
3. Macam-macam maksud atau kehendak seperti yang terdapat misalnya
didalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan
dan lain-lain.
4. Merencanakan terlebih dahulu (voorbedachte raad) seperti yang misalnya
yang terdapat didalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP,
5. Perasaan takut (vress) seperti antara lain yang terdapat didalam rumusan
tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP.
Melawan Hukum Subjektif
Pasal 362 KUHP tentang pencurian merumuskan, “Barangsiapa mengambil seluruhnya
atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum, diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
denda paling banyak enam puluh rupiah”. Di dalam rumusan Pasal 362 KUHP diatas,
unsur “melawan hukum” dirumuskan secara tegas dan eksplisit. Dengan
dicantumkannya kata “melawan hukum” dalam rumusan tindak pidana pada Pasal 362
KUHP, menegaskan bahwa perbuatan mengambil barang milik orang lain secara
melawan hukum merupakan perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan
bersanksi pidana. Maka unsur melawan hukum dalam pencurian digolongkan
kedalam unsur melawan hukum subjektif.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

WASSALAMUALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABARAKAATUH

Anda mungkin juga menyukai