Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakan interkasinya
dengan bidang-bidang ilmu lainnya seperti ekonomi dan teknologi. Peran matematika
dalam interaksi ini terletak pada struktur ilmu dan perlatan yang digunakan. Ilmu
matematika sekarang ini masih banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang
industri, asuransi, ekonomi, pertanian, dan di banyak bidang sosial maupun teknik.
Mengingat peranan matematika yang semakin besar dalam tahun-tahun mendatang,
tentunya banyak sarjana matematika yang sangat dibutuhkan yang sangat terampil, andal,
kompeten, dan berwawasan luas, baik di dalam disiplin ilmunya sendiri maupun dalam
disiplin ilmu lainnya yang saling menunjang. Untuk menjadi sarjana matematika tidaklah
mudah, harus benar-benar serius dalam belajar, selain harus belajar matematika, kita juga
harus mempelajari bidang-bidang ilmu lainnya. Sehingga, jika sudah menjadi sarjana
matematika yang dalam segala bidang bisa maka sangat mudah untuk mencari pekerjaan.

Kata matematika berasal dari kata “mathema” dalam bahasa Yunani yang
diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan atau belajar.” Disiplin utama dalam
matematika di dasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan, pengukuran
tanah, dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara umum
berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang matematika yaitu studi tentang
struktur, ruang, dan perubahan. Pelajaran tentang struktur yang sangat umum dimulai
dalam bilangan natural dan bilangan bulat, serta operasi aritmatikanya, yang semuanya
dijabarkan dalam aljabar dasar. Sifat bilangan bulat yang lebih mendalam dipelajari
dalam teori bilangan. Ilmu tentang ruang berawal dari geometri. Dan pengertian dari
perubahan pada kuantitas yang dapat dihitung adalah suatu hal yang biasa dalam ilmu
alam dan kalkulus.

1
Dalam perdagangan sangat berkaitan erat dengan matematika karena dalam
perdagangan pasti akan ada perhitungan, di mana perhitungan tersebut bagian dari
matematika. Secara tidak sadar ternyata semua orang menggunakan matematika dalam
kehidupan sehari-hari seperti jika ada orang yang sedang membangun rumah maka pasti
orang tersebut akan mengukur dalam menyelesaikan pekerjaannya itu. Oleh karena itu
matematika sangat bermanfaat sekali dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak
ini dapat menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi
matematika siswa baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan.
Dalam pembelajaran matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa
tentang konsep sangat lemah.
“Menurut Jenning dan Dunne (1999) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa
mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan
real.” Hal ini yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena dalam
pembelajaran matematika kurang bermakna, dan guru dalam pembelajarannya di kelas
tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide-ide matematika. Mengaitkan
pengalaman kehidupan nyata, anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di
kelas sangat penting dilakukan agar pembelajaran matematika bermakna.
Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika terpisah
dari pengalaman mereka sehari-hari, maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat
mengaplikasikan matematika. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi
pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam kehidupan
sehari-hari adalah pembelajaran Matematika dasar I.
Pembelajaran matematika relaistik pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan
di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Pembelajaran matematika harus
dekat dengan anak dan kehidupan nyata sehari-hari.

2
B. Rumusan Masalah
Masalah yang menjadi pokok pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu deret ?
2. Apa itu Integrasi ?
3. Apa itu Difrensial ?
4. Apa itu Transformasi Laplace

C. Tujuan Masalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebgai berikut :
1. Mengetahui materi tentang Deret.
2. Mengetahui materi tentang Integrasi.
3. Mengetahui materi tentang Diferensial.
4. Mengetahui materi tentang Transformasi Laplace.
Adapun tujuan lain dari pembuatan makalah ini adalah sebagai penugasan final
matakuliah Matematika Teknik, untuk memenuhi standar penilaian matakuliah ini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. DERET

A. Baris dan Deret


a) Barisan
Barisan bilangan atau barisan, seperti telah dikemukakan di atas adalah suatu urutan
bilangan dengan aturan tertentu. Setiap bilangan dalam suatu barisan disebut dengan
suku yang disimbolkan dengan U dan setiap suku digabungkan dengan tanda koma (,)
Bentuk umum sebuah barisan dapat ditulis :

U1, U2, U3, U4, ..., Un                                                                                                    Un = suku ke-n

b) Deret
Perhatikan kembali barisan U1, U2, U3, U4, ..., Un. Jika suku-suku tersebut
dijumlahkan dalam bentuk U1 + U2 + U3 + U4 + ... + Un maka penjumlahan barisan
tersebut dinamakan dengan Deret. Jumlah suku-suku pada barisan hingga n suku
pertama dinyatakan dengan Sn. Misalnya jumlah 5 suku pertama ditulis S5 =
U1 + U2 + U3 + U4 + U5.

B. Barisan dan Deret Aritmatika

a) Barisan Aritmatika
Baris Aritmatika adalah suatu barisan bilangan yang memiliki selisih dua suku yang
berurutan(beda) selalu tetap.

4
Jika suku pertama(U1) dinyatakan dengan , selisih(beda)antara dua suku berurutan
diberi notasi b, dan suku barisan ke n dilammbaangkan dengan Un, maka bentuk
umum barisan aritmtika adaalah sebagai berikut:

Sehingga diperoleh bentuk umunya :

Keterangan :

Suatu barisan Aritmatika dengan banyak suku ganjil . Maka dapatlah suku tengah
dari barisan Aritmatika itu dengan :

 Sisipan Pada Barisan Aritmatika

Misalkan diantara dua bilangan real x dan   (dengan x ≠ y ) akan disisipkan


sebanyak k buah bilangan ( k bilangan asli). Bilangan – bilangan semula dengan
bilangan-bilangan yang disisipkan itu membentuk suatu barisan aritmatika. Susunan
bilangan-bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang disisipkan dapat
divisualisasikan dengan menggunakan bagan sebagaimana diperlihatkan berikut ini.
5
Di antara dua bilangan x dan y disisipkan sebanyak k buah bilangan sehingga
bilangan-bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang disisipkan membentuk
barisan aritmatika. Nilai beda barisan aritmatika yang terbentuk dapat ditentukan
dengan menggunakan hubungan

Dengan keterangan :

k : adalah banyak bilangan

x : adalah bilangan ke -1

y : adalah bilangan ke -2

Dengan x dan y bilangan real (x ≠ y ) dan k bilangan asli.

 Baris Aritmatika Tingkat Banyak


Barisan aritmatika tingkat x adalah sebuah barisan aritmatika yang memiliki selisih
yang sana tiap suku yang berurutan setelah x tingkatan. Rumus umum suku ke-n
untuk barisan tingkat banyak adalah

Dimana : a = suku ke 1 barisan mula – mula


b = suku ke 1 barisan tingkat satu
c = suku ke 1 barisan tingkat dua
d = suku ke 1 barisan tingkat tiga , dst

b) Deret Aritmatika

6
Deret aritmetika adalah jumlah dari bilangan dalam suatu barisan aritmetika. Sama
halnya dengan barisan aritmatika, dalam deret aritmatika juga ini dikenal juga istilah
suku, beda dan suku pertama. Hanya saja dalam hal pengertian memiliki perbedaan.
Dalam deret aritmatika, setiap suku pertama akan tetap, suku kedua akan ditambah
dengan beda setiap suku, kemudian suku ketiga yaitu suku pertama akan ditambah
dengan dua kali suku pertama, dan begitu seterusnya dengan setiap suku akan
mengalami pertambahan dengan nilai beda, dimana nilai beda juga akan bertambah di
setiap suku. Sehingga dapat dikatakan bahwa, setiap penaikan suku, maka nilai beda
juga akan bertambah dan nilai setiap suku juga bertmabah. Untuk lebih memahami
pernyataan di atas, maka dapat dilihat dan dipahami bentuk umum yang akan
disajikan sebagai berikut.

Bentuk umum deret dinyatakan sebagai :

Deret aritmatika adalah suatu barisan aritmatika yang suku – sukunya dijumlahkan.
Apabila jumlah n suku barisan aritmatika yang berurutn dinyatakan sebagai

Jika penulisan suku – suku dibalik, maka diperoleh:

Dengan menjumlahkan persamaan (1) dan (2) maka diperoleh :

Jadi , secara umum jumlah n suku pertama dari deret aritmatika dapat dinyatakan
dengan rumus berikut:

Atau

7
Keterangan ,

C. Barisan Dan Deret Geometri


a) Barisan Geometri
Barisan geometri adalah barisan yang suku berurutannya mempunyai kelipatan
bilangan tetap. Dalam barisan dan deret geometri juga dikenal istilah suku dan suku
pertama. Hanya saja, yang menjadi pembeda antara satu suku dengan suku yang lain
adalah kelipatan setiap suku tersebut atau biasa disebut dengan rasio. Secara umum
ditulis

Nilai r diperoleh dari :

Dimana r (rasio antara dua suku yang berurutan) merupakan bilangan konsta. Bentuk
umum barisan geometri dengan suku pertama a dan rasio r adalah sebagai berikut.

Barisan Geometri dibagi menjadi 3 yaitu :

i. Geometri naik yaitu r > 1 disebut dengan barisan devergen. Contoh:


2,4,8,16,32,64 memiliki r = 2.
ii. Geometri turun yaitu r < 1 disebut juga barisan konvergen. Contoh:

96,48, 24,12,6,3,3/2,…, memiliki r= .


iii. Geometri bergoyang yaitu suku – sukunya bergantian positif dan
negative , jika r < 0 yang disebut alternate.

8
Bila Barisan Geometri memiliki banyak suku ganjil n sebagai suku pertama dan

y- dan suku akhir adalah :

Dan apabila diantara x dan y disipkan k buah bilangan , maka x,xr,x , …x ,y

dan dapat dirumuskan .

b) Deret Geometri
Deret geometri adalah jumlah dari bilangan dalam suatu barisan geometri. Jika
barisan geometrinya memiliki rasio antara -1 dan 1 maka disebut deret geometri tak
terhingga. Contoh :
4+8+16+32+63+....dst
Dalam menentukan jumlah suku dari deret geometri ini, memiliki dua persamaan
denga perbedaan terletak pada nilai rasionya. Jika rasionya memiliki nilai di atas satu
dan nilai rasionya dibawah satu, maka penggunaan persamaannya berbeda. Secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Jika persamaan (1) dikalikan dengan r, maka diperoleh :

Dengan mengurangkan (1) dan (2) diperoleh :

Sehingga , untuk r < 1, berlaku :

Untuk r > 1

9
 Deret Geometri Tak Hingga
Deret geometri tak hingga adalah deret geometri yang banyk suku – sukunya tak
hingga. Deret geometri tak hingga terdiri dari 2 jenis , yaitu konvergen dan
dirvergen.
Jika -1< r < 1, maka jumlah deret geometri tak hingga tersebut mempunyai limit
jumlah ( konvergen ).

Untuk

Sehingga

Dengan :

Jika

D. Contoh Soal Dan Pembahasannya


1. Diketahui suatua barisan aritmatika :2, 5, 8, 11, 14, .........Un. Tentukan rumus
suku ke-n dalam barisan aritmetika tersebut:
Pembahasan :
a=2
b=3
10
Un= a + (n-1)b
Un= 2 + (n-1)3 = 2 + 3n - 3 = 3n-1

2. Diketahui U2 + U4 = 12 dan U3 + U5 = 16, maka suku ke-7 barisan itu adalah
Pembahasan :
Dari penjumlahan suku ke-2 dan ke-4 :
(1) U2 +U4 = 12
⇒ (a + b) + (a + 3b) = 12
⇒ 2 a + 4b = 12
⇒ a + 2b = 6

Dari penjumlahan suku ke-3 dan ke-5 :


(2) U3 + U5 = 16
⇒ (a + 2b) + (a + 4b) = 16
⇒ 2a + 6b = 16
⇒ a + 3b = 8
Langkah berikutnya, kita akan melakukan substitusi persamaa 1 ke persamaan 2:
a + 2b = 6
a = 6 – 2b.... substitusi ke persamaan (2)
Persamaan (2):
a + 3b = 8
⇒ 6 – 2b + 3b = 8
⇒6+b=8
⇒b=2
Karena b = 2, maka a = 6 – 2(2) = 6 – 4 = 2.
Jadi, suku pertama barisan itu adalah 2 dan suku ke-7 barisan aritmatika tersebut
adalah :
U7 = a + 6b
⇒ U7 = 2 + 6(2) ⇒ U7 = 14
3. Suatu deret aritmatika 5, 15, 25, 35, …
Berapakah jumlah 10 suku pertama dari deret aritmatika tersebut

11
Pembahasan :
n = 10
U1 = a = 5
b = 15 – 5 = 25 – 15 = 10
Sn = (2a + (n-1) b )
S10 = ( 2. 5 + (10 -1) 10)
= 5 ( 10 + 9.10)
= 5 . 100 = 500
4. Jumlah suku yang pertama dari barisan 20 + 15 + 10 +…… adalah …
Pembahasan :
a = 20
b = U2-U1
= 15-20
  =   -5
Sn =  n (a + Un)
Un = a + (n – 1) b
U20 = 20 + (20-1)(-5)
  = 20 + (19) (-5)
= 20 – 95
= – 75
S20 =  . 20 (20 + (-75))
= 10 (-55)
S20 = – 550

5. Carilah jumlah dari deret geometri 2 + 6 + 18 + … + 4374


Jawaban :
a = 2 dan r = 3
Un = arn-1
4374 = 2.(3n-1)
3n-1 =4374 / 2
3n-1 = 2187
3n-1 = 37
12
n-1 = 7
n=8
maka S8 = a(rn – 1) / (r – 1)
S8 = 2(38 - 1) / (3 - 1)
S8 = 2 (6560)/ 2
Jadi S8 = 6560
6. Dari suatu deret geometri diketahui suku pertama adalah 15, suku ke dua adalah
30. Tentukan nilai suku ke 7 deret tersebut!
Pembahasan
Deret geometri suku ke-n
a = 15
r = 30/15 = 2
U7 =….
Un = arn – 1
U7 = (15)(2)7 – 1
U7 = (15)(2)6
U7 = (15)(64)
U7 = 960
7. Tentukan suku ke-12 dari deret geometri yang memiliki pola sebagai berikut:
1/64, 1/32, 1/16, 1/8,…,…
Pembahasan
1/64, 1/32, 1/16, 1/8,…,…
a = 1/64
r = 1/32 : 1/64 = 2
U12 =…?
Un = arn – 1
U12 = (1/64)(2)12 – 1
U12 = (1/64)(2)11
U12 = (1/26)(2)11
U12 = 25
U12 = 32

13
8. Diketahui barisan geometri dengan U5 = 6 dan U9 = 24. Maka suku ke-4
barisan tersebut adalah ...
Pembahasan
Un = ar(n-1)
U5 = ar(5-1)
6 = ar4

U9 = ar(9-1)
24 = ar8
24 = ar4 . r4
24 = 6 . r4
24/6 = r4
r4 = 4
r = √4 4
r = 4¼
r = 2 2 . ¼
r = 2 ½
r = √2

Masukkan nilai r pada U5:


6 = ar4
6 = a(√24)
6 = a(4)
3
a = 
2
U4 = ar4-1
U4 = ar3
3
U4 =  (√2)3
2
32
U4 =  √2
2
U4 = 3√2

14
15
2. INTEGRASI

A. Pengertian Integral
Integral dapat di artikan sebagai menyusul ditemukannya masalah dalam diferensiasi di
mana matematikawan harus berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang
berkebalikan dengan solusi diferensiasi. Lambang integral adalah ‘ ∫ ’ .
Agar lebih dapat di mengerti perhatikan pernyataan berikut :
F1(x) = x 2 + 5x – 6 maka F1’(x) = 2x + 5
F2(x) = x 2 + 5x + 12 maka F2’(x) = 2x + 5
F3(x) = x 2 + 5x maka F3’(x) = 2x + 5
Pada fungsi-fungsi yang berbeda konstanta di peroleh bentuk turunan / derivatif yang
sama. Operasi dari F(x) menjadi F’(x) mer sebaliknya dari F’(x) menjadi F(x) disebut
dengan INTEGRAL (anti turunan).

B. Integral Tak Tentu


Integral tak tentu atau antiderivatif adalah suatu bentuk operasi pengintegralan suatu
fungsi yang menghasilkan suatu fungsi baru. fungsi ini belum memiliki nilai pasti (berupa
variabel), atau batas atas dan batas bawah sehingga cara pengintegralan yang
menghasilkan fungsi tak tentu ini disebut integral tak tentu.

Adapun beberapa aturan yang dapat digunakan dalam penyelesaian integral:

∫ dx=x+ c
∫ ( f ( x ) ± g ( x ) ) dx=∫ f ( x ) dx +∫ g(x) dx
1
∫ x n dx= n+1 x n +c
n+1
kx
∫ k x dx=
n
n+1
+c

Integral Tak Tentu dari Fungsi Trigonometri

16
Untuk merancang aturan integral tak tentu dari fungsi-fungsi trigonometri, perlu diingat
kembali turunan fungsi – fungsi trigonometri sebagaimana diperhatikan dalam table
berikut:

Dengan menggunakan aturan integral tak tentu yang mempunyai sifat bahwa:
F’(x) = f(x) dan turunan fungsi-fungsi trigonometri dalam table di atas, maka integral tak
tentu dari fungsi-fungsi trigonometri dapat dirumuskan sebagai berikut :

Sedangkan aturan
integral tak tentu dari fungsi-
fungsi trigonometri dalam
variabel sudut ax+b dapat dirumuskan sebagai berikut :

17
Dalam penyelesaiannya integral tak tentu memiliki tiga cara penyelesaian, yaitu:
1. Penyelesaian Cara Biasa
Secara umum:
dy
atau dy= y dx maka∫ dy= y =∫ y dx
, ' '
Jika y =
dx
Jadi, dapat disimpulkan dengan x ≠ -1

Untuk mencari integral dari fungsi trigonometri perlu diingat kembali tetang turunan
fungsi trigonometri, maka:
−1
¿ ∫ sin ax= cos ax+ c
a
1
¿ ∫ cos ax = sin ax +c
a
2. Penyelesaian Cara Subtitusi
Integral subtitusi pada prinsipnya sama dengan integral pemisalan. Prinsip integral
Subtitusi ada 2 yaitu salah satu bagian dimisalkan dengan u ,sisanya yang lain
(termasuk dx) harus diubah dalam du.

Bentuk umumnya : ∫ F ¿¿
Misal u = g(x) dan du = g’(x) dx, didapat

3. Integral Parsial
18
Integral parsial atau pengintegralan sebagian berdasar pada turunan suatu fungsi hasil
kali. Disebut Integral Parsial, karena sebagian bentuk dilakukan operasi turunan
sebagian operasi Integral.

Bentuk rumus:

Bagian u dikerjakan operasi turunan dan bagian dy dikerjakan operasi integral,


dengan bentuk ∫ v dulebih sederhana dari bentuk ∫ u du .

C. Integal Tentu

Pengertian Integral ini memiliki batas atas dan batas bawah.


Didalam aplikasinya, integral tentu banyak digunakan untuk
menghitung luas di bawah kurva dengan batas-batas tertentu atau
menghitung volume benda jika diputar.
𝑏

∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐹(𝑥)|𝑏 = 𝐹(𝑏)


𝑎 − 𝐹(𝑎
𝑎

Asal mula integral ini adalah masalah pada pencarian luas. Ketika kita
ingin menghitung luas dari segi-n beraturan , kita tidak akan menemukan
kesulitan sama sekali. Tetapi ketika kita meninjau suatu daerah dengan
batas melengkung, masalah penentuan luas menjadi lebih sukar.
Archimedes menyediakan kunci untuk suatu penyelesaian. Luas lingkaran
dihitung dnegan cara mengaproksimasi daerah melengkung menggunakan
poligon luar atau dalam dengan kecermatan semakin besar.

19
P1 P2 P3

A(lingkaran) = lim 𝐴(𝑃𝑛)

𝑛→∞

Integral ini berkaitan erat dangan jumlah Riemann. Jumlah riemann


adalah cara untuk menghitung luas daerah yang diarsir dengan
melakukan pendekatan dengan membagi daerah arsiran menjadi
beberapa persegi panjang, lalu semua luas persegi panjang tersebut
dijumlah

Jumlah Riemann memiliki bentuk umum :


𝑛

∑ 𝑓(𝑥̅𝑖 )∆𝑥𝑖
𝑖=1

Suatu partisi P membagi interval [a, b] menjadi 𝑛 interval-bagian (tidak


perlu sama)
∆𝑥𝑖 : 𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1

Misalkan bahwa P, ∆𝑥𝑖 , dan 𝑥̅𝑖 memiliki makna seperti diatas. Tetatpkan
juga ‖𝑃‖, disebut norma P, menyatakan panjang interval- bagian yang
terpanjang dari partisi P.

Integral tentu :
Misalkan f suatu fungsi yang didefinisikan pada interval tertutup [a, b]. Jika
𝑛

lim ∑ 𝑓(𝑥̅𝑖)∆𝑥𝑖
‖𝑃‖→0
𝑖=1
Ada, kita katakan f adalah terintegrasikan pada [a, b]. Lebih lanjut
𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥, disebut integral tentu (atau integral Riemann) f dari a ke b,
kemudian diberikan oleh 20
𝑛
𝑏
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = lim ∑ 𝑓(𝑥̅𝑖)∆𝑥𝑖
‖𝑃‖→0
𝑎
𝑖=1
Sifat-sifat operasi integral :
𝑏 𝑏
1. ∫𝑎 𝑘. 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝑘 ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑏 𝑏 𝑏
2. ∫𝑎 [𝑓(𝑥) ± 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ± ∫𝑎
𝑔(𝑥)𝑑𝑥
𝑏 𝑎
3. ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = − ∫𝑏 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑎
4. ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 0
𝑝 𝑏 𝑏
5. ∫𝑎 𝑓(𝑥) + ∫𝑝 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥

E. Soal dan Pembahasan


1. Hitunglah integral dari 4x3 – 3x2 + 2x – 1 !

Pembahasan

Jadi, integral dari 4x3 – 3x2 + 2x – 1 adalah x4 – x3 + x2 – x + c

2. Tentukan hasil integral dari fungsi berikut ini:

21
Jawab:

3. Diketahui:
∫ 8x3 – 3x2 + x + 5 dx
Jawab:

4. Tentukan integral dari sin4 x cos x !

Pembahasan
Misal:
u = sin x
du = cos x dx
dx = du/(cos x)
Maka:

22
Jadi, integral dari sin4 x cos x adalah 1/5 sin5 x + c.

5. Tentukan nilai dari ʃ 4 sin x + 7 cos x dx !

Pembahasan:

ʃ sin x dx = – cos x + C
ʃ cos x dx = sin x + C

Maka:
ʃ 4 sin x + 7 cos x dx = – 4cos x + 7sin x + C
Jadi, nilai dari nilai dari ʃ 4 sin x + 7 cos x dx adalah – 4cos x + 7sin x + C.

6. Berapakah hasil dari ∫ (3x + 2) sin (3x + 2) dx

Pembahasan:

Misal
u = 3x + 2
dv = sin (3x + 2) dx
Maka
du = 3 dx
23
v = ʃ sin (3x + 2) dx = − ⅓ cos (3x + 2)

Sehingga
∫ u dv = uv − ∫v du
∫ u dv = (3x + 2) . (− ⅓ cos (3x + 2)) − ∫ (− ⅓ cos (3x + 2)) . 3 dx
∫ u dv = − (x+2/3) . cos (3x + 2) + ⅓ . ⅓ sin (3x + 2) + C
∫ u dv = − (x+2/3) . cos (3x + 2) + 1/9 sin (3x + 2) + C

Jadi, hasil dari ∫ (3x + 2) sin (3x + 2) dx adalah − (x+ 2/3) . cos (3x + 2) + 1/9 sin (3x
+ 2) + C.

7. Hitunglah hasil dari ∫ x sin x dx = …


Pembahasan:
Misal
u=x
dv = sin x dx
Maka
du = 1 dx
v = ʃ sin x dx = − cos x
Sehingga
∫ u dv = uv − ∫v du
∫ u dv = x . ( − cos x) − ∫(− cos x) dx
∫ u dv = − x cos x + sin x + C
Jadi, hasil dari ∫ x sin x dx adalah − x cos x + sin x + C.

8. Hasil dari operasi integral berikut ini ∫ (4x + 11) sin (3x – π) dx adalah….
Penyelesaian:
Rumus integral :

24
u = (4x + 11)
du/dx = 4
du = 4 dx

25
3. DIFERENSIAL

A. Pengertian Diferensial
Persamaan differensial adalah persamaan matematika untuk suatu fungsi tak diketahui
dari satu atau beberapa peubah yang menghubungkan nilai dari fungsi tersebut dengan
turunannya sendiri pada berbagai derajat turunan (Ledder, 2005,p16). Suatu persamaan
differensial disebut persamaan differensial biasa, jika semua turunannya berkaitan
dengan satu peubah saja, dan disebut persamaan differensial parsial, jika turunannya
berkaitan dengan dua atau lebih peubah. Orde dari persamaan differensial adalah derajat
tertinggi dari turunan dalam persamaan yang bersangkutan. Himpunan dari n persamaan
differensial orde- satu dengan n menyatakan banyaknya persamaan yang tidak diketahui
disebut sistem persamaan differensial orde-satu; n adalah dimensi dari sistem yang
bersangkutan.
Pengert ian lain yang perlu diketahui adalah persamaan differensial otonom. Suatu
persamaan differensial biasa atau suatu sistem persamaan differensial biasa disebut
otonom jika peubah bebasnya tidak tampak secara eksplisit dalam persamaannya (Ledder,
2005, p16).
Persamaan diferensial dapat dibedakan menjadi 2 macam, yang tergantung pada jumlah
variabel bebas. Apabila persamaan tersebut mengandung hanya satu variabel bebas,
persamaan disebut dangan persamaan diferensial biasa, dan jika mengandung lebih dari
satu variabel bebas disebut persamaan diferensial parsial. Derajad (order) dari persamaan
diferensial ditentukan oleh derajad tertinggi dari turunannya.
Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah persamaan diferensial di mana fungsi
yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas tunggal.
Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahui ini adalah fungsi riil
atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa juga berupa fungsi vektor
maupun matriks. Lebih jauh lagi, persamaan diferensial biasa digolongkan
berdasarkan orde tertinggi dari turunan terhadap variabel terikat yang muncul
dalam persamaan tersebut.

26
Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan diferensial di mana fungsi
yang tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel bebas, dan persamaan
tersebut juga melibatkan turunan parsial. Orde persamaan didefinisikan seperti
pada persamaan diferensial biasa, namun klasifikasi lebih jauh ke dalam
persamaan eliptik, hiperbolik, dan parabolik, terutama untuk persamaan
diferensial linear orde dua, sangatlah penting. Beberapa pesamaan diferensial
parsial tidak dapat digolongkan dalam kategori-kategori tadi, dan dinamakan
sebagai jenis campuran.
Baik persamaan diferensial biasa maupun parsial dapat digolongkan sebagai linier atau
nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut linier apabila fungsi yang tidak diketahui
dan turunannya muncul dalam pangkat satu (hasilkali tidak dibolehkan). Bila tidak
memenuhi syarat ini, persamaan tersebut adalah nonlinier.
Sebagai contoh persamaan diferensial biasa dibawah ini :

Orde 1

Orde 2

Penyelesaian persamaan differensial ordo satu dapat lebih dari satu, sehingga untuk
mencari penyelesaian yang unik atau khusus memerlukan informasi tambahan berupa
harga awal.

Metode Euler adalah salah satu dari metode satu langkah yang paling sederhana
dibandingkan dengan beberapa metode lainnya, metode ini paling kurang teliti.

27
Persamaan Metode Euler dapat dituliskan sebagai berikut :
yn = yn-1 + h . f ( xn -1,yn- 1 ) ; n = 1,2, 3, ……

dengan : xn = nilai x yang ditanya nilai fungsinya

x0 = nilai x awal.

n = bilangan bulat

B. Persamaan deferensial eksponen


Persmaan deferensial eksponen adalah persamaan deferensial yang didalamnya
terdapat pangkat yang berbentuk fungsi dalam x(x sebagai pengubah). Berikut ini
adalah rumus yang terkait dengan persamaan deferensial eksponen

No. y = f(x) dy
= f ’(x)
dx
1 k, k adalah konstanta 0
2 Xn nxn-1 , n Î Riil
3 Ex ex
4 Ekx kekx
5 Ax ax ln(a)

Sifat-sifat turunan.

Jika f(x) dan g(x) adalah dua fungsi yang mempunyai turunan yaitu
f ’(x) dan g ’(x)
maka berlaku :
 (k f) ‘(x) = k f ‘(x)
 (f + g) ’(x) = f ’(x) + g ’(x)
 (f – g) ‘(x) = f ‘(x) – g ‘(x)
 4. (f . g) ‘(x) = f ‘(x) . g(x) + f (x) . g ‘(x)

28
C. Rumus Diferensial
 Rumus 1
Jika y = cxn dengan c dan n konstanta real maka dy/dx = cn
xn-1 Contoh:y = 2x4 maka dy/dx = 4.2 x 4-1= 8x3
 Rumus 2
Jika y = f (x) + g (x)
Maka turunanya sama dengan turunan dari masing-masing fungsi = f’ (x) + g’
(x) Contoh:
y= + 2x2 maka y’= 3x2 + 4x

y = 2x5+6 maka y’ = 10x4 +0 = 10x4


 Rumus 3

Jika y=c dengan c adalah konstanta maka dy/dx=0


Contoh: Jika y = 6 maka turunanya yaitu sama dengan
0.

 Rumus 4
Turunan perkalian fungsi jika y f(x).g(x) Maka, y’= f’(x) . g(x) + g’(x) .
f(x) Contoh:
y= ( +2) maka f(x)=
f’(x) =2x g(x)= +2
g’(x)= 2x
kemudian masukkan ke rumus y’= f’(x) . g(x) + g’(x) . f(x) y’= 2x ( +2) + 2x

.
y’= 4x3=4x (Jawaban ini juga bisa diperoleh dengan cara mengalikan
terlebih dahulu lalu menggunakan rumus 2).

 Rumus 5
29
ef (x) maka dy/dx= ef(x).f’(x)
contoh: y = x+1
f(x)= 2x+1 f’(x)= 2
maka f’ = x+1.2 =2 x+1

 Rumus 6
Turunan trigonometri Sin Jika punya y = sin
f(x) Maka turunanya yaitu y’= cos f(x).f”(x)
Contoh:y= sin ( +1)
maka y’= cos ( +1). 2x = 2x. cos ( +1)
 Rumus 7
Turunan Trigonometri cos Jika punya y = cos
f(x) Maka turunannya adalah y’= -sin f(x).
f’(x) Contoh:y= cos (2x+1)
Maka turunannya y’ = -sin (2x+1).2 = -2 sin (2x+1)

D. Soal dan Pembahasannya


1. Diketahui  , nilai dari f’(5) adalah ...

PEMBAHASAN:

    f’(x) = 2x + 4
    f’(5) = 2(5) + 4
            = 14

2. Turunan pertama dari fungsi    adalah f’(x) = ...

PEMBAHASAN:

Misal: u = 1 + cos x --> u’ = – sin x


    v = sin x --> v’ = cos x
Ingat rumus ini ya:

 
30
Sehingga:

3. Jika  dengan f’ adalah turunan pertama f, maka nilai f’(2)


adalah ...

PEMBAHASAN:
Kita gunakan rumus ini ya: 

               = 20.1
               = 20

4. Jika   , sin x ≠ 0 dan f’ adalah turunan f, maka f’(π/2) = ...

PEMBAHASAN:

31
Misalkan: u = sin x + cos x --> u’ = cos x – sin x
    v = sin x --> v’ = cos x

Ingat rumus ini ya: 


Sehingga:

5. Turunan fungsi   adalah ...

PEMBAHASAN:

 atau 
Maka:

6. Diketahui fungsi  dan turunan pertama dari f adalah f’. Maka


f’(x) = ...

PEMBAHASAN:

    f’(x) = 2 sin (2x + 3) . 2. cos (2x + 3)


           = 4sin(2x + 3)cos(2x + 3)

7. Turunan pertama dari y = sin 1/x adalah ...


    

32
PEMBAHASAN:

8. Tentukan turunan pertama dari fungsi f(x) = (x2 + 3x + 4)(2x + 3).

Pembahasan
f(x) = (x2 + 3x + 4)(2x + 3)
Misal:
u = x2 + 3x + 4
v = 2x + 3
Maka:
u’ = 2x + 3
v’ = 2
Sehingga:
f’(x) = u’v + uv’
f’(x) = (2x + 3)(2x + 3) + (x2 + 3x + 4).2
f’(x) = 4x2 + 12x + 9 + 2x2 + 6x + 8
f’(x) = 6x2 + 18x + 17
Jadi, turunan dari f(x) = (x2 + 3x + 4)(2x + 3) adalah f’(x) = 6x2 + 18x + 17.

33
4. Transformasi Laplace

A. Pengertian Transformasi Laplace

Transformasi Laplace adalah suatu teknik untuk menyederhanakan permasalahan


dalam suatu sistem yang mengandung masukan dan keluaran, dengan melakukan
transformasi dari suatu domain pengamatan ke domain pengamatan yang lain.

Dalam matematika jenis transformasi ini merupakan suatu konsep yang penting
sebagai bagian dari analisis fungsional, yang dapat membantu dalam melakukan
analisis sistem invarian-waktu linier. Transformasi Laplace adalah suatu metode
operasional yang dapat digunakan secara mudah untuk menyelesaikan persamaan
diferensial linier. Dengan menggunakan transformasi Laplace, dapat diubah beberapa
fungsi umum seperti fungsi sinusoida, fungsi sinusoida teredam, dan fungsi
eksponensial menjadi fungsi-fungsi aljabar variabel kompleks. Bila persamaan aljabar
dalam dipecahkan, maka penyelesaian dari persamaan diferensial(transformasi Laplace
balik dari variabel tidak bebas) dapat diperoleh dengan menggunakan tabel
transformasi Laplace. Suatu kelebihan metode transformasi Lapalace adalah bahwa
metode ini memungkinkan penggunaan teknik grafis untuk meramal kinerja sistem
tanp amenyelesaikan persamaan diferensial sistem. Kelebihan lain metode
transformasi Laplace adalah diperolehnya secara serentak baik komponen transien
maupun komponen keadaan tunak.Secara sederhana prosedur dasar pemecahan
menggunakan metode transformasi Laplace adalah:
 Persamaan diferensial yang berada dalam kawasan waktu (t),
ditransformasikan ke kawasan
 frekuensi (s) dengan transformasi Laplace. Untuk
mempermudah proses transformasi dapat
 digunakan tabel transformasi laplace.

 Persamaan yang diperoleh dalam kawasan s tersebut adalah


persamaan aljabar dari variabel
 s yang merupakan operator Laplace.

34
 Penyelesaian yang diperoleh kemudian ditransformasi-
balikkan ke dalam kawasan waktu.
 Hasil transformasi balik ini menghasilkan penyelesaian
persamaan dalam kawasan waktu.

B. Rumus Transformasi Laplace

Keterangan:
F(s) = Transformasi Laplace s = Bilangan Kompleks
t = Bilangan Riil
t’ = Turunan Pertama Fungsi

Sifat-Sifat Transformasi Laplace

C. Soal dan Pembahasannya

1. Tentukanlah transformasi lapalce invers : f(t) dari fungsi berikut :

35
         
Jawab :

Untuktk mencari konstanta A, B dapat dicari dgn cara :

Cara I :

Cara II :

2. Tentukanlah transformasi lapalce invers : f(t) dari fungsi berikut :

36
Jawab :

3. Tentukanlah transformasi lapalce invers : f(t) dari fungsi berikut :

Jawab :

37
   

4. Tentukanlah transformasi lapalce invers : f(t) dari fungsi berikut :

Jawab :

38
5. Tentukanlah transformasi lapalce invers : f(t) dari fungsi berikut :

Jawab :

   

39
6. Tentukanlah transformasi lapalce invers : f(t) dari fungsi berikut :

9. Jawab :

40
41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Barisan bilangan atau barisan, seperti telah dikemukakan di atas adalah suatu
urutan bilangan dengan aturan tertentu. Setiap bilangan dalam suatu barisan
disebut dengan suku yang disimbolkan dengan U dan setiap suku digabungkan
dengan tanda koma (,)
Deret aritmatika (Sn) adalah jumlah suku ke-n pada barisan aritmatika. Nah, di
sini kita hanya menjumlahkan barisan aritmatikanya saja sampai ke suku yang
diperintahkan.
Integral dapat di artikan sebagai menyusul ditemukannya masalah dalam
diferensiasi di mana matematikawan harus berpikir bagaimana menyelesaikan
masalah yang berkebalikan dengan solusi diferensiasi. Lambang integral adalah
‘∫’.
Persamaan differensial adalah persamaan matematika untuk suatu fungsi tak
diketahui dari satu atau beberapa peubah yang menghubungkan nilai dari
fungsi tersebut dengan turunannya sendiri pada berbagai derajat turunan
(Ledder, 2005,p16). Suatu persamaan differensial disebut persamaan
differensial biasa, jika semua turunannya berkaitan dengan satu peubah saja,
dan disebut persamaan differensial parsial, jika turunannya berkaitan dengan
dua atau lebih peubah.
Transformasi Laplace adalah suatu teknik untuk menyederhanakan
permasalahan dalam suatu sistem yang mengandung masukan dan keluaran,
dengan melakukan transformasi dari suatu domain pengamatan ke domain
pengamatan yang lain.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk
meningkatkan kualitas dari isi makalah ini dikemudian hari.

42
DAFTAR PUSTAKA

Ngapiningsih, Anna Yuni Astuti. 2007. Matematika Realistik Kelas IX untuk SMP
dan MTs. Klaten: Intan Pariwira
Sukino dan Wilson Simangunsong. 2007. Matematika untuk SMP kelas IX. Jakarta :
Erlangga
Sartono Wirodikromo. 2004. Matematika SMA kelas XII IPA. Jakarta: Erlangga
Suwah Sembiring. Cucun Cunayah. Ahmad Zaelani.2008. Pelajaran Matematika
Integral.www.zhettyhully.blogspot.com,
Integral. www.wordpress.com
Integral. https://id.m.wikipedia.org,
https://id.wikipedia.org/wiki/Kalkulus
http://kalkulus2-g1a015042.blogspot.com/2016/02/kalkulus-adalah-cabang-ilmu-
matematika.html
https://rumusbilangan.com/rumus-integral/
https://www.konsep-matematika.com/2016/03/jumlah-riemann-pada-integral.html
ttps://idoc.pub/queue/makalah-diferensial-on2305zewml0
https://www.slideshare.net/nafis_apis/makalah-persamaan-differensial
https://idoc.pub/documents/makalah-diferensial-on2305zewml0
https://rumusrumus.com/diferensial/

43

Anda mungkin juga menyukai