Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY NY K

DENGAN SAM DI RUANG NICU


RUMAH SAKIT HERMINA DEPOK

DI SUSUN OLEH:
NORA HARIA FITRI

RUMAH SAKIT HERMINA


2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindroma Aspirasi Mekonium ( SAM ) merupakan sekumpulan gejala


yang diakibatkan oleh terhisapnya meconium ke dalam saluran pernapasan
bayi. Etiologi terjadinya syndrome aspirasi meconium adalah cairan amnion
yang mengandung meconium terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar
dari kandungan bila terjadi stress / kegawatan intrauterine. Mekonium yang
terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial ataupun total pada saluran
pernapasan, sehingga terjadi gangguan pernapasan dan gangguan pertukaran
udara di paru-paru. Selain itu, meconium juga menyebabkan iritasi dan
peradangan pada saluran udara, menyebabkan suatu pneumonia kimiawi.
Cairan amnion yang terwarna-meconium.

Menurut WHO insiden terjadinya aspirasi meconium adalah sebanyak


10%-15% per 1000 angka kelahiran hidup bayi cukup bulan atau kurang
bulan. Di Indonesia sekitar 1,3% dari seluruh angka bayi lahir hidup
mempunyai komplikasi air ketuban keruh dan hanya 5% bayi baru lahir
dengan air ketuban keruh berkembang menjadi SAM. Di Hermina Depok dari
635 angka kelahiran hidup terhitung sejak bulan Januari 2019 sampai dengan
saat ini hanya 2 (0.3%) kasus bayi yang mengalami syndrome aspirasi
meconium ( SAM ) terjadi pada 5%

Angka kejadian bayi dengan SAM di RS Hermina Depok relative kecil jika
dibandingkan dengan angka kejadian di Indonesia, akan tetapi angka

2
kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dengan SAM, memotivasi kami
untuk mengambil kasus Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan SAM.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memahami dan
mengaplikasikan secara langsung asuhan keperawatan pada bayi dengan
Sindrome Aspirasi Mekonium.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami dan mengaplikasikan pengkajian pada bayi dengan
SAM
b. Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan bayi
dengan bayi SAM
c. Dapat menentukan intervensi pada bayi dengan SAM
d. Dapat melakukan evaluasi pada bayi dengan SAM

3
BAB II
KONSEP DASAR

A. Medis
1. Definisi
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang
diakibatkan oleh terhisapnya mekonium /cairan amnion mekonium
kedalam saluran pernafasan bayi. (Neonatology 2009)
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah salah satu penyebab yang
paling sering menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir
aterm maupun post-term. Kandungan mekonium antara lain adalah
sekresi gastrointestinal,hepar,dan pankreas janin debris seluler, cairan
amnion, serta lanugo lahir saat didalam uterus atau saat bernapas.
(Neonatology 2009).

2. Faktor Risiko
a. Usia kehamilan melebihi 40 minggu ( Post -matur )
b. Pre-eklampsia, eklampsia,
c. Hipertensi dalam kehamilan
d. Diabetes Mellitus Gestational
e. Perokok berat
f. Penyakit paru kronik atau penyakit jantung
g. Oligohidramnion
h. IUGR
i. Abnormal fetal heart rate pattern
Mekonium karakteristiknya :
- Steril, kental, hitam kehijauan tidak berbau.
- Terbentuk dari akumulasi debris dari usus janin sejak usia gestasi
bulan ke 3

4
Deskripsi:
- Hijau encer
- Hijau kental
- Hijau lumpur

3. Patofisiologi
SAM seringkali dihubungkan dengan suatu keadaan yang kita
sebut fetal distress. Pada keadaan ini, janin yang mengalami distres akan
menderita hipoksia (kurangnya oksigen di dalam jaringan). Hipoksia
jaringan menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas usus disertai
dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah mekonium ke dalam
cairan amnion.
Asfiksia dan berbagai bentuk stres intrauterin dapat meningkatkan
peristaltik usus janin disertai relaksasi sfinkter ani eksterna sehingga
terjadi pengeluaran mekonium ke cairan amnion. Saat bayi dengan
asfiksia menarik napas (gasping) baik in utero atau selama persalinan,
terjadi aspirasi cairan amnion yang bercampur mekonium ke dalam
saluran napas. Mekonium yang tebal menyebabkan obstruksi jalan
napas, sehingga terjadi gawat napas.
Sindroma ini biasanya terjadi pada infant full-term. Mekonium
ditemukan pada cairan amnion dari 10% dari keseluruhan neonatus,
mengindikasikan beberapa tingkatan asfiksia dalam kandungan. Asfiksia
mengakibatkan peningkatan peristaltik intestinal karena kurangnya
oksigenasi aliran darah membuat relaksasi otot spincter anal sehingga
mekonium keluar. Mekonium tersebut terhisap saat janin dalam
kandungan.
Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau
partial dan vasospasme pulmonary. Partikel garam dalam mekonium
bekerja seperti detergen, mengakibatkan luka bakar kimia pada jaringan

5
paru. Jika kondisi berkelanjutan akan terjadi pneumothoraks, hipertensi
pulmonal persisten dan pneumonia karena bakteri.
Dengan intervensi yang adekuat, gangguan ini akan membaik dalam
beberapa hari, tetapi angka kematian mencapai 28% dari seluruh
kejadian. Prognosis tergantung dari jumlah mekonium yang teraspirasi,
derajat infiltrasi paru dan tindakan suctioning yang cukup. Suctioning
termasuk aspirasi dari nasofaring selama kelahiran dan juga suctioning
langsung pada trachea melalui selang

6
PATHWAY
Fase mekonium fisiologis Fase compromise
(bayi lebih bulan) Hipoksia, kompresi umbilikal
Pasase mekonium

Air ketuban bercampur meconium Spasme


umbilikal
Aspirasasi Gasping
Compromise
Inpartum intrauterine berlanjut

Aspirasi
Mekonium

Obstruksi Obstuksi jalan Aktivasi Inaktifasi


jalan napas perifer napas proximal Sitokin surfaktan
Komplit Partial
Bersihan Jalan
napas tidak efektif Pneumonitis Compliance paru ↓
Atelektasis efek
Ballvalve Asidosis hipoksia Pola napas
Hipercapnie tidak efektif
Ventilation/ Air
Perfution trapping
Mismatch Remodeling vaskularisasi
Paru (hyperplasia otot)
Gangguan pertukaran air leak
Gas udara bocor Mediator vasoaktif PPHN

Resti injuri Resiko Infeksi Cemas


Pneumothorax

Sumber: Dr.Idham Amir, SpA(K) Makalah symposium dan workshop keperawatan “Penatalaksanaan
SAM dengan menggunakan HFO” di Hermina Bekasi 2018

7
4. Klasifikasi
SAM ringan :<40% oksigen untuk < 48 jam
SAM sedang :> 40% oksigen untuk > 48 jam tanpa adanya air leak
SAM berat : membutuhkan ventilasi mekanik 48 jam dan sering disertai
PPHN

5. Gejala Klinis
a. Sesak napas dengan takipnea dan sianosis dalam 1jam pertama
setelah lahir
b. Retraksi (ICR,SCR,pernapasan abdominal), merintih dan napas
cuping hidung
c. Dada : berbentuk seperti tong, karena hiperinflasi
d. Ronchi yang terdengar segera setelah lahir
e. Gejala karena edema serebri atau hipoksia jika menunjukkan
(jitterness, kejang)
f. Beberapa bayi tidak menunjukkan gejala pada saat lahir, tetapi
kemudian mengalami sesak napas karena mekonium berpindah dari
saluran napas yang besar menuju kesaluran naas yang lebih kecil

6. Pemeriksaan penunjang
a. Rontgen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan
diameter antero    posterior, hiperinflation, flatened diaphragm akibat
obstruksi dan terdapatnya pneumothorax  ( gambaran infiltrat kasar
dan iregular pada paru )
b. Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau
respiratorik dengan    penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2
c. Darah lengkap
d. Serum elektrolit
e. Echocardiography

8
7. Penatalaksanaan
Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja bayi akan
dikirim ke unit perawatan intensif neonatal (NICU). Tata laksana yang
dilakukan biasanya meliputi :
a. Observasi
Adanya depresi napas saat lahir dan adanya mekonium saat
penghisaan trakhea, maka resiko SAM sangat besar:
- Rongent Thorac
- Pemantauan saturasi oksigen (Target SPO2: 90-95%) untuk
menilai beratnya penyakit dan mencegah hipoksemia.
b. Perawatan Bayi dengan SAM dengan cara:
1) Jaga kehangatan (Mempertahankan NTE) dan meminimalkan
stimulasi taktil.
2) Restriksi cairan 60-70 cc/kg bb/hari) untuk menghindari edema
paru dan edema serebri.
3) Berikan infus dextrose untuk mencegah hipoglikemi
4) Atasi hipotensi dan poor cardiac output dengan dopamine
5) Circulatory support dengan normal salin atau PRC (Target Hb
minimal 15 gr/dl, HT>40%)
6) Monitor fungsi ginjal
7) Hindari chest physioterapi
8) Airway dan oral suctioning mungkin dibutuhkan untuk
membersihkan jalan napas
9) Minimal Handling untuk mencegah agitasi (hipertensi pulmonal
dan right to left shunting menyebabkan hipoksia dan asidosis.
10) Lakukan pemeriksaan penunjang Darah lengkap, Serum
elektrolit, Analisa gas darah, Chest X-ray, Echocardiograhy.

9
c. Terapi Oksigen
1) Cegah hipoksemia→ dengan meningkatkan konsentrasi oksigen
dan monitoring analisa gas darah.
2) Berikan oksigen yang cukup untuk menghindari vasokontriksi
pulmonal dan timbulnya PPHN

d. Terapi Suportif
1) Total parenteral nutritional : protein, lipid, vitamin untuk
mencegah defisiensi.
2) Elektrolit: untuk mengoreksi asidosis.
3) Assisted Ventilation
a) Free flow of oxygen
b) Continous positive airway pressure (CPAP)
- Bila FIO2 melebihi 40%, CPAP perlu dipertimbangkan
- Hati–hati bila ada hiperinflasi paru, baik secara klinis
dan radiografi.
c) Ventilasi mekanik dibutuhkan jika :
- Retensi CO2 (PaC02 >60 mm Hg) atau
- persisten hipoksemia (Pa02 <50 mm Hg).
4) Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) merupakan opsi
terakhir, terfokus pada fungsi oksigenasi dan pengeluaran
CO2.
ECMO dilakukan dengan kanulasi servikal, dapat dikerjakan
dengan anestesi lokal untuk jangka waktu yang cukup panjang
(3-10) hari). Pemulihan jantung dan paru-paru membutuhkan
waktu. Survival rate 93-100%.

10
e. Medikasi
1) Antibiotik
2) Surfaktan
3) Kortikosteroid
4) Sedatif
5) Inhaled Nitric Oxide

8. Komplikasi
a. PPHN
b. Air leaks : Pneumothorak
c. Pneumomediastinum
d. Sequale pada paru-paru
e. 5% bayi tetap membutuhkan oksigen samai usia 1 bulan
f. Hiperreaktifitas saluran napas
g. Resiko pneumonia lebih tinggi

B. KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data.
Yang perlu dikaji adalah :
1) Sosial ekonomi
2) Riwayat perawatan antenatal
3) Ada atau tidaknya ketuban pecah dini
4) Partus lama
5) Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat
lain
6) Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia,
gonorea, dll)

11
7) Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita
penyakit infeksi (toksoplasma, rubela, toksemia gravidarum dan
amnionitis)
8) Pengobatan yang diberikan selama kehamilan
9) Cara persalinan ( Spontan, vakum atau SC)

Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :


1) Stress intra uterin
2) Full-term, preterm, atau kecil masa kehamilan
3) Apgar skor dibawah 5
4) Terdapat mekonium pada cairan amnion
5) Suctioning, resusitasi atau pemberian therapi oksigen
6) Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x
pernafasan per menit),   grunting, retraksi, dan nasal flaring
7) Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah
mekonium dalam paru
8) Cyanosis
9) Barrel chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter
antero posterior (AP)
10) Adanya mekonium yang menempel pada kulit bayi
11) Adanya meconium dalam saluran napas
12) Bayi tampak sesak dan dada bayi tampak membusung
13) Retraksi
14) Apnoe
15) Grunting
16) Ronchi
17) NCH
18) Tanda tanda infeksi

12
b. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
Analisa gas darah menunjukkan asidosis metabolik atau asidosis
respiratorik dengan penurunan PO2 dan peningkatan PCO2
2) Rontgen
Pemeriksaan foto thorak didapatkan adanya bercak infiltrate pada
kedua paru

3) Echocardiograhy

2. Diagnosa Keperawatan berdasarkan patoflow


a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya
mekonium dalam saluran napas
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan expansi paru yang tidak
adekuat.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi
(expansi paru), peningkatan kebutuhan oksigen dan kesulitan
pengeluaran CO2.
d. Resti injury pneumothorax berhubungan dengan peningkatan tekanan
dalam paru.
e. Resti infeksi berhubungan dengan reaksi kimiawi meconium dalam
saluran napas.
f. Cemas ada orang tua berhubungan dengan kondisi kesehatan anak.

3. Rencana keperawatan:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya
mekonium dalam saluran napas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria
waktu yang telah ditentukan jalan napas bersih

13
Kriteria hasil:
- Tidak ada tanda–tanda distres pernapasan seperti cyanosis,
retraksi, NCH, sesak, merintih
- Pernapasan : 40-60x/menit
- HR 110 -160x/ menit
- Tidak ada lendir disaluran napas
- Suara paru normal
- Saturasi oksigen >90%

Intervensi Keperawatan
- Observasi kebutuhan untuk dilakukan suction untuk nasoparing
secepat mungkin saat bayi keluar.
Rasional : Mencegah meconium masuk ke dalam saluran napas
- Lakukan postural drainase
Rasional: Merangsang keluarnya meconium yang ada dalam
saluran napas
- Lakukan visualisasi langsung menggunakan laringoskope pada
trachea dan lakukan penghisapan langsung
Rasional: Mencegah terhisapnya meconium pada saluran napas.
- Lakukan penghisapan pada mulut untuk mengangkat meconium
Rasional: Mengeluarkan meconium dan secret dari saluran napas.
- Rawat bayi dalam lingkungan hangat
Rasional: Mencegah terjadi komplikasi dari hipotermi
- Kaji adanya tanda—tanda gangguan pernapasan seperti sesak,
sianosis, NCH, retraksi
- Rasional: Menilai adanya tanda-tanda distress napas
- Ukur tanda-tanda vital setiap 2-3 jam atau sesui kebutuhan
Rasional: Mengetahui tanda-tanda vital bayi

14
- Lakukan fibrasi dan perkusi serta bronchial washing secara
berkala
Rasional: Merangsang keluarnya meconium yang ada dalam
saluran napas
- Berikan pendidikan kesehatan keorang tua tentang tanda –tanda
gawat napas
Rasional: Orang tua mengetahui adanya tanda-tanda distress napas
- Libatkan orang tua dalam perawatan bayinya
Rasional: Orang tua mampu mengidentifikasi tanda-tanda distress
napas secara mandiri.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian oksigen, nasal, CPAP
atau ventilasi mekanik
Rasional: Mencegah terjadinya hipoventilasi dan penurunan
kondisi.

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan expansi paru yang tidak
adekuat, penurunan energi dan keletihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria
waktu yang telah ditentukan pola napas efektif
Kriteria hasil :
- Tidak adanya tanda-tanda distres pernapasan seperti (sianosis,
retraksi, NCH, sesak merintih)
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Pernapasan spontan
- Saturasi oksigen >90%
Intervensi keperawatan:
- Atur posisi semi fowler
Rasional: Membuka jalan napas

15
- Kaji pola napas pasien
Rasional: Mengetahui adanya tanda-tanda distress napas
- Kaji adanya tanda-tanda gangguan napas seperti sesak, sianosis ,
NCH, retraksi
Rasional: Menilai adanya tanda-tanda distress nafas.
- Lakukan perawatan minimal handling
Rasional: Mengurangi terjadinya infeksi silang dari perawat
kepada
bayi
- Ukur tanda-tanda vital setiap 2-3 jam atau sesui kebutuhan
Rasional: Mengetahui tanda-tanda vital bayi
- Monitor saturasi oksigen
Rasional: Mengetahui kadar oksigen dalam darah
- Berikan pendidikan kesehatan pada orang tua tanda –tanda gawat
napas
Rasional: Orang tua mengetahui adanya tanda-tanda distress napas
- Libatkan orang tua dalam perawatan bayinya
Rasional: Orang tua mampu mengidentifikasi tanda-tanda distress
napas secara mandiri.
- Kolaborasi :
 Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
 Pemasangan ventilasi mekanik atau HFOV
Rasional: Mencegah terjadinya hipoventilasi dan penurunan
kondisi

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi


(expansi paru), peningkatan kebutuhan oksigen dan kesulitan
pengeluaran CO2
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria

16
waktu yang telah ditentukan pertukaran gas efektif
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda –tanda distres pernapasan seperti cyanosis,
retraksi, NCH, sesak merintih
- Pernapasan : 40-60x/menit
- HR 110 -160x/ menit
- AGD normal
- Saturasi oksigen >90%
Intervensi keperawatan:
- Atur posisi semi fowler
Rasional: Membuka jalan napas
- Kaji adanya tanda-tanda gangguan napas seperti sesak, sianosis,
NCH, retraksi
Rasional: Menilai adanya tanda-tanda distress nafas.
- Ukur tanda-tanda vital setiap 2-3 jam atau sesuai kebutuhan
Rasional: Mengetahui tanda-tanda vital bayi
- Monitor saturasi oksigen
Rasional: Mengetahui kadar oksigen dalam darah.
- Berikan pendidikan kesehatan pada orang tua tanda –tanda gawat
napas
Rasional: Orang tua mengetahui adanya tanda-tanda distress napas
- Libatkan orang tua dalam perawatan bayinya.
Rasional: Orang tua mampu mengidentifikasi tanda-tanda distress
nafas secara mandiri.
- Kolaborasi :
Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
 Pemasangan ventilasi mekanik atau HFOV dan settingnya
 Pemeriksaan AGD
 Melakukan ronsen thorac

17
 Kondisi perburukan

Rasional: Mengetahui ketidakseimbangan oksigen,


karbondioksida,
dan pH darah.

d. Resti injury pneumothorax berhubungan dengan peningkatan tekanan


dalam paru, penggunaan setting ventilator tinggi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria
waktu yang telah ditentukan injury pneumothorac tidak terjadi
Kriteria hasil :
- Tidak adanya tanda-tanda distres pernapasan seperti (sianosis,
retraksi, NCH, sesak merintih)
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Suara napas dikedua lapang paru vesikuler
- Saturasi oksigen >90%
Intervensi Keperawatan:
- Kaji adanya gangguan pernapasan ada pasien seperti sesak,
sianosis, NCH, retraksi
Rasional: Menilai adanya tanda-tanda distress napas.
- Lakukan auskultasi pada kedua lapang paru pasien dan
pengembangan dada pasien
Rasional: Mengetahui suara napas.
- Monitoring setting ventilasi mekanik /HFOV
Rasional: Mencegah terjadi kesalahan setting ventilasi mekanik.
- Pantau saturasi oksigen
Rasional: Mengetahui kadar oksigen dalam darah.
- Libatkan orang tua dalam perawatan bayinya
Rasional: Orang tua mampu mengidentifikasi tanda-tanda distress

18
napas secara mandiri.
- Berikan pendidikan kesehatan tentang manfaat ventilasi
mekanik/HFOV
Rasional: Orang tua mengetahui tentang manfaat pemasangan
ventilasi mekanik/HFOV.
- Kolaborasi :
 Untuk pemberian oksigen
 Rontgen
 Pemasangan WSD bila terjadi pneumothorak
Rasional: Mengetahui adanya tanda-tanda adanya pneumothorax.

e. Resti infeksi berhubungengan reaksi kimiawi meconium dalam


saluran napas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria
waktu yang telah ditentukan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
- Tidak adanya tanda-tanda infeksi pada paru-paru seperti
peningkatan usaha napas, sekresi yang berlebihan
- Hasil kultur negatif
- Hasil lab hematologi normal
- IT ratio normal
Intervensi Keperawatan:
- Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada paru seperti peningkatan
usaha napas, sekresi yang berlebihan.
Rasional: Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi pada paru.
- Lakukan tehnik septik saat tindakan invasif dan melakukan
perawatan terhadap pasien untuk mencegah penyebaran infeksi.
Rasional: Mencegah terjadinya infeksi.

19
- Ukur tanda-tanda vital pasien
Rasional: Mengetahui tanda-tanda vital bayi

- Lakukan perawatan minimal handling


Rasional: Mengurangi terjadinya infeksi silang dari perawat
kepada bayi
- Gunakan selang suction steril setiap melakukan tindakan bronchial
washing.
Rasional: Mencegah terjadinya infeksi pada saluran napas.
- Lakukan bronchial washing teratur untuk mencegah penumpukan
lendir pada jalan napas
Rasional: Mempermudah saat melakukan suction.
- Libatkan orang tua dalam perawatan minimal handling
Rasional: Orang tua mampu mengidentifikasi tanda-tanda distress
napas secara mandiri.
- Berikan pendidikan kesehatan pada OT cara mencuci tangan.
Rasional: Mencegah terjadinya infeksi silang saat orang tua
memegang bayinya.
- Kolaborasi:
 Pemberian antibiotik
 Pemeriksaan laboratorium hematologi, CRP, IT Ratio dan
kultur darah
Rasional: Mencegah terjadi infeksi.

f. Cemas ada orang tua berhubungan dengan kondisi kesehatan anak.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria
waktu yang telah ditentukan cemas berkurang
Kriteria Hasil :
- Ekpsresi wajah orang tua tidak terlihat cemas

20
- Orang tua mengatakan cemas berkurang
- Skala cemas 0

Intervensi Keperawatan:
- Kaji tingkat kecemasan orang tua
Rasional: Mengetahui tingkat kecemasan OT.
- Informasikan bahwa perasaan tersebut normal dan ekspresikan
perasaan
Rasional: Mengurangi kecemasan OT.
- Libatkan orang tua dalam perawatan anaknya
Rasional: Memberikan ketenangan pada OT.
- Berikan pendidikan kesehatan mengenai perkembangan penyakit
anaknya
Rasional: OT mengerti dan memahami kondisi anaknya.
- Kolaborasi memberikan penjelasan mengenai proses penyakit
anak dan prosedur tindakan yang dilakukan
Rasional: OT lebih memahami tentang penyakit dan tindakan yang
akan dilakukan pada bayinya.

4. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan keperawatan
dan juga diartikan dengan memberikan asuhan keperawatan secara nyata
dan langsung. Tindakan keperawatan pada pasien dengan Meconium
Aspirasi Syndrom sesuai dengan perencanaan yang dibuat berdasarkan
prioritas masalah.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan yang telah
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Evaluasi dapat

21
menunjukkan empat kemungkinan yang akan menentukan langkah
asuhan keperawatan selanjutnya:

a. Diagnosa keperawatan teratasi seluruhnya


b. Diagnosa keperawatan belum sebagian
c. Diagnosa keperawatan tidak teratasi
d. Muncul diagnosa baru

22
BAB III

LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 Januari 2022 jam 10.00 WIB
1. Identitas Pasien
a. Nama : By. Ny. K
b. Alamat : Jl. Kemang Swatama Raya RT003/RW021
no.81 Depok
c. Tanggal Lahir/Umur : 30-1-2022 /0 Hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. No. Register : D 535395
g. Tanggal Masuk/Jam : 30-1-2022 / Jam 19.55 WIB
h. Diagnosa Medis : NCB SMK, SAM

Nama Penanggung Jawab

a. Nama Ayah : Tn. D


b. Pendidikan : S1 Psikolog
c. Pekerjaan : Pegawai Swasta
d. Nama Ibu : Ny. K
e. Pendidikan : S1 psikolog
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

23
2. Keluhan Utama
Bayi dengan ventilator mode P.CMV, retraksi ringan, irritable

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Bayi lahir pada tanggal 30-1-2022 jam 19.55 WIB di RS Hermina Depok,
lahir SC a/i gawat janin dari ibu G1P0A0 usia gestasi 38 minggu, berat
lahir 3369 gram, setelah lahir bayi langsung menangis dengan nilai
APGAR SCORE 6/9, lilitan tali pusat tidak ada, warna air ketuban hijau
kental, bayi dirawat diruang NICU untuk mendapat tindakan lebih lanjut.
Saat ini dirawat di infant warmer, terpasang ventilator mode P.CMV 26/7
rate 120 x/mnt fio2 100 %, retraksi ada, terpasang umbilical vena dengan
total kebutuhan cairan 60 cc/KgBB/Hari. Terpasang Dopamine 10 mcg/
kg/mnt, dobutamine 10 mcg/ kg/ mnt, milrinone 0,075 mcg/kg/mnt. Bayi
masih puasa, cairan OGT keruh. klinis merah. Antibiotik yang sudah
diberikan adalah Bactesyn 2 x 248 mg dan amikasin 2x 24,8 mg.

4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Ibu ANC rutin di Hermina Depok dengan dokter N. SpOG, ibu tidak ada
riwayat keputihan, ISK, dan diare. Status gizi baik, obat yang dikonsumsi
selama kehamilan adalah vitamin dari dokter.
Bayi lahir secara SC di usia kehamilan 38 minggu, bayi lahir pada jam
19.55 WIB lahir presentasi kepala dibantu forcep, tidak ada lilitan tali
pusat, warna ketuban hijau kental, sianosisi sentral, nilai APGAR 6/9 bayi
kemudian diresusuitasi, dihangatkan, disuction, tetapi masih ada sianosis
perifer, menangis tidak kuat, tonus otot lemah, bayi diberi CPAP 7 FiO2
30%, selama 15 menit klinis masih sianosis perifer, SpO2; 38-44%, RR

24
48-50 x/menit, usia 30 menit bayi retraksi berat, RR 60-90x/menit, SpO2:
42-62%, sianosis perifer, bayi diputuskan untuk diintubasi dengan ETT no
3,5 kedalaman 9,5 cm, SpO2 naik jadi 70%, dicek GDS hasil 154 md/dl,
bayi ditransport ke ruang NICU. Berat lahir 3369 gram, panjang badan 47
cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 35 cm, lingkar perut 31 cm.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tampak sakit berat, kesadaran
somnolen sedasi, GCS 5e
b. Tanda-tanda Vital
1) Nadi : 134 x/menit
a. Pernapasan : On ventilator mode P.CMV 26/7 rate
120 x/mnt, fio2 100%

2) Suhu : 37⁰ C
c. Antropometri
1) Panjang Badan : 47 cm
2) Berat Lahir : 3369 gram
3) Berat Badan Sekarang : Belum ditimbang
4) Lingkar Kepala : 35 cm
5) Lingkar Dada : 34 cm
6) Lingkar Perut : 31 cm
d. Golongan Darah : Belum diperiksa

6. Pengkajian Persistem
a. Sistem Susunan Syaraf Pusat
Gerak tidak aktif, UUB datar, kejang tidak ada, bayi on sedasi.
b. Sistem Penglihatan
TAK

25
c. Sistem Pendengaran
TAK

d. Sistem Penciuman
TAK
e. Sistem Kardiovaskuler
Warna kulit kemerahan, denyut nadi teratur, akral hangat, nadi kuat,
CRT ‹ 3 detik.
f. Sistem Pernafasan
Pola napas takipnea, pernafasan perut, irama teratur, retraksi ringan,
air entry ada, nafas on P.CMV.
g. Sistem Pencernaan
Bayi masih puasa, terpasang OGT terbuka produksi cairan keruh,
abdomen supel, muntah tidak, kembung tidak.
h. Sistem Genitaurinaria
Terpasang kateter urin, produksi urine ada, warna agak pekat.
i. Sistem Reproduksi
TAK
j. Sistem Integumen
Warna kulit kemerahan, lanugo tidak ada, tidak ada rash/kemerahan.
k. Sistem Muskuloskeletal
Lengan fleksi aktif, tungkai fleksi aktif, recoil telinga segera, garais
telapak kaki seluruh posterior.

7. Data Penunjang
Laboratorium tanggal 30-1-2022

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

26
Hematologi
Hemoglobin 12,3 g/dL 15,2-23,6
Hematokrit 36,2 % 44-72
Leukosit 27,77 10³/µL 5-21
Trombosit 303 10³/µL 150-440
Kimia Klinik
CRP Kuantitatif ‹6,0 mg/L ‹6,0
GDS 154 mg/dL 40-60
Albumin 3,2 g/dL 3,5-5,2

Hasil Analisa Gas Darah 30-1-2022

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


pH 7,10 7,37-7,45
pCO2 67,4 mmHg 33-44
pO2 68,00 mmHg 71-104
HCO3 21,0 mmol/L 22-29
TCO2 23,1 mmol/L 23-27
BE -9,9 mmol/L (-2)-3
O2 Saturasi 84,60 % 94-98
Hasil Analisa Gas Darah (31-1-2022)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


pH 7,18 7,37-7,45
pCO2 58,3 mmHg 33-44
pO2 58,00 mmHg 71-104
HCO3 21,9 mmol/L 22-29
TCO2 23,7 mmol/L 23-27
BE -7,4 mmol/L (-2)-3

27
O2 Saturasi 81,70 % 94-98

Hasil Analisa Gas Darah (31-1-2022)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


pH 7,34 7,37-7,45
pCO2 38,9 mmHg 33-44
pO2 47,00 mmHg 71-104
HCO3 21,4 mmol/L 22-29
TCO2 22,6 mmol/L 23-27
BE -4,0 mmol/L (-2)-3
O2 Saturasi 80,60 % 94-98

Hasil Analisa Gas Darah (31-1-2922)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


pH 7,30 7,37-7,45
pCO2 38,1 mmHg 33-44
pO2 58,00 mmHg 71-104
HCO3 18,9 mmol/L 22-29
TCO2 20,1 mmol/L 23-27
BE -7,0 mmol/L (-2)-3
O2 Saturasi 87,10 % 94-98

Hasil Analisa Gas Darah (1-2-2022 )

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

28
pH 7,37 7,37-7,45
pCO2 35,2 mmHg 33-44
pO2 09.00 mmHg 71-104
HCO3 20,8 mmol/L 22-29
TCO2 21,9 mmol/L 23-27
BE -3,8 mmol/L (-2)-3
O2 Saturasi 98,20 % 94-98

Hasil Analisa Gas Darah (1-2-2022 jam 12.00)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


pH 7,21 7,37-7,45
pCO2 51,2 mmHg 33-44
pO2 45.00 mmHg 71-104
HCO3 20,9 mmol/L 22-29
TCO2 22,5 mmol/L 23-27
BE -7,4 mmol/L (-2)-3
O2 Saturasi 71,10 % 94-98

Hasil ECHO
Kesan: PDA normal karena usia ‹72 jam
ASD dd stiech PFO
Tidak ada pulmonary hipoksia
Saran: Kelainan yang didapat wajar untuk usia, dengan shunt yang wajar

29
Dapat dilakukan ECHO ulang saat usia ›3 hari bila hemodinamik
Tidak stabil.

Hasil Rontgent tanggal 30-1-2022

Kesan: Pneumonia neonatorum


Atelektasis lobus superior paru kanan

Hasil Rontgent tanggal 31-1-2022

30
Hasil Rontgen tanggal 1-2-2022

RESUME KASUS

By.Ny. K lahir secara SC di usia kehamilan 38 minggu, bayi lahir pada


jam 19.55 WIB lahir presentasi kepala dibantu forcep, tidak ada lilitan tali pusat,
warna ketuban hijau kental, sianosisi sentral, nilai APGAR 6/9 bayi kemudian
diresusuitasi, dihangatkan, disuction, tetapi masih ada sianosis perifer, menangis

31
tidak kuat, tonus otot lemah, bayi diberi CPAP 7 FiO2 30%, selama 15 menit
klinis masih sianosis perifer, SpO2; 38-44%, RR 48-50 x/menit, usia 30 menit
bayi retraksi berat, RR 60-90x/menit, SpO2: 42-62%, sianosis perifer, bayi
diputuskan untuk diintubasi dengan ETT no 3,5 kedalaman 9,5 cm, SpO2 naik
jadi 70%, dicek GDS hasil 154 md/dl, bayi ditransport ke ruang NICU. Berat
lahir 3369 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 35
cm, lingkar perut 31 cm.
Ibu ANC rutin di Hermina Depok dengan dokter N. SpOG, ibu tidak ada
riwayat keputihan, ISK, dan diare.
Bayi dirawat di NICU, terpasang alat bantu napas ventilator mode PCMV
Pressure 26/7, rate 60x naik sampai dengan 120x/mnt, fio2: 100%
Bayi terpasang umbilical vena dengan total kebutuhan cairan
60cc/KgBB/Hari diberikan cairan infus Dextrose 10% + 20 ca glukonas rate 8,5
cc/jam, dopamine 10 mcg/kg/mnt, dobutamine 10 mcg/kg/mnt, milrinone 0, 075
mcg/kg/mnt. Terpasang arteri line dengan cairan Nacl 0,9% dan heparin rate 0,2
cc/jam. Bayi masih puasa, klinis merah. Antibiotik yang sudah diberikan adalah
Bactesyn 2 x 248 mg dan Amikacin 2x 24,8 mg. Bayi terpasang kateter urine.

DATA FOKUS
Data Subjektif:
- OT mengatakan ANC rutin di Hermina Depok dengan dr.N SpOG
- OT mengatakan persalinan dengan di operasi sesar karena ada kegawatan
pada bayi

Data Objektif:

- Riwayat lahir SC usia gestasi 38 minggu, ketuban hijau kental, A/S 6/9,
Down
score 6
- Adanya meconium disaluran napas

32
- Retraksi ringan
- Napas on P.CMV 26/7X120X100 %
- TTV: Sh:37, HR: 134x/mnt, SpO2: 92-98%
- Hasil Thorax foto: Pneumonia neonatorum, Atelektasis lobus superior paru
kanan
- Hasil AGD: pH: 7,21, pCO2: 51,2, pO2: 45.00, HCO3: 20,9,
TCO2: 22,5, BE: -7, O2 Saturasi: 71,10
- Kultur Darah : Hasil menyusul
- Terpasang ETT no 3,5 kedalam 9 cm.
- Terpasang infus via umbilical
- Terpasang arteri line
- Terpasang kateter urine.

B. ANALISA DATA

Tanggal/ No
DATA PROBLEM ETIOLOGI
Jam DX
30-1- I DS: Bersihan Adanya
2022 DO: jalan napas meconium
23.00 - Adanya meconium tidak efektif pada saluran
pada saluran napas napas
(warna putih)
- Retraksi ringan
- Napas on HFOV
- TTV: Sh:37, HR:
134x/mnt, SpO2: 92-
98%
- Riwayat lahir SC

33
dengan ketuban
warna hijau kental
- Hasil RO:
Pneumonia
neonatorum,
Atelektasis lobus
superior paru kanan

30-1- II DS: Pola napas Ekspansi


2022 DO: tidak efektif paru tidak
23.00 - Retraksi ringan adekuat
- Napas on HFOV
setting MAP 18,
Amplitude 55,
Frequensi 7, FiO2:
100%
-
30-1- III DS: Gangguan Penurunan
2022 DO: pertukaran ventilasi
23.00 - Adanya meconium gas alveoli
pada saluran napas
- Hasil AGD:
pH 7,21
pCO2 51,2
pO2 45.00
HCO3 20,9
TCO2 22,5
BE -7,4

34
O2Saturasi 71,10
30-1- IV DS: Resiko Reaksi
2022 Orang tua mengatakan tinggi kimiawi
23.00 ada riwayat demam infeksi meconium
pada saat kehamilan dalam
DO: saluran
- Retraksi ringan napas
- Riwayat ketuban
hijau kental
bercampur
meconium
- TTV: Sh:37, HR:
134x/mnt, SpO2:
92-98%
- Terpasang ETT
no 3,5 kedalaman
9 cm.
- Terpasang
umbilical vena
- Terpasang arteri
line
- Terpasang
kateter urine
- KD: Belum ada
hasil
- Hasil RO:
Pneumonia
neonatorum,

35
Atelektasis lobus
superior paru
kanan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret pada
saluran pernapasan.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penuruna ventilasi alveoli.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan reaksi kimiawi meconium
dalam saluran napas.

D. PERENCANAAN

Tgl Perencanaan
No Diagnosa ditegakkan
Kriteri Paraf
DX Keperawatan & nama Tujuan Rencana Tindakan
Hasil
perawat
I Bersihan jalan 30-1-2022 Bersihan - Tidak - Observasi kebutuhan Sr. N
napas tidak Sr. N jalan napas ada untuk dilakukan
efektif tidak efektif sekret suction untuk
berhubungan teratasi pada nasoparing secepat
dengan adanya setelah saluran mungkin saat bayi
mekonium pada dilakukan napas keluar
saluran tindakan - Retraksi - Rawat bayi dalam
pernapasan keperawatan tidak ada lingkungan yang
ditandai dg: selama 3x24 - Napas hangat.

36
DS: jam spontan - Kaji adanya tanda-
DO: tanda distress napas
- adanya seperti, sesak, NCH,
mekonium retrkasi, merintih,
pada saluran sianosis.
napas. - Lakukan fibrasi dan
- Retraksi perkusi secara
ringan berkala.
- Napas on - Lakukan postural
PCMV drainage
- Lakukan
penghisapan dari
mulut dan melalui
pipa ETT untuk
mengangkat
meconium
- Beri Pendkes pada
orang tua tentang
tanda-tanda distress
napas
- Libatkan orang tua
dalam perawatan
bayinya
- Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian oksigen
atau ventilasi
mekanik.

II Pola napas tidak 30-1-2022 Pola napas - Retraksi - Atur posisi bayi Sr.
efektif Sr. N tidak efektif tidak ada semifowler
N
berhubungan teratasi - Napas - Kaji pola napas bayi
dengan ekspansi setelah spontan - Kaji adanya tanda-
paru yang tidak dilakukan tanda distress napas

37
adekuat ditandai tindakan seperti sesak, NCH,
dengan: keperawatan retraksi, merintih,
DS: selama 3x24 sianosis
DO: jam - Lakukan perawatan
- Retraksi minimal handling
ringan, - Ukur TTV pasien
- Napas on setiap2-3 jam sekali
PCMV atau sesuai
kebutuhan
- Monitor saturasi O2
- Penkes OT tentang
tanda-tanda distress
napas
- Libatkan OTdalam
perawatan bayinya
- Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian O2
(sesuai dengan
kebutuhan pasien)
- Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemasangan ventilasi
mekanik.

III Gangguan 30-1-2022 Gangguan - Tidak - Atur posisi bayi Sr.


pertukaran gas Sr. N pertukaran ada semifowler
N
berhubungan gas teratasi sekret - Kaji adanya tanda-
dengan setelah pada tanda distress napas
penurunanventila dilakukan saluran seperti sesak, NCH,
si alveoli tindakan pernapas retraksi, merintih,
ditandai dengan keperawatan an sianosis
adanya: selama 3x24 - Hasil - Lakukan perawatan
DS: jam AGD minimal handling

38
DO: normal - Lakukan
- Adanya sekret penghisapan lendir
pada saluran dari mulut dan
napas, melalui pipa ETT
- Hasil AGD: - Ukur TTV pasien
pH: 7,21 setiap2-3 jam sekali
pCO2: atau sesuai
51,2 kebutuhan
pO2: - Kolaborasi dengan
45.00 dokter untuk
HCO3: pemberian O2
20,9 (sesuai dengan
TCO2: 22,5 kebutuhan pasien)
BE: -7,4 - Monitor saturasi O2
O2Saturasi: - Penkes OT tentang
71,10 tanda-tanda distress
napas
- Libatkan OTdalam
perawatan bayinya
- Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemasangan ventilasi
mekanik.
- Kolaborasi dengan
dokter untu
pemeriksaan AGD
- Kolaborasi dengan
dokter saat kondisi
bayi perburukan

IV Resiko infeksi 30-1-2022 Resiko - Retraksi - Kaji adanya tanda- Sr.


berhubungan Sr. N infeksi tidak ada tanda infeksi pada
N
proses reaksi teratasi - Hasil paru seperti
kimiawi setelah Laborato peningkatan usaha

39
meconium dalam dilakukan rium napas, sekresi yang
saluran napas tindakan dalam berlebihan
ditandai dengan: keperawatan batas - Lakukan teknik
DS: selama 3x24 normal aseptic dan aseptic
- Orang tua jam saat tindakan
mengatakan invasive dan
proses melakukan
persalinan perawatan terhadap
dengan pasien untuk
operasi karena mencegah
ada penyebaran infeksi
kegawatan - Ukur TTV pasien
pada bayi - Lakukan perawatan
DO: minimal handling
- Retraksi - Gunakan selang
ringan suction streil setiap
- Riwayat melakukan tindakan
ketuban hijau bronchial washing
kental - Lakukan bronchial
bercampur washing teratur
meconium untuk mencegah
- Terpasang penumpukan sekret
ETT no 3,5 pada jalan napas
kedalaman 9 - Penkes pada tentang
cm cara mencuci tangan
- Terpasang - Libatkan OT dalam
umbilical perawatan minimal
vena handling
- Terpasang - Kolaborasi dengan
arteri line dokter untuk
- Terpasang pemeriksaan septic
kateter urine screening
- Hasil - Kolaborasi dengan
Leukosit dokter untuk

40
27,77 pemberian antibiotik
- Hasil RO:
Pneumonia
neonatorum

E. PELAKSANAAN

No
Tgl/Jam Perencanaan/Implementasi Paraf
Diagnosa
30-1- I Melakukan pengkajian dilapangan Sr. N
2022 Respon: Bayi dirawat di infant warmer, keadaan
23.00 umum
Sakit berat , kesadaran somnolen sedasi, retraksi
ringan, terpasang ventilapr mode PCMV 26/7x 80x
00.30 100 %, infus6via umbilical vena.
Mengukur TTV dan mengkaji adanya tanda-tanda
distress napas
Respon: Sh: 37 ⁰C, HR: 134x/mnt, SpO2: 75%,
retraksi ringan, napas on ventilator mode
00.40
PVMC 26/7 x 80 x 100%
Melakukan postural drainage
00.45
Respon: Slem bayi banyak

41
00.50 Melakukan penghisapan lendir dari mulut dan ETT
Respon: Slem bisa dihisap, warna putih encer
Mengatur posisi bayi semi ekstensi
00.30 II Respon: Bayi nyaman, retraksi berkurang Sr. N

Mengukur TTV dan mengkaji adanya tanda-tanda


distress napas
Respon: Sh: 37 ⁰C, HR: 134x/mnt, SpO2: 75%,
00.50
retraksi ringan, napas on PCMV 26/7 x 80 x
100 %

III Mengatur posisi bayi semi ekstensi Sr. N


00.30
Respon: Bayi nyaman, retraksi berkurang

Mengukur TTV dan mengkaji adanya tanda-tanda


distress napas
Respon: Sh: 36,8 ⁰C, HR: 132x/mnt, SpO2: 75 %,
00.45 retraksi ringan, napas on PCMV 26/7x80x
100 %

00.50 Melakukan penghisapan lendir dari mulut dan ETT


Respon: Slem bisa terhisap, warna kuning kehijauan
Dan kental
01.00 Mengatur posisi bayi semi ekstensi
Respon: Bayi nyaman, retraksi berkurang

Melakukan pemeriksaan AGD


IV Respon: pH: 7,21, pCO2: 51,2, pO2: 45.00, Sr. N
05.00
HCO3: 20,9, TCO2: 22,5, BE: -7,4

42
05.30 O2 Saturasi: 71,10

06.00 Mencuci tangan


Respon: Tangan bersih
Melakukan desinfektan lingkungan sekitar bayi
Respon: Lingkungan sekitar bayi bersih
Memberi injeksi antibiotic bactesyn 2x248 mg dan
amikasin 2x24,8 mg
Respon: Obat masuk sesuai dosis, diberikan melalui
IV
drip selama 30 menit

31-1- I Melakukan pengkajian dilapangan Sr. N


2022 Respon: Bayi dirawat di infant warmer, keadaan
15.00 umum sakit, kesadaran somnolen sedasi, retraksi
ringan, terpasang ventilator mode PCMV 26/7 rate
100 fio2 100%, saturasi 88-92 %. Infus via umbilical
15.15 vena.
Mengukur TTV dan mengkaji adanya tanda-tanda
distress napas
Respon: Sh: 36,8 ⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-92%,
15..30

Melakukan postural drainage


15.35
Respon: Slem bayi banyak
Melakukan penghisapan lendir dari mulut dan ETT
08.40
Respon: Slem bisa dihisap, warna putih encer
Mengatur posisi bayi semi ekstensi
II Sr. N

43
15.15 Respon: Bayi nyaman, retraksi berkurang

Mengukur TTV dan mengkaji adanya tanda-tanda


distress napas
Respon: Sh: 36,8 ⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-92%,
15.40 retraksi ringan, napas on PCMV 26/7x 100x
100%
Mengatur posisi bayi semi ekstensi
III Sr. N
Respon: Bayi nyaman, retraksi berkurang, getaran
15.15
Dada sesuai dengan setting HFOV

Mengukur TTV dan mengkaji adanya tanda-tanda


distress napas

15.35 Respon: Sh: 36,8 ⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-92%,


retraksi ringan, napas on PCMV 26/7x 100x
100%
15.40 Melakukan penghisapan lender dari mulut dan ETT
Respon: Slem bisa terhisap, warna kuning kehijauan
Dan kental
17.00 Mengatur posisi bayi semi ekstensi
Respon: Bayi nyaman, retraksi berkurang, getaran
Dada sesuai dengan setting PCMV

IV Melakukan pemeriksaan AGD Sr. N


Respon: pH: 7,34, pCO2: 27,2, pO2: 59.00,
15.30
HCO3: 16,5, TCO2: 18,00, BE: -7,3
O2 Saturasi: 90,2%

16.00
Mencuci tangan

44
Respon: Tangan bersih
18.00
Melakukan desinfektan lingkungan sekitar bayi
Respon: Lingkungan sekitar bayi bersih

Memberi injeksi antibiotic bactesyn 2x 248 mg dan


amikasin 2x24,8 mg
Respon: Obat masuk sesuai dosis, diberikan melalui
IV
drip selama 30 menit

1-2- I Melakukan pengkajian dilapangan Sr. N


2022 Respon: Bayi dirawat di infant warmer, keadaan
15.00 umum sakit berat, kesadaran somnolen sadasi, retraksi
ringan, nafas on PCMV 26/7x120x100%.

Infus via umbilical vena.


15.15 Mengukur TTV dan mengkaji adanya tanda-tanda
distress napas
Respon: Sh: 36,8 ⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%,
retraksi ringan, napas on PCMV 26/7 x 120 x
100%
15.20
Melakukan postural drainage
Respon: Slem bayi banyak
15.35
Melakukan penghisapan lender dari mulut dan ETT

15.40 Respon: Slem bisa dihisap, warna putih encer


Mengatur posisi bayi semi ekstensi
Respon: Bayi nyaman, retraksi berkurang
II Sr. N

45
15.15
Mengukur TTV dan mengkaji adanya tanda-tanda
distress napas
Respon: Sh: 36,8 ⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%,
retraksi ringan, napas on PCMV 26/7x 120 x
15.40 100%
Mengatur posisi bayi semi ekstensi
III Sr. N
Respon: Bayi nyaman, retraksi berkurang
15.15

Mengukur TTV dan mengkaji adanya tanda-tanda


distress napas
Respon: Sh: 36,8 ⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%,
retraksi ringan, napas on PCMV 26/7 x 120x
15.35 100%

Melakukan penghisapan lender dari mulut dan ETT


15.40 Respon: Slem bisa terhisap, warna kuning kehijauan
dan kental
17.00 Mengatur posisi bayi semi ekstensi
Respon: Bayi nyaman, retraksi berkurang
Melakukan pemeriksaan AGD
Respon: pH: 7,32, pCO2: 37,2, pO2: 99.00,
IV Sr. N
HCO3: 19,6, TCO2: 20,7, BE: -5,9
15.30
O2 Saturasi: 97,2%

16.00
Mencuci tangan
Respon: Tangan bersih
18.00
Melakukan desinfektan lingkungan sekitar bayi

46
Respon: Lingkungan sekitar bayi bersih
Memberi injeksi antibiotic bactesyn 2x248 mg dan
amikasin 2x24,8 mg
Respon: Obat masuk sesuai dosis, diberikan melalui
IV
drip selama 30 menit.

F. EVALUASI

No.
Tgl/Jam Evaluasi Paraf
Diagnosa
31-1- I S: Sr. N
2022 O: Napas on PCMV 26/7 rate 80 x/mnt fio2 100%,
06.30 Sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak,
Sh: 37⁰C, HR: 139x/mnt, SpO2: 75-80%,TD: 76/46
map 58 mmhg, slem banyak warna putih dan encer,
suara napas : ronchi
A: DX I Bersihan jalan napas tidak efektif
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam jalan nafas
bersih

47
R/ - Pantau bersihan jalan napas
- Lakukan bronchial whasing sesuai indikasi
II
S:
O: Napas on PCMV 26/7 rate 80 x/mnt, fio2; 100%,
sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan,Sianosis tidak,
Sh: 37⁰C, HR: 139x/mnt, SpO2: 75-80 %, TD: 76/46
map 58 mmhg.
A: DX II Pola napas tidak efektif
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam pola nafas
efektif, weaning ventilator
R/ - Observari tanda-tanda distress napas
- Atur posisi bayi semi ekstensi

31-1- III Sr. N


2022
06.30 S:
O: Napas on PCMV 26/7 rate 80 x/mnt, fio2 100%,
sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak,
Sh: 37⁰C, HR: 139x/mnt, SpO2: 84-97%,TD: 76/46
map 58 mmhg, slem banyak warna kekuningan dan
kental,
A: DX III Gangguan pertukaran gas
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam nilai AGD
normal

IV R/ - Observari tanda-tanda distress napas


- Periksa AGD/12 Jam

S:

48
O: Napas on PCMV 26/7 rate 80x/ mnt, fio2 100%,
sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak,
Sh: 37⁰C, HR: 139x/mnt, SpO2: 84-97%,TD: 76/46
map 58 mmhg, slem banyak warna kekuningan dan
kental,
A: DX IV Resiko infeksi
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam infeksi tidak
terjadi
R/ - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi.
- Lakukan teknik septic aseptic sebelum
melakukan tindakan invasive
- Lakukan perawatan minimal handling

1-2-2022 I S: Sr. N
20.30 O: Napas on PCMV 26/6 rate 100, fio2 100%, Sesak
tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak, Sh:
36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-92%, TD: 77/47
map 58 mmhg, slem banyak warna putih dan encer,
suara napas : ronchi
A: DX I Bersihan jalan napas tidak efektif
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam jalan nafas
bersih
R/ - Pantau bersihan jalan napas
- Lakukan bronchial whasing sesuai indikasi
II
S:
O: Napas on PCMV 25/7 rate 100 x/mnt fio2 100%,

49
sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan,Sianosis tidak,
Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-92%, TD:
77/47 map 58 mmhg.
A: DX II Pola napas tidak efektif
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam pola nafas
efektif, weaning ventilator
R/ - Observari tanda-tanda distress napas
- Atur posisi bayi semi ekstensi

III
S: Sr. N
O: Napas on PCMV26/7 rate 100 x/mnt fio2 100%,
sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak,
Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%,TD: 77/47
map 58 mmhg, slem banyak warna kekuningan dan
kental,
A: DX III Gangguan pertukaran gas
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam nilai AGD
normal
R/ - Observari tanda-tanda distress napas
- Periksa AGD/12 Jam
IV
S:
O: Napas on PCMV 26/7 rate 100 x/mnt fio2 100%,
sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak,
Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%,TD: 83/56
map 65 mmhg, slem banyak warna kekuningan dan
kental, klinis tidak pucat
A: DX IV Resiko infeksi
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam infeksi tidak
terjadi

50
R/ - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi.
- Lakukan teknik septic aseptic sebelum
melakukan tindakan invasive
- Lakukan perawatan minimal handling

1-2-2022 I S: Sr. N
20.30 O: Napas on PCMV 26/7 rate 120 x/ mnt, fio2 100%,
Sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak,
Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%, TD:
83/56 map 65 mmhg, slem banyak warna
kekuningan dan kental, suara napas : ronchi
A: DX I Bersihan jalan napas tidak efektif
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam jalan nafas
bersih
R/ - Pantau bersihan jalan napas
- Lakukan bronchial whasing sesuai indikasi
II
S: Sr. N
O: Napas on PCMV 26/7 rate 120x / mnt, fio2 100
%, sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, Sianosis
tidak, Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%,
TD: 83/56 map 65 mmhg.
A: DX II Pola napas tidak efektif
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam pola nafas
efektif, weaning ventilator
R/ - Observari tanda-tanda distress napas
- Atur posisi bayi semi ekstensi
III

51
Sr. N
S:
O: Napas on PCMV 26/7 rate 120 x/ mnt, fio2 100
%, sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis
tidak, Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-
98%,TD: 83/56 map 65 mmhg, slem banyak warna
kekuningan dan kental,
A: DX III Gangguan pertukaran gas
P: diharapkan dalam wakry 3x24 jam nilai AGD

IV normal
R/ - Observari tanda-tanda distress napas
- Periksa AGD/12 Jam
S:
O: Napas on PCMV 26/7 rate 120x/ mnt, fio2 100 %,
sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak,
Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%,TD: 83/56
map 65 mmhg, slem banyak warna kekuningan dan
kental, klinis tidak pucat
A: DX IV Resiko infeksi
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam infeksi tidak
terjadi
R/ - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi.
- Lakukan teknik septic aseptic sebelum
melakukan tindakan invasive
- Lakukan perawatan minimal handling

52
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang ditemukan antara
teori dan kasus yaitu asuhan keperawatan pada By.Ny.K dengan Sindrom Aspirasi
Mekonium di ruang perawatan nicu. Penulis mencoba membahas dari hasil asuhan
keperawatan yang telah dilakukan dan membandingkan dengan tinjauan teori. Uraian
pembahasan ini di sesuaikan berdasarkan tahap proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
Pada umumnya pengkajian yang ada di teori sama di lapangan hampir sama
menggunakan pengkajian persistem. Pada pengkajian awal pasien dideteksi
dengan asfiksia berat, namun setelah dilakukan pengkajian lebih dalam ditunjang
dengan hasil laboratorium dan radiologi maka pasien dideteksi dengan Sindrome
Aspirasi Mekonium.

53
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada teori ada 6 diagnosa keperawatan
sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus ada 4 diagnosa.
Berikut diagnosa yang di temukan di teori dan yang tidak ditemukan di kasus
adalah :
1. Resiko injuri pneumothorak berhubungan dengan peningkatan tekanan dalam
paru, setting ventilasi yang tinggi, diagnosa ini tidak ditemukan dalam kasus
2. Cemas OT berhubungan dengan kondisi kesehatan anaknya, diagnosa ini tidak
ditemukan dalam kasus karena orang tua pasien sudah dijelaskan sejak lahir
tentang kondisi bayi dan prognosisnya.

C. Perencanaan
Menurut teori kasus langkah-langkah perencanaan meliputi prioritas masalah,
menetapkan tujuan, dan kriteria evaluasi serta menyusun rencana
tindakan.Prioritas masalah pada kasus berbeda dengan teori.Pada kasus masalah
yang penulis prioritaskan adalah pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
ekspansi paru yang tidak adekuat dikarenakan gangguan di sistem pernafasan
dapat menggangu sistem tubuh yang lainnya.Pada kasus waktu yang tentukan
pada tujuan perencanaan dengan melihat kondisi pasien sedangkan di teori
berdasarkan data yang biasanya didapat pada pasien dengan syndrome aspirasi
mekonium sehungga kriteria waktu pada kasus bisa lebih singkat atau lebih
panjang dari teori. Kriteria hasil yang ada di kasus berdasarkan data objektif dan
subyektif sedangkan di teori berdasarkan pada manifestasi klinis penyakit sepsis.
Rencana tindakan pada kasus berdasarkan 5 aspek perencanaan,yaitu observasi,
tinadakan mandiri, libatkan OT, penkes OT dan tindakan kolaborasi, sedangkan di
teori rencana tindakan tidak berdasarkan 5 aspek.
Pada pelaksanaan semua rencana dapat dilaksanakan sesuai rencana yang telah di
susun dan disesuaikan dengan kondisi bayi. Beberapa tindakan yang dilakukan

54
dan respon bayi terhadap setiap tindakan untuk mengatasi diagnosa keperawatan
yang ditemukan di dokumentasikan pada catatan keperawatan. Selain itu juga
setiap perawat yang melakukan dokumentasi dengan mencatat tindakan yang di
intervensi, waktu pelaksanaan tindakan dan menandatangani catatan perawatan
yang dilakukan.

D. Pelaksanaan

Pada pelaksanaan beberapa rencana dapat dilaksanakan sesuai rencana yang telah
di susun dan disesuaikan dengan kondisi bayi. Beberapa tindakan yang dilakukan
dan respon bayi terhadap setiap tindakan untuk mengatasi diagnosa keperawatan
yang ditemukan di dokumentasikan pada catatan keperawatan. Selain itu juga
setiap perawat yang melakukan dokumentasi dengan mencatat tindakan yang di
intervensi, waktu pelaksanaan tindakan dan menandatangani catatan perawatan
yang dilakukan.

E. Evaluasi

Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah yang terakhir adalah


evaluasi terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada bayi. Dari 4
diagnosa keperawatan yang ditemukan pada bayi semuanya masalah belum
teratasi. Pasien masih dirawat di ruang nicu Hermina Depok dengan
menggunakan ventilator dan pemberian antibiotik masih dilanjutkan.

55
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sindrome aspirasi meconium adalah kasus yang jarang di jumpai, akan tetapi
berdampak pada angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Perawat sangat
berperan dalam perawatan bayi dengan syndrome aspirasi meconium, khususnya
dalam hal monitoring pasien, kolaborasi pemberian edukasi. Dibutuhkan
komitmen perawat dalam pelaksanaan dan pendokumentasian asuhan
keperawatan pada bayi dengan syndrome aspirasi meconium diruang NICU
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada bayi dengan
syndrome aspirasi meconium

B. SARAN
1. Setiap persalinan harus didampingi dengan tim resusitasi yang kompeten dan
peralatan sesuai standar resusitasi neonatus (IDAI).

56
2. Perlunya upgrate knowledge & skill perawat NICU tentang update tatalaksana
bayi dengan Sindrome Aspirasi Mekonium & alat HFOV untuk mencegah
pneumothorax
3. Dibuat SPO/ juknis pengoperasian alat HFOV, dan prosedur pemberian
lavage surfaktan.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak (2005).Buku ajar keperawatan.Jakarta : EGC.

Doengoes (2000).Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien.Jakarta ; EGC

http ://aryosicadokwannabe.blogspot.com/2012/syndrome gawat nafas.html

Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) Buku Ajar Neonatologi edisi pertama

Neonatology (2009) Management, precedure, on Call Problem, Diseases, and Drugs


edisi keenam

John mersch,MD,FAAP (2009),Septiccemia(blood poisoning)sign,symptom, Jakarta :


EGC

57
Dr. Idham Amir, SpA (K) (2018), Makalah Simposium dan Workshop Keperawatan,
“Penatalasanaan SAM dengan menggunakan HFOV” RS Hermina Bekasi

Hermina Hospital Group 2018, Standar Asuhan Keperawatan Perina, Depertemen


Keperawatan Hermina Hospital Group Jakarta Revisi I

58

Anda mungkin juga menyukai