DI SUSUN OLEH:
NORA HARIA FITRI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kejadian bayi dengan SAM di RS Hermina Depok relative kecil jika
dibandingkan dengan angka kejadian di Indonesia, akan tetapi angka
2
kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dengan SAM, memotivasi kami
untuk mengambil kasus Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan SAM.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memahami dan
mengaplikasikan secara langsung asuhan keperawatan pada bayi dengan
Sindrome Aspirasi Mekonium.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami dan mengaplikasikan pengkajian pada bayi dengan
SAM
b. Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan bayi
dengan bayi SAM
c. Dapat menentukan intervensi pada bayi dengan SAM
d. Dapat melakukan evaluasi pada bayi dengan SAM
3
BAB II
KONSEP DASAR
A. Medis
1. Definisi
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang
diakibatkan oleh terhisapnya mekonium /cairan amnion mekonium
kedalam saluran pernafasan bayi. (Neonatology 2009)
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah salah satu penyebab yang
paling sering menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir
aterm maupun post-term. Kandungan mekonium antara lain adalah
sekresi gastrointestinal,hepar,dan pankreas janin debris seluler, cairan
amnion, serta lanugo lahir saat didalam uterus atau saat bernapas.
(Neonatology 2009).
2. Faktor Risiko
a. Usia kehamilan melebihi 40 minggu ( Post -matur )
b. Pre-eklampsia, eklampsia,
c. Hipertensi dalam kehamilan
d. Diabetes Mellitus Gestational
e. Perokok berat
f. Penyakit paru kronik atau penyakit jantung
g. Oligohidramnion
h. IUGR
i. Abnormal fetal heart rate pattern
Mekonium karakteristiknya :
- Steril, kental, hitam kehijauan tidak berbau.
- Terbentuk dari akumulasi debris dari usus janin sejak usia gestasi
bulan ke 3
4
Deskripsi:
- Hijau encer
- Hijau kental
- Hijau lumpur
3. Patofisiologi
SAM seringkali dihubungkan dengan suatu keadaan yang kita
sebut fetal distress. Pada keadaan ini, janin yang mengalami distres akan
menderita hipoksia (kurangnya oksigen di dalam jaringan). Hipoksia
jaringan menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas usus disertai
dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah mekonium ke dalam
cairan amnion.
Asfiksia dan berbagai bentuk stres intrauterin dapat meningkatkan
peristaltik usus janin disertai relaksasi sfinkter ani eksterna sehingga
terjadi pengeluaran mekonium ke cairan amnion. Saat bayi dengan
asfiksia menarik napas (gasping) baik in utero atau selama persalinan,
terjadi aspirasi cairan amnion yang bercampur mekonium ke dalam
saluran napas. Mekonium yang tebal menyebabkan obstruksi jalan
napas, sehingga terjadi gawat napas.
Sindroma ini biasanya terjadi pada infant full-term. Mekonium
ditemukan pada cairan amnion dari 10% dari keseluruhan neonatus,
mengindikasikan beberapa tingkatan asfiksia dalam kandungan. Asfiksia
mengakibatkan peningkatan peristaltik intestinal karena kurangnya
oksigenasi aliran darah membuat relaksasi otot spincter anal sehingga
mekonium keluar. Mekonium tersebut terhisap saat janin dalam
kandungan.
Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau
partial dan vasospasme pulmonary. Partikel garam dalam mekonium
bekerja seperti detergen, mengakibatkan luka bakar kimia pada jaringan
5
paru. Jika kondisi berkelanjutan akan terjadi pneumothoraks, hipertensi
pulmonal persisten dan pneumonia karena bakteri.
Dengan intervensi yang adekuat, gangguan ini akan membaik dalam
beberapa hari, tetapi angka kematian mencapai 28% dari seluruh
kejadian. Prognosis tergantung dari jumlah mekonium yang teraspirasi,
derajat infiltrasi paru dan tindakan suctioning yang cukup. Suctioning
termasuk aspirasi dari nasofaring selama kelahiran dan juga suctioning
langsung pada trachea melalui selang
6
PATHWAY
Fase mekonium fisiologis Fase compromise
(bayi lebih bulan) Hipoksia, kompresi umbilikal
Pasase mekonium
Aspirasi
Mekonium
Sumber: Dr.Idham Amir, SpA(K) Makalah symposium dan workshop keperawatan “Penatalaksanaan
SAM dengan menggunakan HFO” di Hermina Bekasi 2018
7
4. Klasifikasi
SAM ringan :<40% oksigen untuk < 48 jam
SAM sedang :> 40% oksigen untuk > 48 jam tanpa adanya air leak
SAM berat : membutuhkan ventilasi mekanik 48 jam dan sering disertai
PPHN
5. Gejala Klinis
a. Sesak napas dengan takipnea dan sianosis dalam 1jam pertama
setelah lahir
b. Retraksi (ICR,SCR,pernapasan abdominal), merintih dan napas
cuping hidung
c. Dada : berbentuk seperti tong, karena hiperinflasi
d. Ronchi yang terdengar segera setelah lahir
e. Gejala karena edema serebri atau hipoksia jika menunjukkan
(jitterness, kejang)
f. Beberapa bayi tidak menunjukkan gejala pada saat lahir, tetapi
kemudian mengalami sesak napas karena mekonium berpindah dari
saluran napas yang besar menuju kesaluran naas yang lebih kecil
6. Pemeriksaan penunjang
a. Rontgen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan
diameter antero posterior, hiperinflation, flatened diaphragm akibat
obstruksi dan terdapatnya pneumothorax ( gambaran infiltrat kasar
dan iregular pada paru )
b. Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau
respiratorik dengan penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2
c. Darah lengkap
d. Serum elektrolit
e. Echocardiography
8
7. Penatalaksanaan
Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja bayi akan
dikirim ke unit perawatan intensif neonatal (NICU). Tata laksana yang
dilakukan biasanya meliputi :
a. Observasi
Adanya depresi napas saat lahir dan adanya mekonium saat
penghisaan trakhea, maka resiko SAM sangat besar:
- Rongent Thorac
- Pemantauan saturasi oksigen (Target SPO2: 90-95%) untuk
menilai beratnya penyakit dan mencegah hipoksemia.
b. Perawatan Bayi dengan SAM dengan cara:
1) Jaga kehangatan (Mempertahankan NTE) dan meminimalkan
stimulasi taktil.
2) Restriksi cairan 60-70 cc/kg bb/hari) untuk menghindari edema
paru dan edema serebri.
3) Berikan infus dextrose untuk mencegah hipoglikemi
4) Atasi hipotensi dan poor cardiac output dengan dopamine
5) Circulatory support dengan normal salin atau PRC (Target Hb
minimal 15 gr/dl, HT>40%)
6) Monitor fungsi ginjal
7) Hindari chest physioterapi
8) Airway dan oral suctioning mungkin dibutuhkan untuk
membersihkan jalan napas
9) Minimal Handling untuk mencegah agitasi (hipertensi pulmonal
dan right to left shunting menyebabkan hipoksia dan asidosis.
10) Lakukan pemeriksaan penunjang Darah lengkap, Serum
elektrolit, Analisa gas darah, Chest X-ray, Echocardiograhy.
9
c. Terapi Oksigen
1) Cegah hipoksemia→ dengan meningkatkan konsentrasi oksigen
dan monitoring analisa gas darah.
2) Berikan oksigen yang cukup untuk menghindari vasokontriksi
pulmonal dan timbulnya PPHN
d. Terapi Suportif
1) Total parenteral nutritional : protein, lipid, vitamin untuk
mencegah defisiensi.
2) Elektrolit: untuk mengoreksi asidosis.
3) Assisted Ventilation
a) Free flow of oxygen
b) Continous positive airway pressure (CPAP)
- Bila FIO2 melebihi 40%, CPAP perlu dipertimbangkan
- Hati–hati bila ada hiperinflasi paru, baik secara klinis
dan radiografi.
c) Ventilasi mekanik dibutuhkan jika :
- Retensi CO2 (PaC02 >60 mm Hg) atau
- persisten hipoksemia (Pa02 <50 mm Hg).
4) Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) merupakan opsi
terakhir, terfokus pada fungsi oksigenasi dan pengeluaran
CO2.
ECMO dilakukan dengan kanulasi servikal, dapat dikerjakan
dengan anestesi lokal untuk jangka waktu yang cukup panjang
(3-10) hari). Pemulihan jantung dan paru-paru membutuhkan
waktu. Survival rate 93-100%.
10
e. Medikasi
1) Antibiotik
2) Surfaktan
3) Kortikosteroid
4) Sedatif
5) Inhaled Nitric Oxide
8. Komplikasi
a. PPHN
b. Air leaks : Pneumothorak
c. Pneumomediastinum
d. Sequale pada paru-paru
e. 5% bayi tetap membutuhkan oksigen samai usia 1 bulan
f. Hiperreaktifitas saluran napas
g. Resiko pneumonia lebih tinggi
B. KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data.
Yang perlu dikaji adalah :
1) Sosial ekonomi
2) Riwayat perawatan antenatal
3) Ada atau tidaknya ketuban pecah dini
4) Partus lama
5) Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat
lain
6) Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia,
gonorea, dll)
11
7) Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita
penyakit infeksi (toksoplasma, rubela, toksemia gravidarum dan
amnionitis)
8) Pengobatan yang diberikan selama kehamilan
9) Cara persalinan ( Spontan, vakum atau SC)
12
b. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
Analisa gas darah menunjukkan asidosis metabolik atau asidosis
respiratorik dengan penurunan PO2 dan peningkatan PCO2
2) Rontgen
Pemeriksaan foto thorak didapatkan adanya bercak infiltrate pada
kedua paru
3) Echocardiograhy
3. Rencana keperawatan:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya
mekonium dalam saluran napas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria
waktu yang telah ditentukan jalan napas bersih
13
Kriteria hasil:
- Tidak ada tanda–tanda distres pernapasan seperti cyanosis,
retraksi, NCH, sesak, merintih
- Pernapasan : 40-60x/menit
- HR 110 -160x/ menit
- Tidak ada lendir disaluran napas
- Suara paru normal
- Saturasi oksigen >90%
Intervensi Keperawatan
- Observasi kebutuhan untuk dilakukan suction untuk nasoparing
secepat mungkin saat bayi keluar.
Rasional : Mencegah meconium masuk ke dalam saluran napas
- Lakukan postural drainase
Rasional: Merangsang keluarnya meconium yang ada dalam
saluran napas
- Lakukan visualisasi langsung menggunakan laringoskope pada
trachea dan lakukan penghisapan langsung
Rasional: Mencegah terhisapnya meconium pada saluran napas.
- Lakukan penghisapan pada mulut untuk mengangkat meconium
Rasional: Mengeluarkan meconium dan secret dari saluran napas.
- Rawat bayi dalam lingkungan hangat
Rasional: Mencegah terjadi komplikasi dari hipotermi
- Kaji adanya tanda—tanda gangguan pernapasan seperti sesak,
sianosis, NCH, retraksi
- Rasional: Menilai adanya tanda-tanda distress napas
- Ukur tanda-tanda vital setiap 2-3 jam atau sesui kebutuhan
Rasional: Mengetahui tanda-tanda vital bayi
14
- Lakukan fibrasi dan perkusi serta bronchial washing secara
berkala
Rasional: Merangsang keluarnya meconium yang ada dalam
saluran napas
- Berikan pendidikan kesehatan keorang tua tentang tanda –tanda
gawat napas
Rasional: Orang tua mengetahui adanya tanda-tanda distress napas
- Libatkan orang tua dalam perawatan bayinya
Rasional: Orang tua mampu mengidentifikasi tanda-tanda distress
napas secara mandiri.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian oksigen, nasal, CPAP
atau ventilasi mekanik
Rasional: Mencegah terjadinya hipoventilasi dan penurunan
kondisi.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan expansi paru yang tidak
adekuat, penurunan energi dan keletihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria
waktu yang telah ditentukan pola napas efektif
Kriteria hasil :
- Tidak adanya tanda-tanda distres pernapasan seperti (sianosis,
retraksi, NCH, sesak merintih)
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Pernapasan spontan
- Saturasi oksigen >90%
Intervensi keperawatan:
- Atur posisi semi fowler
Rasional: Membuka jalan napas
15
- Kaji pola napas pasien
Rasional: Mengetahui adanya tanda-tanda distress napas
- Kaji adanya tanda-tanda gangguan napas seperti sesak, sianosis ,
NCH, retraksi
Rasional: Menilai adanya tanda-tanda distress nafas.
- Lakukan perawatan minimal handling
Rasional: Mengurangi terjadinya infeksi silang dari perawat
kepada
bayi
- Ukur tanda-tanda vital setiap 2-3 jam atau sesui kebutuhan
Rasional: Mengetahui tanda-tanda vital bayi
- Monitor saturasi oksigen
Rasional: Mengetahui kadar oksigen dalam darah
- Berikan pendidikan kesehatan pada orang tua tanda –tanda gawat
napas
Rasional: Orang tua mengetahui adanya tanda-tanda distress napas
- Libatkan orang tua dalam perawatan bayinya
Rasional: Orang tua mampu mengidentifikasi tanda-tanda distress
napas secara mandiri.
- Kolaborasi :
Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
Pemasangan ventilasi mekanik atau HFOV
Rasional: Mencegah terjadinya hipoventilasi dan penurunan
kondisi
16
waktu yang telah ditentukan pertukaran gas efektif
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda –tanda distres pernapasan seperti cyanosis,
retraksi, NCH, sesak merintih
- Pernapasan : 40-60x/menit
- HR 110 -160x/ menit
- AGD normal
- Saturasi oksigen >90%
Intervensi keperawatan:
- Atur posisi semi fowler
Rasional: Membuka jalan napas
- Kaji adanya tanda-tanda gangguan napas seperti sesak, sianosis,
NCH, retraksi
Rasional: Menilai adanya tanda-tanda distress nafas.
- Ukur tanda-tanda vital setiap 2-3 jam atau sesuai kebutuhan
Rasional: Mengetahui tanda-tanda vital bayi
- Monitor saturasi oksigen
Rasional: Mengetahui kadar oksigen dalam darah.
- Berikan pendidikan kesehatan pada orang tua tanda –tanda gawat
napas
Rasional: Orang tua mengetahui adanya tanda-tanda distress napas
- Libatkan orang tua dalam perawatan bayinya.
Rasional: Orang tua mampu mengidentifikasi tanda-tanda distress
nafas secara mandiri.
- Kolaborasi :
Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
Pemasangan ventilasi mekanik atau HFOV dan settingnya
Pemeriksaan AGD
Melakukan ronsen thorac
17
Kondisi perburukan
18
napas secara mandiri.
- Berikan pendidikan kesehatan tentang manfaat ventilasi
mekanik/HFOV
Rasional: Orang tua mengetahui tentang manfaat pemasangan
ventilasi mekanik/HFOV.
- Kolaborasi :
Untuk pemberian oksigen
Rontgen
Pemasangan WSD bila terjadi pneumothorak
Rasional: Mengetahui adanya tanda-tanda adanya pneumothorax.
19
- Ukur tanda-tanda vital pasien
Rasional: Mengetahui tanda-tanda vital bayi
20
- Orang tua mengatakan cemas berkurang
- Skala cemas 0
Intervensi Keperawatan:
- Kaji tingkat kecemasan orang tua
Rasional: Mengetahui tingkat kecemasan OT.
- Informasikan bahwa perasaan tersebut normal dan ekspresikan
perasaan
Rasional: Mengurangi kecemasan OT.
- Libatkan orang tua dalam perawatan anaknya
Rasional: Memberikan ketenangan pada OT.
- Berikan pendidikan kesehatan mengenai perkembangan penyakit
anaknya
Rasional: OT mengerti dan memahami kondisi anaknya.
- Kolaborasi memberikan penjelasan mengenai proses penyakit
anak dan prosedur tindakan yang dilakukan
Rasional: OT lebih memahami tentang penyakit dan tindakan yang
akan dilakukan pada bayinya.
4. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan keperawatan
dan juga diartikan dengan memberikan asuhan keperawatan secara nyata
dan langsung. Tindakan keperawatan pada pasien dengan Meconium
Aspirasi Syndrom sesuai dengan perencanaan yang dibuat berdasarkan
prioritas masalah.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan yang telah
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Evaluasi dapat
21
menunjukkan empat kemungkinan yang akan menentukan langkah
asuhan keperawatan selanjutnya:
22
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 Januari 2022 jam 10.00 WIB
1. Identitas Pasien
a. Nama : By. Ny. K
b. Alamat : Jl. Kemang Swatama Raya RT003/RW021
no.81 Depok
c. Tanggal Lahir/Umur : 30-1-2022 /0 Hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. No. Register : D 535395
g. Tanggal Masuk/Jam : 30-1-2022 / Jam 19.55 WIB
h. Diagnosa Medis : NCB SMK, SAM
23
2. Keluhan Utama
Bayi dengan ventilator mode P.CMV, retraksi ringan, irritable
24
48-50 x/menit, usia 30 menit bayi retraksi berat, RR 60-90x/menit, SpO2:
42-62%, sianosis perifer, bayi diputuskan untuk diintubasi dengan ETT no
3,5 kedalaman 9,5 cm, SpO2 naik jadi 70%, dicek GDS hasil 154 md/dl,
bayi ditransport ke ruang NICU. Berat lahir 3369 gram, panjang badan 47
cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 35 cm, lingkar perut 31 cm.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tampak sakit berat, kesadaran
somnolen sedasi, GCS 5e
b. Tanda-tanda Vital
1) Nadi : 134 x/menit
a. Pernapasan : On ventilator mode P.CMV 26/7 rate
120 x/mnt, fio2 100%
2) Suhu : 37⁰ C
c. Antropometri
1) Panjang Badan : 47 cm
2) Berat Lahir : 3369 gram
3) Berat Badan Sekarang : Belum ditimbang
4) Lingkar Kepala : 35 cm
5) Lingkar Dada : 34 cm
6) Lingkar Perut : 31 cm
d. Golongan Darah : Belum diperiksa
6. Pengkajian Persistem
a. Sistem Susunan Syaraf Pusat
Gerak tidak aktif, UUB datar, kejang tidak ada, bayi on sedasi.
b. Sistem Penglihatan
TAK
25
c. Sistem Pendengaran
TAK
d. Sistem Penciuman
TAK
e. Sistem Kardiovaskuler
Warna kulit kemerahan, denyut nadi teratur, akral hangat, nadi kuat,
CRT ‹ 3 detik.
f. Sistem Pernafasan
Pola napas takipnea, pernafasan perut, irama teratur, retraksi ringan,
air entry ada, nafas on P.CMV.
g. Sistem Pencernaan
Bayi masih puasa, terpasang OGT terbuka produksi cairan keruh,
abdomen supel, muntah tidak, kembung tidak.
h. Sistem Genitaurinaria
Terpasang kateter urin, produksi urine ada, warna agak pekat.
i. Sistem Reproduksi
TAK
j. Sistem Integumen
Warna kulit kemerahan, lanugo tidak ada, tidak ada rash/kemerahan.
k. Sistem Muskuloskeletal
Lengan fleksi aktif, tungkai fleksi aktif, recoil telinga segera, garais
telapak kaki seluruh posterior.
7. Data Penunjang
Laboratorium tanggal 30-1-2022
26
Hematologi
Hemoglobin 12,3 g/dL 15,2-23,6
Hematokrit 36,2 % 44-72
Leukosit 27,77 10³/µL 5-21
Trombosit 303 10³/µL 150-440
Kimia Klinik
CRP Kuantitatif ‹6,0 mg/L ‹6,0
GDS 154 mg/dL 40-60
Albumin 3,2 g/dL 3,5-5,2
27
O2 Saturasi 81,70 % 94-98
28
pH 7,37 7,37-7,45
pCO2 35,2 mmHg 33-44
pO2 09.00 mmHg 71-104
HCO3 20,8 mmol/L 22-29
TCO2 21,9 mmol/L 23-27
BE -3,8 mmol/L (-2)-3
O2 Saturasi 98,20 % 94-98
Hasil ECHO
Kesan: PDA normal karena usia ‹72 jam
ASD dd stiech PFO
Tidak ada pulmonary hipoksia
Saran: Kelainan yang didapat wajar untuk usia, dengan shunt yang wajar
29
Dapat dilakukan ECHO ulang saat usia ›3 hari bila hemodinamik
Tidak stabil.
30
Hasil Rontgen tanggal 1-2-2022
RESUME KASUS
31
tidak kuat, tonus otot lemah, bayi diberi CPAP 7 FiO2 30%, selama 15 menit
klinis masih sianosis perifer, SpO2; 38-44%, RR 48-50 x/menit, usia 30 menit
bayi retraksi berat, RR 60-90x/menit, SpO2: 42-62%, sianosis perifer, bayi
diputuskan untuk diintubasi dengan ETT no 3,5 kedalaman 9,5 cm, SpO2 naik
jadi 70%, dicek GDS hasil 154 md/dl, bayi ditransport ke ruang NICU. Berat
lahir 3369 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 35
cm, lingkar perut 31 cm.
Ibu ANC rutin di Hermina Depok dengan dokter N. SpOG, ibu tidak ada
riwayat keputihan, ISK, dan diare.
Bayi dirawat di NICU, terpasang alat bantu napas ventilator mode PCMV
Pressure 26/7, rate 60x naik sampai dengan 120x/mnt, fio2: 100%
Bayi terpasang umbilical vena dengan total kebutuhan cairan
60cc/KgBB/Hari diberikan cairan infus Dextrose 10% + 20 ca glukonas rate 8,5
cc/jam, dopamine 10 mcg/kg/mnt, dobutamine 10 mcg/kg/mnt, milrinone 0, 075
mcg/kg/mnt. Terpasang arteri line dengan cairan Nacl 0,9% dan heparin rate 0,2
cc/jam. Bayi masih puasa, klinis merah. Antibiotik yang sudah diberikan adalah
Bactesyn 2 x 248 mg dan Amikacin 2x 24,8 mg. Bayi terpasang kateter urine.
DATA FOKUS
Data Subjektif:
- OT mengatakan ANC rutin di Hermina Depok dengan dr.N SpOG
- OT mengatakan persalinan dengan di operasi sesar karena ada kegawatan
pada bayi
Data Objektif:
- Riwayat lahir SC usia gestasi 38 minggu, ketuban hijau kental, A/S 6/9,
Down
score 6
- Adanya meconium disaluran napas
32
- Retraksi ringan
- Napas on P.CMV 26/7X120X100 %
- TTV: Sh:37, HR: 134x/mnt, SpO2: 92-98%
- Hasil Thorax foto: Pneumonia neonatorum, Atelektasis lobus superior paru
kanan
- Hasil AGD: pH: 7,21, pCO2: 51,2, pO2: 45.00, HCO3: 20,9,
TCO2: 22,5, BE: -7, O2 Saturasi: 71,10
- Kultur Darah : Hasil menyusul
- Terpasang ETT no 3,5 kedalam 9 cm.
- Terpasang infus via umbilical
- Terpasang arteri line
- Terpasang kateter urine.
B. ANALISA DATA
Tanggal/ No
DATA PROBLEM ETIOLOGI
Jam DX
30-1- I DS: Bersihan Adanya
2022 DO: jalan napas meconium
23.00 - Adanya meconium tidak efektif pada saluran
pada saluran napas napas
(warna putih)
- Retraksi ringan
- Napas on HFOV
- TTV: Sh:37, HR:
134x/mnt, SpO2: 92-
98%
- Riwayat lahir SC
33
dengan ketuban
warna hijau kental
- Hasil RO:
Pneumonia
neonatorum,
Atelektasis lobus
superior paru kanan
34
O2Saturasi 71,10
30-1- IV DS: Resiko Reaksi
2022 Orang tua mengatakan tinggi kimiawi
23.00 ada riwayat demam infeksi meconium
pada saat kehamilan dalam
DO: saluran
- Retraksi ringan napas
- Riwayat ketuban
hijau kental
bercampur
meconium
- TTV: Sh:37, HR:
134x/mnt, SpO2:
92-98%
- Terpasang ETT
no 3,5 kedalaman
9 cm.
- Terpasang
umbilical vena
- Terpasang arteri
line
- Terpasang
kateter urine
- KD: Belum ada
hasil
- Hasil RO:
Pneumonia
neonatorum,
35
Atelektasis lobus
superior paru
kanan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret pada
saluran pernapasan.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penuruna ventilasi alveoli.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan reaksi kimiawi meconium
dalam saluran napas.
D. PERENCANAAN
Tgl Perencanaan
No Diagnosa ditegakkan
Kriteri Paraf
DX Keperawatan & nama Tujuan Rencana Tindakan
Hasil
perawat
I Bersihan jalan 30-1-2022 Bersihan - Tidak - Observasi kebutuhan Sr. N
napas tidak Sr. N jalan napas ada untuk dilakukan
efektif tidak efektif sekret suction untuk
berhubungan teratasi pada nasoparing secepat
dengan adanya setelah saluran mungkin saat bayi
mekonium pada dilakukan napas keluar
saluran tindakan - Retraksi - Rawat bayi dalam
pernapasan keperawatan tidak ada lingkungan yang
ditandai dg: selama 3x24 - Napas hangat.
36
DS: jam spontan - Kaji adanya tanda-
DO: tanda distress napas
- adanya seperti, sesak, NCH,
mekonium retrkasi, merintih,
pada saluran sianosis.
napas. - Lakukan fibrasi dan
- Retraksi perkusi secara
ringan berkala.
- Napas on - Lakukan postural
PCMV drainage
- Lakukan
penghisapan dari
mulut dan melalui
pipa ETT untuk
mengangkat
meconium
- Beri Pendkes pada
orang tua tentang
tanda-tanda distress
napas
- Libatkan orang tua
dalam perawatan
bayinya
- Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian oksigen
atau ventilasi
mekanik.
II Pola napas tidak 30-1-2022 Pola napas - Retraksi - Atur posisi bayi Sr.
efektif Sr. N tidak efektif tidak ada semifowler
N
berhubungan teratasi - Napas - Kaji pola napas bayi
dengan ekspansi setelah spontan - Kaji adanya tanda-
paru yang tidak dilakukan tanda distress napas
37
adekuat ditandai tindakan seperti sesak, NCH,
dengan: keperawatan retraksi, merintih,
DS: selama 3x24 sianosis
DO: jam - Lakukan perawatan
- Retraksi minimal handling
ringan, - Ukur TTV pasien
- Napas on setiap2-3 jam sekali
PCMV atau sesuai
kebutuhan
- Monitor saturasi O2
- Penkes OT tentang
tanda-tanda distress
napas
- Libatkan OTdalam
perawatan bayinya
- Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian O2
(sesuai dengan
kebutuhan pasien)
- Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemasangan ventilasi
mekanik.
38
DO: normal - Lakukan
- Adanya sekret penghisapan lendir
pada saluran dari mulut dan
napas, melalui pipa ETT
- Hasil AGD: - Ukur TTV pasien
pH: 7,21 setiap2-3 jam sekali
pCO2: atau sesuai
51,2 kebutuhan
pO2: - Kolaborasi dengan
45.00 dokter untuk
HCO3: pemberian O2
20,9 (sesuai dengan
TCO2: 22,5 kebutuhan pasien)
BE: -7,4 - Monitor saturasi O2
O2Saturasi: - Penkes OT tentang
71,10 tanda-tanda distress
napas
- Libatkan OTdalam
perawatan bayinya
- Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemasangan ventilasi
mekanik.
- Kolaborasi dengan
dokter untu
pemeriksaan AGD
- Kolaborasi dengan
dokter saat kondisi
bayi perburukan
39
meconium dalam dilakukan rium napas, sekresi yang
saluran napas tindakan dalam berlebihan
ditandai dengan: keperawatan batas - Lakukan teknik
DS: selama 3x24 normal aseptic dan aseptic
- Orang tua jam saat tindakan
mengatakan invasive dan
proses melakukan
persalinan perawatan terhadap
dengan pasien untuk
operasi karena mencegah
ada penyebaran infeksi
kegawatan - Ukur TTV pasien
pada bayi - Lakukan perawatan
DO: minimal handling
- Retraksi - Gunakan selang
ringan suction streil setiap
- Riwayat melakukan tindakan
ketuban hijau bronchial washing
kental - Lakukan bronchial
bercampur washing teratur
meconium untuk mencegah
- Terpasang penumpukan sekret
ETT no 3,5 pada jalan napas
kedalaman 9 - Penkes pada tentang
cm cara mencuci tangan
- Terpasang - Libatkan OT dalam
umbilical perawatan minimal
vena handling
- Terpasang - Kolaborasi dengan
arteri line dokter untuk
- Terpasang pemeriksaan septic
kateter urine screening
- Hasil - Kolaborasi dengan
Leukosit dokter untuk
40
27,77 pemberian antibiotik
- Hasil RO:
Pneumonia
neonatorum
E. PELAKSANAAN
No
Tgl/Jam Perencanaan/Implementasi Paraf
Diagnosa
30-1- I Melakukan pengkajian dilapangan Sr. N
2022 Respon: Bayi dirawat di infant warmer, keadaan
23.00 umum
Sakit berat , kesadaran somnolen sedasi, retraksi
ringan, terpasang ventilapr mode PCMV 26/7x 80x
00.30 100 %, infus6via umbilical vena.
Mengukur TTV dan mengkaji adanya tanda-tanda
distress napas
Respon: Sh: 37 ⁰C, HR: 134x/mnt, SpO2: 75%,
retraksi ringan, napas on ventilator mode
00.40
PVMC 26/7 x 80 x 100%
Melakukan postural drainage
00.45
Respon: Slem bayi banyak
41
00.50 Melakukan penghisapan lendir dari mulut dan ETT
Respon: Slem bisa dihisap, warna putih encer
Mengatur posisi bayi semi ekstensi
00.30 II Respon: Bayi nyaman, retraksi berkurang Sr. N
42
05.30 O2 Saturasi: 71,10
43
15.15 Respon: Bayi nyaman, retraksi berkurang
16.00
Mencuci tangan
44
Respon: Tangan bersih
18.00
Melakukan desinfektan lingkungan sekitar bayi
Respon: Lingkungan sekitar bayi bersih
45
15.15
Mengukur TTV dan mengkaji adanya tanda-tanda
distress napas
Respon: Sh: 36,8 ⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%,
retraksi ringan, napas on PCMV 26/7x 120 x
15.40 100%
Mengatur posisi bayi semi ekstensi
III Sr. N
Respon: Bayi nyaman, retraksi berkurang
15.15
16.00
Mencuci tangan
Respon: Tangan bersih
18.00
Melakukan desinfektan lingkungan sekitar bayi
46
Respon: Lingkungan sekitar bayi bersih
Memberi injeksi antibiotic bactesyn 2x248 mg dan
amikasin 2x24,8 mg
Respon: Obat masuk sesuai dosis, diberikan melalui
IV
drip selama 30 menit.
F. EVALUASI
No.
Tgl/Jam Evaluasi Paraf
Diagnosa
31-1- I S: Sr. N
2022 O: Napas on PCMV 26/7 rate 80 x/mnt fio2 100%,
06.30 Sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak,
Sh: 37⁰C, HR: 139x/mnt, SpO2: 75-80%,TD: 76/46
map 58 mmhg, slem banyak warna putih dan encer,
suara napas : ronchi
A: DX I Bersihan jalan napas tidak efektif
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam jalan nafas
bersih
47
R/ - Pantau bersihan jalan napas
- Lakukan bronchial whasing sesuai indikasi
II
S:
O: Napas on PCMV 26/7 rate 80 x/mnt, fio2; 100%,
sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan,Sianosis tidak,
Sh: 37⁰C, HR: 139x/mnt, SpO2: 75-80 %, TD: 76/46
map 58 mmhg.
A: DX II Pola napas tidak efektif
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam pola nafas
efektif, weaning ventilator
R/ - Observari tanda-tanda distress napas
- Atur posisi bayi semi ekstensi
S:
48
O: Napas on PCMV 26/7 rate 80x/ mnt, fio2 100%,
sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak,
Sh: 37⁰C, HR: 139x/mnt, SpO2: 84-97%,TD: 76/46
map 58 mmhg, slem banyak warna kekuningan dan
kental,
A: DX IV Resiko infeksi
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam infeksi tidak
terjadi
R/ - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi.
- Lakukan teknik septic aseptic sebelum
melakukan tindakan invasive
- Lakukan perawatan minimal handling
1-2-2022 I S: Sr. N
20.30 O: Napas on PCMV 26/6 rate 100, fio2 100%, Sesak
tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak, Sh:
36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-92%, TD: 77/47
map 58 mmhg, slem banyak warna putih dan encer,
suara napas : ronchi
A: DX I Bersihan jalan napas tidak efektif
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam jalan nafas
bersih
R/ - Pantau bersihan jalan napas
- Lakukan bronchial whasing sesuai indikasi
II
S:
O: Napas on PCMV 25/7 rate 100 x/mnt fio2 100%,
49
sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan,Sianosis tidak,
Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-92%, TD:
77/47 map 58 mmhg.
A: DX II Pola napas tidak efektif
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam pola nafas
efektif, weaning ventilator
R/ - Observari tanda-tanda distress napas
- Atur posisi bayi semi ekstensi
III
S: Sr. N
O: Napas on PCMV26/7 rate 100 x/mnt fio2 100%,
sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak,
Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%,TD: 77/47
map 58 mmhg, slem banyak warna kekuningan dan
kental,
A: DX III Gangguan pertukaran gas
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam nilai AGD
normal
R/ - Observari tanda-tanda distress napas
- Periksa AGD/12 Jam
IV
S:
O: Napas on PCMV 26/7 rate 100 x/mnt fio2 100%,
sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak,
Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%,TD: 83/56
map 65 mmhg, slem banyak warna kekuningan dan
kental, klinis tidak pucat
A: DX IV Resiko infeksi
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam infeksi tidak
terjadi
50
R/ - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi.
- Lakukan teknik septic aseptic sebelum
melakukan tindakan invasive
- Lakukan perawatan minimal handling
1-2-2022 I S: Sr. N
20.30 O: Napas on PCMV 26/7 rate 120 x/ mnt, fio2 100%,
Sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak,
Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%, TD:
83/56 map 65 mmhg, slem banyak warna
kekuningan dan kental, suara napas : ronchi
A: DX I Bersihan jalan napas tidak efektif
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam jalan nafas
bersih
R/ - Pantau bersihan jalan napas
- Lakukan bronchial whasing sesuai indikasi
II
S: Sr. N
O: Napas on PCMV 26/7 rate 120x / mnt, fio2 100
%, sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, Sianosis
tidak, Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%,
TD: 83/56 map 65 mmhg.
A: DX II Pola napas tidak efektif
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam pola nafas
efektif, weaning ventilator
R/ - Observari tanda-tanda distress napas
- Atur posisi bayi semi ekstensi
III
51
Sr. N
S:
O: Napas on PCMV 26/7 rate 120 x/ mnt, fio2 100
%, sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis
tidak, Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-
98%,TD: 83/56 map 65 mmhg, slem banyak warna
kekuningan dan kental,
A: DX III Gangguan pertukaran gas
P: diharapkan dalam wakry 3x24 jam nilai AGD
IV normal
R/ - Observari tanda-tanda distress napas
- Periksa AGD/12 Jam
S:
O: Napas on PCMV 26/7 rate 120x/ mnt, fio2 100 %,
sesak tidak, nch tidak, retraksi ringan, sianosis tidak,
Sh: 36,8⁰C, HR: 145x/mnt, SpO2: 88-98%,TD: 83/56
map 65 mmhg, slem banyak warna kekuningan dan
kental, klinis tidak pucat
A: DX IV Resiko infeksi
P: diharapkan dalam waktu 3x24 jam infeksi tidak
terjadi
R/ - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi.
- Lakukan teknik septic aseptic sebelum
melakukan tindakan invasive
- Lakukan perawatan minimal handling
52
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang ditemukan antara
teori dan kasus yaitu asuhan keperawatan pada By.Ny.K dengan Sindrom Aspirasi
Mekonium di ruang perawatan nicu. Penulis mencoba membahas dari hasil asuhan
keperawatan yang telah dilakukan dan membandingkan dengan tinjauan teori. Uraian
pembahasan ini di sesuaikan berdasarkan tahap proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pada umumnya pengkajian yang ada di teori sama di lapangan hampir sama
menggunakan pengkajian persistem. Pada pengkajian awal pasien dideteksi
dengan asfiksia berat, namun setelah dilakukan pengkajian lebih dalam ditunjang
dengan hasil laboratorium dan radiologi maka pasien dideteksi dengan Sindrome
Aspirasi Mekonium.
53
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada teori ada 6 diagnosa keperawatan
sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus ada 4 diagnosa.
Berikut diagnosa yang di temukan di teori dan yang tidak ditemukan di kasus
adalah :
1. Resiko injuri pneumothorak berhubungan dengan peningkatan tekanan dalam
paru, setting ventilasi yang tinggi, diagnosa ini tidak ditemukan dalam kasus
2. Cemas OT berhubungan dengan kondisi kesehatan anaknya, diagnosa ini tidak
ditemukan dalam kasus karena orang tua pasien sudah dijelaskan sejak lahir
tentang kondisi bayi dan prognosisnya.
C. Perencanaan
Menurut teori kasus langkah-langkah perencanaan meliputi prioritas masalah,
menetapkan tujuan, dan kriteria evaluasi serta menyusun rencana
tindakan.Prioritas masalah pada kasus berbeda dengan teori.Pada kasus masalah
yang penulis prioritaskan adalah pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
ekspansi paru yang tidak adekuat dikarenakan gangguan di sistem pernafasan
dapat menggangu sistem tubuh yang lainnya.Pada kasus waktu yang tentukan
pada tujuan perencanaan dengan melihat kondisi pasien sedangkan di teori
berdasarkan data yang biasanya didapat pada pasien dengan syndrome aspirasi
mekonium sehungga kriteria waktu pada kasus bisa lebih singkat atau lebih
panjang dari teori. Kriteria hasil yang ada di kasus berdasarkan data objektif dan
subyektif sedangkan di teori berdasarkan pada manifestasi klinis penyakit sepsis.
Rencana tindakan pada kasus berdasarkan 5 aspek perencanaan,yaitu observasi,
tinadakan mandiri, libatkan OT, penkes OT dan tindakan kolaborasi, sedangkan di
teori rencana tindakan tidak berdasarkan 5 aspek.
Pada pelaksanaan semua rencana dapat dilaksanakan sesuai rencana yang telah di
susun dan disesuaikan dengan kondisi bayi. Beberapa tindakan yang dilakukan
54
dan respon bayi terhadap setiap tindakan untuk mengatasi diagnosa keperawatan
yang ditemukan di dokumentasikan pada catatan keperawatan. Selain itu juga
setiap perawat yang melakukan dokumentasi dengan mencatat tindakan yang di
intervensi, waktu pelaksanaan tindakan dan menandatangani catatan perawatan
yang dilakukan.
D. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan beberapa rencana dapat dilaksanakan sesuai rencana yang telah
di susun dan disesuaikan dengan kondisi bayi. Beberapa tindakan yang dilakukan
dan respon bayi terhadap setiap tindakan untuk mengatasi diagnosa keperawatan
yang ditemukan di dokumentasikan pada catatan keperawatan. Selain itu juga
setiap perawat yang melakukan dokumentasi dengan mencatat tindakan yang di
intervensi, waktu pelaksanaan tindakan dan menandatangani catatan perawatan
yang dilakukan.
E. Evaluasi
55
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sindrome aspirasi meconium adalah kasus yang jarang di jumpai, akan tetapi
berdampak pada angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Perawat sangat
berperan dalam perawatan bayi dengan syndrome aspirasi meconium, khususnya
dalam hal monitoring pasien, kolaborasi pemberian edukasi. Dibutuhkan
komitmen perawat dalam pelaksanaan dan pendokumentasian asuhan
keperawatan pada bayi dengan syndrome aspirasi meconium diruang NICU
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada bayi dengan
syndrome aspirasi meconium
B. SARAN
1. Setiap persalinan harus didampingi dengan tim resusitasi yang kompeten dan
peralatan sesuai standar resusitasi neonatus (IDAI).
56
2. Perlunya upgrate knowledge & skill perawat NICU tentang update tatalaksana
bayi dengan Sindrome Aspirasi Mekonium & alat HFOV untuk mencegah
pneumothorax
3. Dibuat SPO/ juknis pengoperasian alat HFOV, dan prosedur pemberian
lavage surfaktan.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) Buku Ajar Neonatologi edisi pertama
57
Dr. Idham Amir, SpA (K) (2018), Makalah Simposium dan Workshop Keperawatan,
“Penatalasanaan SAM dengan menggunakan HFOV” RS Hermina Bekasi
58