Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3

PADA MATA KULIAH


ORGANISASI DAN MANAJEMEN (21)

NAMA : YULIARDI

NIM : 030229721

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS TERBUKA
2022.1
1. a. Ada 4 (empat) ciri birokrasi di negara berkembang dengan Model Sala, sebutkan ke 4
ciri tersebut!, serta jelaskan pula menurut pandangan Anda kondisi birokrasi
padaPemerintah Republik Indonesia termasuk atau tidak pada Model Sala? Jelaskan
ciri-cirinya ! (Skor 20)
b. Ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan perubahan organisasi, sebutkan ke 3
faktortersebut!, serta jelaskan pula menurut pandangan Anda kondisi perubahan
organisasiPemerintah Republik Indonesia disebabkan oleh faktor perubahan tersebut?
Jelaskan!(Skor 20)
2. a Sebutkan dan jelaskan kendala-kendala birokrasi di Indonesia? Jelaskan, serta
berikancontohnya! (Skor 20)
b. Ada 4 (empat) syarat dalam penerapan T-Form dalam organisasi, sebutkan ke 4
syarattersebut, serta jelaskan pula organisasi Pemerintah Republik Indonesia sesuai
atautidak dengan dengan syarat T-Form? (Skor 20)

Penyelesaian :

1. a. Ada 4 (empat) ciri birokrasi di negara berkembang Indonesia dengan Model Sala :
1. Pelayanan dalam sala berdasarkan bazar-kantin, artinya tidak menentu. Bazar-kantin
adalah keadaan perekonomian yang berhubungan dengan jual beli dan penentuan
harga.
2. Kebijaksanaan pada Model Sala dibuat berdasarkan pendapat dari pemegang
kekuasaan (elite) dan bukan berdasrkan tuntutan atau keinganan masyarakat.
3. Pengadaan pegawai di Model Sala sangat berbeda dengan Model Biro. Pada model
biro pangadaan pegawai di ambil dari sumber luar melalui ujian saringan
berdasarkan profesionalisasi.
4. Kewenangan tidak dibarengi dengan pengawasan. Dalam masyarakat diffracted
kewenangan sejalan dengan kekuasaan. Artinya seseorang yang mendelegasikan
kewenangan kepada bawahannya mampu mengawasi bawahannya.

b. Ada 3 faktor yang menyebabkan perubahan organisasi :


1. Faktor pasar dan selera masyarakat.
2. Kemajuan teknologi yang luar biasa
3. Perkembangan sosial, politik, atau tekanan pihak luar.

2. a. Kendala-Kendala Birokrasi Di Indonesia :


1. Kendala dalam Struktur Organisasi.
Pada zaman orde baru, pola susunan organisasi departemen berdasarkan Keppres
No. 44 Tahun 1974 dan Keppres No. 15 Tahun 1984 maka susunan organisasi ini
cenderung mengarah kepada pola yang mekanik yang mempunyai ciri antara lain
menganut prinsip pembagian habis tugas dan prinsip perumusan tugas pokok yang
jelas. Artinya tidak ada tugas yang tidak ada orang yang mengerjakannya dan setiap
tugas jelas batas-batasnya. Susunan organisasi yang mekanik ini mengarah kepada
terkotak-kotaknya tugas pekerjaan dan mendidik seorang petugas untuk bertanggung
jawab hanya dalam satu bidang tugas saja. Akibatnya setiap petugas akan
melaksanakan tugas tersebut secara terkotak-kotak pula dan akan memandang
tugasnya lebih penting untuk didahulukan daripada tugas orang lain. akan mendidik
orang bersifat individualis dalam melaksanakan tugasnya.
2. Kendala dalam Melakukan Koordinasi Horizontal Pembangunan terpadu yang
melibatkan berbagai-bagai instansi pemerintah dan pihak swasta dalam
pengelolaannya memerlukan suatu lembaga sebagai wadah koordinasi. Lembaga
initerkenal dengan sebutan Badan Koordinasi (BAKOR). Kendala dalam koordinasi
horizontal iniadalah ketidakserempakan tugas yang dilakukan oleh para instansi
yang terlibat dalam koordinasi. Contohnya, pada zaman orde baru, dalam program
trasmigrasi kita mengenal suatu BAKOR. Dahulunya badan ini disebut
BAKOPTRANS (Badan Koordinasi Penyelenggara Transmigrasi). Sekarang
menurut Keppres No. 59 Tahun 1985 namanya diganti menjadi Koordinasi
Penyelenggara Transmigrasi (KOPTRANS). Tugas yang dilakukannya yaitu suatu
lembaga tersendiri yang merupakan suatu lembaga yang berada di luar organisasi
yang berdasarkan Keppres No. 44 Tahun 1974. Di dalam Keppres No. 44 Tahun
1974 ada suatu ketentuan untuk menggunakan prinsip koordinasi dalam mengelola
kegiatan pembangunan, tetapi tidak mengatur secara tepat bagaimana bentuk dan
cara organisasinya, terutama yang bersifat horizontal dan yang melibatkan berbagai-
bagai instansi pemerintah dan swasta. Akibatnya telah tumbuh Bakor seperti jamur
di luar organisasi pokok berdasarkan Keppres No.44 Tahun 1974, sehingga
keberadaannya harus diatur dalam keputusan tersendiri seperti Keppres No. 59
Tahun 1984 tentang Koordinasi Transmigrasi. Keadaan seperti ini menandakan
kepada kita bahwa Keppres No. 44 Tahun 1974 tentang pokok-pokok organisasi
departemen dan Keppres No. 15 Tahun 1986 tentang susunan organisasi departemen
belum lengkap karena koordinasi tidak teratur pokok-pokoknya di dalam Keppres-
keppres tersebut.
3. Kelemahan Komunikasi Kelemahan komunikasi sering terjadi karena instansi-
instansi yang lebih rendah tidak serentak mendapat surat perintah dari atasan
pusatnya. Keadaan yang demikian, banyak terjadi pada instansi-instansi vertical
tingkat daerah provinsi atau kabupaten. Walaupun bupati adalah sebagai coordinator
pembangunan di daerahnya, adakalanya dia tidak tahu bahwa didaerahnya sedang
berlangsung suatu proyek pembangunan. Contohnya, Kanwil pertanian
mengirimkan bibit tanaman reboisasi dan penghijauan ke suatu daerah kabupaten
karena diperintah dari pusat. Sedangkan kandep kehutanan dan bupati sebagai
koordinator tidak diberitahu oleh atasannya bahwa di daerahnya akan diadakan
reboisasi dan penghijauan. Mereka tentu harus menunggu dahulu perintah dari
atasannya tentang penunjukan daerah yang akan direboisasikan atau dihijaukan
kembali. Sementara menunggu perintah pusat tersebut bibittanaman yang akan
dikirim oleh kanwil transmigrasi sudah mulai membusuk karena tidak ditanam
segera. Adakalanya instansi-instansi vertical tidak mengabaikan koordinasi yang
dilakukan oleh gubernur/ bupati sebagai administrasi pembangunan dan pengawasan
didaerahnya. Seperti di ketahui bahwa sebagian besar proyek-proyek pembangunan
dibiayai oleh pemerintah pusat. Unit-unit pelaksana di wilayah seperti kanwil-
kanwil lebih cenderung berkiblat ke pusat dan mengabaikan koordinasi yang
dilakukan oleh kepada wilayah gubernur atau bupati. Kalau seandainya terjadi
ketidak lancaran dalam suatu proyek pembangunan yang berada di wilayah maka
akan dapat teguran bukanlah instansi-instansi pelaksana di daerah(kanwil) tetapi
adalah gubernur atau bupati selaku koordinator pembangunan dan pengawasan di
daerahnya
4. Kendala Psikologi Rapat koordinasi jika tidak dihadiri sendiri oleh kepada instansi
yang bersangkutan dan mewakilkan kepada bawahannya maka keadaan dapat
menimbulkan efek psikologi yangnegatif bagi kepala instansi lain yang
menghadirinya karena mereka menganggap tidak setaraf dengan bawahan-bawahan
yang mewakili atasannya. Pada rapat yang akan datang mereka cenderung akan
mengirimkan wakil-wakilnya pula. Kalau hal ini terjadi maka Bakor-bakor tidak
akan berfungsi karena tidak dapat memecahkan masalah yang timbul dan hal yang
demikian akan menghambat kelancaran pembangunan itu sendiri.
5. Kendala dalam Pendelegasian Wewenang Kendala ini akan timbul sebagai akibat
kurangnya distribusi kewenangan yang terjadi dalam birokrasi, secara keseluruhan
maupun pada suatu unit organisasi. Keadaan ini akan tercemin pada cara
pengambilan keputusan yaitu cenderung berorientasi ke atas. Artinya pejabat yang
lebih bawah tidak berani mengambil keputusan dan harus menunggu dari atas.
Contohnya, sesuatu instansi pemerintah yang berada jauh dari pusat Jakarta
memerlukan truk untuk kelancaran tugasnya di daerah. Mereka tidak diperkenalkan
membeli sendiri kendaraan tersebut di daerah, tetapi harus menunggu kendaraan
yang dibelikan oleh pusat di Jakarta. Untuk menunggu kendaraan tersebut mungkin
diperlukan masa yang cukup panjang karena banyaknya birokrasi atau prosedur
yang harus dilalui untuk membeli barang-barang keperluan kantor. Keadaan ini jelas
menjadi kendala dalam pembangunan yang menghendaki serba cepat serta
berkesinambungan.
6. Kendala Komunikasi ke Atas Letak geografis Indonesia yang serba sulit, seharusnya
tidak menjadi masalah pokok dalam berkomunikasi dewasa, mengingat telah
semakin sempurnanya sarana komunikasi seperti jumlah frekuensi penerbangan,
pelayaran, dan palapa. Tetapi khusus dalam komunikasi tertulis, efisiensinya masih
rendah. Contohnya, dalam hal permintaan penjelasan terhadap peraturan menteri
yang kurang jelas kadang-kadang memerlukan waktu sampai berbulan-bulan,
sehingga bila jawaban tersebut sampai ke daerah maka masalahnya sudah tidak
relevan lagi.
7. Kendala-kendala pada Aparat Birokrasia. Kendala yang bersumber pada hubungan
antara atasan dan bawahan. Kapasitas kerja yang belum maksimal Mental aparat
birokrasi yang rapuh. Untuk mengatasi kendala-kendala organisasi birokrasi maka
perlu disehatkan kembali yaitudengan cara menyempurnakan susunan organisasinya
mengikuti pola organisasi yang cocok dan luwes sesuai dengan tugas pembangunan
termasuk penyempurnaan aparat-aparatnya.

b. Persyaratan penerapan model T. form dalam organisasi :


1. Melakukan perubahan sikap aparat birokrasi yang sudah terbiasa berorientasi ke atas
kepada berorientasi ke bawah.
2. Mempersiapkan aparat yang bermutu tinggi dengan ciri-ciri penuh kreatif dan
inovatif dan mampu menghadapi tantangan lingkungan yang cepat berubah.
3. Strategi pelayanan secara terkotak-kotak harus diganti dengan strategi pemberian
pelayanan satu atap untuk mempercepat pelayanan kepada pengguna jasa.
4. Aparat birokrasi dipersiapkan untuk mahir berkomunikasi melalui computer
terutama yang berhubungan dengan sistem teknologi informasi.

Anda mungkin juga menyukai