Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS DAN SINTESIS HASIL STUDI INTERNASIONAL PENDIDIKAN FISIKA

Quality Test of Student Worksheets Based on Contextual Teaching And Learning for Class XI High
School Physics
(Uji Mutu LKPD Berdasarkan Contextual Teaching Dan Pembelajaran Fisika Kelas XI SMA)

Disusun oleh :
Rida Ramdani (19822003)

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS ILMU TERAPAN DAN SAINS
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
GARUT
2021
Identitas
Judul : Uji Mutu LKPD Berdasarkan Contextual Teaching Dan Pembelajaran Fisika Kelas XI SMA

Penulis : Desnita, Amali Putra, Sadra Hamida, Putri Bullquis Marsa, Dira Novisya
Alamat : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang, Padang,
Indonesia.
DOI : 10.29303 / jppipa.v7i1.600

A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berlaku dan diterapkan di sekolah-sekolah
saat ini. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya untuk menjawab berbagai tantangan internal dan eksternal. Kurikulum 2013
bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia yang dapat menjadi pribadi yang taat,
produktif, kreatif, inovatif, dan efektif.
Pendekatan kontekstual disebut juga dengan pendekatan CTL, yang membantu siswa
untuk menghubungkan materi yang dipelajari dengan fakta-fakta yang ada dalam kehidupan
sehari-hari (Khaerunnisa, et al., 2020). Kontekstual adalah proses pembelajaran yang
membantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan situasi nyata dan
mendorong siswa untuk mengorganisasikan pendekatan ilmiah dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual telah banyak digunakan dalam mata pelajaran fisika (Fadhilah,
dkk., 2016). Karena belajar fisika akan lebih bermakna jika siswa belajar dari pengalamannya
dan tidak hanya sekedar tahu. Selain itu, seiring perkembangan zaman, cara belajar siswa akan
berubah sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan (Pineda, 2020). Pendekatan
pembelajaran kontekstual tidak menggunakan proses belajar mengajar tetapi menggunakan
terminologi pembelajaran (Asrizal, dkk., 2018). Untuk mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran dan mampu membimbing anak belajar menurut pendekatan atau model yang
berbasis saintifik atau untuk menerapkan langkah-langkah saintifik, diperlukan bahan ajar.

B. Desain Penelitian
Tahap desain mencakup beberapa lembar kerja rencana pengembangan meliputi beberapa
kegiatan yaitu penyusunan LKS dalam pembelajaran berbasis kontekstual dengan mengkaji
kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk menentukan materi pembelajaran berdasarkan
fakta, konsep, prinsip dan prosedur, alokasi waktu pembelajaran. Merancang skenario untuk
kegiatan belajar mengajar atau belajar mengajar. Mengembangkan instrumen yang akan
digunakan untuk menilai LKS yang dikembangkan. Instrumen disusun dengan
memperhatikan aspek penilaian LKS, yaitu aspek kelayakan isi, kelayakan penyajian,
kelayakan bahasa, dan kelayakan grafis. Instrumen disusun berupa instrumen penilaian
validitas LKS dan instrumen penilaian kepraktisan LKS siswa dan guru. Selanjutnya
instrumen yang telah disiapkan akan digunakan untuk memvalidasi LKS. LKS akan divalidasi
oleh ahli, guru, dan siswa. Dalam proses validasi, validator menggunakan instrumen yang
telah disiapkan pada tahap sebelumnya. Validasi dilakukan untuk menilai validitas isi,
konstruk, dan bahasa. Validator diminta untuk memberikan penilaian terhadap LKS yang
dikembangkan berdasarkan poin-poin aspek kelayakan LKS dan memberikan saran dan
komentar mengenai LKS yang nantinya akan digunakan untuk perbaikan LKS. Validasi
dilakukan sampai akhirnya LKS dinyatakan layak untuk dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran. Pada tahap ini peneliti juga menganalisis data hasil LKS penilaian yang
diperoleh dari validator.

C. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah 5 orang ahli sebagai validator yaitu dosen fisika Universitas
Negeri Padang. Sedangkan objek/sampel penelitian adalah uji validitas, kepraktisan, dan
keefektifan LKS berbasis kontekstual. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan
(Educational Research and Development), yaitu suatu metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk pendidikan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono, 2017). Model yang digunakan dalam pengembangan ini adalah model
pengembangan ADDIE. Menurut Tegeh, dkk., (2014) bahwa model ADDIE dikembangkan
secara sistematis dan bertumpu pada landasan teori desain pembelajaran. Model ini disusun
secara terprogram dengan kegiatan yang sistematis untuk memecahkan masalah pembelajaran
yang berkaitan dengan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
Model ADDIE terdiri dari lima tahap, yaitu: 1) analisis, 2) desain, 3) pengembangan, 4)
implementasi dan 5) evaluasi (Riduwan, 2009).

D. Instrumen Penelitian
Untuk menguji kualitas LKS diperlukan instrumen validitas, kepraktisan, dan keefektifan.
Validasi lembar kerja adalah dilakukan oleh 5 orang dosen validator yang ahli di bidangnya.
3 orang dosen ahli pembelajaran, 1 orang dosen ahli fisika, dan 1 orang dosen ahli bahasa.
Untuk melihat kepraktisan penggunaan video pembelajaran dalam proses pembelajaran,
diperlukan instrumen praktikum. Instrumen kepraktisan dibagi menjadi 2 set, yaitu instrumen
kepraktisan guru dan perangkat praktik siswa

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Berdasarkan wawancara yang dilakukan di 7 sekolah di Sumatera Barat mengenai media dan
bahan ajar yang digunakan guru di sekolah, diperoleh data bahwa guru mengatakan media
yang biasa digunakan di sekolah dalam pembelajaran fisika adalah media powerpoint, namun
beberapa guru menggunakan media video. Menurut guru, media pembelajaran sangat penting
digunakan dalam pembelajaran fisika, namun penggunaan media dalam pembelajaran di
sekolah belum terlaksana dengan baik karena banyaknya kendala yang dihadapi seperti
keterbatasan waktu pelaksanaan proses pembelajaran dan keterbatasan media di sekolah.
Sehingga materi pembelajaran yang dijelaskan guru kepada siswa hanya terpaku pada buku
teks. Hanya sebagian guru yang menggunakan media dan bahan ajar selama proses
pembelajaran. 46,1% guru menggunakan LKS selama proses pembelajaran, 9,2% guru
menggunakan modul dan 9,3% guru menggunakan ensiklopedia, sedangkan bahan ajar lain
seperti kamus, buku referensi, dan buku pengayaan tidak digunakan guru sama sekali selama
kegiatan pembelajaran. Berdasarkan survei sebelumnya yang dilakukan oleh Navis, et al.,
2019, hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan ilmiah yang disyaratkan
kurikulum 2013 belum dilaksanakan secara optimal dengan nilai rata-rata 52% dan
ketersediaan media pembelajaran belum optimal. mendapat fasilitas pemenuhan yang
memadai. Masalah kedua yang didapat adalah ketersediaan media, sumber, dan bahan ajar
yang kurang optimal untuk menunjang proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari persentase
ketersediaan media, sumber, dan bahan ajar yang diperoleh. Dimana persentase pembelajaran
yang menggunakan media, sumber, dan bahan ajar yang sesuai adalah 35%.

F. Hasil Penelitian yang Diperoleh


Setelah dilakukan uji pengembangan / validitas LKS/LKPD, dilakukan pula uji praktiksan
oleh guru dan siswa. Uji kepraktisan ini bertujuan untuk melihat apakah LKS ini praktis untuk
digunakan dalam proses pembelajaran. Hasil uji praktikalitas guru dapat dilihat pada Gambar
1.

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata semua indikator penilaian
kepraktisan LKS oleh guru adalah 79,68 yang termasuk dalam kategori valid.

Hasil uji kepraktisan siswa dapat dilihat pada Gambar 2.


Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata semua indikator penilaian
kepraktisan LKS adalah 87,43 yang berada pada kategori valid.

Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan analisis hasil penilaian validasi LKS dengan
dosen ahli pembelajaran, fisikawan, dan ahli bahasa menunjukkan bahwa LKS berbasis
kontekstual valid untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Didapatkan rata-rata
penilaian LKS ahli pembelajaran sebesar 0,77, rata-rata hasil penilaian ahli fisika sebesar 0,90
dan rata-rata hasil penilaian ahli bahasa sebesar 0,81. Selain itu, rata-rata hasil penilaian
kepraktisan LKS oleh guru dan siswa adalah 79,68 dan 87,43 dengan kata lain LKS dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

G. Kekuatan dan Kelemahan


Kekuatan
Sebagai pengganti media lain ketika media audio visual misalnya mengalami hambatan
dengan listrik maka kegiatan pembelajaran dapat diganti dengan media LKS/LKPD.
Kelemahan
Adanya kekhawatiran jikalau guru hanya mengandalkan media LKS/LKPD tersebut
serta untuk memanfaatkan kepentingan pribadi. Misalnya siswa disuruh mengerjakan
LKS kemudian guru meninggalkan siswa/ruangan.

H. Ide atau Gagasan


Gagasan dari penelitian ini adalah pengembangan dan kualitas pada pembelajaran media
LKS/LKPD yang dibantu dengan pengembangan pemodelan ADDIE bahwa model ADDIE
dikembangkan secara sistematis dan bertumpu pada landasan teori desain pembelajaran.
Model ini disusun secara terprogram dengan kegiatan yang sistematis untuk memecahkan
masalah pembelajaran yang berkaitan dengan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik siswa

Anda mungkin juga menyukai