Anda di halaman 1dari 5

58 | Usman,Almumtahanah,Uji K,Welli K,Annisa SH,Wuriani/ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.

1 (2021) 58-62

KEJADIAN CEDERA PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR: STUDI


DESKRIPTIF
Usmana,*, Almumtahanaha, Uji Kawuryana, Welli Kartikaa, Annisa Siti Halwaa,
Wuriania
usmanudan@stikmuhptk.ac.id, almumtahanah.nanri@gmail.com, uji@stikmuhptk.ac.id,
wellikartika@gmail.com, annisa@gmail.com, wureeanshie@yahoo.com
STIK Muhammadiyah Pontianak, Jl. Sungai raya Dalam Gg. Ceria V no 10, Kubu Raya
Indonesia

Abstrak
Setiap tahunnya angka kejadian cedera pada anak usia Sekolah Dasar selalu mengalami
peningkatan secara dramatis. Kejadian cedera tersebut disebabkan oleh factor internal maupun factor
eksternal salah satunya adalah di lingkungan Sekolah. Lingkungan Sekolah yang kurang baik, maka Anak
akan mengalami resiko tinggi cedera. Dampak cedera yang paling parah yang akan ditimbulkan adalah
kecacatan pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiko kejadian cedera pada
Anak usia Sekolah Dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Pengambilan sampel menggunakan kuota sampling yang dilakukan pada bulan Januari 2020
dengan jumlah sampel sebanyak 250 siswa yang terbagi atas 125 siswa di SDN 11 Terentang Kubu Raya
dan 125 siswa di SDIT Almumtas Pontianak. instrument penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisis
menggunakan deskriptif frekuensi dengan SPSS versi 15. Hasil penelitian pada tingkatan cedera, siswa
laki-laki mengalami cedera berat sebanyak 16.8% dan anak perempuan sebanyak 4.4%. Jenis cedera yang
paling banyak dialami adalah luka gores sebanyak 26.7% pada siswa laki-laki dan 42.3% pada siswa
perempuan. Simpulan penelitian ini adalah masih ada siswa Sekolah Dasar yang mengalami cedera berat,
baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan.
Kata Kunci: Cedera Fisik, Anak Usia Sekolah, Sekolah Dasar

Abstract
Every year the incidence of injuries in elementary school, children has always increased
dramatically. The injury caused by internal and external factors, one of which is in the School
environment. The school is bad environment, then the child will experience a high risk of injury. The
most severe impact of injury that will be caused is a disability in children. This study aims to determine
the picture of the risk of injury in elementary school to children. The research method used is descriptive
cross sectional approach. Sampling Technique used a quota sampling conducted in January 2020 with a
total sample of 250 students divided into 125 students at SDN Terentang Kubu Raya and 125 students at
SDIT Almumtas Pontianak. This research instrument used a questionnaire. Analysis used descriptive
frequency with SPSS version 15. The results of the study at the level of injury, male students suffered
severe injuries as much as 16.8% and girls as much as 4.4%. The most common type of injury was
scratches as much as 26.7% in male students and 42.3% in female students. The conclusion of this study
is there are still elementary school students who have suffered serious injuries, both male and female
students.
Keywords: Physical Injury, Child School, Elementary School

tugas-tugas belajar yang menuntut


PENDAHULUAN kemampuan intelektual dan kemampuan
Anak usia sekolah adalah anak yang kognitifnya seperti: membaca, menulis, dan
berada pada usia 6-12 tahun (Santrock, 2008). menghitung.
Sedangkan menurut Latifah tahun (2017), Pada umumnya anak yang berusia 6
Anak usia sekolah adalah anak yang berada Tahun sudah masuk sekolah, hal ini anak
di usia pertengahan yaitu antara 6 sampai 12 akan mengenal dunia baru dan dapat
tahun yang sudah dapat bereaksi langsung berinteraksi dengan orang lain yang mungkin
secara intelektual atau dapat melaksanakan belum pernah ditemui sebelumnya. Selain itu
Usman,Almumtahanah,Uji K,Welli K,Annisa SH,Wuriani/ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 58-62 | 59
anak juga akan menghadapi lingkungan fisik cedera ini. Selain dampak fisik yang
yang baru yaitu di Sekolah. Lingkungan fisik dirasakan oleh anak usia sekolah, mereka
di Sekolah ini tentunya akan mengakibatkan juga merasakan dampak secara psikologis
berbagai masalah seperti cedera fisik yang diantaranya adalah Post Traumatic Syndrome
diakibatkan karena tidak terstandar Disorder (PTSD), Phobia dan cemas (WHO,
lingkungan fisik Sekolah tersebut (Moehji, 2008).
2009). Kejadian cedera pada anak usia sekolah di
Sebanyak 950.000 kematian terjadi setiap daerah pedesaan maupun perkotaan tentunya
tahunnya pada usia dibawah 18 tahun. 90% mengalami perbedaan. Menurut Myers
diantaranya disebabkan oleh cedera yang (2011) melaporkan bahwa anak didaerah
tidak di sengaja. Sementara itu sebanyak pedesaan lebih beresiko mengalami cedera
230.000 kematian terjadi pada anak dengan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan.
rentang usia 5-14 tahun. Puluhan juta anak Hal ini disebabkan oleh pada daerah
membutuhkan perawatan intensif pedesaan pengawasan orang tua terhadap
dikarenakan cedera non fatal setiap tahunnya, anak sangat minim, anak terkadang tidak
bahkan diantaranya mengalami kecacatan diantar ke sekolah, bahkan ada beberapa
(Branche, 2008; Woods, 2014). Sementara orang tua yang tidak mengetahui anak sudah
itu di Indonesia angka kejadian cedera pada berangkat ke sekolah atau belum. Namun
tahun 2013 mengalami peningkatan keadaan berbeda pada daerah perkotaan
dibandingkan tahun 2007 yaitu 7.5% menjadi dimana orang tua lebih protektif, anak
8.2% (Kemenkes, 2013). diantara sampai pintu gerbang sekolah,
Penelitian Kuschitawati, Magetsari dan dijemput bahkan ada beberapa orang tua
Ng (2007) melaporkan tentang factor risiko yang sengaja menunggu anaknya di sekolah
terjadinya cedera pada anak usia sekolah selama mereka belajar. Hal tersebut
dasar didapatkan hasil bahwa dari 28 sekolah merupakan alasan bahwa anak daerah
dasar (4.690 responden) terdapat 64,29% pedesaan lebih beresiko mengalami cedera
lingkungan sekolah yang tidak aman, 51,22% dibandingkan daerah perkotaan.
anak absen karena patah tulang dan kejadian Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di
cedera disekolah paling banyak terjadi pada dua tempat yang berbeda yaitu sekolah yang
saat olahraga. Penelitian ini juga berada di pedesaan dan perkotaan didapatkan
mendapatkan hasil bahwa mayoritas anak- data bahwa 5 dari 10 anak pernah mengalami
anak tidak mendapatkan pengawasan dari cedera fisik selama 1 tahun terakhir ini.
orang tuanya (84,52%). Cedera yang dialami adalah luka gores,
Cedera pada anak usia sekolah sering kali bengkak, terkilir dan benjol. Penyebabnya
disebabkan oleh beberapa factor diantaranya adalah terjatuh, terkilir, dan bersenda gurau
adalah seperti usia, jenis kelamin, lingkungan dengan teman-temannya. Kejadian cedera
dan tingkat sosioekonomi (Kliegman et. al, yang dialami pada saat olahraga, kegiatan
2007). Selain itu juga penyebab cedera pada istirahat, dan bahkan saat pembelajaran di
anak juga dipengaruhi oleh saraf sensori kelas.
yang belum berkembang secara sempurna Berdasarkan beberapa uraian diatas,
sehingga kemampuan antara apa yang dilihat terlihat jelas bahwa kejadian cedera pada
dan didengar masih mengalami keterbatasan anak usia sekolah masih dialami oleh para
untuk mengolahnya. Selain itu juga anak usia siswa baik di daerah pedesaan maupun
sekolah juga sering kali mengalami perkotaan sehingga menimbulkan dampak
kegagalan dalam mempersepsikan suatu yang serius diantaranya adalah kecacatan dan
bahaya atau tidak bahaya yang akan bahkan akan mengalami kematian. Oleh
menimpanya. Pemahaman anak yang terbatas sebab itu penulis tertarik untuk melakukan
tentang konsep bahaya ini juga tidak sedikit penelitian tentang perbedaan kejadian cedera
yang mengalami cedera bahkan kecacatan pada anak usia sekolah dasar daerah
yang akan berefek pada kegiatan belajar di pedesaan dan perkotaan.
sekolah mengalami hambatan, dan juga tidak
sedikit yang mengalami kematian akibat
60 | Usman,Almumtahanah,Uji K,Welli K,Annisa SH,Wuriani/ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 58-62

LANDASAN TEORI adalah kurangnya pengawasan dari orang tua


terhadap anak. Hal ini mempengaruhi lebih
Cedera pada Anak tingginya angka kejadian cedera pada laki-
Cedera adalah kerusakan fisik yang terjadi laki dari pada perempuan dimana orang tua
ketika tubuh manusia tiba-tiba mengalami biasanya lebih memperhatikan anak
penurunan energi dalam jumlah yang perempuan dari pada anak laki-laki
melebihi ambang batas toleransi fisiologis (Morrongiello, Walpole, &McArthur, 2009).
atau akibat dari kurangnya satu atau lebih Kuschitawatidan Magetsari(2007)
elemen penting seperti oksigen (WHO, 2014). menyatakan bahwa jenis cedera yang lebih
Cedera pada anak dapat berupa cedera yang sering dialami oleh anak laki-laki yaitu luka
tidak disengaja (unintentional injury) dan robek, patah tulang dan terkilir, sedangkan
cederayang disengaja ( Sethi, 2008; perempuan lebih sering mengalami cedera
Chakravarthy, 2012). Berdasarkan beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tergigit dan kemasukan benda asing.
cedera adalahsesuatu kerusakan pada struktur METODE PENELITIAN
atau fungsi tubuh karena suatu traumaatau Penelitian ini menggunakan metode
tekanan fisik maupun kimiawi.. klasifikasi deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
cedera olahraga dapat dibagi menjadi: Jumlah populasi sebanyak 380 siswa. Teknik
1. Cedera tingkat 1 (cedera ringan) sampilmg yang digunakan adalah kuota
Pada cedera ini penderita tidak sampling, dengan jumlah sampel sebanyak
mengalami keluhan yang serius, namun 250 siswa tingkat sekolah Dasar yang dibagi
dapat menganggu penampilan atlet, kedalam dua daerah yaitu Sebanyak 125
misalnya: lecet, memar, sprain yang siswa berasal dari Sekolah yang berada di
ringan. daerah pedesaan yaitu daerah Terentang
2. Cedera tingkat 2 (cedera sedang) Kabupaten Kubu Raya dan 125 siswa berasal
Pada cedera ini tingkatan kerusakan dari Sekolah yang berada di daerah perkotaan
jaringan lebih nyata, berpengaruh pada yaitu Kota Pontianak. Penelitian ini
performance atlet, keluhan bisa berupa menggunakan data primer dengan kuisioner
nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda- sebagai media instrument penelitian Proses
tanda inplamasi) misalnya: lebar otot, pegolahan data pengetahuan dilakukan
strain otot, robeknya ligament (sprain koding terlebih dahulu berdasarkan ketentuan
grade II). koding yang telah ditetukan, untuk mendapat
3. Cedera tingkat 3 (cedera berat) frekuensi maka dilakukan analisis data
Pada cedera tingkat ini atlet perlu dengan bantuan program spss versi 15.
penanganan yang intensif, istirahat
total dan mungkin perlu tindakan bedah, HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat robekan lengkap atau hampir Table 1. distribusi frekuensi klasifikasi cedera.
lengkap ligament atau fraktur tulang. Jenis Kelamin
Tingkatan
Penyebab cedera pada anak usia sekolah Laki- % Perempuan %
Cedera
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, Laki
Tidak 44 49.4 142 88.19
seperti usia, jenis kelamin, lingkungan dan Cedera
tingkat sosioekonomi (Kliegman, 2007). Cedera 30 33.7 12 7.5
Kemampuan anak untuk mengolah dan Ringan
menyatukan informasi seperti meyatukanapa Cedera 15 16.8 7 4.4
yang mereka lihat dan dengar masih terbatas. Berat
Jumlah 89 100 161 100
Banyak anak tidak memahami konsep
tentang bahaya atau tidak bahaya. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
Pemahaman ini menyebabkan anak kurang bahwa dari 89 orang siswa laki-laki, 49.4%
dapat mengantisipasi dan mengatasi kondisi tidak mengalami cedera, dan 16.8%
bahaya yang muncul sehingga berakibat fatal mengalami cedera berat. Cedera berat yang
untuk keselamatan dirinya (Sumargi, 2007). dialami oleh siswa laki-laki ini adalah 1
Penyebab lain terjadinya cedera pada anak orang mengalami patah tulang dikarenakan
terjatuh dari tangga, 2 orang mengalami luka
Usman,Almumtahanah,Uji K,Welli K,Annisa SH,Wuriani/ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 58-62 | 61
bakar saat berlarian di Lorong sekolah yang sekolah dibandingkan perempuan. Hal ini
menabrak petugas sekolah saat mengantarkan disebabkan oleh anak laki-laki lebih
minuman panas ke ruangan guru dan menyukai kegiatan-kegiatan yang bersifat
karyawan, dan sebanyak 3 orang mengalami fisik dan lebih suka dengan tantangan serta
lebih dari dua penyebab cedera berat serta memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi.
sisanya mengalami luka robek yang Hal senada juga disampaikan oleh
diakibatkan saat melakukan kegiatan Morrongiello, Walpole, & McArthur (2009)
pembelajaran olahraga di lapangan. Hal ini yang melaporkan bahwa anak laki-laki
menunjukkan bahwa di lingkungan Sekolah, memiliki resiko cedera lebih tinggi
seorang murid laki-laki memiliki resiko dibandingkan perempuan hal ini dikarenakan
sebanyak 16.8% mengalami cedera berat. anak laki-laki lebih jarang dilakukan
Menurut Wibowo tahun (2017), cedera berat pengawasan oleh orang tua dibandingkan
merupakan cedera yang serius, dimana pada perempuan yang cenderung lebih protektif.
cedera tersebut terdapat kerusakan jaringan
tubuh, misalnya robeknya otot atau ligamen KESIMPULAN
maupun patah tulang dengan kriteria Kejadian cedera pada siswa Sekolah
kehilangan substansi atau kontinuitas tubuh Dasar dari 250 siswa, sebanyak 49.4%
atau jaringan serta rusaknya atau robeknya mengalami cedera berat dialami oleh siswa
pembuluh dara. laki-laki dan 4.4 % cedera berat dialami oleh
Sementara itu, dari 161 siswa perempuan, siswa perempuan. Hal ini menunjukkan
sebanyak 4.4% mengalami cedera berat. Dan bahwa laki-laki memiliki resiko lebih tinggi
88.19% mengalami cedera ringan. Cedera dibandingkan siswa perempuan. Selain itu
berat yang dialami adalah 2 orang mengalami lingkungan sekolah dasar masih terdapat
patah tulang ekor dikarenakan teman kejadian cedera yang serius, padahal
belakang menarik kursi saat hendak duduk, 4 lingkungan sekolah seharusnya dapat
orang mengalami luka robek saat dijadikan Rumah kedua oleh para siswa.
pembelajaran olahraga dan sisanya Oleh sebab itu Sekolah sudah selayaknya
mengalami luka memar pada bagian kepala. dapat memodifikasi lingkungannya agar
Hal ini menunjukkan bahwa siswa keselamatan para siswa dapat terjaga
perempuan memiliki resiko lebih kecil sehingga aktivitas pembelajaran oleh siswa
dibandingkan laki-laki yaitu hanya 4.4% dapat berjalan dengan lancar dan terhindar
padahal jumlah responden perempuan lebih dari berbagai macam cedera baik cedera
banyak dibandingkan jumlah responden laki- ringan maupun cedera berat.
laki. Cedera ringan yang dialami oleh siswa DAFTAR PUSTAKA
berjenis kelamin perempuan adalah luka lecet, Branche, C., Ozanne-Smith, J., Oyebite, K.,
luka tergores, dan memar akibat tersandung & Hyder, A. A. (2008). World report on
saat berjalan dan ada beberapa siswa yang child injury prevention. World Health
mengalami kram otot saat berolahraga. Organization.
Cedera ringan merupakan cedera yang
disebabkan oleh benturan, pantulan bola dan Chakravarthy, B., Anderson, C. L., Ludlow,
lain sebagainya, yang menyebabkan memar J., Lotfipour, S., & Vaca, F. E. (2012). A
pada salah satu bagian tubuh kita. geographic analysis of collisions
Menurut Gina (2018) mengatakan bahwa involving child pedestrians in a large
cedera ringan disini ditandai dengan keluhan Southern California county. Traffic
minimal seperti memar, lecet dan kram serta injury prevention, 13(2), 193-198.
tidak menganggu dalam aktivitas sehari-hari. Dewi, A. P. (2015). Gambaran Tingkat
Pada penelitian ini siswa perempuan lebih Risiko Cedera pada Anak Usia Sekolah
banyak mengalami cedera ringan (Doctoral dissertation, Riau University).
dibandingkan cedera sedang dan berat.
Gina, R. (2018). Asuhan keperawatan pada
Menurut Dewi tahun 2015 mengatakan
tn. F dengan cedera kepala ringan dan
bahwa anak laki-laki cenderung lebih
fraktur ektremitas dengan aplikasi
beresiko mengalami cedera di lingkungan
guided imagery untuk menurunkan nyeri
62 | Usman,Almumtahanah,Uji K,Welli K,Annisa SH,Wuriani/ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 58-62
diruangan recovery room (rr) bedah rsup Santrock, J. W. (2008). A topical approach to
dr. M. Djamil padangKliegman, R. M., lifespan development (M. Ryan, Ed.
Behrman, R. E., Jenson, H. B., & New York, NY: McGraw-Hill
Stanton, B. M. (2007). Nelson textbook Companies, Inc.(Original work
of pediatrics e-book. Elsevier Health published 2002), pgs, 26(30), 478.
Sciences. Sethi, D. (2008). European report on child
Kemenkes, R. I. (2013). Riset kesehatan injury prevention. WHO Regional Office
dasar (Riskesdas) 2013. Kemenkes RI. Europe.
Jakarta. Sumargi, A. M., Christanti, F. D., &
Kuschithawati, S., Magetsari, R., & Ng, N. Simanjuntak, E. (2007). Analisis
(2007). Faktor Risiko terjadinya cedera Motivasi Belajar Ekstrinsik dan
pada anak usia sekolah dasar. Berita Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar
Kedokteran Masyarakat, 23(3), 131. Mahasiswa, dalam Insan Media
Psikologi.
Latifah, U. (2017). Aspek perkembangan
pada anak Sekolah Dasar: Masalah dan Wibowo, M., & Ariyanto, A. (2017).
perkembangannya. Academica: Journal Perbedaan pengaruh ladder drill dan
of Multidisciplinary Studies, 1(2), 185- jump to box terhadap kelincahan pada
196. pemain futsal post cedera hamstring
Woods, D. T., Catroppa, C., Godfrey, C.,
Morrongiello, B. A., Walpole, B., &
& Anderson, V. A. (2014). Long-term
McArthur, B. A. (2009). Brief report:
maintenance of treatment effects
Young children's risk of unintentional
following intervention for families with
injury: A comparison of mothers’ and
children who have acquired brain injury.
fathers’ supervision beliefs and reported
Social Care and Neurodisability.
practices. Journal of Pediatric
Psychology, 34(10), 1063-1068. ..

Anda mungkin juga menyukai