Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATERI ETOS KERJA

“PELAYANAN PRIMA”

Disusun Oleh :

1 FERNANDO YORIZKI ABMI


NIT. 30519037
2 M. FATHURROZY TRISDA J
NIT. 30519041

PROGRAM STUDI D3 KOMUNIKASI PENERBANGAN V B


POLITEKNIK PENERBANGAN SURABAYA
Definisi Pelayanan Prima
Menurut Aristotle dalam handbook on service excellence dari Mr. M.
Sivaramakrishna. Dy. Excecutive Director dan Dr. Sharma S Mantha
Programme Coordinator, CGG (page 1) menyatakan bahwa “Execellence is
an art won by training and habituation. We are what we repeatedly do.”
Artinya adalah “keunggulan adalah seni yang dimenangkan yang disebabkan
oleh pelatihan dan habituasi. Kita adalah apa yang kita lakukan berulang
kali.”
Menurut Disney Institute dalam handbook on service excellence
menyatakan bahwa “Service excellence means exceeding customer’s
expectations and paying attention to detail.” Artinya adalah “service
excellence berarti melebihi harapan pelanggan dan membayar untuk
perhatian yang detail.”
Definisi dari ebook tahun 2003 yang berjudul pelayanan prima oleh
Retno Prasetyorini, SE secara harfiah berarti pelayanan yang sangat baik atau
pelayanan yang terbaik. Pelayanan prima adalah faktor kunci dalam
keberhasilan perusahaan. Jika bisnis tumbuh, berkembang dan tetap dapat
bertahan dalam persaingan maka keuntungan dan pendapatan juga harus
meningkat. Pelayanan prima berarti memelihara dan mempertahankan
pelanggan dan menambah pelanggan baru. Banyak aspek yang dapat
memberikan kepuasan pelanggan dan bukan hanya sekedar memberikan yang
terbaik.
Menurut (Mukarom Zaenal dan Wijaya Laksana, 2018) pelayanan prima
merupakan terjemahan istilah “excellent service” yang secara harfiah berarti
pelayanan terbaik atau sangat baik. Disebut sangat baik atau terbaik karena
sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki instansi pemberi
layanan.
Menurut (Daryanto dan Ismanto Setyabudi, 2014) pelayanan prima adalah
pelayanan terbaik yang diberikan perusahaan untuk memenuhi harapan dan
kebutuhan pelanggan, baik pelanggan didalam perusahaan maupun diluar
perusahaan.
Menurut Semil dalam (Zulkarnain Wildan dan Sumarsono, 2018) kata
pelayanan prima dalam bahasa inggris keseharian tidak disebut sebagai premium
service, tetapi disebut dengan excellent service (pelayanan yang unggul, baik
sekali) atau service excellent (keunggulan pelayanan, pelayanan dengan mutu
yang baik sekali).
Menurut Suwithi dalam (Frimayasa & Administrasi, 2017) Pelayanan prima
adalah pelayanan yang terbaik yang diberikan kepada pelanggan, baik pelanggan
internal maupun eksternal berdasarkan standard dan prosedur pelayanan.
Menurut (Barata, 2014) sebagai bahan perbandingan, ada beberapa
pengertian mengenai pelayanan prima yang diungkapkan oleh pelaku bisnis.
1. Layanan prima adalah membuat pelanggan merasa penting.
2. Layanan prima adalah melayani pelanggan dengan ramah, tamah, dan
cepat.
3. Layanan prima adalah pelayanan yang mengutamakan kepuasan
pelanggan.
4. Layanan prima adalah menempatkan pelanggan sebagai mitranya.
5. Layanan prima adalah pelayanan optimal yang menghasilkan kepuasan
pelanggan.
6. Layanan prima adalah kepedulian kepada pelanggan untuk memberikan
rasa puas.
7. Layanan prima adalah upaya layanan terpadu untuk kepuasan pelanggan.

Menurut (Freddy, 2017) Pelayanan prima adalah suatu pelayanan terbaik


dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain pelayan
prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas yang sudah
ditentukan.
Menurut (Firmansyah 2016) pelayanan prima adalah pelayanan yang baik dan
memuaskan pelanggan atau masyarakat atau pemangku kepentingan lainnya;
upaya memenuhi kebutuhan atau permintaan; menyiapkan, mengurus yang
diperlukan secara Prima, sehingga pelanggan mendapatkan sesuatu yang melebihi
harapannya.
Tujuan Pelayanan Prima
Menurut (Daryanto dan Ismanto Setyabudi, 2014) tujuan pelayanan prima
adalah memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan memuaskan pelanggan
atau masyarakat serta memberikan fokus pelayanan kepada pelanggan.
Menurut Suyyety dan Gita Kunrinawan dalam (Suminar.R dan
Apriliawati.M, 2017) tujuan dari pelayanan prima adalah untuk menimbulkan
kepercayaan dan kepuasan kepada pelanggan, dan untuk menjaga agar pelanggan
merasa dipentingkan dan diperhatikan segala kebutuhannya.
Menurut (Suminar. R dan Apriliawati. M, 2017) pelayanan prima bertujuan
memberdayakan masyarakat bukan memperdayakan sehingga akan
menumbuhkan kepercayaan publik atau masyarakat kepada pemerintahannya.
Sedangkan menurut Daryanto dalam (Suminar.R dan Apriliawati. M, 2017)
tujuan pelayanan prima adalah :
1. Untuk memberikan pelayanan yang bermutu tinggi kepada pelanggan.
2. Untuk menimbulkan keputusan dari pihak pelanggan agar segera
membeli barang atau jasa yang ditawarkan pada saat itu juga.
3. Untuk membutuhkan kepercayaan pelanggan terhadap pelanggan
terhadap barang atau jasa yang ditawarkan.
4. Untuk menghindari terjadinya tuntutan-tuntutan yang tidak perlu
dikemudian hari terhadap produsen.
5. Untuk menciptakan kepercayaan dan kepuasan kepada pelanggan.
6. Untuk menjaga agar pelanggan merasa diperhatikan segala
kebutuhannya.

Menurut Sutopo dan Adi Suryanto dalam (Suminar.R dan Apriliawati.M,


2017). Pelayanan Prima dilaksanakan dari 2 sektor, yaitu:
1. Sektor Publik Pada sektor publik didasarkan pada asioma bahwa
“pelayanan adalah pemberdayaan” yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat secara sangat baik atau terbaik.
2. Sektor Bisnis Pada sektor bisnis atau swasta pelayanan bertujuan atau
berorientasi pada profit atau keuntungan.

Menurut (Freddy, 2017) tujuan pelayanan prima adalah memberikan


pelayanan yang dapat memenuhi dan memuaskan pelanggansesuai dengan
kebutuhan pelanggan dalam rangka:
1. Memberdayakan masyarakat sebagai pelangganpelayanan public.
2. Membangun dan menumbuhkan kembali kepercayaanmasyarakat
kepada pemerintah.

Manfaat Pelayanan Prima


Manfaat pelayanan prima menurut Zaenal Mukarom dalam (Suminar.R dan
Apriliawati.M, 2017) pelayanan prima bermanfaat bagi upaya peningkatan
kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat sebagai pelanggan dan
sebagai acuan pengembangan penyusunan standar pelayanan. Dengan pelayanan
prima, penyedia layanan, pelanggan dan stakeholder dalam kegiatan pelayanan
akan memiliki acuan tentang bentuk, alasan, waktu, tempat dan proses pelayanan
yang seharusnya. Disamping itu, manfaat pelayanan prima adalah:
1. Upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
2. Acuan untuk pengembangan penyusunan standar pelayanan.
3. Acuan untuk pelayan, pelanggan dalam kegiatan pelayanan.

Menurut (Frimayasa & Administrasi, 2017) manfaat pelayanan prima adalah


sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan klien dan pelayanan publik.
2. Mempromosikan inovasi dan kreativitas dalam memberikan pelayanan.
3. Menghargai karyawan yang memberikan pelayanan prima.
4. Tingkat kepercayaan dalam pelayanan publik lebih tinggi.
5. Pelayanan prima yang diberikan dapat selalu dikenang atau dipikirkan
oleh para pelanggan.
Menurut (Firmansyah, 2016) manfaat pelayanan prima adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat; pelayanan prima memberikan kepercayaan dan
kepuasan terhadap pelanggan.
2. Bagi PNS maupun pegawai swasta; pelayanan prima dapat memuaskan
perasaan pribadi dengan melayani sepenuh hati tidak mengecewakan.
3. Bagi PNS maupun pegawai swasta; pelayanan prima dapat menciptakan
kesejahteraan rakyat sehingga terjalin kerjasama dan partisipasi seluruh
komponen bangsa untuk mewujudkan pembangunan bangsa dan Negara.
4. Bagi organisasi; pelayanan prima dapat menambah kepercayaan dan nilai
kredibilitas individu yang ada dalam organisasi tersebut dan menjadi
harapan setiap orang ,pelanggan atau masyarakat untuk berurusan dengan
organisasi yang mampu memberikan pelayanan prima.

Menurut (Freddy, 2017) manfaat pelayanan prima adalah sebagai berikut:


1. Upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
2. Acuan untuk pengembangan penyusunan standar pelayanan.
3. Acuan untuk pelayanan pelanggan atau stakeholder dalam kegiatan
pelayanan (why, when, whom, where, and how pelayanan mesti
dilakukan).

Konsep Pelayanan Prima (Service Excellence)


Keberhasilan dalam mengembangkan dan melaksanakan pelayanan prima
tidak terlepas dari kemampuan dalam pemilihan konsep pendekatannya.
Konsep pelayanan prima berdasarkan A6 (Barata, 2003; 31), yaitu
mengembangkan pelayanan prima dengan menyelaraskan konsep-konsep
Sikap (Attitide), Perhatian (Attention), Tindakan (Action), Kemampuan
(Ability), Penampilan (Appearance), dan Tanggung jawab (Accountability)
a) Sikap (Attitude)
Sikap (Attitude) adalah perilaku yang harus ditonjolkan ketika
menghadapi seseorang, yang meliputi penampilan yang sopan dan
serasi, berpikir posotif, sehat dan logis, dan bersikap menghargai.
b) Perhatian (Attention)
Perhatian (Attention) adalah kepedulian penuh kepada seseorang, baik
yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan pemahaman atas
saran dan kritiknya.
c) Tindakan (Action)
Tindakan (Action) adalah berbagai kegiatan nyata yang harus
dilakukan terhadap seseorang.
d) Kemampuan (Ability)
Kemampuan (Ability) adalah pengetahuan dan keterampilan tertentu
yang mutlak diperlukan untuk menunjang program pelayanan prima,
yang meliputi kemampuan dalam bidang kerja yang ditekuni,
melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi,
dan mengembangkan public relation sebagai instrument dalam
membina hubungan kedalam dan keluar organisasi atau perusahaan.
e) Penampilan (Appearance)
Penampilan (Appearance) adalah penampilan seseorang baik yang
bersifat fisik saja maupun fisik atau non fisik, yang mampu
merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain.
f) Tanggung Jawab (Accountability)
Tanggung Jawab (Accountability) adalah suatu sikap keberpihakan
kepada pelanggan sebagai suatu wujud keperdulian untuk
menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan
pelanggan. Pendapat lain menyatakan bahwa konsep pribadi
pelayanan prima meliputi unsur-unsur kepribadian, penampilan,
perilaku, komunikasi, pengetahuan, dan penyampaian.

Konsep layanan prima tersebut terdiri dari hal-hal berikut ini (Pendit, 2004;
51):
a. Pribadi prima tampil ramah
b. Pribadi prima tampil sopan
c. Pribadi prima tampil yakin
d. Pribadi prima tampil rapi
e. Pribadi prima tampil ceria
f. Pribadi prima senang memaafkan
g. Pribadi prima senang bergaul
h. Pribadi prima tampil belajar dari orang lain
i. Pribadi prima senang dalam kewajaran
j. Pribadi prima senang menyenangkan orang lain

Jadi konsep pelayanan prima meliputi A6, yaitu Sikap (Attitide),


Perhatian (Attention), Tindakan (Action), Kemampuan (Ability), Penampilan
(Appearance), dan Tanggung jawab (Accountability).

Dimensi Pelayanan Prima


Vincent Gespersz menyatakan bahwa kualitas pelayanan meliputi dimensi-
dimensi sebagai berikut:
a. Ketepatan waktu pelayanan berkaitan dengan waktu tunggu dan proses
b. Kualitas pelayanan berkaitan dengan akurasi atau kepetatan pelayanan
c. Kualitas pelayanan berkaitan dengan kesopanan dan keramahan pelaku
bisnis
d. Kualitas pelayanan berkaitan dengan tanggung jawab dalam penanganan
keluhan pelanggan
Pengertian Etos Kerja
Tasmara (2002) menegaskan bahwa etos kerja adalah totalitas kepribadian,
serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini dan cara memberikan makna
adanya sesuatu yang mendorong dirinya untuk bertindak dan bekerja secara
optimal.
Sinamo (2005) mendefinisikan etos kerja merupakan seperangkat perilaku
kerja positif, yang berakar pada kesadaran, keyakinan fundamental, dan komitmen
total pada paradigma kerja yang integral. Istilah paradigma dalam konsep ini
berarti konsep utama tentang kerja itu sendiri, yaitu mencakup idealisme yang
mendasari, prinsip yang mengatur, nilai- nilai yang menggerakkan, sikap yang
dilahirkan, standar yang hendak dicapai, termasuk karakter utama, pikiran dasar,
kode etik, kode moral, dan kode perilaku.
Sependapat dengan Mulyadi (2008) bahwa etos kerja merupakan jiwa dan
semangat kerja yang dipengaruhi oleh cara pandang terhadap pekerjaan. Cara
pandang ini bersumber pada nilai- nilai yang tumbuh, berkembang, dan dianut
oleh seseorang masyarakat.
Senada dengan Tebba (2003) mengatakan bahwa etos kerja adalah semangat
dan sikap batin tetap seseorang atau sekelompok orang sejauh di dalamnya
terdapat tekanan moral.
Menurut Anoraga (1992) etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu
bangsa atau umat terhadap kerja. Apabila individu yang ada di dalam komunitas
atau organisasi memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi
manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya apabila sikap dan
pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan,
maka etos kerja dengan sendirinya akan rendah.
Siagian (Tampubolon, 2007) menambahkan bahwa etos kerja ialah norma-
norma yang bersifat mengikat dan ditetapkan secara eksplisit serta praktek-
praktek yang diterima dan diakui sebagai kebiasaan yang wajar untuk
dipertahankan dan diterapkan dalam kehidupan para anggota suatu organisasi.
Aspek- aspek Etos Kerja
1. Tasmara (2002) mendefinisikan etos kerja kedalam 4 aspek antara lain:
 Menghargai waktu
Etos kerja yang tinggi ditandai dengan sikap menghargai waktu.
Dalam hal ini waktu dipandang sebagai suatu hal yang sangat
bermakna sekaligus berkaitan dengan produktivitasnya.
 Tangguh dan pantang menyerah
Individu yang mempunyai etos kerja yang tinggi cenderung suka
bekerja keras, ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi setiap
tantangan maupun dalam sebuah tekanan.
 Keinginan untuk mandiri
 Etos kerja ditandai dengan upaya individu untuk berusaha
mengatualisasikan seluruh kemampuannya dan berusaha memperoleh
hasil dari usahanya sendiri tanpa menunjukkan ketergantungan pada
pihak lain.
 Penyesuaian diri
Etos kerja ditandai dengan kemampuan untuk melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungan kerja, rekan kerja maupun dengan
atasan ataupun bawahan, tanpa menimbulkan permasalahan individual
maupun masalah bagi lingkungannya.

2. Husni (2014) membagi aspek etos kerja sebagai berikut:


 Mempunyai perilaku seperti kerja keras
Seseorang yang memiliki etos kerja akan menunjukkan perilaku
bekerja dengan semaksimal mungkin tanpa merasa mengeluh.
 Disiplin, jujur dan tanggung jawab
Sikap disiplin, jujur dan tanggung jawab ini merupakan gambaran dari
seseorang yang memiliki etos kerja tinggi. Dicerminkan dari
kebiasaannya ketika mendapatkan tugas dalam pekerjaannya.
 Rajin dan tekun
Sikap rajin dan tekun ini dapat dilihat dari kinerjanya ketika
menyelesaikan setiap tugas dan tanggung jawab yang dimilikinya
tanpa pantang menyerah sebelum selesai.
 Menggunakan waktu secara tepat
Dalam menyelesaikan setiap pekerjaan, seseorang yang memiliki etos
kerja akan menggunakan waktu dengan sebaik mungkin. Sehingga
tidak ada waktu yang terbuang sia- sia ketika menyelesikan suatu
pekerjaan.

3. Aspek pengukuran dalam etos kerja menurut Handoko (1993) yaitu


sebagai berikut:
 Aspek dari dalam, yaitu aspek penggerak atau pembagi semangat dari
dalam diri individu. Minat yang timbul disini merupakan dorongan
yang berasal dari dalam karena kebutuhan biologis, misalnya
keinginan untuk bekerja akan memotivasi aktivitas mencari kerja.
 Aspek motif sosial, yaitu aspek yang timbul dari luar diri individu.
aspek ini bisa berwujud suatu objek keinginan seseorang yang ada di
ruang lingkup pergaulan manusia. Pada aspek sosial ini peran human
relation akan tampak dan diperlukan dalam usaha untuk
meningkatkan etos kerja seseorang.
 Aspek persepsi, yaitu aspek yang berhubungan dengan sesuatu yang
ada pada diri seseorang yang berhubungan dengan perasaan, misalnya
dengan rasa senang, rasa simpati, rasa cemburu, serta perasaan lain
yang timbul dalam diri individu. Aspek ini akan berfungsi sebagai
kekuatan yang menyebabkan seseorang memberikan perhatian atas
persepsi pada sistem budaya organisasi dan aktivitas kerjanya.

4. Indikator Etos kerja menurut Mokodompit (Asifudin, 2004) tercantum


dalam pancasila dan UUD 1945, yaitu:
 Iman dan takwa kepada Tuhan yg Maha Esa, terwujud dalam sikap,
perilaku, ungkapan bahasa dalam komunikasi sosial, budi pekerti yang
luhur, jujur, adil, dan dapat dipercaya.
 Berkepribadian tangguh dan mandiri yang membuatnya mampu
menghadapi persoalan dengan pikiran jernih
 Bekerja keras, tidak suka berpangku tangan atau bermalas-malasan,
sebagai cermin dari tingginya semangat dan motivasi
 Berdisiplin dalam melaksanakan tugas, sehingga bisa selesai dengan
baik.
 Bertanggungjawab atas segala tingkah lakunya.
 Cerdas, arif dan bijaksana, yang membuatnya mampu mengendalikan
diri dan menyikapi orang lain, baik ketika situasi konflik maupun
saat tenang
 Terampil dalam bekerjadan selalu berupaya meningkatkan
keterampilannya.
 Sehat jasmani dan rohani, memiliki kesadaran untuk menjaganya agar
mampu mengoptimalkan seluruh potensinya
 Memiliki kesadaran patriotisme yang tinggi, semangat ini tidak hanya
berhubungan dengan tanah air, namun berhubungan pula dengan
kelompok identitas atau organisasi.

Faktor - Faktor Etos Kerja


1. Anoraga (2006) menjelaskan bahwa etos kerja dipengaruhi oleh 2 faktor,
antara lain:
a) Faktor internal
Faktor internal terdiri atas motivasi dan keteguhan pribadi. Faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Terdiri atas motivasi dan keteguhan pribadi. Seseorang yang memiliki
keteguhan pribadi diwujudkan dengan kemampuan dalam
mengendalikan diri dan mampu mengembangkan kelemahan didalam
dirinya menjadi sebuah kekuatan (Matta, 2003). Kemampuan
mengetahui kelemahan dan kekuatan diri sendiri tersebut merupakan
salah satu perwujudan dari konsep diri (Sanda, 2002). Sedangkan
faktor eksternal berasal dari luar yang meliputi organisasi tempat
bekerja, perlengkapan bekerja, serta manajemen pengelolaan.
Soewarso (1996) mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki
gambaran utuh terhadap dirinya secara positif atau konsep diri positif
akan memiliki kesadaran penuh untuk mengubah dirinya sendiri
menjadi pribadi yang kuat dan tahan dalam menghadapi kesulitan.
Sehingga pada akhirnya akan membentuk sikap etos kerja yang tinggi.

b) Faktor eksternal.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
manusia selain motivasi. Meliputi organisasi tempat bekerja,
perlengkapan kerja, serta manajemen pengelolaan. Adanya faktor ini
akan mempengaruhi bagaimana seseorang melaksanakan pekerjaannya
sehingga berpengaruh pada etos kerjanya.

1. Anoraga (2001) menyatakan bahwa etos kerja dipengaruhi oleh


beberapa faktor, yaitu:
 Agama
Agama merupakan suatu sistem nilai yang akan mempengaruhi
atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berfikir,
bersikap dan bertindak seseorang tentu dipengaruhi sejauh
mana seseorang memahami dan menyelami nilai- nilai
keagamaan. Agama sebagai tuntunan internal dalam diri
seseorang yang dapat memberikan arahan dan motivasi untuk
menjalankan pekerjaan sesuai dengan kaidah- kaidah
tertentu. Hal tersebut secara tidak langsung akan menanamkan
etos kerja tertentu dalam diri seseorang.
 Budaya
Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat kerja masyarakat
juga akan mempengaruhi kualitas individu didalamnya.
Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai
budaya masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang
memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos kerja
yang tinggi, sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem
budaya masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya
konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa
sama sekali tidak memiliki etos kerja.
 Sosial politik
Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh
ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat
untuk bekerja
 Motivasi individu
Individu yang akan memiliki etos kerja tinggi adalah individu
yang bermotivasi tinggi. Herzberg (Siagian, 1995) membagi
faktor pendorong manusia untuk melakukan kerja kedalam dua
faktor yaitu faktor hygiene dan faktor motivator. Faktor
hygiene adalah hal-hal yang secara langsung didapatkan di
tempat kerja, termasuk diantaranya yaitu gaji, status,
keamanan kerja, kondisi kerja, kebijaksanaan organisasi,
hubungan antara rekan kerja dengan supervisi. Faktor yang
kedua adalah faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
pencapaian sukses, pengakuan, kemungkinan untuk meningkat
dalam jabatan, tanggung jawab, kemungkinan berkembang dan
pekerjaan itu sendiri.
 Persepsi
Pencapaian etos kerja bergantung pula pada bagaimana cara
pandang karyawan terhadap terhadap situasi kerja, yang
mendorong atau melemahkan etos kerja. Persepsi positif
terhadap konteks pekerjaan, perilaku pimpinan, kesempatan
yang disediakan perusahaan dan persepsi terhadap peluang
yang dapat dicapai (pengembangan karir) akan meningkatkan
dorongan dalam diri karyawan untuk menunjukkan etos kerja
yang baik sesuai nilai perusahaan.

2. Asyifudin (2004) menjabarkan faktor- faktor yang mempengaruhi


etos kerja adalah sebagai berikut:
 Faktor internal.
 Merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi etos kerja
individu ditinjau dari sisi internalnya atau individunya. Faktor
internal meliputi: Dorongan kebutuhan (motivasi), pencarian
makna dari kerja yang dilakukan, frustasi individu dan
kemalasan pribadi.
 Faktor eksternal
 Merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan
etos kerja pada individu yang berasal dari luar individu
(lingkungan, kelompok kerja). Faktor eksternal meliputi
pergaulan, budaya, pendidikan, pengalaman, latihan, keadaan
politik, ekonomi, imbalan kerja, janji serta ancaman yang
bersumber dari agama.

Anda mungkin juga menyukai